- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 21 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
Demam Si Kecil Tak Kunjung Turun, Cari tau Penyebabnya<\/a><\/h3>
Demam adalah salah satu gejala yang sering dialami anak-anak. Demam merupakan tanda bahwa tubuh sedang terserang infeksi atau mengalami peradangan. Demam merupakan gejala awal dari berbagai penyakit, biasanya bisa pulih dengan sendirinya setelah 3-5 hari setelah obat penurun panas. Namun, bila demam tidak kunjung sembuh hingga seminggu berturut-turut, ini bisa menandakan masalah yang lebih serius. \n\n Berikut kemungkinan penyebab demam pada anak tidak kunjung turun. \n\n 1. Penggunaan obat yang tidak tepat \n\n Penggunaan obat penurun panas bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh dan membuat anak merasa lebih nyaman, namun tidak efektif untuk mencegah kejang demam. Parasetamol merupakan pilihan lini pertama untuk menurunkan demam dan menghilangkan nyeri. Kombinasi dua antipiretik parasetamol dan ibuprofen secara selang seling setiap 4 jam tidak terbukti secara ilmiah memiliki efek antipiretik/analgesik yang lebih kuat dibanding penggunaan satu macam antipiretik. \n\n Indikasi pemberian obat penurun panas: \n\n Indikasi utama pemberian obat penurun panas adalah membuat anak merasa nyaman dan mengurangi kecemasan orangtua, bukan menurunkan suhu tubuh. Pemberian obat penurun panas diindikasikan untuk anak demam dengan suhu 38oC (pengukuran dari lipat ketiak). \n\n Dengan menurunkan suhu tubuh maka aktivitas dan kesiagaan anak membaik, dan perbaikan suasana hati (mood) dan nafsu makan juga semakin membaik. \n\n \n Dosis paracetamol yang direkomendasikan untuk anak usia 1 bulan sampai 12 tahun adalah 15 mg/kg berat badan. Diminum sebanyak 3 – 4 kali sehari atau setiap 4 – 6 jam. \n Dosis ibuprofen untuk anak usia 3 bulan sampai 12 tahun adalah 5 mg sampai 10 mg/kg berat badan. Diminum maksimal 3 kali sehari atau sekitar 6 – 8 jam. \n \n\n Aturan pakai yang tidak tepat dapat menyebabkan kinerja obat tidak efektif. Mungkin hal inilah yang menyebabkan demam pada anak tidak kunjung turun. \n\n 2. Penyebab utama tidak diatasi \n\n Seperti yang disampaikan sebelumnya, demam bukanlah penyakit, melainkan gejala adanya peradangan atau infeksi pada tubuh. Oleh karena itu, sambil minum obat penurun panas, Anda juga perlu memberikan pengobatan untuk infeksi yang si kecil alami agar demam anak segera turun. Sebaiknya periksakan penyebab demam anak ke dokter jika sudah 3 hari berturut-turut tidak mengalami penurunan walaupun sudah diberi penurun panas. \n\n Selain diberikan pengobatan secara medis, beberapa pengobatan secara fisik yang dapat menunjang yang dapat dilakukan di rumah antara lain: \n\n \n Tirah baring: \n \n\n Aktifitas fisik yang tinggi dapat meningkatkan suhu tubuh anak dengan demam dan tanpa demam. Walaupun demikian, pergerakan anak yang demam selama aktivitas normal tidak cukup menyebabkan demam. Memaksakan anak demam untuk tirah baring tidak efektif, tidak disenangi dan mengganggu secara psikologis. Suatu penelitian kontrol-kasus dari 1082 anak dengan demam, ditemukan bahwa tirah baring tidak menurunkan suhu secara signifikan. \n\n \n Kompres air hangat (tepid sponging): \n \n\n Tepid merupakan suatu kompres/sponging dengan air hangat. Penggunaan kompres air hangat di lipat ketiak dan lipat selangkangan (inguinal) selama 10-15 menit akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Jika dokter dan orang tua merasa kompres diperlukan (misalnya suhu tubuh meningkat lebih dari 40 derajat Celcius, yang tidak respon obat penurun panas, maka penting untuk memberikan obat penurun panas terlebih dahulu untuk menurunkan pusat pengatur suhu di susunan saraf otak bagian hipotalamus, kemudian dilanjutkan kompres air hangat. \n\n Sebagai tambahan informasi, Kompres dingin tidak direkomendasikan untuk mengatasi demam karena dapat meningkatkan pusat pengatur suhu (set point) hipotalamus, mengakibatkan badan menggigil sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh. Kompres dingin mengakibatkan pembuluh darah mengecil (vasokonstriksi), yang meningkatkan suhu tubuh. Selain itu, kompres dingin mengakibatkan anak merasa tidak nyaman. Kompres alkohol. Kompres dengan menggunakan etil alkohol 70% / isopropil alkohol dalam air juga tidak efektif menurunkan suhu, dan lebih superior dengan mengompres dengan air. Inhalasi alkohol selama kompres berbahaya menimbulkan hipoglikemia dan koma. \n\n Kapan harus ke dokter bila demam anak tidak turun? \n\n Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bila demam pada anak tidak kunjung turun selama 3 hari, sebaiknya segeralah berkonsultasi ke dokter guna mencari solusi yang terbaik. \n\n Selain itu, Anda juga bisa melakukan upaya-upaya berikut. \n\n \n Memperbaiki dosis obat dan aturan pakainya. Usahakan ia minum sesuai jadwal dengan teratur. \n Mencoba mengganti obat misalnya dari paracetamol ke ibuprofen. Namun, pastikan si kecil makan lebih dahulu sebelum minum ibuprofen. \n Jangan mencampur ibuprofen dan paracetamol untuk mengatasi demam pada anak. Jangan pula berikan aspirin pada bayi atau balita. \n Kompres kepala atau mandi air hangat agar menurunkan suhu tubuh dengan lebih cepat. \n Pastikan si kecil banyak minum air putih dan makan makanan bergizi terutama buah dan sayur. \n \n\n Membawa bayi dan anak yang sedang demam ke dokter akan membantu mengoptimalkan penanganan sesegera mungkin sekaligus mencegah kondisinya bertambah parah. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Daan Mogot<\/a><\/li>
- 25 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Awas!! Kenali Polio<\/a><\/h3>
Polio adalah penyakit yang sangat berbahaya karena bisa menimbulkan terjadinya lumpuh dan cacat seumur hidup. Penyebab penyakit ini karena adanya infeksi virus yang menyerang sistem saraf. \n\n \n\n Gejala yang dialami adalah lumpuh layuh. \n\n \n\n Apa itu lumpuh layuh? Lumpuh layuh adalah semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan bersifat layuh dan lemas pada seluruh tubuh secara mendadak pada anak dibawah usia 15 tahun. \n\n \n\n Cara penularan polio adalah melalui air atau makanan yang tercemar oleh tinja yang mengandung virus polio. Virus ini dapat ditularkan dari orang ke orang melalui Fekal-Oral tersebut masuk melalui rongga mulut atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah. \n\n \n\n Selain belum mendapatkan vaksin polio, beberapa kondisi ini juga memperberat resiko tertularnya polio \n\n \n\n - tinggal di daerah sanitasi yang buruk \n\n \n\n - akses air bersih terbatas \n\n \n\n - bekerja sebagai petugas kesehatan yang menangani pasien polio \n\n \n\n - melakukan perjalan perjalanan ke daerah yang pernah mengalami wabah polio \n\n \n\n Virus ini biasa menyerang anak dibawah usia 5 tahun dan belum mendapatkan imunisasi polio. Gejala lain yang bisa ditemukan adalah gangguan pada saraf pernapasan sehingga terjadi kesulitan bernapas. \n\n \n\n Gejala polio dapat dibagi menjadi dua jenis \n\n \n\n Polio non paralisis \n\n Jenis polio ini tidak menyebabkan kelumpuhan. Muncul 6-20 hari setelah terkena virus dan bersifat ringan \n\n \n\n Gejala yang dialami diantaranya \n\n \n\n - demam \n\n \n\n - sakit kepala \n\n \n\n - lemas \n\n \n\n - nyeri tenggorokan \n\n \n\n - otot lemah \n\n \n\n - muntah \n\n \n\n Polio paralysis \n\n Jenis polio yang menyebabkan terjadinya kelumpuhan saraf tulang belakang dan otak secara permanen. Kondisi ini adalah jenis polio yang paling berbahaya. \n\n \n\n Dalam waktu 1 minggu, gejala yang bisa muncul diantaranya hilang refleks tubuh, ketegangan otot yang terasa nyeri, dan tungkai dan lengan terasa lemah. \n\n \n\n Imunisasi adalah pencegahan efektif pada penyakit polio. Pencegahan penularan ke orang lain melalui kontak langsung (droplet) dengan menggunakan masker bagi yang sakit maupun yang sehat. Selain itu mencegah pencemaran lingkungan (fecal-oral) dan pengendalian infeksi dengan menerapkan buang air besar di jamban dan mengalirkannya ke septic tank. \n\n \n\n Segera melakukan pemeriksaan ke dokter jika buah hati mengalami gejala serupa. Karena polio dapat dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan dalam beberapa waktu setelah terinfeksi \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 21 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, pada umumnya sebagai orangtua tentunya kita ingin agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki anak. Sebelum membahasnya lebih lanjut, kita harus mengenal terlebih dahulu apa itu pertumbuhan dan perkembangan pada anak. \n\n Pertumbuhan yaitu peningkatan pada ukuran atau bagian tubuh pada anak yang meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan. Sedangkan Perkembangan yaitu peningkatan kemahiran berbagai keterampilan (kemampuan) seperti ketegakan kepala, berbicara, belajar, mengekspresikan perasaan dan berhubungan dengan orang lain. \n\n Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu faktor genetik/keturunan yang dapat berpengaruh pada tinggi badan anak, percepatan pertumbuhan pada anak perempuan juga lebih cepat saat pubertas. Selain itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu seperti nutrisinya, infeksi yang masuk ke tubuhnya, faktor sosial, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap emosi, dan faktor kultural. \n\n Dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan pada anak, terdapat peran nutrisi di awal kehidupan (1000 Hari Pertama Kehidupan). Untuk Jangka pendeknya, nutrisi yang dapat mempengaruhi perkembangan otak sehingga juga berpengaruh pada pertumbuhan dan komposisi massa otot tubuh untuk pengaturan metabolisme, glukosa, lemak, protein dan hormon anak. Sedangkan dalam jangka panjang, kognitif dan kemampuan belajar dipengaruhi sistem imunitas, sehingga mencegah penyakit tidak menular (DM, obesitas, tekanan darah tinggi, kanker, stroke, dan penuaan). \n\n Mengapa nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan penting? karena dampak yang ditimbulkan apabila terjadi malnutrisi (nutrisi yang buruk) pada periode ini bersifat permanen dan berjangka panjang. Bahkan dapat terjadi stunting. Stunting adalah gangguan pertumbuhan yang dikarenakan nutrisi yang tidak optimal. Stunting akan berdampak pada kecerdasan anak serta risiko timbulnya penyakit degeneratif (obesitas, DM, penyakit jantung koroner, dll) dikemudian hari. \n\n Demikian untuk penjelasan mengenai pentingnya deteksi dini tumbuh kembang anak. Perlu diketahui bahwa stunting dapat dicegah dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas protein yang dikonsumsi balita. Kemudian apabila bunda ingin berkonsultasi masalah kesehatan si kecil atau untuk keluhan yang lain seperti mengalami gangguan baik dari sisi fisik, mental dan sosial,maupun Klinik Tumbuh Kembang segera kunjungi dokter spesialis Anak, atau Rehabilitasi Medik (Fisioterapis, Terapis wicara, okupasi terapis), Ahli gizi di RSU Hermina Solo. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 28 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Penyakit Kawasaki, Si Penyerang Balita<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, seperti yang dikutip pediatrics.ucsd.edu, Kawasaki adalah penyakit yang disebabkan peradangan pembuluh darah di seluruh tubuh. Penyakit ini ditemukan di Jepang pada 1967 oleh seorang dokter anak bernama Kawasaki. Untuk menghargai jasanya, penyakit ini pun dinamai Kawasaki. Penyakit Kawasaki selalu menyerang anak-anak terutama anak usia di bawah lima tahun yang awalnya menyerang mulut, kulit, dan kelenjar getah bening. \n\n Penyakit Kawasaki bukan penyakit infeksi dan tidak menular. Penyakit ini menimbulkan gejala berupa demam dan ruam kulit kemerahan yang muncul hampir di seluruh bagian tubuh. Untuk mencegah peradangan pada dinding pembuluh darah jantung, penyakit Kawasaki perlu segera ditangani begitu gejalanya muncul. Jika mendapat penanganan dini, anak yang menderita penyakit Kawasaki dapat sembuh total dalam 6–8 minggu. \n\n Penyebab Penyakit Kawasaki \n\n Hingga saat ini, apa yang menyebabkan seorang anak terserang penyakit kawasaki masih belum dapat diketahui. Akan tetapi, teori dari para pakar menyatakan bahwa masalah kesehatan ini muncul karena adanya infeksi virus maupun bakteri yang sudah lebih dulu terjadi. Setidaknya dua minggu sampai satu bulan sebelumnya. Tak hanya itu, penyakit yang tidak menular ini juga diduga berhubungan dengan kelainan genetik yang diwariskan dari orangtua. \n\n Gejala Penyakit Kawasaki \n\n Melansir dari Mayo Clinic, Penyakit Kawasaki muncul dalam tiga fase, yaitu: \n\n Fase Pertama, tanda dan gejala fase pertama dapat meliputi: \n\n \n Demam tinggi, yang bisa mencapai lebih dari 102,2 F (39 derajat C) dan berlangsung lebih dari 3 hari. \n Mata yang sangat merah. \n Ruam pada bagian utama tubuh dan di area genital. \n Bibir merah, kering, pecah-pecah dan lidah yang sangat merah, serta bengkak. \n Kulit merah membengkak di telapak tangan dan telapak kaki. \n Pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan mungkin di tempat lain. \n Sifat anak yang rewel. \n \n\n Fase kedua, pada fase kedua penyakit ini, anak Anda mungkin mengalami: \n\n \n Kulit di tangan dan kaki yang mengelupas, terutama ujung jari tangan dan kaki, dan agak besar. \n Nyeri sendi. \n Diare. \n Muntah. \n Sakit perut. \n \n\n Fase ketiga, pada fase ketiga Penyakit Kawasaki: \n\n \n Tanda-tanda dan gejala perlahan hilang, namum komplikasi mulai berkembang. \n Biasanya terjadi selama 8 minggu, sebelum akhirnya energi anak normal kembali. Hubungi dokter jika Si Kecil menunjukkan gejala-gejala ini. \n Anak-anak yang lebih muda dari 1 atau lebih tua dari 5 tahun, lebih mungkin untuk menunjukkan gejala yang tidak lengkap. Anak-anak ini merupakan 25% dari kasus penyakit Kawasaki yang berisiko tinggi mengalami komplikasi penyakit jantung. \n \n\n Perawatan dan Pencegahan Penyakit Kawasaki \n\n Perawatan untuk penyakit kawasaki pada anak, tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan umum anak kita. Ini juga akan tergantung pada seberapa parah kondisi yang diderita. Perawatan biasanya dimulai setelah muncul tanda awal pada anak. Anak mungkin perlu tinggal di rumah sakit selama beberapa hari atau lebih. \n\n Penyedia layanan kesehatan anak mungkin meresepkan gamma globulin (IVIG) aspirin atau IV (intravena). Kortikosteroid dan obat-obatan lain juga dapat diresepkan jika aspirin dan IVIG tidak bekerja dengan baik. Begitu anak Anda tiba di rumah, ia mungkin perlu mengonsumsi aspirin dosis rendah selama 6-8 minggu. Jangan berikan aspirin pada anak tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter kesehatan anak. \n\n Karena, penyebab pasti penyakit kawasaki belum diketahui hingga saat ini, maka tidak ada cara untuk mencegah penyakit tersebut. Akan tetapi, pemeriksaan rutin pada penderita penyakit kawasaki penting dilakukan untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul. \n\n Pemeriksaan rutin dilakukan hingga 6-8 minggu setelah timbulnya gejala pada anak yang menderita penyakit kawasaki. Selanjutnya, disarankan untuk kembali menjalani pemeriksaan 6 bulan setelah kontrol terakhir. \n\n Nah Sahabat Hermina, beberapa kasus penyakit kawasaki yang parah memerlukan tindakan pembedahan dan sebagian kecil anak-anak bahkan bisa mengalami kematian. Risiko komplikasi ini akan menjadi lebih besar jika terjadi pada bayi. Anda mungkin perlu menindaklanjuti dengan dokter spesialis jantung anak untuk memastikan jantungnya berfungsi dengan baik. Anak mungkin memerlukan obat, tindak lanjut sinar-X, ekokardiogram, EKG (elektrokardiogram), atau tes lainnya. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 23 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
Badan Anak Kaku, Waspada Cerebral Palsy<\/a><\/h3>
Cerebral Palsy (CP) atau lumpuh otak merupakan gangguan gangguan tumbuh kembang pada masa kanak-kanak. Gangguan tersebut ditunjukkan dengan adanya kelainan tonus otot, postur atau posisi tubuh, koordinasi motorik, serta kelainan neurologis lain yang menyertainya. \n\n Cerebral Palsy sebenarnya bukan penyakit bawaan. Proses dimulainya gangguan tumbuh kembang ini dimulai pada awal tahap awal kehidupan atau sejak bayi baru saja lahir. Kondisi CP tersebut disebabkan karena adanya kerusakan pada jaringan otak yang masih berkembang. \n\n Masalah klinis utama yang dihadapi pada pasien dengan Cerebral Palsy adalah gangguan motorik (gerak). Gangguan motorik ini melibatkan otot dan saraf sehingga pasien dengan CP akan mengalami kesulitan dalam berjalan atau bahkan tidak bisa berjalan sama sekali. \n\n Gejala atau tanda Cerebral Palsy muncul pada saat masih bayi atau usia pra sekolah. Manifestasi gangguan motorik pada pasien CP antara lain : refleks yang berlebihan (hyper-reflexia), kekakuan pada sebagian atau seluruh anggota tubuh, gerakan yang tidak disadari (involunter), cara berjalan yang tidak stabil atau kombinasi dari semuanya. Kekakuan otot yang dialami dapat mengurangi lingkup gerak sendi di berbagai persendian tubuh. Ketidakseimbangan otot mata juga membuat penderita Cerebral Palsy mengalami masalah saat proses makan, yang disebabkan karena gangguan fokus penglihatan. \n\n Kondisi Cerebral Palsy akan dialami seumur hidup dengan kondisi yang semakin berat apabila tidak mendapat terapi khusus. Beberapa individu mengalami kondisi tersebut dengan derajat yang ringan akan tetapi sebagian lagi mungkin saja mengalami gejala yang lebih parah. Manifestasi neurologis yang dapat menyertai keadaan Cerebral Palsy salah satunya adalah epilepsi (kejang). \n\n Apabila bagian tubuh yang terdampak Cerebral Palsy hanya sebagian sisi saja (kiri atau kanan) disebut dengan Cerebral Palsy hemiplegia. Namun apabila berdasarkan keterlibatan jumlah anggota gerak tubuh (dua lengan, dua tungkai), Cerebral Palsy dapat dikelompokkan menjadi hemiplegia, diplegia, paraplegia, atau quadriplegia. \n\n \n\n Tanda dan gejala Cerebral Palsy \n\n Cerebral Palsy berdasarkan derajatnya dapat digolongkan ke dalam derajat ringan, sedang, atau berat dengan tanda yang berbeda pada setiap usianya, yaitu: \n\n 1. Bayi usia kurang dari 6 bulan \n\n Secara umum bayi yang berusia dibawah 6 bulan yang mengalami Cerebral Palsy akan menunjukkan tanda sebagai berikut: \n\n \n Tidak mengangkat kepala ketika sedang ditarik tangannya \n Tubuhnya terkulai lemas seperti tidak bertenaga \n Tubuh akan menjauh ketika sedang dipeluk \n Ketika tubuhnya diangkat maka kaki akan menyilang dan kaku \n \n\n 2. Bayi usia lebih dari 6 bulan \n\n Gejala Cerebral Palsy pada usia ini sebagai berikut: \n\n \n Mengulurkan hanya dengan satu tangan sambil mengepal \n Kesulitan mengunyah makanan \n \n\n 3. Bayi usia lebih dari 10 bulan \n\n Pada bayi yang berusia diatas 10 bulan, memiliki gejala yang lebih jelas, yaitu: \n\n 1. Merangkak dengan posisi miring, mengambil barang dengan satu tangan serta kaki yang diseret. \n\n 2. Menggerakkan bokong dengan posisi duduk tanpa merangkak \n\n \n\n Penyebab Cerebral Palsy \n\n Cerebral Palsy dapat disebabkan karena berbagai faktor pada masa kehamilan atau saat persalinan misalnya kurangnya pasokan oksigen ketika bayi lahir (asfiksia), keadaan bayi kurang bulan (prematur), bayi berat lahir rendah (BBLR), infeksi susunan saraf pusat (SSP) saat neonatus, adanya kejang saat lahir, sehingga timbul kerusakan jaringan otak yang menetap. \n\n Faktor risiko lainnya antara lain: \n\n 1. Infeksi masa kehamilan berupa Toksoplasmosis, Sifilis atau Rubella \n\n 2. Proses persalinan yang sulit \n\n 3. Gangguan pembuluh darah otak sehingga terjadi pendarahan pada otak bayi atau suplai darah ke otak terputus \n\n 4. Kepala bayi mengalami cedera saat sebelum lahir \n\n 5. Rendahnya kadar gula darah \n\n Bayi lahir bisa mengalami peningkatan risiko Cerebral Palsy karena beberapa faktor berikut ini: \n\n 1. Bayi lahir prematur (usia kehamilan kurang dari 37 minggu) \n\n 2. Bayi lahir dengan berat lahir rendah \n\n 3. Bayi dari kelahiran ganda, seperti kembar atau triplet \n\n 4. Selama masa kehamilan, ibu merokok, minum banyak alkohol atau menggunakan obat-obatan seperti kokain \n\n \n\n Cara pengobatan Cerebral Palsy \n\n Cerebral Palsy memang akan dialami seumur hidup. Dokter pada umumnya akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin dan mengamati perkembangan gejala penderita. \n\n Deteksi dini dan diagnosis yang tepat sangatlah penting agar langkah penanganan dan terapi dapat dilakukan sedini mungkin sehingga anak terhindar dari komplikasi yang dapat mengganggu kualitas hidup anak. Penanganan yang dilakukan adalah untuk memperbaiki keterbatasan, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup (quality of life) antara lain: \n\n 1. Penggunaan alat bantu yang berupa kacamata, alat bantu dengar, alat bantu jalan, penyangga tubuh dan kursi roda. \n\n 2. Gejala spastisitas (kekakuan) otot dapat diobati dengan menggunakan obat-obatan relaksan otot. Relaksasi otot ini akan membantu mengurangi rasa sakit yang dialami penderita. \n\n 3. Melakukan operasi bedah ortopedi untuk memperbaiki lingkup gerak sendi dan meningkatkan mobilitas. \n\n 4. Secara rutin melakukan terapi wicara, terapi fisik, terapi rekreasi, konseling atau psikoterapi serta konsultasi layanan sosial. \n\n Cerebral palsy sulit dideteksi ketika bayi masih di dalam kandungan. Namun, beberapa faktor risiko dapat dideteksi, seperti infeksi, hipertensi, dan perdarahan selama kehamilan. Tim Dokter dapat menangani kondisi tersebut apabila orang tua segera berkonsultasi dengan dokter di Rumah Sakit Hermina terdekat atau Sahabat Hermina juga dapat berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis melalui aplikasi "Halo Hermina." \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 15 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
18 Fakta Batuk Pilek Pada Anak Menurut Dokter Spesialis Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, Di musim pancaroba ini, banyak anak yang batuk pilek ya Bunda. Lalu kapan harus di bawa ke rumah sakit? dan bagaimana cara tepat mengatasinya? Yuk simak tanya jawab seputar batuk pilek pada anak berikut ini bersama dr. Eka Sari Astuti, Sp.A! \n\n \n Apa yang harus dilakukan jika anak batuk pilek ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Bila gejala ringan, sebaiknya tidak diberikan terlalu banyak obat-obatan. Istirahat cukup, makan minum yang bergizi, mengatur suhu ruangan yang nyaman, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, elevasi kepala saat tidur untuk mengurangi gejala hidung tersumbat, dll. \n\n Bila gejalanya mengganggu, maka bisa diberikan obat-obatan simptomatik untuk mengurangi gejala, misalnya paracetamol untuk menurunkan demam atau sakit kepala, tetes salin atau dekongestan untuk mengurangi lendir hidung dan mengurangi gejala hidung tersumbat, pengencer lendir (mukolitik) dan lain sebagainya. \n\n Anak perlu dibawa ke dokter bila ada gejala ‘Alarm’ antara lain: Demam tinggi lebih dari 2 hari, atau demam sudah turun beberapa hari kemudian demam lagi, gejala tidak kunjung membaik bahkan makin parah, terdengar mengi atau nafas berbunyi seperti pada serangan asma, nafas cepat, nafsu makan turun, kurang aktif, anak tampak lemah, tidak mau menyusu pada bayi atau sakit telinga. \n\n \n\n \n Berapa lama biasanya batuk pilek pada anak (masih dalam hitungan normal) ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Insidens batuk pilek ringan pada anak usia balita biasanya sekitar 5-7 episode per tahun dengan durasi sakit sekitar 7 -10 hari. Kita perlu waspada bila batuk pilek berlangsung lebih lama dan tidak kunjung sembuh. Terlebih bila batuk pilek disertai tanda Alarm yang sudah disebutkan di atas. (Batuk pilek disebut kronis bila durasi melebihi 14 hari). \n\n \n\n \n Apakah anak yang batuk berdahak apakah perlu dinebu atau diuap ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Nebu atau Nebulizer adalah salah satu teknik terapi inhalasi atau hirupan ke dalam saluran nafas. Nebulizer akan mengubah obat cairan menjadi aerosol atau partikel kecil yang masuk ke organ target saluran nafas, baik saluran nafas atas maupun saluran nafas bawah. \n\n Tujuan nebulizer: 1). Melebarkan saluran nafas atau mengurangi sesak nafas akibat menyempitnya saluran nafas misalnya pada asma. Jenis obat yang digunakan adalah bronchodilator yang bekerja melebarkan saluran nafas dan mengurangi sesak. 2). Mengurangi reaksi peradangan (inflamasi) pada saluran nafas. Jenis obat yang dipakai antara lain dari golongan steroid. 3). Mengencerkan lendir pada saluran nafas. Jenis obat yang digunakan adalah larutan saline hipertonik. \n\n Sehingga disini kunci utama adalah indikasi terapi dan pemilihan jenis obatnya. Hal ini biasanya tergantung dari keluhan dan pemeriksaan fisik pasien. Biasanya dokter akan membantu meresepkan dan memilihkan obat nebulizer yang akan dipakai di rumah. \n\n \n\n \n Apakah boleh bayi yang sedang batuk pilek diberikan nebu dengan obat ½ dosis tanpa resep ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Terapi nebulizer memiliki beberapa tujuan/manfaat seperti disebutkan di atas. Pemilihan jenis obat dan juga frekuensi pemberian obat nebulizer sebaiknya disesuaikan dengan tujuan terapi. Biasanya dokter akan membantu meresepkan jenis obat nebulizer yang paling sesuai untuk kondisi anak. \n\n \n\n Tergantung pada jenis alatnya, nebulizer memerlukan volume minimal agar obat dalam bentuk cairan diubah menjadi aerosol atau partikel kecil yang dihirup ke saluran nafas dan mencapai oran targetnya. Biasanya alat nebulizer memerlukan minimal volume 4 ml. Volume obat yang kurang akan mempengaruhi delivery aerosol pada saluran nafas. \n\n \n\n \n Apakah anak dengan asma apa perlu nebulizer di rumah ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Penggunaan nebulizer pada asma sangat efektif untuk mengurangi gejala nafas saat serangan asma dan dapat meminimalkan risiko efek samping obat. \n\n \n\n \n Apakah anak yang sering pilek boleh cuci hidung menggunakan NaCl agar cepat sembuh ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Dengan teknik yang benar, tindakan cuci hidung atau irigasi nasal (Nasal Saline Irrigation/NSI) aman dilakukan pada anak dan bermanfaat untuk mengencerkan lendir hidung dan mengurangi gejala hidung tersumbat. Mekanisme kerja NSI adalah membuang mediator penyebab reaksi radang, mengurangi produksi lendir dan memperbaiki kelembaban hidung. Yang perlu diperhatikan adalah kebersihan cairan dan alat yag digunakan untuk mencegah kontaminasi kuman. \n\n \n\n \n Bayi usia 1 bulan yang batuk pilek apakah harus langsung dibawa periksa ke dokter ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Bayi merupakan kelompok khusus karena memiliki risiko yang lebih tinggi karena sistem imun yang belum bekerja sempurna. Selain itu bayi dan anak memiliki anatomi saluran nafas yang berbeda dibandingkan dewasa. Diameter saluran nafas pada anak lebih kecil dibanding dewasa (sekitar 1:5) sehingga lebih mudah terjadi sesak nafas yang bisa berakibat fatal. Mempertimbangkan kondisi tersebut, maka bayi yang masih sangat kecil bila menunjukkan gejala batuk pilek sebaiknya dibawa ke dokter. \n\n \n\n \n Apa bedanya batuk pilek dengan penyakit pernafasan berat yang lain ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Bapil (batuk pilek) atau istilah lainnya common cold merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari hidung tersumbat, bersin, produksi lendir di hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Biasanya gejalanya ringan, bersifat akut (berlangsung sekitar 7-10 hari) , disebabkan oleh virus dan bisa sembuh spontan bila daya tahan tubuh baik. Namun bila sistem imun kurang baik, common cold mungkin akan menyebabkan komplikasi seperti infeksi telinga (otitis media), asma, bronchitis atau pneumonia (radang paru). \n\n Common cold merupakan infeksi saluran bagian atas. Biasanya yang berpotensi serius adalah infeksi saluran nafas yang melibatkan saluran nafas bagian bawah (infeksi laring di area pita suara ke bawah sampai jaringan paru-paru). Jumlahnya sekitar 5% dari seluruh infeksi saluran nafas pada anak. Gejalanya akan lebih berat, antara lain nafas cepat, tarikan dinding dada yang menunjukkan sesak nafas. \n\n \n\n \n Anak batuk pilek baru sehari/dua hari, bolehkah langsung dibelikan obat di apotek ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Obat batuk pilek yang masuk kategori obat bebas (yang bisa dibeli tanpa resep dokter) atau istilah lainnya OTD (Over The Counter), biasanya obat-obatan penghilang gejala seperti penurun panas, dekongestan, pengencer lendir, obat yang mengurangi refleks batuk dll. \n\n Obat-obat tersebut boleh langsung dibeli sendiri dengan memperhatikan aspek keamanannya, antara lain pemilihan obat yang tepat, rentang dosis sesuai yang dianjurkan dan efek samping yang minimal. Bila obat dibeli di apotek, apoteker bisa membantu memberikan informasi dan konseling agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional. \n\n \n\n \n Jika anak sering terkena pilek itu tanda anak terkena sinusitis ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Pilek (yang ditandai hidung tersumbat dan produksi lendir hidung) merupakan salah satu gejala pada sinusitis. Namun tidak hanya pilek, sinusitis biasanya menunjukkan gejala lain seperti nyeri pada wajah, ingus yang kental, post nasal drip (menumpuknya lendir kental di hidung atau tenggorokan yang pada anak menunjukkan gejala sering berdehem), anosmia/hiposmia (berkurangnya penciuman) dll. Pemeriksaan penunjang yang membantu menegakkan diagnosis sinusitis adalah Rontgen, CT Scan dan pemeriksaan mikrobiologi dari spesimen lendir hidung. \n\n \n\n \n Anak sering sekali batuk pilek, baru saja sembuh sudah kambuh lagi, disebabkan apa ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Sering batuk pilek pada anak bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1) faktor paparan virus, 2) faktor daya tahan tubuh yang kurang baik, 3) faktor alergi, 4) faktor lingkungan (paparan asap rokok, debu, hewan piaraan, sirkulasi udara/paparan sinar matahari yang kurang sanitasi yang kurang baik), 5) faktor risiko penyakit (tonsilitis/amandel, asma). \n\n Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah batuk pilek berulang adalah memberikan makanan bergizi seimbang, memperbaiki lingkungan yang kurang baik, pola hidup bersih dan sehat seperti rajin mencuci tangan, cukup istirahat, pemberian suplemen vitamin dan vaksin tambahan. \n\n \n\n \n Kalau anak batuk pilek sudah sembuh kemudian selang 1 minggu batuk lagi disertai demam, apakah perlu minum antibiotik lagi ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Mayoritas batuk pilek pada anak disebabkan oleh virus. Pemberian antibiotik dipertimbangkan untuk beberapa kondisi, antara lain: terjadinya infeksi sekunder bakteri seperti infeksi telinga, sinusitis dan radang paru (pneumonia) atau masa sakit yang sudah berlangsung lebih dari 10 hari tanpa perbaikan. \n\n Gejala batuk dan demam yang muncul kembali setelah batuk pilek sebelumnya bisa merupakan episode sakit yang baru atau masih dalam satu episode dengan batuk pilek sebelumnya. Pemeriksaan oleh dokter akan membantu sebagai dasar pemberian obat yang tepat. \n\n \n\n \n Bagaimana posisi tidur yang tepat saat anak mengalami batuk berdahak ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Saat batuk pilek, posisi elevasi kepala lebih tinggi akan membantu anak lebih mudah bernafas saat tidur, mengurangi batuk dan mengurangi gejala hidung tersumbat. Atur posisi tidur dengan bantal yang lebih tinggi atau dengan menambahkan satu bantal. \n\n \n\n \n Kalau anak bapil tapi sudah waktunya vaksin, baiknya vaksin ditunda dulu atau gimana ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Anak yang sakit ringan masih diperbolehkan mendapat imunisasi karena sakit ringan yang dialami anak tidak akan memengaruhi respons tubuh terhadap imunisasi. Kecuali bila bayi sangat rewel, imunisasi dapat ditunda 1-2 minggu kemudian. \n\n \n\n \n Kapan boleh PCR ketika anak bapil ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Dengan memendeknya masa inkubasi virus Covid varian yang baru, test PCR bisa dilakukan segera setelah muncul gejala. \n\n \n\n \n Bayi dengan Riwayat lahir gagal nafas karena pneumonia, kemudian terkena bapil, apakah berbahaya ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Tanda bahaya (danger sign) yang perlu diperhatikan pada bayi/anak dengan batuk pilek antara lain tanda nafas cepat, kesulitan bernafas atau sesak nafas, anak tampak pucat dan lemah atau tidak mau menyusu pada bayi. \n\n \n\n \n Mengapa anak dengan jantung bawaan seperti ASD 2, stenosis pulmonary lebih sering bapil ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Jantung dan paru adalah dua organ yang saling berkaitan. Jantung memompa darah ke paru-paru untuk oksigenasi, kemudian pembuluh darah membawa darah kaya oksigen ke seluruh tubuh. Jika kemampuan jantung terganggu, maka akan menyebabkan kongesti atau bendungan pada paru sehingga paru akan menjadi lebih rentan dan lebih mudah terjadi batuk pilek. \n\n \n\n \n Ketika anak batuk berdahak tapi belum bisa mengeluarkan lendir, dahaknya keluar lewat mana ? \n \n\n Jawabannya : \n\n Mekanisme mengeluarkan lendir (mukus) di saluran pernapasan pada anak melalui menelan atau muntah pada bayi kecil. \n\n \n\n Demikian penjelasan yang dapat disampaikan mengenai kondisi seperti yang sudah disebutkan terkait Q&A batuk pilek pada anak. Apabila mengalami keluhan, sebaiknya si kecil segera periksakan ke Dokter Spesialis Anak RSU Hermina Solo ya. Untuk jadwal dapat dicek melalui website kami atau menghubungi 0821-3552-2454. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 25 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Penyakit Tuberkulosis pada Anak<\/a><\/h3>
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang dapat menyerang segala usia termasuk anak-anak. TB pada anak-anak terjadi akibat anak menghirup bakteri Mycobacterium tuberculosis yang berada diudara. Bakteri tersebut yang kemudian masuk kedalam paru-paru dan dapat berkembang ke bagian tubuh lainnya,seperti ginjal, tulang belakang, hingga otak. \n\n Anak yang terkena Tuberkulosis kemungkinan besar tidak akan tertular dari teman-teman sebayanya, melainkan dari penderita tersebut orang dewasa. \n\n Ketika orang dewasa yang menderitaTB batuk atau bersin, bakterti tersebut akan menyebar ke udara. Pada saat itulah terjadinya penularan penaykit TB ke orang-orang disekitar baik ke anak-anak maupun orang dewasa. Anak-anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah memiliki risiko tinggi untuk tertular atau terkan TB anak. \n\n Sebagai orangtua, tentu harus mengetahui informasi kesehatan lebih dalam. Gejala tuberkulosi pada anak dapat muncul berbeda-beda pada masing-masing anak. Berikut adalah gejala tuberkulosi pada anak, di antaranya: \n\n \n Terjadi demam tidak terlalu tinggi selama 2 minggu atau lebih \n Berat badan turun tanpa sebab atau tidak ada perubahan \n Terdapat benjolan di area leher \n Sering batuk lebih dari 2 minggu \n Merasa lemah, lesu, letih dan lelah \n \n\n \n\n Infeksi Tuberkulosi pada Anak \n\n Infek TB pada anak dibagi menjadi dua tahap, yaitu: \n\n Tahap paparan (exposure) \n\n Di Tahap ini, anak yang sudah terinfeksi bakteri TB. Akan tetapi jika daya tahan tubuh anak kuat, bakteri TB dapat ditekan pertumbuhannya sehingga tidak menimbulkan gejala apa pun pada anak. \n\n Sebagai besar kasus TB pada anak, infeksi hanya sampai pada tahap paparan. Jika seperti itu, anak tidak mengalami keluhan apa pun meskipun hasil dari pemeriksaan tuberculin menunjukan bahwa anak pernah terpapar kuman TBC. \n\n Tahap penyakit TB aktif \n\n Jika daya tahan tubuh anak tidak dapat mampu melawan bakteri dari tuberkulosi yang masuk, makan bakteri tersebut akan berkembang biak dan menyebabkan penyakit tuberkulosi. \n\n \n\n Pemeriksaan Tuberkulosi pada Anak \n\n Meskipun sudah melakukan pemeriksaan fisik dan rontgen dada, bisa saja tanda-tanda infeksi TB pada anak tidak ditemukan. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang lebih akurat, dokter akan melakukan tes kulittuberkulin atau tes mantoux pada anak. \n\n Tes mantoux dilakukan guna untuk mengetahui apakah anak pernah terpapar bakteri tuberculosis atau tidak. Jika hasil tes tuberkullin positif, maka kemungkinan anak telah terinfeksi, apabila gejalanya memang mendukung. \n\n Selain tes tuberculin atau tes mantoux, dokter juga akan melakukan pemeriksaan kultur dahak dan dahak untuk mengetahui apakah kuman Tb ada di dalam tubuh anak khususnya di saluran pernapasan anak. \n\n \n\n Pengobatan Tuberkulosi pada Anak \n\n Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) merupakan vaksin untuk mencegah penyakit TBC dan merupakan vaksin yang wajib diberikan kepada anak-anak. Diketahui, bahwa setelah melakukan vaksinasi BCG bukan berarti anak-anak tidak akan tertular atau terkena tuberkulosi, tetapi vaksin BCg dapat melemahkan dan meminimalisir tertular infeksi TB sehingga vaksin BCG dapat meringankan bakteri TB jika Si anak terpapar bakteri Mycobacterium tuberculosis. \n\n Saat ini TB sudah ditemukan obatnya yang harus secara rutin dan teratur diminum agar dapat sembuh. Obat tuberkulosi harus diminum selama waktu 6 bulan tanpa putus. Walaupun tuberkulosi sudah ditemukan obatnya, namun untuk beberapa orang dapat terjadi resisten atau kebal obat tertentu maupun beberapa jenis obat lainnya. \n\n Perlu diperhatikan bahwa penyakit TB juga berbahayanya pada anak bila tidak segera ditangani seperti dapat menimbulkan paru kuncup atau biasa disebut dengan atelectasis yaitu kondisi paru-paru terisi air sehingga udara tidak dapat masuk dan dapat menyerang otak yang disebut dengan penyakit meningitis tuberculosis \n\n Oleh karena itu, untuk mencegah penyakit TB anak dan memperkuat daya tahan tubuh Si Anak dengan memberikan vaksin wajib (vaksin BCG), tidak lupa juga untuk memenuhi asupan gizi dan rajin berolahraga secara teratur agar tumbuh kuat dan tidak mudah terkena penyakit lain. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kendari<\/a><\/li>
- 24 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
YUK LENGKAPI IMUNISASI ANAK DI MASA NEW NORMAL<\/a><\/h3>
Pandemi COVID-19 yang hari ini telah menginfeksi lebih dari 7000 jiwa telah memberikan beban besar di sistem kesehatan. Sumber daya Indonesia baik di bidang kesehatan maupun non-kesehatan telah banyak dialihfungsikan untuk penanganan COVID-19, termasuk pengalihan fungsi rumah sakit dan tenaga kesehatan untuk menangani COVID-19. Untuk memastikan sistem kesehatan tidak semakin terbebani dengan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, maka kita semua harus berperan aktif unutk memastikan anak-anak usia bawah lima tahun maupun usia sekolah tetap mendapatkan imunisasi rutin sesuai jadwal, selama pandemi COVID-19 berlangsung. \n\n Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya. Sejarah telah mencatat besarnya peranan imunisasi dalam menyelamatkan masyarakat dunia dari kesakitan, kecacatan bahkan kematian akibat penyakit-penyakit seperti Cacar, Polio, Tuberkulosis, Hepatitis B yang dapat berakibat pada kanker hati, Difteri, Campak, Rubela dan Sindrom Kecacatan Bawaan Akibat Rubela (Congenital Rubella Syndrom/CRS), Tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir, Pneumonia (radang paru), Meningitis (radang selaput otak), hingga Kanker Serviks yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus. \n\n Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan agar pelayanan imunisasi anak tetap berjalan sesuai jadwal walaupun sedang dalam kondisi pandemi Covid-19. Imunisasi dasar sangat penting diberikan bagi bayi usia 0 hingga 18 bulan dengan tetap memperhatikan hal-hal sebagai berikut : \n\n \n Diusahakan mengatur jadwal kedatangan agar anak tidak berkumpul terlalu lama \n Apabila tidak ada kontraindikasi, imunisasi diberikan sesuai jadwal. \n Sediakan hand sanitizer atau bak cuci tangan denagn sabun dan air mengalir \n Jarak antar para penunggu pasien 1-2meter \n Penerapan physical distancing, pengawasan anak yang sdh dapat berjalan agar tidak mondar-mandir di fasilitas kesehatan \n Tidak keluar rumah untuk hal yang tidak penting. \n \n\n Itulah betapa pentingnya imunisasi anak di masa new normal ini. Untuk para ibu Jangan ragu untuk berkonsultasi kepada dokter spesialis anak. Yuk jaga kesehatan anak dengan imunisasi sejak dini. Download aplikasi Halo Hermina untuk memudahkan berkonsultasi dan membuat janji dengan dokter spesialis. Aplikasi bisa di Download melalui Apps Store dan Play Store \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 31 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegah Penularan Hepatitis Pada Anak<\/a><\/h3>
Tahukan Sahabat Hermina, Penyakit Hepatitis tidak hanya menyerang pada orang dewasa, beberapa kasus penyakit hepatitis juga terjadi pada anak. Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati atau liver, kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari infeksi virus, penggunaan obat - obatan, infeksi cacing hati, kelainan genetik tertentu dan penyakit autoimun. Penyakit hepatitis bisa menular kepada orang lain jika disebabkan oleh infeksi virus. \n\n Penyebab Hepatitis Pada Anak \n\n Penyakit hepatitis disebabkan oleh beberapa infeksi virus, penggunaan obat - obatan, infeksi cacing hati, kelainan genetik tertentu dan penyakit autoimun. Sedangkan hepatitis pada anak bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Terdapat 5 jenis utama virus hepatitis, diantaranya virus hepatitis A,B, C, D dan E. Diantara 5 jenis utama virus hepatitis terdapat 2 jenis hepatitis yang biasa terjadi pada anak diantaranya adalah hepatitis A & hepatitis B. \n\n Selain 5 Jenis utama virus hepatitis, ada beberapa virus lain penyebab hepatitis pada anak yang patut Sahabat Hermina waspadai, diantanaya adalah : \n\n \n Virus herpes simpleks \n Rubella \n Parvovirus \n Cytomegalovirus. Virus ini adalah bagian dari keluarga virus herpes. \n Virus Epstein-Barr. \n Adenovirus \n Virus varicella zoster (cacar air). Komplikasi dari virus ini adalah hepatitis. Tapi ini sangat jarang terjadi pada anak-anak. \n Enterovirus. Ini adalah sekelompok virus yang sering terlihat pada anak-anak. Mereka termasuk virus coxsackie dan echovirus. \n \n\n Gejala Hepatitis Pada Anak \n\n Anak yang terinfeksi virus hepatitis umumnya memiliki gejala yang berbeda, namun dalam beberapa kasus ada anak yang tidak memiliki gejala apapun. Sehingga peranan dari tenaga medis sangat dibutuhkan dalam penegakan diagnosis pada kasus ini. Berikut beberapa gejala khas yang harus Sahabat Hermina waspadai jika terjadi pada anak : \n\n \n Demam yang tidak kunjung berkurang \n Gejala Flu \n Mual atau Muntah \n Kehilangan nafsu makan \n Tidak bersemangat dan lemas \n Perut terasa tidak nyaman \n Diare \n Nyeri otot dan sendi \n Kulit dan bola mata menguning \n Urine berwarna gelap \n \n\n Jika Anak menunjukkan gejala - gejala seperti disebutkan diatas segera lakukan pemeriksaan kepada tenaga medis terdekat. \n\n Tips Cegah Penularan Hepatitis Pada Anak \n\n Agar anak terjauh dari penularan virus hepatitis direkomendasikan agar semua anak menerima vaksin hepatitis. Selain itu terdapat kondisi khusus untuk bayi yang terlahir dari ibu yang positif hepatitis, dalam 12 jam pertama bayi yang lahir dari ibu yang positif hepatitis immunoglobulin HBIG akan diberikan sebagai “imunisasi” tambahan untuk mencegah penularan hepatitis pada bayi. Selain memberikan vaksin kepada anak, Sahabat Hermina juga disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan dan makanan sang Anak, dengan diberikannya vaksin dan dijaganya lingkungan dan makanan diharap Anak sahabat hermina tidak terjangkit virus hepatitis dan terhindar terjadi penularan virus hepatitis. Jika Sahabat Hermina melihat adanya gejala virus hepatitis pada Anak, segeralah melakukan konsultasi dengan dokter di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 25 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
Anak Terinfeksi Flu Singapura? Ini Cara Mengatasinya!<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, dalam istilah medis, flu Singapura disebut hand, foot and mouth disease (HFMD) yang ditandai dengan ruam hingga luka di bagian tubuh seperti tangan, kaki dan mulut. Seperti dilansir Mayo Clinic, penyakit satu ini paling umum disebabkan oleh infeksi virus coxsackie tipe A16. Virus tersebut termasuk dalam kelompok yang disebut enterovirus. \n\n Flu Singapura awalnya ditemukan pada 1957 dan pertama kali muncul di Toronto, Kanada. Penyakit yang menyebabkan ruam ini dikenal sebagai "flu" lantaran gejalanya mirip flu, dan pada saat itu di Singapura banyak terjadi kasus serta kematian. Hingga saat ini, tidak ada pengobatan khusus untuk mengatasi flu Singapura. Dan, anak yang terinfeksi flu Singapura perlu mendapat perawatan dokter karena setelah beberapa hari, anak berisiko dehidrasi karena mengalami kesulitan menelan. \n\n Gejala Flu Singapura \n\n Saat seseorang mengidap flu Singapura, terutama anak-anak, maka tubuhnya dapat menimbulkan beberapa gejala yang mungkin timbul, antara lain: \n\n \n Demam tinggi. \n Sakit tenggorokan. \n Hilangnya nafsu makan. \n Adanya luka seperti lepuhan pada lidah, gusi, dan bagian dalam pipi. Luka ini umumnya berwarna merah. \n Ruam merah. \n Bayi dan balita akan rewel dan mudah marah. \n Sakit perut. \n \n\n Seperti kebanyakan penyakit, jenis flu ini diawali juga dengan demam. Setelah beberapa hari, terlihat ada luka di area gusi, lidah, atau pipi bagian dalam. Saat terjadi, anak kesulitan untuk makan, minum atau bahkan menelan karena rasa sakitnya. Setelah itu, timbul ruam yang umumnya pada telapak tangan dan kaki hingga bokong dan selangkangan. \n\n Cara Mengatasi Flu Singapura \n\n Flu Singapura sebenarnya bukan penyakit berbahaya karena bisa sembuh dalam waktu dua minggu. Namun, bukan berarti penyakit ini dapat diabaikan dan tidak segera ditangani. Sebab jika dibiarkan begitu saja, bisa berpotensi menyebabkan komplikasi, seperti dehidrasi, ensefalitis, meningitis, polio, hingga kematian. Bagi para ibu, hal ini menjadi permasalahan serius jika Si Kecil terjangkit infeksi virus flu Singapura. Lalu, bagaimana menangani penyakit ini di rumah? Berikut cara yang dapat dilakukan: \n\n \n Memberikan parasetamol dan ibuprofen untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri. \n Memastikan Si Kecil beristirahat penuh di rumah hingga kondisi membaik dan pulih. \n Memberikan air minum yang cukup untuk mengurangi rasa sakit di tenggorokan. \n Tidak memberikan makanan atau minuman asam dan pedas, lebih disarankan untuk memberikan makanan bertekstur lunak, sup, dan makanan sejenis yang mudah ditelan. \n Menjaga kebersihan dengan rutin mencuci tangan sampai bersih, terutama setelah buang air besar, mengganti popok Si Kecil, menyiapkan makan, dan sebelum makan. \n Mengoleskan krim anti gatal pada ruam dan bintil air yang muncul. \n Mengajari Si Kecil cara menjaga kebersihan diri, termasuk mengajarkannya untuk tidak berbagi peralatan makan atau minum saat mengidap flu Singapura. \n \n\n Nah Sahabat Hermina, pengidap flu Singapura mudah menularkan virus ke orang lain, terutama pada 7 hari pertama infeksi. Setelah gejala mereda, virus masih bertahan dalam tubuh pengidap selama beberapa waktu dan dapat menyebar melalui ludah atau tinja. Maka dari itu, ibu perlu melakukan perawatan di rumah hingga kondisi Si Kecil membaik. Namun, jika gejala pada Si Kecil memburuk, disarankan untuk pergi ke Rumah Sakit terdekat agar dilakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Manado<\/a><\/li>
- 19 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
USG 4D Pada Kehamilan<\/a><\/h3>
Ultrasonografi adalah salah satu produk teknologi medical imaging yang memanfaatkan gelombang ultrasonik tanpa membuat sayatan (non-invasive). Penggunaan USG pada ibu hamil relatif aman, nyaman, risiko rendah dan tidak memerlukan persiapan khusus. Ada beberapa mode USG kehamilan yang tersedia saat ini, USG 2 dimensi (2D), 3 dimensi (3D) dan 4 dimensi (4D). \n\n \n\n Apa perbedaan USG 2D, 3D dan 4D ? \n\n \n\n USG 2D menampilkan gambar dua bidang. Dari hasil gambar 2D diperoleh bentuk citra panjang x lebar berwarna hitam putih. Mode USG 2D digunakan untuk mengukur biometri janin. \n\n \n\n USG 3D memiliki tambahan 1 bidang gambar lagi sehingga gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan tubuh janin dapat dilihat dengan jelas. \n\n\n \n \n \n USG 4D adalah teknik yang dilakukan di mana gelombang suara frekuensi sangat tinggi ditransmisikan ke dalam tubuh, kemudian dibawa kembali dan dianalisis untuk diterjemahkan ke dalam suatu gambar. USG 4D mengambil gambar tiga dimensi dan menambahkan elemen waktu untuk proses. Hal ini memungkinkan untuk melihat janin secara detail. \n \n \n \n\n\n \n\n Apa manfaat USG 4D ? \n\n \n Hasil USG berupa gambar bergerak/real time video, dapat melihat gerakan janin \n Kualitas hasil lebih detail dan jelas \n Kelainan lebih mudah terdeteksi dan akurat \n Jenis kelamin lebih terlihat \n Dapat menimbulkan ikatan emosional orang tua dengan bayi yang lebih kuat \n Dapat digunakan untuk membantu tindakan medis seperti amniosintesis, CVS, kardiosintesis dan transfusi intrauterin. \n \n\n \n\n Kapan sebaiknya melakukan USG 4D ? \n\n Pemeriksaan USG 4D bisa dilakukan ketika struktur organ janin sudah terbentuk, yaitu setelah usia kehamilan memasuki 26-30 minggu. Dengan begitu, hasil yang didapatkan akan sesuai dengan harapan karena bagian tubuh janin bisa lebih jelas terlihat. Selain itu, pada usia kehamilan tersebut posisi janin sudah jarang berubah-ubah. \n\n \n\n\n \n \n \n Pemeriksaan USG hanya perlu dilakukan untuk kebutuhan medis. Hingga saat ini, belum ditemukan risiko atau efek samping pemeriksaan USG 4D. \n \n \n \n\n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 29 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gejala Cacingan pada Anak, Bagaimana Cara Mencegahnya?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, cacingan merupakan salah satu penyakit menular pada anak-anak yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak berusia 5-10 tahun. Meski dapat diatasi dengan pemberian obat cacing, namun jika tidak dilakukan tindakan pencegahan ada kemungkinan infeksi ini berulang kembali. \n\n Gejala Cacingan pada Anak \n\n Menempelnya telur cacing di tangan atau kaki anak tanpa sengaja, yang kemudian tertelan dan masuk ke dalam tubuh, adalah salah satu cara penularan infeksi cacing yang paling sering pada anak. Sebagian besar kasus cacingan bisa tidak menunjukkan tanda yang serius. Namun, pada beberapa kondisi, ada ciri khas cacingan yang bisa dikenali, yaitu: \n\n \n Gatal di sekitar anus, terutama pada malam hari. \n Gelisah atau tidak nyaman saat tidur, karena sering menggaruk di sekitar anus. \n Mudah marah dan tersinggung. \n Kemerahan atau iritasi kulit di sekitar anus. \n Sering merasa sakit perut. \n Kurang nafsu makan, sehingga bisa menyebabkan penurunan berat badan. \n \n\n Cara Mencegah Cacingan pada Anak \n\n Pada dasarnya, cara untuk menanggulangi cacingan adalah memutuskan mata rantai penularan cacingan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta mengonsumsi obat cacing. Penerapan pola hidup bersih dan sehat dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut: \n\n \n Cuci tangan secara teratur menggunakan sabun \n \n\n Bila anak bermain di luar rumah, bisa jadi tangannya terkena tanah atau kakinya yang terdapat telur cacing. Beberapa jenis cacing, seperti cacing tambang, dapat langsung masuk ke dalam tubuh melalui permukaan kulit. Oleh sebab itu, pastikan Anda mengajak si kecil mencuci tangan dan kaki menggunakan sabun setelah mereka bermain, terutama bila bermain di atas tanah. \n\n \n Selalu mengenakan pakaian bersih \n \n\n Biasakan juga anak untuk selalu mengenakan pakaian bersih dan mengganti pakaian setiap hari. \n\n \n Gunakan alas kaki, terutama jika sedang keluar rumah \n \n\n Ketika anak bermain dan keluar rumah, gunakan alas kaki yang bersih dan nyaman. Hal ini untuk mengurangi risiko penularan infeksi cacing pada anak. \n\n \n Gunting kuku secara teratur \n \n\n Potong kuku anak secara rutin, terutama ketika sudah panjang, sehingga tidak ada cukup ruang untuk pertumbuhan telur cacing. \n\n \n Konsumsi obat cacing \n \n\n Jika perlu, konsultasikan ke dokter dan berikan obat cacing saat anak memasuki dua tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia tentang Penanggulangan Cacingan, pemberian obat cacing setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali dapat membantu mencegah anak dari cacingan. \n\n Nah Sahabat Hermina, jika Anda melihat gejala cacingan pada anak, disarankan untuk memeriksakannya ke dokter. Bila anak sudah sembuh dari cacingan, cegah penyakit datang lagi dengan menerapkan gaya hidup yang sehat dan bersih. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 29 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 15 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 28 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 25 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>