- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 21 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
7 Kebiasaan yang Harus Dihindari Demi Menjaga Kesehatan Telinga<\/a><\/h3>
Telinga merupakan organ manusia yang memiliki fungsi selain sebagai indra pendengaran dan keseimbangan juga memperindah tampilan manusia. Fungsinya yang vital sebagai modal komunikasi antar sesama dan alarm pendeteksi sumber arah bahaya menyadarkan kita bahwa kesehatan yang prima dari telinga adalah modal yang amat sangat penting untuk kualitas hidup sampai usia senja. Kesehatannya dapat terganggu akibat aktifitas sehari-hari yang tanpa kita sadari dapat berefek buruk untuk telinga kita, berikut rangkuman dari berbagai kebiasaan buruk yang harus dihindari untuk kesehatan telinga: \n\n \n\n \n Mengorek telinga \n \n\n Sering kali tanpa disadari aktifitas membersihkan telinga dapat berakibat buruk pada telinga anda. Kotoran telinga atau biasa disebut serumen/ear wax pada dasarnya adalah produk yang rutin dihasilkan oleh kelenjar sebasea dan seruminosa di telinga luar yang berguna untuk melembabkan saluran telinga, menghambat debu, kuman dan bakteri, serta baunya yang khas tidak disukai oleh serangga atau hewan kecil lain yang dengan aromanya dapat mencegah mahluk tersebut masuk ke dalam liang telinga. \n\n Banyak masyarakat belum paham bahwa pada dasarnya tubuh kita memiliki mekanisme self cleaning terhadap kotoran telinga, seperti saat tidur miring, Gerakan mengunyah, dan pergantian kulit di saluran telinga itu sendiri. \n\n Mengorek telinga dapat menyebabkan beberapa kondisi masalah seperti luka lecet, perdarahan, bengkak saluran telinga, infeksi telinga, terdorongnya serumen semakin dalam di telinga, tertinggal/ lepasnya kapas cotton bud di liang telinga, luka bakar penggunaan ear candle, serta robeknya gendang telinga akibat terlalu dalam mengorek telinga. \n\n Mengingat resiko yang dapat ditimbulkan, oleh sebab itu membersihkan telinga sebaiknya dilakukan petugas/dokter yang ahli dan berpengalaman demi menghindarkan dari kejadian dan hal yang tidak diinginkan. \n\n \n\n \n Menggunakan sembarang tetes telinga \n \n\n Pengobatan diri sendiri atau self medication terutama penggunaan tetes telinga tanpa resep obat dapat menyebabkan masalah telinga. Produk Tetes telinga yang tersedia di pasaran memiliki kandungan yang sesuai untuk kegunaannya, antara lain tetes telinga untuk kasus infeksi bakteri, infeksi jamur, peradangan, membersihkan telinga, melunakan kotoran telinga. \n\n Penggunaan tetes telinga yang tidak sesuai dengan peruntukan serta berkepanjangan dapat berakibat negatif pada telinga. Seperti alergi, tersumbatnya liang telinga, gatal, nyeri telinga, infeksi yang memburuk dan timbulnya jamur pada saluran telinga. \n\n \n\n \n Tindik telinga di sembarang tempat \n \n\n Menggunakan asesoris anting dapat meningkatkan penampilan seseorang utamanya wanita. Namun sebaiknya anda mulai selektif dalam menentukan lokasi atau layanan pembuat lubang anting/ tindik telinga mengingat resiko infeksi yang dapat muncul saat prosesnya. Pilihlah fasilitas yang menjamin kebersihan alat dan proses penindikan telinga yang baik serta petugas yang berpengalaman, jika tidak maka bersiaplah dengan resiko infeksi daun telinga yang mengintai telinga kita. \n\n \n\n \n Mendengarkan musik melalui earphone \n \n\n Penggunaan earphone sebaiknya digunakan dengan bijak, ikuti aturan 60-60, yaitu penggunaan maksimal volume 60% selama 60 menit, jika lebih baiknya telinga anda beristirahat sejenak lepas earphone anda. Dampaknya mungkin akan baru terasa bertahun kemudian ketika anda merasakan gangguan penurunan pendengaran akibat syaraf telinga yang rusak karena terpapar suara yang direct dan intens. Jangan lupa gunakan bahan earphone yang lembut dan ukuran yang sesuai dengan dimeter lubang telinga agar tidak lecet dan menyebabkan nyeri dan infeksi saluran telinga. \n\n \n\n \n Mendengar suara keras \n \n\n Suara yang keras atau bising dapat menyebabkan kerusakan permanen syaraf telinga yang berakibat tuli. Resiko tuli tersebut sebanding dengan kenaikan kekuatan suara atau intensitas dengan satuan decibel (dB) serta waktu lamanya terpajan suara. Secara umum suara dengan intensitas 30-50 dB merupakan range suara yang aman didengar suara manusia. WHO menetapkan dikatakan bising jika diatas 85 dB. Pengukuran ini dapat diketahui menggunakan alat Sound Level meter. \n\n Nilai Ambang Batas bising bahkan sudah ditetapkan oleh kementrian tenaga kerja untuk melindungi pekerja yang terpapar bising di tempat kerja dengan nilai 85 dB terpapar selama 8 jam kerja/hari dengan catatan tetap menggunakan alat pelindung telinga. \n\n \n\n \n Membiarkan batuk pilek berkepanjangan \n \n\n Ketika anda atau anggota keluarga terkena batuk dan pilek. Jangan biarkan kondisi tersebut berlangsung lama karena ada resiko infeksi tersebut menjalar dan berefek pada telinga. Di belakang hidung dan tenggorokan ada saluran pengatur tekanan udara yang mengarah ke telinga yang bernama tuba eustachius. Jika infeksi radang batuk pilek menjalar ke saluran ini maka telinga akan mengalami infeksi yang dinamakan Otitis Media dengan gejala telinga terasa penuh, nyeri, berair bahkan menyebabkan berlubangnya gendang telinga dan menurunkan pendengaran. Resiko kejadian meningkat pada anak-anak mengingat masih kecil, pendek dan landainya ukuran dari tuba eustachius. Segera berobat jika batuk pilek tidak mereda dalam waktu 3 hari. \n\n \n\n \n Penggunaan helm kendaraan yang terlalu sempit \n \n\n Bagi anda pengendara kendaraan bermotor roda dua, pelindung kepala atau helm merupakan hal wajib. Gunakan selalu helm SNI dengan kualitas busa yang baik dan ukuran yang pas dengan diameter kepala. Hindari penggunaan helm yang terlalu sempit karena dapat mengakibatkan terhimpitnya daun telinga dan jika berlangsung lama maka kondisi kesehatan daun telinga dapat terganggu yang menyebabkan penyakit daun telinga seperti radang perikondritis, infeksi abses daun telinga yang dapat berkomplikasi mengecilnya daun telinga secara permanen (cauliflower ear) suatu kondisi yang dapat berdampak pada estetik telinga dan wajah. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 23 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Telinga Berdenging Tanda Sedang Digosipkan Orang Lain, Tetapi Karena...<\/a><\/h3>
Meskipun tinnitus sering dikaitkan dengan gangguan pendengaran, hal itu tidak menyebabkan gangguan tersebut, dan gangguan pendengaran juga tidak menyebabkan tinnitus. Faktanya, beberapa orang dengan tinnitus tidak mengalami kesulitan mendengar, dan dalam beberapa kasus mereka bahkan menjadi sangat sensitif terhadap suara (hiperakusis) sehingga mereka harus mengambil langkah untuk meredam atau menutupi suara dari luar. Paparan suara keras dalam waktu lama adalah penyebab paling umum dari tinnitus. Hingga 90% orang dengan tinnitus memiliki beberapa tingkat gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan. Kebisingan menyebabkan kerusakan permanen pada saraf pendengaran di koklea, organ berbentuk spiral di telinga bagian dalam atau sering disebut rumah siput. Tukang kayu, pilot, musisi rock, pekerja perbaikan jalan, dan penata taman termasuk di antara mereka yang pekerjaannya berisiko, seperti halnya orang yang bekerja dengan gergaji mesin, senjata api, atau perangkat keras lainnya atau yang berulang kali mendengarkan musik keras. Paparan tunggal terhadap suara yang sangat keras tiba-tiba juga dapat menyebabkan tinnitus. \n\n Kebanyakan orang yang mencari bantuan medis untuk tinnitus mengalaminya sebagai subjektif, suara konstan seperti dering konstan di telinga atau suara berdengung di telinga, dan sebagian besar memiliki beberapa derajat gangguan pendengaran. Hal-hal yang menyebabkan gangguan pendengaran (dan tinnitus) termasuk suara keras, obat-obatan yang merusak saraf di telinga (obat ototoksik), kotoran telinga, masalah telinga tengah (seperti infeksi dan tumor pembuluh darah), dan penuaan. Tinnitus juga bisa menjadi gejala penyakit Meniere, yaitu gangguan mekanisme keseimbangan di telinga bagian dalam. Tinnitus dapat muncul di mana saja di sepanjang jalur pendengaran, dari telinga luar melalui telinga tengah dan dalam ke korteks pendengaran otak, di mana ia diterjemahkan (dalam arti tertentu, dicetak). Salah satu penyebab paling umum dari tinitus adalah kerusakan sel-sel rambut di koklea (lihat "Jalur pendengaran dan tinnitus"). Sel-sel ini membantu mengubah gelombang suara menjadi gelombang listrik pada saraf. Jika jalur atau sirkuit pendengaran di otak tidak menerima sinyal yang mereka harapkan dari koklea, otak pada dasarnya mengkompensasi pada jalur tersebut untuk mendeteksi sinyal - dengan cara yang sama seperti Anda menaikkan volume radio mobil ketika Sahabat Hermina mencoba mencari sinyal stasiun. Kebisingan listrik yang dihasilkan berupa tinnitus — suara bernada tinggi jika gangguan pendengaran berada dalam rentang frekuensi tinggi dan bernada rendah jika berada dalam rentang frekuensi rendah. Tinnitus semacam ini menyerupai ilusi nyeri tungkai pada orang yang diamputasi - otak memproduksi sinyal saraf abnormal untuk mengkompensasi input yang hilang. \n\n Kebanyakan tinnitus adalah "sensorineural," yang berarti bahwa itu disebabkan oleh gangguan pendengaran pada tingkat koklea atau saraf koklea. Tapi tinnitus mungkin berasal dari tempat lain. Tubuh kita biasanya menghasilkan suara (disebut suara somatik) yang biasanya tidak kita sadari karena kita mendengarkan suara eksternal. Apa pun yang menghalangi pendengaran normal dapat membawa suara somatik ke perhatian kita. Misalnya, Sahabat Hermina mungkin mendapatkan suara bising saat kotoran telinga menyumbat telinga luar. Tinnitus yang lama dapatdampak emosional negatif pada Sahabat Hermina, sehingga tidak akan mempengaruhi hidup Sahabat Hermina. Deteksi tinitus sejak dini dapat meningkatkan angka kesembuhan. Sahabat Hermina akan melihat peningkatan dalam tidur Sahabat Hermina, kemampuan untuk berkonsentrasi, depresi dan kecemasan. \n\n Gangguan pada telinga merupakan masalah kesehatan yang serius karena dapat menimbulkan gangguan pendengaran dan komplikasi lainnya, seperti meningitis. Oleh karena itu, Anda perlu segera memeriksakan diri ke dokter THT untuk mendapatkan pengobatan yang tepat jika Anda mengalami gejala gangguan pada telinga. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciledug<\/a><\/li>
- 11 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kapan harus periksa ke Dokter Spesialis THT ?<\/a><\/h3>
\n\n Kapan Waktu Yang Tepat Datang ke poli THT ? \n\n a. Gangguan Telinga: berkurang pendengaran, nyeri dan keluar cairan, benda asing, trauma telinga DLL \n\n b. Gangguan Hidung: mimisan, pilek berulang, bersin pada waktu/saat tertentu berulang, hidung tersumbat DLL \n\n c. Gangguan Tenggorok: rasa tenggorokan mengganjal/nyeri berulang, gangguan suara, lendir mengalir ke tenggorok berulang DLL \n\n d. Gangguan tidur: mengorok, tidur sering tersedak, sering mengantuk/kurang konsentrasi saat aktifitas \n\n \n\n Pelayanan THT : \n\n a. Melakukan pemeriksaan organ telinga, hidung dan tenggorok dengan sistematis dengan metode terkini yaitu endoskopi \n\n b. Melakukan Operasi bagian Telinga, Hitung dan Tenggorok \n\n c. Melakukan deteksi dini pendengaran bayi baru lahir \n\n \n\n Jika mengalami keluhan, bisa langsung konsultasikan ke dokter spesialis THT di RS Hermina Ciledug \n\n Untuk cek jadwal dan pendaftaran bisa melalui : \n\n 1. Mobile Apps Halo Hermina \n\n 2. Call Center 1500-488 \n\n 3. Website : www.herminahospitals.com \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 21 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Skrining Pendengaran Bayi<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, pada bayi baru lahir diwajibkan pemeriksaan skrining pendengaran bayi [Newborn Hearing Screening] untuk mencegah gangguan perkembangan mendengar dan komunikasi yang menetap. \n\n Di Negara maju Newborn Hearing Screening (NHS) sudah diterapkan sebagai prosedur rutin pada bayi baru lahir sebelum pulang dari rumah sakit tempat bayi dilahirkan. Misalnya di Amerika Serikat pada tahun 2017, telah dilakukan skrining pendengaran bayi baru lahir pada 3.742.608 (98,3%) bayi. Dari jumlah tersebut ditemukan 6.500 bayi dengan tuli bawaan sejak lahir atau sekitar 2 bayi tuli sejak lahir dari 1.000 kelahiran. \n\n Skrining pendengaran bayi dimulai pada usia 2 hari, diagnosa pasti usia 3 bulan dan habilitasi pendengaran sebelum usia 6 bulan. Ketulian pada bayi yang diketahui sebelum usia 3 bulan, kemudian memperoleh habilitasi yang optimal diharapkan dapat mencapai kemampuan wicara mendekati anak normal pada usia 36 bulan. \n\n Skrining pendengaran bayi baru lahir menggunakan pemeriksaan yang bersifat obyektif, automatis, cepat, otomatis, akurat, tanpa rasa sakit, dan sensitifitasnya mendekati 100%. Deteksi dini gangguan pendengaran pada bayi lahir mengalihkan konsep kesehatan kuratif ( pengobatan) menjadi preventif (pencegahan). \n\n Siapa saja yang memerlukan skrining pendengaran? \n\n Semua bayi baru lahir terutama bayi yang memiliki risiko terhadap gangguan pendengaran, antara lain: \n\n \n Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga. \n Riwayat infeksi TORCHS (Toxoplasma, Rubela, Sitomegalovirus, Herpes dan sifilis ) saat dalam kandungan. \n Lahir kurang bulan (prematur). \n Berat badan lahir < 2500gram. \n Bayi kuning (hiperbilirubinemia). \n Meningitis (radang selaput otak). \n Bayi dirawat pada ruang intensif (NICU/ Neonatal Intensive Care Unit atau PICU/ Perinatal Intensive Care Unit ). \n Pemakaian obat yang dapat mengganggu pendengaran (ototoksik), misalnya antibiotika tertentu. \n Sindrom (kumpulan gejala) yang berkaitan dengan gangguan pendengaran. Misalnya sindrom Rubela yang terdiri dari kelainan jantung bawaan, katarak kongenital dan tuli saraf \n Nilai Apgar rendah (bayi lahir tidak langsung menangis setelah lahir). \n Penggunaan ventilator/ peralatan bantuan hidup lebih dari 5 hari. \n \n\n Pemeriksaan telinga dan pendengaran \n\n Berdasarkan standart Internasional (Joint Committee on Infant Hearing-2007) pemeriksaan skrining pendengaran bayi baru lahir meliputi: \n\n \n Otoacoustic Emission (OAE). Dilakukan pada saat sebelum bayi meninggalkan rumah sakit tempat bayi dilahirkan \n Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA). Pemeriksaan ini dilakukan pada usia 3 bulan \n \n\n Auditory Steady State Response (ASSR). Dilakukan untuk menilai perkiraan ambang dengan secara lengkap masing-masing frekuensi bila telah dipastikan bahwa bayi mengalami tuli saraf, karena ASSR juga berperan untuk pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). \n\n \n\n Sebelum pemeriksaan –pemeriksaan tersebut dilakukan pemeriksaan Otoskopi untuk: \n\n \n Menilai kondisi liang dan gendang telinga, ada kotoran? \n Menilai kondisi telingan tengah, apakah ada cairan? \n \n\n Bila dianggap perlu akan dilakukan pemeriksaan tambahan berupa : Timpanometri yaitu: pemeriksaan untuk menentukan keadaan di telinga tengah. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui adanya cairan di telinga tengah, adanya kekakuan tulang-tulang pendengaran, atau terjadi tekanan negatif di telinga tengah seperti kita alami ketika sedang berada di pegunungan. \n\n Melakukan pemeriksaan sejak bayi baru lahir sangat penting untuk mengetahui apakah terdapat gangguan pendengaran pada bayi sehingga orang tua dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasinya. Karena apabila bayi dibiarkan tumbuh dengan gangguan pendengaran yang tidak dapat terdeteksi, Risiko gangguan kemampuan bicara dan berkomunikasi pada anak juga semakin tinggi. \n\n Habilitasi pendengaran yang optimal sudah harus dilakukan selambat-lambatnya pada usia 6 bulan. Tanpa habilitasi dini dan tepat, bayi dengan gangguan pendengaran sejak lahir kelak dihadapkan dengan masalah kesulitan berbicara dan bahasa seumur hidup dan defisit berbagai perkembangan sehingga mengakibatkan keterbatasan dalam bidang pendidikan dan kesempatan kerja. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 23 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
SINUSITIS DAN PENANGANANNYA<\/a><\/h3>
Sinusitis dan penanganya \n\n Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasal. peradangan ini dapat terjadi pada salah satu sinus paranasal atau pada beberapa berapa sinus paranasal. American Academy of Otolaryngology- Head and Neck surgery yang mengusulkan pergantian pergantian terminologi sinusitis menjadi rinosinusitis. Hal ini mendukung konsep “one air way one disease”. Kejadian ini menunjukkan bahwa rinosinusitis merupakan manifestasi atas respon peradangan mukosa sinus paranasal. \n\n Gejala dan tanda \n\n Menurut Task force dari American Academy of Otolaringologic Allergic (AAOA), dan American Rhinologic Society (ARS), gejala klinik Rinosinusitis (RS) pada penderita dewasa dibagi menjadi: 1). Kriteria mayor: sakit pada daerah pipi, hidung buntu, ingus purulent, gangguan penciuman, sekcret purulent pada rongga hidung, demam ( untuk fase akut ). 2). Batuk, demam (untuk non akut), tenggorok berlendir, nyeri geraham, halitosis. \n\n Klasifikasi Rinosinusitis \n\n Klasifikasi RS pada anak, berbeda dengan klasifikasi pada dewasa. Klasifikasi pada penderita dewasa, antara lain: \n\n \n Rinosinusitis Akut (RSA), berlangsung dengan gejala sampai 4 minggu. Gejala bersifat mendadak, biasanya akibat virus dan akan sembuh sebelum 4 minggu. Setelah itu gejala akan menghilang. \n Rinosinusitis akut berulang (recurrent acute rhinosinusitis), gejalanya mirip dengan RSA, berlangsung selama 7-10 hari, yang terjadi 4 atau lebih selama 1 tahun. \n Rinosinusitis sub akut (RSSA), adalah RS dengan gejala yang berlangsung antara 4-12 minggu. Diduga dalam tahap ini belum ada perubahan secara histopatologi pada mukosa sinus. \n Rinosinusitis kronik (RSK), merupakan RS dengaan gejala yang berlangsung selama lebih dari 12 minggu. \n Rinosinustis kronik dengan eksaserbasi akut, adalah RSK pada umumnya dengan gejala yang menetap, tetapi dengan perburukan gejala, akibat infeksi berulang. \n \n\n \n\n Penatalaksanaan Rinosinusitis \n\n Penatalaksanaan rinosinusitis tergantung dari jenis, derajat serta lama penyakit pada masing-masing penderita. Pada RSA terapi medikamentosa merupakan terapi utama. Pada RSK terapi bedah mungkin menjadi pilihan yang lebih baik dari pada medikamentosa. \n\n Terapi medikamentosa merupakan terapi yang penting karena lebih sederhana, mudah dilaksanakan serta relatif lebih murah dari terapi pembedahan. \n\n 1.Terapi Medikamentosa. \n\n a. Dekongestan. \n\n b. Kortikosteroid. \n\n c. Antihistamin. \n\n d. Antibiotik. \n\n 2.Terapi Bedah. \n\n \n\n Narasumber : dr. Rajiman, Sp. THT-KL \n\n \n\n Untuk membuat janji silahkan klik link berikut ini: \n\n https://herminahospitals.com/doctors/dr-rajiman-sp-tht-kl-m-kes \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 31 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Penyebab Kuping Berdengung<\/a><\/h3>
Pernahkah Anda mengalami telinga berdenging? Di dunia medis, kondisi telinga berdenging ini disebut dengan tinnitus. Kondisi ini bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala masalah kesehatan lain. Tinnitus biasanya disebabkan oleh kerusakan pada rambut-rambut kecil di telinga bagian dalam. \n\n \n\n Rusaknya rambut-rambut ini dapat mengubah sinyal yang akan dikirimkan ke otak. Tinnitus bisa bersifat sementara atau bisa seumur hidup. Lantas, kondisi apa saja yang bisa membuat seseorang mengalami tinnitus? \n\n \n\n \n\n Penyebab Telinga Berdenging \n\n \n\n Melansir dari WebMD, telinga berdenging bisa disebabkan oleh faktor-faktor berikut: \n\n \n\n 1. Penambahan Usia \n\n Pada umumnya, kualitas pendengaran akan semakin menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan fungsi pendengaran ini biasanya dimulai sekitar usia 60 dan dapat mempengaruhi kedua telinga. Intinya, tinnitus lebih mungkin dialami oleh lansia daripada orang yang lebih muda. \n\n \n\n 2. Suara Keras \n\n Suara keras juga menjadi penyebab utama tinnitus. Tinnitus bisa muncul ketika Anda sering mendengar suara keras setiap hari selama bertahun-tahun atau sesuatu yang hanya terjadi sekali, yakni seperti saat berada di konser atau acara-acara tertentu. Suara keras dapat mempengaruhi satu atau kedua telinga, sehingga menyebabkan gangguan pendengaran dan nyeri. Kerusakan yang dialami pun bisa bersifat permanen atau sementara. \n\n \n\n 3. Menumpuknya Kotoran di Telinga \n\n Ketika Anda jarang membersihkan telinga dan kotorannya semakin menumpuk, bukan tidak mungkin Anda juga bisa mengalami telinga berdenging atau gangguan pendengaran. Hindari untuk menghilangkan kotoran sendiri tanpa alat-alat yang memadai. Sebaiknya kunjungi dokter THT untuk membantu membersihkan kotoran yang telah menumpuk di telinga ini. \n\n \n\n 4. Penggunaan Obat-Obatan Tertentu \n\n Penggunaan obat-obatan ternyata juga bisa memicu tinnitus. Beberapa contoh obat-obatan yang bisa memicu tinnitus contohnya aspirin, diuretik, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), obat berbasis kina, antibiotik tertentu, antidepresan, dan obat kanker. Biasanya semakin kuat dosisnya, semakin besar kemungkinan Anda mengalami masalah pendengaran. Sering kali gejala tinnitus hilang ketika Anda menghentikan penggunaan obat-obatan tersebut. \n\n \n\n 5. Infeksi Telinga dan Sinus \n\n Tinnitus kerap muncul saat seseorang terserang flu. Itu bisa jadi karena infeksi telinga atau sinus yang memengaruhi pendengaran dan meningkatkan tekanan pada sinus. Jika itu penyebabnya, seharusnya tinnitus tidak berlangsung lama. Jika tidak membaik setelah seminggu atau lebih, segera temui dokter. \n\n \n\n 6. Masalah pada Rahang \n\n Masalah dengan rahang atau sendi temporomandibular dapat menyebabkan tinnitus. Kondisi ini biasanya ditandai dengan nyeri pada sendi saat mengunyah atau berbicara. Nyeri ini muncul karena sendi berbagi beberapa saraf dan ligamen dengan telinga tengah. Dokter gigi dapat mengobati gangguan rahang ini dan membantu anda untuk mencegah telinga berdenging semakin parah. \n\n \n\n 7. Masalah Tekanan Darah \n\n Tekanan darah tinggi dan hal-hal lain pemicu tekanan darah, seperti stres, alkohol, dan kafein bisa memicu tinnitus. Ini karena, pembuluh darah di dekat telinga tengah dan dalam menjadi tidak terlalu elastis saat tekanan darah meningkat. \n\n \n\n 8. Mengidap Penyakit \n\n Gangguan telinga bagian dalam yang disebut penyakit Meniere atau cedera kepala dan leher bisa membuat seseorang mengalami tinnitus. Kondisi seperti fibromyalgia dan penyakit Lyme juga dapat memicu telinga berdenging. Dokter dapat membantu Anda untuk mengetahui penyebabnya dan meredakan suaranya. \n\n \n\n Jadi, pastikan untuk rutin memeriksakan diri ke dokter bila mengalami kondisi dan gejala tinnitus yang telah disebutkan di atas sebelum gejala menjadi lebih berat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 27 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apa Penyebab Terjadinya Gangguan Pendengaran?<\/a><\/h3>
Telinga adalah organ pendengaran yang berperan penting dalam aktiftas sehari-hari. Peran penting telinga adalah menghantarkan dan menerima suara atau bunyi. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam. Saat terjadi gangguan pada salah satu bagian telinga maka akan terjadi gangguan dalam proses mendengar. Akibat yang sering timbul biasanya tidak dapat mendengar dengan jelas atau pendengaran samar, pada kasus berat penderita tidak dapat mendengar sama sekali. \n\n \n\n \n\n Pengertian Gangguan Pendengaran \n\n \n\n Seringnya terpapar suara yang nyaring/keras dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan pendengaran, gangguan pendengaran juga bisa disebabkan oleh faktor usia. Pendengaran dapat dikatakan terganggu apabila sinyal suara gagal mencapai otak. \n\n \n\n Pada umumnya, gangguan pendengaran berkembang secara bertahap, tidak hilang secara tiba-tiba. Namun tidak menutup kemungkinan pendengaran akan menghilang total. \n\n \n\n \n\n Penyebab Gangguan Pendengaran \n\n \n\n Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh bererapa faktor, namun terdapat 3 tipe yang dapaat menjadi penyebab gangguan pendengaran, di antaranya: \n\n \n\n - Gangguan pendengaran konduktif \n\n Gangguan pendengaran konduktif terjadi ketika proses penghantaran bunyi atau suara terganggu akibat adanya gangguan pada telinga. Beberapa kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran konduktif adalah: \n\n \n Pilek atau Rhinitis menyebabkan penumpukan cairan di telinga bagian tengah \n Infeksi telinga tengah atau otitis media \n Infeksi telinga luar atau otitis eksterna \n Gendang telinga robek atau perforasi membran timpani \n Tumor atau pertumbuhan jaringan yang tidak normal di telinga bagian luar dan telinga bagian tengah, seperti kolesteatoma \n Kotoran telinga yang menumpuk dan menyumbat saluran telinga atau serumen prop \n Gangguan atau kerusakan pada tuba eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan telinga dengan hidung dan tenggorokan \n Adanya benda asing yang tersangkut saluran saluran telinga, seperti batu kerikil atau manik-manik \n \n\n \n\n - Gangguan pendengaran sensorineural \n\n Gangguan pendengaran sensorineural terjadi ketika ada kerusakan telinga bagian dalam dan gangguan pada jalur saraf antar telinga bagian dalam dan otak. Beberapa kondisi dan penyakit bisa menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural adalah: \n\n \n Penyakit autoimun yang menyerang telinga atau penyakit Meniere \n Penggunaan obat yang menimbulkan efek samping pada telinga, seperti antibiotik aminoglikosida, obat kemoterapi, aspirin dosis tinggi, dan loop diuretic \n Kondisi genetik \n Gangguan pembentukan telinga bagian dalam \n Proses penuaan yang disebut juga presbikusis \n Pukulan atau cedera di kepala \n Paparan suara keras yang berlangsung dalam waktu lama, seperti bekerja di proyek dengan kebisingan tinggi, menggunakan hedset dengan suara yang keras. \n \n\n \n\n - Gangguan pendengaran campuran \n\n Gangguan pendengaran campuran terjadi ketika timbul gangguan pendengaran konduktif bersamaan dengan gangguan pendengaran sensorineural. Kondisi ini dapat menunjukan adanya kerusakan pada telinga bagian luar, tengah, dan bagian dalam, atau jalur saraf ke otak. \n\n \n\n Sahabat Hermina, jika mengalami keluhan dalam pendengaran segera konsultasikan keluhan yang Anda alami kepada dokter spesialis THT RS. Hermina terdekat. Selalu jaga kesehatan telinga Sahabat Hermina. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 22 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
Penanganan Benda Asing yang Masuk pada Hidung Anak<\/a><\/h3>
Masuknya benda asing pada hidung merupakan salah satu kasus yang banyak terjadi di unit gawat darurat. Kasus ini sering dialami pada anak-anak, biasanya pada usia 2–5 tahun. Keingintahuan anak-anak dalam mengeksplorasi tubuh mereka membuat anak-anak rentan terhadap masuknya benda asing pada hidung. Walaupun kasus ini terlihat sederhana, namun hal ini dapat menyebabkan morbiditas dan bahkan mortalitas, jika benda asing tersebut masuk ke dalam saluran nafas. \n\n \n\n Ada 2 katagori yang kita kenal yaitu benda asing organik seperti lintah (sering kita jumpai pada petani yang bekerja di sawah atau di rawa), larva lalat, kacang, nasi, dan lainnya. Sedangkan benda asing anorganik seperti mote (manik-manik), kerikil, kertas atau tisu, batere jam, logam, dan lainnya. \n\n \n\n Lokasi tersering pada benda asing pada hidung adalah pada bagian anterior vestibulum sampai ke konka media atau dibawah dari konka inferior. Tidak satupun benda asing boleh dibiarkan dalam hidung oleh karena bahaya nekrosis dan infeksi sekunder yang mungkin timbul. Benda asing yang kecil dapat teraspirasi dan terdorong kebelakang sehingga menyebabkan obstruksi jalan nafas akut. Oleh karena itu, benda asing pada hidung tidak boleh dianggap sederhana. \n\n \n\n Gejala utama yang lazim adalah hidung tersumbat dan lendir yang berbau pada satu sisi lubang hidung. Bila benda tersebut belum lama dimasukkan, maka tidak atau hanya sedikit yang mengganggu, kecuali bila benda tersebut tajam atau sangat besar. \n\n \n\n Pengangkatan benda asing di hidung dengan bantuan suatu kait yang diselipkan di belakang benda tersebut atau suatu forcep aligator yang kecil. Pemeriksaan menggunakan endoskopik rigid dapat memvisualisasikan lebih jelas benda asing dan mencegah trauma pada mukosa. \n\n \n\n Pengangkatan dapat dilakukan di klinik pada anak yang kooperatif, setelah sebelumnya dioleskan suatu anestetik topikal dan vasokonstriktor. Pengeluaran benda asing harus secepatnya dan dapat menggunakan anestesi umum pada kasus dengan anak yang tidak kooperatif. \n\n \n\n Komplikasi yang sering terjadi pada benda asing di hidung dapat menyebabkan nekrosis, ulserasi mukosa dan erosi pada pembuluh darah. Pembengkakan pada mukosa hidung menyebabkan obstruksi pada drainase sinus. Benda organik pada hidung cenderung mengembang dan biasanya lebih simptomatik dari pada anorganik. \n\n \n\n Untuk mencegah hal ini terjadi pada Si Kecil, ada hal-hal yang perlu orangtua perhatikan sebagai tindakan pencegahan, yaitu: \n\n \n Awasi selalu area bermain anak-anak \n Jauhkan anak-anak dari benda benda kecil yang memiliki kemungkinan dimasukan ke dalam hidungnya \n Berikan pemahaman kepada anak-anak bahwa memasukkan benda asing ke dalam hidung itu berbahaya \n \n\n \n\n Jika Si Kecil memasukkan sesuatu ke dalam hidungnya, jangan panik dan segara bawa ke klinik atau rumah sakit terdekat untuk segera mendapatkan tindakan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 31 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Mencegah Kehilangan Pendengaran akibat Kebisingan<\/a><\/h3>
Sahabat Hemina, pendengaran adalah indra penting untuk komunikasi. Penurunan pendengaran (ketulian) akan berdampak pada psikologis dan sosial. \n\n \n\n Prevalensi Gangguan Dengar Menurut Survey Kesehatan Nasional 2001 gangguan dengar yang diakibatkan ketulian adalah 2,7%. Sedangkan Menurut Multi Centre Study di Asia Tenggara, gangguan dengar yang diakibatkan ketulian sebesar 4,6%. Sebanyak 75-140 juta penduduk Asia Tenggara mengalami gangguan dengar (WHO 2020). \n\n \n\n Jika Sahabat hermina mendengar suara atau bunyi-bunyian yang kencang atau keras, apalagi bila dalam waktu yang lama, berisiko mengalami penurunan fungsi dengar, karena suara bising tersebut bisa menyebabkan gangguan pendengaran yang disebut noise-induced hearing loss (NIHL). \n\n \n\n NIHL adalah gangguan pendengaran yang terjadi ketika struktur sensitif di telinga bagian dalam rusak karena kebisingan atau suara-suara yang terlalu keras. NIHL bisa terjadi secara langsung atau secara bertahap dalam beberapa waktu lamanya. \n\n \n\n NIHL dapat memengaruhi satu telinga atau kedua telinga, serta bisa bersifat sementara atau permanen. Ketika pengidap tidak menyadari bahwa pendengarannya sudah terganggu, pengidap dapat mengalami masalah pendengaran di kemudian hari, seperti tidak bisa mendengar orang lain dengan jelas saat mereka berbicara, apalagi saat melakukan panggilan telepon atau di ruangan yang bising. Gangguan ini bisa terjadi pada siapa saja dari segala usia. \n\n \n\n Suara diukur dalam satuan yang disebut desibel. Suara yang berada pada 70 desibel A-weighted (dBA) atau lebih rendah dinilai aman dan tidak dapat menyebabkan gangguan pendengaran bahkan setelah terpapar cukup lama. Namun, paparan yang lama atau berulang pada suara yang berada pada 85 dBA atau lebih, dapat menyebabkan gangguan pendengaran. \n\n \n\n Berikut peringkat desibel rata-rata dari beberapa suara yang sering didengar sehari-hari: \n\n - Percakapan normal: 60-70 dBA \n\n - Menonton bioskop: 74-104 dBA \n\n - Suara motor: 80-110 dBA \n\n - Mendengarkan musik melalui earphone pada volume suara maksimum, dan menonton konser: 94-110 dBA \n\n - Bunyi sirene: 110-129 dBA \n\n - Pertunjukkan kembang api: 140-160 dBA. \n\n \n\n Penting untuk memahami jarak saat berada dari sumber suara dan lamanya waktu mendengar suara tersebut karena hal ini berpengaruh terhadap kesehatan pendengaran. \n\n \n\n \n\n Mencegah Noise-induced Hearing Loss \n\n \n\n NIHL adalah jenis gangguan pendengaran yang dapat dicegah, yaitu dengan cara: \n\n \n Ketahui sumber suara keras yang dapat sebabkan gangguan pendengaran (85 dBA ke atas) dan hindarilah suara tersebut. \n Kenakan penyumbat telinga atau alat pelindung telinga lain (ear plugs, earmuffs dan helmet) saat melakukan aktivitas yang melibatkan suara yang keras. \n Bila tidak dapat mengurangi volume suara bising atau melindungi diri dari kebisingan tersebut, sebaiknya menjauhlah dari sumber suara tersebut. \n Segera lakukan tes pendengaran bila kamu merasa mengalami gangguan pendengaran. \n \n\n \n\n \n\n Dampak dari Kebisingan \n\n \n\n Jika telinga terlalu lama terpapar suara bising, maka dampak yang dapat terjadi adalah: \n\n - Masalah pendengaran \n\n - Gangguan Dengar Akibat Bising (GDAB) \n\n - Gelisah (Annoyance) \n\n - Gangguan tidur \n\n - Serangan Jantung \n\n - Pengaruh pada performa pekerjaan atau sekolah \n\n \n\n \n\n Jadi, jangan sepelekan suara-suara bising yang ada di sekitar kita. Tidak hanya mengganggu, suara bising juga bisa berbahaya bagi kesehatan pendengaran. Bila Sahabat Hermina merasa mengalami gejala gangguan pendengaran, segera periksakan diri ke dokter THT. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 03 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tips Menjaga Kesehatan Telinga<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, terpapar suara keras secara berulang-ulang merupakan salah satu penyebab umum kehilangan pendengaran permanen. Kerusakan akan berkembang secara perlahan dan tanpa rasa sakit atau gejala lainnya sehingga umumnya seseorang tidak menyadari sedang memiliki gangguan pendengaran hingga parah. \n\n \n\n Gangguan pendengaran yang terjadi dari tuli sebagian (kurang dengar) atau tuli berat dapat menghambat produktivitas sehari-hari terutama saat berkomunikasi. Apabila telinga menjadi kurang dengar maka bisa terjadi kesalahpahaman saat berkomunikasi dengan lawan bicara. \n\n \n\n Faktor Penyebab Gangguan Pendengaran \n\n Adapun gangguan pendengaran yang diderita dapat terjadi karena berbagai faktor yaitu: \n\n - Mempunyai gangguan sejak lahir \n\n - Terlalu lama mendengar suara yang sangat bising \n\n - Proses penuaan, di mana terjadi degenerasi sel-sel sensorik penerima sensasi dengar \n\n - Merokok. Resiko untuk kehilangan pendengaran dapat meningkat ketika merokok \n\n \n\n Cara Menjaga Kesehatan Pendengaran \n\n Ada beberapa hal yang dapat Sahabat Hermina lakukan untuk mengurangi risiko terkena gangguan pendengaran, yaitu: \n\n - Jangan menggunakan earphone dengan volume terlalu keras dan memakai earphone lebih dari satu jam \n\n - Gunakanlah pelindung pendengaran jika berada di lingkungan yang memiliki tingkatan kebisingan yang sangat tinggi (di atas 85 desibel) \n\n - Rutin membersihkan kotoran telinga. Penumpukan kotoran di telinga bisa mengurangi kepekaan indra pendengaran. Maka dari itu lakukan pembersihan kotoran telingan setiap seminggu sekali untuk mencegah penumpukan kotoran \n\n - Untuk balita agar usahakan tidak meminum susu botol sebelum bayi berumur satu tahun untuk mengurangi infeksi saluran nafas. Selain itu agar tuba eustachius (saluran penghubung tenggorakan dengan telinga tengah) lebih terlatih dan berfungsi baik \n\n - Berikan waktu bagi telinga untuk beristirahat, semakin sering seseorang terpapar suara maka bisa mempengaruhi gangguan pendengaran, bahkan suara dengan volume rendah sekalipun jika terpapar dalam jangka waktu lama bisa jadi berbahaya. Untuk itu berilah waktu bagi telinga untuk beristirahat dengan berada di dalam ruangan yang tenang \n\n - Hindari membersihkan telinga dengan benda keras seperti batang bulu ayam, batang rumput, batang korek api dan keras lainnya \n\n - Periksakan diri ke dokter spesialis THT \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mulai merasakan perasaan tidak nyaman pada telinga atau merasa adanya gangguan pada indera pendengaran Anda, segera lakukan pemeriksaan kesehatan telinga ke dokter spesialis THT di RS Hermina Bogor. Kami siap membantu dan melayani Anda dan keluarga. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Source: \n\n \n\n https://promkes.kemkes.go.id/tips-menjaga-kesehatan-telinga-dan-pendengaran \n\n \n\n https://www.idntimes.com/health/medical/nena-zakiah-1/cara-mencegah-gangguan-pendengaran/7 \n\n \n\n https://health.detik.com/hidup-sehat-detikhealth/d-1613201/cara-mencegah-gangguan-pendengaran \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangerang<\/a><\/li>
- 29 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Cuci Hidung<\/a><\/h3>
Hidung merupakan salah satu organ tubuh kita yang dapat menyaring udara masuk melalui rambut–rambut halus yang dimilikinya, sebagai organ pertahanan tubuh serta sebagai alat penghidu. Pilek, hidung tersumbat, bersin adalah keluhan hidung yang sering dikeluhkan pasien. Hal ini berhubungan dengan saluran pernapasan bagian atas, khususnya hidung. \n\n \n\n Setiap harinya hidung kita dilewati 10.000 sampai 15.000 liter udara setiap harinya. Setiap liter udara mengandung berjuta juta partikel. Partikel-partikel tersebut hinggap di hidung dan dapat memicu suatu peradangan. Setiap hari, polutan bebas masuk ke hidung kita akibat pencemaran udara. Udara yang dihirup akhirnya mengandung zat-zat yang tidak baik untuk kesehatan, bahkan berbahaya. Hidung akhirnya bekerja lebih keras. Akibatnya, sistem mukosilier yang berfungsi melembabkan dan menyapu kotoran akan rusak. Hidung yang lembab akan menjadi kering dan proses penyaringan udara yang masuk pun akan terganggu, sehingga kotoran, debu, dan polutan akan menumpuk di hidung. \n\n Akibat lainnya, infeksi mudah terjadi, sehingga Anda mudah mengalami pilek. Oleh karena itu, kita bisa mencoba untuk menerapkan cuci hidung dalam rutinitas sehari-hari. \n\n \n\n Cuci Hidung \n\n Cuci hidung adalah kegiatan membilas hidung dari bakteri dan udara kotor dengan menggunakan larutan fisiologis. \n\n \n\n Manfaat Cuci Hidung \n\n Manfaat mencuci hidung antara lain: \n\n \n Membersihkan debu dan kotoran yang menumpuk pada hidung \n Mencegah infeksi pada rongga hidung, saluran nafas, dan paru-paru \n Mengurangi gejala pada kasus alergi dan sinusitis \n Membuat hidung terasa bersih dan segar \n Membersihkan lendir yang kental \n Melembabkan hidung yang kering akibat lingkungan yang dingin atau infeksi \n \n\n \n\n \n\n Cuci hidung dapat dilakukan oleh siapa saja. Dari anak-anak hingga orang dewasa dan lansia, serta orang yang memiliki riwayat alergi hidung, sinusitis, sakit pada saluran napas, atau penyakit lain atas instruksi dokter. \n\n \n\n Kapan Cuci Hidung \n\n Jika Sahabat Hermina ini mencuci hidung, berikut adalah waktu yang baik untuk melakukannya: \n\n - Orang sehat: 2 kali (minimal 10-30 cc) perhari \n\n - Untuk pencegahan: misalnya setelah paparan polusi ataupun setelah mengunjungi orang sakit, dapat dilakukan 2 kali ( jumlah lebih banyak) \n\n - Orang sakit: 3 kali (+tengah hari) dengan jumlah lebih banyak \n\n \n\n Langkah-langkah Mencuci Hidung \n\n Agar tidak melakukan kesalahan, Sahabat Hermina dapat mengikuti langkah-langkah berikut: \n\n \n Cuci tangan terlebih dahulu \n Tuangkan carian pencuci hidung ke dalam wadah \n Ambil cairan menggunakan spuit (tanpa jarum) \n Miringkan kepala ke kiri jika ingin menyemprotkan ke hidung kanan, dan sebaliknya, sambil buka mulut tahan napasnya \n Arahkan spuit ke bagian lubang hidung sambil arahkan untuk disemprotkan ke hidung bagian dinding hidung bagian luar, sambil mulut dibuka \n Semprotkan ke dalam lubang hidung \n Biarkan cairan keluar dari lubang hidung satunya \n Bersihkan hidung dengan tissue \n Buang tissue ke tempat sampah \n Ulangi pada lubang hidung lainnya. \n Cuci tangan setelah cuci hidung \n \n\n \n\n Tindakan cuci hidung ini aman dan memberikan manfaat yang baik bila dilakukan rutin. Untuk info lebih lanjut dapat mengujungi poliklinik THT-KL Rumah Sakit Hermina Tangerang. Selamat mencoba, Sahabat Hermina! \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 29 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 22 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 27 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>