- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 30 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Aritmia, Si Penyebab Henti Jantung<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, aritmia merupakan sebuah situasi yang menunjukkan adanya gangguan irama jantung pada sistem kelistrikan jantung. Alhasil, denyut jantung pun menjadi lebih lambat (bradikardi), lebih cepat (takikardi), atau tidak beraturan. Padahal seharusnya denyut jantung dikendalikan oleh sistem kelistrikan, sehingga dapat berdenyut dengan irama yang teratur. Adapun dalam kondisi normal, jantung akan berdenyut 60-100 kali/menit. \n\n Kita dapat mengukur detak jantung sendiri dengan merasakan denyut nadi pada bagian tubuh. Lokasi paling baik untuk mengukur detak jantung lewat nadi adalah: \n\n \n Pergelangan tangan. \n Bagian dalam siku. \n Sisi kiri atau kanan leher. \n Bagian atas kaki. \n \n\n Jenis Aritmia \n\n Ada beberapa jenis aritmia yang paling sering dijumpai, yaitu: \n\n \n Atrial fibrilasi, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur. \n AV blok, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat. \n Supraventrikular takikardi, yaitu kondisi ketika denyut jantung terlalu cepat. \n Ventrikel ekstra sistol, yaitu kondisi ketika ada denyutan lain di luar denyut normal. \n Ventrikel fibrilasi, yaitu kondisi ketika jantung hanya bergetar. \n \n\n Gejala dan Tanda-tanda Aritmia \n\n Gejala dan tanda gangguan irama jantung bisa saja tidak dirasakan dan tidak didapatkan pada beberapa orang. Ada kalanya gangguan irama jantung kebetulan didapatkan pada pemeriksaan kesehatan. Gangguan irama jantung dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan, seperti stroke, gagal jantung dan kematian mendadak. \n\n Orang yang mengalami gejala atau tanda-tanda aritmia bisa jadi gangguan jantung belum parah. Tapi sebaliknya, ketika gejala tak terasa, ada kemungkinan aritmia yang dialami sudah parah dan harus segera ditangani. Gangguan irama jantung dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan, seperti stroke dan gagal jantung. Berikut ini gejala dan tanda aritmia tergantung jenisnya: \n\n \n Sesak napas. \n Dada berdebar-debar. \n Pusing. \n Nyeri dada. \n Pingsan. \n Banyak berkeringat. \n Kebingungan. \n \n\n Cara Pengobatan Aritmia \n\n Seperti penyakit jantung lain, ada beberapa cara pengobatan aritmia atau gangguan irama jantung. Dokter akan menentukan cara pengobatan yang sesuai dengan kondisi yang dialami pasien, terutama setelah mengetahui jenis aritmia yang diderita. Salah satu cara menegakkan diagnosis aritmia adalah dengan ekokardiogram dan elektrokardiogram. Cara lainnya adalah uji beban jantung lewat latihan fisik, misalnya dengan berjalan di treadmill. Berikut prosedur pengobatan aritmia meliputi: \n\n \n Pemasangan alat pacu jantung untuk membantu mengendalikan irama jantung. \n Obat-obatan untuk mengurangi episode terjadinya gangguan irama jantung. \n Kardioversi bertujuan mengembalikan irama jantung kembali normal dengan menggunakan kejutan listrik dan atau obat-obatan. \n Pemasangan defibrilator implan untuk memonitor gangguan irama jantung dan membantu menormalkan detak jantung ketika terdeteksi adanya gangguan. \n \n\n Nah Sahabat Hermina, penderita penyakit jantung perlu melakukan kontrol rutin ke dokter agar kondisi penyakitnya tidak makin memburuk dan menimbulkan aritmia. Penderita juga perlu mengonsumsi obat secara teratur sesuai anjuran dokter dan segera ke dokter begitu gejala memburuk. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 20 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Selamat Tinggal Baby Blues, Aku Ibu Bahagia<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, menjadi seorang ibu adalah salah satu peran paling indah dalam hidup seorang wanita. Namun, seperti segala hal dalam hidup, itu juga datang dengan tantangan dan perasaan yang berbeda-beda. Salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh banyak ibu adalah apa yang dikenal sebagai "baby blues." Ini adalah periode singkat setelah kelahiran bayi ketika ibu mungkin merasa cemas, cemas, atau sedih. Namun, tidak ada yang perlu khawatir, karena baby blues adalah sesuatu yang umum terjadi dan biasanya berlalu dengan sendirinya. \n\n Baby blues biasanya muncul dalam beberapa hari setelah melahirkan dan dapat berlangsung hingga beberapa minggu. Ini adalah reaksi emosional normal terhadap perubahan besar dalam kehidupan seseorang. Beberapa gejala baby blues yang umum termasuk perasaan sedih, kecemasan, mudah tersinggung, dan perasaan lelah. Ibu juga mungkin merasa tidak mampu atau ragu dalam perannya sebagai orangtua baru. \n\n Namun, perlu diingat bahwa baby blues berbeda dari depresi pasca melahirkan yang lebih serius. Baby blues adalah reaksi emosional sementara dan tidak memerlukan perawatan medis khusus. Ini adalah bagian alami dari penyesuaian ibu terhadap peran barunya dan perubahan hormon dalam tubuhnya. Selama beberapa tahun terakhir, kesadaran tentang kesejahteraan mental ibu setelah melahirkan telah meningkat. Semakin banyak ibu yang mencari dukungan dan pemahaman dalam mengatasi baby blues atau depresi pasca melahirkan yang lebih serius. Ini adalah langkah positif dalam mendukung kesehatan mental ibu dan membantu mereka merasa lebih bahagia dalam peran barunya. \n\n Jika Anda adalah seorang ibu yang mengalami baby blues atau merasa berjuang setelah melahirkan, ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk membantu diri Anda sendiri merasa lebih bahagia dan seimbang: \n\n \n Dapatkan Dukungan: Jangan ragu untuk berbicara dengan orang yang Anda percayai tentang perasaan Anda. Ini bisa menjadi pasangan Anda, anggota keluarga, atau teman dekat. Terkadang, berbicara tentang apa yang Anda rasakan bisa sangat membantu. \n Istirahat yang Cukup: Cobalah untuk tidur dan beristirahat sebanyak mungkin. Kurang tidur dapat membuat emosi Anda lebih labil. \n Jaga Gizi: Makan makanan sehat dan tetap terhidrasi. Nutrisi yang baik dapat membantu meningkatkan suasana hati Anda. \n Berolahraga: Jika Anda mendapat izin dari dokter Anda, berolahraga ringan seperti berjalan dapat membantu meredakan stres dan meningkatkan suasana hati. \n Prioritaskan Diri Sendiri: Ingatlah bahwa penting untuk merawat diri sendiri juga. Jangan ragu untuk mengambil waktu untuk diri sendiri ketika mungkin. \n Cari Bantuan Profesional: Jika perasaan Anda terus berlanjut atau memburuk, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang profesional kesehatan mental. Mereka dapat memberikan dukungan dan saran yang dibutuhkan. \n \n\n Nah Sahabat Hermina, selamat tinggal baby blues bukan berarti Anda harus menutup perasaan Anda. Sebaliknya, itu adalah langkah menuju menjadi seorang ibu bahagia yang dapat memberikan cinta dan perhatian maksimal pada bayi Anda. Ingatlah bahwa setiap ibu memiliki pengalaman yang berbeda, dan tidak ada yang salah dengan merasa cemas atau sedih sesekali. Yang penting adalah mencari dukungan dan merawat diri sendiri saat Anda menavigasi peran baru sebagai ibu. \n\n Perlu diingat bahwa kondisi baby blues dapat menghilang dengan sendirinya, namun apabila baby blues diabaikan dan tidak mendapat penanganan yang tepat maka bisa mengarah pada kondisi depresi pasca melahirkan. Jika kondisinya sudah seperti ini, maka konsultasikan ke Psikolog atau Psikiatri di pelayanan kesehatan terdekat. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 14 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Waspada! Dampak Polusi Udara pada Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, polusi udara telah menjadi salah satu masalah lingkungan yang paling serius di seluruh dunia. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa, tetapi juga memiliki dampak serius pada kesehatan anak-anak. Anak-anak, terutama yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, rentan terhadap efek buruk polusi udara. Artikel ini akan menguraikan dampak polusi udara pada anak dan pentingnya mengatasi permasalahan ini. \n\n \n Gangguan Saluran Pernapasan: \n \n\n Anak-anak yang terpapar polusi udara cenderung mengalami gangguan saluran pernapasan seperti asma, bronkitis, dan infeksi pernapasan yang berulang-ulang. Partikel-partikel dan zat berbahaya dalam udara dapat menyebabkan peradangan di saluran pernapasan anak, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit pernapasan. \n\n \n Pengembangan Paru yang Tidak Optimal: \n \n\n Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang terpapar polusi udara cenderung memiliki pertumbuhan paru-paru yang tidak optimal. Hal ini dapat mengakibatkan kapasitas paru-paru yang lebih rendah dan meningkatkan risiko masalah pernapasan sepanjang hidup mereka. \n\n \n Gangguan Fungsi Kognitif: \n \n\n Penelitian menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat berdampak negatif pada fungsi kognitif anak, termasuk kemampuan belajar, memori, dan perkembangan kognitif lainnya. Partikel-partikel mikroskopis dalam udara dapat mempengaruhi perkembangan otak anak dan menyebabkan gangguan dalam sistem saraf pusat. \n\n \n Gangguan Pertumbuhan: \n \n\n Polusi udara dapat mempengaruhi keseimbangan hormon dan nutrisi pada anak-anak, yang pada gilirannya dapat memengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan mereka. Dampak ini bisa berdampak jangka panjang pada kesehatan dan perkembangan keseluruhan anak. \n\n \n Penyakit Kardiovaskular: \n \n\n Polusi udara tidak hanya mempengaruhi saluran pernapasan, tetapi juga dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada anak-anak. Paparan jangka panjang dapat mengakibatkan peradangan dalam sistem kardiovaskular dan meningkatkan risiko penyakit jantung di kemudian hari. \n\n \n Risiko Kematian Dini: \n \n\n Anak-anak yang terus menerus terpapar polusi udara memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan berbagai masalah kesehatan yang dapat berdampak pada kematian dini. Dampak ini bisa lebih serius pada anak-anak yang sudah memiliki masalah kesehatan kronis. \n\n Nah Sahabat Hermina, penting untuk diakui bahwa anak-anak adalah kelompok rentan yang perlu dilindungi dari dampak buruk polusi udara. Upaya pencegahan dan mitigasi polusi udara melalui kebijakan lingkungan yang ketat dan upaya individu sangatlah penting. Masyarakat, pemerintah, dan industri harus bersama-sama bekerja untuk mengurangi polusi udara dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi generasi masa depan. Salam Sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 28 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Begini! Cara Kerja Tes DNA (Deoxyribonucleic Acid)<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, tes DNA (Deoxyribonucleic Acid) atau tes genetik telah menjadi alat penting dalam ilmu genetika dan kedokteran modern. Tes ini memungkinkan kita untuk memahami informasi genetik yang terkandung dalam DNA dan dapat memberikan wawasan tentang faktor risiko genetik, asal-usul, dan karakteristik unik individu. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan cara kerja tes DNA dan proses analisisnya. \n\n \n Pengambilan Sampel DNA \n \n\n Proses pertama dalam tes DNA adalah pengambilan sampel DNA. Sampel DNA bisa berasal dari berbagai sumber, seperti darah, saliva, atau rambut. Metode yang umum digunakan adalah swab kapas pada mulut untuk mengumpulkan selaput lendir yang mengandung DNA. \n\n \n Isolasi DNA \n \n\n Setelah sampel DNA diambil, langkah berikutnya adalah isolasi DNA dari sel-sel yang ada dalam sampel. Proses ini melibatkan pemecahan sel dan pemisahan DNA dari komponen seluler lainnya menggunakan bahan kimia dan teknik laboratorium khusus. \n\n \n Amplifikasi DNA \n \n\n DNA yang diisolasi seringkali dalam jumlah yang kecil, sehingga perlu di-amplifikasi (diperbanyak) untuk dianalisis. Reaksi berantai polimerase (PCR) adalah metode umum yang digunakan untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu, sehingga memungkinkan untuk mendeteksi dan menganalisis gen atau sekuen spesifik. \n\n \n Analisis Sekuen DNA \n \n\n Setelah DNA di-amplifikasi, langkah selanjutnya adalah analisis sekuensinya. Sekuen DNA adalah urutan asam nukleat (adenin, sitosin, guanin, timin) yang membentuk kode genetik. Teknologi sekuensing DNA modern, seperti metode Sanger atau sekuensing berbasis berkas (NGS), memungkinkan identifikasi dan perekaman urutan nukleotida dalam fragmen DNA. \n\n \n Interpretasi Hasil \n \n\n Hasil sekuensing DNA kemudian diinterpretasikan untuk mengidentifikasi perbedaan genetik atau variasi dalam urutan nukleotida. Variasi genetik ini bisa berupa mutasi yang dapat berkaitan dengan penyakit, faktor risiko kesehatan, atau karakteristik unik individu. \n\n \n Aplikasi Tes DNA \n \n\n Tes DNA memiliki banyak aplikasi, termasuk: \n\n \n Diagnostik Medis: Mendiagnosis penyakit genetik atau faktor risiko kesehatan. \n Asal-Usul: Mengetahui asal-usul etnis dan leluhur. \n Keabsahan Keturunan: Menguji keabsahan hubungan keluarga. \n Kesehatan Pribadi: Memberikan informasi tentang kecenderungan genetik terhadap penyakit tertentu. \n \n\n \n Privasi dan Etika: \n \n\n Penting untuk diingat bahwa tes DNA juga melibatkan isu privasi dan etika. Penggunaan data genetik dapat memengaruhi asuransi, pekerjaan, dan lain-lain. Oleh karena itu, penting untuk memahami konsekuensi sebelum melakukan tes DNA. \n\n Nah Sahabat Hermina, dengan adanya teknologi sekuensing DNA yang terus berkembang, kita semakin dapat memahami informasi genetik dan bagaimana itu mempengaruhi kesehatan dan karakteristik kita. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan aspek privasi dan etika dalam penggunaan data genetik ini. Salam Sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 28 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Waspada! Bahaya Vape atau Rokok Eletronik Bagi Kesehatan<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, rokok elektronik juga dikenal sebagai vape atau e-sigaret, telah menjadi perbincangan yang kontroversial dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun dianggap sebagai alternatif yang lebih aman daripada rokok konvensional, bukti semakin menunjukkan bahwa vape juga memiliki risiko serius terhadap kesehatan. Artikel ini akan membahas bahaya yang terkait dengan penggunaan vape atau rokok elektronik. \n\n \n Paparan Zat Kimia Berbahaya \n \n\n Vape menghasilkan aerosol yang mengandung zat kimia seperti nikotin, formaldehida, aseton, dan logam berat seperti timbal dan nikel. Beberapa dari zat-zat ini bersifat karsinogenik dan dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, jantung, dan organ lainnya. \n\n \n Risiko terhadap Paru-paru \n \n\n Penggunaan vape telah terkait dengan kasus penyakit paru-paru yang serius, seperti lipoid pneumonia, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan bahkan kematian. Dalam beberapa kasus, penggunaan vape juga telah dikaitkan dengan sindrom penumpukan cairan di paru-paru (vaping-associated lung injury/VAPI). \n\n \n Efek terhadap Kesehatan Jantung \n \n\n Zat kimia dalam vape dapat menyebabkan peningkatan detak jantung dan tekanan darah, meningkatkan risiko serangan jantung dan penyakit jantung lainnya. Nikotin dalam vape juga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah, mengganggu aliran darah ke jaringan tubuh. \n\n \n Dampak terhadap Remaja dan Anak Muda \n \n\n Vape telah menjadi populer di kalangan remaja dan anak muda, yang rentan terhadap efek bahaya ini. Penggunaan vape pada usia muda dapat berdampak jangka panjang terhadap perkembangan otak, berisiko menciptakan ketergantungan nikotin, dan mempengaruhi fungsi kognitif. \n\n \n Ketergantungan Nikotin \n \n\n Sebagian besar vape mengandung nikotin, yang dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan ini membuat pengguna sulit berhenti dan meningkatkan risiko mereka untuk melanjutkan penggunaan vape atau beralih ke rokok konvensional. \n\n \n Masalah Regulasi dan Keamanan \n \n\n Industri vape masih kurang diatur dan banyak produk tidak memiliki standar keselamatan yang ketat. Hal ini mengakibatkan risiko penggunaan produk yang tidak teruji dan potensi bahaya terhadap pengguna. \n\n \n Efek Terhadap Masyarakat Secara Keseluruhan \n \n\n Penggunaan vape juga dapat berdampak pada masyarakat secara luas, termasuk membentuk persepsi bahwa penggunaan produk ini aman, mengabaikan peraturan larangan merokok di tempat umum, dan membantu menciptakan tren yang mendorong generasi mendatang untuk menggunakan produk yang berisiko. \n\n Nah Sahabat Hermina, dalam menghadapi fakta-fakta di atas, penting bagi masyarakat untuk memahami risiko dan bahaya yang terkait dengan penggunaan vape. Edukasi dan kesadaran tentang dampak kesehatan yang serius dapat membantu mengurangi popularitas dan penggunaan produk ini, serta mendorong individu untuk membuat pilihan yang lebih sehat dalam menjaga kesehatan mereka. Salam Sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 03 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Benarkah Polusi Udara Dapat Membuat Kerusakan Pada Tulang?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, polusi udara merupakan kontaminasi udara karena terdapat zat berbahaya di atmosfer yang dapat merugikan kesehatan manusia dan makhluk lain. Menurut WHO (World Health Organization), polusi udara adalah kontaminasi lingkungan dalam atau luar ruangan oleh agen kimia, fisik, atau biologi yang memodifikasi karakteristik alami atmosfer. Polusi udara dapat menyebabkan beberapa penyakit yang menyerang manusia, seperti penyakit paru-paru, kelaianan pada kulit, jantung, dan sebagainya. Polusi udara disebabkan oleh kegiatan-kegiatan manusia seperti kendaraan bermotor, pembakaran industri dan rumah tangga, serta kebakaran hutan. Tingkat polusi udara yang tinggi semakin hari semakin merugikan dampak kesehatan masyarakat. Salah satunya yang terbaru ini, polusi udara dapat menyebabkan kelemahan tulang dan memunculkan penyakit yang berkaitan dengan kerusakan tulang. \n\n Masalah pada tulang yang umumnya terjadi yaitu pengeroposan tulang atau disebut dengan osteoporosis. Osteoporosis terjadi ketika tulang rapuh dan lemah karena tidak dapat mengimbangi kerusakan pada tulang lama saat pembentukan tulang baru sehingga tulang tersebut mengalami pengeroposan. Osteoporosis biasanya terjadi pada lansia dan wanita dan disebabkan oleh kekurangan kalsium, gangguan hormon, terapi steroid jangka panjang, dan lain sebagainya. Sebuah studi oleh Sekolah Kesehatan Masyarakat Mailman Universitas Columbia menemukan hubungan antara asap lalu lintas dan patah tulang yang disebabkan oleh osteoporosis. Studi ini menghubungkan paparan polusi dengan kadar hormon paratiroid yang rendah dimana hormon tersebut mengatur produksi kalsium yang dapat menyebabkan tulang menjadi lemah. \n\n Polusi udara juga dapat disebut memicu gangguan pada tulang seperti osteoporosis. Lansia yang sering terpapar senyawa berbahaya dari udara rentan mengalami permasalahan pada tulang. Hal tersebut dapat terjadi karena polusi udara dan kepadatan mineral memiliki hubungan efek campuran zat. Efek dapat terlihat pada tulang belakang yang lumbal. \n\n Besarnya efek nitrogen oksida pada kepadatan mineral tulang belakang lumbar akan berjumlah 1,22 persen pengurangan tahunan, hampir dua kali lipat efek tahunan usia pada situs anatomi mana pun yang dievaluasi. Efek ini diyakini terjadi melalui kematian sel tulang melalui kerusakan oksidatif dan mekanisme lainnya. Polusi udara yang baik, khususnya nitrogen oksida akan mengurangi kerusakan tulang pada wanita lansia atau pascamonopouse dan mencegah patah tulang terkait dengan osteoporosis di kalangan wanita. \n\n Nah Sahabat Hermina, jangan lupa untuk senantiasa menjaga kesehatan dan melakukan pencegahan polusi udara dimulai dari diri sendiri ya. Salam Sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 02 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Deteksi Gangguan Pendengaran pada Bayi<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, kemampuan mendengar bagi bayi merupakan hal penting yang akan menunjang kemampuan belajarnya kelak. Untuk mengetahui apakah bayi memiliki gangguan pendengaran atau tidak, sebaiknya lakukan tes pendengaran sejak bayi lahir. Orangtua dianjurkan untuk melakukan tes tersebut sebelum membawa pulang bayi dari rumah sakit. \n\n Tes pendengaran pada bayi bertujuan untuk mendeteksi apakah bayi memiliki gangguan pendengaran, sehingga dapat ditentukan langkah penanganannya. Tes ini perlu dilakukan sedini mungkin, mengingat indra pendengaran berperan penting dalam menunjang kemampuan berkomunikasi serta tumbuh kembang bayi. \n\n Berdasarkan data WHO, 1 dari 1.000 kelahiran bayi di Indonesia mengalami gangguan pendengaran. Oleh karena itulah pentingnya untuk bisa mendeteksi dan memberikan penanganan yang tepat sejak dini. Sebagian besar bayi ini dilahirkan dalam keluarga tanpa riwayat kehilangan pendengaran permanen. Kehilangan pendengaran permanen dapat secara signifikan mempengaruhi perkembangan bayi. \n\n Mencari tahu lebih awal dapat memberi bayi-bayi ini kesempatan yang lebih baik untuk mengembangkan keterampilan bahasa, ucapan, dan komunikasi. Ini juga akan membantu mereka memanfaatkan hubungan dengan keluarga atau pengasuh mereka sejak usia dini. \n\n Tes pendengaran yang digunakan adalah Otoacoustic Emission (OAE). OAE adalah skrining pendengaran untuk menilai sela rambut yang terdapat di rumah siput (koklea). Tes yang menggunakan alat berbentuk headset ini dapat mengukur getaran suara dalam liang telinga. Secara sederhana, OAE bekerja sebagai stimulan juga receiver. Stimulus yang dipancarkan melalui headset tersebut kemudian ditangkap oleh sel rambut dengan sebelumnya telah terlebih dahulu menggetarkan gendang telinga dan melalui tulang pendengaran. Stimulus yang tertangkap oleh sel rambut ini kemudian menghasilkan getaran yang kembali ditangkap oleh receiver. Setelah getaran diterima oleh receiver, barulah dapat diputuskan mengenai baik atau tidaknya fungsi koklea berdasarkan perbedaan amplitudo yang telah diterima. \n\n Terdapat berbagai faktor risiko terjadinya gangguan pendengaran, diantaranya adalah: \n\n \n Kondisi atau penyakit yang memerlukan perawatan di Neonatus Intensive Care Unit (NICU) selama 48 jam atau lebih setelah kelahiran. \n Keadaan yang berhubungan dengan sindroma tertentu yang menyebabkan tuli sensorineural atau konduktif. \n Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran sensorineural yang menetap sejak lahir. \n Lahir belum cukup bulan atau pematur. \n Berat badan lahir rendah (BB kurang dari 1500 gram). \n Skor APGAR yang berkisar dari 0-3 dan 4-10 dan hiperbilirubin. \n Riwayat infeksi TORCH saat masa kehamilan. \n Kelainan tulang wajah/ tengkorak. \n \n\n Balita dengan salah satu faktor risiko tersebut mempunyai kemungkinan mengalami ketulian 10 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang tidak memilikinya. Bila terdapat tiga buah faktor risiko, kecenderungan menderita ketulian diperkirakan sampai 63 kali lipat lebih besar. Sedangkan, untuk bayi baru lahir, dan dirawat di ruang intensif (NICU) akan berisiko mengalami ketulian sebesar 10 kali lipat bayi normal. \n\n Nah Sahabat Hermina, jika merasakan gejala gangguan pendengaran pada Si Kecil, segera periksakan ke dokter spesialis di rumah sakit terdekat. Dokter akan melakukan serangkaian tes dan pemeriksaan pendengaran untuk mengetahui apa penyebab spesifik atas gangguan yang terjadi. Salam sehat \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 30 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Malnutrisi dan Stunting Pada Anak dengan Perbaikan Pola Makan<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, stunting masih menjadi fokus masalah kesehatan anak terutama di negara berkembang. Stunting adalah perawakan pendek yang disebabkan oleh asupan nutrisi yang kurang bukan karena keturunan, genetik, masalah hormonal/endokrin. Anak stunting berisiko mengalami infeksi akut berulang, penurunan kemampuan intelektual, penurunan produktivitas dikemudian hari, dan peningkatan risiko penyakit metabolik. \n\n Optimalisasi intervensi untuk pencegahan dan tata laksana stunting saat ini berfokus dalam 1000 hari pertama kehidupan untuk memperbaiki malnutrisi atau penyakit penyerta. \n\n Berikut adalah beberapa hal yang harus diketahui orangtua untuk mencegah anak mengalami stunting, yaitu aturan pemberian makan (feeding rules), strategi makan yang sehat, hal yang perlu diperhatikan, serta tahapan perkembangan makan anak berdasarkan usia. \n\n Aturan pemberian makan (feeding rules) \n\n \n Jadwal \n \n\n Jadwal makanan utama dan selingan (snack) yaitu 3x makan utama dan 2x makanan kecil diantara makan utama. Susu dapat diberikan 2-3 kali sehari. Pemberian makan tidak boleh lebih dari 30 menit dan hanya boleh mengonsumsi air putih diantara waktu makan. \n\n \n Lingkungan \n \n\n Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan tidak ada paksaan. Hindari menggunakan mainan, gawai, dan televisi agar tidak ada distraksi saat makan. Biarkan anak duduk saat makan dan fokus terhadap makanan. Hindari membawa anak berjalan-jalan saat makan atau makan ditempat terbuka atau tempat yang membuat perhatian anak jadi teralihkan dari makanan. Jangan jadikan makanan sebagai hadiah. \n\n \n Prosedur \n \n\n Motivasi anak untuk makan sendiri. Bila anak menunjukkan tanda-tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali makanan dengan natural yaitu tanpa membujuk atau memaksa, namun apabila setelah 10-15 menit anak masih tidak mau makan, akhiri proses makan. \n\n Strategi Makan Yang Sehat \n\n \n Matikan TV, komputer, dan gawai saat jam makan berlangsung. \n Jangan menyerah untuk memperkenalkan jenis makanan baru. Ibu bisa jadi harus menawarkan 10-15 kali sesi makan untuk satu jenis menu makanan sebelum anak mau memakannya. \n Jangan paksa anak untuk makan. Hal ini sering mengakibatkan anak menolak untuk makan, dan susah menghabiskan makanan. \n \n\n Hal Hal yang Harus Diperhatikan \n\n Dalam proses makan dan selama MPASI, Si Kecil masih harus intensif diperhatikan sesuai tumbuh kembangnya sehingga pemberian makan juga harus memperhatikan: \n\n \n Protein hewani diberikan sejak usia 6 bulan. \n Telur, daging, dan ikan diberikan dalam keadaan benar-benar matang. \n Lemak yang berasal dari minyak goreng, mentega, atau santan wajib diberikan. \n Pemberian jus buah tidak disarankan untuk anak berusia dibawah 1 tahun (sebaiknya buah potong). \n Gula dan garam boleh diberikan dalam jumlah yang sedikit hanya untuk menimbulkan rasa dari menu makanan, bukan rasa manis atau asin. \n Madu diberikan setelah anak berusia 1 tahun. \n Pastikan kebersihan tangan anak sebelum memulai makan. \n Perhatikan kebersihan tangan dan peralatan dalam mempersiapkan MPASI. \n \n\n Usia, Perkembangan Anak, dan Tahapan Mpasi \n\n Terdapat tahapan pemberian makan yang sesuai dengan perkembangan anak berdasarkan usianya yang dapat disimak pada informasi dibawah ini. \n\n \n Usia 0-6 bulan: Asi Ekslusif \n \n\n Usia 4-6 bulan: sudah mulai bisa didudukkan, menunjukkan respon membuka mulut ketika sendok didekatkan. Sudah mulai tertarik dengan makanan \n\n \n Usia 6-9 bulan \n \n\n Perkembangan anak bayi pada usia ini adalah sudah dapat memindahkan makanan dari satu sisi mulut ke sisi lainnya. Gigi depan bayi mulai tumbuh. Bayi dapat menelan makanan dengan tekstur yang lebih kental. \n\n \n Tekstur MPASI: Puree (saring) dan mashed (lumat). \n Frekuensi MPASI: 2-3 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan. \n Banyaknya MPASI per porsi: 3 sendok makan hingga setengah mangkuk ukuran 250ml. \n \n\n \n Usia 9-12 bulan \n \n\n Perkembangan anak bayi pada usia ini adalah dapat menggigit makanan dengan tekstur lebih kasar. \n\n \n Tekstur MPASI: minced (cincang halus), chopped (cincang kasar), dan finger foods. \n Frekuensi MPASI: 3-4 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan. \n Banyaknya MPASI per porsi: setengah mangkuk ukuran 250ml. \n \n\n \n Usia 12-23 bulan \n \n\n Perkembangan anak di usia ini yaitu sudah dapat beradaptasi dengan segala macam tekstur dan menu makanan keluarga. \n\n \n Tekstur MPASI: makanan keluarga. \n Frekuensi MPASI: 3-4 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan. \n Banyaknya MPASI per porsi: tiga perempat hingga satu mangkok penuh ukuran 250ml. \n \n\n Nah Sahabat Hermina, untuk pencegahan malnutrisi dan stunting pada anak, pastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup dengan cara menjalankan aturan pemberian makan (feeding rules) yang benar dan komposisi makanan yang sehat dan seimbang. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 14 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mitos atau Fakta, Jarang Mandi Dapat Menyebabkan Kulit Eksim?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, eksim merupakan suatu kondisi dimana bercak kulit menjadi gatal, meradang, merah-merah, dan menjadi kasar. Beberapa jenis eksim juga dapat menyebabkan lecet dan luka pada kulit. Eksim merupakan kondisi dermatitis yaitu peradangan kulit dan tidak menular. Selain itu, dengan melupakan kesehatan kulit seperti waktu mandi yang jarang juga dapat menyebabkan masalah kulit. Mandi yang terlalu sering tidak baik, begitu juga jarang mandi juga tidak baik untuk kesehatan. Jarang mandi dapat memunculkan masalah kulit dikarenakan minyak alami yang menumpuk pada kulit menjadi penyebab tumbuhnya bakteri. Terlebih lagi, pada kasus eksim akan cenderung kambuh bila kulit tidak bersih. Sahabat Hermina, mari kenali gejala penyebab eksim dan apa penyebabnya. \n\n Mengenal Gejala Eksim \n\n Gejala eksim dapat bervariasi tergantung pada usia seseorang dan tingkat keparahan kondisi tersebut. Pada umumnya, munculnya gejala eksim yaitu: \n\n \n Bisa terjadi gatal-gatal ringan sampai berat. \n Bisa terjadi luka atau berkerak. \n Kulit kering dan ruam yang bersisik. \n Bisa terjadi infeksi kulit. \n \n\n Perawatan Kulit Eksim \n\n Perawatan ini bertujuan untuk menyembuhkan kulit yang sudah terkena gejala dimana terdapat opsi perawatan tersebut yaitu: \n\n Perawatan rumahan \n\n \n Mandi air biasa. \n Mengoles krim pelembap setelah mandi setiap hari. \n Memakai pakaian dengan kain lembut. \n Menghindari bahan pakaian yang kasar dan hindari bahan wool. \n Menghindari pemicu eksim, misalnya debu-debu di rumah. \n Menghindari iritasi yang kontak dengan kulit dll. \n \n\n Selain perawatan di rumah, terdapat perawatan mendukung dengan beberapa pengobatan medis diantaranya: \n\n \n Menggunakan antihistamin (melalui resep dokter). \n Penggunaan krim atau salep kortikosteroid yang merupakan obat anti-inflamasi untuk meringangkan gejala utama eksim. \n Antibiotik yang diresepkan oleh dokter jika disertai dengan infeksi bakteri. \n \n\n Pencegahan Kulit Eksim \n\n Pencegahan untuk mengatasi masalah kulit seperti eksim dilakukan dengan perawatan kulit yang benar diantaranya : \n\n \n Senantiasa menjaga kelembapan kulit dengan hindari keringat berlebih. \n Memakai pelembab secara teratur. \n Menghindari kontak dengan berbagai pemicu eksim. \n Tidak menggunakan sabun dengan kandungan yang keras. \n Hindari konsumsi makanan pemicu alergi. \n Menghindari mandi dengan menggunakan air yang terlalu panas. \n \n\n Nah Sahabat Hermina, jangan lupa untuk senantiasa menjaga kesehatan kulit, ya. Apabila mengalami hal-hal yang telah disebutkan di atas seperti gatal-gatal yang menganggu aktivitas sehari-hari sebaiknya konsultasikan ke Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 30 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Benarkah Talasemia Merupakan Penyakit Keturunan?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, talasemia merupakan kelainan darah bawaan dimana tubuh membentuk homoglobin yang tidak normal. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang membawa oksigen. Gangguan pada hemoglobin ini menghasilkan kerusakan sel darah merah yang berlebihan yang menyebabkan anemia. Anemia merupakan kondisi dimana tubuh tidak memiliki jumlah yang cukup untuk sel darah merah yang normal. Talasemia merupakan penyakit yang bersifat genetik yaitu setidaknya salah satu dari orang tua pengidap membawa faktor kelainan akibat mutasi genetik tertentu. \n\n Bentuk talasemia memiliki subtipe yang berbeda dimana bentuk tersebut akan mempengaruhi tingkat keparahan gejala. Pada alpha-talasemia, tingkat keparahan tergantung pada jumlah mutasi gen yang diwarisi oleh orang tua. Semakin banyak gen yang bermutasi, semakin parah talasemia. Sedangkan pada beta-talasemia, tingkat keparahan talasemia tergantung pada bagian mana dari molekul hemoglobin yang terpengaruh. \n\n Lalu, apa saja gejala dan tanda talasemia ? \n\n \n Mudah lelah. \n Kulit pucat atau kekuningan. \n Deformitas atau struktur tulang tidak teratur pada wajah. \n Pertumbuhan lambat. \n \n\n Beberapa bayi menunjukkan tanda dan gejala talasemia saat lahir dan pada umumnya mulai terlihat pada saat usia dua tahun. \n\n Apa Penyebab Talasemia ? \n\n Hemoglobin terdiri dari empat rantai protein, dua rantai globin alfa dan dua rantai globin beta. Pada setiap rantai baik alfa maupun beta berisi informasi gen yang diturunkan dari orang tua. Gen tersebut dapat diibaratkan sebagai program yang berfungsi mengontrol setiap rantai, lalu sebagai hasilnya yaitu hemoglobin pada anak. Jika salah satu gen ini rusak atau hilang, keturunan tersebut memiliki kemungkinan untuk terkena talasemia. Pada talasemia, produksi rantai alfa atau beta berkurang, menghasilkan alfa-talasemia atau beta-talasemia. Tepatnya, talasemia disebabkan oleh mutasi pada DNA sel yang membuat hemoglobin atau zat dalam sel darah merah ke seluruh tubuh diturunkan dari orang tua ke anak-anak. \n\n Komplikasi yang Disebabkan Talasemia \n\n \n Kelebihan zat besi \n \n\n Pengidap talasemia bisa mendapatkan terlalu banyak zat besi dalam tubuh mereka, baik dari penyakit atau dari transfusi darah yang dilakukan secara sering. Terlalu banyak zat besi dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, hati, dan sistem endokrin yang meliputi kelenjar penghasil hormon yang mengatur proses di seluruh tubuh. \n\n Bagaimana Pencegahan Talasemia? \n\n Pada kebanyakan kasus, talasemia tidak dapat dicegah. Namun, pencegahan dapat dilakukan dengan : \n\n \n Bantuan teknologi reproduksi \n \n\n Jika seseorang mengidap talasemia, terdapat bentuk diagnosis teknologi reproduksi berbantuan yang menyaring embrio pada tahap awal untuk mutasi genetik yang dikombinasikan dengan fertilisasi in vitro. Hal ini dapat membantu orang tua yang pengidap talasemia atau yang membawa gen hemoglobin rusak memiliki bayi yang sehat. \n\n \n Pengujian genetik \n \n\n Pngujian genetik dapat mengungkapkan apakah seseorang terdapat membawa gen tersebut. Informasi ini dapat mempermudah untuk melakukan rencana kehamilan. \n\n Bagaimana Perawatan Talasemia? \n\n Beberapa perawatan termasuk: \n\n \n Transfusi darah. \n Transplantasi sumsum tulang. \n Obat-obatan dan suplemen. \n Kemungkinan operasi untuk mengangkat limpa atau kantong empedu. \n \n\n Nah Sahabat Hermina, jika ingin mendapatkan informasi lebih lanjut terkait penyakit talasemia dapat berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Anak Sub Hemato-onkologi di RS Hermina Jatinegara. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 23 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kesemutan saat Duduk Bersila? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, kesemutan atau paraestesia merupakan kondisi yang ditandai dengan sensasi geli atau mati rasa yang dibarengi perasaan seperti tertusuk benda tajam pada bagian tubuh. Mati rasa dan kesemutan biasanya berasal dari masalah dengan sistem saraf atau peredaran darah. Gejala kesemutan yang terus-menerus dapat terjadi akibat kondisi yang parah, seperti stroke. \n\n Kesemutan biasanya dapat terjadi setelah duduk bersila. Duduk merupakan bagian dari sehari-hari yang hampir tidak mungkin untuk dihindari. Namun, kegiatan duduk mungkin dapat menjadi salah satu posisi favorit yang dapat menyebabkan sensasi kesemutan. Terlebih lagi, jika melakukan kegiatan duduk yang salah. \n\n Sebenarnya, apa sih penyebab kesemutan secara umum? \n\n \n Diabetes \n \n\n Diabetes adalah salah satu penyebab paling umum dari kesemutan. Pada neuropati diabetes, kesemutan dan gejala lainnya pertama kali akan mengalami pada kedua kaki diikuti kedua tangan dan naik ke lengan. \n\n \n Kekurangan Vitamin. \n \n\n Seseorang tentu membutuhkan vitamin untuk menjaga kesehatan saraf. Tetapi, apabila kekurangan vitamin seperti B12, dapat menyebabkan anemia. Sedangkan terlalu banyak B6 juga dapat menyebabkan kesemutan di tangan dan kaki. \n\n \n Cedera. \n \n\n Cedera seperti tulang terkilir dapat menyebabkan kompresi saraf. Selain itu, nyeri saraf atau trauma karena mengalami cedera dapat menyebabkan kesemutan. \n\n \n Multipel Sklerosis \n \n\n Penyakit ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh dengan menyerang selubung myelin berlemak di sekitar serabut saraf otak dan tulang belakang. Kesemutan di tangan dan kaki adalah gejala umum. \n\n Lalu, mengapa kesemutan dapat terjadi saat melakukan duduk yang lama? \n\n Duduk selama berjam-jam dapat menyebabkan sirkulasi yang buruk ke seluruh tubuh. Setelah sirkulasi melambat karena duduk, darah tetap berada di kaki atau tangan. Pada akhirnya, hal tersebut dapat mengurangi laju aliran darah. Bagi seseorang yang menderita nyeri saraf, gejala seperti kesemutan atau mati rasa kemungkinan akan meningkat karena duduk untuk jangka waktu yang lama perlahan-lahan merusak saraf dari waktu ke waktu. Duduk dapat mempengaruhi saraf yang paling rentan terhadap sensasi nyeri. \n\n Bagaimana cara mengatasi kesemutan dengan sederhana? \n\n \n Melakukan peregangan setiap 10-15 menit agar darah tetap mengalir \n Berjalan sekitar 30 menit untuk mencari sedikit udara segar \n Berdiri atau melakukan gerakan ringan seperti peregangan jari kaki atau tangan, peregangan leher dan bahu, dan sebagainya \n Menggunakan kursi ergonomis sesuai kebutuhan untuk mendukung postur tubuh yang baik saat melakukan pekerjaan di komputer \n \n\n Nah Sahabat Hermina, apabila Anda mengalami kesemutan yang terus-menerus dan dirasa menganggu kegiatan, jangan ragu untuk konsultasikan ke rumah sakit atau dokter terkait untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Salam Sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 18 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Tips Sehat Menikmati Menu Lebaran<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, tidak terasa bulan puasa segera berakhir. Momen tahunan Lebaran menjadi momen untuk lebih waspada bagi mereka yang menderita hipertensi, diabetes, kolesterol, asam urat, atau sedang hamil. Kita semua, tak terkecuali, harus lebih selektif dalam memilih menu makanan Lebaran yang banyak mengandung santan, lemak, dan gula tinggi. \n\n Meskipun banyak makanan lezat, Anda tetap perlu memerhatikan setiap makanan yang dikonsumsi. Sebab, makanan khas Lebaran cenderung mengandung banyak karbohidrat dan lemak yang bisa memengaruhi kesehatan. \n\n Tips Sehat Saat Lebaran \n\n Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan ada beberapa tips sehat saat menikmati hidangan lebaran: \n\n \n Memperhatikan porsi makan \n \n\n Hal paling penting dalam menikmati makanan saat lebaran adalah memperhatikan dan mengatur porsi makan. Makan dengan porsi yang berlebih dapat berdampak buruk bagi kesehatan \n\n \n Konsumsi Sayur dan Buah \n \n\n Makan sayur dan buah dapat mengimbangi makanan yang mengandung kolesterol dalam tubuh sekaligus memperlancar pencernaan dalam tubuh. Dalam hal ini meskipun telah makan sayur, tetap harus menjaga porsi makan. \n\n \n Minum air putih yang cukup \n \n\n Hindari minuman berakohol dan bersoda karena hal tersebut dapat meningkatkan kadar gula dalam tubuh. Hingga kemungkinan untuk terkena diabetes akan meningkat. Minum air putih sebagai pengganti minuman manis. \n\n \n Turunkan Berat Badan Setelah Lebaran \n \n\n Setelah berpuasa dan lebaran beberapa orang mengalami kenaikan berat badan, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk membuat berat badan kembali normal. \n\n \n Hindari makanan yang berkuah seperti opor, gulai, atau rendang. Jika terpaksa makan usahakan tidak dengan kuahnya. \n Pilih makanan yang tidak digoreng. Ganti makanan yang digoreng dengan makanan yang dipanggang, dikukus, direbus, atau dipepes. \n Tambahkan menu sehat. Semisal sayur sop, pepes ikan, atau urap yang mengandung banyak sayur. \n Konsumsi buah. Lebih baik menyantap buah tanpa pemanis apa-apa seperti es buah yang mengandung banyak gula. \n \n\n Nah Sahabat Hermina, setelah Lebaran berlalu, kembalilah ke pola makan sehat dan seimbang, kurangi jumlah makanan dan batasi makanan yang telah banyak disantap selama lebaran. Anda juga bisa mencoba tips sehat di atas agar kesehatan tetap terjaga dan terhindar dari penyakit yang timbul pasca Lebaran nanti. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 18 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 14 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 02 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 14 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 20 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 September 2023<\/li><\/ul><\/div>