- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 30 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Sampai Ingin Menyakiti Bayinya, Apa yang Terjadi pada Ibu dengan Baby Blues?<\/a><\/h3>
Proses hamil dan persalinan adalah proses yang sangat emosional, bagi sebahagian dan kebanyakan orang adalah suatu momen yang membahagiakan. Ibu yang sedang hamil, tentunya sangat merasa bahagia dan menantikan kehadiran buah hatinya. Namun bagi beberapa orang ternyata menjadi pengalaman yang berat baginya, merasa kewalahan dan sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga timbul beberapa gangguan emosional baik dari ringan, sedang sampai berat. Salah satu gangguan emosional yang sering dialami Ibu pasca melahirkan adalah Baby Blues Syndrome atau dalam istilah medisnya adalah Postpartum Syndrome. Baby Blues Syndrome merupakan gangguan mental emosional yang paling ringan bagi ibu pasca persalinan. \n\n \n\n Gejala Baby Blues Syndrome \n\n Pada saat awal pasca melahirkan biasanya Ibu akan merasa senang dengan kehadiran buah hatinya, namun beberapa saat setelahnya, Ibu akan merasa kewalahan dan merasa terbebani merasa bahwa dirinya tidak cukup baik untuk menjadi seorang ibu. Selain itu, Ibu biasanya akan merasa mudah tersinggung, cepat lelah dan mengalami gangguan tidur. Bahkan ada juga yang mengalami penurunan nafsu makan. \n\n \n\n Baby blues syndrome biasanya terjadi 3-4 hari pasca persalinan, biasanya pada hari ke 10 akan terjadi perbaikan. Setelah dua minggu, biasanya gejala akan hilang. Apabila lebih dari dua minggu gejala tersebut belum hilang, maka hal tersebut perlu diwaspadai karena kemungkinan bisa timbul depresi post partum yang merupakan gangguan emosional yang lebih berat daripada baby blues syndrome dan memerlukan perhatian yang lebih intensive lagi. Pada saat kondisi seperti ini, Ibu harus segera dikonsultasikan ke tenaga profesional, baik dokter umum, psikiater maupun psikolog. \n\n \n\n Baby blues syndrom disebabkan oleh beberapa faktor risiko antara lain gangguan hormon, kurang Istirahat dan ada riwayat gangguan mental emosional sebelumnya seperti depresi. Baby Blues menjadi salah satu faktor prediktif untuk terjadinya depresi pasca salin yang merupakan kondisi emergensi psikiatri atau kondisi yang gawat darurat dalam psikiatri. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian edukasi kepada para calon ibu. Sein itu dukungan orang terdekat seperti pasangan dan juga keluarga menjadi hal yang penting juga bagi ibu yang mengalami baby blues agar jangan sampai jatuh kepada depresi postpartum. Selain itu, jangan merasa takut ataupun malu untuk berkonsultasi dengan psikiater maupun psikolog. \n\n \n\n Sahabat Hermina, simak penjelasan dr. Nina Masdiani, Sp.KJ selengkapnya tentang Baby Blues Syndrome di Channel Youtube Hermina Hospitals (Klik Disini) \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 31 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kasus Bunuh Diri Meningkat: Tren atau Masalah Serius?<\/a><\/h3>
Perasaan ingin bunuh diri bisa berarti memiliki pemikiran abstrak tentang mengakhiri hidup atau perasaan bahwa orang lain akan lebih baik tanpa Sahabat Hermina. Atau bisa juga berarti memikirkan metode bunuh diri atau membuat rencana yang jelas untuk bunuh diri. Bunuh diri itu rumit, dan ada banyak faktor yang mungkin menyebabkan seseorang memiliki pikiran atau perilaku untuk bunuh diri. Ide bunuh diri dapat disebabkan oleh faktor psikologis, sosial, lingkungan, atau situasional. \n\n Tidak ada yang bisa memprediksi siapa yang akan bunuh diri. Namun ada beberapa faktor risiko yang harus diwaspadai, antara lain: \n\n \n Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, seperti masalah keuangan atau hukum, atau putusnya hubungan \n Kehilangan \n Penyakit fisik \n Penyakit mental saat ini, seperti depresi \n Riwayat penyakit mental atau upaya bunuh diri sebelumnya \n Menyalahgunakan obat-obatan atau alkohol lebih dari biasanya \n Kondisi hidup yang buruk, tuna wisma atau kemiskinan \n Kekerasan keluarga atau penyerangan atau pelecehan seksual \n \n\n Bunuh diri pada anak-anak dan remaja dapat terjadi setelah peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Apa yang dianggap serius dan tidak dapat diatasi oleh anak muda mungkin tampak sepele bagi orang dewasa, misalnya masalah di sekolah atau putusnya persahabatan. Dalam beberapa kasus, seorang anak atau remaja mungkin merasa ingin bunuh diri karena keadaan hidup tertentu yang mungkin tidak ingin dia bicarakan, seperti: \n\n \n Memiliki gangguan kejiwaan, termasuk depresi \n Kehilangan atau konflik dengan teman dekat atau anggota keluarga \n Riwayat pelecehan fisik atau seksual \n Masalah dengan alkohol atau obat-obatan \n Masalah fisik atau medis, misalnya hamil atau terkena infeksi menular seksual \n Menjadi korban bullying \n Menjadi tidak yakin akan orientasi seksual \n Membaca atau mendengar kisah bunuh diri atau mengetahui teman sebaya yang meninggal karena bunuh diri \n \n\n Jika Sahabat Hermina memiliki kekhawatiran tentang teman atau anggota keluarga, menanyakan pemikiran dan niat untuk bunuh diri adalah cara terbaik untuk mengidentifikasi risiko. \n\n Bunuh diri, bunuh diri, adalah reaksi tragis terhadap situasi kehidupan yang penuh tekanan – dan lebih tragis lagi karena bunuh diri dapat dicegah. Baik Sahabat Hermina sedang mempertimbangkan untuk bunuh diri atau mengenal seseorang yang ingin bunuh diri, pelajari tanda-tanda peringatan bunuh diri dan cara mencari bantuan segera dan perawatan profesional. Anda dapat menyelamatkan nyawa - nyawa Anda sendiri atau nyawa orang lain. \n\n Untuk membantu menjaga diri Sahabat Hermina dari perasaan ingin bunuh diri: \n\n \n Dapatkan perawatan yang Sahabat Hermina butuhkan. Jika penyebab utamanya tidak ditangani, kemungkinan besar Sahabat Hermina akan kembali berpikir untuk bunuh diri. Sahabat Hermina mungkin merasa malu untuk mencari pengobatan untuk masalah kesehatan mental, namun mendapatkan pengobatan yang tepat untuk depresi, penyalahgunaan narkoba, atau masalah mendasar lainnya akan membuat Anda merasa lebih baik dalam menjalani hidup — dan membantu Sahabat Hermina tetap aman. \n Bangun jaringan dukungan Sahabat Hermina. Mungkin sulit untuk membicarakan perasaan ingin bunuh diri, dan teman serta keluarga Sahabat Hermina mungkin tidak sepenuhnya memahami mengapa Anda merasakan hal tersebut. Tetap hubungi kami dan pastikan orang-orang yang peduli dengan Sahabat Hermina mengetahui apa yang terjadi dan selalu ada saat Sahabat Hermina membutuhkannya. Sahabat Hermina mungkin juga ingin mendapatkan bantuan dari tempat ibadah Sahabat Hermina kelompok pendukung, atau sumber daya komunitas lainnya. Merasa terhubung dan didukung dapat membantu mengurangi risiko bunuh diri. \n Ingat, perasaan ingin bunuh diri bersifat sementara. Jika Sahabat Hermina merasa putus asa atau hidup tidak lagi layak untuk dijalani, ingatlah bahwa pengobatan dapat membantu Sahabat Hermina mendapatkan kembali perspektif Sahabat Hermina dan hidup akan menjadi lebih baik. Ambil satu langkah pada satu waktu dan jangan bertindak impulsif. \n \n\n Psikiater Sahabat Hermina mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik, tes, dan pertanyaan mendalam tentang kesehatan mental dan fisik Sahabat Hermina untuk membantu menentukan apa yang mungkin menyebabkan Sahabat Hermina berpikir untuk bunuh diri dan untuk menentukan pengobatan terbaik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 16 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gangguan Panik<\/a><\/h3>
Merupakan sebuah kondisi berupa sekumpulan gejala berulang yang dapat menyerupai gejala atau keluhan fisik tertentu (yang disebut serangan panik) dalam waktu satu bulan atau lebih, sehingga dapat membuat rasa khawatir akan mengalami serangan kembali walau sedang tidak mengalami gejala fisik (kecemasan antisipatorik). \n\n Seperti apa gejala yang bisa muncul? \n\n Keluhan fisik yang muncul dapat bervariasi namun umumnya melibatkan kondisi fisik otonom, seperti keluhan pada pernapasan, denyut jantung, pencernaan, atau hal lainnya. Orang yang mengalami menjadi merasa khawatir karena merasa seakan sakit berat dari organ-organ terkait yang dirasakan, karena benar-benar terasa mengganggu pada organ tersebut dan terjadi berulang kali. Durasi waktu atau lama tiap kali serangan panik juga dapat bervariasi dari beberapa menit sampai jam. \n\n Contoh keluhan yang muncul dapat berupa merasa sangat sesak dan sulit bernapas, rasa tercekik atau mengganjal di tenggorokan, jantung berdebar-debar, nyeri dada, mual atau muntah, menggigil, berkeringat banyak, gemetar, kesemutan, pusing, pandangan gelap, sampai seakan mau pingsan atau mati pada saat mengalaminya. Hal ini bahkan dapat membuat seseorang berpikir mungkin telah kehilangan akal sehat, karena keluhan tetap muncul berulang, baik dengan atau tanpa pencetus tertentu yang jelas (kadang muncul di situasi yang tenang atau tidak terduga sebelumnya), tanpa ada kenyataan bahaya yang nyata, dan secara fisik didapati hasil pemeriksaan yang relatif sehat atau ringan saja. Orang yang mengalami gangguan ini pun bisa menjadi merasa takut akan situasi atau hal tertentu, atau bahkan menjadi takut bila harus keluar rumah sendirian (agorafobia). \n\n Siapa saja yang dapat mengalaminya? \n\n Gangguan panik dapat dialami baik oleh wanita maupun laki-laki, dengan lebih sering terjadi pada wanita secara proporsi. Berbagai usia dapat mengalami gangguan ini, terutama pada usia dewasa, terlebih yang sedang atau telah mengalami tekanan. \n\n Bagaimana terjadinya dan bagaimana cara mencegahnya? \n\n Penyebab pasti gangguan ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut, namun diduga terdapat kondisi zat-zat kimia di otak yang tidak seimbang akibat tekanan atau stres berlebih yang tersimpan atau tidak dapat teratasi dengan optimal. Hal ini kemudian menyebabkan persepsi atau terjemahan yang salah terhadap stimulus atau sensasi yang dirasakan pada tubuh, sebagai sesuatu yang lebih berat dan berbahaya. \n\n Adanya riwayat keluhan serupa sebelumnya, gangguan mental lainnya, gangguan mental di keluarga, mengkonsumsi alkohol berlebihan, serta mengalami pengalaman berat atau drastis merupakan faktor risiko dari gangguan ini. \n\n Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk mencegah atau mengurangi keluhan gangguan panik antara lain selalu menjalankan pola hidup yang sehat, berpikir positif, latihan relaksasi, istirahat yang cukup, menghindari zat yang dapat mengganggu kesehatan, menyelesaikan permasalahan yang ada, menjalani kondisi yang ada dengan tenang dan nyaman. \n\n Kapan perlu berobat atau berkonsultasi? \n\n Gangguan panik dapat diatasi, dan dapat menjadi lebih buruk sampai sangat mengganggu kehidupan sehari-hari bila tidak diatasi dengan baik. Pemeriksaan dan penanganan lebih awal oleh tenaga medis profesional, yakni Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dapat mengurangi intensitas dan frekuensi serangan, membantu meningkatkan kualitas hidup, serta akhirnya mencegah serangan muncul kembali di kemudian hari. \n\n Apabila Anda atau Keluarga ada yang mengalami atau memerlukan bantuan dan informasi lebih lanjut terkait gangguan panik, silahkan dapat berkonsultasi ke Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 16 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 November 2023<\/li><\/ul><\/div>