- Hermina Makassar<\/a><\/li>
- 25 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tips Aman Isolasi Mandiri di Rumah<\/a><\/h3>
TIPS AMAN ISOLASI MANDIRI DIRUMAH \n\n Beberapa hari terakhir, sebagian wilayah di Indonesia mengalami peningkatan kasus positif COVID-19. Jika seseorang Seseorang yang terindikasi atau terkonfirmasi positif COVID-19, diarahkan pasien untuk bisa melakukan isolasi mandiri di rumah agar tingkat penyebaran virus dapat ditekan dan tidak semakin parah. Protokol isolasi mandiri dikeluarkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mengurangi penularan COVID-19 dikarenakan virus ini mudah sekali menyebar dan dapat menyebabkan gejala yang berat dan berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. \n\n Protokol Isolasi Mandiri yang perlu diterapkan : \n\n Hal yang utama dan paling penting anda lakukan jika mengetahui diri Anda terkonfirmasi COVID-19 dibuktikan dengan hasil penunjang medis yaitu hasil Swab PCR yang menyatakan Positif COVID, Anda harus segera melaporkan diri ke puskesmas terdekat dari tempat tinggal Anda. Selain sebagai pelaporan, hal ini juga bisa melacak dan melakukan penyelidikan kontak erat Anda beberapa hari terakhir agar bisa dilakukan tracing kasus. \n\n Isolasi mandiri dilakukan selama kurang lebih 10 hari atau hingga pasien memenuhi kriteri sembuh dari COVID-19 . Berikut hal-hal yang perlu dilakukan selama isolasi mandiri dirumah sesuai dengan anjuran pemerintah : \n\n \n Tetap berada dirumah dan tidak melakukan aktivitas apapun diluar rumah \n \n\n Jika Anda sedang dalam masa isolasi mandiri, Anda tiak diperbolehkan untuk keluar rumah atau pergi ke tempat umum walaupun dengan tujuan ingin tetap bekerja. Hal tersebut sebagai upaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19 kepada orang lain dan masyarakat umum yang Anda temui diluar rumah. Jika kondisi memungkinkan dan tetap harus bekerja, bisa bekerja dari rumah selama isolasi. Namun apabila gejala yang Anda alami tidak memungkinkan Anda untuk bekerja dari rumah, dianjurkan untuk beristirahat sementara waktu hingga kondisi sudah pulih kembali. Selain kemungkinan virus dalam diri Anda bisa menularkan ke orang lain yang sehat \n\n Apabila selama masa isolasi mandiri ada keperluan yang mengharuskan kegiatan diluar rumah, seperti membeli makanan dan obat-obatan, mintalah orang lain yang tidak sedang menjalani isolasi atau karantina untuk melakukannya. Anda juga dapat memanfaatkan aplikasi layanan online tapi dengan catatan tetap harus mematuhi protokol kesehatan \n\n \n Hindari kontak serat dengan orang yang tinggal serumah \n \n\n Selama berada dirumah, anda diwajibkan untuk berada diruangan terpisah dengan anggota keluarga lainnya. Kamar disarankan memiliki ventilasi dan pencahayaan yang baik. \n\n \n Tetap memakai masker \n \n\n Walaupun tetap berada dirumah, Anda tetap disarankan untuk mengenakan masker, yaitu jenis masker bedah. Ini dilakukan guna mencegah penularan kepada keluarga atau orang yang berada dalam satu rumah dengan Anda \n\n \n Menyediakan alat pengukur suhu dan saturasi oksigen \n \n\n Pastikan Anda memiliki alat pengukur suhu (thermometer) dan Oximeter untuk mengukur saturasi oksigen dalam tubuh Anda selama isolasi mandiri. Termometer penting untuk dimiliki untuk memantau suhu tubuh secara berkala. Sementara oximeter berfungsi untuk mengukur kadar oksigen dalam darah dan mewaspadai terjadinya happy hypoxia \n\n \n Gunakan perlengkapan makan dan mandi secara terpisah \n \n\n Selama menjalani isolasi mandiri, gunakan peralatan makan dan minum secara terpisah. Begitu juga dengan perlengkapan mandi seperti handuk dan sikat gigi. Sedikan juga tempat sampah yang terpisah dengan anggota keluarga lainnya untuk membuat sampah dan sisa-sisa tissue yang digunakan untuk batuk, bersin dan lainnya, serta yang paling penting yaitu menerapkan pola hidup bersih dan sehat dan mengonsumsi makanan yang sehat berupa sayuran, buah-buahan serta makanan yang mengandung protein tinggi. \n\n \n Manfaatkan layanan konsultasi online (telemedicine) \n \n\n Kesehatan Anda harus tetap terpantau walau sedang isolasi mandiri dirumah. Hal ini sebagai upaya untuk mencegah terjadinya tingkat keparahan penyakit jika tidak ditangani dan diawasi oleh dokter dan tenaga medis lainnya. Rumah Sakit Hermina menyediakan layanan konsultasi online bagi seluruh sahabat Hermina yang ingin berobat tapi sedang dalam masa isolasi mandiri. Melalui layanan TeleHeal, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter umum dan spesialis secara virtual dan menyampaikan keluhan yang dirasakan. Dari hasil konsultas ini, dokter akan mengarahkan Anda hal-hal apa yang perlu dilakukan selama isolasi mandiri. Dokter juga bisa meresepkan obat-obatan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing pasien. \n\n \n Hubungi Rumah Sakit atau Fasilitas Kesehatan Terdekat \n \n\n Wajib memantau gejala yang muncul secara berkala. Bila Anda gejala yang memberat dari sebelumnya, silahkan segera ke Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan terdekat untuk memeriksakan kondisi kesehatan Anda dan mencegah terjadinya perburukan kondisi. \n\n Konsultasikan seputar gejala COVID-19 yang Anda alami dengan dokter spesialis dan dokter umum terbaik kami di Rumah Sakit Hermina Makassar. Rumah Sakit Hermina Makassar melayani layanan konsultasi online di masa pandemi saat ini dan memudahkan bagi Anda yang sedang menjalani isolasi mandiri untuk melakukan konsultasi secara virtual. Jika diperlukan, dokter juga meresepkan dokter sesuai dengan kondisi dan gejala masing-masing pasien. Sehat Bersama Rumah Sakit Hermina \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 30 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gejala COVID-19 pada Ibu Hamil dan Pengaruhnya pada Janin<\/a><\/h3>
Hamil di saat pandemi Covid-19 dapat menimbulkan kecemasan, apalagi bagi ibu hamil yang rentan stress dan kelelahan. Kondisi tersebut menyebabkan imun tubuh cenderung menurun. \n\n \n\n Imunitas yang rendah bisa menjadi penyebab tubuh mudah terinfeksi virus. Sebagai antisipasi, berikut ini beberapa poin penting yang harus diketahui seputar kehamilan dan virus corona. \n\n \n\n \n\n Gejala atau Tanda Ibu Hamil Terinfeksi Virus Corona \n\n \n\n Gejala Covid-19 pada ibu hamil biasanya lebih banyak dirasakan karena adanya infeksi virus menyebabkan beberapa penyakit di saluran pernapasan. Terutama ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit bawaan, seperti asma, paru-paru, gangguan kerusakan hati, diabetes, darah tinggi dan kondisi medis lainnya. Selain gejala yang ditimbulkan cukup parah, Covid-19 pada ibu hamil bisa menjurus pada komplikasi. \n\n \n\n Hal tersebut tentu menimbulkan rasa takut dan khawatir yang berlebihan, mengingat harus memikirkan kondisi dan keselamatan janin. Oleh sebab itu sangat penting bagi ibu hamil melakukan pencegahan demi melindungi diri dan bayi yang dikandungnya. \n\n \n\n Cara untuk melakukan pencegahan sama seperti pada umumnya, yaitu dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti: \n\n \n Sesering mungkin mencuci tangan menggunakan sabun atau cairan antiseptik yang menggunakan bahan dasar alkohol \n Jaga jarak minimal 1 meter, terutama dengan orang yang sedang batuk dan bersin \n Gunakan masker berlapis yang sesuai dengan standar kesehatan \n Hindari menyentuh hidung, mata, dan mulut terutama setelah Anda memegang benda \n Jaga kebersihan pernapasan \n Jika batuk atau bersin, tutup hidung dan mulut menggunakan bagian siku tangan yang dilipat atau bisa dengan menggunakan tisu. Jangan lupa membuang tisu yang sudah dipakai tersebut ke tempat sampah \n \n\n \n\n \n\n Kondisi Janin pada Ibu Hamil yang Terkena Covid-19 \n\n \n\n Ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 tidak harus melakukan operasi caesar. Cara melahiran bisa dilakukan secara normal dan berdasarkan keinginan ibu serta indikasi kebidanan. \n\n \n\n Informasi mengenai virus corona pada ibu hamil masih simpang siur, seperti janin yang prematur, cacat pada janin, janin terinfeksi, dan sebagainya. Berdasarkan fakta, sejauh ini tidak ada efek yang ditimbulkan pada bayi. Para ahli juga belum mengetahui apakah bayi tertular virus pada waktu sebelum, selama, ataukah setelah melahirkan. \n\n \n\n Jadi, ada beberapa kemungkinan setelah melahirkan bayi yang terinfeksi Covid-19, yaitu memliki gejala ringan atau tanpa gejala dan sembuh. Namun, ada beberapa laporan bayi yang baru lahir bisa tekena Covid-19 dengan gejala yang parah. \n\n \n\n Untuk mencegah risiko tersebut, sebaiknya ibu dan bayi dirawat terpisah. Namun, ibu masih bisa memberikan ASI kepada bayinya. Salah satu cara yang paling aman adalah dengan memompa ASI atau pumping agar tidak terjadi kontak langsung dengan bayi. \n\n \n\n Pada saat memompa ASI, ibu harus menggunakan masker dan mencuci tangan menggunakan sabun untuk menghindari virus menempel di peralatan pumping atau masuk ke susu. \n\n \n\n Dengan memahami informasi seputar kehamilan dan Covid-19, diharapkan dapat lebih berhati-hati menjaga kesehatan dan keselamatan diri dan janin dalam kandungan. Sahabat Hermina juga dapat melakukan konsultasi dengan dokter spesialis obgyn dengan layanan Halo Hermina jika mengalami kondisi kesehatan yang kurang baik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 30 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gejala Covid-19 pada Si Kecil<\/a><\/h3>
Virus Covid-19 bisa menginfeksi siapa pun, tidak mengenal status, jabatan, jenis kelamin, dan usia. Bahkan anak-anak pun bisa terinveksi virus ini. Berdasarkan data Satgas Covid-19, jumlah anak-anak yang positif Covid-19 semakin meningkat. \n\n \n\n Oleh sebab itu, para orang tua wajib mengenali gejala Covid-19 pada anak dan mengetahui langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk menjaga anak-anak tetap aman selama pandemi. \n\n \n\n \n\n Gejala-Gejala Covid-19 Pada Anak \n\n \n\n Pada anak, gejala Covid-19 yang muncul tampak lebih ringan. Umumnya, gejala akan terlihat di hari ke 2–14 sejak terpapar virus. Namun ada beberapa kasus, anak yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Sedangkan, infeksi Covid-19 pada anak yang memiliki riwayat penyakit bawaan dan kondisi medis lainnya rentan mengalami gejala yang parah. \n\n \n\n Gejala Covid-19 yang umum terjadi pada anak-anak adalah mengalami demam dan batuk. Selain itu anak juga bisa mengalami gejala lainnya, seperti: \n\n \n Flu atau hidung tersumbat \n Kehilangan indra penciuman \n Sakit tenggorokan \n Sesak napas atau mengalami kesulitan bernafas \n Muntah dan mual-mual \n Sakit perut \n Diare \n Sakit kepala \n Mengalami kelelahan \n Nyeri pada otot atau tubuh \n Nafsu makan menurun \n \n\n \n\n \n\n Langkah Tepat Melindungi Anak dari Covid-19 \n\n \n\n Sudah menjadi kewajiban para orang tua mengawasi anak secara ketat dan menerapkan protokol kesehatan. Berikut ini langkah yang harus dilakukan oleh orang tua untuk melindungi anak dari virus corona: \n\n \n Awasi anak saat di rumah maupun di luar rumah. Namun cara paling aman adalah tidak mengizinkan anak bermain atau membawanya ke luar rumah \n Mengajarkan dan menerapkan disiplin pada anak mengenai protokol kesehatan, seperti rajin mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan masker berlapis, menjaga jarak aman dengan orang sekitar, dan menghindari kerumunan \n Menjaga kebersihan rumah \n Penuhi kebutuhan nutrisi anak agar imun tubuhnya tetap terjaga. \n \n\n \n\n Apabila anak terindikasi mengalami gejala Covid-19 segera temui layanan kesehatan dan jalani tes kesehatan yang diperlukan untuk memastikan apakah anak postif atau tidak. \n\n \n\n Sebelum memutuskan merawat anak, pastikan kondisi kesehatan orang tua. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memperbolehkan anak untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Dengan catatan kedua orang tua atau salah satu dalam kondisi sehat dan beresiko rendah terpapar virus. \n\n \n\n Orang tua harus tetap waspada karena anak yang positif Covid-19 juga dapat menularkan virus kepada orang lain. Pantau kondisi anak setiap hari dan beri dukungan psiklogis anak agar tidak ketakutan. Ajak anak untuk tetap beraktivitas yang menyenangkan selama Isoman dan beri obat dan vitamin yang direkomendasikan oleh dokter. Sahabat Hermina juga dapat melakukan konsultasi dengan dokter spesialis anak dengan layanan Halo Hermina. Apabila terjadi kondisi darurat, segera hubungi pusat layanan kesehatan terdekat. \n\n \n\n Demikian informasi singkat mengenai gejala Covid-19 pada anak dan langkah tepat menjaga buah hati tetap aman selama pandemi. Dengan mengetahui informasi ini, diharapkan orang tua dapat mengenali gejala Covid-19 pada anak lebih awal dan melakukan tindakan atau langkah yang tepat untuk mengatasinya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 29 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Gejala Happy Hypoxia<\/a><\/h3>
Happy Hypoksia sering kali muncul dan dikaitkan dengan infeksi virus corona yang sedang mewabah di seluruh dunia, dan menjadi salah satu penyebab kematian yang sering luput diwaspadai oleh pasien COVID-19. Meski memiliki nama yang mengesankan rasa bahagia, kondisi happy hypoxia perlu diwaspadai karena berbahaya bagi penderita COVID-19. \n\n \n\n COVID-19 dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti demam, batuk, dan pilek. Pada kasus yang parah, penyakit ini bisa menyebabkan sesak napas dan penurunan kesadaran akibat kekurangan oksigen. \n\n \n\n Di sisi lain, ada pula penderita COVID-19 yang tidak merasakan gejala apa pun. Meskipun terkadang tidak bergejala, ternyata infeksi virus corona bisa saja membuat tubuh penderitanya mengalami penurunan oksigen secara perlahan. \n\n \n\n Fenomena berkurangnya jumlah oksigen di dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala inilah yang dikenal dengan sebutan happy hypoxia. \n\n \n\n \n\n Hipoksemia dan Happy Hypoxia \n\n \n\n Normalnya, kadar oksigen dalam darah (saturasi oksigen) ada pada rentang 95–100% atau sekitar 75–100 mmHg. Ketika kadar oksigen di dalam darah berkurang hingga di bawah angka tersebut, tubuh akan mengalami kekurangan oksigen. Kondisi ini disebut hipoksemia atau hipoksia. \n\n \n\n Ada banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang mengalami hipoksia, di antaranya: \n\n \n Kelainan jantung \n Gangguan fungsi paru-paru, misalnya asma, emfisema,bronkitis, pneumonia, PPOK, dan kanker paru-paru \n Gangguan pernapasan saat tidur atau sleep apnea \n Anemia \n Selain itu, hipoksia juga dapat terjadi pada orang yang menyelam hingga kedalaman tertentu atau berada di ketinggian tertentu \n \n\n \n\n Hipoksia yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan organ tubuh, seperti otak dan jantung. Ketika hal ini terjadi, fungsi organ akan terganggu sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan. \n\n \n\n Sebagian besar penderita yang mengalami hipoksia akan mengalami gejala sesak napas, lemas, kulit pucat, dan kuku serta bibir tampak kebiruan. Jika sudah parah, hipoksia bisa membuat penderitanya mengalami penurunan kesadaran atau bahkan koma. \n\n \n\n Meski demikian, pada kasus tertentu, hipoksia bisa terjadi tanpa gejala apa pun dan baru terdeteksi ketika penderita menjalani pemeriksaan darah atau pemeriksaan saturasi oksigen dengan alat yang disebut pulse oximeter. Kondisi yang dinamakan silent hypoxia atau happy hypoxia ini diduga dapat terjadi pada penderita COVID-19. \n\n \n\n \n\n Penyebab Terjadinya Happy Hypoxia \n\n \n\n Ada teori yang menyebutkan bahwa happy hypoxia terjadi akibat peradangan pada jaringan paru-paru yang disebabkan infeksi virus corona. Ada pula yang menyebutkan bahwa hal ini terjadi karena masalah pada sistem saraf yang mengatur fungsi pernapasan dan kadar oksigen dalam darah. \n\n \n\n Meskipun penyebab terjadinya happy hypoxia pada penderita COVID-19 belum dapat dipastikan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa happy hypoxia dapat meningkatkan risiko kematian pada penderita COVID-19. \n\n \n\n Oleh karena itu, setiap orang yang dinyatakan positif COVID-19 tetap perlu waspada meski tidak mengalami gejala apa pun. \n\n \n\n \n\n Penanganan Happy Hypoxia \n\n \n\n Kondisi hipoksia, baik yang yang bergejala maupun tidak, perlu segera ditangani oleh dokter. Untuk menangani hipoksia, dokter akan memberikan terapi oksigen serta menangani penyakit atau kondisi yang menyebabkan penurunan kadar oksigen tersebut. \n\n \n\n Pada penderita hipoksia yang masih dapat bernapas, hipoksia bisa ditangani dengan pemberian oksigen, baik menggunakan tabung maupun konsentrator oksigen kemudian disalurkan menggunakan selang atau masker. Sedangkan pada penderita yang sudah mengalami penurunan kesadaran atau tidak dapat bernapas, dokter akan memberikan oksigen melalui ventilator dan melakukan perawatan di ruang ICU. \n\n \n\n Jika anda merasakan gejala COVID-19 atau pernah kontak dengan orang yang positif COVID-19, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Bila Anda dinyatakan terinfeksi virus corona, tetaplah waspada meskipun tidak mengalami gejala, karena bisa saja terjadi kondisi happy hypoxia ini. \n\n \n\n Bila Anda masih memiliki pertanyaan seputar COVID-19 atau masalah kesehatan lainnya, Anda bisa konsultasi melalui telemedicine “Halo Hermina“ dengan dokter di RS Hermina. Melalui aplikasi Halo Hermina, Anda juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit bila memang membutuhkan pemeriksaan langsung. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 05 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Manfaat Vitamin D3 bagi Penderita COVID-19<\/a><\/h3>
Kasus aktif COVID-19 adalah pasien yang dinyatakan positif COVID-19 dan sedang menjalani perawatan. Pandemi COVID-19 telah merenggut jutaan nyawa di seluruh dunia. Infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) ini menunjukkan spektrum penyakit yang luas dan sebagian besar pasien mengalami gejala ringan atau bahkan asimtomatik atau tanpa gejala. \n\n \n\n \n\n Seputar Gejala COVID-19 \n\n \n\n Menurut materi tanya jawab seputar virus corona yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI bersama USAID dan Germas pada Mei 2020, bila timbul gejala, tingkat keparahannya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: \n\n \n\n 1. Gejala Kategori Ringan \n\n \n Demam lebih tinggi sama dengan 380C \n Batuk \n Nyeri tenggorokan \n Hidung tersumbat \n Malaise \n \n\n \n\n 2. Gejala Kategori Sedang \n\n \n Demam lebih tinggi sama dengan 38 derajat Celsius \n Sesak napas, batuk menetap, dan sakit tenggorokan \n Batuk atau kesulitan bernapas, disertai napas cepat pada anak dengan pneumonia ringan \n \n\n \n\n 3. Gejala Kategori Berat \n\n \n Demam lebih kurang sama dengan 38 derajat Celsius \n Ada infeksi saluran napas dengan tanda-tanda: peningkatan frekuensi napas hingga sesak napas dan batuk \n Penurunan kesadaran \n Dalam pemeriksaan lanjut, ditemukan saturasi oksigen kurang dari 90% udara luar \n Dalam pemeriksaan darah: Leukopenia, peningkatan monosit, dan peningkatan limfosit atipik \n \n\n \n\n \n\n Manfaat Vitamin D3 Bagi Pasien COVID-19 \n\n \n\n 1,25-dihydroxyvitamin D3 (1,25(OH)2D3) merupakan bentuk aktif dari vitamin D3 yang diproduksi dominan oleh prekursor dalam kulit melalui radiasi ultraviolet B (UVB) terhadap 7-dehydrocholesterol. Vitamin D banyak ditemukan di produk susu, sereal, dan minyak ikan. \n\n \n\n Secara kimiawi, bentuk aktif dari vitamin D ada dua, yaitu vitamin D2 dan vitamin D3. Vitamin D3 menghambat ekspresi dan mengurangi transkripsi beberapa sitokin proinflamasi. Di sisi lain, vitamin D juga meningkatkan sitokin T helper yang bersifat antiinflamasi. Vitamin D3 punya peran sangat penting dalam mengatur kadar kalsium di dalam tubuh, serta menjaga kekuatan tulang dan gigi. Vitamin ini dapat berbentuk secara alami ketika kulit terkena sinar matahari langsung, serta pada beberapa makanan hewani, seperti ikan laut, telur, susu, dan olahannya hati sapi, dan sereal yang diperkaya vitamin D3. \n\n \n\n Selain menjaga kesehatan tulang dan gigi, vitamin D3 memiliki peran penting dalam pencegahan dan terapi berbagai penyakit infeksi respiratorik, seperti tuberkulosis paru dan influenza. Vitamin D3 dalam tubuh berhubungan dengan kerentanan terhadap infeksi tuberkulosis paru yang aktif dengan tingkat keparahan yang lebih berat. \n\n \n\n Pada salah satu studi kohort retrospektif di Indonesia yang dilakukan oleh Prabowo Raharusun dan rekan-rekan terhadap 780 pasien COVID-19, setelah mengesampingkan faktor seperti usia, jenis kelamin, dan komorbiditas, hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa status vitamin D punya kaitan erat dengan mortalitas pasien COVID-19. Bila dibandingkan dengan pasien COVID-19 yang memiliki status vitamin D yang normal, risiko kematian meningkat 10,12 kali pada pasien yang mengalami kekurangan vitamin D. \n\n \n\n Vitamin D juga mengurangi respons inflamasi terhadap infeksi SARS-CoV-2, karena vitamin D mampu berinteraksi dengan protein angiotensin-converting-enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptor masuknya virus SARS-CoV-2. Meski diperlukan lebih banyak penelitian lagi terkait vitamin D dan COVID-19, vitamin ini diketahui dapat berperan dalam modulasi sistem imun dengan menghambat pengeluaran sitokin proinflamasi dan meningkatkan sitokin yang bersifat antiinflamasi. \n\n \n\n Oleh sebab itu, di masa pandemi ini penting untuk memenuhi kebutuhan vitamin D, terutama vitamin D3. Caranya dengan berjemur di pagi hari dan mengonsumsi makanan kaya vitamin D3. \n\n \n\n Jika perlu informasi lebih lanjut, silakan konsultasikan kesehatan Anda dengan RSU Hermina Medan. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 05 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>