- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 26 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Insiden, Kematian dan Faktor Risiko Kanker Serviks<\/a><\/h3>
Kanker serviks adalah keganasan pada serviks, yaitu keganasan pada bagian terbawah uterus yang berhubungan dengan vagina. Di Indonesia, kanker serviks merupakan kanker kedua tersering pada wanita setelah kanker payudara, dengan jumlah kasus baru mencapai 36 ribu pada tahun 2020. \n\n Penyebab dari kanker serviks adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) tipe high risk, yang selain menjadi penyebab kanker serviks, juga dapat menyebakan kanker di vulva, vagina, laring, orofaring, sedangkan tipe low risk dapat menyebabkan penyakit seperti kutil kelamin yang sifatnya tidak ganas. Ketika terpapar virus HPV, sistem kekebalan tubuh dapat mencegah virus menyebabkan penyakit, tapi pada beberapa orang, virus ini dapat menetap pada tubuh dan bisa berkembang menjadi sel kanker. \n\n Penyakit kanker serviks dapat dicegah dan dideteksi lebih awal, dengan melakukan pemeriksaan papsmear berkala, pemeriksaan HPV – DNA, pemeriksaan IVA, dan juga kita dapat melakukan vaksinasi untuk melindungi diri dari infeksi virus HPV.Faktor risiko terjadinya kanker serviks adalah kontak seksual di usia muda, berganti pasangan seksual, riwayat penyakit menular seksual, merokok, dan kondisi immunocompromised. Gejala yang ditimbulkan bila kita terkena kanker serviks adalah perdarahan, baik perdarahan diluar siklus haid, perdarahan pasca menopause, maupun perdarahan pasca sanggama, keputihan berbau, dan nyeri pada panggul, yang biasanya terjadi pada kasus dengan stadium lanjut. \n\n Penyakit ini bisa diobati, dengan pilihan pengobatan yang disesuaikan dengan stadium penyakit, baik pembedahan, yaitu pengangkatan rahim dan kelenjar getah bening, sampai kepada kemoterapi dan radiasi. \n\n Bila dideteksi pada stadium awal, angka ketahanan hidup 5 tahun mencapai 90%, sedangkan bila ditemuka. Penyebaran ke organ sekitar atau kelenjar getah bening, angka ketahan hidup 5 tahun sekitar 50%. Setelah pengobatan kanker selesai, tetap disarankan untuk melakukan pemeriksaan berkala, untuk mengetahui adanya kemungkinan kekambuhan. Karena bahkan setelah pengobatan dilakukan secara lengkap, 1/3 wanita dapat mengalami kekambuhan, yaitu sekitar 1%-22% untuk stadium I – II dan 28% – 64% pada stadium II – IV. \n\n Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini maupun pencegahan kanker serviks, karena selain dapat mengetahui penyakit lebih awal, juga dapat mencegah stadium penyakit menjadi lebih tinggi, sehingga angka harapan kesembuhan pun diharapkan lebih baik. Dokter akan memastikan adanya materi genetik (DNA) dari HPV pada bagian serviks wanita yang terindikasi mengidap kanker serviks. Cara ini dapat dilakukan bersamaan dengan pap smear untuk lebih memastikan kanker serviks yang menyerang. \n\n Tak perlu menunggu mengalami masalah kesehatan tertentu untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan. Ada baiknya mulai menjadwalkan kunjungan periksa secara rutin ke dokter kandungan mulai dari usia remaja. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 24 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Operasi Pemisahan yang Berhasil dari Kembar Siam<\/a><\/h3>
Kembar siam adalah kembar yang dilahirkan dengan bagian tubuh saling menempel atau terhubung. Kondisi ini terjadi karena tidak sempurnanya pembelahan selama proses pembentukan kembar identik. Teori lain menyebutkan bahwa terjadi peleburan dua sel telur telah dibuahi yang awalnya terpisah. Kondisi ini termasuk langka, dengan angka kejadian satu dalam 200.000 kelahiran hidup. \n\n \n\n Kembar siam terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bagian tubuh yang menempel atau saling terhubung. \n\n \n Torakopagus (dempet dada) \n Omphalopagus (dempet perut) \n Pyopagus (dempet pada punggung dan bokong) \n Kraniopagus (dempet kepala) \n Ischiopagus (dempet panggul) \n Parapagus (dempet dengan posisi menyamping) \n Cephalopagus (dempet wajah) \n Rachipagus (dempet tulang belakang) \n \n\n \n\n Organ yang saling menempel atau terhubung pun bervariasi dari hanya kulit sampai sistem organ seperti otak, jantung, hati, saluran pencernaan, saluran kemih, tulang panggul. \n\n \n\n Pemisahan kembar siam membutuhkan tim multidisiplin melibatkan dokter anak, bedah saraf, bedah anak, bedah thorax, bedah ortopedi, bedah plastik, anestesi (bius), rehabilitasi medik, ahli gizi, pekerja sosial dan sebagainya. Tidak semua kasus kembar siam mampu dipisahkan, perlu evaluasi menyeluruh untuk menentukan bagian tubuh mana saja yang terhubung. Pembedahan ditentukan berdasarkan kondisi kedua bayi mempertimbangkan kelengkapan organ tubuh pada masing-masing bayi, kestabilan kondisi kesehatan kedua bayi, tingkat kesulitan operasi, komplikasi yang dapat muncul dan sebagainya. Kondisi yang menyebabkan pemisahan kembar siam tidak dapat dilakukan misalnya karena kedua bayi hanya memiliki satu jantung. \n\n \n\n Pasca pemisahan kembar siam, kedua bayi perlu menjalani perawatan lanjutan dan rehabilitasi untuk memastikan tumbuh kembang normal, dibantu oleh tim rehabilitasi medik dan pekerja sosial. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 24 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>