- Hermina Wonogiri<\/a><\/li>
- 13 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Panduan Waktu Minum Obat Saat Bulan Puasa<\/a><\/h3>
Bulan Ramadan adalah momen yang sangat dinantikan bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain sebagai bulan suci yang penuh berkah dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bulan puasa juga merupakan waktu yang penuh tantangan bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu yang memerlukan minum obat secara teratur. Bagi orang-orang ini, menjaga kesehatan dengan mematuhi jadwal minum obat saat berpuasa menjadi suatu keharusan. \n\n \n\n Pentingnya Menjaga Kesehatan Saat Berpuasa \n\n Kesehatan adalah harta yang sangat berharga, dan menjaga kesehatan selama bulan puasa adalah prioritas bagi setiap individu. Kesehatan yang baik memungkinkan seseorang untuk menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan lebih bermakna. Namun, bagi mereka yang harus minum obat secara teratur, menjaga kesehatan saat berpuasa membutuhkan perhatian khusus terhadap jadwal minum obat. \n\n \n\n Panduan Waktu Minum Obat Saat Berpuasa \n\n \n Obat 1 kali sehari : Obat yang diminum satu kali sehari tidak ada perbedaan ketika diminum saat puasa, dapat diminum saat malam hari atau pagi hari saat sahur. \n Obat 2 kali sehari : Obat yang diminum dua kali sehari dapat diminum saat berbuka puasa dan pagi hari saat sahur \n Obat 3 kali sehari : Obat yang Diminum 3x Sehari Selama Bulan Puasa Diminum Setiap 5 Jam, Pukul 18.00, 23.00, dan 04.00 \n Obat 4 kali sehari : obat yang diminum empat kali sehari pada saat puasa dapat diminum dengan rentan waktu 4 jam sekali, Pukul 18.00, 22.00, 01.00, & 04.00. \n \n\n \n\n Menjaga kesehatan dan menjalankan ibadah puasa adalah dua hal yang penting dan dapat dilakukan secara bersamaan. Dengan mematuhi panduan waktu minum obat saat berpuasa, Sahabat Hermina dapat menjaga kesehatan Anda dengan bijak tanpa mengorbankan ibadah Anda. Ingatlah untuk selalu berkomunikasi dengan dokter atau ahli kesehatan Sahabat Hermina untuk mendapatkan saran yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan Anda. Semoga kita semua diberikan kesehatan yang baik dan keberkahan dalam menjalankan ibadah puasa. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Wonogiri<\/a><\/li>
- 12 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Kiat Sehat Saat Berpuasa: Menjaga Kesehatan Ginjal dengan Tepat<\/a><\/h3>
Berpuasa adalah bagian penting dari praktik keagamaan bagi banyak orang di seluruh dunia. Namun, saat menjalani puasa, penting untuk tetap memperhatikan kesehatan tubuh, termasuk kesehatan ginjal. Ginjal memiliki peran yang sangat penting dalam membersihkan darah dari zat-zat beracun dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Oleh karena itu, menjaga kesehatan ginjal saat berpuasa menjadi hal yang sangat penting. \n\n \n\n Pentingnya Peran Ginjal saat Berpuasa \n\n Ginjal bertanggung jawab atas penyaringan darah dan pembuangan limbah melalui urin. Selama berpuasa, tubuh akan beradaptasi dengan pola makan yang berubah dan bisa mengalami perubahan volume dan komposisi cairan. Ini bisa mempengaruhi kerja ginjal dan menimbulkan risiko masalah kesehatan jika tidak dikelola dengan baik. \n\n \n\n Kiat-Kiat untuk Menjaga Kesehatan Ginjal \n\n \n Konsumsi Cairan yang Cukup: Salah satu aspek penting dari menjaga kesehatan ginjal adalah dengan memastikan tubuh tetap terhidrasi dengan baik. Selama berpuasa, pastikan untuk minum air secukupnya saat berbuka dan sahur. Hindari minuman bersoda atau berkafein yang dapat meningkatkan risiko dehidrasi. \n Pilihan Makanan Sehat: Pilih makanan yang seimbang dan bergizi saat berbuka dan sahur. Perbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral. Hindari makanan yang tinggi garam, lemak jenuh, dan gula tambahan yang dapat mempengaruhi kesehatan ginjal. \n Kurangi Konsumsi Garam: Garam dapat meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi keseimbangan elektrolit dalam tubuh, yang dapat menenangkan kerja ginjal. Usahakan untuk mengurangi konsumsi garam selama berpuasa dengan menghindari makanan yang banyak mengandung garam dan mengurangi penggunaan garam tambahan dalam masakan. \n Perhatikan Asupan Protein: Konsumsi protein dalam jumlah yang seimbang. Protein adalah bagian penting dari diet sehat, namun konsumsi protein secara berlebihan dapat meningkatkan beban kerja ginjal. Pilih sumber protein yang rendah lemak seperti ikan, daging tanpa lemak, atau tahu. \n \n\n \n\n Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), menjaga kesehatan ginjal saat berpuasa merupakan hal yang sangat penting. Mereka merekomendasikan untuk tetap menjaga pola makan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan memperhatikan konsumsi cairan agar tetap terhidrasi dengan baik. \n\n \n\n Kesimpulan \n\n Berpuasa adalah waktu yang tepat untuk memikirkan dan memperbaiki kesehatan secara keseluruhan. Dengan memperhatikan kesehatan ginjal dan menerapkan kiat-kiat sehat saat berpuasa, kita dapat menjaga keseimbangan tubuh dan tetap bugar selama bulan suci ini. Ingatlah untuk selalu berkonsultasi dengan medis profesional jika mengalami masalah kesehatan yang serius atau membutuhkan saran khusus terkait kesehatan ginjal. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 30 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Penderita Hipertensi Dalam Mengkonsumsi Obat<\/a><\/h3>
Bolehkah penderita hipertensi menghentikan obat darah tingginya bila tekanan darah sudah normal? \n\n Hipertensi (HTN) adalah nilai tekanan darah sistolik (SBP) 130 mmHg atau lebih dan/atau tekanan darah diastolik (DBP) lebih dari 80 mmHg. Keputusan untuk memulai pengobatan antihipertensi bergantung pada berbagai faktor, termasuk tingkat tekanan darah pasien, faktor risiko, dan status kesehatan secara keseluruhan. Umumnya, pengobatan direkomendasikan untuk pasien dengan hipertensi stadium 1 atau stadium 2, seperti yang didefinisikan oleh pedoman Joint National Committee (JNC). Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit kardiovaskular, stroke, dan gagal ginjal. Efek samping obat hipertensi biasanya ringan dan akan segera sembuh dengan mengurangi dosis atau menghentikan penggunaan obat dalam waktu singkat. Efek samping terdiri dari hipotensi atau tekanan darah terlalu rendah, gangguan keseimbangan elektrolit, bengkak pada kaki dan gangguan fungsi ginjal. \n\n Menghentikan obat hipertensi secara tiba-tiba dapat menimbulkan dampak yang serius, antara lain peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba, yang dapat menyebabkan stroke, serangan jantung, atau komplikasi lainnya. Sebuah penelitian menegaskan perlunya pengobatan yang berkelanjutan untuk mencegah perkembangan penyakit pembuluh darah dan penyakit ginjal yang berhubungan dengan hipertensi. Modifikasi gaya hidup, memainkan peran penting dalam mengendalikan tekanan darah dan mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular. Pendekatan ini berfokus pada perubahan kebiasaan dan rutinitas sehari-hari untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. \n\n Aktivitas fisik yang teratur, seperti jalan cepat, jogging, atau bersepeda, dapat membantu menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesehatan jantung. Menurunkan berat badan, terutama jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, dapat secara signifikan mengurangi tekanan darah dan meningkatkan kesehatan jantung. Menerapkan pola makan yang sehat, yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan produk susu rendah lemak, dapat membantu menurunkan tekanan darah. Selain itu, membatasi asupan natrium dan mengurangi konsumsi alkohol juga dapat berkontribusi pada kontrol tekanan darah yang lebih baik. Berhenti merokok dapat meperbaiki tekanan darah dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Teknik seperti meditasi, pernapasan dalam, dan yoga dapat membantu mengurangi stres dan memperbaiki tekanan darah. \n\n Untuk para Sahabat Hermina bila ada keluhan lebih lanjut bisa langsung segera lakukan konsultasi dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RS Hermina Periuk Tangerang atau bisa juga online melalu layanan Mobile Apps Hermina tentang masalah yang di alami oleh sahabat hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Podomoro<\/a><\/li>
- 26 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Musim Hujan, Waspada Penyakit Leptospirosis<\/a><\/h3>
Musim hujan yang seringkali disertai banjir dapat membawa risiko kesehatan yang perlu diwaspadai, salah satunya adalah penyakit leptospirosis. Leptospirosis adalah penyakit infeksi bakteri yang dapat ditularkan oleh air yang terkontaminasi urin hewan yang terinfeksi. Kondisi ini dapat berkembang pesat dalam lingkungan yang lembab, membuat musim hujan menjadi waktu yang lebih potensial untuk penularannya. \n\n Apa itu Leptospirosis? \n\n Leptospirosis dapat menimbulkan gejala ringan hingga parah, termasuk demam, sakit kepala, mual, dan nyeri otot. Dalam kasus yang lebih serius, penyakit ini dapat menyebabkan masalah ginjal, hati, bahkan kegagalan organ. Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan kewaspadaan selama musim hujan sangat penting. \n\n Gejala Penyakit Leptospirosis \n\n Leptospirosis dapat menimbulkan berbagai gejala, mulai dari yang ringan hingga parah. Gejala penyakit ini dapat muncul dalam dua fase yang berbeda: \n\n Fase Awal (Fase Acute) \n\n \n Demam Tinggi: Peningkatan suhu tubuh yang signifikan merupakan gejala umum leptospirosis pada fase awal. \n Nyeri Otot dan Sendi: Anda mungkin mengalami nyeri otot dan sendi yang dapat membuat aktivitas sehari-hari terasa tidak nyaman. \n Sakit Kepala: Gejala ini seringkali menyertai fase awal penyakit. \n Mual dan Muntah: Beberapa orang dengan leptospirosis dapat mengalami mual dan muntah. \n Mata Kemerahan (Konjungtivitis): Infeksi dapat menyebabkan mata menjadi merah dan peradangan pada konjungtiva. \n \n\n Fase Lanjutan (Fase Weil) \n\n Jika penyakit tidak diobati, atau jika kondisi memburuk, gejala lebih serius dapat muncul, termasuk: \n\n \n Gangguan Fungsi Ginjal: Leptospirosis dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal yang dapat mengakibatkan urin berdarah dan penurunan produksi urin. \n Icterus (Kuning): Warna kuning pada kulit dan mata akibat masalah hati dan gangguan produksi bilirubin. \n Perdarahan: Leptospirosis dapat menyebabkan perdarahan di berbagai bagian tubuh, seperti kulit dan selaput lendir. \n Gangguan Pernapasan: Kesulitan bernapas dan batuk bisa terjadi pada beberapa kasus yang parah. \n \n\n Penting untuk diingat bahwa gejala leptospirosis dapat bervariasi dari ringan hingga parah, dan beberapa orang mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali. \n\n 4 Langkah Mencegah Penyakit Leptospirosis \n\n \n Hindari Air Terkontaminasi: Jauhi genangan air, parit, atau sungai yang mungkin terkontaminasi oleh urin hewan, terutama hewan pengerat seperti tikus. \n Gunakan Peralatan Pelindung: Saat beraktivitas di area yang berpotensi tercemar, kenakan alas kaki tertutup, sarung tangan, dan pakaian pelindung. \n Membersihkan dengan Seksama: Pastikan membersihkan diri dengan seksama setelah berada di luar rumah, terutama jika terpapar air hujan atau air genangan yang mencurigakan. \n Menjaga Kebersihan Lingkungan: Jaga kebersihan sekitar rumah, termasuk memastikan tidak ada tempat-tempat yang dapat menjadi sarang tikus atau hewan pengerat lainnya. \n \n\n Kesimpulan \n\n Jika Anda mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, atau nyeri otot selama atau setelah musim hujan, segeralah berkonsultasi dengan dokter. RS Hermina Podomoro menyediakan pelayanan dari dokter spesialis dalam menangani berbagai penyakit menular, termasuk leptospirosis. \n\n Kesehatan adalah harta yang tak ternilai, dan tindakan preventif dapat menjaga Anda dan keluarga dari risiko penyakit. Jangan ragu untuk mencari bantuan medis jika diperlukan. Bersama-sama, kita dapat menjaga kesehatan dan menghadapi musim hujan dengan lebih tenang. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Wonogiri<\/a><\/li>
- 30 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Memahami Gastritis (Maag): Penyebab, Gejala, & Cara Mengelola Kesehatan Lambung Anda<\/a><\/h3>
Gastritis adalah kondisi umum yang melibatkan peradangan pada dinding lambung. Mengetahui penyebab, gejala, dan cara mengelola gastritis dapat membantu menjaga kesehatan lambung Anda dengan lebih baik. Berikut adalah informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber terpercaya, termasuk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes). \n\n \n\n Gastritis terbagi menjadi dua jenis, yaitu gastitris kronis dan akut. Gastritis akut terjadi ketika radang di lapisan lambung berlangsung secara kondisi tiba-tiba, hal ini menyebabkan nyeri pada ulu hati yang hebat dengan sifat sementara. Namun, jika tidak ditangani secara segera, gastritis akut bisa berlanjut menjadi kronis. \n\n \n\n Penyebab Gastritis \n\n Gastritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu penyebab utama yang diidentifikasi oleh Kemenkes adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini dapat menyebabkan peradangan pada dinding lambung dan dapat ditemukan pada individu yang mengalami gastritis. Selain itu, konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu yang lama, juga dapat merusak lapisan lambung dan menyebabkan gastritis. \n\n \n\n Gejala Gastritis \n\n Gejala gastritis dapat bervariasi dari ringan hingga parah. Menurut Kemenkes, beberapa gejala umum termasuk nyeri perut, terutama di bagian atas, sensasi terbakar di dada, mual, muntah, dan perut kembung. Gejala ini dapat memburuk setelah makan atau minum. \n\n \n\n Diagnosa dan Pengobatan \n\n Jika Anda mengalami gejala gastritis, segera konsultasikan dengan dokter. Diagnosis biasanya melibatkan pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, dan mungkin tes tambahan seperti endoskopi atau tes darah untuk mendeteksi infeksi H. pylori. Pengobatan dapat mencakup antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri, obat antiasam, atau obat penahan asam. \n\n \n\n Cara Mengelola Kesehatan Lambung Anda \n\n \n Pola Makan Sehat: Hindari makanan pedas, asam, dan berlemak. Pilihlah makanan yang mudah dicerna dan tinggi serat. Makan dalam porsi kecil tetapi sering dapat membantu mengurangi tekanan pada lambung. \n Hindari Penggunaan NSAID yang Berlebihan: Jika Anda memerlukan obat antiinflamasi, konsultasikan dengan dokter untuk memilih dosis yang tepat dan memantau dampaknya pada lambung. \n Kelola Stres: Stres dapat memperburuk gejala gastritis. Temukan cara untuk mengelola stres seperti melalui olahraga, meditasi, atau aktivitas yang menyenangkan. \n Konsultasi dengan Dokter secara Berkala: Jika Anda memiliki riwayat gastritis atau gejala yang persisten, rutin berkonsultasi dengan dokter untuk pemantauan dan penanganan yang tepat. \n \n\n \n\n Melalui pemahaman menyeluruh tentang penyebab, gejala, dan pengelolaan gastritis, Anda dapat mengambil langkah-langkah preventif untuk menjaga kesehatan lambung Anda. Tetaplah berkomunikasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan panduan yang sesuai dengan kondisi kesehatan individu Anda. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 31 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Memahami Penyakit MAAG pada Anak Muda<\/a><\/h3>
Maag atau gastritis adalah kondisi dimana terjadi peradangan pada lambung sehingga menimbulkan gangguan pencernaan pada manusia. Peradangan dapat terjadi pada lapisan permukaan lambung, atau bisa lebih dalam lagi dan lokasi peradangan dapat terjadi pada satu area saja atau meluas sampai seluruh permukaan. Kondisi ini umum dijumpai pada usia diatas 40 tahun, tetapi di negara berkembang kejadian gastritis banyak dijumpai pada umur diatas 20 tahun. Disini akan dijelaskan mengenai penyebab, gejala, diagnosis dan bagaimana pengelolaan maag pada anak muda. \n\n Penyebab Maag pada anak muda \n\n Maag dapat disebabkan berbagai faktor. Maag pada usia muda dan produktif dikaitkan dengan pola makan yang tidak teratur dan kebiasaan memakan makanan yang membuat peningkatan produksi asam lambung. Pada orang muda yang sibuk kadang gejala yang timbul akan tersingkirkan karena kesibukan dan gaya hidup sehingga tidak sempat memperhatikan kesehatannya, terutama bila gejala yang muncul tidak terlalu mengganggu aktivitas. Kemudian stres baik di lingkungan sekolah atau kantor yang mengakibatkan semakin tingginya produksi asam lambung. Penyebab yang paling banyak adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori. Infeksi ini dapat terjadi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol juga dapat memperburuk terjadinya maag. Obat obatan untuk pereda nyeri juga dapat menimbulkan gastritis. \n\n Gejala Maag pada anak muda \n\n Gejala maag dapat bervariasi berdasarkan perjalanan penyakitnya, apakah akut (baru) dan kronis (lama) dan juga tergantung seberapa luas perdagangan yang terjadi pada lambung. Gejala yang timbul mulai dari nyeri ulu hati, nyeri perut, termasuk mual, muntah, kelemahan, rasa kembung dan penuh, penurunan nafsu makan, muka pucat, peningkatan suhu tubuh, sensasi melayang dan bahkan pasien dapat muntah darah dan berak dengan tinja berwarna hitam seperti kopi. \n\n Diagnosis maag pada anak muda \n\n Mendiagnosis maag ditegakkan melalui wawancara mengenai gejala dan perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah dengan tes darah, tes darah pada tinja, endoskopi lambung dan pemeriksaan patologi anatomi. \n\n Tatalaksana maag pada anak muda \n\n Pengobatan: tergantung dari penyebab timbulnya maag. Bila penyebabnya adalah infeksi, maka antibiotik diperlukan, selain obat obatan yang mengurangi produksi asam lambung dan menetralkan asam lambung yang telah diproduksi. Pengobatan maag harus tepat, sehingga tidak akan berlanjut menjadi kondisi kronis yang akan menimbulkan komplikasi di kemudian hari, misalnya: anemia dan kanker lambung. \n\n Diet sehat: konsumsi makanan sehat yang tidak pedas, tidak asam dan rendah serat. Makanan dan minuman yang mengandung kafein juga harus dihindari karena memicu produksi asam lambung. Keteraturan jadwal makan juga sangat diperlukan. \n\n Hindari pemicu, seperti stress yang berlebihan, konsumsi alkohol, merokok. Penggunaan obat nyeri sebaiknya harus dikonsultasikan terlebih dahulu ke dokter. \n\n Istirahat cukup: diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan. \n\n Kesimpulan \n\n Maag pada anak muda disebabkan oleh banyak faktor. Diagnosis dan pengelolaan maag harus tepat sehingga dapat mencegah komplikasi yang akan terjadi dikemudian hari \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 04 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Hipotiroid dan Hipertiroid Penyakit Tiroid yang Mengganggu ; Cari Tahu Perbedaannya<\/a><\/h3>
Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin berbentuk kupu-kupu yang terletak pada leher bagian tengah. Kelenjar ini berukuran relatif kecil, namun dapat memproduksi hormon tiroid yang berfungsi mempertahankan metabolisme tubuh, seperti metabolisme jantung, mengatur metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, memacu pertumbuhan normal, perkembangan dan pematangan sistem saraf serta memacu pembentukan kalori. Pada anak-anak, hormon ini memiliki peran penting dalam perkembangan otak dan juga tumbuh kembang. \n\n Sekitar 300 juta orang di dunia dilaporkan mengalami gangguan tiroid dan lebih dari 1.7 juta orang Indonesia berpotensi mengalami gangguan tiroid. Umumnya, gangguan tiroid ini masih belum diketahui sebabnya. Namun terdapat beberapa kondisi yang bisa menjadi sebab atau pemicu munculnya penyakit tiroid, seperti: kekurangan yodium, peradangan kelenjar tiroid, faktor genetik, setelah melahirkan, dan penyakit autoimun. Gangguan tiroid dapat terjadi pada berbagai usia, mulai dari bayi baru lahir, anak-anak, dewasa, bahkan usia lanjut. Bentuk gangguan tiroid dapat berupa kelainan fungsi (hipertiroid / hipotiroid), kelainan bentuk, kanker tiroid, dan juga peradangan. \n\n Gejala penyakit tiroid yang umumnya timbul adalah gejala hipertiroid dan hipotiroid. Hipotiroid adalah kondisi yang disebabkan kekurangan hormon tiroid, sedangkan hipertiroid merupakan kondisi yang disebabkan kelebihan hormon tiroid. Keluhan ini dapat disertai atau tanpa benjolan di leher. Gejala hipertiroid meliputi: tremor, berat badan menurun, mudah berkeringat, gangguan tidur, gugup, cemas, dan mudah tersinggung serta jantung berdebar. Sedangkan, gejala hipotiroid meliputi merasa lelah dan lemah, mudah mengantuk, kulit kering dan kasar, tidak tahan terhadap suhu dingin, rambut rontok hingga botak, sulit berkonsentrasi, berat badan bertambah dengan nafsu makan yang kurang, suara menjadi serak, konstipasi, depresi, lambat bergerak dan berbicara, pada wanita gejala dapat disertai dengan gangguan menstruasi (lebih banyak dari biasanya) \n\n Gangguan tiroid dapat mempengaruhi seluruh sistem tubuh dan berakibat fatal jika tidak ditangani dengan tepat. Sayangnya, gangguan kelenjar tiroid kerap tidak disadari karena tidak memiliki gejala khusus. Padahal, jika terdeteksi sejak dini, kelainan tiroid dapat ditangani lebih awal dan dapat mencegah komplikasi lainnya. Oleh karena itu, pemahaman terkait gangguan tiroid sangat penting untuk diketahui bagi masyarakat agar dapat dilakukan deteksi dini. \n\n Jika sahabat Hermina mengalami atau memiliki benjolan di leher segera periksakan kesehatan Anda kepada Dokter Spesialis Penyakit Dalam untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. \n\n Di tulis oleh : dr. Ivena \n\n Di tinjau oleh : dr. Affan Ahmadi, Sp.PD, M.Kes, FINASIM \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 18 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Wajib Tahu! Fakta di Balik Demam Berdarah<\/a><\/h3>
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang mengandung virus dengue. Penularannya tidak dapat terjadi secara langsung antar manusia tanpa melalui perantaraan gigitan nyamuk Aedes tersebut. \n\n Yang perlu kita ketahui, tidak semua orang yang terinfeksi virus ini menunjukkan gejala yang berat, ada yang hanya bermanifestasi sebagai demam ringan dan bahkan tanpa gejala sama sekali. \n\n \n\n Berikut ini merupakan beberapa gejala dari demam dengue antara lain : \n\n \n Demam mendadak tinggi \n Nyeri kepala yang biasanya disertai dengan nyeri pada bagia belakang mata \n Yeri otot dan sendi \n Lemas \n Muntah \n Perdarahan spontan \n \n\n \n\n Karakteristik gejala dan tanda utama pada DBD sebagai berikut : \n\n \n Demam tinggi yang mendadak, terus menerus, \n \n\n Berlangsung 2-7 hari. Umumnya, pada akhir fase demam (setelah hari ke-3), demam mulai menurun dan pasien merasa lebih membaik, akan tetapi periode ini merupakan periode kritis karena dapat terjadi syok bila tidak dilakukan pengawasan dan pemantauan \n\n \n Tanda - tanda perdarahan. \n \n\n Beberapa jenis perdarahan yang sering ditemukan pada pasien dbd adalah bintik-bintik merah pada kulit (petechie), mimisan, gusi berdarah, dan perdarahan saluran cerna. \n\n Untuk membedakan gigitan nyamuk dan petechie dapat dilakukan penekanan pada bintik merah dengan penggaris plastik transparan, jika menghilang dengan penekanan berarti bukan petechie. \n\n \n Syok. \n \n\n Beberapa tanda bahaya (warning sign) untuk mencegah terjadinya syok yang perlu diperhatikan seperti demam turun akan tetapi kondisi memburuk, muntah terus menerus, nyeri perut dan nyeri tekan perut, gelisah, pembesaran hati, perdarahan spontan, dan jumlah urin yang berkurang. \n\n \n\n Penderita yang terinfeksi oleh virus dengue akan mengalami tiga fase perjalanan penyakit. \n\n \n Fase pertama \n \n\n Dimulai dari hari ke-1 hingga hari ke-4 adalah fase demam, dimana pada fase ini penderita akan mengeluhkan demam dan keluhan penyerta lainnya yang mengganggu pasien. \n\n \n Fase kedua \n \n\n Dimulai pada sekitar hari ke 5 sampai hari ke 7 yang disebut fase kritis, pada fase ini keluhan yang sebelumnya dirasakan mengganggu akan relatif berkurang dan membaik. Akan tetapi, pada fase ini trombosit pasien justru dapat turun dengan cepat dan risiko gangguan pada pembuluh darah di seluruh tubuh akan meningkat. Sehingga pada fase kritis ini, kejadian syok (turunnya tekanan darah) dan risiko perdarahan akan meningkat apabila tidak dipantau dan ditangani dengan ketat \n\n \n Fase ketiga \n \n\n fase penyembuhan yang ditandai dengan meningkatnya kembali trombosit dan kondisi tubuh yang kian membaik \n\n \n\n Bila dokter mencurigai adanya demam berdarah, akan dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan penunjang, seperti : \n\n \n Pemeriksaan hematologi untuk dilakukan pemeriksaan terhadap hemoglobin, hematokrit, leukosit, dan trombosit \n Pemeriksaan serologi (antibodi terhadap infeksi virus dengue) \n Pemeriksaan antigen virus dengue \n Radiologi seperti rontgen paru atau USG perut. Hal ini untuk mencari kemungkinan terjadinya kebocoran cairan ke rongga dada dan rongga perut. \n \n\n \n\n Pada dasarnya, pengobatan infeksi dengue bersifat suportif dan simptomatis dengan cara mengatasi kehilangan cairan sebagai akibat kebocoran pembuluh darah dan adanya perdarahan. pasien dengan infeksi dengue dapat berobat jalan atau dilakukan perawatan di ruang intensif tergantung dari beratnya gejala. penegakan diagnosis secara dini dan mengetahui gejala-gejala bahaya (warning sign) merupakan hal penting untuk mengurangi angka kematian. \n\n Pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh keluarga atau masyarakat yang menemukan gejala dan tanda infeksi dengue : \n\n \n Istirahat selama demam \n Pemberian obat penurun panas \n Kompres hangat \n Minum banyak (1-2 liter/hari) \n Bila terjadi kejang, longgarkan pakaian, tidak memasukkan apapun lewat mulut selama kejang, dan jaga agar lidah tidak tergigit). \n \n\n Jika dalam 2-3 hari demam tidak turun disertai dengan adanya tanda seperti perdarahan pada kulit, muntah, gelisah, mimisan maka harus segera dibawa berobat ke dokter untuk segera mendapat pemeriksaan dan pertolongan \n\n \n\n Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terkena infeksi dengue : \n\n \n Menguras Bak Mandi \n Menutup Tempat Penampungan Air \n Mendaur Ulang Barang Bekas \n Membersihkan Rumah dan Lingkungan Sekitar \n Menggunakan Obat Anti Nyamuk \n Menaburkan Bubuk Larvasida di Tempat Penampungan Air \n Tidak Menggantung Pakaian di Dalam Kamar \n Memasang Kawat Kasa pada Jendela dan Ventilasi \n Memelihara Ikan Pemakan Jentik Nyamuk \n Menggunakan Pakaian Tertutup untuk Aktivitas di Luar \n Menggunakan Losion Anti Nyamuk \n Menanam Tanaman Anti Nyamuk Alami \n Fogging \n Vaksin DBD \n \n\n Vaksin demam berdarah dengue atau yang dikenal sebagai Travalent Dengue Vaccine (TDV), telah disetujui edarnya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sejak 2022. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 08 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Perawatan Luka Diabetes<\/a><\/h3>
Diabetes mellitus, atau yang lebih dikenal sebagai diabetes, adalah kondisi medis yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Salah satu komplikasi serius yang dapat muncul akibat diabetes adalah luka diabetes, yang sulit sembuh dan berpotensi menjadi masalah kesehatan yang serius jika tidak dirawat dengan baik. Artikel ini akan membahas perawatan luka diabetes yang efektif, serta memberikan sumber informasi yang dapat dipercaya. \n\n Apa Itu Luka Diabetes? \n\n Luka diabetes adalah luka atau kerusakan kulit yang terjadi pada orang yang mengidap diabetes. Orang dengan diabetes memiliki risiko tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan, termasuk kerusakan saraf dan gangguan aliran darah. Kedua faktor ini dapat berkontribusi pada terbentuknya luka yang sulit sembuh. Luka diabetes sering kali muncul di kaki dan kaki bagian bawah, tetapi juga dapat muncul di bagian tubuh lainnya. \n\n Langkah-langkah Perawatan Luka Diabetes \n\n \n Konsultasi dengan Tenaga Medis: Langkah pertama yang harus diambil adalah berkonsultasi dengan dokter atau perawat yang berpengalaman dalam perawatan luka diabetes. Mereka akan melakukan evaluasi dan memberikan panduan mengenai perawatan yang diperlukan. \n Kontrol Gula Darah: Mengontrol gula darah adalah langkah kunci dalam perawatan luka diabetes. Gula darah yang tinggi dapat menghambat proses penyembuhan. Dokter akan memberikan saran mengenai bagaimana mengatur gula darah Anda, termasuk perubahan dalam diet dan penggunaan obat-obatan. \n Perawatan Luka: Perawatan luka diabetes harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Langkah-langkah umum meliputi membersihkan luka dengan lembut menggunakan larutan antiseptik, mengganti perban secara teratur, dan menjaga luka tetap bersih dan kering. \n Pemakaian Obat Topikal: Dokter dapat meresepkan salep atau krim antibiotik untuk mencegah infeksi pada luka. Selain itu, obat-obatan topikal yang merangsang pertumbuhan jaringan baru mungkin diperlukan. \n Perawatan Saraf dan Aliran Darah: Jika kerusakan saraf atau aliran darah menjadi masalah, dokter dapat merujuk Anda ke spesialis untuk perawatan lebih lanjut, seperti fisioterapi atau prosedur medis yang sesuai. \n Penghindaran Tekanan Berlebih: Jika luka diabetes terletak di kaki, penting untuk menghindari tekanan berlebih pada luka. Ini dapat dilakukan dengan memakai alas kaki yang sesuai dan menjaga kaki tetap terangkat saat duduk atau berbaring. \n Pantau Perkembangan: Penting untuk memantau perkembangan luka secara teratur. Jika ada tanda-tanda infeksi, perdarahan yang tidak normal, atau perubahan warna dan bau pada luka, segera konsultasikan dengan dokter. \n \n\n Program Pencegahan Luka Diabetes \n\n Do \n\n \n Periksa dan lihatlah kaki Anda setiap hari \n Selalu gunakan alas kaki \n Periksa sepatumu sebelum mengenakannya \n Gunakan sepatu yang sesuai \n Beli sepatu pada siang hari. \n Selalu gunakan kaus kaki dari bahan katun \n Cucilah kaki Anda dengan sabun yang lembut, keringkan, dan gunakan lotion pelembap secara teratur \n Periksalah kaki Anda secara berkala oleh tenaga kesehatan profesional (HCP) \n \n\n Don’t \n\n \n Merendam kaki dalam air panas, dengan deterjen \n Menggunakan air panas dalam botol/alat listrik untuk menghangatkan kaki \n Menggunakan batu/pisau/gillette untuk menghilangkan kapalan \n Menggunakan sepatu/kaus kaki yang tidak pas \n Menggunakan obat topikal untuk meredakan "mata ikan" tanpa rekomendasi dokter. \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 21 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) dalam Kalangan Pekerja: Tantangan yang Tak Terduga<\/a><\/h3>
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), atau yang lebih dikenal sebagai penyakit refluks asam lambung, adalah kondisi medis yang semakin umum terjadi di seluruh dunia. Tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari, tetapi GERD juga menjadi fenomena yang semakin sering ditemui di kalangan pekerja. Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang bagaimana GERD memengaruhi pekerja dan menawarkan saran tentang bagaimana mengelolanya. \n\n Apa Itu GERD? \n\n GERD adalah kondisi yang terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan, menyebabkan sensasi terbakar atau nyeri pada dada, serta gejala lain seperti batuk dan kesulitan menelan. Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan, baik di dalam maupun di luar tempat kerja. \n\n Faktor Risiko di Tempat Kerja \n\n Beberapa faktor yang berkontribusi pada peningkatan insiden GERD di kalangan pekerja termasuk: \n\n \n Stres Kerja: Tekanan di tempat kerja dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memicu gejala GERD. Deadline ketat, tuntutan tinggi, dan lingkungan kerja yang kompetitif dapat menjadi pemicu utama. \n Gaya Hidup yang Tidak Sehat: Lama bekerja di depan komputer, kebiasaan makan cepat saji, dan kurangnya waktu untuk istirahat makan dapat memicu GERD. \n Jadwal Kerja yang Tidak Teratur: Pekerja dengan jadwal yang tidak teratur cenderung makan di waktu yang tidak teratur, yang dapat memperburuk gejala GERD. \n Kerja Malam: Pekerja shift malam cenderung mengalami perubahan hormon yang dapat memengaruhi sistem pencernaan dan menyebabkan peningkatan gejala GERD. \n \n\n Bagaimana Mengelola GERD di Tempat Kerja \n\n Bagi pekerja yang menghadapi GERD, penting untuk mengelolanya dengan bijaksana. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu: \n\n \n Konsultasikan dengan Dokter: Jika Anda mengalami gejala GERD yang berkepanjangan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Mereka dapat memberikan diagnosis yang akurat dan saran pengobatan yang sesuai. \n Perubahan Gaya Hidup: Pertimbangkan untuk membuat perubahan gaya hidup, seperti menghindari makanan pedas, alkohol, dan merokok. Cobalah untuk makan dengan porsi lebih kecil dan hindari makan sebelum tidur. \n Pengelolaan Stres: Temukan cara untuk mengelola stres di tempat kerja, seperti meditasi, yoga, atau olahraga. Berbicaralah dengan atasan Anda jika perlu mengatur jadwal yang lebih teratur atau mengurangi tekanan kerja. \n Ergonomi Tempat Kerja: Pastikan tempat kerja Anda memiliki ergonomi yang baik. Postur tubuh yang buruk selama bekerja di depan komputer dapat memengaruhi tekanan pada perut dan memperburuk gejala GERD. \n Konsultasikan dengan Ahli Gizi: Bertemu dengan seorang ahli gizi dapat membantu Anda merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan Anda dan menghindari makanan yang memicu GERD. \n \n\n Kesimpulan \n\n GERD adalah masalah kesehatan yang serius yang dapat memengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pekerja. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor risiko di tempat kerja dan langkah-langkah untuk mengelolanya, pekerja dapat menghadapi GERD dengan lebih baik. Ingatlah bahwa kesehatan adalah aset berharga, dan dengan perhatian yang tepat, GERD dapat dikelola sehingga tidak mengganggu karir atau kebahagiaan Anda. Jika Anda mengalami gejala GERD yang serius, segera berkonsultasi dengan profesional medis untuk perawatan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Wonogiri<\/a><\/li>
- 20 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Jaga Darahmu Tetap Lancar: 7 Tips Efektif untuk Mencegah Hipertensi<\/a><\/h3>
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah kondisi kesehatan yang sering diabaikan namun memiliki dampak serius bagi kesejahteraan seseorang. Dalam kondisi hipertensi, tekanan darah arteri meningkat dan bisa menyebabkan berbagai komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, dan kerusakan organ lainnya. Namun, ada kabar baik: hipertensi bisa dicegah dengan mengadopsi gaya hidup sehat. Dalam artikel ini, kami akan membagikan tujuh tips efektif untuk mencegah hipertensi dan menjaga darahmu tetap lancar. \n\n \n Pilih Pola Makan Sehat: Konsumsi makanan yang kaya serat, rendah garam, dan rendah lemak jenuh dapat membantu menjaga tekanan darah tetap normal. Perbanyaklah mengonsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan, dan produk susu rendah lemak. Hindari makanan olahan, makanan cepat saji, makanan manis, dan makanan tinggi garam. \n Kurangi Konsumsi Garam: Garam merupakan faktor risiko utama hipertensi. Batasilah konsumsi garam hingga kurang dari 5 gram per hari. Perhatikan juga jumlah sodium yang terkandung dalam makanan olahan, seperti makanan kaleng, makanan beku, dan makanan siap saji. \n Teratur dalam Aktivitas Fisik: Rajin berolahraga dapat membantu menjaga tekanan darah tetap normal. Lakukan setidaknya 30 menit aktivitas fisik yang cukup intensitas, seperti berjalan cepat, bersepeda, berenang, atau lari, setidaknya lima kali seminggu. \n Hindari Kebiasaan Merokok: Merokok tidak hanya merusak paru-paru, tetapi juga dapat menyebabkan hipertensi. Nikotin dalam rokok dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Jadi, jika Sahabat Hermina perokok, berhentilah sekarang juga. \n Kurangi Konsumsi Alkohol: Meskipun konsumsi alkohol dalam jumlah sedang bisa memberikan manfaat kesehatan, minum alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko hipertensi. Batasilah konsumsi alkohol hingga jumlah yang direkomendasikan, yaitu satu hingga dua minuman per hari untuk pria dan satu minuman per hari untuk wanita. \n Kelola Stres dengan Baik: Stres kronis dapat meningkatkan risiko hipertensi. Temukan cara yang efektif untuk mengelola stres, seperti meditasi, yoga, atau melakukan aktivitas yang Sahabat Hermina nikmati. Beristirahat yang cukup, tidur yang berkualitas, dan menjaga waktu luang juga sangat penting. \n Pantau Tekanan Darah Secara Berkala: Selalu periksa tekanan darah Sahabat Hermina secara teratur. Ini akan membantu Anda mengidentifikasi apakah tekanan darah Anda berada dalam kisaran normal atau tidak. Jika tekanan darah Anda terus-menerus tinggi, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. \n \n\n Dengan mengikuti tips-tips di atas, Sahabat Hermina dapat meminimalkan risiko terkena hipertensi dan menjaga kesehatan jantung serta kesejahteraan secara keseluruhan. Ingatlah bahwa pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Jadi, jaga darahmu tetap lancar dengan mengadopsi gaya hidup sehat dan konsisten. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 30 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Benarkah Sering Marah Menyebabkan Hipertensi?<\/a><\/h3>
Hipertensi atau sering disebut dengan “The Silent Killer” karena sering penderitanya tidak memiliki atau merasakan keluhan dan kemudian mengetahui dirinya sudah mengalami komplikasi yang berat dari hipertensi. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang tinggi sehingga menyebabkan resiko penyakit seperti stroke, aneurisma, penyakit jantung dan juga kerusakan ginjal. Kondisi tekanan darah dikatakan hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHG. \n\n \n\n Penyebab Hipertensi \n\n Hipertensi primer atau esensial hampir 90% tidak diketahui penyebabnya, sedangkan faktor resiko terjadinya hipertensi ada banyak antara lain ada riwayat keluarga hipertensi, pola hidup yang kurang baik seperti obesitas, kurang olahraga dan penyakit lain seperti kolesterol dan diabetes. \n\n \n\n Apakah sering marah dapat menyebabkan tekanan darah menjadi meningkat? \n\n Pengelolaan stres menjadi salah satu tatalaksana dari hipertensi, mengontrol emosi. Marah-marah yang diakibatkan oleh stres dapat menyebabkan tekanan darah meningkat sementara. \n\n \n\n Hipertensi dapat menyebabkan berbagai macam penyakit mulai dari otak dapat menyebabkan stroke, mata dapat menyebabkan retinopati, gagal jantung, atau penyakit jantung koroner, sampai ke kerusakan pada pembuluh darah kaki. \n\n \n\n Gejala hipertensi sering kali tidak diketahui oleh penderitanya, banyak pasien yang datang dengan kondisi tekanan darah yang tinggi namun tidak merasakan gejala apapun, bahkan ada yang datang dengan komplikasi yang sudah berat. Maka dari itu penting sekali untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi lebih dini adanya hipertensi. Sehingga dapat penanganan lebih dini dan terhindar dari bahaya hipertensi The Silent Killer. \n\n \n\n Siapa saja yang berpotensi terkena hipertensi? \n\n \n \n Orang yang obesitas \n \n \n Orang yang memiliki gaya hidup tidak seperti merokok, minum alkohol dan makan makanan junk food dan makanan yang tinggi garam \n \n \n Kurang gerak atau kurangnya aktivitas dan olahraga olahraga \n \n \n\n \n\n Tips mencegah Hipertensi \n\n Untuk mencegah hipertensi, tentunya kita harus menjauhkan faktor resiko, berikut tips yang dapat Sahabat Hermina lakukan: \n\n \n \n Kontrol berat badan agar tidak sampai obesitas \n \n \n Atur pola makan dan konsumsi makanan yang bergizi seimbang \n \n \n Banyak mengkonsumsi sayur dan buah \n \n \n Kurangi konsumsi garam \n \n \n Rutin berolahraga \n \n \n Tidak mengkonsumsi kafein secara berlebihan \n \n \n Kendalikan faktor lain seperti hindari kolesterol tinggi \n \n \n Kendalikan stres \n \n \n Melakukan cek tekanan darah secara rutin apalagi memiliki keluarga yang ada riwayat hipertensi \n \n \n\n Sahabat Hermina juga dapat mendengarkan penjelasan tentang Hipertensi pad tayangan Hermina Podcast di Channel Youtube Hermina Hospitals (klik disini) \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 30 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 08 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 18 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 04 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 13 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>