- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 26 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Perempuan dan Kebahagiaan<\/a><\/h3>
Dalam konteks sosial dan budaya, definisi perempuan seringkali mencakup peran, harapan, dan standar yang ditetapkan untuk perempuan oleh masyarakat. Definisi perempuan juga dapat bervariasi lintas budaya dan konteks, dengan peran dan hak perempuan bervariasi dari faktor-faktor seperti agama, tradisi, dan nilai-nilai sosial yang dominan. \n\n Penting untuk diingat bahwa gender adalah konsep yang kompleks dan kompleksitasnya tidak dapat direduksi menjadi faktor biologis saja. Pengalaman dan identitas perempuan sangat bervariasi, termasuk perbedaan identitas gender, seksualitas, budaya dan pengalaman hidup. Definisi perempuan dapat berkembang seiring perubahan sosial, budaya, dan pengertian yang lebih luas tentang kesetaraan gender. Kesehatan mental wanita sangat penting untuk menjadi bahagia. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu wanita tetap sehat dan bahagia: \n\n 1. Self-care (Perawatan Diri): Jadikan waktu untuk merawat diri sendiri secara teratur. Ini dapat meliputi kegiatan seperti olahraga, meditasi, membaca buku, menjalankan hobi, atau menghabiskan waktu bersama teman-teman terdekat. Ingatlah bahwa menjaga kesehatan fisik dan emosional Anda adalah prioritas. \n\n 2. Mengelola stres: Terapkan strategi pengelolaan stres yang efektif, seperti latihan pernapasan, relaksasi otot, atau yoga. Juga, identifikasi faktor-faktor stres dalam hidup Anda dan cari cara untuk mengatasinya, seperti dengan mengatur waktu dengan baik, belajar mengatakan tidak, atau mencari dukungan dari orang-orang terdekat. \n\n 3. Memprioritaskan hubungan yang sehat: Jalin hubungan yang positif dengan orang-orang yang mendukung Anda dan memberikan rasa cinta, dukungan, dan pemahaman. Bersosialisasi secara teratur dengan teman dan keluarga, dan jangan ragu untuk mencari bantuan jika Anda merasa membutuhkannya. \n\n 4. Mengembangkan pola pikir yang positif: Sadari pikiran dan pola pikir negatif yang mungkin muncul, dan gantikan dengan pemikiran yang lebih positif. Latih diri Anda untuk menghargai diri sendiri, memaafkan diri sendiri, dan fokus pada hal-hal yang baik dalam hidup Anda. Juga, latih diri Anda untuk menerima perubahan dan menghadapi tantangan dengan sikap yang optimis. \n\n 5. Mengatur batas pribadi: Belajar mengatur batas-batas yang sehat dalam hubungan dan kegiatan sehari-hari Anda. Jangan ragu untuk mengatakan tidak jika Anda merasa terbebani atau jika permintaan orang lain melebihi kemampuan Anda. Menjaga keseimbangan antara kebutuhan Anda dan kebutuhan orang lain penting untuk menjaga kesehatan mental Anda. \n\n 6. Cari bantuan profesional: Jika Anda merasa kesulitan mengatasi masalah atau merasa terjebak dalam pola pikir yang negatif, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater. Mereka dapat membantu Anda mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang mungkin Anda hadapi. \n\n Ingatlah bahwa setiap wanita memiliki kebutuhan unik dan jalan hidup yang unik. Itulah mengapa penting untuk menemukan strategi yang paling cocok untuk Anda. Prioritaskan kesehatan mental Anda dan jangan ragu untuk mencari dukungan saat Anda membutuhkannya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 29 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kesiapan Mental Sebelum Menikah: Memperkuat Pondasi Emosional untuk Hubungan yang Sehat<\/a><\/h3>
Pernikahan adalah langkah besar dalam kehidupan seseorang, dan selain kesiapan fisik dan praktis, kesiapan mental juga sangat penting. Kesiapan mental sebelum menikah melibatkan persiapan pikiran, emosi, dan sikap yang sehat untuk membangun hubungan yang kuat dan berkelanjutan. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa aspek penting dari kesiapan mental sebelum menikah. \n\n \n\n \n Mengenali dan Menerima Diri Sendiri: Penting untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang siapa diri Anda, keinginan, nilai-nilai, dan harapan dalam hidup. Keterampilan ini membantu Anda mengenal diri sendiri dengan baik, dan memungkinkan Anda untuk berkomunikasi secara jujur dengan pasangan tentang kebutuhan dan harapan Anda. \n \n\n \n\n \n Memahami Komitmen: Pernikahan adalah janji untuk saling mendukung dan bertahan dalam suka dan duka. Memahami arti komitmen ini adalah kunci untuk menghadapi tantangan yang mungkin muncul dalam pernikahan. Penting untuk memiliki kesediaan untuk bekerja sama dan berkomitmen untuk membangun hubungan yang sehat dan berkelanjutan. \n \n\n \n\n \n Mengelola Konflik dengan Baik: Konflik adalah bagian alami dari setiap hubungan. Kesiapan mental sebelum menikah mencakup kemampuan untuk mengelola konflik dengan baik dan berkomunikasi secara efektif. Belajar mendengarkan dengan empati, menghormati pandangan pasangan, dan mencari solusi yang saling menguntungkan adalah keterampilan penting yang akan membantu memperkuat ikatan Anda. \n \n\n \n\n \n Membangun Kepercayaan: Kepercayaan adalah pondasi yang kuat dalam setiap hubungan. Sebelum menikah, penting untuk membangun kepercayaan yang saling menguntungkan antara Anda dan pasangan. Ini melibatkan keterbukaan, kejujuran, dan kesetiaan. Menunjukkan komitmen untuk mempertahankan kepercayaan dan menghormati privasi pasangan juga penting dalam menjaga hubungan yang sehat. \n \n\n \n\n \n Mempersiapkan Peran Baru: Pernikahan membawa perubahan peran dan tanggung jawab baru dalam hidup Anda. Mempersiapkan mental untuk peran sebagai pasangan, pendamping, dan mungkin orang tua di masa depan adalah bagian penting dari kesiapan sebelum menikah. Hal ini melibatkan membahas harapan, tujuan, dan tanggung jawab bersama dalam pernikahan. \n \n\n \n\n \n Mencari Dukungan: Membangun hubungan yang sehat membutuhkan dukungan dari lingkungan sosial dan keluarga. Sebelum menikah, penting untuk memiliki jaringan dukungan yang kuat. Bicarakan dengan teman dekat, keluarga, atau konselor yang tepercaya untuk mendapatkan perspektif dan saran yang berharga. \n \n\n \n\n \n Menyadari Realitas Perkawinan: Penting untuk memiliki pemahaman realistis tentang pernikahan. Tidak semua hari akan menjadi indah, dan pernikahan membutuhkan kerja keras dan komitmen yang berkelanjutan. Memahami bahwa ada tantangan, pengorbanan, dan kompromi yang terlibat dalam pernikahan akan membantu Anda lebih siap menghadapinya. \n \n\n \n\n Kesiapan mental sebelum menikah adalah langkah penting untuk membangun hubungan yang sehat dan memperkuat pondasi emosional Anda. Melalui pemahaman diri, komitmen, komunikasi yang efektif, dan kesiapan menghadapi tantangan, Anda dapat mempersiapkan diri untuk pernikahan yang bahagia dan memuaskan. Ingatlah bahwa pernikahan adalah perjalanan bersama, dan teruslah belajar, tumbuh, dan beradaptasi bersama pasangan Anda sepanjang hidup Anda bersama. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 27 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kelola Emosi dan Tingkatkan Suasana Hati<\/a><\/h3>
Manajemen emosi adalah seperangkat keterampilan yang dapat membantu bereaksi secara konstruktif terhadap orang atau peristiwa. Mempelajari cara mengelola emosi dapat bermanfaat bagi karier dengan membantu membuat pilihan rasional dan mengembangkan hubungan dengan orang lain. Meningkatkan keterampilan manajemen emosi mungkin membutuhkan waktu dan usaha, tetapi dapat memberikan hasil positif dalam kehidupan profesional. \n\n Jadi, apa strategi terbaik untuk mengelola emosi? Dan bagaimana kita menghindari ledakan reaktif dan mengelola emosi secara efektif saat ini? \n\n \n Tersenyumlah untuk membuat diri merasa baik. Temukan cermin, buatlah itu menyenangkan. Jika awalnya terasa tidak benar, Anda akan segera menertawakan diri sendiri dan merasa lebih baik secara alami. Otot yang kita gunakan untuk tersenyum akan memberi tahu otak bahwa kita bahagia. Lakukan setidaknya selama 30 detik. \n Tersenyumlah untuk membuat orang lain merasa baik. Ciptakan koneksi itu, buka komunikasi, picu sel-sel otak positif yang membuat kita mengalami empati terhadap orang lain. \n Bangun dan bergerak. Melompat-lompat. Penting untuk menggerakkan kelenjar getah bening kita untuk mengeluarkan racun dari tubuh kita. Gerak agar aliran darah lebih lancar dan membuat hormongembira keluar. Sekali lagi, ini akan memberi tahu otak kita bahwa kita bahagia dan membuat kita merasa lebih baik. Bangun dari meja Anda secara teratur. \n Periksa dengan tubuh. Lakukan pemindaian tubuh. Catat di mana Anda menahan ketegangan dan fisiologi Anda secara keseluruhan. Kaitkan ketegangan dan perubahan ini dengan emosi yang Anda rasakan untuk mulai memahami di mana dan bagaimana berbagai emosi memengaruhi Anda. \n Hilangkan ketegangan secara fisik. Jika Anda merasa tegang di lengan, goyangkan lengan Anda; jika Anda merasa sesak di dada, regangkan, dan kembangkan atau tarik napas dalam-dalam. \n Bernapas. Ambil 6 napas diafragma dalam-dalam. Tubuh kita tidak dapat mempertahankan kemarahan melalui pernapasan dalam. Biarkan paru-paru bagian bawah memiliki oksigen untuk melewati tubuh dan otak Anda. Ini akan menenangkan Anda dan membanjiri Anda dengan oksigen. Anda mungkin merasa geli. Lakukan setidaknya selama 60 detik. \n Berbicara dengan seseorang. Ekspresikan perasaan Anda untuk mulai menyelesaikan situasi. Curhat ke teman atau kolega daripada menekan emosi. \n Lepaskan dan libatkan kembali emosi. Memarkir emosi yang menantang untuk dihadapi nanti, bukan hanya menghindarinya. Akui dan terima perasaan tersebut kemudian gunakan kecerdasan emosional Anda untuk membantu membangkitkan emosi yang lebih bermanfaat. \n Beri label pada emosi Anda. Bagian otak yang dapat memberi label atau nama emosi adalah bagian yang sama yang 'merasakan' emosi tersebut. Pelabelan terbukti mengurangi intensitas. Hanya dengan mengatakan "Saya merasa marah" Anda sebenarnya merasa kurang marah. \n Beri label emosi untuk orang lain. Kita sering dapat melucuti situasi yang bermuatan emosional dengan mengakui apa yang orang rasakan. “Saya merasakan Anda marah; bisakah kamu memberitahuku bagaimana perasaanmu?” Hal ini mendorong orang lain untuk mempertimbangkan dan melabeli emosi mereka dengan lebih akurat: "Ya, saya merasa marah" atau "Tidak, saya tidak marah, saya kesal". \n \n\n Pahami bahwa emosi negatif dan positif itu penting. \n\n Manusia suka mengekspresikan kegembiraan dan cinta. Tapi, sepertinya hal yang tepat untuk menyingkirkan emosi negatif. Sahabat Hermina mungkin dibesarkan dengan gagasan bahwa menunjukkan kemarahan, rasa malu, atau frustrasi adalah tidak boleh, jadi Sahabat Hermina menyingkirkan perasaan ini. Memendam emosi Sahabat Hermina tidak akan membuatnya hilang—sebenarnya, kemungkinan besar hanya akan bertambah buruk. Emosi yang ditekan dapat berkontribusi pada kondisi kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi. \n\n Psikoterapi yang intinya pengobatan dengan cara-cara psikologis seperti terapi perilaku, terapi kognitif dan relaksasi juga sangat diperlukan. Psikoterapi sudah terbukti secara ilmiah dapat membantu proses penyembuhan pasien dan mampu mengatasi masalah-masalah pasien ketika pasien sudah tidak memakai obat lagi. \n\n Jadi jangan takut untuk ke dokter spesialis kedokteran jiwa untuk berkonsultasi. Satu hal penting yang perlu diingat bahwa gangguan jiwa baik itu skizofrenia, depresi atau kecemasan yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan kerusakan otak. Keadaan ini dapat membuat orang yang menderitanya mengalami penurunan fungsi berpikir yang berat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 21 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
FOMO (Fear of Missing out)<\/a><\/h3>
FOMO (Fear of Missing out) \n\n \n\n Hai Sahabat Hermina, sering menggunakan Media Sosial? Memang tidak dimungkiri, media sosial sering membuat penggunanya kecanduan. \n\n Bahkan, pada kasus-kasus tertentu, seseorang bisa sangat takut dan cemas bila tidak terhubung dengan akunnya walau hanya beberapa menit! \n\n Jika hal itu sampai terjadi, maka waspadalah!! Mungkin, secara tidak sadar kamu sudah terkena sebuah gangguan yang disebut FOMO (Fear of Missing Out) \n\n \n\n FOMO? \n\n suatu kondisi di mana seseorang kerap merasa khawatir akan ketinggalan kabar atau trend baru. Orang-orang yang mengalaminya kerap merasa takut akan dicap ketinggalan zaman dan tidak gaul, Rasa takut ketinggalan ini mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik. \n\n \n\n Dampak mengalami FOMO \n\n Memengaruhi cara pandang mereka mengenai kehidupan yang ideal. Menganggap kebahagiaan, kesuksesan, dan pengalaman menarik orang lain, membuat hidupnya jadi lebih menyedihkan. Seseorang yang mengalami FOMO memiliki tingkat kepuasan hidup yang rendah karena terus membandingkan hidupnya dengan orang lainLama-kelamaan, perasaan takut tertinggal ini juga bisa menimbulkan kecemasan. \n\n Perlu diketahui, kecemasan adalah suatu hal yang mampu memicu stres berlebihan \n\n \n\n Gejala-gejalaPenderita FOMO \n\n \n Selalu mengecek gadget. \n \n\n Seseorang yang mengalami FOMO akan selalu mengecek ponsel seakan tidak mau ketinggalan berita apapun \n\n \n\n \n Selalu ingin tahu kehidupan orang lain. \n Selalu ingin tahu gosip terbaru. \n Lebih peduli dengan media sosial daripada kehidupan nyata akibatnya muncul keinginan untuk diakui orang lain di dunia maya. \n Mengeluarkan uang melebihi kemampuan dan membeli yang sebenarnya tidak penting dengan dalih agar tidak ketinggalan zaman. \n Kurang asertif. Sering terjadi ketika seseorang tidak ingin ketinggalan apapun sehingga selalu menerima setiap ajakan yang sebenarnya tidak menarik atau tidak perlu. \n \n\n \n\n \n\n Cara menghindari FOMO \n\n \n Membatasi penggunaan media sosial dan gadget. dengan membatasi diri dalam penggunaan media sosial dapat mengurangi FOMO. \n Pahami sosial media, bukan dunia nyata \n Mencari koneksi nyata. Menghindari Perasaan FOMO dengan kita terlibat di koneksi nyata \n Bersyukur, FOMO cenderung membandingkan hidupnya dengan orang lain. Tak jarang perasaan ini diikuti dengan cemas dan iri hati. \n Relaksasi/mediasi \n Hargai diri sendiri \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 11 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Gangguan Kepribadian Ambang (Borderline Personality Disorde)<\/a><\/h3>
\n \n\n Halo Sahabat Hermina, Gangguan Kepribadian Ambang, atau yang juga kita kenal sebagai Borderline Personality Disorder (BPD) adalah salah satu bentuk gangguan kepribadian, yang ditandai dengan adanya suatu ketidakstabilan emosi. Emosi senang, sedih, cemas, kosong/hampa, dapat dengan cepat berubah pada orang-orang dengan gangguan kepribadian ambang. Jika kita berbicara tentang perubahan emosi, mungkin kita juga berpikir tentang gangguan bipolar. Gangguan kepribadian ambang, berbeda dengan gangguan bipolar. Perubahan emosi pada gangguan kepribadian ambang dapat terjadi sangat cepat, bahkan dapat berubah dalam hitungan menit sampai jam. Hal ini berbeda dengan gangguan bipolar, dimana terdapat episode antara perubahan perasaan yang satu dengan yang lain. Ada yang menggambarkan perubahan perasaan/emosi pada gangguan kepribadian ambang, diibaratkan seperti perubahan cuaca, yang dapat berubah begitu saja dengan cepatnya. Berbeda dengan gangguan bipolar, yang perubahan perasaan/emosinya diibaratkan seperti perubahan musim, dimana musim tersebut diibaratkan sebagai suatu episode dari perasaan tertentu, yang dapat berlangsung dalam hitungan bulan. \n\n Ketidakstabilan perasaan/emosi yang nyata pada orang-orang dengan gangguan kepribadian ambang, dapat mempengaruhi hubungan interpersonal dengan orang-orang di sekitarnya, juga dapat dihubungkan dengan citra diri yang negatif, yang dapat dialami orang- orang dengan gangguan kepribadian ambang. Hal tersebut juga dapat dihubungkan dengan gangguan perilaku, juga tindakan-tindakan impulsif pada gangguan kepribadian ambang. \n\n Jika kita merujuk pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM- 5), gejala-gejala gangguan kepribadian ambang yang dapat terjadi, seperti : \n\n \n Upaya panik untuk menghindari pengabaian yang nyata atau yang dibayangkan. \n Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan intens yang ditandai dengan bergantian antara ekstrem idealisasi dan devaluasi. \n Gangguan identitas: citra diri atau perasaan diri yang sangat tidak stabil dan terus- menerus. \n Impulsif di setidaknya dua area yang berpotensi merusak diri sendiri (mis., Pengeluaran, seks, penyalahgunaan zat, mengemudi sembrono, makan pesta). \n Perilaku bunuh diri berulang, gerakan, atau ancaman, atau perilaku yang merusak diri sendiri. \n \n \n\n \n\n \n Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas suasana hati yang nyata (misalnya, perasaan tidak menyenangkan episodik yang intens, lekas marah, atau kecemasan yang biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari). \n Perasaan kosong yang kronis. \n Kemarahan yang tidak sewajarnya, intens, atau kesulitan mengendalikan amarah (misalnya, sering muncul kemarahan, kemarahan terus-menerus, perkelahian fisik berulang). \n Ide paranoid terkait stres yang sementara atau gejala disosiatif yang parah \n \n\n Dalam suatu penelitian, diketahui bahwa saat seseorang merasakan sedih, cemas, ataupun perasaan lainnya, ternyata stressor yang ada, hanya mempengaruhi sekitar 10% dalam perasaan seseorang. Lantas apa yang paling banyak mempengaruhi perasaan tersebut? Dari penelitian tersebut, dikatakan bahwa perasaan paling banyak dipengaruhi oleh genetik dari seseorang, yaitu sekitar 50%. Tentu perihal genetik ini, sangat sulit untuk diubah. Lantas apa yang 40% sisanya? Respon internal seseorang mempengaruhi 40% dalam suasana perasaan seseorang. Jika kita melihat sesuatu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saja, ada seseorang tidak lulus ujian, tentu perasaan dan perilaku seseorang dengan orang lain akan berbeda-beda. Ada yang santai saja dengan hal itu. Ada juga yang mengalami stres berat, hingga tidak nafsu makan dan enggan untuk beraktifitas selama berhari-hari. Ada pula yang merasakan stres, tetapi menjadikan stres itu sebagai motivasi, atau acuan di masa depan supaya berusaha lebih baik. Stres dapat dikonotasikan positif, ataupun negatif. Hal itu yang dimaksudkan dengan respon internal. Dengan respon internal yang baik, stres yang ada dapat dimaknai secara lebih positif dibandingkan dengan respon internal yang buruk. Pada orang- orang dengan gangguan kepribadian ambang, seringkali respon internal ini tidak berespon sesuai yang diharapkan, sehingga adalah hal yang penting untuk dapat mengubah respon internal pada orang-orang dengan gangguan kepribadian ambang, menjadi lebih positif. \n\n Pengobatan untuk gangguan kepribadian ambang meliputi farmakoterapi (dengan obat) dan juga non-farmakoterapi, misalnya dengan psikoterapi. Ada berbagai macam psikoterapi yang dapat digunakan untuk gangguan kepribadian ambang, contohnya, Dialectical Behaviour Therapt (DBT), Schema-focused Therapy, Transference-focused Psychotherapy (TFP), dan juga masih banyak jenis-jenis psikoterapi lainnya yang dapat digunakan untuk gangguan kepribadian ambang. \n\n Pemeriksaan dan penanganan gangguan kepribadian ambang oleh seorang profesional diharapkan dapat dilakukan sedini mungkin, untuk menghindari kondisi yang lebih buruk. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 28 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kok bisa ya orang bisa jadi Kleptomania ? Simak penjelasannya<\/a><\/h3>
Kleptomania adalah gangguan psikologis yang persisten, di mana seorang individu (anak-anak & dewasa muda) memiliki keinginan yang kuat untuk mencuri sesuatu dari rumah orang lain, toko, mall dll tanpa kebutuhan khusus untuk objek tersebut. Barang yang dicuri mungkin bahkan bernilai sangat kecil. Kleptomania mencuri untuk menenangkan stres, kecemasan dan ketegangan yang merekarasakan sebelum mencuri. \n\n Ini jarang terlihat pada orang dewasa di atasusia 50 tahun. Gangguan ini dapat di obati dengan menggunakan jasa psikolog. Terapi perilaku kognitif di pandang sebagai pilihan terapi yang paling efektif untuk kleptomania. \n\n Seperti banyak gangguan mental lainnya, Kleptomania dimulai dengan ketidakmampuan untuk mengendalikan perilaku nya sendiri. Seorang remaja dengan Kleptomania tidak dapat mengendalikan dorongan untukmelakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain. Dorongan untuk mencuri seringkali terlalu kuat untuk merekatolak. \n\n Orang dengan kleptomania mungkin menghadapi penangkapan, persidangan, dan penahanan sebagai akibat dari gejala mereka. Satu studi pasien klinis menemukan bahwa lebih dari 68% dari mereka dengan kleptomania telah ditangkap karena mencuri. Tapi tidak semua orang yang mencuri karena impulsif adalah seorang kleptomaniak. Psikolog memiliki daftar kriteria yang harus dipenuhi sebelum mereka melabeli seseorang sebagai kleptomania.\n \n\n Gejala Kleptomania \n\n \n Impuls berulang untuk mencuri \n Meningkatnya rasa tekanansebelummencuri \n Contoh pencurian benda yang nilai nya sedikit atau tidak sama sekali \n Perasaan lega, senang, dan puas ketika suatu benda di curi \n Kebohongan patologis \n Pencurian tidakdapat dijelaskan oleh gangguan lain \n \n\n Kleptomania dapat terjadi sendiri, tetapi sering muncul bersamaan dengan kondisi lain juga. Orang dengan kondisi ini mungkin rentan terhadap penggunaan zat dan kecemasan, serta gangguan lain yang terkait dengan kontrolimpuls. Beberapa gangguan lain yang dapat terjadi bersamaan dengan kleptomania antara lain: \n\n • Gangguan suasana hati \n\n • Gangguan panik \n\n • Gangguan kecemasan perpisahan \n\n • Gangguan dismorfik tubuh \n\n • Gangguan kecemasan \n\n \nMenemui psikiater bukan berarti telah gila atau kehilangan fungsi sebagai manusia. Justru sebaliknya, dengan mengikuti tanda harus kepsikiater di atas seseorang dapat mencegah diri nya terkena gangguan jiwa serta tetap menjalankan fungsi nya sebagai manusia dengan seimbang. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 23 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
6 Pilar Menjaga Kesehatan Mental saat berkerja<\/a><\/h3>
Halo Sahabat Hermina . tahukah kamu Dalam kehidupan sehari-hari, banyak di antara kita yang menghabiskan waktu untuk bekerja baik itu di kantor, di lapangan, dan dimana pun. Bagi kita yang bekerja sebagai pegawai perkantoran, kita menghabiskan waktu setidaknya sebanyak 8 jam dalam satu hari untuk bekerja Mulai Pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00, dan hal tersebut kita lakukan selama 5 hari dalam satu minggu bahkan ada yang 6 hari dalam satu minggu. Memang pekerjaan telah menjadi salah satu dari prioritas dalam kehidupan kita, karena memang dari pekerjaan itulah kita mendapatkan penghasilan dan penghidupan untuk kebutuhan kita sehari-hari. \n\n Dalam dunia pekerjaan, tentunya kita akan menghadapi situasi kadang kita merasa Bahagia dan kadang merasa sedih atau down. Saat berada di dalam kondisi bahagia, kita akan merasa bahwa pekerjaan yang kita lakukan dapat memberikan kesejahteraan, kepuasan, kebahagiaan, bahkan dapat membuat kita merasa mencapai aktualisasi diri. Meskipun demikian, tidak jarang kita akan berada di dalam kondisi sedih atau terpuruk, seperti misalnya saat kita menghadapi deadline¸ menghadapi tekanan dari atasan atau klien, atau memiliki rekan kerja yang ‘tidak bersahabat/ toxic’. Perasaan kewalahan yang berkelanjutan dapat membuat pekerjaan kita menjadi hal yang korosif bagi kesehatan kita, baik itu kesehatan fisik maupun kesehatan mental. \n\n Nah bagi sahabat Hermina yang mungkin pernah mengalami masalah Kesehatan di atas. Berikut Terdapat lima pilar dalam tempat kerja yang sehat secara psikologis, yaitu kepemimpinan yang suportif, kejelasan peran, keterlibatan karyawan, pengembangan dan pertumbuhan, dan antusiasme. \n\n \n Kepemimpinan yang suportif \n \n\n Kepimpinan yang suportif berarti sejauh mana para pemimpin mengerti kebutuhan-kebutuhan karyawan dan menyediakan sebuah lingkungan yang memicu keterlibatan karyawan, pengembangan dan dukungan. \n\n \n Kejelasan peran \n \n\n Kejelasan peran berarti sejauh mana karyawan memiliki “sense of purpose” dan mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. Hal ini akan membantu karyawan untuk bekerja sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan. \n\n \n Keterlibatan Karyawan \n \n\n Keterlibatan karyawan berarti sejauh mana karyawan berkolaborasi, berbagi ide-ide dan mengatasi persoalan bersama, menuju ke pemahaman bersama dan satu tujuan. Aspek keterlibatan karyawanterdiri dari: \n\n \n Kerja tim, yakni kesempatan untuk staf untuk bekerja bersama-sama. \n \n\n Pemberdayaan, yakni kesempatan untuk terlibat dalam keputusan yang berpengaruh pada kinerja harian. Kepemilikan, yakni menyamakan tujuan karyawan dengan tujuan dan pendekatan tim dan organisasi. \n\n \n Pengembangan dan Pertumbuhan \n \n\n Pengembangan dan pertumbuhan berarti sejauh mana organisasi menghargai usaha karyawannya dan menyediakan pembelajaran yang sesuai serta kesempatan untuk berkembang, termasuk di antaranya adalah umpan balik dan penghargaan, yakni memampukan pegawai untuk menerima umpan balik dari performansi kerja mereka. Pembelajaran dan pengembangan, yakni memampukan pegawai untuk belajar dan berkembang sesuai dengan peran mereka masing-masing. \n\n \n Antusiasme \n \n\n Antusiasme meliputi elemen emosional karyawan ketika berada di tempat kerja, seperti motivasi dan komitmen mereka, termasuk antusiasme individu dan kerja tim. \n\n \n\n Sahabat Hermina itulah 6 pilar yang bisa mempengaruhi karyawan sehat secara psikologis sehingga dapat menghasilkan kinerja karyawan yang baik dan bisa menghasilkan produktifitas yang optimal sesuai harapan atasan dari karyawan tersebut. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 24 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
Hati-hati Stres di Masa Pandemi Covid-19<\/a><\/h3>
\n\n Sahabat Hermina, sudah lebih dari setahun kita mengalami situasi yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, yaitu adanya Covid-19 (Corona Virus Disease) yang menjadi pandemi di seluruh bagian di muka bumi ini, termasuk di negara kita, Indonesia. Selama lebih dari setahun pula, kita mengalami pola kehidupan yang baru yang disebut dengan New Normal. Dalam pola hidup New Normal ini, kita diharuskan untuk mematuhi protokol kesehatan (5M), adanya perubahan cara bekerja pada para pekerja, adanya perubahan cara belajar pada para siswa dan mahasiswa, mengubah semua sistem administrasi dengan menggunakan sistem online, dan juga perubahan-perubahan gaya hidup yang lain. Selain itu, adanya Covid-19 ini juga sangat berefek pada semua bidang, terutama pada bidang ekonomi, baik pada skala besar (menurunnya omset perusahaan), dan juga pada skala perorangan (jam kerja berkurang atau bahkan ada yang terkena PHK). Dengan seringnya kita berada di rumah pun, lebih meningkatkan memunculkan potensi konflik yang terjadi antara anggota keluarga. Selain itu, interaksi sosial dengan orang lain seperti dengan teman dan anggota keluarga besar pun juga menjadi terbatas. \n\n \n\n Selain dampak dari adanya Covid-19 yang telah dijelaskan di atas, individu biasanya juga akan merasakan Pandemic Fatigue. Pandemic Fatigue atau Kelelahan Pandemi yaitu kondisi ketika seseorang lelah dengan ketidakpastian kapan sebuah pandemi akan berakhir. Pada akhirnya, pandemic fatigue membuat banyak orang mulai tidak mematuhi protokol kesehatan. Dalam arti kata lain, pandemic fatigue akan membuat orang menjadi lebih acuh dengan adanya virus corona yang sebetulnya masih tersebar di masyarakat. Menurut WHO, pandemic fatigue adalah hal wajar yang dialami setiap orang. Walaupun begitu, kita tetap harus mematuhi protokol kesehatan agar kita tidak tertular virus corona dari siapapun. \n\n \n\n Adanya dampak-dampak sebagai akibat dari adanya Covid-19 dan juga adanya Pandemic Fatigue, akan menyebabkan individu mengalami stres. Stres menurut Lazarus dan Folkman (1984) adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu dalam menghadapi situasi yang mengancam atau membahayakan dirinya. Sementara itu, sumber atau hal yang menyebabkan stres disebut dengan stressor. Dari adanya Covid-19, beberapa contoh stressor yaitu tidak memiliki pekerjaan, hubungan yang sering berkonflik dengan pasangan, lelah dengan sistem bekerja/sekolah dari rumah, dsb. \n\n \n\n Keadaan stres yang dialami oleh seseorang akan menimbulkan efek yang tidak menguntungkan, baik dari sisi fisik maupun dari sisi psikologis pada individu tersebut. Individu yang mengalami stres tidak akan membiarkan efek negatif ini terjadi terus pada dirinya. Oleh karena itu, individu akan melakukan usaha menyelesaikan stresnya, agar ia terhindari dari efek negatif (fisik maupun psikologis) yang ia rasakan. Usaha berupa tindakan yang dilakukan ini dinamakan dengan strategi coping. Tidak semua orang memiliki strategi coping yang tepat yang bisa menyelesaikan efek negatif sekaligus jalan keluar dari stressor yang ia alami. Hal ini dikarenakan strategi coping dipengaruhi oleh kepribadian, konsep diri, faktor sosial, latar belakang budaya, dan juga latar belakang pendidikan. Selain itu, strategi coping yang dipilih juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan individu tersebut dalam menyelesaikan masalahnya. \n\n \n\n Oleh karena itu, ada individu yang bisa menyelesaikan masalah (stressornya) dengan tepat dan menghilangkan efek negatif yang dirasakan, namun ada pula individu yang kurang bisa menyelesaikan masalah (stressornya), sehingga tetap merasakan efek negatif yang dialaminya. Individu yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya, tetap bisa mengalami stres jika masalah yang dialaminya sangat banyak sehingga masalah yang dimilikinya menjadi bertumpuk. Hal ini tentunya tetap akan membuat individu tersebut mengalami stres. \n\n \n\n Jika mengalami stres, maka ada baiknya mencari bantuan tenaga profesional, salah satunya yaitu psikolog klinis. Karena di hadapan psikolog, individu yang mengalami stress tersebut bisa menceritakan semua masalah/stressornya (konseling) sehingga akan mengurangi beban pikiran yang dimilikinya. Selain itu, psikolog juga bisa memberi terapi/intervensi psikologis jika individu tersebut sudah dalam tahap perlu untuk diberi terapi/intervensi. Ditambah pula, jika seorang individu yang mengalami stres tidak diusahakan untuk mencari bantuan psikologis, maka dalam jangka waktu yang lama ia bisa mengalami depresi, yang tentunya ini termasuk dalam salah satu gangguan jiwa yang berat. \n\n \n\n RS Hermina Galaxy menyediakan layanan psikologi yang dilakukan oleh psikolog klinis dengan melakukan asesmen/pengetesan psikologis, penegakan diagnosis, konseling, dan juga terapi/intervensi psikologis, dengan tujuan untuk membantu klien menjadi lebih sejahtera (well-being) dan lebih berfungsi dalam kesehariannya, sekaligus membantu mengatasi masalah kejiwaan yang dialami oleh klien. \n\n \n\n Pendaftaran pelayanan konsultasi Online ke psikolog klik disini \n\n Untuk pendaftaran ke Psikolog secara Onsite di Rumah Sakit, silahkan melakukan pendaftaran online melalui: \n1. Call Center: 1500 488 \n2. Mobile apps: PT. Medikaloka Hermina Tbk (tersedia untuk IOS download disini dan Android download disini) \n3. Website: www.herminahospitals.com \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 18 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
Meningkatkan Kualitas Tidur<\/a><\/h3>
Tidur merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi semua orang dan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh. \n\n \n\n Baik kurang tidur mau pun berlebihan tidur dapat memberikan dampak yang kurang baik. Waktu tidur setiap orang mempunyai kategori yang berbeda-beda sebagai berikut: \n\n \n Bayi atau balita: 16-18 jam. \n Anak usia 5-12 tahun: 11-12 jam. \n Remaja: 9-10 jam. \n Dewasa dan lansia: 6-8 jam. \n \n\n \n\n Bila Sahabat Hermina mengeluhkan susah tidur atau tidur yang tidak sesuai dengan kategori jamnya, berati Sahabat Hermina mengalami kurang tidur. Kurang tidur berdampak merugikan bahkan berbahaya bagi tubuh. Resiko kurang tidur akan berdampak juga untuk keselamatan dan kesehatan yang serius, seperti: \n\n \n Dapat menyebabkan kecelakaan sedang menyetir \n Dapat membuat seseorang berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan serius, seperti penyakit jantung \n Sering kurang tidur juga dapat membuat seorang depresi gejala depresi dan kecemasan biasanya yang kita sering disebut insomnia. \n \n\n \n\n Ada baiknya Sahabat Hermina harus tahu dan memperhatikan permasalahan susah tidur. Sebelum membahas kualitas tidur yang baik, ada baiknya Sahabat Hermina mengetahui tanda-tanda dapat tidur yang baik, seperti berikut: \n\n \n Dapat tidur 7-8 jam per hari secara teratur \n Berbaring di tempat tidur dan tidak menemukan kesulitan tidur \n Saat bangun tidur badan terasa segar \n Tidak bangun tengah malam dan tidak sulit untuk tidur kembali \n \n\n \n\n Bila Sahabat Hermina tidak memilik tanda-tanda tidur yang baik seperti di atas, berikut cara meningkatkan kualitas tidur jadi lebih baik: \n\n \n\n 1. Perhatikan makanan dan minum sebelum tidur \n\n Jangan tidur pada saat merasa lapar, ini dapat membuat tidur kurang nyaman dan bisa terbangun tengah malam hanya karena lapar. Sebaiknya Sahabat Hermina mengujur waktu jam makan malam jangan teralau mepet pada waktu tidur karena ini bisa menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan dan menimbulkan sensasi panas di dada (heartbrun), yang juga akan mengganggu tidur. \n\n Sebaiknya makanlah 4 jam sebelum tidur. Ini membuat kondisi perut tenang saat tidur sehingga tidak akan mengganggu tidur. Selain itu, menjaga kualitas tidur juga bisa dengan membatasi konsumsi air sebelum tidur. Terlalu banyak minum air sebelum tidur dapat membuat terbangun tengah malam karena ingin buang air kecil. Jadi, hindari minum air sebelum tidur. \n\n \n\n Hindari pula konsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, cola, teh, dan cokelat, serta minum alkohol mendekati jam tidur. Kopi dapat membuat susah tidur pada jam seharusnya tidur. Akibatnya, kopi dapat mengganggu jam tidur. Sementara itu, meskipun alkohol mungkin dapat membuat mengantuk awalnya, namun kemudian dapat membuat terbangun pada malam hari. \n\n \n\n 2. Buat kondisi kamar Anda senyaman mungkin \n\n Biasanya tidur akan lebih nyaman di lingkungan yang membuat nyaman untuk tidur. Lingkungan yang tenang, gelap, dan sejuk dapat membantu sahabat tidur dengan nyaman. \n\n \n\n Dengan membuat kamar menjadi gelap, dapat memberi sinyal ke otak bahwa ini waktunya tidur. Pastikan juga tidur dengan kasur dan bantal yang nyaman. \n\n \n\n 3. Lakukan kebiasaan sebelum tidur \n\n Kualitas tidur yang baik bisa dengan menerapkan kebiasaan tertentu sebelum tidur. Hal ini memudahkan tubuh melakukan transisi dari periode bangun sampai waktunya tertidur. \n\n \n\n Sahabat Hermina bisa melakukan hal-hal yang membuat santai sebelum beranjak tidur, seperti mandi, membaca buku, mndengarkan musik sebelum tidur \n\n \n\n Hindari stres atau aktivitas yang menimbulkan stres, seperti bekerja atau membahas masalah yang dapat memicu emosi. Aktivitas yang menimbulkan stres secara fisik dan psikologis dapat menyebabkan tubuh melepaskan hormon stres atau hormon kortisol, yang membuat sahabt tetap waspada dan tidak mengantuk. \n\n \n\n Jika terbiasa memikirkan masalah sebelum tidur, lebih baik menuliskan masalah tersebut di buku daripada dipikirkan. \n\n \n\n 4. Buat jadwal tidur yang rutin, bahkan di akhir pekan \n\n Langkah selanjutnya untuk menjaga kualitas tidur tetap baik yakni tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari. Bahkan, pada saat hari libur dapat membantu mendapatkan kualitas tidur yang baik. \n\n \n\n Tujuannya untuk mengatur kembali jam tidur, sehingga tubuh Anda dengan sendirinya mengetahui kapan seharusnya tidur dan bangun. \n\n \n\n Jika tidak bisa tertidur setelah 15 menit Anda mencoba untuk tidur, sebaiknya Anda bangun dan melakukan hal yang dapat menenangkan Anda. Kemudian, cobalah untuk tidur lagi jika sudah merasa lelah atau mengantuk. Mencoba untuk tidur dalam waktu yang lama hanya akan membuat Anda frustasi. \n\n \n\n 5. Batasi waktu tidur siang atau hindari sama sekali \n\n Kualitas tidur bisa jadi baik, atau malah memburuk karena tidur siang. Oleh karena itu, perlu memperhatikan apakah kebiasaan tidur sudah benar atau belum. \n\n \n\n Pertama, pertimbangkan apakah butuh tidur siang atau belum. Jika perlu begadang atau menjalankan kerja shift malam, tentu tidur siang sangat butuhkan. Namun, bila kebutuhan tidur sudah tercukupi dengan tidur malam atau memiliki gangguan tidur , seperti insomnia, sebaiknya tidak perlu tidur siang. \n\n \n\n Jika punya masalah tidur, dan ingin menerapkan metode tidur bifasik, yakni tidur di dua waktu malam dan siang, maka patuhi aturan tidur siang. Cobalah untuk tidur siang 10-20 menit, atau tidak boleh melebihi 1 jam. Kemudian, lakukan tidur siang tidak di sore hari, yakni lewat dari pukul 3. \n\n \n\n 6. Lakukan olahraga teratur \n\n Melakukan olahraga teratur dapat meningkatkan kualitas tidur. Olahraga teratur dapat membantu lebih cepat tertidur dan tidur dengan nyenyak. \n\n \n\n Namun, perhatikan waktu olahraga. Jika melakukan olahraga berat mendekati waktu tidur, mungkin ini dapat mengganggu tidur. Pasalnya, olahraga berat dapat merangsang tubuh Anda untuk melepaskan hormon stres (kortisol) yang dapat membuat tubuh Anda tetap terjaga dan tidak mengantuk. \n\n \n\n Sebaiknya lakukan olahraga dimalam hari setidaknya 3 jam sebelum waktu tidur Anda atau lakukan olahraga pada pagi hari. \n\n \n\n \n\n Tetap sehat, Sahabat Hermina. Karena kesehatan adalah modal utama untuk beraktivitas. Jika masih mengalami sulit tidur, segera konsultasikan dengan ahlinya sebelum menjadi semakin parah. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 19 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Emosi Negatif dan Cara Mengatasinya<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, disadari atau tidak setiap peristiwa yang kita alami selama kita hidup pasti memiliki suatu emosi yang melekat didalamnya. Adapun emosi yang hadir akan sangat tergantung dengan peristiwa yang datang maupun proses kita mempersepsikan emosi tersebut. \n\n \n\n Sebagai contoh, ketika kita berada disekitar orang yang memahami dan mencintai kita apa adanya mungkin hanya emosi bahagia yang kita rasakan, sebaliknya ketika kita merasa kehilangan sesuatu atau harapan kita tidak terwujud mungkin kita akan merasakan emosi marah, sedih maupun takut. \n\n \n\n Emosi merupakan suatu hal yang kita rasakan sebagai bentuk reaksi dari stimulus yang datang pada kita, bisa dalam bentuk suatu keadaan maupun seseorang. Menurut para ahli manusia memiliki enam emosi dasar diantaranya sedih, senang, terkejut, jijik, marah dan takut. Namun seiring berjalannya waktu, emosi yang kita rasakan akan berkembang. \n\n \n\n Sebagai manusia kita akan banyak melalui peristiwa yang membuat kita merasakan emosi positif maupun emosi negatif. Namun biasanya kita cenderung mudah mengelola emosi positif daripada emosi negatif. Sementara itu sebenarnya apapun emosi yang kita rasakan sebaiknya memang dikelola dengan baik agar tidak menjadi bumerang untuk kita dikemudian hari. \n\n \n\n Apabila dapat diibaratkan manusia itu seperti ruangan, sedangkan emosi seperti udara yang terdapat pada ruangan tersebut. Agar ruangan menjadi nyaman maka kita butuh sirkulasi udara yang baik, mungkin salah satu caranya dengan kita menempatkan jendela yang dapat kita buka dan tutup di waktu yang tepat. Hal ini dilakukan agar udara terus berganti dan tetap terjaga kesehatannya. Disamping itu meski kita memiliki jendela dalam ruangan kita namun terus kita tutup rapat-rapat dan tidak difungsikan dengan baik maka udara diruangan pun akan menjadi tidak sehat, ruangan menjadi pengap dan kurang nyaman untuk kita tinggali. \n\n \n\n Sama halnya saat kita memiliki emosi, saat kita hanya memilih untuk memendam secara rapat-rapat, dengan berjalannya waktu emosi itu akan menjadi permasalahan atau bahkan penyakit untuk diri kita sendiri maka dari itu kita perlu mengelolanya dengan baik. \n\n \n\n Emosi negatif yang kita pendam terlalu lama, suatu saat akan menjadi bom waktu yang mungkin meledak tanpa kita sadari dan tidak menunggu kita siap. Lantas apa yang dapat kita lakukan untuk mengelola emosi negatif tersebut? \n\n \n\n Pertama, belajarlah untuk memahami emosi yang hadir dengan menyadari setiap emosi yang kita rasakan dari semua peristiwa yang kita alami. “Oh, ternyata aku marah saat ada orang yang meremehkanku” atau “ternyata aku kecewa saat aku merasa diabaikan oleh pasangan” dan lain sebagainya. \n\n \n\n Memang untuk memahami sesuatu pasti membutuhkan proses yang melibatkan usaha dan waktu, meski demikian tampaknya hal tersebut patut dicoba agar kita dapat memahami apa yang kita rasakan dan mengerti apa yang harus kita lakukan pada rasa itu. \n\n \n\n Kedua, coba terima dulu setiap emosi yang kita rasakan. Memang emosi negatif kadang datang tanpa permisi, membuat kita merasa tidak nyaman dan merasa bingung bagaimana harus menghadapi. Tetapi, ketahuilah bahwa tidak semua yang hadir memang ada dalam kendali, sehingga daripada terus mengelak untuk merasakan emosi itu, memendam, dan akhirnya menyesali, ada baiknya kita terima saja dulu apapun emosi yang hadir. \n\n \n\n Ketiga, cobalah untuk mengekspresikan setiap emosi yang kita rasakan. Lagi-lagi memang tidak semudah itu. Mungkin emosi positif akan sangat mudah untuk diekspresikan, namun bagaimana cara mengekspresikan emosi negatif? \n\n \n\n “Apakah mungkin saya bisa untuk mengungkapkan bahwa saya marah pada orangtua saya? Sedangkan itu mungkin diangggap melanggar batas”. Mengeskpresikan emosi disini tidak berarti harus langsung dilakukan pada seseorang atau keadaan yang bersangkutan, meskipun memang ada pilihan itu. \n\n \n\n Namun sebenarnya banyak cara yang kita bisa lakukan untuk mengekpresikannya, diantaranya dengan menangis diwaktu dan tempat yang aman bagi kita, berteriak di alam terbuka, menggambar dan menuliskan apa yang kita rasakan, maupun bercerita pada orang yang kita percaya. Perlu diingat bahwa apapun cara mengekspresikan emosi negatif yang kita pilih boleh saja dilakukan asalkan tidak menyakiti diri sendiri, tidak menyakiti orang lain dan tidak berdampak negatif pada semesta. \n\n \n\n Keempat, lakukan latihan pernafasan. Bernafas adalah hal yang terdekat dengan kita karena kita melakukannya setiap saat, tetapi kadang kita tidak menyadarinya. Apabila kita mau lebih menyadari, sebenarnya nafas kita akan berjalan sesuai dengan emosi kita, mungkin saat kita baik-baik saja maka kita akan bernafas dengan teratur namun saat kita merasa marah, sedih atau cemas yang berlebih nafas kita pun akan terasa sesak. Sehingga latihan nafas dapat membantu kita mengelola emosi kita bahkan membantu meredakan emosi negatif secara perlahan. \n\n \n\n Kita dapat mencoba melakukan latihan nafas dengan melakukan relaksasi pernafasan ataupun mindful breathing saat sebelum tidur, saat emosi sedang tidak stabil maupun kapanpun saat kita butuhkan untuk membantu menenangkan diri kita sendiri. \n\n \n\n Kelima, cobalah untuk melepaskan emosi negatif yang kita rasakan dengan memaafkan diri kita, orang lain maupun keadaan yang terjadi. Percaya bahwa kita sudah melakukan yang terbaik meski kadang hal yang kita dapatkan tidak sesuai apa yang kita harapkan. \n\n \n\n Menyalahkan diri bukanlah solusi. Cobalah pahami bahwa kita adalah manusia seutuhnya yang selalu punya kelebihan maupun kekurangan. Jadikan setiap peristiwa sebagai pembelajaran yang menjadikan kita lebih baik kedepannya. Ketika memaafkan dirasa sulit, tidak apa apa, karena semuanya memang butuh proses, tetapi cobalah untuk tidak menyerah dalam berproses karena ini untuk diri sendiri. \n\n \n\n Apabila saran yang telah disampaikan dirasa tidak cukup untuk mengelola emosi negatif yang Sahabat Hermina rasakan, cobalah untuk berkonsultasi pada Psikolog kami. Tidak ada salahnya mencari bantuan untuk kebaikan diri dan orang yang kita cintai. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 19 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Memahami Luka Batin<\/a><\/h3>
Pernahkah Sahabat Hermina merasa tidak dapat memaafkan seseorang yang melakukan perbuatan tertentu? Atau apakah Sahabat Hermina pernah cepat merasa marah ketika mendengar kalimat tertentu dan perilaku seseorang tanpa tahu alasan yang jelas mengapa kita tidak menyukainya? \n\n Jika pernah, mungkin saat ini Sahabat Hermina sedang bertanya-tanya mengapa hal tersebut bisa terjadi atau malah bertanya-tanya mengapa Sahabat Hermina baru menyadarinya. \n\n Hal tersebut merupakan hal yang wajar, bahkan merupakan suatu permulaan yang baik agar Sahabat Hermina dapat memahami lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi dalam diri kita. Karena bisa jadi memang hal-hal tersebut merupakan tanda bahwa kita memiliki luka batin. \n\n Luka batin biasanya terjadi akibat tekanan yang besar atau kejadian negatif yang berlangsung secara terus menerus pada diri kita, dan tentunya menimbulkan emosi negatif yang mendalam dan berbekas. \n\n Masing-masing dari kita mungkin pernah merasa terluka, entah karena perkataan orang lain atau perilaku orang lain pada diri kita. Kadang, sebagai manusia kita tidak ingin terlihat lemah oleh manusia lain sehingga kita memilih untuk mengubur dalam-dalam luka yang kita miliki sampai kita melupakannya. \n\n Padahal apapun luka batin yang kita miliki sebaiknya memang dikelola dengan baik agar tidak mengganggu kehidupan kita. Seperti mungkin kita akan menjadi lebih sensitive saat menerima perkataan atau perbuatan tertentu, lebih mudah khawatir akan suatu hal, atau mungkin kita akan sering mengalami gejolak emosi tanpa tahu alasan yang jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Karena meskipun sudah kita lupakan atau kubur dalam-dalam nyatanya luka itu masih ada dalam diri kita. Tinggal menunggu waktu saja untuk menghantui kita. \n\n Dalam dunia medis seberapapun dan bagaimana lukanya sebaiknya memang harus ditangani dengan baik, sebab jika tidak hanya menunggu waktu untuk luka itu menjadi besar dan mungkin akan terjadi infeksi. Ya.. memang tampak mengerikan, tapi memang itulah yang tejadi luka batin pun bersifat demikian. \n\n Lantas apa yang perlu kita lakukan dengan luka itu? Sembuhkanlah, agar tidak menjadi rasa sakit yang selalu kita bawa seumur hidup kita. \n\n Sebelum menyembuhkan, yang perlu kita lakukan adalah menyadari luka batin tersebut. kita dapat memulai dengan menyadari apakah kita selalu mendapati masalah yang sama selama ini, mungkin dalam menjalin hubungan atau mungkin dalam mendapatkan sesuatu atau lainnya. Sadarilah pola yang berulang dalam diri kita. Karna biasanya seseorang dengan luka batin akan cenderung memiliki pikiran, perasaan atau perilaku yang sama saat mengalami hal serupa dengan luka batin yang terpendam. \n\n Kita juga dapat mulai menyadari hal apa saja yang biasanya membuat diri kita merasa marah, sedih ataupun kecewa. Mungkin kita akan lebih sensitif dengan orang yang sering berkata kasar, mungkin kita mudah membenci orang yang suka berbohong atau lainnya. Kemudian sadarilah kalimat yang sering kita ucapkan, adakah kalimat yang selalu muncul saat kita marah atau kecewa. \n\n Sadari juga apakah kita selalu mengeluhkan hal yang sama dan kalimat apa yang selalu muncul saat kita mengeluh. Dengan demikian kita akan lebih mudah menyadari luka batin yang kita miliki. \n\n Jika kita sudah memahami luka batin yang kita miliki maka kita akan lebih mudah memahami bagaimana mengatasi luka batin tersebut. Mungkin butuh waktu lama, tetapi jika kita mau dan siap untuk berproses bukan berarti tidak mungkin untuk kita menyembuhkan luka. Apabila Sahabat Hermina merasa tidak mampu mengatasi sendiri luka batin yang dialami, segera konsultasikan ke Psikolog kami untuk mendapatkan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 27 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apa itu Internet Gaming Disorder?<\/a><\/h3>
Fenomena Internet Gaming Disorder (IGD) muncul akibat dari ketidakmampuan untuk mengontrol penggunaan internet dan video games. Secara definisi IGD adalah sebuah gangguan yang dikarakteristikkan dengan ketidakmampuan suatu individu dalam mengontrol penggunaan internet atau video games dalam hidupnya. Hal tersebut dapat menimbulkan distres nyata dan gangguan fungsional dari kehidupan seperti performa akademik, interaksi sosial, minat pekerjaan, dan masalah perilaku. Ini adalah sebuah definisi yang masih dikategorikan baru, dikarenakan masih banyaknya studi yang dilakukan untuk mempelajari fenomena ini. \n\n \n\n Internet telah menjadi alat yang sangat penting dalam berbagai konteks yang berbeda, dan telah muncul minat yang meningkat dalam penelitian tentang penggunaan Internet yang bermasalah. Tahun 2015, Sensus menemukan bahwa remaja berusia 13 hingga 18 tahun menghabiskan rata-rata harian lebih dari 6,5 jam pada hiburan layar (termasuk TV, ponsel pintar, komputer, permainan video, streaming video, dan sebagainya) dan rata-rata harian remaja usia 8 hingga 12 adalah lebih dari 4,5 jam. \n\n \n\n Penggunaan internet patologis dikarakateristikkan dengan berlebihannya atau tidak terkontrol dengan baik keinginan dan kebiasaan penggunaan internet yang berujung pada gangguan dan stres. Kecanduan internet juga telah dikaitkan dengan depresi yang diukur secara dimensi dan indikator isolasi sosial. Ko-morbiditas psikiatrik umum terjadi, terutama perubahan mood, kecemasan, kontrol impuls dan gangguan penggunaan narkoba. \n\n \n\n IGD merujuk kepada penggunaan video games baik online maupun offline mempunyai 9 kriteria seperti; \n\n (1) keasyikan dalam bermain internet games, \n\n (2) gejala withdrawal seperti lekas marah, cemas, atau sedih, \n\n (3) pengembangan toleransi, \n\n (4) kegagalan usaha untuk mengontrol perilaku tersebut, \n\n (5) hilangnya minat pada aktivitas lain, \n\n (6) berlanjutnya penggunaan berlebihan meskipun mengetahui masalah psikososial yang ditimbulkannya, \n\n (7) berbohong kepada orang lain mengenai jumlah waktu yang dihabiskan untuk bermain game, \n\n (8) penggunaan perilaku ini untuk melarikan diri atau menghilangkan suasana hati yang negatif, dan \n\n (9) membahayakan atau kehilangan hubungan/pekerjaan/kesempatan pendidikan secara signifikan. \n\n \n\n Indonesia merupakan negara yang masih memiliki data yang terbatas terkait riset mengenai IGD. Data yang telah ada sebelumnya telah dilakukan studi oleh penulis di lingkungan perkotaan yogyakarta bahwa remaja yang memiliki diagnosis IGD telah terbukti memiliki adanya gangguan kognitif dalam bentuk gangguan atensi, memori, dan gangguan berbahasa. Selain kognitif, terdapat juga beberapa hal yang terdampak yaitu gangguan mata lelah, carpal tunnel syndrome, nyeri kepala berulang, dan gangguan tidur. \n\n \n\n Untuk mendiagnosis dan melakukan terapi kepada seseorang dengan Internet Gaming Disorder memerlukan adanya pemeriksaan secara lengkap dan melibatkan bagian multidisipliner. Bila Anda dan keluarga melihat adanya gejala gangguan diatas pada orang terdekat Anda yang rutin menggunakan gadget maupun video games, silahkan bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan secara lengkap. \n\n \n\n Pencegahan agar tidak terjadinya fenomena IGD ini adalah dengan membatasi lingkup dan fasilitas bermain anak dengan selektif sedini mungkin. American Academy of Pediatrics (AAP) menyampaikan bahwa para orang tua sebaiknya tidak memberikan gadget sama sekali kepada anak hingga usia 18 bulan. Namun, bila sekedar menggunakan handphone untuk video call dengan keluarga masih diperbolehkan. \n\n \n\n Pada usia 18-24 bulan anak dipersilakan mengenal smartphone dan menggunakannya bersama dengan orangtua. Penggunaannya pun terbatas untuk melihat konten video edukatif maupun game edukatif sesuai umurnya. Sejak usia 2 tahun hingga 5 tahun anak sebaiknya hanya melihat smartphone selama 1 jam per hari, dan usia 5-10 tahun hanya menggunakan maksimal 2 jam per hari. \n\n \n\n Sebisa mungkin mengedukasi anak untuk menghindari game online yang mengandung kekerasan maupun unsur dewasa dikarenakan efeknya yang memengaruhi otak secara langsung dan memengaruhi tingkah laku anak. Pada anak yang sudah mencapai umur remaja, ajaklah anak berdiskusi dan berikan pengertian mengenai baik dan buruknya pengaruh game terhadap mereka. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 27 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 28 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>