- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 28 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Ini lah Penyakit Paru Karena Polusi Udara<\/a><\/h3>
Hallo sahabat Hermina, polusi udara dangat memperhatikan kesehatan khusunya paru karena adanya kontaminasi udara oleh zat apa pun yang berbahaya bagi manusia. Ini dapat menyebabkan atau berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan. Mulai dari yang ringan, hingga yang parah dan berbahaya. \n\n Apa Saja Penyebab Polusi Udara? \n\n Polusi udara dapat terjadi karena Polutan udara terbagi menjadi polutan primer dan sekunder. \n\n 1. Polutan primer \n\n Polutan utama yang bertanggung jawab atas polusi udara adalah yang secara langsung menyebabkan polusi udara. Ini termasuk gas berbahaya seperti sulfur dioksida yang berasal dari pabrik. Pertambangan dan penggalian; Polutan yang dihasilkan terutama adalah debu. \n\n Polutan primer adalah polutan yang dihasilkan sebagai akibat langsung dari proses. Belerang dioksida, yang dihasilkan oleh pabrik. \n\n 2. Polutan sekunder \n\n Polutan sekunder terbentuk dari proses intermixing atau percampuran polutan primer. Kabut asap, yang merupakan kombinasi dari kabut dan asap, merupakan polutan sekunder. \n\n Penyakit Paru Apa Saja Yang Ditimbulkan Oleh Penyebab Polusi Udara? \n\n 1. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) \n\n ISPA adalah infeksi di saluran pernapasan, yang menimbulkan gejala batuk, pilek, disertai dengan demam. ISPA sangat mudah menular dan dapat dialami oleh siapa saja. \n\n Berdasarkan data WHO, ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Salah satu penyebabnya karena polutan udara. \n\n 2. Asma atau Asthmatic bronchiale \n\n Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. \n\n Penyempitan saluran ini menghasilkan gejala asma seperti: sesak napas, batuk, dan sesak dada. Bagi seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran pernapasannya lebih sensitif dibandingkan orang lain yang tidak hidup dengan kondisi ini. \n\n 3. Paru-paru basah atau pneumonia \n\n Paru-paru basah atau pneumonia adalah penyakit akibat infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara atau pada alveolus di salah satu bagian paru-paru, atau bahkan keduanya. Paru-paru basah dapat disebabkan oleh serangan (infeksi) virus, jamur, atau bakteri terhadap sistem pernapasan. \n\n Penyakit tersebut diawali dengan gejala demam, batuk dan kesulitan bernapas. Tidak hanya orang dewasa yang dapat terserang paru-paru basah, anak-anak dan lansia pun dapat mengalaminya. \n\n \n\n Konsultasikan Ke Rumah Sakit Hermina Bitung Ke Dokter Spesialis Paru dr.Ismulat,SpP apabila mengalami penyakit paru akibat polusi udara. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 31 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Ini Pentingnya Vaksinasi Pneumonia Bagi Dewasa<\/a><\/h3>
Penyakit pneumonia merupakan suatu infeksi pada jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Ada 3 gejala utama pneumonia antara lain sesak nafas, demam dan batuk, dalam kondisi yang parah orang yang mengalami penyakit pneumonia dapat mengalami gejala yang berat hingga gagal nafas. Salah satu upaya dalam mencegah pneumonia adalah dengan melakukan vaksinasi. Seberapa penting vaksinasi pneumonia dalam pencegahan penyakit pneumonia ini? \n\n \n\n Vaksin pneumonia dapat membantu mencegah infeksi pneumonia. Vaksin membantu melindungi terhadap berbagai jenis bakteri Streptococcus pneumoniae. Vaksin bekerja efektif dengan membantu tubuh memproduksi antibodi sendiri, yang melindunginya dari paparan bakteri penyebab penyakit pneumonia. \n\n \n\n Ada beberapa populasi yang berisiko mengalami gejala yang berat apabila terinfeksi pneumonia antara lain: \n\n \n Penderita penyakit kronis seperti gangguan jantung, gangguan ginjal, pasien diabetes melitus, gangguan ginjal yang sampai hemodialisa, pasien dengan asma. Pasien yang menderita penyakit kronis tersebut biasanya memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah sehingga apabila terinfeksi pneumonia maka akan dapat mengalami gejala yang berat hingga gagal nafas. \n Kelompok yang kedua adalah pasien yang memiliki daya tahan tubuh seperti penderita HIV/AIDS atau orang yang mengonsumsi obat penekan sistem imun yaitu seperti pasien autoimun. \n Orang yang hendak melakukan perjalanan ke daerah yang potensial seseorang dapat terinfeksi pneumonia misalnya seperti berangkat haji dan umroh \n Selanjutnya adalah lansia yaitu usia di atas 65 tahun merupakan populasi yang berisiko mengalami gejala yang berat apabila terinfeksi pneumonia \n \n\n Populasi tersebut sebaiknya diberikan vaksinasi pneumonia agar dapat terhindar dari gejala yang berat akibat pneumonia sampai mengalami gagal nafas. Secara umum panduan untuk vaksinasi pneumonia dapat disarankan sejak 19 tahun. Namun untuk ke empat populasi di atas lebih diprioritaskan untuk dapat melakukan vaksinasi pneumonia. \n\n \n\n Ada dua jenis vaksin pneumonia yang ada di pasaran saat ini yaitu antara lain: \n\n \n PCV 13 (Pneumococcal Conjugate Vaccine). Vaksin ini dapat diberikan untuk usia diatas 19 tahun ke atas. \n \n\n \n PPSV23 (Pneumococcal Polysaccharide Vaccine). Vaksin ini dapat diberikan untuk usia di atas 50 tahun. \n \n\n KIPI (Kejadian Pasca Imunisasi) Vaksinasi Pneumonia \n\n Sama dengan vaksinasi pada umumnya, vaksinasi pneumonia juga dapat menimbulkan KIPI (Kejadian Pasca Imunisasi) seperti: nyeri pada bagian suntikan, bisa kemerahan atau bengkak pada bagian yang disuntik kemudian bisa demam ringan, nyeri otot dan nyeri sendi. Namun hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena akan hilang dengan sendirinya pada hari ke 2 atau ke 3 pasca imunisasi. \n\n \n\n Sahabat Hermina, simak penjelasan tentang pentingnya vaksinasi pneumonia di channel youtube hermina hospitals! (klik disini) \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 06 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Penyakit Kanker Paru<\/a><\/h3>
Baru baru ini, kita dihebohkan dengan salah satu artis tanah air yang kehilangan nyawa akibat terkena penyakit kanker paru, artis tersebut tidak merasakan gejala apapun selama ini, namun sekali periksa baru diketahui jika kanker parunya sudah di stadium 4. Lalu sebenarnya seperti apakah kanker paru ini ? \n\n Kanker paru-paru adalah suatu kondisi di mana sel-sel tumbuh yang secara tidak terkendali di dalam organ paru-paru. Organ ini berfungsi untuk menyebarkan oksigen ke dalam darah saat menghirup napas dan membuang karbondioksida saat menghela napas. Kanker paru terdiri dari dua jenis, yaitu: \n\n \n Kanker Paru primer yaitu kanker paru yang tumbuh dan dimulai dalam organ paru – paru \n Kanker Paru Sekunder yaitu kanker yang menyebar ke paru paru dari area lain dalam tubuh \n \n\n Penyebab yang paling utama kanker paru adalah perokok aktif dan pasif dan selalu terpapar menghirup udara kotor/polusi. Di dalam rokok terdapat zat penyebab kanker (karsinogen) yang memicu kerusakan sel pelapis paru-paru. Perubahan sel dan jaringan pada paru-paru cepat berubah pada perokok berat. Awalnya tubuh dapat memperbaiki kerusakan ini. \n\n Namun, paparan yang berulang terus membuat sel-sel normal pelapis paru-paru semakin rusak. Kerusakan menyebabkan perubahan abnormal sel, yang berujung pada perkembangan sel sel kanker. Di luar dari merokok, mungkin belum banyak ditemukan penyebab pasti dari kanker yang dialami. \n\n Faktor Risiko Kanker Paru \n\n Sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko kanker paru. Beberapa faktor risiko dapat dikendalikan, misalnya dengan berhenti merokok. Sedangkan faktor lain seperti riwayat dalam keluarga tidak dapat dikendalikan. Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi faktor risiko kanker: \n\n \n Merokok, Risiko kanker semakin meningkat seiring dengan jumlah rokok yang di hisap. Berhenti pada usia berapapun secara signifikan menurunkan risiko kanker. \n Paparan Asap Rokok, Tidak merokok pun bukan berarti terbebas dari risiko kanker . Risikonya meningkat saat sering terpapar asap rokok. \n Terapi radiasi, Terapi radiasi untuk mengatasi jenis kanker lain dapat meningkatkan risiko terkena kanker \n \n\n \n\n \n\n Gejala Kanker Paru \n\n Sebagian besar gejala kanker terjadi dalam organ paru, tapi juga mungkin dialami di beberapa bagian tubuh lain jika sel abnormal sudah menyebar. Gejala juga dibedakan berdasarkan intensitas keparahan penyakit. Berikut ini beberapa gejala yang dialami oleh pengidap: \n\n \n Ketidaknyamanan atau nyeri di dada \n Mengi \n Darah dalam dahak \n Suara Serak \n Masalah dalam menelan \n Kehilangan selera makan \n Peradangan atau sumbatan di paru \n Pembengkakan atau pembesaran kalenjer getah bening di daerah paru-paru \n Merasa Sangat Lelah \n Masalah pernapasan. \n Kehilangan berat badan tanpa alasan (mendadak) \n Batuk yang tidak hilang atau semakin memburuk dari waktu ke waktu \n \n\n \n\n Pencegahan Kanker Paru Paru \n\n Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah kanker. Namun, kamu bisa menurunkan risikonya dengan melakukan beberapa langkah berikut ini: \n\n \n Berhenti merokok, jika sulit berhenti, kamu bisa meminta bantuan ahli medis untuk melakukan terapi. \n Hindari Asap Rokok, jika tinggal atau bekerja dengan seorang perokok, jauhi saat mereka membakar rokok \n Konsumsi buah dan sayuran, keduanya merupakan sumber vitamin dan nutrisi terbaik yang dapat menurunkan risiko kanker. \n Berolahrga, lakukan secara teratur, setidaknya 150 menit dalam seminggu atau 30 menit dalam sehari. \n \n\n Segera konsultasikan di RSU Hermina Medan bila terjadi gejala pada tubuh kita dan baiknya screening sedini mungkin dengan cara Medical Cek Up guna antisipasi serta deteksi sebelum berdampak bahaya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Grand Wisata<\/a><\/li>
- 21 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Yuk ketahui sejarah, tanda gejala dan pencegahan tentang Tuberculosis!<\/a><\/h3>
\n\n TBC di Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Catatan tertua TBC di Indonesia ditemukan pada salah satu relief Candi Borobudur pada abad ke-8 Masehi. Sejak periode Hindia Belanda ada beberapa catatan terkait kegiatan TB, yaitu: Perkumpulan Centrale Vereniging Voor Tuberculose Bestrijding (CVT) dibentuk pada 1908 dan tahun 1939 didirikan 15 sanatorium untuk perawatan pasien TBC paru dan 20 consultatiebureau yang memberi penyuluhan dan pengobatan. \n\n Setelah merdeka yaitu pada zaman Orde Lama (1945-1966) didirikan Lembaga Pemberantasan Penyakit Paru-paru (LP4) didirikan di Yogyakarta. Dikenal dengan Balai Pemberantasan Penyakit Paru-paru (BP4), lembaga tersebut disebarluaskan hingga ke 53 lokasi. Pada tahun 1950 Jenderal Soedirman meninggal karena TBC. \n\n TUBERKULOSIS (TBC) adalah \n\n Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya bakteri tersebut menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organ tubuh lainnya seperti organ pencernaan, kelenjar limfe, kulit, sistem saraf, otot, hati, dan sistem reproduksi. Bakteri tersebut berbentuk batang/basil yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam, oleh karena itu bakteri ini disebut juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA) dan akan cepat mati bila terpapat oleh sinar matahari langsung namun dapat bertahan hidup beberapa jam pada kondisi gelap dan lembap. \n\n \n\n CARA PENYEBARAN PENYAKIT \n\n Tuberkulosis paru dapat menyebar melalui aerosol (percikan ludah/bersin) dari membran mukosa paru-paru pasien yang terinfeksi oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis kemudian percikan tersebut terhirup atau masuk ke saluran pernapasan orang yang sehat, kemudian bakteri tersebut berkembang di dalam paru-paru orang tersebut. \n\n \n\n TANDA & GEJALA \n\n Tuberkulosis paru memiliki tanda dan gejala seperti: \n\n \n \n Batuk berdahak \n \n \n Sesak napas atau nyeri dada \n \n \n Demam meriang berkepanjangan \n \n \n Badan lemas \n \n \n Penurunan nafsu makan \n \n \n Penurunan berat badan \n \n \n\n \n\n PENATALAKSANAAN \n\n Tuberculosis dapat diobati dengan obat-obatan regimen TBC seperti Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol, dan Streptomisin. Biasanya pengobatan memerlukan waktu selama 6 bulan diikuti dengan pemeriksaan dahak berkala untuk melihat keberhasilan pengobatan tersebut. \n\n Beberapa kasus Tuberculosis paru mungkin resisten/tahan terhadap obat-obatan diatas, sehingga perlu disesuaikan regimen obat yang diberikan dengan menggunakan regimen khusus untuk TBC resisten obat. \n\n \n \n \n\n PENCEGAHAN \n\n Tuberculosis dapat dicegah dengan: \n\n \n \n Gunakan masker atau menutup mulut saat batuk dan bersin \n \n \n Tidak meludah disembarang tempat \n \n \n Makan makanan yang bergizi \n \n \n Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) \n \n \n Menjaga jarak dengan pasien yang terdiagnosis dengan TBC \n \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 18 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Faktor Pencetus Serangan Asma yang dapat Merugikan Kesehatan Anda<\/a><\/h3>
Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan penyempitan saluran napas (hiperaktifitas bronkus) sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam atau dini hari. \n\n Faktor pencetus ini sangat penting untuk diketahui oleh penderita asma dan keluarganya . Dengan mengetahui dan menghindari faktor pencetus tersebut , maka diharapkan Anda terhindar dari serangan asma . Disamping terhindar dari serangan asma , menghindari faktor pencetus , dapat menjadikan penyakit asma Anda terkontrol penuh dan aktivitas hidup Anda dapat normal kembali. \n\n Faktor pencetus tersebut , antara lain : \n\n 1.Allergen (bulu binatang, debu rumah) \n\n Bagi sebagian orang, kucing mungkin adalah binatang yang lucu dan menggemaskan. Tak jarang juga yang akhirnya menjadikan kucing sebagai hewan peliharaan di rumah. Namun, lain halnya dengan orang yang memiliki alergi terhadap bulu kucing. Melihat hewan yang satu ini berkeliaran di dekatnya akan memunculkan sejumlah gejala alergi yang mengganggu.Alergi bulu kucing adalah kondisi ketika tubuh mengalami reaksi atau gejala ketika terpapar bulu kucing yang mengandung pemicu alergi. Lalu, apakah alergi bulu kucing berbahaya? Tentu itu tergantung pada kondisi setiap orang yang mengalaminya. Jika reaksi alergi ringan, tentu bisa dikelola dengan menghindari pemicu alergi dan tidak berbahaya. Namun, jika reaksi alergi yang dialami berat (bahkan sampai anafilaksis), tentu itu berbahaya. \n\n Alergi terhadap debu biasanya ditandai dengan sejumlah masalah pada sistem pernapasan, seperti asma, sesak nafas, atau mengi. Kondisi ini dapat dikendalikan dan dicegah kekambuhannya melalui perubahan gaya hidup atau mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter. \n\n 2.Makanan (bahan pengawet , penyedap ) \n\n Bahan-bahan kimia penambah rasa dan pengawet makanan terkadang dapat menjadi pemicu kambuhnya asma bagi beberapa orang. Beberapa jenis substansi dalam makanan olahan yang berkemungkinan besar memiliki efek negatif ini, berdasarkan situs yang sama, adalah benzoates, tartrazine, monosodium glutamate, dan sulfites. \n\n 3.Infeksi saluran napas \n\n Infeksi saluran pernapasan adalah infeksi yang terjadi di saluran pernapasan, bisa atas atau bawah. Meski biasanya dapat sembuh tanpa perawatan khusus, kondisi ini bisa berbahaya bagi anak-anak, lansia, atau orang dengan daya tahan tubuh yang lemah \n\n 4. Polusi udara / Asap \n\n Lingkungan yang tercemar atau polusi udara juga dapat menjadi penyebab asma. Polusi udara dapat berupa asap yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, asap pabrik, asap pembakaran sampah atau kebakaran hutan serta banyaknya debu yang beterbangan. Polusi udara ini dapat mengkontaminasi ketika anda keluar rumah maupun di dalam rumah. Rumah atau kamar yang jarang dibersihkan dapat menghasilkan polusi berupa debu yang mudah sekali untuk memicu timbulnya asma. Polusi udara ini bersifat iritan sehingga jika dihirup maka saluran pernafasan akan menjadi sensitif dan menyempit sehingga berisiko menyebabkan asma. \n\n 5 Perubahan cuaca \n\n Udara dingin ini merupakan salah satu pemicu penyakit asma. Misalnya saja ruangan AC yang terlalu dingin, itu juga dapat memicu asma. Mengendarai kendaraan bermotor di malam hari tanpa mengenakan jaket juga sangat berbahaya bagi pengidap penyakit ini. \n\n 6.Obat obatan \n\n Bijak menggunakan obat penderita asma kini perlu lebih waspada dalam mengkonsumsi obat. Pasalnya, sebuah penelitian menemukan resiko obat penurun kadar kolesterol dapat memicu kambuh dan bertambah parahnya penyakit asma. \n\n 7.Aktivitas berlebihan sehingga terjadi kelelahan \n\n Olahraga berlebihan membuat tenaga Anda terkuras. Mental dan fisik yang kelelahan dapat mempengaruhi Imun Anda \n\n 8.Bahan iritan yang masuk saluran nafas \n\n Kondisi menghirup bahan iritan, misalnya asap rokok, nitrogen oksida, ozone, sulfur oksida, dan gas lainnya bisa menyebabkan kerusakan pada struktur anatomi saluran pernapasan. Pada iritan tertentu, misalnya asap rokok juga dapat menjadi alergen atau zat yang memicu alergi pada orang-orang yang memiliki hipersensitivitas \n\n 9.Bau yang merangsang \n\n Jika seseorang terpapar dengan bau cairan kimia, biasanya akan merangsang saluran napas dan akan mengiritasi, sehingga pada saluran napas yang sensitif akan menimbulkan reaksi dengan gejala seperti bersin, batuk dan lama kelamaan dapat timbul sesak napas \n\n 10.Emosi yang berlebihan \n\n Hati-hati jika anda menyimpan terlalu banyak beban pikiran hingga mengalami stres. Sebab stres juga dapat menjadi penyebab asma. Oleh karena itu kelola pikiran anda agar selalu tenang dan damai agar terhindar dari stres. Selain itu atur waktu dengan baik agar pekerjaan tidak menumpuk. Sebab beban pekerjaan yang menumpuk juga berisiko tinggi untuk menimbulkan stres. \n\n Mengingat Asma adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan, maka sangat penting untuk selalu berkonsultasi kepada dokter sebelum mengonsumsi obat. Bahkan serangan Asma bisa sangat fatal jika tidak segera ditangani. Segeralah ke dokter atau rumah sakit terdekat jika Anda merasakan sesak napas meskipun tidak banyak melakukan aktivitas fisik, serta tidak adanya perubahan setelah menggunakan inhaler. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 23 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cairan di Sekitar Paru-Paru (Efusi Pleura)<\/a><\/h3>
Efusi pleura, terkadang disebut sebagai "air di paru-paru", adalah penumpukan cairan berlebih di antara lapisan pleura di luar paru-paru. Pleura adalah selaput tipis yang melapisi paru-paru dan bagian dalam rongga dada dan berfungsi untuk melumasi dan memfasilitasi pernapasan. Biasanya, sejumlah kecil cairan ada di pleura. \n\n Keseriusan kondisi ini bergantung pada penyebab utama efusi pleura, apakah pernapasan terpengaruh, dan apakah penyakit ini dapat diobati secara efektif. Penyebab efusi pleura yang dapat diobati atau dikontrol secara efektif antara lain infeksi akibat virus, pneumonia, atau gagal jantung. Dua faktor yang harus dipertimbangkan adalah pengobatan untuk masalah mekanis terkait serta pengobatan penyebab efusi pleura. \n\n Gejala umum efusi pleura meliputi: \n\n 1. sesak napas \n\n 2. batuk \n\n 3. nyeri dada. \n\n Penumpukan cairan menekan paru-paru, membuat paru-paru sulit mengembang sepenuhnya. Dalam beberapa situasi, sebagian, atau seluruh paru-paru akan kolaps. Ini bisa membuat semakin terengah-engah, bahkan saat beristirahat. Mungkin mengalami nyeri dada dan batuk. \n\n Ada beberapa penyebab efusi pleura yang berbeda. Bagi penderita kanker, efusi pleura seringkali bersifat ganas (lihat di atas). Artinya ada sel kanker di rongga pleura yang menyebabkan penumpukan cairan. Terkadang, efusi pleura dapat terjadi akibat peradangan, penyumbatan paru-paru, trauma, atau kondisi medis lain yang mungkin bukan disebabkan oleh kanker. \n\n Jenis kanker tertentu. Beberapa jenis kanker lebih mungkin menyebabkan efusi pleura. Misalnya, sekitar 40% penderita kanker paru-paru mengalami efusi pleura pada suatu saat selama perjalanan penyakitnya. \n\n 1. Kanker payudara \n\n 2. Kanker paru-paru \n\n 3. Limfoma \n\n 4. Mesothelioma \n\n 5. Kanker ovarium \n\n Efusi pleura juga bisa menjadi tanda kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening. Perawatan kanker. Terapi radiasi, kemoterapi, operasi perut, dan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan efusi pleura. Efusi pleura juga dapat terjadi setelah operasi paru-paru. \n\n Kondisi kesehatan lainnya. Efusi pleura juga bisa disebabkan oleh kondisi lain selain kanker. Kondisi tersebut antara lain: \n\n · Penggumpalan darah di paru-paru, disebut juga emboli paru \n\n · Penyakit jantung atau gagal jantung \n\n · Penyakit ginjal \n\n · Penyakit hati \n\n · Radang paru-paru \n\n · Obstruksi jalan napas atau kolaps paru \n\n · Nutrisi yang buruk, menyebabkan kadar protein rendah \n\n Jika merasakan gejala yang menandakan penyakit paru-paru, bicarakan dengan dokter sesegera mungkin. Lantas, kapan sebaiknya ke dokter apabila mengalami gangguan pada paru-paru? Perhatikan gejala yang ada. Gejala yang terjadi terus-menerus, seperti batuk, sesak napas, atau kesulitan bernapas dapat disebabkan oleh kerusakan atau penyakit pada paru-paru dan jaringan di sekitarnya. Masalah paru-paru juga bisa dipicu oleh masalah pada bagian lain dari sistem pernapasan, seperti kotak suara atau batang tenggorokan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 02 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Emfisema Dampak dari Kebiasaan Merokok?<\/a><\/h3>
Emfisema merupakan salah satu penyakit yang menyerang organ paru-paru. Emfisema timbul di sebabkan dari kebiasaan merokok selama bertahun-tahun. \n\n Penyakit ini termasuk dalam kelompik Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) da berpotensi mengancam nyawa penderita. Emfisema dapat menimbulkan gejala seperti sesak dan sulit untuk bernafas bagi penderitanya. Dikarenakan adanya kerusakan pada kantong udara di alveolus atau paru-paru. \n\n Emfisema adalah penyakit obstruktif paru yang bersifat progresif dan kronis. Emfisema ditandai dengan adanya kelainan yang terjadi berupa adanya pelebaran rongga udara distal pada bronkiolus terminal dan kerusakan pada parenkim paru. Selain itu rusaknya alveolus juga dapat mengganggu proses keluarnya udara berisi karbodioksida dari paru-paru. Sehingga menyebabkan paru membesar secara perlahan yang disebabkan udara terperangkap dan nenumpuk di dalam kantong udara. \n\n Enfisema akan memburuk seiringan dengan waktu. Meskipun ada penanganan yang bisa untuk memperlambat perkembangan penyakit emfisema, akan tetapi alveolus yang rusak tidak dapat dipulihkan kembali. \n\n \n\n Gejala Emfisema \n\n Emfisema umumnya dialami oleh seseorang dengan kebiasaan merokok selama bertahun-tahun. Gejala emfisema sendiri cukup beragam, beberapa gejalanya umum emfisema yakni, antaranya: \n\n \n Napas pendek, saat melakukan aktivitas ringan \n Kebiruan pada bibir dan kuku disebabkan kurangnya asupan oksigen \n Perubahan bentuk dada (barrel chest) \n Nafsu makan dan berat badan menurun \n Kelelahan dan tubuh menjadi lemah \n \n\n \n\n Penyebab Emfisema \n\n Penyebab paling umum emfisema adalah paparan asap rokok hingga kebiasaan merokok. Selain itu, paparan polusi dalam jangka panjang serta bahan kimia di industri juga dapat memicu emfisema. \n\n Meski jarang terjadi emfisema juag bisa disebabkan oleh kelainan genetic yang disebut defisiensi alfa-1 antitripsin. Kondisi ini terjadi akibat kekurangan protein alfa-1, yaitu yang berfungsi untuk melindungi elastis pada organ paru. \n\n \n\n Faktor Risiko Emfisema \n\n Emfisema lebih sering terjadi pada seseorang dengan beberapa faktor dibawah ini: \n\n \n Memiliki kebiasaan merokok atau terpapar asap rokok / perokok pasif \n Bekerja atau menetap dilingkungan mudah terpapar polusi udara \n Memiliki riwayat penyakit paru obstruktif (PPOK) \n \n\n \n\n Diagnosis emfisema perlu dilakukan terutama melalui pemeriksaan spirometry. Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat membantu emfisema seperti rontgen toraks, pemeriksaan darah, elektrokardiogram, pulse oximetry dan CT Scan. \n\n Pengobatan emfisema dilakukan berdasarkan tingkat keparahan yang dialami oleh pasien. Apabila kondisi tersebut sudah tidak dapat disembuhkan, maka akan diberikan penanganan untuk memperlamat berkembangnya emfisema, di antaranya sebagai berikut \n\n \n Pemberian obat-obatan (bronkodilator, kortikosteroid, dan antibiotic) \n Tindakan Operasi, terapi \n Dan perubahan gaya hidup \n \n\n \n\n Oleh karena itu, untuk menghindari penyakit emfisema, Sahabat Hermina bisa memulainya dengan menghindari faktor-faktor pemicunya seperti salah satunya merokok dan paparan polusi udara. Lakukan konsultasi untuk melakukan pencegahan sedini mungkin agar dapat mencegah emfisema dan ubah gaya hidup dengan pola hidup yang sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Karawang<\/a><\/li>
- 28 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Bunda Harus ketahui, Gejala Asma Pada Anak serta Penangananya<\/a><\/h3>
Asma adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Sebagai penyakit kronis, kondisi ini ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran pernapasan. ternyata ada banyak faktor yang bisa memicu penyakit ini pada anak, mulai dari faktor riwayat kesehatan keluarga, infeksi virus, hingga pengaruh lingkungan sekitar yang menimbulkan asma pada anak. Lantas, apa saja gejala awal penyakit asma pada anak, yang bunda harus ketahui, \n\n \n Batuk Tanpa Henti \n \n\n Muncul dalam jangka panjang, dan sering memburuk pada malam hari. Selain itu, gejala asma yang satu ini juga sering muncul saat Si Kecil beraktivitas, seperti bermain atau berolahraga. \n\n \n Sesak Napas \n \n\n Waspadai gejala batuk yang disertai dengan sesak napas. Ini bisa menjadi tanda awal penyakit asma. Kondisi ini juga menyebabkan napas anak tersengal-sengal dan mengalami nyeri dada. \n\n \n Mengi \n \n\n Mengi alias napas berbunyi juga bisa muncul sebagai gejala asma. Pengidap penyakit ini umumnya akan mengeluarkan suara “ngiik” saat bernapas atau saat menghembuskan napas. \n\n \n Mudah Lelah \n \n\n Anak yang mengalami asma juga cenderung mudah lelah dan terlihat lesu. Tubuhnya akan terasa lemas dan enggan untuk melakukan aktivitas bersama teman-temannya. Selain itu, Si Kecil yang mengidap penyakit ini juga cenderung mengalami kesulitan tidur di malam hari. \n\n Hal ini bisa muncul akibat kesulitan bernapas atau sesak napas. Selain itu, susah tidur juga bisa disebabkan oleh gejala batuk-batuk yang dialami anak dengan penyakit asma. Hingga kini, belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab pasti asma pada anak. Namun, ada beberapa faktor yang diduga menjadi pemicunya, mulai dari faktor genetik, bawaan lahir, kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan di bawah normal, udara dingin, kelelahan, infeksi saluran pernapasan yang terjadi berulang-ulang dan bersifat parah, serta terpapar polusi udara. Asma pada anak, terutama bayi, adalah kondisi yang tidak boleh dianggap sepele. Bunda bisa lakukan pertolongan pertama saat serangan Asma pada Anak sebagai berikut ; \n\n \n Menggunakan nebulizer atau. \n Menggunakan Metered Dose Inhaler (MDI) dan Spacer. \n Pada bayi dan balita, gunakan sungkup dengan ukuran yang tepat untuk menutupi hidung dan mulut. \n Pada Anak yang lebih besar dapat menggunakan mouthpiece. \n \n\n Pada beberapa kondisi, asma pada anak mungkin akan menunjukkan gejala yang lebih parah. Kondisi ini bisa saja menyebabkan anak kesulitan bernapas atau napas yang terengah-engah. Kondisi ini juga bisa menyebabkan napas menjadi sangat cepat dan mengganggu kemampuan anak dalam mengatur napas dan berbicara. Kondisi ini menyebabkan anak berbicara dengan terbata-bata. Bila anak mengalami gejala berikut, jangan tunda pemeriksaan segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak agar pencegahan dan penangan dari penyakit asma tersebut bisa dideteksi sejak awal. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 10 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Bahaya Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Pada Anak, Kenali Gejalanya ! <\/a><\/h3>
Hallo sahabat Hermina Bitung, taukah bahwa Penyakit Paru Obstruksi Kronik atau sering disingkat PPOK Penyakit paru satu ini menghalangi aliran udara sehingga menyebabkan penderita mengalami kesulitan dalam bernafas. Bahayanya saat ini banyak dialami oleh anak-anak yang terpapar PPOK, sebelumnya kita kenali dahulu apa itu gejala PPOK pada anak. \n\n Gejala Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) \n\n Pada umumnya gejala pada anak hamper sama dengan gejala dewasa, tetapi Sahabat Hermina khusunya orang tua harus mengethaui gejala terjadinya PPOK, yaitu : \n\n \n Batuk kronik dengan atau tanpa dahak yang tidak kunjung sembuh \n Makin sering tersengal-sengal saat melakukan aktivitas ringan seperti memasak atau mengenakan pakaian \n Mengi atau suara nafas disertai bunyi \n Lemas (kehilangan kemampuan/prodiktivitas) \n Terasa berat di dada \n Penurunan berat badan \n \n\n Faktor Resiko Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) \n\n Sebelum melihat gejala yang dialami, sebaiknya orang tua juga harus mengetahui factor-faktor resiko apa saja PPOK, agar dapat dicegah oleh anak, berikut factor resiko PPOK ; \n\n \n Merokok, terpapar asap rokok dari lingkungan sekitar, Usia, PPOK akan berkembang secara perlahan ahan selama bertahun-tahun. Gejala penyakit umumnya muncul pada pengidap yang berusia 35 – 40 tahun \n Polusi udara, Misalnya asap kendaraan bermotor, debu jalanan, gas buangan industry, briket batu bara, debu vulkanik, gunung meletus, asap kebakaran hutan, asap obat nyamuk bakar, asap kayu bakar, asap kompor, polusi ditempat kerja (bahan kimia, debu/ zat iritasi dan gas beracun) \n Faktor Keturunan, Jika memiliki anggota keluarga yang PPOK , maka penderita memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit yang sama. \n \n\n Masalah paru-paru yang dimulai pada masa kanak-kanak cenderung tetap ada saat anak-anak tumbuh dewasa. Selain itu, anak-anak yang tumbuh di sekitar perokok atau orangtua yang merokok lebih mungkin untuk menjadi perokok. \n\n Pencegahan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) \n\n Sebaiknya mecegah Faktor Resiko Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan cara; \n\n \n Jika orang tua mnerokok, .usahakan untuk pakaian dan celana yang digunakan langsung di cuci dan orang tua mandi sebelum memegang anak agar tidak terpapar asap rokok. \n Waspadai bahaya lainnya dengan berhati-hati melindungi diri dari bahan kimia, debu, dan asap di rumah dan di tempat kerja. \n Mengenali tanda-tanda perburukan gejala PPOK bisa menjadi salah satu cara untuk mencegah PPOK yang kambuh semakin memburuk. \n Mendapatkan asupan makanan yang berigizi dan menghindari pantangan bisa membantu kondisi Anda semakin baik. Ini juga jadi salah satu langkah pencegahan gejala PPOK Anda kambuh. \n Gaya hidup yang bisa Anda lakukan untuk mencegah PPOK adalah makan dengan porsi lebih kecil dan lebih sering mungkin bisa membantu mengatasi masalah ini. Dokter juga bisa menganjurkan suplemen gizi untuk memastikan bahwa Anda mendapatkan nutrisi penting yang Anda butuhkan. \n \n\n Bila Gejala PPOK Semakin Buruk dapat k edr. Ismulat,SpP (Spesialis Paru) di RS Hermina Bitung. \n\n -Salam Sehat- \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 29 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Tuberkolosis dan Kebiasaan Merokok<\/a><\/h3>
Hari Tuberkulosis Se-dunia (World TB Day) diperingati setiap tanggal 24 Maret. Tema peringatan World TB Day tahun 2023 adalah “Yes! We Can End TB”. “Ayo Bersama Akhiri TBC,Indonesia Bisa.” Tema ini merupakan bentuk optimisme semua pihak sekaligus komitmen bersama untuk eliminasi TBC pada tahun 2030 yang tertuang dalam komitmen global End TB Strategy. \n\n Global TB Report yang dirilis WHO tahun 2022 menunjukkan bahwa 10,6 juta orang menderita tuberkulosis di dunia. TBC menjadi salah satu pembunuh menular paling mematikan. Angka kematian akibat TBC secara global mencapai 1,6 juta, berarti setiap hari, lebih dari 4.300 orang meninggal karena TBC. Insiden TBC di Indonesia tahun 2021 mencapai 969.000 kasus atau 354 kasus per 100.000 penduduk dengan angka mortalitas mencapai 144.000 jiwa (52 per 100.000 penduduk). Angka tersebut masih jauh dari target Peraturan Presiden RI Nomor 67 Tahun 2021 yang menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen menurunkan insidensi kasus tuberkulosis menjadi 65 per 100.000 penduduk pada tahun 2030 dan target penurunan angka kematian akibat TBC menjadi 6 per 100.000 penduduk. \n\n Permasalahan dan tantangan lain adalah munculnya kasus Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO), TB Anak, TB-HIV, dan TB dengan komorbid dengan insiden kasus semakin meningkat. Bakteri Mycobacterium tuberkulosis (M.tb) yang terkandung di dalam percikan ludah atau dahak menyebar dengan cepat melalui udara dari seorang penderita TBC aktif kepada sesorang yang sehat, baik saat berbicara, bersin, atau batuk. Masih tingginya kasus TBC di Indonesia tidak terlepas dari faktor resiko yang melekat erat dengan kebiasaan sehari-hari, salah satunya yaitu merokok. Beberapa faktor resiko lain mudahnya terinfeksi tuberkulosis adalah komorbid seperti diabetes, hipertensi, malnutrisi, dan orang dengan HIV-AIDS (ODHA). \n\n \n\n Tradisi Dan Tren Rokok Masa Kini \n\n Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dan bersilaturahmi, baik keperluan transaksi ekonomi, atau sekedar kumpul bersama sambil menikmati secangkir kopi. Bagi sebagian kelompok masyarakat, merokok adalah tradisi yang mengiringi setiap kegiatan hari-hari. Sebanyak apapun bukti akan bahaya asap atau uap rokok bagi kesehatan, mereka tidak peduli. \n\n Kalau kita kaji dari zaman hingga kini, rokok terus berinovasi dan beradaptasi memenuhi kebutuhan semua kelompok usia. Secara konvensional, rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus daun nipah atau kertas, sedangkan merokok adalah menghisap rokok atau proses menikmati tembakau yang dibakar. Perkembangan teknologi saat ini menyebabkan definisi rokok mengalami perluasan arti. Terdapat rokok elektrik (E-Cigarrret) di mana aktifitas merokok mencakup aktifitas menghirup uap cairan kimiawi menggunakan alat khusus yang disebut vape. \n\n Penggunaan electronic cigarettes atau biasa disebut vaping semakin meningkat di kalangan remaja dan usia produktif. Rokok elektrik ini terkenal juga dengan berbagai nama, seperti “e-cigs”, “vapes”, “mods”, “tank systems”, “e-hookahs”, “vape pens”, dan “electronic nicotine delivery systems (ENDS). Beberapa faktor yang mendukung perkembangan cepat vaping adalah adanya anggapan rokok elektronik sebagai alternatif yang lebih sehat dari pada rokok konvensional karena kadar bahan toksik dan karsinogen cenderung lebih rendah. Selain itu, beberapa komunitas juga mengkampanyekan bahwa vaping sebagai salah satu alat untuk terapi berhenti merokok. Pemasaran vape yang massif dan agresif membuka peluang usaha baru, dimana-mana toko yang menjual device vaping dan cairan isi ulangnya menjamur. Vaping dianggap lebih keren bagi anak muda, menjadi suatu gaya hidup dan kultur baru. \n\n Rokok elektronik terdiri dari beberapa bagian, yaitu baterai lithium, komponen pemanas, dan kontainer yang berisi cairan. Cairan akan diubah menjadi uap untuk inhalasi. Cairan vape mengandung pelarut (propylene glycol, vegetable glycerin), perisa (buah-buahan, mint, dan lain-lain), serta zat aktifnya nikotin. Zat-zat tersebut menyebabkan gejala mirip infeksi saluran napas atas dan berpotensi menjadi zat penyebab kanker, menyebabkan iritasi pada mata, paru, dan esofagus dan dapat menyebabkan penurunan kapasitas faal paru. \n\n Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merilis adanya kasus gagal napas akut akibat vaping yaitu EVALI (e-cigarette or vaping, product use associated lung injury). Penyebab utama EVALI diperkirakan karena vitamin E asetat yang mengandung tetrahydrocannabinol (THC) yang masuk ke tubuh saat penggunaan vape. Komplikasi EVALI antara lain: acute respiratory distress syndrome, gagal napas, sehingga beberapa pasien butuh intubasi dan ventilasi mekanis. \n\n Adiksi nikotin \n\n Merokok adalah aktifitas menyenangkan, karena di beberapa cycle pertemanan, rokok secara sosial dianggap sebagai simbol pertemanan dan keakraban, sedangkan secara pribadi rokok menimbulkan ketagihan. \n\n Pada rokok konvensional, terkandung zat seperti tar, nikotin, karbon monoksida, dan lain-lain, begitu juga halnya dengan rokok elektrik. Nikotin di dalam rokok apabila dihisap akan mencapai otak dalam tujuh detik dan berikatan dengan reseptor asetilkolin nikotinik (nAChR). Aktivasi terhadap saraf ini menyebabkan terjadi produksi dopamin. Dopamin mampu memperkuat stimulasi otak dan mengaktifkan reward pathway, yakni pengaturan perasaan dan perilaku melalui mekanisme tertentu di otak. Dopamin merupakan senyawa kimia yang bertanggung jawab terhadap rasa senang, tenang, motivasi dan menghilangkan rasa sakit. Pelepasan dopamin tersebut hanya bersifat sementara, sehingga perokok akan mengulangi lagi kebiasaannya merokok untuk mendapatkan sensasi yang sama tapi dengan dosis atau jumlah rokok yang bertambah. Seseorang dapat dikatakan mengidap adiksi (kecanduan) nikotin apabila mengalami gejala toleransi dan gejala putus zat akibat berhenti merokok. \n\n \n\n Dampak Rokok \n\n Asap rokok terdiri dari lebih 7.000 senyawa kimia dan terdapat 69 zat karsinogenik penyebab kanker. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 mencatat persentase perokok usia ≥15 tahun di Indonesia sebanyak 28,6 %, dan perokok usia ≤18 tahun sebanyak 3,44%. \n\n Kebanyakan anak-anak menjadi perokok pasif. Riskesdas 2018 mencatat 39 juta anak usia 0-14 tahun yang terpapar asap rokok di dalam rumah, 13 juta di antaranya adalah balita. Tidak hanya perokok pasif atau secondhand smoker yang menghirup langsung asap rokok, perokok pihak ketiga (third-hand smoker) adalah anak-anak kita yang menghirup partikel asap rokok atau partikel uap vape yang menempel di benda sekitar (seperti rambut, baju, dinding, dan karpet). \n\n Apabila aktifitas merokok dengan bebas dibiarkan saja tanpa aturan yang jelas. maka kita berpotensi menciptakan kehancuran masa depan anak. Tradisi merokok melemahkan semua sendi kehidupan. Karena racun rokok tidak hanya merusak sistem pertahanan tubuh, sehingga mereka mudah terserang penyakit. Bahkan secara sosioekonomi, merokok sangat merugikan anggaran belanja keluarga dalam memenuhi kebutuhan pokok. \n\n \n\n Perokok Lebih Rentan Menderita TBC \n\n Salah satu penelitian dilakukan oleh Roya Alavi-Naini et al. di Iran membuktikan bahwa perokok memiliki resiko 3 kali lebih tinggi menderita TBC dibandingkan sampel kontrol yang tidak merokok. Studi cross-sectional yang dilakukan oleh Altet-Gomez menemukan M.tuberculosis lebih cepat bereplikasi pada perokok karena perokok memiliki lebih banyak lesi kavitas, dan lebih sering didapatkan hasil BTA positif dari pemeriksaan mikroskopis sputum. \n\n Merokok merusak struktur dan fungsi saluran napas serta menurunkan aktifitas sistem kekebalan tubuh. Terjadinya TBC telah terbukti terkait dengan perubahan respon imun dan beberapa defek pada sel imun seperti makrofag, monosit dan limfosit CD-4. Mekanisme lain, seperti gangguan mekanis fungsi silia dan efek hormonal, juga bisa muncul secara sekunder akibat merokok. Selain itu, Kemampuan fagositosis makrofag alveolar pada perokok lebih rendah, sehingga lebih beresiko aktifnya kuman patagen. Studi oleh Qiu et al pada tahun 2017 mengatakan bahwa perokok merangsang makrofag untuk menghasilkan lebih banyak IL-8 yang menyebabkan peradangan berlebihan. Hasil penelitian oleh Kalra et al. juga menemukan eksposur dari asap rokok dapat mempengaruhi daya tanggap Sel T, menurunkan proliferasi sel T dan menurunkan respon antibodi. \n\n Efek dari rokok elektrik terhadap resiko tuberkulosis juga sama dengan rokok konvensional. Andromeda-Celeste Go´mezI dalam publikasi hasil penelitiannya “E-cigarettes: Effects in phagocytosis and cytokines response against Mycobacterium tuberculosis” menyebutkan bahwa rokok elektronik merangsang respons sitokin pro-inflamasi dan mengganggu fungsi fagosit dan respon sitokin terhadap M.tuberculosis. \n\n Oleh karena itu, semua faktor tersebut dapat berkontribusi pada peningkatan kerentanan individu perokok untuk menderita penyakit TBC, mempercepat timbulnya TBC aktif, meningkatkan risiko TBC kambuh dan menurunkan efektifitas pengobatan TBC. \n\n \n\n Mari berhenti merokok mulai dari sekarang, bersama Kita Akhiri TBC, Indonesia Bisa! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 23 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
CEGAH INFEKSI PARU DENGAN IMUNISASI<\/a><\/h3>
\n\n Menurut data WHO, Pneumonia menyumbang 14% dari total kematian anak dibawah 5 tahun dengan jumlah lebih dari 700 ribu kasus pada tahun 2019, sedangkan orang dewasa dengan PPOK memiliki resiko tertular Pneumonia Pneumokokus 7 kali lebih tinggi dibanding orang sehat. \n\n Apa itu Pneumonia? \n\n Pneumonia merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, virus, atau jamur yang menginfeksi saluran pernapasan. Infeksi yang terjadi memicu sistem kekebalan tubuh bereaksi sehingga menyebabkan kantung udara didalam paru-paru meradang. Pneumonia bisa dipicu juga oleh sumbatan saluran napas akibat tumor atau penyakit paru \n\n Pencegahan Pneumonia \n\n Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan cara melakukan imunisasi pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus Pneumoniae. Imunisasi pneumonia sangat disarankan untuk usia 50 ke atas karena sistem kekebalan tubuh yang sudah tidak dapat melawan infeksi dari virus. \n\n Vaksin pneumonia \n\n Vaksin pneumonia merupakan vaksin yang sangat penting dalam membentuk sistem kekebalan tubuh untuk melawan bakteri dan virus yang menyebabkan penyakit pneumonia. \n\n Vaksin pneumonia mengandung Virus atau bakteri yang dimatikan atau dilemahkan untuk melatih sistem imun dan mengenali virus yang akan menyerang didalam tubuh. Semua bahan dalam kandungan vaksin sudah diuji secara klinis dan dilakukan pemantauan secara menyeluruh untuk memastikan keamanannya. \n\n Manfaat Vaksin Pneumonia \n\n Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu pula dengan kasus penyakit pneumonia yang lebih baik dicegah dari awal sehingga tidak menimbulkan efek buruk pada jangka panjang. \n\n Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan melakukan vaksin pneumonia yang memiliki manfaat Menghambat penularan penyakit pneumonia dan Melindungi tubuh dari bakteri pneumokokus. \n\n Menurut penelitian yang telah dilakukan ditemukan hasil bahwa vaksin pneumonia berhasil mencegah penyakit pneumonia : \n\n \n \n 46% efektif melawan pneumonia pneumokokus \n \n \n 45% efektif melawan non-bacteremic pneumococcal pneumonia \n \n \n 75% efektif melawan penyakit pneumokokus invasif (IPD) \n \n \n\n Kapan Harus Melakukan Vaksin Pneumonia? \n\n Vaksin pneumonia sangat direkomendasikan untuk bayi, anak-anak pada usia di bawah 5 tahun hingga dewasa lebih dari 50 tahun. Pemberian dosis pada bayi, anak-anak dan dewasa pun berbeda, yaitu : \n\n \n \n Imunisasi dilakukan sebanyak 4 dosis pada anak usia 2,4,6, dan 12 sampai 15 bulan \n \n \n Imunisasi pada usia lebih dari 50 tahun dapat dilakukan hanya 1x dengan mendapatkan rekomendasi SATGAS IMUNISASI dewasa PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam) \n \n \n\n Vaksin pneumonia dapat dilakukan di RS Hermina OPI Jakabaring yang sudah dilakukan pemisahan untuk poli vaksin agar lebih nyaman dan aman saat melakukan vaksin. Saat akan dilakukan vaksinasi pasien akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis dan tenaga medis yang profesional \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Makassar<\/a><\/li>
- 12 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Batuk yang tidak kunjung sembuh, yuk simak penyebabnya <\/a><\/h3>
Batuk yang terjadi terus – menerus jangan dianggap remeh. Kondisi ini bisa menjadi salah satu tanda adanya penyakit yang patut kita waspadai. Hampir semua orang ketika mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh akan mengalami kepanikan terlebih lagi semenjak pandemi COVID-19. Batuk adalah salah satu refleks normal yang dialami tubuh dimana rongga dada mengeluarkan udara secara paksa oleh karena adanya benda asing seperti kuman, virus, debu atau zat iritatif yang masuk ke dalam saluran nafas. \n\n Kapan batuk dikatakan tidak normal ? \n\n Batuk dikatakan tidak normal ketika sudah mulai mengganggu aktivitas akhirnya menyebabkan demam, sesak dan mengeluarkan dahak berwarna kuning hingga kehijau-hijauan, batuk berdarah. dan biasa juga terjadi pada anak-anak hingga menyebabkan anak kesulitan makan akibat batuk yang terus menerus. \n\n Penyebab batuk \n\n Batuk pada umumnya disertai dengan gejala lainnya antara lain seperti pilek atau hidung tersumbat, sesak napas hingga sakit tenggorokan. Batuk bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain : \n\n \n Virus dan bakteri \n \n\n Salah satu penyebab batuk adalah infeksi saluran pernapasan seperti flu disertai pilek. Infeksi saluran pernapasan biasanya disebabkan oleh virus yang masuk ke organ saluran napas dengan durasai 5-7 hari. Penyebab batuk juga meliputi adanya bakteri dalam saluran napas oleh karena pneumonia dan tuberkulosis \n\n \n Merokok \n \n\n Merokok merupakan penyebab umum yang banyak ditemukan. Batuk yang terjadi disebabkan oleh rokok yang memiliki banyak kandungan zat berbahaya bagi tubuh. \n\n \n ISPA \n \n\n Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) disebabkan oleh virus dan bakteri yang ada disaluran napas. Beberapa jenis virus yang sering menyebabkan ISPA adalah rhinovirus, virus influenza, adenovirus dan virus corona (COVID-19) \n\n Batuk bukan hanya sekedar mengkonsumsi obat saja, sahabat Hermina. Melainkan harus diketahui juga apa penyebabnya agar bisa lebih fokus kepada penanganan hingga pengobatan yang diberikan sesuai dengan penyebab batuknya. Jika mengalami batuk 2 minggu atau lebih hingga memgganggu aktivitas dan menyebabkan demam serta sesak napas, lakukan konsultasi ke dokter. Konsultasikan permasalahan kesehatan paru Anda bersama RS Hermina Makassar. \n\n Salam sehat \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 12 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 10 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 02 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 18 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 06 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>