- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 06 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Yuk Kenali Apa Itu Henti Jantung Mendadak dan Faktor Resikonya<\/a><\/h3>
Jantung adalah organ yang penting bagi manusia. Ketika jantung mengalami gangguan maka dapat menimbulkan penyakit hingga kematian. Salah satu ancaman kematian karena masalah jantung yaitu Henti Jantung Mendadak. Henti jantung mendadak adalah berhentinya secara tiba-tiba dari aktifitas normal jantung yang disertai dengan kolaps hemodinamik yang berasal dari masalah jantung. Apabila jantung berhenti berdetak, itu artinya jantung tidak bekerja dengan baik. Darah akan berhenti dipompa dari jantung menuju organ vital lainnya, seperti otak, hati, dan paru-paru. Akibatnya, kondisi ini membuat penderitanya tidak bernapas normal, tidak sadarkan diri, atau bahkan berhenti bernapas. Hal ini juga dapat diartikan dengan, dalam hitungan detik, aktifitas listrik dan pompa jantung berhenti medadak dan menyebabkan seluruh sistem sirkulasi manusia kolaps atau berhenti berjalan. \n\n Orang yang mengalami Henti Jantung Mendadak tentu akan mengalami hilang kesadaran mendadak dan jatuh. Apabila jantung berhenti berdetak, itu artinya jantung tidak bekerja dengan baik. Darah akan berhenti dipompa dari jantung menuju organ vital lainnya, seperti otak, hati, dan paru-paru. Akibatnya, kondisi ini membuat penderitanya tidak bernapas normal, tidak sadarkan diri, atau bahkan berhenti bernapas. Hal ini biasanya yang menjadi penyebab seseorang terjatuh tiba-tiba di tempat umum dan membutuhkan pertolongan dengan segera. \n\n Tanda & Gejala Henti Jantung Mendadak \n\n \n Tiba-tiba tubuh ambruk. \n Tidak ada denyut nadi. \n Tidak bernapas. \n Hilang kesadaran. \n \n\n Pada beberapa kasus sebelum terjadinya henti Jantung, ada beberapa gejala yang dirasakan oleh penderitanya. Gejala tersebut adalah: \n\n \n Rasa tidak nyaman pada dada (angina). \n Sesak napas. \n Palpitasi jantung (sensasi jantung berdegup kencang). \n Tubuh melemah \n \n\n \n\n Penyebab henti jantung bisa karena adanya irama jantung yang tidak normal. Hal ini bisa terjadi akibat sistem kelistrikan jantung yang tidak bekerja secara tepat. Sistem kelistrikan jantung berfungsi untuk mengontrol laju dan ritme detak jantung. Jika mengalami gangguan, maka detak jantung bisa terjadi lebih cepat atau lebih lambat. Selain itu, ada beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan terjadinya henti jantung, seperti: \n\n \n Riwayat Penyakit Jantung seperti Arteri coroner, Serangan jantung, Pembesaran jantung, Penyakit katup jantung dan Penyakit jantung bawaan \n Kebiasaan Merokok. Rokok merupakan salah satu yang menjadi faktor berbagai jenis penyakit. Asap rokok yang dihirup dapat menjadi penyebab berbagai penyakit, mulai dari kanker paru, gangguan kehamilan dan janin, hingga penyakit jantung. Hal ini karena di dalam tembakau yang terdapat pada rokok, terkandung berbagai zat berbahaya bagi tubuh, seperti kandungan nikotin yang bisa membuat jantung berdetak lebih kencang lebih dari normal. Selain itu, karbon monoksida yang merupakan gas beracun yang dapat menghalangi pasokan oksigen ke jantung. \n Diabetes, Diabetes dapat menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah sehingga dapat menghambat aliran darah. Oleh karena itu penderita diabetes berisiko lebih tinggi mengidap penyakit jantung. \n Hipertensi. Hipertensi dapat melukai dinding arteri dan menurunkan fungsi dinding pembuluh darah sehingga mempermudah kolesterol LDL juga dapat menempel di dinding pembuluh darah dan meningkatkan penimbunan plak. \n Obesitas. Ketika seseorang mengalami obesitas, maka risiko penyakit jantung koroner akan meningkat hingga empat kali lebih tinggi jika dibandingkan pemilik berat badan ideal. \n Pola hidup tidak sehat seperti kurangnya olah raga dan aktifitas fisik, serta banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak \n \n\n \n\n Jadi sahabat hermina penting untuk kita selalu menghindari resiko-resiko yang bisa menjadi penyebab meningkatnya kejadian henti jantung padi diri kita dan orang-orang sekitar kita terutama keluarga. Dan jangan lupa untuk segera konsultasi dan periksakan ke dokter jika sahabat hermina merasakan ada gangguan atau masalah kesehatan pada tubuh terutama jantung, tujuannya supaya penyakit atau masalah kesehatan tersebut dapat di deyeksi dengan cepat dan ditangani dengan tepat. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Podomoro<\/a><\/li>
- 06 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Apakah Nyeri Dada Selalu Dari Jantung?<\/a><\/h3>
\n\n \n\n Nyeri dada seringkali menimbulkan kekhawatiran mendalam, karena sering dikaitkan dengan masalah jantung. Namun, tahukah Anda bahwa nyeri dada tidak selalu berasal dari jantung? Mari kita cek fakta-fakta menarik seputar hal ini. \n\n Penyebab Nyeri Dada \n\n \n \n Penyakit Jantung: Tentu saja, masalah jantung seperti serangan jantung atau angina (nyeri dada akibat suplai darah yang kurang ke otot jantung) dapat menyebabkan nyeri dada. \n \n \n Masalah Pernapasan: Infeksi saluran pernapasan, pneumonia, atau bahkan pneumonia yang menyebar ke dada bisa menghasilkan nyeri di daerah tersebut. \n \n \n Gangguan Pencernaan: Asam lambung yang naik ke kerongkongan (refluks asam) bisa menyebabkan sensasi terbakar di dada, sering disalahartikan sebagai nyeri jantung. \n \n \n Otot dan Tulang Rusak: Ketegangan otot, cedera, atau kondisi seperti osteoarthritis bisa menciptakan nyeri dada yang menyerupai nyeri jantung. \n \n \n Gangguan Kecemasan: Serangan panik atau gangguan kecemasan bisa menghasilkan nyeri dada yang terkadang sulit dibedakan dari nyeri jantung. \n \n \n\n Tidak jarang, ternyata nyeri dada yang mengkhawatirkan tidak berasal dari masalah jantung sama sekali. Salah satu penyebab yang mungkin, dan sering kali terlupakan, adalah gangguan pencernaan. Mari kita terus memahami sisi lain dari masalah ini. \n\n Mengenal GERD \n\n Refluks asam lambung, yang terkadang dikenal sebagai GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), bisa menjadi penyebab nyeri dada yang dapat menyerupai nyeri jantung. Ketika asam lambung naik ke kerongkongan, sensasi terbakar atau nyeri dapat dirasakan di dada, khususnya di sisi kiri. \n\n Mengapa GERD Menyebabkan Nyeri Dada? \n\n Ketika refluks asam terjadi, ia dapat memicu iritasi dan peradangan pada bagian atas perut dan kerongkongan. Inilah yang bisa menghasilkan nyeri atau sensasi terbakar yang terasa mirip dengan nyeri jantung. Namun, penting untuk dicatat bahwa kondisi pencernaan ini memiliki karakteristik sendiri yang bisa membantu dalam diagnosis. \n\n Tanda-tanda GERD \n\n \n \n Nyeri atau terbakar di bagian atas perut atau kerongkongan. \n \n \n Sensasi asam atau pahit di mulut. \n \n \n Batuk atau suara serak yang persisten. \n \n \n Perburukan gejala saat berbaring atau setelah makan. \n \n \n\n Kapan Harus Berkonsultasi \n\n Jika Anda mencurigai nyeri dada berasal dari gangguan pencernaan, segera konsultasikan dengan dokter. Mereka dapat melakukan evaluasi dan tes untuk mengkonfirmasi diagnosis. Jika memang terbukti sebagai masalah pencernaan, langkah-langkah perawatan yang sesuai dapat direkomendasikan. \n\n Jadi, ingatlah bahwa nyeri dada tidak selalu berasal dari jantung. Faktor lain seperti gangguan pencernaan juga bisa menjadi penyebabnya. Jangan ragu untuk mencari bantuan medis dan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penjelasan dan perawatan yang tepat. Keselamatan dan kesehatan adalah prioritas utama kita. Periksakan dengan spesialis penyakit dalam di RS Hermina Podomoro untuk sahabat Hermina yang berada di Jakarta Utara dan sekitarnya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 31 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Nyeri Dada Akibat Penyakit Jantung<\/a><\/h3>
Nyeri dada merupakan gejala yang umum terjadi pada penyakit jantung. Penyakit jantung adalah salah satu masalah kesehatan serius yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Nyeri dada yang terkait dengan penyakit jantung bisa menjadi tanda peringatan awal dari kondisi yang berpotensi mengancam nyawa, seperti serangan jantung atau angina pektoris. Artikel ini akan membahas pengaruh nyeri dada akibat penyakit jantung, termasuk penyebab, gejala, faktor risiko, dan tindakan yang perlu diambil untuk mengatasinya. \n\n \n\n Penyebab Nyeri Dada pada Penyakit Jantung: \n\n Nyeri dada pada penyakit jantung biasanya disebabkan oleh ketidakcukupan aliran darah ke otot jantung. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah koroner yang memasok oksigen dan nutrisi ke jantung mengalami penyempitan atau pemblokiran. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan nyeri dada akibat penyakit jantung meliputi: \n\n \n\n \n Serangan Jantung: Nyeri dada yang intens dan menetap bisa menjadi tanda serangan jantung, di mana aliran darah ke bagian jantung terhenti karena pembuluh darah tersumbat sepenuhnya. \n Angina Pektoris: Nyeri dada yang terjadi saat aktivitas fisik atau stres emosional, disebabkan oleh peningkatan permintaan oksigen oleh jantung akibat penyempitan pembuluh darah koroner. \n \n\n \n\n Gejala Nyeri Dada pada Penyakit Jantung: \n\n Nyeri dada akibat penyakit jantung biasanya digambarkan sebagai perasaan tertekan, nyeri tajam, atau sensasi terbakar di bagian dada. Beberapa gejala tambahan yang mungkin muncul termasuk: \n\n \n Nyeri atau ketidaknyamanan yang menyebar ke lengan kiri, bahu, leher, atau rahang. \n Sesak napas. \n Keringat berlebihan. \n Mual atau muntah. \n Pusing atau pingsan. \n \n\n \n\n Faktor Risiko: \n\n Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya nyeri dada akibat penyakit jantung antara lain: \n\n \n Kebiasaan merokok. \n Kadar kolesterol tinggi dalam darah. \n Tekanan darah tinggi (hipertensi). \n Diabetes mellitus. \n Obesitas atau kelebihan berat badan. \n Kurangnya aktivitas fisik. \n Riwayat keluarga dengan penyakit jantung. \n Usia lanjut. \n \n\n \n\n \n\n Tindakan yang Perlu Dilakukan: \n\n Jika seseorang mengalami nyeri dada yang mencurigakan, terutama jika nyeri tersebut berlangsung lebih dari beberapa menit atau tidak mereda dengan istirahat, segera mencari pertolongan medis darurat. Pengobatan untuk nyeri dada akibat penyakit jantung akan bervariasi tergantung pada kondisi spesifik yang didiagnosis oleh dokter. Beberapa tindakan yang mungkin dilakukan meliputi: \n\n \n Pemberian obat-obatan untuk melancarkan aliran darah ke jantung atau mengurangi rasa nyeri. \n Penerapan prosedur invasif seperti angioplasti atau pemasangan stent untuk membuka pembuluh darah yang tersumbat. \n Perubahan gaya hidup, seperti menghentikan kebiasaan merokok, menjalani diet sehat, dan rutin berolahraga. \n Terapi rehabilitasi jantung untuk memulihkan kekuatan jantung setelah serangan atau prosedur. \n \n\n \n\n Kesimpulan: \n\n Nyeri dada akibat penyakit jantung adalah gejala serius yang memerlukan perhatian segera. Penting untuk mengenali gejala-gejala ini dan segera mencari pertolongan medis guna mengurangi risiko komplikasi serius, seperti serangan jantung. Mengadopsi gaya hidup sehat dan menjalani perawatan yang tepat dapat membantu mengurangi risiko terjadinya nyeri dada akibat penyakit jantung dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. \n\n Nyeri dada merupakan gejala yang umum terjadi pada penyakit jantung. Penyakit jantung adalah salah satu masalah kesehatan serius yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Nyeri dada yang terkait dengan penyakit jantung bisa menjadi tanda peringatan awal dari kondisi yang berpotensi mengancam nyawa, seperti serangan jantung atau angina pektoris. Artikel ini akan membahas pengaruh nyeri dada akibat penyakit jantung, termasuk penyebab, gejala, faktor risiko, dan tindakan yang perlu diambil untuk mengatasinya. \n\n \n\n Penyebab Nyeri Dada pada Penyakit Jantung: \n\n Nyeri dada pada penyakit jantung biasanya disebabkan oleh ketidakcukupan aliran darah ke otot jantung. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah koroner yang memasok oksigen dan nutrisi ke jantung mengalami penyempitan atau pemblokiran. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan nyeri dada akibat penyakit jantung meliputi: \n\n \n\n \n Serangan Jantung: Nyeri dada yang intens dan menetap bisa menjadi tanda serangan jantung, di mana aliran darah ke bagian jantung terhenti karena pembuluh darah tersumbat sepenuhnya. \n Angina Pektoris: Nyeri dada yang terjadi saat aktivitas fisik atau stres emosional, disebabkan oleh peningkatan permintaan oksigen oleh jantung akibat penyempitan pembuluh darah koroner. \n \n\n \n\n Gejala Nyeri Dada pada Penyakit Jantung: \n\n Nyeri dada akibat penyakit jantung biasanya digambarkan sebagai perasaan tertekan, nyeri tajam, atau sensasi terbakar di bagian dada. Beberapa gejala tambahan yang mungkin muncul termasuk: \n\n \n Nyeri atau ketidaknyamanan yang menyebar ke lengan kiri, bahu, leher, atau rahang. \n Sesak napas. \n Keringat berlebihan. \n Mual atau muntah. \n Pusing atau pingsan. \n \n\n \n\n Faktor Risiko: \n\n Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya nyeri dada akibat penyakit jantung antara lain: \n\n \n Kebiasaan merokok. \n Kadar kolesterol tinggi dalam darah. \n Tekanan darah tinggi (hipertensi). \n Diabetes mellitus. \n Obesitas atau kelebihan berat badan. \n Kurangnya aktivitas fisik. \n Riwayat keluarga dengan penyakit jantung. \n Usia lanjut. \n \n\n \n\n \n\n Tindakan yang Perlu Dilakukan: \n\n Jika seseorang mengalami nyeri dada yang mencurigakan, terutama jika nyeri tersebut berlangsung lebih dari beberapa menit atau tidak mereda dengan istirahat, segera mencari pertolongan medis darurat. Pengobatan untuk nyeri dada akibat penyakit jantung akan bervariasi tergantung pada kondisi spesifik yang didiagnosis oleh dokter. Beberapa tindakan yang mungkin dilakukan meliputi: \n\n \n Pemberian obat-obatan untuk melancarkan aliran darah ke jantung atau mengurangi rasa nyeri. \n Penerapan prosedur invasif seperti angioplasti atau pemasangan stent untuk membuka pembuluh darah yang tersumbat. \n Perubahan gaya hidup, seperti menghentikan kebiasaan merokok, menjalani diet sehat, dan rutin berolahraga. \n Terapi rehabilitasi jantung untuk memulihkan kekuatan jantung setelah serangan atau prosedur. \n \n\n \n\n Kesimpulan: \n\n Nyeri dada akibat penyakit jantung adalah gejala serius yang memerlukan perhatian segera. Penting untuk mengenali gejala-gejala ini dan segera mencari pertolongan medis guna mengurangi risiko komplikasi serius, seperti serangan jantung. Mengadopsi gaya hidup sehat dan menjalani perawatan yang tepat dapat membantu mengurangi risiko terjadinya nyeri dada akibat penyakit jantung dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Independent RS UBAYA Managed by Hermina<\/a><\/li>
- 16 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Penyebab Kematian Jantung Mendadak Saat Olahraga<\/a><\/h3>
Olahraga adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, manfaat olahraga bagi kesehatan kardiovaskular telah diketahui sangat baik, namun di sisi lain, olahraga dapat meningkatkan risiko kematian jantung mendadak atau sudden cardiac death (SCD) pada individu dengan penyakit kardiovaskular yang sudah maupun belum terdiagnosis. SCD jarang terjadi namun masih merupakan isu yang meresahkan. Ada banyak contoh yang dialami beberapa atlet profesional terkenal, tetapi hal itu hanya menunjukkan permukaan dari fenomena sebenarnya, yang cukup luas meliputi atlet amatir. \n\n \n\n SCD saat olahraga didefinisikan sebagai kematian yang terjadi selama atau dalam satu jam setelah berhenti olahraga. Terdapat 92% kasus terjadi selama aktivitas olahraga, 7,4% dalam 30 menit setelah berhenti olahraga, dan hanya sedikit dalam 30-60 menit setelah berhenti olahraga. \n\n \n\n Perbandingan Atlet dan Non-atlet \n\n Atlet memiliki risiko 2,8 kali lebih tinggi mengalami SCD dibandingkan dengan non-atlet, yang sebagian besar penyebabnya adalah penyakit kardiovaskular yang tidak terdeteksi. Namun, perlu diperhatikan bahwa olahraga bukan merupakan penyebab tunggal dari resiko terjadinya SCD yang lebih tinggi, melainkan kombinasi dari aktivitas fisik yang intens pada atlet dengan penyakit kardiovaskular yang mendasari, yang dapat menimbulkan aritmia atau gangguan irama detak jantung, sehingga menyebabkan henti jantung. \n\n \n\n Penyebab SCD pada Atlet <35 tahun \n\n Setiap tahun, SCD terjadi pada 1–3/100.000 atlet kompetitif usia <35 tahun di seluruh dunia. Pada atlet yang berusia <35 tahun, penyebab utamanya antara lain kardiomiopati hipertrofik atau penebalan otot jantung, dan penyakit jantung aritmogenik bilik kanan. \n\n \n\n Penyebab lain terjadinya SCD saat berolahraga antara lain: kelainan bawaan pada anatomi atau bentuk pembuluh darah koroner; commotio cordis yang disebabkan adanya pukulan tumpul pada dada, misalnya terkena lemparan bola; infeksi atau radang otot jantung atau miokarditis; fungsi pompa jantung tidak normal pada kardiomiopati diastolik; kebocoran atau kebuntuan katup jantung seperti prolaps katup mitral dan stenosis aorta; pecahnya pembuluh darah besar pada ruptur aorta, dll. \n\n \n\n Penyebab SCD pada Atlet >35 tahun \n\n Sedangkan penyebab utama kematian jantung mendadak pada atlet yang berusia >35 tahun adalah penyakit jantung koroner. Frekuensi terjadinya kematian jantung mendadak pada populasi ini berkisar dari 1/15.000 hingga 1/50.000, terutama dialami oleh laki-laki. Pada sebagian besar kasus, sebelumnya penderita menunjukkan gejala. Sebaliknya, pada atlet <35 tahun, hanya 30% yang melaporkan gejala sebelumnya. Terdapat penurunan jumlah mortalitas atau kematian sebanyak 40-60% pada kasus yang disebabkan penyakit kardiovaskular dengan olahraga intensitas sedang tiga kali atau lebih dalam seminggu. Perlu diperhatikan pula bahwa manfaat olahraga teratur lebih besar daripada risiko SCD pada lansia. \n\n \n\n Patofisiologi terjadinya SCD \n\n Dari sudut pandang patofisiologi, kematian jantung mendadak dapat terjadi secara mekanis atau elektrik (aritmik). Secara mekanis dapat berupa fungsi jantung yang menurun karena penyumbatan akut pada sirkulasi darah atau tamponade jantung yaitu adanya air yang berlebihan pada selaput pembungkus jantung, syok akibat perdarahan masif seperti ruptur atau pecahnya aorta ekstraperikardial, perdarahan saluran pencernaan atau gastrointestinal, atau karena adrenal septic apoplexy. Namun, pada lebih dari 90% kasus, mekanismenya bersifat elektrik (aritmik), dengan gangguan pompa jantung akut yang disebabkan oleh asistol (tidak ada aktivitas elektrik pada elektrokardiogram atau EKG) atau fibrilasi ventrikel (detak jantung cepat dan tidak beraturan). \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 14 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Pola Hidup Tidak Sehat? Waspada Sindrom Metabolik Mengancam!<\/a><\/h3>
Apa itu Sindrom Metabolik? \n\n Sindrom Metabolik adalah kumpulan gejala atau gangguan kesehatan yang terjadi bersamaan. Sindrom ini merupakan faktor resiko penyakit aterosklerotik kardiovaskuler seperti penyakit jantung coroner, serangan jantung, Stroke dan Diabetes Melitus Tipe 2. \n\n Kriteria Diagnosa Sindrom Metabolik \n\n \n Obesitas Abdominal/Sentral yaitu Lingkar Perut laki laki ≥ 90cm dan wanita ≥ 80 cm \n Hipertrigliseridemia ≥ 150mg/dl \n Hipertensi atau tekanan darah sistolik ≥130mmHg dan teknan darah diastolik ≥85mmHg \n Kadar glukosa darah tinggi yaitu GDP ≥100mg/dl \n Mikro-albuminuri yaitu Rasio albumin urin dan kreatinin 30mg/g atau laju ekskresi albumin 20mcg/menit \n \n\n Seseorang dikatakan menderita sindrom metabolik jika mengalami sedikitnya tiga dari lima kondisi/kriteria sindrom metabolik. \n\n Penyebab dan Faktor Risiko Sindrom Metabolik \n\n Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang sindrom metabolik adalah: \n\n \n Pola Makan yang tidak baik dan terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak atau manis serta sering makan di atas jam 8 malam \n Konsumsi Alkohol \n Memiliki Kebiasaan merokok \n Jarang melakukan Aktifitas fisik seperti olahraga kardiovaskuler \n Sering mengalami stres \n Faktor genetik karena memiliki keluarga yang terkena sindrom metabolik \n \n\n Dampak Syndrom Metabolik \n\n Sindrom metabolik dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti: \n\n \n Penyakit Jantung Koroner \n Stroke Penyumbatan \n Gagal jantung \n Kanker \n Kehamilan yang beresiko \n \n\n \n\n Upaya Pencegahan Sindrom metabolic \n\n Dengan mengetahui penyebab atau faktor resiko dari sindrom metabolik, upaya yang dapat dilkaukan adalah mengurangi dan meminimalisir faktor resiko tersebut melalui: \n\n \n Mengatur pola makan yang sehat dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah, konsumsi karbohidrat sesuai kebutuhan 40-60% total kebutuhan asupan kalori ideal, serta membatasi konsumsi sukrosa, yaitu 5% dari total asupan kalori \n Hindari makan larut malam dan atur waktu makan dengan baik mulai dari sarapan hingga makan malam di bawah jam 7 malam \n Bila perlu konsultasikan dengan ahli gizi klinik untuk pemeriksaan kondisi kesehatan tubuh dan asupan makanan yag sesuai \n Hindari konsumsi alkohol, karena alkohol dapat meningkatkan kejadian Sindroma Metabolik dan komplikasi Sindroma Metabolik \n Hindari Rokok. Merokok mempercepat terjadinya Sindroma Metabolik \n Lakukan aktivitsa fisik. Lakukan olahraga kardiovaskuler minimal 3x dalam seminggu selama minimal 30 menit. Target denyut jantung: [220-umur]x64-74% \n Hindari stress dan kendalikan kondisi kesehatan mental tubuh. sesuaikan pekerjaan dengan kemampuan, istirahat yang cukup, mendekatkan diri kepada Sang Pencipta \n Lebih disipilin dalam mengatur gaya hidup dan kesehatan \n \n\n Pola hidup dan kebiasaan sehari hari dapat mempengaruhi kondisi kesehatan kita, jadi, ayo terapkan pola hidup yang sehat agar tubuh tetap terjaga dan terhindar dari ancaman penyakit terutama penyakit penyakit yang muncul akibat sindrom metabolik. Dan jangan takut untuk melakukan deteksi dini ataupun konsultasi ke dokter jika mengalami masalah atau gejala yang tidak seperti biasanya pada kondisi tubuh, agar dapat ditangani dengan cepat dan mendapatkan perawatan yang tepat. \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 24 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Penyakit Jantung yang Dialami Carlo Saba Vokalis Kahitna : Mengenal Gejala dan Tindakan Pencegahan<\/a><\/h3>
Sebagai seorang vokalis yang terkenal, memiliki kesehatan yang baik sangat penting bagi keberlangsungan karir musik. Salah satu masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh banyak orang, termasuk vokalis, adalah penyakit jantung. Salah satu vokalis Kahitna pernah mengalami penyakit jantung, sehingga menunjukkan bahwa siapa pun bisa terkena penyakit ini. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenal gejala penyakit jantung dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat. \n\n Gejala Penyakit Jantung \n\n Penyakit jantung bisa menimbulkan berbagai gejala, tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit tersebut. Beberapa gejala yang umum terjadi pada penyakit jantung meliputi: \n\n \n Nyeri dada: Nyeri atau tekanan pada dada adalah gejala paling umum pada penyakit jantung. Nyeri ini bisa terasa seperti ditekan, ditindih atau diremas dan biasanya muncul saat melakukan aktivitas fisik atau merasa stres. Lokasi penjalaran lain dari nyeri dada bisa terasa pada bagian lengan, leher, punggung, atau rahang. \n Sesak napas: Sesak napas atau sulit bernafas juga bisa menjadi gejala penyakit jantung. Hal ini terjadi karena jantung tidak bisa memompa darah dengan baik \n \n\n Tindakan Pencegahan dan Pengobatan \n\n Untuk mencegah penyakit jantung, dianjurkan untuk menjaga pola makan yang sehat, melakukan olahraga secara teratur, menghindari merokok, dan memeriksakan kesehatan secara rutin. Jika Anda memiliki faktor risiko penyakit jantung seperti riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung, kolesterol tinggi, diabetes dan tekanan darah tinggi, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter dan melakukan tes kesehatan secara teratur. \n\n Jika sudah terdiagnosis dengan penyakit jantung, tindakan pengobatan bisa berupa pengaturan pola makan, obat-obatan, dan prosedur medis seperti angioplasti atau pemasangan stent pada arteri yang tersumbat. Penting untuk mengikuti anjuran dokter dan menjalankan pengobatan dengan disiplin untuk mengontrol gejala penyakit jantung dan mencegah komplikasi lebih lanjut. \n\n Dalam kesimpulannya, meskipun tidak semua orang bisa terkena penyakit jantung, tidak ada salahnya untuk menjaga kesehatan jantung dengan melakukan tindakan pencegahan yang tepat. Mengenal gejala penyakit jantung dan menjalani tes kesehatan secara rutin juga bisa membantu mengidentifikasi risiko Anda terkena penyakit jantung sehingga bisa melakukan tindakan pencegahan lebih awal. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Wonogiri<\/a><\/li>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Penyebab dan Gejala Serangan Jantung yang Menimpa Carlo Saba<\/a><\/h3>
Carlo Saba, juga dikenal sebagai Carlo Kahitna sekaligus sebagai pendiri dan vokalis grup musik bernama Kahitna, dikabarkan meninggal dunia pada 19 April 2023 di usianya yang ke-54 dikarenakan serangan jantung. Kabar duka ini mengguncang dunia musik Indonesia dan banyak penggemar yang merasa kehilangan sosok musisi yang sangat berbakat dan menginspirasi. \n\n \n\n Meskipun tidak jelas kondisi kesehatan apa yang mungkin dideritanya, sebelum terkena serangan jantung, Carlo Kahitna telah menunjukkan tanda-tanda kesehatan yang buruk. Beberapa hari sebelum kematiannya, ia bahkan sempat membatalkan beberapa penampilannya karena alasan kesehatan. Namun, kematian yang mendadak tersebut tetap menjadi kejutan dan kehilangan yang besar bagi keluarga, teman, dan penggemarnya. \n\n \n\n Penting untuk dicatat bahwa serangan jantung dapat terjadi pada orang dari segala usia, termasuk mereka yang mungkin tidak memiliki faktor risiko yang jelas. Sehingga setidaknya kita memiliki sedikit pengetahuan tentang apa itu serangan jantung dan tindakan awal apa yang harus kita lakukan bila kita ataupun orang terdekat memiliki gejalanya. \n\n \n\n Serangan jantung atau infark miokard adalah kondisi kesehatan yang terjadi ketika aliran darah ke jantung terhambat atau terputus sehingga menyebabkan kerusakan pada otot jantung. Serangan jantung dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani. \n\n \n\n Penyebab utama serangan jantung adalah penyumbatan pembuluh darah yang memasok darah ke jantung. Penyumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penumpukan plak yang terdiri dari lemak dan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Plak ini dapat pecah dan membentuk gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah. Selain itu, faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami serangan jantung adalah merokok, kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik, tekanan darah tinggi, diabetes, dan riwayat keluarga yang memiliki riwayat penyakit jantung. \n\n \n\n Gejala serangan jantung dapat bervariasi pada setiap orang. Beberapa gejala yang sering terjadi adalah nyeri dada yang terasa seperti tekanan atau nyeri tajam yang menjalar ke lengan, leher, rahang atau punggung, sesak napas, berkeringat dingin, mual, dan pusing. Namun, tidak semua orang mengalami gejala yang sama. Beberapa orang bahkan tidak mengalami gejala sama sekali, kondisi ini biasanya disebut sebagai serangan jantung tanpa gejala atau silent heart attack. \n\n \n\n Jika seseorang mengalami gejala serangan jantung, maka segera minta bantuan medis dengan segera. Setiap menit sangatlah berharga dalam menyelamatkan nyawa. Tenaga medis akan melakukan serangkaian tes untuk memeriksa kondisi jantung, seperti elektrokardiogram (EKG) atau tes darah untuk mendeteksi enzim yang dilepaskan oleh jantung saat terjadi kerusakan. Setelah itu, tenaga medis dapat memberikan pengobatan yang diperlukan, seperti obat-obatan atau prosedur medis seperti angioplasti atau operasi bypass jantung, untuk membuka atau melewati sumbatan pembuluh darah. \n\n \n\n Untuk mencegah serangan jantung, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan, seperti menjaga pola makan yang sehat, berolahraga secara teratur, tidak merokok, menjaga tekanan darah dan kolesterol dalam batas yang sehat, serta mengelola stres. Selain itu, seseorang yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami serangan jantung dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat. \n\n \n\n Dalam kesimpulannya, serangan jantung adalah kondisi kesehatan yang serius dan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera. Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk mengenal gejala-gejala serangan jantung dan segera meminta bantuan medis. \n\n \n\n Di akhir artikel ini, tidak lupa penulis ingin menyampaikan semoga karya-karya dan dedikasi Carlo Kahitna dalam dunia musik Indonesia tetap diingat dan dihargai. Dan semoga keluarga dan orang-orang yang dicintainya diberikan kekuatan untuk menghadapi kehilangan ini. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Yogya<\/a><\/li>
- 06 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
MEMBEDAKAN SESAK NAPAS KARENA ASMA DAN PENYAKIT JANTUNG<\/a><\/h3>
MEMBEDAKAN SESAK NAPAS KARENA ASMA DAN PENYAKIT JANTUNG \n\n Sesak napas adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan dalam bernapas. Dalam istilah medis, kondisi ini juga dikenal sebagai dyspnea. Sesak napas merupakan gejala penyakit pada jantung atau paru-paru. \n\n Sesak napas bisa terjadi secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu yang singkat (akut) atau dalam jangka waktu yang panjang serta berulang (kronis). Jika tidak mendapat penanganan yang tepat, sesak napas dapat mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen (hipoksia) dan menimbulkan komplikasi serius. \n\n Penyebab Sesak Napas \n\n Sesak napas dapat disebabkan oleh gangguan fisik atau psikis (psikologis). Sesak napas karena gangguan fisik terjadi karena sistem pernapasan dan sirkulasi darah tidak mampu mengedarkan cukup oksigen untuk tubuh. \n\n Sedangkan sesak napas akibat gangguan psikis terjadi karena respon tubuh terhadap mekanisme hadapi-atau-lari (fight-or-flight) saat mengalami tekanan mental. \n\n Sesak napas memang umum terjadi pada kasus serangan dan gagal jantung, namun kondisi serupa juga bisa ditemukan pada gangguan lain. Meski tidak mudah, kondisi tersebut bisa dibedakan dan menentukan jenis pertolongan yang diberikan. \n\n Gangguan pada jantung \n\n Sesak napas akibat gangguan pada jantung terjadi ketika jantung tidak mampu memompa darah yang kaya oksigen dengan optimal. \n\n Sesak napas karena gangguan jantung terjadi tanpa pencetus, beda dengan yang diakibatkan asma atau alergi. Pencetus ini bisa debu, udara dingin, atau asap rokok. Sedangkan sesak napas karena infeksi biasanya disertai demam dan batuk-batuk. Selain itu, sesak napas karena gangguan jantung terjadi mendadak disertai keringat dingin dengan atau tanpa keluhan sakit dada sebelumnya. \n\n Gangguan pada paru-paru \n\n Sesak napas akibat gangguan pada paru-paru bisa terjadi karena adanya hambatan pada saluran udara, luas permukaan paru-paru yang berkurang, atau paru-paru yang tidak elastis. Kondisi ini dapat terjadi dalam jangka waktu yang pendek (akut) atau panjang (kronis) \n\n Sesak karena Asma \n\n Gejala adanya asma sendiri, juga bisa dilihat dari sesak napas yang ada, dan bisa menjadi gejala utama. Saat kita mengidap asma, maka paru-paru lebih rentan mengalami iritasi, yang kemudian menyebabkan sesak napas. Sehingga tidak kaget, bagi yang mengalami asma, sering sesak napas. \n\n Gejala tersebut, mulai muncul saat saluran udara paru-paru, meradang dan tersumbat. Dari situ, paru-paru sulit mengambil udara dengan sepenuhnya, dan ada gejala tambahan yang menyertai ini, yaitu batuk, mengi, dan nyeri dada. \n\n Sesak karena Serangan Jantung \n\n Gejala nyeri dada, yang ada pada serangan jantung, lebih ke dada yang terasa sedang ditekan, diremas, sehingga membuat sangat tidak nyaman. Selain itu, nyeri dada pada serangan jantung, juga seringkali disertai dengan adanya gejala lain, seperti mual, sesak napas, hingga keringat dingin. \n\n Kepala juga terasa ringan, dan rasa lelah sangat terasa. Tidak semua, orang yang mengalami penyakit jantung harus mengalami nyeri dada. Untuk nyeri dada, pada umumnya sering dialami oleh laki-laki daripada wanita (untuk yang jantung). \n\n Gejala serangan jantung pada wanita, lebih ke rasa sakit di lengan, leher, hingga rahang pada umumnya. Nyeri dada akibat serangan jantung, tidak dapat diredakan ketika minum obat pereda asam lambung. Tidak ada gejala perut kembung untuk penyakit ini. \n\n \nSesak napas, tidak hanya dikarenakan kekurangan oksigen maupun komplikasi. Tetapi, bisa saja menjadi tanda-tanda adanya penyakit tertentu, mulai dari asma, gerd, dan jantung. Cara penyembuhannya juga beda, dan ciri-ciri sesak napas dalam suatu penyakit juga berbeda, sehingga kita perlu tahu dan tidak panik saat menghadapinya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 01 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Jangan Sepelekan Gangguan Irama Jatung<\/a><\/h3>
Aritmia adalah gangguan kesehatan yang sering kita jumpai. Kondisi ini ditandai dengan denyut jantung yang lebih cepat maupun lebih lambat, dimana pada umumnya tidak berbahaya. Namun, apabila denyut jantung sudah mulai terasa tidak biasa, dan menunjukkan gejala yang mengganggu aktifitas kita sehari-hari maka dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian mendadak. \n\n Aritmia menyebabkan denyut jantung jadi lebih cepat atau lebih lambat dari angka normal (60-100 denyut per menit), bahkan terkadang detal jantung tidak beraturan. Anda bisa mendeteksi kelainan denyut jantung ini dengan menghitung detak jantung pada nadi di pergelangan tangan atau sekitar leher. \n\n \n\n Ada beberapa jenis aritmia yang sering di jumpai, yaitu: \n\n \n \n Fibrillasi Atrium, kondisi dimana detak jantung dapat berdetak lebih cepat maupun lebih lambat namun tidak beraturan. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab terjadinya stroke \n \n \n Supraventrikular Takikardia, yaitu kondisi dimana detak jantung sangat cepat, sehingga seringkali pengidap mengeluhkan nyeri dada dan sesak napas. \n \n \n Bradikardia, yaitu kondisi dimana detak jantung < 50 denyut per menit, penyebab bradikardia bisa disebabkan oleh gangguan hantaran impuls dari atrio-ventrikular (AV-Blok), atau disebabkan adanya gangguan pada nodus sinus (sick sinus syndrome) sehingga denyut jantung tidak beraturan dan bisa menyebabkan pingsan. \n \n \n Denyut Jantung Prematur, yaitu kondisi ketika ada denyut jantung tambahan diluar denyut jantung yang regular/normal. \n \n \n\n \n\n Beberapa gejala aritmia yang penting untuk diketahui, yaitu: \n\n \n \n Palpitasi (debar-debar), sensasi yang dirasakan saat jantung berdegup kencang \n \n \n Pusing \n \n \n Nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada \n \n \n Pingsan \n \n \n Nafas pendek atau sesak nafas \n \n \n Gampang capek \n \n \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina, merasakan kondisi yang mengarah pada gangguan irama jantung, maka ada beberapa test yang bisa dilakukan seperti EKG, Ekokardiogram hingga Eletrophysiology study untuk membantu menegakkan diagnosa, menentukan penyebab dan terapi yang akan dijalani. Penanganan yang cepat dan tepat dapat membuat gangguan ini bisa lebih cepat disembuhkan atau dikendalikan. RS Hermina Balikpapan memiliki alat medis dan Dokter Spesialis Jantung yang memiliki kompentensi untuk memberikan terapi gangguan Jantung. Salah sehat dari RS Hermina Balikpapan \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 26 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Gejala Dan Tanda Penyakit Jantung Bawaan Pada Bayi<\/a><\/h3>
Halo sahabat Hermina, kalian pasti tahu bahwa salah satu penyakit bawaan yang harus diwaspadai adalah penyakit jantung bawaan (PJK). Penyakit jantung bawaan (PJK) atau penyakit jantung bawaan (PJK) adalah penyakit jantung yang muncul sejak lahir akibat pembentukan jantung yang tidak sempurna di dalam rahim selama tahap awal perkembangan janin. Penyakit arteri koroner melemahkan aliran darah di bilik jantung, sehingga darah yang dipompa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Oleh karena itu, jika tidak dipantau dengan baik selama kehamilan, penyakit arteri koroner seringkali tidak terdiagnosis sebelum bayi lahir. \n\n Perlu dicatat bahwa setiap jenis PJK diperlakukan berbeda tergantung pada klasifikasi (sianotik atau non-sianotik), kelainan struktural, dan tingkat keparahan kelainan jantung. Dampak kematian dan kesakitan yang mengkhawatirkan memerlukan pemahaman yang lebih baik tentang gejala penyakit ini agar penyakit jantung bawaan pada anak dapat dideteksi sejak dini. Siapa yang membutuhkan skrining jantung anak? \n\n Jika sahabat Hermina menduga anak tersebut memiliki kelainan jantung bawaan, sebaiknya anak tersebut segera dievaluasi. Kecurigaan ini mungkin didasarkan pada gejala yang berhubungan dengan kelainan jantung bawaan, seperti kesulitan bernapas dan menyusui, atau penyakit lidah biru dan bibir sumbing. \n\n \n\n Skrining jantung juga dapat dilakukan pada tahap kehamilan ini. Dokter kandungan biasanya merekomendasikan pemeriksaan jantung sebelum bayi Anda lahir jika: \n\n \n\n \n Orang tua lahir dengan cacat jantung bawaan \n Anak tersebut sebelumnya memiliki kelainan jantung bawaan \n Ibu mengonsumsi obat-obatan, alkohol atau obat-obatan yang dapat menyebabkan kelainan jantung \n Orang tua menderita diabetes \n Detak jantung bayi tidak normal saat dokter melakukan USG \n \n\n \n\n Deteksi dini jantung sangat penting untuk mendeteksi kelainan jantung bawaan. Anak-anak yang lahir dengan diagnosis penyakit jantung bawaan selama kehamilan lebih mungkin selamat dari operasi jantung daripada anak-anak yang didiagnosis saat lahir. \n\n \n\n Pentingnya Skrining Jantung Pada Anak \n\n Seperti halnya penyakit jantung lainnya, semakin dini seorang anak menjalani pemeriksaan jantung, semakin besar peluang untuk menerima perawatan dan pemulihan yang tepat dari penyakit tersebut. Ekokardiogram janin biasanya digunakan untuk skrining janin dalam kandungan. Mesin USG ini dapat menghasilkan gambar perkembangan jantung janin. Namun tidak semua kelainan jantung ditemukan selama kehamilan. Oleh karena itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan jantung saat lahir. Untuk mendeteksi kelainan jantung pada bayi baru lahir, dokter biasanya menggunakan oksimeter denyut. Ada bayi yang lahir sehat tapi sebenarnya memiliki gejala penyakit jantung saat pulang. Dalam hal ini, orang tua harus lebih aktif dan meminta pemeriksaan jantung anak jika melihat gejala demi keselamatan anak. \n\n \n\n Gejala dan ciri kelainan jantung bawaan pada bayi \n\n Dalam kasus kelainan jantung bawaan, dokter biasanya mendeteksi kelainan pada jantung saat pemeriksaan USG kehamilan. Namun, dalam beberapa kasus, gejala kelainan jantung bawaan tidak muncul hingga setelah lahir. Adapun gejala dan ciri kelainan jantung bawaan pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut: \n\n Biru bibir, kulit, jari tangan dan kaki \n\n \n Sesak napas atau kesulitan bernapas \n Kesulitan makan \n Berat badan lahir rendah \n Nyeri dada \n Keterlambatan pertumbuhan \n \n\n \n\n Dalam kasus lain, gejala kelainan jantung bawaan mungkin baru muncul bertahun-tahun setelah lahir. Jika gejala berkembang, mereka mungkin termasuk: \n\n \n Irama jantung abnormal \n Anak-anak sering menderita pusing \n Kesulitan bernapas \n Pingsan saja \n Pembengkakan \n Kelelahan \n \n\n \n\n Sahabat Hermina, jika ada di antara Anda yang mengalami gejala-gejala tersebut di atas, segera konsultasikan ke dokter spesialis jantung anak. Bicaralah dengan dokter Anda untuk mendapatkan kejelasan tentang apa yang harus dilakukan dan pastikan Anda tidak melewatkan sesi pemeriksaan apa pun. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 31 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Tips Menjaga Kesehatan Jantung<\/a><\/h3>
Jantung adalah salah satu organ tubuh yang sangat penting, karena jantung adalah salah satu organ vital yang berperan penting untuk memompa darah ke seluruh tubuh yang berfungsi untuk menunjang aktifitas sehari - hari. Olah karena itu sangatlah penting untuk menjaga kesehatan jantung. \n\n \n\n Berolahraga secara rutin, menjalani pola hidup sehat, menjaga berat badan ideal, menjalani pola makan sehat dan tidak merokok adalah beberapa langkah yang dapat Sahabat Hermina tempuh dalam proses menjaga kesehatan jantung. Jika tidak dijaga kesehatanya makan akan terjadi berbagai penyakit serius seperti serang jantung, penyumbatan aliran darah di alteri, dan henti jantung. \n\n \n\n Berikut adalah beberapa tips yang dapat Sahabat Hermina lakukan untuk menjaga kesehatan jantung : \n\n \n Tidak merokok \n \n\n Seorang prokok biasanya memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung. Bahkan tidak hanya perokok itu sendiri, orang - orang yang ada di sekitar yang tidak merokok tetapi terpapar oleh asap rokok (prokok pasif) juga akan berisiko mengalami penyakit yang sama. \n\n Ini disebabkan oleh zat beracun yang terdapat pada rokok. \n\n \n Berolahraga secara rutin \n \n\n Berolahraga rutin setiap hari sekitar 20-30 menit sangatlah disarankan karena ketika Sahabat Hermina aktif secara fisik dapat membantu menjaga kesehatan jantung. Bersepedah, berjalan kaki atau berenang mungkin bisa menjadi salah satu pilihan Sahabat Hermina, \n\n 3. Mengonsumsi lebih banyak serat \n\n Resiko penyakit jantung bisa juga disebabkan oleh kolesterol jahat (LDL), makanan yang kaya akan serat akan bagus untuk menurunkan kadar LDL, Sahabat Hermina dapat mendapatkan serat secara mudah dengan mengkonsumsi buah - buahan, sayuran, gandum seral dan kacang dengan jumlah yang seimbang. Sahabat Hermina juga disarankan untuk tetap rutin minum air putih untuk melancarkan pencernaan. \n\n 4. Kurangi konsumsi lemak jenuh \n\n Kolesterol yang menumpuk dapat menyumbat pembuluh darah jantung dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung. Hal ini disebabkan karena terlalu banyak mengonsumsi lemak jenuh dan lemak trans sehingga meningkatkan kolesterol di dalam darah. \n\n Membatasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, seperti daging merah, kulit ayam, makanan olahan, makanan yang digoreng, margarin, serta produk susu tinggi lemak adalah langkah tepat untuk menjaga kesehatan jantung. \n\n 5. Jaga tekanan darah \n\n Bahaya yang terjadi akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Apabila hal ini terjadi pada pembuluh jantung dan otak, maka penyakit jantung atau stroke dapat terjadi. \n\n Sahabat Hermina dapat mengurani konsumsi garam, rutin berolahraga serta tidak minum minuman beralkohol adalah cara yang dapat Sahabat Hermina lakukan untuk mencegah tekanan darah tinggi, yang berpengaruh pada kesehatan jantung. \n\n 6. Menjaga kadar gula darah \n\n Kadar gula yang tinggi dapat merusak pembuluh darah dan saraf yang mengendalikan jantung. Sahabat Hermina dapat melakukan beberapa cara yang untuk mengurangi risiko diabetes, dengan mengonsumsi makanan rendah karbohidrat dan mengurangi asupan gula atau melakukan diet sehat. \n\n 7. Lakukan Istirahat yang cukup \n\n Tidur secara teratur selama 7–8 jam setiap harinya dapat membantu menjaga kesehatan jantung. Selain itu, tidur yang cukup juga dapat mencegah terjadinya tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas. \n\n Jika Sahabat Hermina merasa ada yang tidak sehat di jantung maka lakukan kontrol kesehatan rutin. Jangan takut untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung. Semakin cepat keluhan diketahui penyebabnya, maka akan semakin cepat dapat ditangani dan diobati. Risiko berbahaya dan komplikasi juga bisa dihindari atau di minimalkan. \n\n Sahabat hermina dapat berkonsultasi seputar jantung kepada dokter spesialis jantung di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 22 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Penyakit Jantung Koroner<\/a><\/h3>
Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah kondisi yang mempengaruhi arteri atau vena. Penyakit pembuluh darah datang pada saat pembuluh darah melemah, terhalang atau rusak. Organ - Organ dan struktur tubuh lainnya bisa saja rusak oleh penyakit pembuluh darah sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah. Penyakit pembuluh darah sering berkaitan dengan penyakit jantung \n\n Sampai dengan saat ini, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJP) telah menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Gaya hidup sering menjadi pemicu utama yang dapat menimbulkan PJP. Merokok, konsumsi makanan berlemak, malas berolahraga, stress adalah faktor pemicu PJP yang sulit dipisahkan dalam gaya hidup sebagian besar orang \n\n Hampir semua penyakit tentang jantung pasti disebabkan oleh pembuluh darah. Berikut penyakit yang disebabkan pembuluh darah : \n\n 1. Penyakit jantung koroner : Keadaan ini terjadi ketika aliran darah tersumbat oleh penumpukan lemak \n\n 2. Penyakit serebrovaskuler (stroke) : Stroke terjadi ketika pembuluh darah yang menuju ke arah otak tersumbat \n\n 3. Penyakit arteri perifer : Keadaan ini terjadi ketika pembuluh darah yang berasal dari jantung mengalami penyempitan, sehingga aliran darah menuju tungkai tersumbat \n\n 4. Penyakit jantung rematik : Jantung rematik disebabkan karena bakteri streptococcus yang menimbulkan demam rematik sehingga merusak otot dan katup jantung \n\n \nitulah beberapa contoh penyakit yang disebabkan karena adanya masalah pada pembuluh darah sehingga menyebabkan sejumlah masalah pada jantung. Hampir seluruh PJP mengancam jiwa pengidapnya jika tidak ditangani segera. Kunci utama mencegah PJP dengan cara mengubah gaya hidup yang mencakup meningkatkan kesejahteraan fisik serta emosional. Berikut ini upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko PJP, yaitu : \n\n 1. Berhenti atau tidak merokok. Perokok berpeluang besar mengalami serangan jantung dua kali lipat lebih tinggi daripada orang yang tidak merokok \n\n 2. Diet rendah kolesterol. Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans. Ganti dengan makanan tinggi karbohidrat kompleks dan lemak baik (omega 3) yang terbukti bisa membantu menurunkan kadar kolesterol dan mengurangi risiko penyakit jantung \n\n 3. Olahraga. Olahraga secara teratur dapat membantu menurunkan kolesterol "jahat" dan meningkatkan kolesterol "baik" \n\n 4. Pertahankan berat badan yang ideal. Kelebihan berat badan atau obesitas memberikan tekanan signifikan pada jantung dan sangat memperburuk beberapa faktor risiko penyakit jantung lainnya seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan trigliserida \n\n 5. Kelola stress. Stress dan emosi yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan serangan jantung dan stroke. Gunakan teknis manajemen stress untuk menurunkan risiko dengan mempraktikkan teknik relasasi, mempelajari cara mengatur waktu, menetapkan tujuan yang realistis dan mencoba beberapa meditasi pijat, ataupun yoga \n\n \n\n Yuk konsultasikan ke Dokter Spesialis Jantung dan Lakukan Medical Check Up https://herminahospitals.com/id/doctors/dr-taufik-delfian-m-ked-cardio-sp-jp \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 22 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 26 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 01 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 06 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 14 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 06 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 06 November 2023<\/li><\/ul><\/div>