- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 31 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kasus Bunuh Diri Meningkat: Tren atau Masalah Serius?<\/a><\/h3>
Perasaan ingin bunuh diri bisa berarti memiliki pemikiran abstrak tentang mengakhiri hidup atau perasaan bahwa orang lain akan lebih baik tanpa Sahabat Hermina. Atau bisa juga berarti memikirkan metode bunuh diri atau membuat rencana yang jelas untuk bunuh diri. Bunuh diri itu rumit, dan ada banyak faktor yang mungkin menyebabkan seseorang memiliki pikiran atau perilaku untuk bunuh diri. Ide bunuh diri dapat disebabkan oleh faktor psikologis, sosial, lingkungan, atau situasional. \n\n Tidak ada yang bisa memprediksi siapa yang akan bunuh diri. Namun ada beberapa faktor risiko yang harus diwaspadai, antara lain: \n\n \n Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, seperti masalah keuangan atau hukum, atau putusnya hubungan \n Kehilangan \n Penyakit fisik \n Penyakit mental saat ini, seperti depresi \n Riwayat penyakit mental atau upaya bunuh diri sebelumnya \n Menyalahgunakan obat-obatan atau alkohol lebih dari biasanya \n Kondisi hidup yang buruk, tuna wisma atau kemiskinan \n Kekerasan keluarga atau penyerangan atau pelecehan seksual \n \n\n Bunuh diri pada anak-anak dan remaja dapat terjadi setelah peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Apa yang dianggap serius dan tidak dapat diatasi oleh anak muda mungkin tampak sepele bagi orang dewasa, misalnya masalah di sekolah atau putusnya persahabatan. Dalam beberapa kasus, seorang anak atau remaja mungkin merasa ingin bunuh diri karena keadaan hidup tertentu yang mungkin tidak ingin dia bicarakan, seperti: \n\n \n Memiliki gangguan kejiwaan, termasuk depresi \n Kehilangan atau konflik dengan teman dekat atau anggota keluarga \n Riwayat pelecehan fisik atau seksual \n Masalah dengan alkohol atau obat-obatan \n Masalah fisik atau medis, misalnya hamil atau terkena infeksi menular seksual \n Menjadi korban bullying \n Menjadi tidak yakin akan orientasi seksual \n Membaca atau mendengar kisah bunuh diri atau mengetahui teman sebaya yang meninggal karena bunuh diri \n \n\n Jika Sahabat Hermina memiliki kekhawatiran tentang teman atau anggota keluarga, menanyakan pemikiran dan niat untuk bunuh diri adalah cara terbaik untuk mengidentifikasi risiko. \n\n Bunuh diri, bunuh diri, adalah reaksi tragis terhadap situasi kehidupan yang penuh tekanan – dan lebih tragis lagi karena bunuh diri dapat dicegah. Baik Sahabat Hermina sedang mempertimbangkan untuk bunuh diri atau mengenal seseorang yang ingin bunuh diri, pelajari tanda-tanda peringatan bunuh diri dan cara mencari bantuan segera dan perawatan profesional. Anda dapat menyelamatkan nyawa - nyawa Anda sendiri atau nyawa orang lain. \n\n Untuk membantu menjaga diri Sahabat Hermina dari perasaan ingin bunuh diri: \n\n \n Dapatkan perawatan yang Sahabat Hermina butuhkan. Jika penyebab utamanya tidak ditangani, kemungkinan besar Sahabat Hermina akan kembali berpikir untuk bunuh diri. Sahabat Hermina mungkin merasa malu untuk mencari pengobatan untuk masalah kesehatan mental, namun mendapatkan pengobatan yang tepat untuk depresi, penyalahgunaan narkoba, atau masalah mendasar lainnya akan membuat Anda merasa lebih baik dalam menjalani hidup — dan membantu Sahabat Hermina tetap aman. \n Bangun jaringan dukungan Sahabat Hermina. Mungkin sulit untuk membicarakan perasaan ingin bunuh diri, dan teman serta keluarga Sahabat Hermina mungkin tidak sepenuhnya memahami mengapa Anda merasakan hal tersebut. Tetap hubungi kami dan pastikan orang-orang yang peduli dengan Sahabat Hermina mengetahui apa yang terjadi dan selalu ada saat Sahabat Hermina membutuhkannya. Sahabat Hermina mungkin juga ingin mendapatkan bantuan dari tempat ibadah Sahabat Hermina kelompok pendukung, atau sumber daya komunitas lainnya. Merasa terhubung dan didukung dapat membantu mengurangi risiko bunuh diri. \n Ingat, perasaan ingin bunuh diri bersifat sementara. Jika Sahabat Hermina merasa putus asa atau hidup tidak lagi layak untuk dijalani, ingatlah bahwa pengobatan dapat membantu Sahabat Hermina mendapatkan kembali perspektif Sahabat Hermina dan hidup akan menjadi lebih baik. Ambil satu langkah pada satu waktu dan jangan bertindak impulsif. \n \n\n Psikiater Sahabat Hermina mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik, tes, dan pertanyaan mendalam tentang kesehatan mental dan fisik Sahabat Hermina untuk membantu menentukan apa yang mungkin menyebabkan Sahabat Hermina berpikir untuk bunuh diri dan untuk menentukan pengobatan terbaik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 08 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Apa yang menjadi permasalahan dalam konsep 'Toxic Masculinity''?<\/a><\/h3>
Toxic masculinity beracun mengacu pada gagasan bahwa gagasan sebagian orang tentang “kejantanan” melanggengkan dominasi, homofobia, dan agresi. Toxic masculinity melibatkan tekanan budaya bagi laki-laki untuk berperilaku dengan cara tertentu. Dan kemungkinan besar hal ini mempengaruhi semua anak laki-laki dan laki-laki dengan cara tertentu. Gagasan bahwa laki-laki harus bertindak tegas dan menghindari menunjukkan semua emosi dapat membahayakan kesehatan mental mereka dan dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi masyarakat, yang kemudian dikenal sebagai “Toxic masculinity”. \n\n Toxic masculinity memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara. Berikut adalah tujuh masalah yang dapat ditimbulkan oleh pandangan dunia dan serangkaian perilaku ini: \n\n \n Daya saing dalam hal kerja sama: Bagi sebagian orang, berebut posisi kekuasaan yang lebih besar adalah sebuah norma maskulin dibandingkan mencari peluang untuk bekerja sama. Meskipun persaingan bisa menjadi hal yang sehat dan bahkan berguna dalam banyak skenario, maskulinitas beracun membuat pria memprioritaskan untuk menjadi yang teratas dibandingkan dengan mempertimbangkan perasaan atau keinginan orang lain. Akibatnya, pria bisa menjadi lebih kasar atau sulit diajak bekerja sama. \n Kecenderungan yang lebih besar terhadap kekerasan: Toxic masculinity adalah salah satu penyebab banyaknya kekerasan laki-laki di seluruh masyarakat. Karena beberapa pria menolak menangani emosinya dengan cara yang sehat, konflik antar pasangan dapat berujung pada kekerasan dalam rumah tangga. Demikian pula, beberapa pria bahkan mungkin melakukan kekerasan seksual. \n Tingkat homofobia dan transfobia yang lebih tinggi: Laki-laki heteroseksual dan cisgender yang tidak berupaya memerangi Toxic masculinity mungkin memiliki bias terhadap orang-orang dengan orientasi seksual dan identitas gender yang berbeda. Toxic masculinity menekankan bahwa hanya ada satu cara untuk menjadi seorang laki-laki dan mengecualikan atau bahkan merendahkan pendekatan lain. \n Ketidakmampuan untuk mengakui kerentanan: Ketika seseorang menyuruh seorang anak laki-laki untuk “bersikap jantan”, umumnya implikasinya adalah mereka menyembunyikan emosinya dan kembali mengerjakan tugas yang ada. Sejak usia muda, hal ini menanamkan keyakinan bahwa tidak bisa menjadi “pria sejati” jika mengakui adanya rasa rentan. Akibatnya, banyak pria dewasa menolak mencari perawatan kesehatan mental atau meminta dukungan emosional apa pun, sehingga menyebabkan mereka mengelola kondisi internal dengan cara yang kontraproduktif dan merusak. \n Meningkatnya seksisme terhadap perempuan: Toxic masculinity secara praktis identik dengan misogini. Laki-laki yang menerapkan sikap ini percaya bahwa maskulinitas pada dasarnya lebih unggul daripada feminitas, sehingga membuat mereka mengandalkan stereotip gender yang tidak benar dan berbahaya dalam interaksi mereka dengan perempuan. Dalam kasus ekstrim, hal ini dapat menyebabkan pelecehan seksual. Pada tingkat yang lebih tertutup, hal ini mungkin muncul melalui “mansplaining”, sikap merendahkan, atau mendukung kesenjangan yang terus berlanjut antara laki-laki dan perempuan di seluruh masyarakat. \n Perasaan berhak yang berlebihan: Laki-laki yang Toxic masculinity merasa berhak dalam pekerjaan, hubungan, dan bidang kehidupan lainnya. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti narsisme dan delusi keagungan. Para remaja putra mungkin merasa mereka dapat mengambil risiko berlebihan tanpa konsekuensi karena sikap ini. Konsep Toxic masculinity bahkan dapat berujung pada kekerasan yang tidak disengaja, bahkan ada yang melakukan kejahatan dengan kekerasan dan tidak mengharapkan adanya pembalasan. \n Emosi yang lebih tertekan: Kurangnya ekspresi dan pengelolaan emosi merupakan inti dari maskulinitas beracun. Pria-pria tertentu menukar kemampuan apa pun untuk mengelola masalah kesehatan mental mereka secara efektif demi terus-menerus menunjukkan sifat-sifat stereotip maskulin. Di balik sifat luarnya yang keras dan terkadang kejam sering kali terdapat seseorang yang berada dalam penderitaan emosional yang luar biasa tanpa sumber daya atau pemahaman tentang cara menangani perasaan ini. Oleh karena itu, memendam semua emosi ini juga dapat memengaruhi kesehatan fisik pria. \n \n\n Psikoterapi yang intinya pengobatan dengan cara psikologis seperti terapi perilaku, terapi kognitif dan relaksasi juga sangat diperlukan. Jadi jangan takut untuk ke dokter jiwa untuk berkonsultasi. Satu hal penting yang perlu diingat bahwa gangguan jiwa baik itu skizofrenia, depresi atau kecemasan yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan kerusakan otak. Keadaan ini dapat membuat orang yang menderitanya mengalami penurunan fungsi berpikir yang berat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 16 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gangguan Panik<\/a><\/h3>
Merupakan sebuah kondisi berupa sekumpulan gejala berulang yang dapat menyerupai gejala atau keluhan fisik tertentu (yang disebut serangan panik) dalam waktu satu bulan atau lebih, sehingga dapat membuat rasa khawatir akan mengalami serangan kembali walau sedang tidak mengalami gejala fisik (kecemasan antisipatorik). \n\n Seperti apa gejala yang bisa muncul? \n\n Keluhan fisik yang muncul dapat bervariasi namun umumnya melibatkan kondisi fisik otonom, seperti keluhan pada pernapasan, denyut jantung, pencernaan, atau hal lainnya. Orang yang mengalami menjadi merasa khawatir karena merasa seakan sakit berat dari organ-organ terkait yang dirasakan, karena benar-benar terasa mengganggu pada organ tersebut dan terjadi berulang kali. Durasi waktu atau lama tiap kali serangan panik juga dapat bervariasi dari beberapa menit sampai jam. \n\n Contoh keluhan yang muncul dapat berupa merasa sangat sesak dan sulit bernapas, rasa tercekik atau mengganjal di tenggorokan, jantung berdebar-debar, nyeri dada, mual atau muntah, menggigil, berkeringat banyak, gemetar, kesemutan, pusing, pandangan gelap, sampai seakan mau pingsan atau mati pada saat mengalaminya. Hal ini bahkan dapat membuat seseorang berpikir mungkin telah kehilangan akal sehat, karena keluhan tetap muncul berulang, baik dengan atau tanpa pencetus tertentu yang jelas (kadang muncul di situasi yang tenang atau tidak terduga sebelumnya), tanpa ada kenyataan bahaya yang nyata, dan secara fisik didapati hasil pemeriksaan yang relatif sehat atau ringan saja. Orang yang mengalami gangguan ini pun bisa menjadi merasa takut akan situasi atau hal tertentu, atau bahkan menjadi takut bila harus keluar rumah sendirian (agorafobia). \n\n Siapa saja yang dapat mengalaminya? \n\n Gangguan panik dapat dialami baik oleh wanita maupun laki-laki, dengan lebih sering terjadi pada wanita secara proporsi. Berbagai usia dapat mengalami gangguan ini, terutama pada usia dewasa, terlebih yang sedang atau telah mengalami tekanan. \n\n Bagaimana terjadinya dan bagaimana cara mencegahnya? \n\n Penyebab pasti gangguan ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut, namun diduga terdapat kondisi zat-zat kimia di otak yang tidak seimbang akibat tekanan atau stres berlebih yang tersimpan atau tidak dapat teratasi dengan optimal. Hal ini kemudian menyebabkan persepsi atau terjemahan yang salah terhadap stimulus atau sensasi yang dirasakan pada tubuh, sebagai sesuatu yang lebih berat dan berbahaya. \n\n Adanya riwayat keluhan serupa sebelumnya, gangguan mental lainnya, gangguan mental di keluarga, mengkonsumsi alkohol berlebihan, serta mengalami pengalaman berat atau drastis merupakan faktor risiko dari gangguan ini. \n\n Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk mencegah atau mengurangi keluhan gangguan panik antara lain selalu menjalankan pola hidup yang sehat, berpikir positif, latihan relaksasi, istirahat yang cukup, menghindari zat yang dapat mengganggu kesehatan, menyelesaikan permasalahan yang ada, menjalani kondisi yang ada dengan tenang dan nyaman. \n\n Kapan perlu berobat atau berkonsultasi? \n\n Gangguan panik dapat diatasi, dan dapat menjadi lebih buruk sampai sangat mengganggu kehidupan sehari-hari bila tidak diatasi dengan baik. Pemeriksaan dan penanganan lebih awal oleh tenaga medis profesional, yakni Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dapat mengurangi intensitas dan frekuensi serangan, membantu meningkatkan kualitas hidup, serta akhirnya mencegah serangan muncul kembali di kemudian hari. \n\n Apabila Anda atau Keluarga ada yang mengalami atau memerlukan bantuan dan informasi lebih lanjut terkait gangguan panik, silahkan dapat berkonsultasi ke Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 16 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 08 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>