- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 20 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Endoskopi Tulang Belakang: Prosedur Canggih untuk Mengatasi Beragam Gangguan Tulang Belakang<\/a><\/h3>
Nyeri punggung dan masalah saraf kejepit merupakan tantangan kesehatan umum di Indonesia, memengaruhi sekitar 28,1% penduduk berusia 15 tahun ke atas, menurut data Riset Kesehatan Dasar 2018. Namun, dengan kemajuan teknologi medis, solusi inovatif seperti Endoskopi Tulang Belakang kini menjadi pilihan yang menjanjikan. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang apa itu Endoskopi Tulang Belakang, bagaimana prosedurnya dilakukan, keuntungannya, kondisi yang dapat diobati, dan siapa yang merupakan kandidat ideal untuk prosedur ini. \n\n Apa itu Endoskopi Tulang Belakang? \n\n Endoskopi Tulang Belakang adalah prosedur bedah minimal invasif yang memanfaatkan kamera kecil dan instrumen khusus untuk mengatasi masalah di area tulang belakang. Melalui sayatan kecil, prosedur ini meminimalkan trauma dan rasa sakit dibandingkan operasi tradisional. \n\n Bagaimana Prosedur Endoskopi Tulang Belakang Dilakukan? \n\n \n Bius Pasien: Pasien dapat dibius secara lokal atau umum, tergantung pada kebutuhan. \n Sayatan Kecil: Dokter membuat sayatan sekitar 8 mm di area punggung. \n Penggunaan Kamera Endoskop: Kamera endoskop dimasukkan melalui sayatan untuk memvisualisasikan area yang bermasalah. \n Tindakan Korektif: Instrumen bedah mini dimasukkan melalui sayatan lain untuk melakukan tindakan seperti dekompresi, foraminotomy, disektomi, atau fusi tulang belakang. \n Penutupan Sayatan: Setelah prosedur selesai, sayatan ditutup dengan jahitan. \n \n\n Keuntungan Endoskopi Tulang Belakang: \n\n \n Minim Invasif: Sayatan kecil mengurangi trauma dan rasa sakit. \n Pemulihan Cepat: Pasien bisa pulang dalam waktu yang singkat setelah operasi. \n Lebih Sedikit Komplikasi: Risiko infeksi dan perdarahan lebih rendah. \n Hasil Efektif: Meredakan nyeri dan meningkatkan fungsi saraf. \n \n\n Kondisi yang Dapat Diobati dengan Endoskopi Tulang Belakang: \n\n \n Stenosis foraminal \n HNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau saraf kejepit \n Diskus degeneratif \n Skolosis \n Spondilolistesis \n Trauma tulang belakang \n \n\n Siapa yang Kandidat Tepat untuk Endoskopi Tulang Belakang? \n\n Pasien dengan kondisi tulang belakang yang dijelaskan di atas dapat menjadi kandidat potensial. Namun, keputusan akhir ditentukan oleh dokter setelah pemeriksaan dan evaluasi menyeluruh. \n\n Temukan Dokter Spesialis Bedah Saraf untuk Endoskopi Tulang Belakang: \n\n \n Konsultasi dengan Dokter: Berbicaralah dengan dokter spesialis bedah saraf di rumah sakit terpercaya di kota Anda. \n Cari Informasi Lebih Lanjut: Temukan informasi tentang dokter dan rumah sakit yang menyediakan layanan endoskopi tulang belakang melalui internet. \n \n\n Dengan Endoskopi Tulang Belakang, harapan pemulihan yang cepat dan efektif menjadi lebih nyata bagi mereka yang mengalami masalah nyeri punggung dan saraf kejepit. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik dan sesuai dengan kondisi Anda. \n\n Catatan: \n\n \n Artikel ini hanya untuk tujuan informasi dan edukasi. \n Selalu konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat. \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 26 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Strategi Digital Sehat: 5 Cara Mencegah Stroke di Era Teknologi dan Gadget<\/a><\/h3>
Memasuki era digital, keberadaan gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, ironisnya, seiring meningkatnya ketergantungan pada teknologi, muncul ancaman kesehatan yang serius, salah satunya adalah peningkatan risiko stroke. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi bagaimana menjaga keseimbangan dalam penggunaan teknologi dapat menjadi kunci untuk mengurangi risiko stroke yang dapat ditimbulkan oleh kecanduan gadget. \n\n \n Mengidentifikasi Tanda-tanda Kecanduan Gadget \n \n\n Banyak dari kita mungkin tidak menyadari bahwa kita telah terjebak dalam lingkaran kecanduan gadget. Tanda-tanda seperti kesulitan untuk melepaskan diri dari layar, peningkatan waktu penggunaan yang berlebihan, dan dampak negatif pada pekerjaan atau hubungan sosial adalah sinyal awal perluasan masalah ini. Mengetahui tanda-tanda ini menjadi langkah awal untuk melindungi diri dari risiko stroke yang dapat disebabkan oleh kecanduan gadget. \n\n \n Pengaruh Kecanduan Gadget terhadap Kesehatan Jantung \n \n\n Penelitian menunjukkan bahwa kecanduan gadget dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Lama waktu yang dihabiskan di depan layar dapat menyebabkan kurangnya aktivitas fisik, peningkatan stres, dan gangguan tidur - semuanya merupakan faktor yang dapat langsung memengaruhi risiko stroke. \n\n \n Menjaga Keseimbangan antara Gadget dan Aktivitas Fisik \n \n\n Solusi sederhana namun efektif untuk mengurangi risiko stroke akibat kecanduan gadget adalah dengan menetapkan batas waktu penggunaan. Menciptakan waktu untuk aktivitas fisik, seperti berjalan kaki atau bersepeda, dapat membantu menjaga keseimbangan dan menurunkan risiko stroke. \n\n \n Teknik Pengelolaan Waktu yang Efektif \n \n\n Menerapkan teknik pengelolaan waktu adalah kunci untuk meredakan kecanduan gadget. Mengatur batas waktu penggunaan, menggunakan fitur pengingat, dan menciptakan jadwal yang terstruktur adalah cara-cara praktis untuk membatasi paparan terhadap layar dan meningkatkan keseimbangan hidup. \n\n \n Mengintegrasikan Teknologi untuk Kesehatan Mental \n \n\n Sebaliknya, teknologi juga dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kesehatan mental. Aplikasi meditasi, pelacak tidur, dan fitur pengingat untuk istirahat dapat membantu menciptakan pola hidup yang seimbang, mengurangi stres, dan pada gilirannya menurunkan risiko stroke. \n\n Dalam dunia yang terus terhubung secara digital, menjaga keseimbangan dalam penggunaan teknologi adalah suatu keharusan untuk melindungi kesehatan jantung dan mengurangi risiko stroke. Dengan menyadari tanda-tanda kecanduan gadget, mengatur waktu penggunaan, dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kesehatan mental, kita dapat menciptakan pola hidup yang seimbang di tengah arus informasi yang terus mengalir. Dengan mengambil langkah-langkah preventif ini, kita tidak hanya menjaga kesehatan fisik tetapi juga menjauhkan diri dari risiko stroke yang mungkin timbul akibat kecanduan gadget di era modern ini. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 11 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenal dan Ketahui Stroke Batang Otak <\/a><\/h3>
Stroke batang otak adalah keadaan yang cukup berbahaya dan perlu sesegera mungkin di bawa secara langsung oleh dokter. Pasalnya, kondisi ini bisa sanagat menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan, bahkan kematian. \n\n Batang otak merupakan bagian otak yang memerintahkan dan mengontrol berbagai macam organ dan anggota gerak tubuh. Batang otak terada tepat di atas tulang belakang dan di bagian belakang kepala. Salah satu organ vital pada tubuh manusia ini berfungsi untuk dapat membawa dan menyampaikan sinyal dari otak ke seluruh bagian tubuh. \n\n Beberapa Penyebab Stroke Batang Otak \n\n Stroke batang otak terjadi karena adanya gangguan pada aliran darah di batang otak dan sekitarnya. Gangguan ini bisa terjadi karena adanya penyumbatan atau adanya perdarahan di batang otak. Ketika aliran darah di batang otak terganggu, sel-sel saraf di bagian tersebut akan rusak dan mengakibatkan batang otak tidak bisa mengirimkan sinyal dari otak ke seluruh anggota tubuh. Hal inilah yang menyebabkan berbagai fungsi tubuh terganggu. \n\n Lebih jauh lagi, stroke batang otak dapat menyebabkan seseorang mengalami locked-in syndrome atau hidup dalam tubuh yang terkunci. Kondisi terjadi ketika seseorang memiliki kesadaran penuh dan masih bisa mendengar serta melihat, namun tidak mampu menggerakkan tubuh sama sekali atau lumpuh total. Penderita locked-in syndrome biasanya hanya bisa menggerakkan salah satu atau kedua matanya. \n\n Gejala Stroke Batang Otak \n\n Stroke batang otak beberapa sulit didiagnosis karena tidak memiliki gejala yang khas. Orang yang mengalami stroke batang otak biasanya akan mengalami sakit kepala, pusing, dan lemas secara tiba-tiba. Namun, ada beberapa tanda dan gejala dari stroke batang otak yang perlu Anda waspadai, yaitu: \n\n \n Sulit napas \n Anggota gerak tubuh melemah atau bahkan lumpuh \n Kesemutan atau mati rasa di bagian tubuh tertentu \n Sulit mengunyah, menelan, dan berbicara \n Gangguan keseimbangan atau koordinasi tubuh \n Vertigo \n Sulit berjalan \n Gangguan Pendengaran dan penglihatan \n Cegukan yang tidak kunjung berhenti \n Penurunan kesadaran atau koma \n \n\n Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami beberapa gejala tersebut, segera ke dokter atau IGD rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan. \n\n Sebagian penyebab stroke batang otak, misalnya AVM atau aneurisma otak, mungkin tidak dapat dicegah sepenuhnya. Meski begitu, Anda dapat mengurangi risiko terkena stroke batang otak dengan melakukan beberapa langkah berikut ini: \n\n \n Konsumsi makan bernutrisi yang rendah lemak dan rendah garam. \n Olahraga secara teratur. \n Hindari rokok dan paparan asap rokok. \n Hindari konsumsi minuman beralkohol. \n Hindari penggunaan obat-obatan terlarang. \n \n\n Anda juga perlu menjalani pemeriksaan ke dokter secara berkala. Saat melakukan pemeriksaan rutin tersebut, dokter dapat memperkirakan risiko Anda untuk terkena stroke batang otak dan memberikan saran untuk mencegahnya. \n\n Jika Anda mengalami beberapa gejala stroke batang otak yang telah disebutkan di atas, segera periksakan diri ke dokter. Semakin cepat Anda mendapatkan penanganan dari dokter, semakin kecil risiko Anda untuk mengalami komplikasi yang berbahaya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 11 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Gejala Saraf Kejepit Sebelum Terlambat<\/a><\/h3>
Radikulopati atau “pinched nerve” atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan saraf kejepit, adalah suatu kondisi di mana saraf tertekan oleh jaringan sekitarnya. Jaringan tersebut dapat berupa jaringan otot, tendon, tulang, atau tulang rawan. Karena saraf menjalar sepanjang tubuh, saraf kejepit juga bisa terjadi di berbagai lokasi dalam tubuh. \n\n \n\n Penyebab saraf terjepit atau dikenal juga sebagai kecetit datang dari berbagai faktor, antara lain usia, kebiasaan sehari-hari, hingga kondisi medis tertentu. Pengobatannya pun tak bisa dilakukan secara sembarangan, mengingat tindakan yang kurang tepat dapat meningkatkan risiko kerusakan permanen pada saraf. \n\n \n\n Apa yang dapat menyebabkan saraf kejepit? \n\n \n\n Beberapa posisi tubuh dapat meningkatkan tekanan di sekitar saraf, seperti bertumpu pada siku atau kebiasaan menyilangkan kaki dalam waktu lama. Selain itu, ada pula beberapa kondisi yang dapat menyebabkan saraf kejepit, di antaranya: \n\n \n\n - Herniasi diskus, suatu kondisi yang terjadi akibat bantalan tulang belakang bergeser dari tempat yang seharusnya \n\n - Rheumatoid arthritis atau peradangan pada sendi \n\n - Stenosis spinal, yaitu penyempitan yang tidak normal pada tulang belakang \n\n - Carpal tunnel syndrome, kondisi ini terjadi ketika saraf median di pergelangan tangan tertekan \n\n - Cedera, memar, atau kondisi lain yang menyebabkan pembengkakan juga bisa memicu terjadinya saraf kejepit. \n\n \n\n Gejala Saraf Terjepit \n\n \n\n Saraf tidak bisa berfungsi dengan normal ketika mendapat tekanan berlebih dari jaringan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, timbul rasa nyeri yang menjadi indikasi terjadinya saraf terjepit. \n\n \n\n Rasa nyeri yang ditimbulkan dari saraf terjepit sering disalahartikan sebagai rasa nyeri biasa, sehingga tak sedikit yang menyepelekan penyakit ini. Padahal, terdapat tanda dan gejala saraf terjepit lainnya yang bisa diamati, yaitu: \n\n \n\n - Bagian tubuh terasa sakit disertai sensasi terbakar \n\n - Kesemutan \n\n - Mati rasa atau kebas \n\n - Otot melemah di bagian tubuh yang terkena saraf terjepit \n\n - Gejala memburuk saat penderita berusaha untuk melakukan beberapa gerakan tertentu, seperti memutar kepala atau menegangkan leher. \n\n \n\n Siapa saja yang beresiko terkena penyakit ini? \n\n \n\n Kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami saraf kejepit, antara lain: \n\n \n\n - Ibu hamil. Penambahan volume cairan saat hamil dapat membuat rongga lebih sempit sehingga dapat menekan saraf. \n\n - Penderita diabetes \n\n - Orang yang sering berbaring dalam waktu yang lama \n\n - Riwayat saraf kejepit di keluarga \n\n - Faktor usia. Semakin bertambah usia, diskus vertebra (penghubung antara tulang) menjadi tidak fleksibel dan mudah robek. \n\n - Cedera pada tulang belakang. \n\n - Sering melakukan aktivitas yang memberatkan tulang belakang, misalnya mengangkat beban berat. \n\n - Orang yang sering menggunakan pergelangan tangan atau bahunya secara berulang dalam pekerjaan \n\n - Berat badan berlebih. Hal ini menyebabkan beban tulang belakang bertambah. \n\n \n\n Bagaimana cara pencegahannya? \n\n \n\n Orang yang pernah terkena saraf kejepit bisa mengalaminya lagi di kemudian hari. Untuk pencegahan, bisa lakukan hal berikut ini: \n\n \n\n - Postur tubuh saat duduk dalam posisi baik dan benar \n\n - Hindari menyilangkan kaki saat duduk dalam waktu lama \n\n - Menjaga berat badan agar ideal \n\n - Istirahat sejenak ketika melakukan kegiatan yang berulang \n\n - Menggunakan brace/korset untuk menjaga posisi tubuh dengan baik \n\n - Olahraga untuk menguatkan otot dan membuat tubuh rileks \n\n \n\n Pencegahan dan diagosnis sedini mungkin dapat membuat penanganan saraf kejepit lebih mudah sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter jika anda merasakan tanda dan gejala saraf kejepit agar mendapatkan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 10 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cedera Otak Traumatis, Seberapa Berbahaya dan Penanganan yang Tepat Seperti Apa ?<\/a><\/h3>
Cedera otak traumatis (Traumatic Brain Injury) merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Cedera otak traumatis adalah cedera otak yang terjadi karena benturan, pukulan, goncangan keras atau cedera kepala terbuka yang mengganggu fungsi otak. \n\n Penyebabnya antara lain: \n\n \n Jatuh \n Kecelakaan lalu lintas \n Akibat pemukulan atau penganiayaan \n Cedera akibat olahraga \n Ledakan atau pertempuran militer \n \n\n Cedera otak traumatis terbagi menjadi 2 fase, yaitu trauma kepala karena faktor eksternal yang menyebabkan kerusakan mekanis pada jaringan otak dan stimulus mekanikal sekunder yang menyebabkan peradangan, apoptosis, stress oksidatif, dan komplikasi patologis yang membuat degenerasi otak lebih lanjut. \n\n Cedera otak traumatis juga dapat menyebabkan kerusakan otak yang bersifat lokal dan meluas. Gejalanya bervariasi, bisa ringan, sedang hingga berat bergantung pada lokasi, tingkat kerusakan otak, dan usia. Efeknya bisa bersifat sementara, bisa juga permanen. Setiap individu memiliki pola yang berbeda. \n\n Jika seseorang yang mengalami cedera kepala atau trauma lain yang dicurigai menyebabkan cedera otak traumatis, perlu dilakukan perawatan medis sesegera mungkin. Dalam menentukan diagnosa dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan: \n\n \n Dokter akan menanyakan bagaimana yang terjadi dan gejala yang dirasakan pasien \n Pemeriksaan fisik secara umum dan pemeriksaan neurologis dengan metode Glasgow Coma Scale (GCS) \n CT Scan dan MRI \n Pemeriksaan rontgen dan laboraturium \n \n\n Penanganan pada pasien cedera otak traumatis tergantung pada banyak faktor, termasuk ukuran, tingkat keparahan, dan lokasi terjadinya cedera. \n\n - Pada cedera otak ringan, pasien disuruh istirahat. Pentingnya melakukan istirahat total sebelum melakukan aktivitas normal kembali. \n\n - Pada cedera otak sedang hingga berat, pasien harus segera melakukan pemeriksaan di ke pelayanan emergensi. Penanganan pertama yang harus dilakukan adalah menstabilkan keadaan pasien untuk mencegah cedera lebih lanjut. Setelah itu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan tindakan selanjutnya. Beberapa memerlukan tindakan operasi, seperti: \n\n \n Mengeluarkan hematoma (pembekuan darah) \n Memperbaiki patah tulang tengkorak \n Mengurangi tekanan di otak dengan mengalirlan cairan otak \n \n\n Pentingnya menjaga keselamatan dalam melakukan aktivitas agar tidak mengalami cedera kepala traumatis. Hal-hal yang dapt dihindari antara lain: \n\n \n Selalu mengenakan helm atau sabuk pengaman ketika berkendara \n Jangan mengemudi dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan \n Pada orang yang berisiko mudah jatuh, harap selalu didampingi \n Meningkatkan aktivitas fisik secara teratur agar lebih seimbang dan kuat \n \n\n Jika sahabat hermina mengalami benturan di area otak dan terjadi cedera segera konsultasikan ke dokter spesialis beda saraf agar dapat ditangai segera \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 30 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Apakah Cedera Kepala Pasti Menyebabkan Kelumpuhan?<\/a><\/h3>
Cedera kepala dalam dunia medis diartikan sebagai adanya trauma pada kepala yang dapat menimbulkan gangguan pada fungsi otak. Hal tersebut dapat terjadi apabila terdapat pukulan, benturan, atau guncangan pada kepala dari sumber eksternal. Berbagai mekanisme seperti kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, perkelahian, atau cedera saat olahraga dapat menjadi penyebab cedera kepala. Diantara berbagai cedera pada bagian tubuh yang diakibatkan oleh trauma, cedera kepala merupakan penyebab kematian dan disabilitas tertinggi di seluruh dunia. Meskipun demikian, tidak semua cedera kepala serta merta dapat menyebabkan dampak yang fatal. Berdasarkan tingkat keparahannya, cedera kepala dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut: Cedera kepala ringan, Cedera kepala sedang, dan Cedera kepala berat. \n\n Beberapa tipe cedera kepala dapat menyebabkan gangguan jangka pendek atau gangguan sementara pada fungsi otak, termasuk fungsi berpikir, berkomunikasi, dan pergerakan. Sedangkan cedera kepala yang berat dapat menyebabkan disabilitas permanen bahkan hingga kematian. \n\n Apa saja gejala yang dapat dialami apabila seseorang mengalami cedera kepala? Secara umum, perbedaan pada cedera kepala ringan, sedang, dan berat dinilai dari level kesadaran seseorang. Pada cedera kepala ringan, penderita biasanya tidak mengalami penurunan kesadaran dan gejala yang dirasakan oleh penderita dapat muncul segera setelah trauma terjadi atau dapat muncul beberapa jam hingga beberapa hari setelah trauma. Beberapa gejala yang dapat dirasakan pada cedera kepala ringan adalah sebagai berikut: kepala terasa pusing, lemas, nyeri kepala, mual, muntah, dapat terjadi gangguan keseimbangan. Gejala tersebut dapat bertambah berat selama beberapa hari, akan tetapi kebanyakan orang mengalami perbaikan kondisi dalam beberapa minggu. Meskipun mengalami cedera kepala ringan, penderita sebaiknya mengenali tanda bahaya yang harus diwaspadai dari cedera kepala ringan, seperti terdapat nyeri kepala yang bertambah berat dan tidak hilang dengan obat minum, mengalami lemah anggota tubuh, kebas, hilang keseimbangan hingga kejang. Selain itu muntah berulang, bicara rero, atau menjadi tidak sadarkan diri juga menjadi tanda bahaya dan harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan. \n\n Sementara pada cedera kepala sedang dan berat, umumnya terjadi gangguan kesadaran atau penderita langsung tidak sadarkan diri setelah mengalami trauma. Disertai beberapa gejala lain seperti nyeri kepala hebat, hilang penglihatan, muntah berulang dan proyektil, bicara rero, kejang, cenderung mengantuk dan sulit dibangunkan. Selain itu, cedera kepala berat juga dapat menyebabkan gangguan berpikir seperti sulit berkonsentrasi, gangguan komunikasi, kesulitan mengingat informasi, kelemahan anggota gerak, dan gangguan pendengaran serta penglihatan. Pada cedera kepala berat juga memungkinkan terjadi efek jangka panjang pada penderitanya, seperti kelumpuhan atau disabilitas yang menjadikan penderitanya tidak mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari atau memerlukan rehabilitasi berkelanjutan. Berdasarkan data dari Center for Disease Control and Prevention, meskipun penderita cedera kepala sedang dan berat dapat bertahan hidup, akan tetap mengalami permasalahan sebagai berikut: 57% mengalami disabilitas sedang hingga berat, 55% tidak dapat memiliki pekerjaan akibat kecacatan, 9x lebih rentan terkena infeksi berulang karena mobilisasi terbatas. \n\n Cedera kepala merupakan masalah kesehatan yang tidak bisa dianggap enteng, karena gejala dan hasil akhirnya sangat beragam mulai dari yang ringan, sedang, berat dan dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kematian. Untuk itu, bila anda atau kerabat terdekat anda mengalami trauma kepala segera konsultasikan dengan dokter spesialis bedah saraf untuk mendapat penanganan yang tepat. \n\n Sumber: \n\n 1. Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Injury Prevention and Control. Report to Congress on traumatic brain injury in the United States: Epidemiology and rehabilitation pdf icon. Atlanta (GA): Centers for Disease Control and Prevention; 2015. \n\n 2. Corrigan JD, Cuthbert JP, Harrison-Felix C, et al. US population estimates of health and social outcomes 5 years after rehabilitation for traumatic brain injury. J Head Trauma Rehabil. 2014;29(6):E1-9. \n\n 3. Centers for Disease Control and Prevention, National Institutes of Health. Moderate to Severe Traumatic Brain Injury is a Lifelong Condition. Available at: https://www.cdc.gov/traumaticbraininjury/pdf/Moderate_to_Severe_TBI_Lifelong-a.pdfpdf icon. \n\n 4. Goldman SM, Kamel F, Ross GW, et al. Head injury, alpha-synuclein Rep1, and Parkinson’s disease. Ann Neurol 2012;71:40–8. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 19 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Apakah nyeri pergelangan tangan tanda Sindrom Carpal Tunnel? Jangan menunda pengobatan untuk carpal tunnel syndrome<\/a><\/h3>
Carpal tunnel syndrome adalah nama untuk sekelompok masalah yang meliputi mati rasa, kesemutan, lemah, atau nyeri di pergelangan tangan atau tangan. Ini adalah kondisi yang sangat umum terjadi ketika saraf di pergelangan tangan Anda terjepit.Carpal tunnel syndrome terjadi ketika pembengkakan di pergelangan tangan menyebabkan tekanan pada saraf median. Sahabat Hermina bisa merasakan mati rasa, kelemahan, atau kesemutan. Itu bisa terjadi karena trauma, gerakan berulang, atau kondisi yang mendasarinya. \n\n Apa yang menyebabkan carpal tunnel syndrome? \n\n Peradangan dapat menyebabkan pembengkakan. Penyebab paling umum dari peradangan ini adalah kondisi medis yang menyebabkan pembengkakan di pergelangan tangan, dan terkadang menghambat aliran darah. Beberapa kondisi yang paling sering dikaitkan dengan carpal tunnel syndrome adalah: \n\n \n diabetes \n disfungsi tiroid \n retensi cairan dari kehamilan atau menopause \n tekanan darah tinggi \n gangguan autoimun seperti rheumatoid arthritis \n patah tulang atau trauma pada pergelangan tangan \n \n\n Carpal tunnel syndrome dapat menjadi lebih buruk jika pergelangan tangan diregangkan secara berlebihan berulang kali. Gerakan berulang pergelangan tangan Anda berkontribusi pada pembengkakan dan kompresi saraf median. Ini mungkin akibat dari: \n\n \n Posisi pergelangan tangan saat menggunakan keyboard atau mouse \n Kontak yang terlalu lama dengan getaran dari penggunaan perkakas tangan atau perkakas listrik \n Setiap gerakan berulang yang meregangkan pergelangan tangan, seperti memainkan piano atau mengetik \n \n\n Apa saja gejala sindrom terowongan karpal? \n\n Anda mungkin merasakan mati rasa, kesemutan atau terbakar di jari-jari, terutama di ibu jari, telunjuk, dan jari tengah. Gejala sering mempengaruhi kedua tangan. \n\n Pada tahap awal, gejala biasanya: \n\n \n Mulai perlahan di tangan dominan (yang digunakan untuk menulis) \n Terjadi pada malam hari jika tidur dengan pergelangan tangan ditekuk \n \n\n Saat gejala memburuk, mulai perhatikan: \n\n \n Kesemutan, nyeri, atau kelemahan dengan aktivitas tertentu, seperti mengemudi atau memegang telepon \n Kesulitan menggenggam atau memegang benda-benda kecil \n Merasa seperti jari-jari Anda bengkak padahal sebenarnya tidak \n \n\n Yuk, lakukan konsultasi dengan Neurologistyang berpengalaman menangani pasien sesuai dengan kondisinya di RSU Hermina Kemayoran. Lakukan medical check up rutin serta melakukan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, istirahat yang cukup, dan olahraga secara rutin untuk menjaga jantung tetap sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 06 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspadai Risiko Fatal di Balik Cedera Kepala<\/a><\/h3>
Cedera Kepala atau yang lebih kita kenal sebagai gegar otak adalah cedera kepala yang berdampak kepada fungsi otak. Selain karena benturan dan guncangan pada kepala, gegar otak umumnya terjadi karena guncangan keras pada tubuh bagian atas. \n\n Berikut adalah beberapa jenis cedera kepala yang sering ditemui dan disebabkan oleh cedera fisik berat. \n\n \n Gegar otak atau concussion, jenis cedera kepala yang sering disebabkan benturan terhadap benda tumpul, biasanya disertai gangguan ingatan \n Luka memar atau kontusio, cedera kepala jenis ini menyebabkan munculnya luka memar dan pembengkakan pada otak \n Pendarahan otak atau hematoma, cedera yang tergolong serius karena bisa menyebabkan Anda hilang kesadaran atau kerusakan otak permanen akibat tekanan berlebih di otak \n Patah tulang tengkorak, tengkorak anda yang kuat juga bisa retak akibat benturan yang sangat kuat \n \n\n \n\n Gegar Otak pada anak Butuh Penanganan Khusus \n\n Anak yang mengalami cedera di kepala sebaiknya mendapat pengawasan orang dewasa selama 24 jam pertama setelah kecelakaan. Hal ini diperlukan karena anak-anak, terutama balita, belum tentu dapat mengkomunikasikan yang mereka rasakan, sehingga perubahan perilaku apa pun perlu dipantau lebih jauh. Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah muntah, meracau, gangguan penglihatan dan kejang. \n\n \n\n Bagaimana Ciri-ciri Orang yang Terkena Gegar Otak? \n\n \n Pingsan/tidak sadarkan diri selama beberapa waktu \n Terasa seperti berada di tengah kabut \n Telinga berdenging \n Mual dan muntah \n Mata berkunang-kunang dan pusing. \n Sakit kepala \n Cara bicara yang menjadi kurang jelas. \n Kelelahan \n Gangguan pada keseimbangan tubuh \n Linglung, tidak dapat segera menjawab ketika ditanya \n \n\n \n\n Mencegah Cedera Kepala \n\n \n Untuk menghindari risiko, sangat penting untuk mencegah terjadinya cedera kepala dengan beberapa cara berikut ini. \n Kenakan helm tiap kali mengendarai motor, bersepeda, mengenakan sepatu roda, dan aktivitas sejenis lainnya \n Kenakan perlengkapan pengaman saat berolahraga dan berekreasi yang berisiko, seperti arung jeram dan flying fox \n Kenakan sabuk pengaman saat berkendara di dalam mobil. \n Ciptakan rumah yang aman untuk anak dan lansia \n Olahraga teratur dapat membantu memperkuat otot tubuh dan keseimbangan tubuh \n Selalu baca dan patuhi petunjuk standar keselamatan di mana saja, baik dalam perjalanan, di tempat rekreasi, maupun di tempat umum lainnya \n \n\n Nah Sahabat Hermina, pemulihan pada kasus cedera kepala sangat dipengaruhi oleh kondisi keparahan cedera kepala yang dialami. Semakin berat akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih. \n\n Jangan lupa konsultasikan dengan dokter Hermina untuk pengobatan yang tepat dan sesuai kondisi kesehatan anda. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 28 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspada, Penyakit yang Dapat Menyerang Batang Otak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, batang otak adalah bagian otak yang terletak di rongga belakang tengkorak dan terhubung ke saraf tulang belakang. Rongga belakang kepala sendiri terletak di bagian belakang dan bawah tengkorak, tepat di diatas leher manusia. Bentuk bagian otak yang seperti tangkai atau batang bunga hal inilah yang membuat bagian otak tersebut disebut dengan batang otak. Batang otak berperan sebagai penghubung antara otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan saraf tulang belakang. \n\n Otak dan batang otak di dalam kepala dilindungi oleh beberapa lapisan pelindung. Bagian terluar dilindungi oleh kulit kepala, kemudian di bawahnya terdapat tulang tengkorak. Sementara di bawah tulang tengkorak terdapat 3 lapis selaput otak. Di antara selaput otak atau meningen. Di bawah selaput otak terdalam terdapat jaringan otak yang dikelilingi oleh cairan otak yang disebut juga cairan serebrospinal. \n\n Batang otak terdiri dari beberapa bagian, yakni: \n\n \n \n Otak Tengah (Midbrain) \n \n \n\n Otak tengah atau mesencephalon atau midbrain adalah area otak yang menghubungkan otak depan (forebrain) dan otak belakang (hindbrain). Fungsi otak tengah adalah untuk mengontrol respon penglihatan, pendengaran, gerakan bola mata dan diameter pupil, gerakan motorik, kewaspadaan (alertness), serta mengatur suhu tubuh. \n\n \n \n Pons Otak \n \n \n\n Pons terletak antara otak tengah dan medulla oblongata. Di bagian batang otak ini terdapat saraf-saraf kranial yang berperan dalam mengendalikan ekspresi wajah dan menjaga keseimbangan dan koordinasi tubuh. Pons juga berfungsi dalam mengatur pernapasan. \n\n \n \n Medulla Oblongata \n \n \n\n Medulla oblongata terletak di bawah pons dan berperan dalam mengendalikan fungsi beberapa sistem tubuh, seperti pernapasan, pencernaan, detak jantung, dan menelan. Bagian otak ini juga menjadi penghubung antara pons dan saraf tulang belakang. \n\n Kendati telah dilapisi oleh banyak lapisan pelindung, otak dapat mengalami kerusakan, sehingga fungsinya terganggu. Berikut ini adalah beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan pada batang otak: \n\n \n \n Stroke Batang Otak \n \n \n\n Stroke batang otak terjadi ketika pasokan darah di pembuluh darah menuju batang otak terputus. Kondisi ini ditandai dengan gangguan penglihatan dan pendengaran, serta sulit bicara dan menelan. Selain itu penderitanya juga bisa mengalami mati rasa dan sulit menggerakkan salah satu sisi tubuh. \n\n \n \n Tumor Otak \n \n \n\n Tumor otak juga bisa terjadi di batang otak. Jenis tumor otak yang umum terjadi di bagian otak ini adalah glioma, terutama astrositoma. Adapun tingkat keparahannya bisa bervariasi. Tumor otak di batang otak bisa menimbulkan beberapa gejala, seperti sakit kepala, mual, gerakan mata yang tidak normal, kelemahan di satu sisi wajah, mati rasa, dan masalah keseimbangan. \n\n \n \n Cedera Otak Traumatis \n \n \n\n Cedera otak traumatik adalah cedera intrakranial akibat rudapaksa eksternal terhadap kepala yang melebihi kapasitas protektif otak. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) adalah terminologi yang menggantikan cedera kepala (head injury) di mana ditekankan pentingnya keterlibatan otak dalam cedera tersebut. \n\n \n \n Ensefalitis \n \n \n\n Ensefalitis adalah peradangan pada jaringan otak yang disebabkan oleh infeksi atau respon autoimun. Kondisi ini dapat menyebabkan pembengkakan pada otak dan menimbulkan gejala, seperti sakit kepala, leher kaku, kejang, hingga hilang kesadaran. \n\n Nah Sahabat Hermina, untuk mengurangi risiko terjadinya gangguan pada batang otak, Anda perlu rutin memeriksakan kondisi kesehatan otak dengan dokter, menjalani gaya hidup sehat, dan rutin berolahraga. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 28 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 06 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 10 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 11 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>