- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 30 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Kapan Saatnya Radang Amandel Dioperasi?<\/a><\/h3>
Amandel merupakan jaringan limfoid yang bertugas menjaga pertahanan tubuh atau imunitas tubuh. Amandel tidak hanya ada di rongga mulut, amandel juga ada di daerah lain seperti yang dibelakang hidung atau adenoid dan di bawah lidah yang disebut dengan tonsil lingual. Ketiga amandel tersebut sama-sama jaringan limfoid yang merupakan jaringan limfoid atau sering disebut juga cincin waldeyer yang merupakan organ yang bertugas menjaga pertahanan tubuh atau imunitas tubuh pada saluran pernafasan atas. \n\n \n\n Penyebab Radang Amandel \n\n ada banyak faktor yang dapat menyebabkan radang pada amandel antara lain \n\n \n Infeksi bakteri atau virus yang menyerang imunitas \n Alergi atau atopi terutama anak yang memiliki riwayat orang tua yang memiliki riwayat alergi atau atopi \n Sering mengonsumsi makanan manis seperti coklat, minum minuman bersoda atau minuman siap saji yang kadar gulanya tinggi yang dapat memicu reaksi seperti alergi yaitu peradangan. Selain itu plak-plak dari makanan akan menempel di rongga tenggorok atau gigi \n \n\n \n\n Gejala Radang Amandel \n\n Peradangan amandel dapat kita bagi menjadi dua yaitu fase akut dan kronik. Fase akut merupakan fase pada saat sakit, keluhannya seperti nyeri menelan, batuk, beberapa orang ada juga yang mengalami gejala pilek, batuk dengan slam kental dan juga demam. Pada fase kronik atau sudah mengalami amandel dalam jangka waktu yang lama gejalanya adalah sering tidur mendengkur, sleep apnea atau berhenti nafas saat tidur. sleep apnea ini tentunya akan menyebabkan tidur anak tidak berkualitas dan dapat menyebabkan anak sering tantrum, lemas dan cepat mengantuk dalam jangka panjang tentunya akan menyebabkan anak menjadi individu yang gampang marah, dan sulit berkonsentrasi. Selain itu amandel yang sudah kronik juga akan menyebabkan batuk pilek yang berulang. \n\n \n\n Apakah Radang Amandel Harus Dioperasi? \n\n Ada beberapa kriteria pasien harus dilakukan operasi amandel. Kriteria mutlak antara lain: Sering sesak nafas saat tidur, sleep apnea, mendengkur parah. Ada juga kriteria relatif yaitu batuk pilek berulang dengan frekuensi lebih dari 5 kali dalam setahun. Namun sebelum menuju ke langkah operasi tentunya akan dilakukan pengobatan dengan obat-obatan pada saat dalam fase akut. Tentunya operasi dilakukan secara elektif apabila pasien sudah melewati fase akut. \n\n \n\n Sahabat Hermina, simak penjelasan selengkapnya tentang radang amandel di channel Youtube Hermina Hospitals (klik disini) \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 23 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Benarkah Makan Gorengan Dapat Memicu Amandel ?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, siapa yang tidak suka makan gorengan? Hampir setiap orang menyukai makan gorengan ya. Namun apakah benar makan gorengan dapat memicu penyakit amandel atau tonsilitis? \n\n Tonsilitis atau radang amandel adalah peradangan pada amandel yang ada di langit-langit mulut bagian cincin Waldeyer, dan biasanya disebabkan oleh virus Epstein Barr. Penyebaran infeksinya melalui udara (droplet) melalui tangan dan ciuman. Tonsilitis dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu timbulnya, yaitu tonsilitis akut dan tonsilitis kronis. Tonsilitis akut adalah peradangan pada amandel yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang terjadi dalam waktu 3 minggu. Tonsilitis kronis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pembesaran amandel disertai episode infeksi berulang \n\n \nPenyebab dan Gejala Radang Amandel atau Tonsilitis \n\n Peradangan pada tonsil disebabkan oleh bakteri disertai juga dengan gejala nyeri tenggorokan dan suhu tubuh meningkat. Tenggorokan akan terasa nyeri sehingga penderita sulit untuk menelan dan keadaan umumnya lemah. Tonsil tampak memerah dan bengkak dan kriptanya biasanya tertutup oleh lapisan fibrosa atau purulen, yang tampak sebagai titik-titik putih atau garis putih. Kelenjar leher biasanya membesar sehingga dirasakan nyeri. \n\n Prevalensi Kasus Radang Amandel atau Tonsilitis \n\n WHO memperkirakan 287.000 anak di bawah usia 15 tahun mengalami radang amandel, dimana 248.000 (86,4%) akan menjalani pengangkatan amandel dan 39.000 anak lainnya (13,6%) hanya akan menjalani operasi amandel. \n\n Sedangkan berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi Indonesia pada bulan September 2012, angka kejadian tonsilitis kronis setelah rinosinusitis akut tertinggi sebesar 3,8% selama periode 2012-2013. Di Indonesia, jumlah kunjungan rawat jalan untuk radang amandel sebanyak ± 55.383 orang, sedangkan jumlah pasien rawat inap untuk radang amandel sebanyak ± 37.835 orang. \n\n Beberapa Faktor Pemicu Terjadinya Tonsilitis \n\n \n Usia \n \n\n Usia merupakan salah satu faktor terjadinya tonsilitis karena fungsi tonsil akan meningkat pada umur 3 tahun kemudian menurun dan akan mengalami peningkatan lagi pada umur 10 tahun, kemudian ukuran tonsil yang membesar akan meningkat lagi pada umur 11-20 tahun dan kemudian akan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia anak-anak lebih rentan untuk terjadinya infeksi. \n\n \n Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Mengandung MSG \n \n\n MSG adalah bentuk garam dari asam glutamate, yang juga termasuk bahan tambahan pangan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai penyedap rasa, penggunaan glutamat dosis tinggi dikaitkan dengan berbagai variasi kelainan neuroendokrin dan sistem kekebalan tubuh. Reseptor glutamat memainkan peran penting dalam patogenesis gangguan yang diinduksi oleh MSG. Limfosit T dapat mengekspresikan beberapa jenis reseptor glutamat yang mengontrol respon imun, aktivasi, maturasi, dan apoptosis atau kematian sel. MSG juga menyebabkan cedera endotel yang menyebabkan kurangnya penyerapan sel darah dan trombosit, penurunan sirkulasi dan pembentukan thrombus. Mengonsumsi MSG secara berlebihan dapat menimbulkan gejala rasa gatal dan sakit pada tenggorokan. \n\n \n Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Berminyak \n \n\n Selain mengonsumsi makanan yang mengandung penyedap rasa, mengonsumsi makanan yang berminyak secara terus menerus juga dapat menimbulkan gejala tonsilitis. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan, akrolein inilah yang dapat menyebabkan timbulnya rasa gatal pada tenggorokan. \n\n \n Terlalu Banyak Mengonsumsi Air Dingin \n \n\n Terlalu banyak mengonsumsi air dingin juga dapat memicu meradangnya tonsil, karena air dingin dapat merangsang dan meregangkan sel epitel pada tonsil sehingga lama kelamaan akan mengakibatkan tonsil hipertrofi (Wahyuni & Yuliawati, 2017). Minuman dingin juga dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi sehingga pembuluh darah mengecil dan jumlah sel darah putih berkurang sehingga memperberat kerja imun tonsil. \n\n Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan berminyak seperti gorengan dapat menjadi salahsatu pemicu Tonsilitis atau Amandel. Apabila Sahabat Hermina memiliki keluhan dan ingin berkonsultasi dengan Dokter Spesialis THT dapat menghubungi Admin kami 0821-3552-2454. \n\n \n\n \n\n Referensi : \n\n Mita, Devi Nendes. (2017). Analisis faktor risiko tonsilitis kronik. UNIMUS. \n\n Nizar, Muhammad, Qamariah, Nur, & Muthmainnah, Noor. (2016). Identifikasi Bakteri Penyebab Tonsilitis Kronik Pada Pasien Anak Di Bagian Tht Rsud Ulin Banjarmasin. Berkala Kedokteran, 12(2), 197–204. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20527/j bk.v12i2.1867 \n\n P. Van den Broek, L. Feenstra. Debruyne, F. Marres, H. A. .. (2011). Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan Telinga, 12th edn, Editited by N. In Iskandar. \n\n Ramadhan, Febri, Sahrudin, Sahrudin, & Ibrahim, Karma. (2017). Analisis faktor risiko kejadian tonsilitis kronis pada anak usia 5-11 tahun di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017. Haluoleo University. \n\n Rusli, Malahayati, Miralza Diza, and Alda Rizky. "Hubungan Usia dan Konsumsi Makanan dengan Gejala Tonsilitis Pada Pasien Poli THT RSUD H. Hanafie Muara Bungo." Zona Kedokteran: Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam 12.1 (2022): 36-43. \n\n Sari, Layla Tunjung, Yuli Kusumawati, S. K. M., & Ambarwati, S. Pd. (2014). Faktor pencetus tonsilitis pada anak usia 5-6 tahun di wilayah kerja puskesmas bayat kabupaten klaten. Universitas Muhammadiyah Surakarta. \n\n Siregar, Anggita Rahma Agusli. (2019). Hubungan Faktor Risiko dengan Gejala Tonsilitis pada Anak di SDS Islam Annizam Medan. \n\n Wahyuni, Sri, & Yuliawati, Ratna. (2017). Hubungan Usia, Konsumsi Makan dan Hygiene Mulut dengan Gejala Tonsilitis Pada Anak di SDN 005 Sungai Pinang Kota Samarinda. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 19 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
9 Mitos dan Fakta tentang Amandel Membesar<\/a><\/h3>
Amandel atau tonsil adalah dua kelenjar kecil di tenggorokan yang berfungsi untuk mencegah infeksi, khususnya pada anak-anak. Namun, seiring bertambahnya usia dan makin kuatnya daya tahan tubuh, fungsi amandel mulai tergantikan dan ukurannya secara perlahan akan menyusut. Namun terkadang masih banyak yang percaya tentang mitos seputar amandel. Berikut mitos dan fakta tentang amandel yang membesar : \n\n 1. Mitos : Minum es menyebabkan amandel membesar. \n\n Fakta: Faktor predisposisi pembesaran amandel dapat berupa rangsangan menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik \n\n dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat . \n\n 2. Mitos : Amandel itu tidak berguna. \n\n Fakta : Amandel merupakan salah satu jaringan pertahanan tubuh, yang berfungsi untuk menghasilkan sel imun dan antibodi, guna menyaring kuman penyebab infeksi terutama kuman \n\n yang masuk melalui saluran napas \n\n 3. Mitos : Operasi amandel bisa membuat bodoh. \n\n Fakta : Operasi amandel tidak membuat bodoh. Justru apabila amandel dibiarkan membesar, maka lama kelamaan amandel yang membengkak ini dapat menyebabkan kualitas tidur \n\n terganggu dan sleep apnea¸ sehingga pada pagi hari pasien sering merasa mengantuk, pada anak-anak akan terganggu proses pembelajarannya di sekolah \n\n 4. Mitos : Kita hanya memiliki satu amandel. \n\n Fakta : Kita seringkali melihat bahwa kita hanya memiliki satu amandel saat membuka mulut. Namun, kita memiliki amandel yang lain. Amandel yang sering kita lihat adalah \n\n tonsil palatina. Dibelakang hidung, ada tonsil faringeal/adenoid serta dibagian belakang lidah, ditemukan tonsil lingual, dan dikelilingi oleh cincin jaringan limfa di dekat tuba eustachius \n\n yang fungsinya hampir sama, yaitu menghasilkan antibodi untuk memerangi bakteri atau virus yang masuk . \n\n 5. Mitos : Radang amandel selalu disebabkan infeksi bakteri. \n\n Fakta : Selain disebabkan oleh bakteri, radang amandel juga dapat disebabkan oleh virus, jamur. \n\n 6. Mitos : Gejala radang amandel hanya sakit tenggorokan. \n\n Fakta : Gejala radang ada banyak, tidak hanya sakit tenggorokan. Adapun gejala radang amandel yang dapat timbul sangat bervariasi, mulai dari gejala flu biasa, nyeri tenggorok, nyeri \n\n saat menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan, hingga rasa nyeri di telinga (otalgia). Apabila terjadi dalam waktu yang \n\n lama, dapat menyebabkan adanya rasa yang mengganjal dan kering di tenggorokan, serta napas berbau. Apabila pembesaran amandel sudah mengganggu jalan napas, dapat timbul \n\n gejala seperti tidur mendengkur (ngorok), dan bernapas melalui mulut. \n\n 7. Mitos : Amandel membengkak pasti radang tenggorokan. \n\n Fakta : Pembengkakan amandel tidak selalu disebabkan oleh infeksi pada saluran napas atas, namun juga bisa disebabkan oleh tumor, infeksi pada leher dalam (misalnya pada abses \n\n peritonsil, infeksi parafaring). Oleh karena itu, jika anda mengalami pembengkakan pada amandel anda, disarankan untuk berkonsultasi ke dokter spesialis THT KL terdekat . \n\n 8. Mitos : Amandel membesar harus selalu dioperasi. \n\n Fakta : Radang amandel tidak harus selalu dioperasi. Terdapat beberapa kondisi pada pembesaran amandel yang memerlukan tindakan operasi, seperti : \n\n \n Serangan radang amandel lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang maksimal. \n Pembengkakan amandel yang menimbulkan gangguan pertumbuhan gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial. \n Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale. \n Radang pada mukosa hidung dan sinus yang kronis, radang dan abses sekitar amandel yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan. \n Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan. \n Amandel berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus β hemoliticus. \n Pembesaran amandel yang dicurigai merupakan keganasan. \n Radang telinga tengah yang disebabkan oleh pembesaran amandel. \n Kelainan bentuk wajah muka dan gigi (adenoid face). \n \n\n 9. Mitos : Amandel tidak menular \n\n Fakta : Radang amandel yang disebabkan oleh infeksi dapat menular melalui udara (airborne droplets), tangan, dan ciuman. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 19 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>