- Hermina Tasikmalaya<\/a><\/li>
- 25 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Awas Meningitis (Penyakit Selaput Otak) dapat Menular<\/a><\/h3>
Meningitis adalah peradangan pada membran pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang biasa dikenal sebagai meningen. Peradangan ini dapat terjadi karena virus, bakteri, jamur, parasit, maupun karena proses autoimun, kanker, dan reaksi obat. Selain itu, orang yang memiliki kekebalan tubuh yang kurang baik, usia tua, dan belum pernah divaksin memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini. \n\n Berikut ini beberapa penyebab meningitis yang perlu diwaspadai : \n\n \n Meningitis virus yaitu jenis meningitis yang paling banyak dijumpai, virus ini termasuk ke dalam kelompok enterovirus yang lebih sering terjadi selama musim panas dan musim gugur. \n Meningitis bakteri dapat menular kepada orang lain. Penyakit ini memiliki potensi cukup besar mengancam jiwa penderita sebab jika tidak segera ditangani penyakit ini akan menimbulkan komplikasi serius yang berakibat fatal. Bakteri akan mudah menyebar melalui aliran darah dan pindah ke sumsum tulang belakang bahkan otak. Jenis bakteri yang paling umum menyebabkan meningitis bakteri adalah Streptococcus pneumoniae yang biasanya ditemukan di saluran pernafasan, sinus dan rongga hidung. \n Meningitis parasit lebih jarang terjadi, dan disebabkan oleh parasit yang dapat ditemukan di tanah, feses dan pada beberapa hewan dan makanan. \n Meningitis jamur, penyakit ini cukup langka dan berkembang saat jamur memasuki aliran darah. Penyakit ini bisa timbul karena adanya spora jamur dari tanah dan kotoran burung yang terhirup oleh tubuh dan dapat menyerang siapa saja yang apalagi dengan daya imun yang rendah. \n Meningitis non-infeksi ini termasuk penyakit tidak menular, dapat timbul akibat kondisi medis lainnya, misal cidera kepala, kanker, lupus atau efek samping obat tertentu. \n \n\n Gejala yang paling sering timbul adalah demam, nyeri leher/ kaku leher, dan tidak tahan melihat cahaya. Beberapa gejala lain yang juga dapat terjadi adalah sakit kepala, pusing, gangguan kesadaran, mudah kebingungan, dan muntah. Meningitis ini juga dapat terjadi pada anak-anak dengan gejala yang sedikit berbeda, yaitu demam atau suhu tubuh dingin, penurunan nafsu makan, penurunan kesadaran, rewel terus menerus, dan kepala tegang. \n\n Apabila gejala-gejala di atas muncul, sebaiknya penderita segera memeriksakan diri ke dokter terdekat. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk pemeriksaan laboratorium, CT-Scan kepala, dan pemeriksaan cairan otak dan sumsum tulang belakang. Pemeriksaan ini akan membantu dokter mendiagnosis, mengetahui penyebab, mengetahui pengobatan yang tepat, dan mencari ada/ tidaknya komplikasi seperti peningkatan tekanan rongga cairan otak (hidrosefalus) yang membahayakan. \n\n Meningitis merupakan penyakit serius yang dapat berujung pada kematian, cara terbaik supaya penyakit ini tidak menyebabkan kondisi fatal adalah dengan melakukan : \n\n \n Vaksinasi. Salah satu bentuk pencegahan terhadap meningitis adalah melengkapi imunisasi, antara lain Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitidis, Varicella dan Mumps, Measles, Rubella. Sebagian dari vaksinasi ini termasuk dalam program wajib pemerintah Indonesia sehingga dapat diperoleh secara gratis melalui pelayanan imunisasi Posyandu. \n Jangan berbagi barang pribadi / berbagi pinjam barang seperti gelas, botol air, sedotan, sikat gigi, lipstik atau lip gloss. \n Jaga jarak dengan orang yang terinfeksi. \n Jangan malas cuci tangan. Lakukan cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dengan langkah-langkah yang benar. \n Terapkan etika batuk yang benar. \n Pastikan makan makanan yang bergizi. Makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan mineral dalam porsi yang cukup. \n Pastikan tubuh terhidrasi baik. Meminum air sebanyak 2 liter perhari \n Atasi infeksi dengan tuntas. \n \n\n Jika Anda mengalami gejala atau masalah seperti diatas, segera konsultasikan kepada dr. Handi Nugraha, Sp.S beliau merupakan Dokter Spesialis Saraf RS Hermina Tasikmalaya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 23 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kesemutan saat Duduk Bersila? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, kesemutan atau paraestesia merupakan kondisi yang ditandai dengan sensasi geli atau mati rasa yang dibarengi perasaan seperti tertusuk benda tajam pada bagian tubuh. Mati rasa dan kesemutan biasanya berasal dari masalah dengan sistem saraf atau peredaran darah. Gejala kesemutan yang terus-menerus dapat terjadi akibat kondisi yang parah, seperti stroke. \n\n Kesemutan biasanya dapat terjadi setelah duduk bersila. Duduk merupakan bagian dari sehari-hari yang hampir tidak mungkin untuk dihindari. Namun, kegiatan duduk mungkin dapat menjadi salah satu posisi favorit yang dapat menyebabkan sensasi kesemutan. Terlebih lagi, jika melakukan kegiatan duduk yang salah. \n\n Sebenarnya, apa sih penyebab kesemutan secara umum? \n\n \n Diabetes \n \n\n Diabetes adalah salah satu penyebab paling umum dari kesemutan. Pada neuropati diabetes, kesemutan dan gejala lainnya pertama kali akan mengalami pada kedua kaki diikuti kedua tangan dan naik ke lengan. \n\n \n Kekurangan Vitamin. \n \n\n Seseorang tentu membutuhkan vitamin untuk menjaga kesehatan saraf. Tetapi, apabila kekurangan vitamin seperti B12, dapat menyebabkan anemia. Sedangkan terlalu banyak B6 juga dapat menyebabkan kesemutan di tangan dan kaki. \n\n \n Cedera. \n \n\n Cedera seperti tulang terkilir dapat menyebabkan kompresi saraf. Selain itu, nyeri saraf atau trauma karena mengalami cedera dapat menyebabkan kesemutan. \n\n \n Multipel Sklerosis \n \n\n Penyakit ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh dengan menyerang selubung myelin berlemak di sekitar serabut saraf otak dan tulang belakang. Kesemutan di tangan dan kaki adalah gejala umum. \n\n Lalu, mengapa kesemutan dapat terjadi saat melakukan duduk yang lama? \n\n Duduk selama berjam-jam dapat menyebabkan sirkulasi yang buruk ke seluruh tubuh. Setelah sirkulasi melambat karena duduk, darah tetap berada di kaki atau tangan. Pada akhirnya, hal tersebut dapat mengurangi laju aliran darah. Bagi seseorang yang menderita nyeri saraf, gejala seperti kesemutan atau mati rasa kemungkinan akan meningkat karena duduk untuk jangka waktu yang lama perlahan-lahan merusak saraf dari waktu ke waktu. Duduk dapat mempengaruhi saraf yang paling rentan terhadap sensasi nyeri. \n\n Bagaimana cara mengatasi kesemutan dengan sederhana? \n\n \n Melakukan peregangan setiap 10-15 menit agar darah tetap mengalir \n Berjalan sekitar 30 menit untuk mencari sedikit udara segar \n Berdiri atau melakukan gerakan ringan seperti peregangan jari kaki atau tangan, peregangan leher dan bahu, dan sebagainya \n Menggunakan kursi ergonomis sesuai kebutuhan untuk mendukung postur tubuh yang baik saat melakukan pekerjaan di komputer \n \n\n Nah Sahabat Hermina, apabila Anda mengalami kesemutan yang terus-menerus dan dirasa menganggu kegiatan, jangan ragu untuk konsultasikan ke rumah sakit atau dokter terkait untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Salam Sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 12 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Yuk Kenali, Apa itu Bell’s Palsy ?<\/a><\/h3>
Definisi Bell’s palsy \n\n Bell’s palsy ditemukan oleh ahli anatomi Skotlandia Sir Charles Bell. Bell’s palsy adalah kondisi terjadinya kelumpuhan wajah di satu sisi wajah yang disebabkan oleh gangguan pada saraf wajah yang mengontrol otot yang bersangkutan. Bell’s palsy terjadi secara tiba-tiba dan bersifat tidak permanen. Adapun gejala yang di alami orang yang terkena Bell’s palsy antara lain : \n\n \n Kelumpuhan satu sisi wajah \n Kesulitan menutun mata, sehingga mata menjadi kering \n Nyeri atau rasa tidak nyaman di belakang telinga sampai rahang \n Perubahan rasa di lidah, \n Telinga mendengung, \n Tidak dapat mengontrol air liur \n \n\n Apa Penyebab terjadinya bell’s palsy ? \n\n Bell’s palsy dapat terjadi pada siapa saja. Pencetus Bell’s palsy dapat berupa infeksi virus, penurunan imunitas tubuh (stress, gangguan tidur, penyakit ringan atau penyakit autoimun). Dapat juga disebabkan adanya infeksi saraf wajah atau kerusakan saraf akibat trauma/ cedera. Risiko Bell’s palsy akan meningkat pada orang yang sedang mengalami kehamilan, obesitas, hipertensi, dan diabetes. \n\n Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui mengalami bell’s palsy ? \n\n Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan sebagai penguat diagnosa Bell’s palsy yaitu : \n\n \n Elektromiografi (EMG): prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda di wajah pasien. Mesin akan mengukur aktivitas saraf dan aktivitas otot sebagai respons terhadap stimulasi. Tes ini bermanfaat untuk menentukan tingkat kerusakan saraf, serta lokasinya. \n MRI, CT Scan, atau foto rontgen. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk menentukan apakah ada kondisi lain yang mendasari penyakit tersebut, seperti infeksi bakteri, patah tulang tengkorak atau tumor yang menyebabkan penekanan pada saraf. \n Tes darah untuk memeriksa apakah terdapat infeksi virus atau bakteri. \n \n\n Bagaimana cara mengobati apabila mengalami bell’s palsy ? \n\n Pengobatan Bell’s palsy dapat menggunakan anti peradangan untuk mengurangi inflamasi. Selain itu dapat diberikan antivirus bila penyebabnya adalah infeksi virus, dan anti nyeri untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada wajah yang kaku. Fisioterapi dan latihan wajah mandiri dapat membantu mempercepat penyembuhan. Dengan pengobatan dan latihan yang tepat, kondisi Bell’s palsy dapat sembuh tanpa gejala sisa. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 10 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Stroke dapat Menyerang tanpa Mengenal Usia<\/a><\/h3>
Stroke adalah kondisi kesehatan yang dapat menyerang siapa saja, tanpa pandang usia atau jenis kelamin. Stroke terjadi ketika suplai darah ke otak terganggu atau terputus, sehingga sel-sel otak tidak menerima oksigen dan nutrisi yang cukup untuk menjalankan fungsi-fungsi vitalnya. Tanpa suplai darah yang cukup, sel-sel otak dapat mengalami kerusakan atau mati, yang dapat menyebabkan gangguan neurologis dan bahkan kematian. \n\n Ada dua jenis stroke yang umum terjadi: stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah di otak tersumbat oleh gumpalan darah atau plak arteri, sedangkan stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan perdarahan. \n\n Gejala - gejala umum stroke yang sering terjadi, dan dapat dilihat secara fisik meliputi pada: \n\n \n Face (wajah): wajah mungkin jatuh di satu sisi, orang tersebut mungkin tidak dapat tersenyum, atau mulut atau matanya mungkin terkulai. \n Arms (lengan): orang yang diduga terkena stroke mungkin tidak dapat mengangkat kedua lengan dan menahannya. Hal ini karena stroke sudah menyebabkan kelemahan atau mati rasa pada salah satu lengan. \n Speech (cara bicara): ucapan terdengar tidak jelas atau kacau, atau orang tersebut mungkin tidak dapat berbicara sama sekali meskipun tampak terjaga. Selain itu, mungkin juga kesulitan memahami apa yang Anda katakan. \n \n\n Faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami stroke meliputi usia tua, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, tingkat kolesterol tinggi, kurangnya aktivitas fisik, riwayat keluarga yang memiliki stroke, dan kondisi medis tertentu seperti aritmia jantung dan penyakit arteri koroner. \n\n Meskipun stroke lebih umum terjadi pada orang yang lebih tua, tetapi stroke juga dapat terjadi pada orang muda. Faktanya, stroke dapat terjadi pada orang dari segala usia, termasuk anak-anak dan remaja. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan stroke pada orang muda meliputi merokok, penyalahgunaan alkohol, obesitas, dan penggunaan obat-obatan terlarang. \n\n Selain itu, ada juga beberapa kondisi medis yang dapat meningkatkan risiko stroke pada orang muda, seperti gangguan pembekuan darah, migrain dengan aura, penyakit jantung bawaan, dan infeksi menular seperti meningitis atau endokarditis. \n\n Penting untuk diingat bahwa stroke dapat terjadi pada siapa saja, dan bahkan orang yang tampak sehat sekalipun dapat terkena stroke. Oleh karena itu, penting bagi semua orang untuk mengetahui faktor risiko stroke dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai, seperti mengadopsi gaya hidup sehat, memantau tekanan darah dan kadar kolesterol, dan berkonsultasi dengan dokter jika ada gejala atau kondisi medis yang dapat meningkatkan risiko stroke. Untuk tidak lanjut, apabila mengalami gejala tersebut Sahabat Hermina bisa konsultasikan ke RSU Hermina Purwokerto. \n\n Untuk memudahkan mengakses pelayanan & pendaftaran di RS Hermina Purwokerto, berikut caranya: \n\n \n Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n Hubungi Call Center 1500488 \n Melalui website -> www.herminahospitals.com \n Melalui aplikasi Halodoc \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 25 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Tiba-Tiba Tertidur? Berpotensi Memiliki Penyakit Narkolepsi<\/a><\/h3>
Setelah malam kurang tidur, kebanyakan orang kemungkinan besar akan merasa mengantuk keesokan harinya. Dan jika lingkungan Anda gelap, sunyi, dan cukup santai - atau jika tidur malam Anda sebelumnya cukup singkat - Anda bahkan mungkin tertidur tanpa sengaja. \n\n Narkolepsi adalah gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan otak untuk mengatur siklus tidur-bangun. Orang dengan narkolepsi mungkin bangun di pagi hari dengan perasaan cukup istirahat, tetapi mereka tidak dapat mempertahankan kewaspadaan itu sepanjang hari. Akibatnya, penderita narkolepsi sering merasa sangat lelah dan sering tertidur di siang hari, bahkan saat mereka sedang bercakap-cakap, bekerja, atau aktivitas lainnya. \n\n Narkolepsi dibagi menjadi dua jenis. Tipe 1 lebih umum dan termasuk gejala yang disebut cataplexy, yang menyebabkan hilangnya tonus otot secara tiba-tiba. Tipe 2 adalah narkolepsi tanpa cataplexy. \n\n Gejala narkolepsi lebih dikenal dan lebih mudah didefinisikan daripada penyebabnya. Gejala narkolepsi biasanya dimulai pada masa remaja atau dewasa awal. \n\n Selain cataplexy, mereka sering memasukkan yang berikut ini: \n\n Serangan tidur. Didefinisikan sebagai "periode kantuk yang ekstrem di siang hari dan serangan tidur yang tiba-tiba dan tak tertahankan yang dapat menyerang kapan saja,", gejala narkolepsi yang umum ini dapat berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit. \n\n Kelumpuhan tidur. Gejala narkolepsi ini digambarkan sebagai ketidakmampuan sementara untuk bergerak atau berbicara saat tertidur atau bangun. Bersifat sementara dan biasanya berlangsung tidak lebih dari beberapa menit, tetapi dapat membingungkan dan menyebabkan tekanan emosional yang signifikan. \n\n Halusinasi tidur. Seringkali ditemukan menyertai kelumpuhan tidur, halusinasi tidur (atau "halusinasi hipnagogik", adalah gambar yang terlihat sebelum tertidur, atau saat bangun sepenuhnya. Gambar-gambar ini luar biasa jelas, tampak nyata, dan bisa menakutkan. \n\n Kesulitan tidur di malam hari. Banyak orang dengan narkolepsi kurang tidur di malam hari. Mereka mungkin kesulitan tidur dan tetap tertidur, Mimpi yang jelas dan menakutkan dapat mengganggu tidur \n\n Kantuk berlebihan di siang hari (EDS). Menyebutnya sebagai gejala narkolepsi yang paling konsisten dialami oleh hampir semua individu dengan narkolepsi. Menggambarkan EDS sebagai perasaan kekeruhan mental yang berkelanjutan, suasana hati yang tertekan, kekurangan energi, dan kelelahan umum yang konsisten. \n\n Konsultasi dengan dokter neurologi kesayangan bisa sebagai tindakan rawat jalan atau rawat inap. Pasien dapat melakukan konsultasi bersamaan dengan uji kesehatan lainnya. Dalam menjalani pemeriksaan penyakit saraf tidak menyakitkan dan aman untuk dilakukan. \n\n Beberapa gangguan yang mungkin terjadi pada sistem saraf dan perlu dikonsultasikan antara lain: \n\n \n Gangguan pembuluh darah otak \n Gangguan fungsional \n Penyakit degeneratif \n Penjepitan saraf atau gangguan autoimun pada saraf \n Infeksi seperti polio, meningitis dan ensefalitis \n LBP (Low Back Pain), HNP (Hernia Nucleus Pulposus/ Saraf terjepit) \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 10 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kalian Sering Mengalami Sakit Pinggang? Yuk Simak Penyebab dan Cara Mengatasinya<\/a><\/h3>
Sakit pinggang adalah kondisi medis yang umum terjadi dan dapat mempengaruhi siapa saja, terlepas dari usia atau jenis kelamin. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk cedera, penyakit, atau gaya hidup yang buruk. Sakit pinggang dapat mempengaruhi seseorang untuk menjalankan aktivitas sehari-hari dan dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. \n\n Sakit pinggang selain keluhan rasa sakit atau ketidaknyamanan di daerah pinggang, dapat juga disertai kesemutan atau mati rasa di kaki atau tungkai, atau kesulitan berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama. Gejala ini dapat bervariasi dari ringan hingga parah Beberapa penyebab umum sakit pinggang antara lain: \n\n \n Cedera: Cedera pada daerah pinggang dapat disebabkan oleh aktivitas fisik, seperti olahraga atau kecelakaan / trauma . Cedera ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang parah dan memerlukan perawatan medis yang tepat. \n Peregangan otot: Peregangan otot pada daerah pinggang dapat disebabkan oleh aktivitas yang berlebihan atau posisi tubuh yang salah. Ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa sakit yang dapat menjadikan tidak bebas bergerak \n Radang sendi: Radang sendi pada daerah pinggang dapat terjadi akibat kondisi medis tertentu, seperti osteoarthritis atau rheumatoid arthritis. Ini dapat menyebabkan rasa sakit yang berat dan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. \n Batu ginjal: Batu ginjal dapat menyebabkan rasa sakit pada daerah pinggang dan dapat mempengaruhi seseorang untuk buang air kecil. Ini memerlukan evaluasi medis yang tepat untuk mencegah komplikasi serius. \n Kondisi medis lainnya: Kondisi medis lainnya, seperti herniated disk atau scoliosis, dapat menyebabkan rasa sakit pada daerah pinggang dan mempengaruhi kualitas hidup karena nyeri yang terus menerus. \n \n\n Dari berbagai penyebab sakit pinggang , di sarankan hal berikut : \n\n \n Istirahat, dengan istirahat dapat membantu mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses pemulihan. Selain itu disaat istirahat bisa dibantu dengan penggunaan korset supaya meminimalisir rasa sakit. \n Pemanasan, melakukan pemanasan sebelum aktivitas fisik dapat membantu mencegah cedera dan peregangan otot yang berlebihan. \n Terapi fisik dapat membantu memperkuat otot dan memperbaiki postur tubuh sehingga membantu mencegah sakit pinggang. Terapi yang dilakukan berupa Termoterapi - IR infrared tens (trans cutaneus electrical nerve stimulation). \n Terapi Medikamentosa, yaitu dengan menggunakan obat-obatan. Selain itu dengan menggunakan teknik Blok Saraf sehingga bisa mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan. \n Terapi Operatif. \n \n\n Namun apabila sakit pinggang masih berkelanjutan segera periksakan ke dokter spesialis saraf. Di RSU Hermina Purwokerto terdapat beberapa dokter spesialis saraf yang bisa Sahabat Hermina konsultasikan. \n\n Untuk memudahkan mengakses pelayanan & pendaftaran di RS Hermina Purwokerto, berikut caranya: \n1. Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n2. Hubungi Call Center 1500488 \n3. Melalui website www.herminahospitals.com \n4. Melalui aplikasi Halodoc \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kendari<\/a><\/li>
- 29 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Efek samping menonton film porno pada kinerja otak<\/a><\/h3>
Di zaman modern seperti ini apa saja informasi dapat secara mudah di akses melalui media sosial. Hal ini juga dapat menjadi dampak postifif karena kita dapat mengetahui berita apa saja yang sedang banyak di perbincangkan dan dampak negatifnya hal yang berbau pornografi dengan mudahnya dapat di akses oleh semua kalangan. \n\n Jika hal ini terus terjadi, semakin banyak anak di bawah umur dapat mengakses konten pornografi melalui gadget mereka. Dalam kondisi seperti ini, peran orang tua sangat penting dalam memantau aktifitas buah hati mereka dalam bersosial media. Konten porno memiliki banyak dampak negatif yang dapat mempengaruhi kinerja otak kita. \n\n Sebenarnya film porno bukan hanya otak saja yang dirusak tetapi semua aspek, tidak ada yang menunjukan positif tetapi semuanya negatif. Kenapa bisa berpengaruh pada otak karena dalam kondisi kita kecanduan konten pornografi, bisa merusak Lobus atau otak bagian depan yang disebut Pre frontal cortex. \n\n Pre frontal cortex adalah bagian yang dapat membedakan kita dengan hewan, karena disitulah tempat kita mengatur fungsi eksekutif, bagaimana cara kita membedakan yang baik da benar, dan mengambil keputusan. Jika terjadi adiksi atau kecanduan pornografi dapat mengakibatkan kerusakan pada Fungsi kortikal luhur. Faktor penyebab yang dapat merusak saraf pusat yaitu: \n\n \n Terpapar konten pornografi \n Mulai kecanduan pornografi \n Kecanduan semakin meningkat ketika ada konten baru \n Mulai kehilangan rasa (desensitisasi) \n Adiksi \n \n\n \n\n Faktor inilah yang sangat berbahaya karena dapat minumbulkan efek negatif hingga terjadinya pencabulan kepada orang lain. Kok bisa adiksi atau kecanduan dapat merusak kinerja otak? Karena terdapat zat zat kimia pada tubuh yaitu dopamin endorfin, sebenarnya bagus untuk tubuh kita karena menimbulkan rasa nyaman, membuat kita menjadi bahagia, tapi jika sampai membilkan hiperstimulasi atau rangsangan berlebihan membuat otak dapat berkerja lebih ekstrim lama lama akan membuat otak menyusut ukurannya, dan dapat mengakibtakna kerusakan. \n\n \n\n Kecanduan pornografi dapat merubah ukuran ukuran volume Pre frontal cortex, sehingga untuk para kaum remaja jika sering mengkonsumsi konten pornografi, konsentrasinya dapat terganggu, tidak fokus, prestasi bisa menurun. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 27 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Neuropati Diabetik atau Penyakit Saraf pada Tubuh<\/a><\/h3>
Neuropati atau dikenal dengan penyakit saraf pada tubuh yang menimbulkan gejala gangguan seperti kesemutan, kebas, nyeri seperti terbakar, nyeri seperti tertusuk, sensitif bila disentuh, gangguan koordinasi, lemah otot dan gangguan buang air kecil. \n\n Neuropati ini bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, namun penyebab neuropati ini tergantung pada jenis dan lokasi saraf yang terganggu, yaitu: \n\n \n \n Metabolik: Diabetes, Defisiensi Vitamin B1 atau B12, gangguan ginjal \n \n \n Infeksi pada virus atau bakteri: Penyakit HIV, CMV, Lepra \n \n \n Saraf terjepit pada tangan: Seperti Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau Sindrom Lorong Kapal \n \n \n Keracunan: Alkohol \n \n \n Efek samping obat: Isoniazid \n \n \n Peradangan saraf: Guillain Barre Syndrome (GBS) \n \n \n\n Jenis neuropati yang sering terjadi yaitu neuropati diabetik, yang merupakan gangguan saraf yang terjadi akibat diabetes dengan ditandai kesemutan, nyeri atau mati rasa. \n\n Penyebab neuropati diabetik ini yaitu kadar gula darah tinggi yang tidak terkontrol, seiring waktu kondisi ini akan merusak saraf dan mengganggu fungsi atau kemampuan tubuh untuk mengirimkan sinyal. \n\n Penyakit ini beresiko pada orang yang memiliki penyakit diabetes gestasional saat hamil, orang yang memiliki diabetes dengan masalah pada ginjal, orang berpenyakit diabetes yang tetap merokok, dan memiliki berat badan yang tidak ideal, orang penyakit diabates yang tidak mengontrol kadar gula darah dalam tubuhnya dengan baik, seperti pola makan yang buruk atau tidak mengikuti pengobatan sesuai anjuran dokter. \n\n Pencegahan neuropati diabetik ini sangat penting karena mengelola glukosa darah, dan kadar kolestrol. Jika kamu memiliki penyakit ini perlu mengambil langkah-langkah untuk membantu mencegah kerusakan saraf terkait diabetes: \n\n \n \n Berhenti merokok \n \n \n Mengikuti pola makan sehat yang dianjurkan \n \n \n Aktif secara fisik \n \n \n Membatasi konsumsi minuman beralkohol \n \n \n Minum obat diabetes dan obat lain yang diresepkan dokter \n \n \n\n Perlu mengelola kondisi diabetes dengan cara mengelola glukosa darah, tekanan darah, kadar kolestrol, dan berat badan agar kerusakan saraf tidak bertambah parah. \n\n Perawatan kaki juga penting untuk semua diabetes, terutama bagi penderita neuropati diabetik, seperti; bersihkan kaki setiap hari, berikan pelembab/lotion (body lotion) pada daerah kaki yang kering, gunting kuku kaki lurus mengikuti berbentuk normal jari-jari kaki, pakai alas kaki, gunakan sepatu atau sandal yang baik, periksa sepatu sebelum dipakai, bila ada luka kecil obati luka dan tutup dengan kain atau kasa yang bersih, periksa apakah ada tanda-tanda radang. \n\n Sahabat hermina, jika butuh informasi lebih detail untuk pencegahan penyakit ini bisa dikonsultasikan ke dokter spesialis saraf/neurologi di rumah sakit hermina periuk tangerang. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 24 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Tentang Pemeriksaan EEG ( Elektroensefalografi )<\/a><\/h3>
EEG examination or electroencephalography is an examination to detect electrical activity in the brain, and is useful for determining any abnormalities that interfere with the flow of electricity in the brain. There are many diseases in the brain and outside the brain that interfere with brain function can be detected with this EEG tool. Such seizures, whether caused by epilepsy or others, brain tumors, metabolic disorders to sleep disorders can also be detected with this EEG. In addition, this EEG can also help establish the diagnosis of certain psychiatric disorders, which affect the electricity in the brain. For this reason, the results of electroencephalography examination can show abnormal electrical activity which could be an indication of a disorder in the patient's brain and nerves. This EEG tool is a diagnostic support, so it is complementary to the examination of a specialist according to the disease. \n\n Here are some diseases that can be detected through electroencephalography, including: \n\n \n Brain damage due to injury to the brain \n Epilepsy \n Complications in stroke \n Sleep disorders \n Brain tumors or cancer \n Personality disorders \n Child growth and development disorders \n \n\n In addition, EEG (electroencephalography) examination is generally performed on other conditions with a specific purpose, which can help find the right level of anesthesia in a person when in a coma, and can act as an indicator of brain death. \n\n There are several procedures before the EEG (Electroencephalography) TEST examination is performed, such as: \n\n \n Inform what medicines are consumed \n It is not allowed to eat and drink caffeine-containing in the 8-12 hours before the test \n Do not fast, because it will affect the results of the examination if blood sugar levels are low \n Before doing an EEG (Electroencephalography) Test, make sure you have consulted with a Neurologist \n \n\n In EEG (Electroencephalography) examination, the procedure requires the patient to be placed with electrodes on the scalp to record electrical activity in various places on the head. During the process, brain activity is recorded on a piece of paper called an encephalogram. At the time of the examination, the patient is asked to lie down and calm down. Some patients perform EEG procedures while the patient is asleep because some abnormally detectable brain waves will only be visible while the patient is sleeping. \n\n \n\n After the EEG (Electroencephalography) is completed and the medical team has received the results of the brain record, electrodes will be removed from the head. Then there is at the point where the electrodes are installed, it is likely that redness or irritation will appear on the scalp. But don't worry, this is a natural thing and will usually disappear. This EEG test patients may feel dizzy and tingling in the lips and fingers in some parts after the examination is done. If the condition is quite disturbing, you should consult a neurologist. \n\n For Friends of Hermina who have complaints or want to consult regarding EEG (Electroencephalography) TEST examination, further information can contact 0821-3552-2454. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 23 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali dan Waspada Pecah Pembuluh Darah pada Otak <\/a><\/h3>
Berkaca dari kasus Indra Bekti yang mengalami pendarahan otak saat beraktivitas, maka kita perlu melihat apa penyebab dari pendarahan otak tersebut sehingga kita bisa menghindarinya. Penyebab tersering adalah stroke karena hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik. Tekanan yang tinggi di pembuluh darah darah otak menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga terjadi pendarahan otak. Penyebab lain adalah kelainan pembuluh darah otak berupa aneurisma atau AVM (arteriovenous malformation). Aneurisma otak adalah suatu kelainan pembuluh darah dimana pembuluh darah tipis dan membentuk balon sehingga dengan tekanan yang sedikit saja maka pembuluh darah otak dapat pecah. Aneurisma bisa fatal, yaitu dapat mengakibatkan pendarahan pada bagian otak (subarachnoid) dan kerusakan otak. Masih banyak orang awam yang masih belum memahami mengenai aneurisma, aneurisma otak yang masih berukuran kecil dan belum pecah sering kali tidak menimbulkan gejala namun jika sudah membesar akan menimbulkan gejala seperti nyeri sekitar mata, mati rasa di salah satu sisi atau sekitar wajah, sakit kepala dan pusing, susah berbicara, susah berkonsentrasi, daya ingat menurun, penglihatan terganggu, keseimbangan terganggu. \n\n Sedangkan AVM adalah hubungan abnormal antara arteri dan vena di otak. Gejalanya bervariasi, mulai dari tidak ada gejala, nyeri kepala, bahkan kejang. Pembuluh darah abnormal ini terjadi darah yang mengalir dari arteri ke vena tidak melalui pembuluh darah kapiler, artinya pada kondisi ini darah mengalir tidak melalui jalur yang normal. \n\n Apabila AVM terjadi di otak ada beberapa gejala yang muncul seperti kejang, sakit kepala, mual dan muntah, masalah dengan ucapan dan pemahaman bahasa, hilang ingatan, kebingungan atau linglung, masalah penglihatan. Sampai saat ini penyebab AVM dari para ahli belum diketahui namun beberapa ada yang berpendapat dari faktor genetik mungkin berperan dalam membentuk pembuluh darah abnormal, sebagian besar jenis AVM bersifat genetik. \n\n Maka penting untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis saraf di RS Hermina Periuk Tangerang, jika mengalami nyeri kepala kronis (berbulan-bulan) atau kejang atau kelemahan sesisi tubuh sehingga bisa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan CT scan otak bila diperlukan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 09 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Koma Dapat Menyebabkan Kematian? Yuk Cari Tau Lebih Dalam Tentang Koma !<\/a><\/h3>
Tahukah sahabat Hermina, Koma merupakan fase yang paling tinggi pada seseorang yang hilang kesadaran. Pada pasien atau orang yang mengidap koma mereka tidak bisa memberikan sebuah gerakan, memberikan respons untuk rangsangan, ataupun membuka mata. Koma akan membuat pengidapnya hilang kesadaran dalam waktu yang lama, lain hal dengan pingsan yang membuat penderitanya hilang kesadaran sementara. \n\n Koma disebabkan oleh kerusakan pada otak yang menjalankan fungsi kesadaran. Kerusakan yang dibuat dapat berlangsung dalam jangka pendek atau jangka panjang, terdapat beberapa situasi yang membuat kerusakan pada otak dan pencetus terjadinya koma, diantaranya adalah : \n\n \n Cedera parah pada kepala, contohnya akibat perkelahian atau kecelakaan. \n Stroke. \n Kadar gula darah dalam tubuh yang tinggi ataupun rendah. \n Kekurangan oksigen dalam tubuh. \n Overdosis (Terhadap Narkotika atau Alkohol). \n \n\n Gejala pokok dari koma adalah pengurangan kesadaran dengan ciri-ciri pada penderita tidak mampu untuk merenspons situasi di dekatnya dan hilangnya kemampuan untuk berpikir. Pengidap koma tidak bisa bergerak walaupun sudah diberi rangsangan, jika terdapat respon, respon yang dapat diberikan minim, seperti meraung kecil ketika diberi cubitan. Kadang kala pengidap koma masih bisa bernapas dan memiliki denyut jantung yang teratur tetapi pada banyak kasus mereka para penderita koma sudah diberikan obat untuk menunjang denyut pada jantung dan diberikan alat bantuan penapasan. Koma adalah kondisi gawat darurat yang harus cepat ditangani dokter, oleh karena itu, jika mengalami peristiwa tidak mengenakan seperti kecelakaan harus segera ke dokter, terlebih jika terdapat luka atapun benturan pada kepala. \n\n Untuk mediagnosis pasien koma, pertama dokter akan mengambil tindakan untuk memastikan keadaan sang pasien sedang dalam kondisi stabil dan menilai kesadaran pasien dengan memastikan pasien tersebut dapat melakukan beberapa gerakan, membuka mata, dan memberikan respon suara. Selain itu, ada beberapa faktor yang akan diperiksa oleh dokter untuk mencari pemicu dari koma yang dialami pasien, diantaranya : \n\n \n Detak Jantung \n Cedera pada kepala \n Keadaan Kulit, contohnya seperti pucat, kuning, ataupun kebiruan \n Keadaan suhu tubuh \n \n\n Selain itu, dokter juga akan meminta dari orang sekitar pasien untuk dimintai keterangan mengenai kondisi pasien sebelum koma, seperti kondisi pasien sebelum koma, apa saja obat yang dikonsumsi oleh pasien, gejala pasien sebelum mengalami koma seperti pusing, sakit kepala, ataupun kejang-kejang, dan terakhir bagaimana cara si pasien kehilangan kesadarannya, apakah secara tiba-tiba atau perlahan. Kesadaran pasien untuk pulih dari koma terjadinya secara bertahap, beberapa dari mereka yang pulih dapat sembuh total sementara beberapa dari mereka ada yang mengalami penurunan fungsi otak pada bagian tubuh tertentu. \n\n Terdapat beberapa cara mencegah koma, untuk cegah koma dikarenakan cedera kepala dapat berhati-hati ketika berkendara dan bekerja, jika melakukan pekerjaan ataupun kegiatan yang beresiko cedera kepala, disarankan untuk memakai alat pelindung diri sesuai anjuran keselamatan kerja. Pada orang yang menderita penyakit dengan risiko koma seperti liver atau diabetes harus rajin untuk memeriksakan diri pada dokter supaya kondisi pasien tersebut selalu terjaga. Terakhir, jika sedang berkendara penting untuk menggunakan helm dan sabuk pengaman agar terhindar dari cedera. Jika terjadi benturan pada bagian kepala segera periksakan diri ke dokter spesialis RS Hermina Tanuntuk terhindar dari gangguan pada otak dan bagian lainnya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 28 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Yuk Mengenal Apa itu Diffuse Axonal Injury (DAI) ?<\/a><\/h3>
Diffuse Axonal Injury (DAI) atau yang dikenal dengan cedera aksonal difus merupakan jenis cedera pada otak traumatis (TBI). Hal ini adalah cedera yang biasaya diakibatkan oleh trauma akibat benda tumpul di kepala dan memengaruhi fungsi otak sehingga menyebabkan gangguan komunikasi antara saraf di otak, yang kemudian dapat menyebabkan koma, gangguan fisik, kognitiff dan kematian. \n\n Robekan serabut saraf atau akson bisa mengakibatkan pergeseran otak yang cepat di dalam tengkorak dan menyebab serabut sarag merenggang serta robek. \n\n Akson sendiri adalah bagian neuron yang panjang, menyerupai benang yang menghantarkan implus listrik. Serabut saraf berfungsi untuk komunikasi antara sel-sel saraf. Dengan begitu, kerusakan akson dapat mengganggu kemampuan untuk berkomunikasi dan membantu mengkoordinasikan fungsi tubuh, yang dapat menimbulkan kecacatan yang parah. \n\n \n\n Gejala Diffuse Axonal Injury \n\n \n Mengalami kebingungan \n Keseimbangan berkurang \n Merasa lelah dan kantuk berlebihan \n Sakil kepala hingga mual atau muntah \n Dan mengalami masalah tidur \n \n\n \n\n Pencegahan \n\n Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengambil langkah untuk melindungi kepala dan otak menggunakan pelindung kepala disaat sedang berpartisipasi olahraga dan saat mengendarai sepeda motor, latihan teknik pencegahan jatuh, kenakan sabuk pengaman dan menghindari guncangan orang lain. Dikarena cedera aksonal difus adalah jenis cedera otak traumatis. \n\n \n\n Pengobatan \n\n \n Pengobatan aksonal difus yang dapat menyebabkan edema serebral dan peningkatan tekanan intracranial, sehingga pengobatan pertama sering mencakup pengurangan pembengkakan. Pengobatan termasuk obat-obatan oral dan teknik untuk mengurangi pembengkakan dan kadar cairan di otak. \n Kasus ringan dan sedang dengan gegar otak, proses pemulihan pasien pada awalnya akan mencakup periode istirahat yang diikuti dengan rehabilitasi intensif. \n Dalam kasus banyak, Cedera aksonal difus mengarah ke kematian atau vegetative. Jika pasien dapat sadar kembali, akan diperlukan rehabilitsi untuk membantu mendapatkan kembali kemampuan fungsionalnya. Dalam program rehabilitasi akan mencakup kombinasi terapi bicara, fisik, dan okupasi. \n \n\n \n\n Oleh karena itu, diffuse axonal injury merupakan jenis cedera pada otak traumatis yang disebabkan oleh trauma tumpul di kepala yang dapat menyebabkan gangguan pada saraf otak sehingga mengalami robekan serabut saraf yang mengakibatkan terjadinya pergeseran otak secara cepat di dalam tengkorak. Jika sahabat mengalami gejala tersebut segeralah melakukan konsultasi dengan dokter spesialis saraf agar mendapatkan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 28 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 10 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 25 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 10 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>