- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 29 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Spina Bifida - Jenis, Gejala, Penyebab dan Pencegahan<\/a><\/h3>
Spina bifida adalah cacat lahir yang terjadi akibat terganggunya pembentukan tabung saraf pada bayi selama dalam kandungan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya celah ruas tulang belakang. \n\n \n\n Spina bifida atau yang disebut juga dengan myelodisplasia / rachischisis merupakan salah satu jenis dari defek tuba neural (neural tube defect) yang paling sering terjadi, bersifat non kromosomal dan non letal. Kondisi tersebut ditandai dengan penutupan tuba beural yang tidak sempurna pada bagian kaudal lubang neural pada minggu keempat perkembangan janin. \n\n \n\n Sistem saraf berkembang dari piringan sel di sepanjang punggung embrio. Dalam satu bulan pertama kehamilan, ujung piringan ini melengkung, menutup, dan membentuk tabung saraf. Dimana tabung saraf ini akan berkembang menjadi otak dan sistem saraf di tulang belakang. \n\n \n\n Beragam jenis Spina Bifida \n\n Penyakit Spina Bifida tergolong langka terjadi. Penyakit ini memiliki tiga kelompok di dalamnya berdasarkan ukutan celah yang terbentuk, antaranya: \n\n \n\n \n Spina bifida okulta \n \n\n Adalah jenis penyakit spina bifida paling ringan karena celah yang muncul pada ruas tulang belakang berukuran kecil sehingga spina bifida ini umumnya tidak memengaruhi sisterm kerja saraf. Sehingga kemunculannya jarang sekali disadari oleh penderitanya. \n\n \n Meningokel \n \n\n Adalah jenis spina bifida dengan celah ruas tulang belakang yang lebih besar. Pada kondisi ini selaput pelindung saraf tulang belakang mencuat keluar dari celah sehingga membentuk kantung pada punggung bayi. \n\n Kantung yang keluar melalui celag ruas tulang belakang ini biasanya berisi cairan sumsum tulang belakang tanpa serabut saraf sehingga penderitanya bisa atau tidak bisa merasakan keluhan tertentu. \n\n \n Mielomeningokel \n \n\n Adalah jenis spina bifida yang paling berat. Kondisi ini, kantung yang keluar dari celah tulang belakang yang berisi cairan dan sebagian saraf tulang. Gejala dan keluhan yang muncul akan bergantung lokasi dan tingkat kerusakan saraf pada tulang belakang. \n\n Jika saraf tulang belakang yang berfungsi berkemih mengalami kerusakan saraf akan muncul gangguan berkemih. Kasus ini lebih parah bisa terjadi kelemahan total atau paralisis dari tungkai yang disertai dengan gangguan berkemih. \n\n \n\n Gejala Penyakit Spina Bifida \n\n Gejala spina bifida ini mempunyai gejala berbeda-beda, tergantung jenisnya. Spina bifida okulta jarang sekali menimbulkan gejala karena tidak melibatkan saraf tulang belakang. Tanda dari penyakit jenis spina bifida okulta adalah akan terlihat sejumput rambut di punggu bari yang baru lahir atau adanya lekukan (lesung) kecil di punggung bawag bari baru lahir. \n\n \n\n Berbeda dengan spina bifida okulta, jenis meningokel dan mielomeningokel ditandai dengan adanya kantung yang mencuat di bagian punggung bayi. Pada meningokel kantung ini memiliki lapisan kulit yang tipis. Sedangkan pada mieomeningokel, kantung ini bisa muncul tanpa lapisan kulit sehingga cairan dan serabut saraf di dalamnya dapat terlihat langsung. \n\n \n\n Selain adanya kantung di bagian punggung bayi, penderita mielomeningokel yang baru lahir juga dapat mengalami beberapa gejala di bawah ini: \n\n \n Tidak dapat menggerakkan tungkai sama sekali. \n Mengalami kejang dan gangguan berkemih. \n Bentuk tulang belakang, pinggul, atau tulang belakang tidak normal. \n \n\n \n\n Penyebab Spina Bifida \n\n Spina bifida disebabkan oleh tabung saraf yang tidak menutup atau tidak berkembang dengan sempurna pada masa kehamilan. Meskipun begitu, belum diketahui dengan pasti kenapa hal tersebut dapat terjadi. \n\n \n\n Adapun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang ibu melahirkan bayi spina bifida, yaitu: \n\n \n Mengalami kekurangan asam folat (asam folat adalah vitamin yang berfungsi penting untuk perkembangan janin). \n Memiliki riwayat mengonsumsi obta-obatan seperti asam valproat. \n Memiliki riwayat keluarga dengan spina bifida. \n Mengalami hipertemia pada awal minggu kehamilan. \n Menderita obesitas atau diabetes. \n \n\n \n\n Diagnosis Spina Bifida \n\n Penyakit spina bifida bisa dideteksi selama masa kehamilan atau setelah bayi dlahirkan. Cara diagnosis dapat dilakukan diantaranya : \n\n \n\n Diagnosis saat hamil \n\n Ada beberapa tes yang dapat membantu dokter untuk memastikan kondisi spina bifida atau cacat lahir selama masa kehamilan, yaitu : \n\n \n\n \n Ultrasonografi (USG) \n \n\n USG dapat membantu untuk mendeteksi spina bifida. Melalui tes ini, dokter dapat melihat kelainan pada struktur di tubuh janin. Seperti, jeda ruas tulang belakang yang terlalu lebar atau adanya benjolan pada tulang belakang. \n\n \n Tes darah \n \n\n Tes darah dapat berfungsi untuk memeriksa kadar AFP (alfa-fetoprotein) yang terkandung dalam darah ibu hamil. AFP merupakan suatu protein yang di produksi oleh janin. Kadaf AFP yang tinggi dapat menandakan janin berptensi mengalami kecacatan tabung saraf, seperti spina bifida \n\n \n Amniosentesis \n \n\n Adalah prosedur pengambilan sampel cairan ketuban. Pada tes ini yang dinilai kadar AFP. Kadar AFP yang tinggi menandakan adanya robekan pada kulit sekitar kantung bayi. Hal ini dapat menjadi tandanya spina bifida atau cacat lahir lainnya. \n\n \n\n Diagnosis setalah bayi lahir \n\n Spina bifida terkadang baru terdeteksi setelah bayi lahir. Dikarenakan ibu hamil tidak rutin menjalani pemeriksaan kehamilan atau karena tidak tampajnya kelainan pada tulang belakang janin selama melakukan pemeriksaan USG. \n\n \n\n Pemeriksaan pada bayi yang telah lahir dapat dilakukan dengan melihat langsung gejalanya. Lalu, untuk memastikan diagnosis dan tingkat kondisi keparahannya, dapat dilakukan pemindaian pada bayi , seperti dengan MRI atau Rontgen. \n\n \n\n Pencegahan Spina Bifida \n\n Langkah pertama untuk menghindari terjadinya spina bifida adalah dengan mencukupi kebutuhan asam folat, terutama kita berencana hamil dan selama kehamilan. Dosis asam folat yang aman disarankan adalah sebanyak 400mg per hari. \n\n \n\n Ibu hamil bisa memenuhi kebutuhan ini dengan cara mengonsumsi suplemen asam folat berserta memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan vitamin folat, seperti kuning telur, brokoli, bayam, kacang-kacangan, nasi, dan roti \n\n \n\n Selain mengonsumsi suplemen asam folat, lakukan juga pencegahan di bawah ini: \n\n \n Melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter saat merencanakan program kehamilan dan selama masa kehamilan. \n Menghindari kegiatan yang membuat tubuh terlalu panas saat hami;, seperti berendam di air panas dan sauna. \n Melakukan tes pemetiksaan kesehatan secara berkala bisa mempunyai diabetes dan obesitas. \n \n\n \n\n Oleh karena itu,Sahabat Hermina pentingnya untuk ibu hamil dalam mencukupi kebutuhan asam folat untuk menhindari penyakit asam folat, memperbanyak mengonsumsi makanan sehat yang kaya vitamin folat, dan tidak lupa juga untuk rutin melakukan peneriksaan ke dokter. Menghindari kegiatan yang berat atau yang membuat tubuh panas sehingga Sahabat Hermina dapat terhindari dari Spina Bifida dan jenis Spina Bifida lainnya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 23 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
Kapan Harus Membawa Si Kecil ke Klinik Tumbuh Kembang Anak ?<\/a><\/h3>
Setiap anak terlahir dengan risiko hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Ada beberapa anak yang memiliki risiko lebih tinggi lantaran berbagai gangguan. Bila risiko tersebut tidak terdeteksi dini, akibatnya anak akan mengalami persoalan dalam hal perilaku serta kecerdasan seiring bertambahnya usia. \n\n Seiring dengan terus bertambahnya usia Si Kecil, tentu saja pertumbuhan dan perkembangannya mengalami perubahan dari berbagai aspek. Sebenarnya, ada dua aspek yang bisa Ayah dan Bunda cermati dari pertumbuhan dan perkembangan Si Kecil, yaitu kondisi perubahan fisiknya dan perkembangan yang terlihat dari fungsi tubuh serta kemampuan struktur tubuhnya yang lebih kompleks \n\n Ayah dan Bunda biasanya mendapati dugaan adanya gangguan tumbuh kembang anak saat mendampingi sang buah hati sehari-hari. Hal ini bersumber dari aktivitas atau fisik anak yang berbeda dengan anak lainnya. Untuk mengkonfirmasi dugaan itu, Ayah dan Bunda dapat datang ke Klinik Tumbuh Kembang Anak \n\n Apa itu Klinik Tumbuh Kembang Anak? \n\n Klinik Tumbuh Kembang merupakan klinik khusus deteksi dini, diagnosis, dan intervensi (menentukan tindakan terapi) terhadap anak sesuai dengan kebutuhan kesehatannya. Klinik ini dapat membantu Ayah dan Bunda dalam memantau tumbuh kembang Si Buah Hati. \n\n Siapa Saja yang dapat datang ke Klinik Tumbuh Kembang Anak ? \n\n Baik anak yang tampak normal maupun anak dengan risiko tinggi, seperti : \n\n \n Lahir prematur, saat usia kehamilan belum sampai 37 minggu \n Terdeteksi masalah kesehatan saat baru lahir \n Memiliki kelainan penyakit atau bawaan \n Lahir dengan berat badan kurang \n Mengalami keluhan penyakit sehingga dalam rawatan NICU \n \n\n Ayah dan Bunda tidak perlu ragu untuk membawa Si Kecil ke Klinik Tumbuh Kembang. \n\n Apa yang Dilakukan di Klinik Tumbuh Kembang Anak ? \n\n Dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada Si Kecil, seperti : \n\n \n Menimbang berat badan \n Mengukur panjang badan, lingkar kepala \n Periksa Kesehatan Mata \n Periksa Kesehatan Telinga \n Memperhatikan perkembangannya. \n Memperhatikan Perkembangannya. Seperti di usia 1 sampai 1,5 tahun, seharusnya anak sudah dapat berdiri dan mulai berjalan sendiri. Dari sisi bicara, ia pun seharusnya sudah mulai mengeluarkan kata sederhana. Ketika usianya 2 tahun, anak mulai mengerti instruksi sederhana yang Ayah dan Bunda berikan . Si Kecil dapat memainkan mainannya sendiri dan merangkai beberapa kata menjadi kaliman yang sederhana \n \n\n Jenis Terapi Apa Saja di Klinik Tumbuh Kembang Anak ? \n\n \n Terapi Wicara \n Terapi Okupasi \n Rehabilitasi Medik \n Terapi Bobath \n Psikolog Anak \n \n\n Baca juga : https://herminahospitals.com/id/news-and-events/klinik-tumbuh-kembang-anak-di-medan \n\n Yuk bawa Si Kecil ke Klinik Tumbuh Kembang Anak \n\n Informasi dan Pendaftaran : \n\n https://herminahospitals.com/id/doctors/prof-dr-bistok-saing-sp-a-k \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 05 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pertolongan Pertama pada Bangkitan<\/a><\/h3>
Bangkitan atau yang seringkali disebut “kejang” adalah aktivitas listrik berlebih di sel otak yang menyebabkan kelainan temporer pada tonus otot atau gerakan, perilaku, sensasi, atau kesadaran. Bangkitan biasanya terjadi secara mendadak, terkadang diawali beberapa gejala seperti mual, nyeri kepala, gangguan perasa, dan lain-lain ataupun tanpa gejala sama sekali. Bangkitan juga dapat terjadi di semua usia, mulai dari bayi hingga lansia. \n\n \n\n Banyak mitos yang beredar mengenai bangkitan. Mitos paling populer di Indonesia adalah bangkitan tersebut dikaitkan dengan hal-hal berbau mistis, sehingga seringkali terjadi kesalahan dalam penanganan bangkitan di masyarakat awam. \n\n \n\n Apa sebenarnya yang harus kita lakukan bila tiba-tiba seseorang mengalami bangkitan di depan kita? Hal yang paling mendasar yang harus kita lakukan adalah JANGAN PANIK. Saat menghadapi pasien dengan bangkitan, berikut langkah-langkah yang harus kita lakukan sebagai penolong awam: \n\n \n\n - Tempatkan pasien di tempat aman dan beri ruang lapang \n\n Pasien yang mengalami bangkitan kebanyakan gerakan tubuhnya menjadi tidak terkontrol sehingga berisiko terbentur. Untuk mencegahnya, segera tempatkan pasien di tempat aman. Jauhkan benda-benda berbahaya atau barang-barang yang menghalangi pergerakan pasien. Posisikan pasien dalam posisi miring dan letakkan bantalan lembut di bawah kepala pasien. \n\n \n\n - Panggil bantuan \n\n Panggil bantuan sesegera mungkin. Bantuan dibutuhkan untuk membantu memanggil dokter/paramedis/ambulans dan mengamankan pasien. \n\n \n\n - Longgarkan pakaian/sabuk/dasi/barang-barang yang mengikat pasien \n\n Usaha ini dilakukan untuk mempermudah pasien bernapas. \n\n \n\n - Jangan masukkan apapun ke dalam mulut pasien \n\n Hindari memasukkan sendok, kain atau apapun untuk mencegah pasien menggigit lidahnya. Hindari juga pemberian air minum atau makanan saat pasien masih mengalami bangkitan. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan jalan napas pasien dan mencegah pasien tersedak. \n\n \n\n - Ingat bentuk bangkitan dan catat waktu bangkitan \n\n Sebagai penolong awam, usahakan untuk mengingat bentuk bangkitan pasien. Caranya yaitu dengan mengingat ke arah mana kepala dan mata pasien menengok, bentuk gerakan di lengan dan tungkai pasien serta berapa lama pasien mengalami bangkitan. \n\n \n\n Tetap temani pasien dan tawarkan bantuan kepada pasien setelah pasien sadar \n\n Jangan tinggalkan pasien bila masih belum sadar. Setelah pasien tersebut sadar, tawarkan bantuan untuk mengantarnya ke IGD terdekat. \n\n \n\n Pertolongan pertama yang benar saat bangkitan dapat membantu mencegah cedera pada pasien. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 09 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Cerebral Palsy pada Anak<\/a><\/h3>
Cerebral palsy merupakan salah masalah neurologi anak. Cerebral palsy adalah kelainan gerakan, tonus otot, ataupun postur yang disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada otak yang belum matang dan berkembang, paling sering sebelum kelahiran yang disebabkan oleh perkembangan otak yang tidak normal, sering kali sebelum lahir. \n\n \n\n Bagaimana Prevalensinya di Indonesia? \n\n Di Indonesia, berdasarkan Susenas (BPS) RI tahun 2012 lalu, tercatat sebanyak 532.130 anak menderita cerebral palsy atau sekitar 0,6% dari jumlah seluruh anak. Hasil survei Riskesdas yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, prevalensi anak dengan cerebral palsy di Indonesia memiliki jumlah besar yaitu 9 kasus dalam setiap 1000 kelahiran. \n\n \n\n Bagaimana Gejala Cerebral Palsy? \n\n Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi Anak (Tumbuh Kembang), Prof. dr. Bistok Saing, Sp.A. (K), gejala termasuk refleks berlebihan, anggota badan yang lemas atau kaku, dan gerakan tak terkendali. Ini muncul di anak usia dini. Adapun uraian gejala cerebral palsy pada anak, yaitu: \n\n \n Gangguan tumbuh kembang \n Terdapat bagian tubuh yang kaku \n Bayi hanya menggunakan satu sisi tubuh saja dalam beraktivitas. Misalnya saat merangkak, ia menopang tubuhnya hanya dengan tangan dan kaki kanan saja \n Gangguan pada penglihatan atau pendengaran \n Tidak bisa bicara atau terlambat bicara \n Kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri \n Kejang \n \n\n \n\n Penyebab Cerebral Palsy \n\n Prof. dr. Bistok Saing, Sp.A (K) menambahkan, cerebral palsy adalah salah satu penyebab paling umum dari kecacatan yang terjadi pada anak-anak. Cerebral palsy atau yang disebut lumpuh otak disebabkan oleh gangguan perkembangan otak pada anak. Kondisi tersebut umumnya berlangsung pada masa kehamilan, tetapi juga dapat terjadi saat proses persalinan, atau beberapa tahun pertama setelah anak lahir. Selain itu, ada beberapa penyebab lain, yaitu: \n\n \n Genetik \n Masalah kelahiran prematur \n Tidak cukup darah, oksigen, atau nutrisi lain sebelum atau selama kelahiran \n Cedera kepala yang serius \n Infeksi serius yang dapat memengaruhi otak, seperti meningitis \n \n\n \n\n Cara Mendiagnosis Cerebral Palsy? \n\n Dokter melakukan pemeriksaan penunjang pada seorang anak mengalami cerebral palsy, apabila terdapat sejumlah gejala yang telah dijelaskan sebelumnya, seperti: \n\n - Elektroensefalografi (EEG). Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat aktivitas listrik otak, dengan menggunakan bantuan alat khusus yang disambungkan ke kulit kepala. \n\n - Pemeriksaan Penunjang seperti CT-Scan dan MRI \n\n - Dokter Neurologi Anak juga dapat menjalankan pemeriksaan untuk menemukan adanya gangguan kecerdasan, serta gangguan dalam bicara, mendengar, melihat, dan bergerak. \n\n \n\n Bagaimana Pengobatan Cerebral Palsy? \n\n Cerebral palsy merupakan kondisi yang tidak dapat disembuhkan, tetapi cacat dapat dibantu dengan terapi fisik, terapi okupasi, dan konseling psikolog anak. \n\n Terapi fisik membantu anak mengembangkan otot yang lebih kuat dan bekerja dengan keahlian, seperti berjalan, duduk, dan keseimbangan. Alat tertentu, misalnya penyangga logam untuk kaki, atau pembebat, mungkin juga bermanfaat bagi anak. \n\n Terapi okupasi, anak mengembangkan kemampuan motorik yang baik, misalnya untuk memakai baju, makan, dan menulis. \n\n Terapi bicara dan bahasa membantu anak dengan kemampuan berbicara. Anak dan keluarga dibantu dengan pendukung, pendidikan khusus, dan servis yang terkait. \n\n \n\n Sahabat Hermina, yuk mulai rutin lakukan pemeriksaan selama kehamilan agar kesehatan ibu serta tumbuh kembang janin dapat dipantau sehingga terhindar dari berbagai penyakit. \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 09 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 05 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>