- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 29 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Bahaya Di Balik Sakit Pinggang Bawah<\/a><\/h3>
Nyeri punggung bawah tentunya pernah menjadi keluhan setiap orang, sebagian besar orang menganggap Nyeri punggung bawah menjadi suatu penyakit yang lumrah dan akan membaik seiringnya waktu, Nyeri punggung bawah biasanya akan muncul ketika kita melakukan aktifitas fisik yang berat, namun apakah Nyeri punggung bawah akan membaik hanya dengan dibiarkan ? \n\n Low Back Pain (LBP) atau sering diartikan sebagai nyeri punggung bawah adalah kondisi ketika terdapat rasa nyeri atau perasaan tidak nyaman pada punggung bagian bawah, gejala ini terasa mulai dari pinggang atau punggung bagian bawah yang menjalar sampai lipatan bawah bokong dan bahkan menjalar hingga ke kaki, kondisi ini jika dibiarkan tentu akan mengganggu aktivitas sehari - hari. \n\n \n\n Penyebab \n\n Terdapat beberapa penyebab yang dapat menjadi penyebab terjadinya Low Back Pain (LBP) diantaranya adalah : \n\n 1. Cedera punggung atau tulang belakang \n\n 2. Arthritis tulang belakang \n\n 3. Cakram hernia \n\n 4. Obesitas \n\n 5. Usia diatas 30 tahun \n\n 6. Gaya hidup \n\n 7. Pekerjaan (biasa terjadi pada pekerja dengan intensitas duduk lebih lama) \n\n \n\n Gejala \n\n Selain penyebab yang sering terjadi pada penderita Low Back Pain (LBP) terdapat beberapa gejala yang umum dirasakan diantaranya adalah : \n\n 1. Kekakuan pada pinggang atau punggung \n\n 2. Nyeri atau pegal yang terasa menusuk \n\n 3. Rasa sakit yang membakar, terasa menjalar dari punggung bawah ke bagian belakang paha, pada beberapa kasus terasa menjalar pada bagian tungkai bawah atau kaki \n\n 4. Mati rasa atau kesemutan \n\n 5. Kesulitan berdiri tegak, berjalan atau berubah posisi dari duduk ke berdiri \n\n Selain itu, gejala nyeri punggung bawah juga berbeda sesuai tingkat keparahan, yaitu: \n\n \n Nyeri punggung bawah akut: biasanya datang tiba-tiba dan berlangsung selama beberapa hari atau minggu. Kondisi ini dianggap sebagai respons normal tubuh terhadap cedera atau kerusakan jaringan. Rasa sakit secara bertahap mereda saat tubuh sembuh. \n Nyeri punggung bawah subakut: umumnya berlangsung antara 6 minggu dan 3 bulan dan biasanya bersifat mekanis (seperti ketegangan otot atau nyeri sendi) tetapi berkepanjangan. Pada titik ini, pemeriksaan medis dapat dipertimbangkan, dan disarankan jika rasa sakitnya parah dan mengganggu aktivitas. \n Nyeri punggung bawah kronis: berlangsung lebih dari 3 bulan, jenis nyeri ini biasanya \n \n\n parah, tidak merespon pengobatan awal, dan memerlukan pemeriksaan medis menyeluruh untuk menentukan sumber nyeri yang tepat. \n\n \n\n Pengobatan \n\n low back pain akan mengalami perbaikan dengan melakukan bed rest, medikamentosa (obat-obatan), pemasangan braces (lumbal korset), dan fisioterapi, hanya sekitar 1 - 2% membutuhkan tindakan operasi. \n\n Tindakan operasi akan dilakukan terutama pada kondisi herniasi (HNP) atau terjadi penurunan fungsi motorik dan sensoris dari anggota gerak bawah. \n\n Saat nyeri punggung bawah, fisioterapi adalah penanganan yang sering dianjurkan untuk segala usia. Tujuannya untuk memelihara, meningkatkan, mengembalikan fungsi, dan ketergantungan bila individu mengalami gangguan kemampuan gerak dan fungsi atau masalah yang disebabkan kerusakan fisik. \n\n Dalam kondisi nyeri punggung bawah, peran fisioterapi adalah mengurangi nyeri, meningkatkan elastisitas otot-otot punggung, mengembalikan fungsional aktivitas dengan menggunakan modalitas yang dimiliki. \n\n Seringkali seseorang yang pernah mengalami nyeri punggung bawah akan terkena kembali di kemudian hari. Hal ini terjadi karena kelemahan dari otot-otot punggung dan perut pasca nyeri punggung bawah. \n\n Kelemahan dari otot-otot punggung bawah itulah yang memicu timbulnya nyeri di kemudian hari. \n\n Terapi latihan adalah gerakan-gerakan tertentu yang didesain untuk melatih kembali kekuatan otot punggung dan perut, sehingga elastisitasnya kembali. Gerakan-gerakan atau latihan disesuaikan dengan faktor penyebab dari low back pain, gerakan yang tidak tepat dapat memperparah keluhan dan kondisi penderita \n\n Konsultasikan keluhan seputar nyeri punggung bawah dengan dokter spesialis saraf di RS Hermina terdekat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 25 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Gejala, Penyebab, Faktor Risiko dan Pengobatan Kanker Payudara<\/a><\/h3>
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit mematikan yang banyak diderita oleh wanita. Deteksi dini dan penanganan yang cepat dapat meningkatkan potensi penyembuhan. Penyakit ini timbul sebagai dampak pertumbuhan sel-sel yang tidak normal pada area payudara sehingga dapat mengancam jiwa penderita. \n\n Pada pasien yang mengalami kanker jenis ini, sel-sel di area payudara membelah atau berkembang biak dengan sangat cepat sehingga terakumulasi dan membentuk benjolan. Penanganan yang terlambat dapat menyebabkan penyebaran sel ke seluruh jaringan tubuh sehingga membahayakan keselamatan pasien karena mengganggu kerja organ lain. \n\n Gejala Kanker Payudara \n\n Seperti jenis kanker yang lain, cukup banyak pasien yang tidak menyadari adanya penyakit berbahaya tersebut karena di stadium awal tandanya tidak muncul atau bahkan tidak ada indikasi sama sekali. \n\n Aksi atau gerakan SADARI atau yang dikenal dengan Periksa Payudara Sendiri sangat penting untuk memastikan bahwa Anda tidak mengalami gangguan kesehatan ini. Setelah stadium lanjut, gejala yang dapat muncul diantaranya: \n\n \n \n Muncul benjolan atau gumpalan di payudara yang ketika diraba terasa lebih keras dari bagian lain. \n \n \n Keluar darah dari puting \n \n \n Terjadi pembengkakan yang menyebabkan rasa nyeri pada payudara \n \n \n Ukuran pori-pori yang mengalami pembesaran sehingga kulit payudara terlihat seperti kulit jeruk \n \n \n Kulit di sekitar payudara mengelupas secara berlebihan \n \n \n Terdapat cekungan atau bagian yang masuk ke dalam di sekitar payudara \n \n \n Tampilan dan bentuk payudara berubah secara tidak normal \n \n \n Terjadi inversi atau puting yang tertarik ke bagian dalam \n \n \n Muncul pembengkakan di bagian bawah ketiak \n \n \n\n Penyebab Kanker Payudara \n\n Kewaspadaan terhadap kondisi kesehatan sangat penting untuk memastikan bahwa Anda dalam keadaan sehat sebab beberapa penyakit, termasuk kanker di payudara mudah menyerang. Ketahanan tubuh sangat penting agar secara alami dapat melawan gangguan kesehatan yang terjadi sehingga tetap fit. \n\n Seperti jenis kanker lain, kanker yang terjadi di payudara sering tidak disadari oleh penderita sampai tubuh menjadi drop. Penyebab kanker jenis ini karena adanya pertumbuhan sel yang tidak normal. Sedangkan pemicu yang paling banyak terjadi karena pola hidup tidak sehat. \n\n Kanker jenis ini juga dapat terjadi karena faktor genetik atau turunan. Sebagai antisipasi, meningkatkan ketahanan tubuh sangat penting sehingga secara alami dapat melawan gangguan kesehatan tersebut. Selain itu, agar terhindar dari penyakit kanker pada payudara perlu menghindari pemicu atau penyebabnya. \n\n Faktor Risiko Penyakit Kanker Payudara \n\n Penyakit kanker pada payudara tidak hanya dapat dialami oleh wanita, tetapi juga pria namun prosentase penderita lebih banyak wanita. Beberapa faktor yang menjadi pemicu penyakit satu ini adalah: \n\n \n \n Jenis kelamin, dimana wanita berpotensi lebih besar untuk menderita kanker payudara \n \n \n Usia, semakin bertambah usia, maka kemungkinan dapat terserang kanker ini semakin bertambah \n \n \n Mempunyai jaringan ikat yang lebih padat, terutama di sekitar payudara \n \n \n Belum pernah hamil \n \n \n Masa atau usia mendekati menopause \n \n \n Sudah mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun \n \n \n Melakukan terapi hormon pasca menopause yang mempercepat atau memicu pembelahan sel penyebab kanker \n \n \n Pernah mengalami kanker salah satu payudara \n \n \n Riwayat kanker pada keluarga \n \n \n Terpapar radiasi \n \n \n Merokok dan konsumsi alkohol \n \n \n\n Pengobatan Kanker Payudara \n\n Pengobatan kanker pada payudara tergantung dari jenis, ukuran dan tingkat keparahannya. Setelah pemeriksaan detail dokter akan membuat rekomendasi tindakan yang harus dilakukan. Beberapa cara pengobatan kanker pada payudara adalah: \n\n 1. Terapi biologis \n\n Cara ini dilakukan dengan mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh pengidap untuk membantu melawan sel kanker. Terapi biologi juga sering digunakan untuk mengontrol efek samping dari perawatan kanker lainnya. \n\n 2. Pembedahan \n\n Proses yang pembedahan dapat berupa pengangkatan kanker atau benjolan (lumpektomi) jika belum menyebar, pengangkatan seluruh payudara (mastektomi) apabila kanker sudah merata \n\n Pembedahan juga dapat dilakukan dengan pengangkatan kelenjar limfe (sentinel node biopsy) dalam jumlah terbatas dan pengangkatan beberapa kelenjar limfe (axillary lymph node dissection). \n\n 3. Radioterapi \n\n Proses penyembuhan dengan menggunakan energi sinar X dan proton untuk mematikan sel-sel kanker. \n\n 4. Terapi Radiasi \n\n Terapi radiasi merupakan cara penyembuhan kanker pada payudara dengan menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. \n\n 5. Kemoterapi \n\n Proses ini dilakukan dengan menggunakan obat-obatan tertentu untuk mematikan sel kanker, biasanya kemoterapi dilakukan sampai beberapa tahap untuk memastikan bahwa semua sel kanker sudah mati. \n\n 6. Terapi hormonal \n\n Pengobatan cara ini dilakukan dengan pemblokiran atau menghalangi sel kanker sehingga tidak mendapatkan hormon yang mereka butuhkan untuk tumbuh. \n\n Dalam pemilihan cara pengobatan dari penyakit kanker pada payudara tidak boleh sembarangan. Selain tingkat ketahanan tubuh masing-masing pasien terhadap cara pengobatan yang berbeda, ada kemungkinan pengobatan ini menyebabkan efek samping baik yang ringan maupun berat. \n\n Kanker payudara adalah salah satu jenis penyakit berbahaya yang dapat lebih awal terdeteksi apabila pasien menyadari gejala yang muncul. Pengobatan yang lebih cepat dan tepat dapat meningkatkan potensi keberhasilan sehingga penderita dapat selamat dan sehat kembali. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 25 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
6 Cara Menghadapi Demam saat Anak Tumbuh Gigi<\/a><\/h3>
Proses tumbuhnya gigi pada anak-anak bisa mengakibatkan munculnya beberapa efek. Salah satunya adalah peningkatan suhu tubuh atau yang biasa disebut dengan kondisi demam. Demam saat anak tumbuh gigi ini sangat umum terjadi sehingga gejala inilah yang membuat anak-anak biasanya merasa tidak nyaman saat gigi mereka tumbuh. \n\n Tips Menghadapi Demam saat Tumbuh Gigi \n\n Saat anak mengalami demam, tentu akan merasa tidak nyaman. Biasanya anak juga jadi lebih mudah rewel dan sering menangis. Dalam kondisi seperti ini orang tua bisa melakukan beberapa upaya untuk membuat anak merasa jauh lebih nyaman. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi demam yang muncul saat anak tumbuh gigi. \n\n 1. Berikan Lebih Banyak ASI \n\n Cairan menjadi kunci penting untuk mengatasi demam pada anak. Usahakan untuk memberi cairan lebih banyak agar suhu tubuh anak bisa turun. Cobalah untuk memberikan ASI lebih banyak dari biasanya agar demam bisa turun dan anak tidak rewel. \n\n Bagaimana dengan anak-anak yang sudah tidak minum ASI? Sahabat Hermina bisa memenuhi kebutuhan cairnya dengan memberikan susu formula atau cairan dalam bentuk lainnya kepada anak. Misalnya saja air putih atau mungkin jus buah. Selain itu Sahabat Hermina juga bisa memberikan anak makanan-makanan yang mengandung air. Misalnya saja sayuran berkuah seperti sup untuk menambah asupan cairan ke dalam tubuh. \n\n 2. Berikan Kenyamanan untuk Si Kecil \n\n Periode tumbuh gigi bisa jadi terasa begitu berat bagi si kecil. Rongga mulut khususnya gusi akan terasa nyeri dan suhu tubuh juga meningkat. Itulah mengapa anak akan menjadi lebih rewel karena tubuhnya tidak nyaman. Hal ini pula yang membuat anak akan membutuhkan kenyamanan ekstra dari orang tuanya. \n\n Sebagai orang tua, Sahabat Hermina bisa mencoba membuat anak merasa lebih nyaman. Caranya sangat beragam tergantung seperti apa kondisi anak. Sahabat Hermina bisa memberi pijatan lembut kepada anak, memandikannya dengan air hangat, menggendongnya, dan lain sebagainya asalkan si anak merasa nyaman. \n\n 3. Berikan Pakaian yang Nyaman \n\n Saat anak demam, pastikan untuk memberinya pakaian yang nyaman. Hindari baju-baju yang berbahan tebal dan lebih baik pilih baju yang longgar. Baju dengan bahan yang tipis dan longgar akan mempermudah panas di tubuh anak menguap. Selain itu baju-baju yang longgar juga akan membuat anak merasa lebih nyaman. \n\n 4. Berikan Suhu Ruangan yang Nyaman \n\n Penting sekali untuk mengatur suhu ruangan di rumah agar anak merasa nyaman. Meskipun sedang demam, namun bukan berarti anak tidak boleh berada di ruangan yang ber-AC. Jika anak lebih nyaman berada di ruangan ber-AC maka tidak masalah asalkan suhunya diatur dengan baik. \n\n Lebih baik atur suhu ruangan yang sejuk di antara 18-23 derajat celcius. Suhu ruangan ini akan terasa nyaman bagi anak dan membuatnya jadi tidak rewel. Anda juga bisa menyesuaikan pengaturan suhu ruangan sesuai kondisi anak pada saat itu. \n\n 5. Berikan Teether yang Dingin \n\n Teether menjadi salah satu penolong yang tepat saat anak sedang tumbuh gigi. Teether merupakan alat yang bisa digigit-gigit dan membuat rasa gatal maupun nyeri saat tumbuh gigi jadi berkurang. Perlu diketahui bahwa teether yang dingin ternyata jauh lebih efektif untuk mengurangi rasa nyeri dan gatal di gusi anak saat gigi mereka tumbuh. \n\n Pastikan teether tidak terlalu dingin atau tidak beku supaya anak tetap bisa menggigitnya dengan nyaman. Berikan teether yang aman untuk anak dan pastikan untuk terus mengawasi mereka saat memakai teether. Pemberian teether ini mungkin tidak langsung menurunkan demam si kecil namun paling tidak membuat mereka merasa lebih nyaman. \n\n 6. Berikan Obat Penurun Panas \n\n Apabila suhu tubuh anak masih tetap tinggi dan tidak kunjung turun, maka obat penurun panas akan menjadi pilihan yang tepat. Obat penurun panas ini bisa jadi opsi terakhir apalagi jika suhu tubuh anak sudah mencapai 38 derajat celcius. Jenis obat yang bisa dipakai adalah paracetamol. \n\n Lebih baik hindari jenis obat yang memiliki kandungan ibuprofen dan aspirin. Jika memang ingin memberi obat pereda nyeri maka konsultasikan dulu dengan dokter. Jangan sembarangan memberi obat karena bisa saja muncul berbagai reaksi lain akibat produk obat yang tidak jelas tadi. \n\n Demam yang muncul saat anak tumbuh gigi biasanya tidak berlangsung lama. Jadi orang tua tidak perlu terlalu cemas dan lakukan saja hal-hal yang sudah disebutkan tadi. Apabila demam masih terus berlanjut untuk waktu yang lama, segera bawa anak ke dokter spesialis anak untuk pemeriksaan lebih lengkap. Sahabat Hermina dapat berkonsultasi secara online dengan Dokter Spesialis Anak melalui aplikasi Halo Hermina. \n\n Kondisi demam saat anak tumbuh gigi merupakan hal yang sangat normal terjadi. Orang tua harus berusaha untuk mendampingi anak dan membuatnya merasa lebih nyaman dalam menghadapi kondisi tersebut. Situasi seperti ini bisa saja terus terjadi sampai gigi-gigi anak sudah lengkap. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 25 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Waspada ! 7 Masalah Kewanitaan yang Sering Terjadi<\/a><\/h3>
Masalah kewanitaan yang sering terjadi tidak hanya dapat mengganggu kenyamanan tetapi juga dapat berdampak buruk pada organ reproduksi. Sayangnya masih cukup banyak wanita yang kurang memperhatikan dan menganggap masalah yang dialaminya sebagai hal yang bisa terjadi. \n\n Kesadaran terhadap adanya gangguan pada organ kewanitaan sangat penting sehingga jika terjadi gejala dan gangguan kesehatan bisa segera diatasi. Gangguan kesehatan pada organ wanita apa saja yang sering terjadi? Berikut ulasannya. \n\n 1. Gangguan Menstruasi \n\n Menstruasi merupakan proses alami keluarnya darah kotor pada organ reproduksi wanita. Proses keluarnya darah ini peluruhan dari dinding rahim atau endometrium karena tidak adanya proses pembuahan. Menstruasi adalah tanda bahwa organ reproduksi masih dapat bekerja dengan baik, arinya masih memungkinkan untuk hamil. \n\n Siklus menstruasi terjadi antara 23-35 hari sekali dengan lama waktu keluarnya darah sekitar 1 minggu. jumlah darah haid yang keluar sekitar 30 hingga 70 mililiter. Biasanya darah akan lebih banyak keluar pada hari pertama dan kedua. Gangguan menstruasi dapat berupa menorrhagia atau keluarnya darah yang melebihi biasanya. \n\n Pada kasus ini jumlah darah yang keluar dapat mencapai lebih dari 80 mililiter. Selain itu, gangguan menstruasi lain dapat terjadi karena pemakaian alat kontrasepsi yang tidak tepat sehingga darah yang keluar sangat banyak, atau sebaliknya, tidak mengalami menstruasi. \n\n 2. Miom \n\n Masalah pada organ reproduksi wanita ini dapat berakibat fatal sehingga harus segera diobati. Miom adalah munculnya benjolan yang berasal dari otor pada rahim dengan bentuk bulat dan keras. Hampir semua wanita berpotensi mengalami mioma sejak mulai menstruasi karena itu harus mewaspadainya. \n\n Tanda munculnya miom dapat diketahui dari banyaknya darah yang keluar saat menstruasi melebihi biasanya dalam waktu yang lama. Gejala ini biasanya juga diikuti dengan kondisi perut yang membesar. Sebagai dampak dari miom, dapat menyebabkan gangguan kesuburan, keguguran kandungan sampai tumor jenis ganas. \n\n Penyakit disebabkan oleh tumbuhnya jaringan yang menyerupai selaput lendir rahim (endometrium) di luar rongga rahim dan umumnya terjadi pada wanita usia reproduksi. \n\n 3. Endometriosis \n\n Endometriosis merupakan masalah kewanitaan yang terjadi karena tumbuhnya jaringan yang tidak pada tempatnya sehingga mengalami peluruhan saat menstruasi. Biasanya jaringan tersebut muncul pada indung telur, saluran telur, atau usus. Gangguan kesehatan ini dapat terjadi karena faktor genetik dan polusi. \n\n Tidak sedikit pula wanita yang mengalami endometriosis karena pola hidup yang tidak sehat. Gejala endometriosis yang paling umum adalah nyeri dan menstruasi tidak teratur. Cara untuk mengobati penyakit ini dengan menggunakan hormon dan operasi. \n\n 4. Vaginitis \n\n Vaginitis adalah penyakit yang ditandai dengan keluarnya lendir secara berlebihan, bau tidak sedap, gatal dan nyeri sebagai akibat terjadinya peradangan. Masalah kewanitaan ini dapat muncul karena perubahan keseimbangan bakteri pada area kewanitaan atau terjadinya infeksi. Selain itu juga dapat terjadi karena proses menopause. \n\n Faktor yang dapat memicu vaginitis adalah sex bebas, diabetes yang tidak segera mendapat penanganan, penggunaan pakaian dalam yang lembab, dan efek samping dari konsumsi antibiotik. \n\n Pengobatan untuk penyakit ini dilakukan sesuai dengan gejala yang muncul. Jika terdeteksi bahwa gangguan kesehatan tersebut penyebabnya bakteri dan jamur, maka dapat diatasi dengan antibiotik. Sedangkan apabila karena masalah hormonal dapat diobati dengan suntik hormon. \n\n 5. Rasa Terbakar pada Kewanitaan \n\n Masalah pada kewanitaan satu ini cukup sering terjadi, terutama pada wanita yang kurang menjaga kebersihan. Rasa pedih seperti terbakar dapat muncul pada beberapa bagian. Gejala ini dapat muncul sebagai reaksi terjadinya iritasi, infeksi dan respon terhadap trauma yang pernah terjadi. \n\n Cara mengatasi gejala ini dengan mengkonsumsi anti nyeri dan anti radang. Keluhan tersebut juga dapat diatasi dengan memperhatikan penyebabnya, seperti menghindari pencetus atau penyebab iritasi yang mungkin terjadi. \n\n 6. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) \n\n PCOS atau sindrom ovarium polikistik biasa menyerang kelenjar adrenal atau ovarium dan dapat memicu munculnya kista yang berupa penumpukan cairan pada bagian ovarium. \n\n Gejala ini ditandai dengan nyeri pada panggul, muncul jerawat, tumbuh rambut di bagian perut, dada, wajah dan kaki. Tanda lain adalah reproduksi minyak di kulit yang berlebihan. \n\n 7. Fibroid \n\n Fibroid merupakan jenis tumor non kanker yang banyak terjadi pada wanita usia subur. Gejala ini dapat muncul dari otot atau jaringan lain yang kemudian berkembang pada sekitar dinding rahim. \n\n Tanda yang sering muncul adalah intensitas buang air kecil yang lebih sering, nyeri di bagian punggung sebelah bawah, nyeri saat berhubungan intim, keguguran dan fertilitas. Cara untuk menangani masalah pada organ kewanitaan ini dengan menggunakan obat atau mengangkat fibroid. \n\n Cukup banyak masalah kewanitaan yang dapat terjadi, terutama di usia subur. Dengan menjaga kesehatan dan melakukan deteksi dini, gangguan kesehatan tersebut dapat diatasi segera sehingga penanganan dan penyembuhannya lebih cepat. Jika Sahabat Hermina mengalami keluhan seputar kewanitaan segera berkonsultasi dengan dokter spesialis obgyn di RS Hermina terdekat. Sahabat Hermina juga dapat melakukan konsultasi dengan Dokter Spesialis secara online melalui aplikasi Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 21 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Ini dia Usia Rentan Terkena Pneumonia (Radang Paru-Paru)<\/a><\/h3>
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang cukup banyak dan mengancam di Indonesia. Pneumonia dapat terjadi apabila terdapat infeksi pada kantung udara di dalam paru-paru. Kondisi yang seperti inilah yang menyebabkan batuk berdahak, demam hingga kesulitan saat bernapas. \n\n Di Indonesia pneumonia tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, anak-anak pun rentan terkena penyakit paru-paru ini. Penyebab utama terjadinya pneumonia adalah infeksi virus, bakteri hingga jamur. Oleh karena itu, selain harus menjaga kesehatan juga harus menjaga lingkungan dengan baik. \n\n \n\n Penyebab Pneumonia \n\n Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pneumonia dapat terjadi karena adanya infeksi dari bakteri, jamur dan virus. Bakteri penyebab terjadinya pneumonia adalah streptococcus pneumoniae. \n\n \n\n Gejala Pneumonia \n\n Gejala yang sering nampak pada penderita pneumonia rata-rata menyerupai gejala flu, seperti batuk dan demam. Akan tetapi, gejala yang nampak memiliki durasi waktu yang lebih lama. Jika terus dibiarkan, maka gejala berat akan muncul dan membuat kondisi makin buruk. Adapun gejala berat yang sering timbul adalah; \n\n \n \n Batuk berdahak \n \n \n Nyeri pada dada pada saat batuk atau bernapas \n \n \n Mual dan muntah \n \n \n Mudah lelah \n \n \n Demam dan menggigil. \n \n \n Sesak napas \n \n \n\n Pada beberapa kasus, pneumonia juga dapat menimpa pada seorang bayi yang menampakkan gejala berupa demam tinggi, mudah lelah, batuk, susah makan dan sesak napas. \n\n \n\n Pengobatan Pneumonia \n\n Pneumonia dapat digolongkan menjadi ringan, sedang dan berat. Apabila Anda tergolong sebagai orang yang menderita pneumonia ringan, maka pengobatan pneumonia yang bisa dilakukan sendiri di rumah. Tidak perlu ke rumah sakit. Cukup dengan mengkonsumsi antibiotik dari dokter dan banyak beristirahat. \n\n Di samping itu, agar gejala tidak semakin berat, penderita pneumonia ringan juga dianjurkan untuk minum obat pereda sakit seperti parasetamol yang dapat meringankan gejala demam. Akan tetapi jika Anda menderita asma, tidak dianjurkan untuk minum obat tersebut. \n\n Bukan hanya konsumsi obat pereda sakit, penderita pneumonia juga tidak dianjurkan untuk konsumsi obat batuk. Alasannya adalah karena batuk merupakan cara tubuh untuk mengeluarkan dahak dari paru-paru. Dahak inilah yang membuat dada terasa sakit saat bernapas. \n\n Jangan pula merokok secara terus menerus. Apabila Anda telah terdiagnosa terkena pneumonia, maka sebaiknya segera berhenti merokok karena dapat memperparah kondisi paru-paru. \n\n Sedangkan untuk penderita pneumonia parah, maka saran terbaik adalah dengan melakukan rawat inap di rumah sakit. Sebab, pengobatan di rumah saja tidak cukup. Ada beberapa langkah pengobatan yang hanya bisa dilakukan di rumah sakit. Penderita pneumonia juga dianjurkan untuk rawat inap apabila terjadi kondisi seperti di bawah ini: \n\n \n \n Usia di atas 65 tahun. \n \n \n Memiliki fungsi ginjal yang tidak baik. \n \n \n Tekanan darah rendah. \n \n \n Napas sangat cepat. \n \n \n Suhu tubuh di bawah normal. \n \n \n\n Pada saat berada di rumah sakit, penderita yang mengalami gejala berat akan diberikan penanganan berupa pemberian antibiotik, pemberian oksigen tambahan hingga melakukan fisioterapi dengan melakukan latihan pernapasan. \n\n Pasien pneumonia dengan gejala berat biasanya juga akan mendapat bantuan alat berupa ventilator untuk membantu pernapasan hingga perlu ditempatkan di dalam ruang perawatan intensif. \n\n \n\n Komplikasi Pneumonia \n\n Keadaan semacam ini lebih banyak ditemukan pada anak kecil atau orang tua yang memang telah memiliki riwayat sakit sebelumnya seperti diabetes. Apabila penderita pneumonia tidak melakukan pengobatan dengan rutin dan baik, komplikasi memang akan terjadi. Komplikasi yang terjadi bisa berupa; \n\n \n \n Tulang rusuk mengalami peradangan yang menyebabkan kegagalan pernapasan. \n \n \n Radang selaput dada, yaitu sebuah kondisi yang terjadi saat lapisan tipis antara paru-paru dan tulang rusuk terjadi peradangan. \n \n \n Terjadi keracunan darah. \n \n \n Abses paru-paru, yaitu kondisi komplikasi yang jarang ditemukan karena tergolong langka. Apabila ada, biasanya akan terjadi pada penderita yang mengalami penyakit serius yang telah ada sebelumnya atau bagi mereka yang mempunyai riwayat penyalahgunaan alkohol yang parah. \n \n \n\n \n\n Pencegahan Pneumonia \n\n Agar terhindar dari penyakit pneumonia terdapat beberapa langkah pencegahan yang dapat Anda lakukan diantaranya adalah; \n\n \n \n Jaga kebersihan diri dan lingkungan. Misalnya saja dengan rajin cuci tangan atau menggunakan hand sanitizer karena kuman atau bakteri lebih mudah masuk dari tangan yang kotor. \n \n \n Berhenti merokok karena rokok dapat merusak paru-paru. Tidak lagi merokok akan melindungi paru-paru dari infeksi pernapasan. \n \n \n Tidur dan istirahat yang cukup karena akan menjaga imunitas tubuh. Olahraga teratur dan konsumsi makanan sehat juga harus Anda terapkan dengan baik. \n \n \n Melakukan vaksinasi untuk mencegah terjadinya pneumonia. Vaksin ini bisa diberikan pada anak-anak di bawah usia 2 tahun dan usia 2-5 tahun. Balita juga perlu mendapatkan suntikan flu sebagai langkah pencegahan. \n \n \n\n Pneumonia mungkin jadi momok penyakit yang menakutkan serta mengancam, utamanya jika terjadi pada anak kecil. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi harus ada kesadaran pada diri masing-masing untuk selalu menjaga kesehatan diri dan lingkungan. Dengan demikian pengobatan pneumonia yang berat bisa dihindari. \n\n Konsultasikan seputar kesehatan Sahabat Hermina dengan Dokter Spesialis di RS Hermina tedekat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 21 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Perawatan yang Tepat untuk Batu Empedu<\/a><\/h3>
Batu empedu adalah sejenis endapan cairan yang mengeras seperti batu dan biasanya terbentuk pada kantung empedu. Kantung ini terletak pada sisi kanan perut, tepat di bawah hati. Oleh karena itu, orang yang mengidap batu empedu akan mengalami nyeri pada bagian ini ketika ditekan. \n\n Ukuran batu yang terbentuk pada kantung empedu umumnya berkisar sekecil sebutir pasir hingga ada yang sebesar bola golf. Batu empedu ini dapat keluar sendiri dengan melakukan pengobatan atau lewat jalan pembedahan. \n\n \n\n Gejala yang Nampak Pada Penderita Batu Empedu \n\n Gejala yang muncul pada penderita batu empedu akan berbeda pada tiap penderita. Namun, gejala yang sering kali terjadi adalah; \n\n \n \n Akan terasa sakit atau nyeri pada bagian kanan atas perut. \n \n \n Pada bagian tengah perut, tepat di bawah tulang dada akan timbul rasa sakit yang dapat meningkat dengan cepat. \n \n \n Mual atau muntah. \n \n \n Sakit pada bahu kanan \n \n \n Sakit punggung diantara tulang belikat. \n \n \n Demam tinggi serta menggigil. \n \n \n Kulit dan bagian putih mata menguning. \n \n \n Perut mengalami rasa sakit hebat yang menyebabkan kondisi tubuh tidak nyaman. \n \n \n\n \n\n Penyebab Terjadinya Penyakit Batu Empedu \n\n Penyebab terjadinya batu empedu memang belum jelas. Akan tetapi, beberapa keadaan di bawah ini dapat memicu timbulnya batu empedu tersebut, yaitu; \n\n \n \n Empedu mengandung banyak kolesterol sehingga dapat membentuk kristal dan akhirnya menjadi batu. Hal ini dapat terjadi karena hati terlalu banyak mengeluarkan kolesterol dari pada yang dapat dilarutkan oleh empedu. \n \n \n Empedu mengandung terlalu banyak bilirubin juga dapat menjadi faktor terbentuknya batu empedu. Hati yang terlalu banyak mengandung bilirubin juga akan menyebabkan sirosis hati, infeksi saluran empedu dan kelainan darah tertentu. \n \n \n Kantung empedu tidak bisa mengosongkan dengan baik, sehingga empedu bisa menjadi sangat pekat dan akhirnya timbullah batu empedu. \n \n \n\n \n\n Pengobatan Batu Empedu \n\n Pada sebagian besar kasus, batu empedu tidak memerlukan pengobatan apabila tidak menyebabkan rasa sakit. Batu empedu bisa keluar dengan sendirinya dengan banyak minum air putih. Akan tetapi, jika pasien mengalami kesakitan pada bagian kanan perut dan kesakitan saat kencing, maka tindakan medis harus segera dilakukan. Baik dengan pengobatan obat tertentu atau melakukan operasi untuk mengambil batu empedu. \n\n Berikut adalah beberapa langkah pengobatan serta penjelasan yang harus Anda ketahui; \n\n 1. Perawatan Non Bedah \n\n Apabila kondisi batu empedu belum terlalu parah, maka perawatan non bedah biasanya yang paling sering dianjurkan. Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain; \n\n \n \n Drainase perkutan kantung empedu, yakni proses yang melibatkan penempatan jarum steril ke dalam kantung empedu yang berfungsi untuk mengeluarkan empedu. Selanjutnya dokter akan memasukkan alat berupa selang untuk membantu drainase tambahan. \n \n \n Terapi pelarutan oral, yakni prosedur pengobatan ursodiol dan chenodiol untuk memecah batu empedu. Perawatan ini paling cocok untuk memecah batu kolesterol karena mengandung asam empedu yang memang fungsinya untuk memecah batu. \n \n \n Litotripsi gelombang kejut, yaitu prosedur yang melibatkan lithotripter sebagai mesin yang menghasilkan gelombang kejut yang dapat memecah batu empedu menjadi potongan lebih kecil. \n \n \n\n 2. Pembedahan \n\n Apabila kondisi batu empedu pasien telah mengalami pembesaran dan rasa sakit yang ditimbulkan semakin parah, maka langkah yang sering dilakukan adalah melakukan pembedahan untuk mengangkat kantung empedu. Ada dua jenis operasi pengangkatan kantung empedu yaitu; \n\n \n \n Operasi terbuka, yaitu dokter akan melakukan operasi ketika kantung empedu mengalami peradangan, infeksi atau terluka. \n \n \n Operasi Laparoskopi yaitu prosedur bedah dimana dokter akan membuat tiga atau empat sayatan pada perut. Selanjutnya dokter akan memasukkan perangkat kecil yang akan memeriksa kondisi batu dan hati-hati mengeluarkan kantung empedu. \n \n \n\n 3. Pengeluaran Batu Empedu \n\n Batu empedu bisa keluar dengan sendiri, tapi ada juga yang harus dikeluarkan lewat jalan operasi. Operasi bisa melalui proses bedah secara langsung atau dengan teknik laser yang dapat membuat batu empedu hancur berkeping-keping dan akan keluar bersama air kencing secara perlahan. \n\n Untuk menghindari terkena batu empedu harus menjaga pola makan dengan baik. Sebisa mungkin hindari makanan yang mengandung purin seperti jeroan, kacang-kacangan dan lainnya. Minum air putih dengan rutin sebanyak 8 gelas per hari juga akan membuat Anda terhindar dari penyakit ini. \n\n Air yang diminum juga usahakan tidak banyak mengandung kapur, karena kapur ini juga dapat memicu timbulnya batu empedu. Olahraga teratur pun dapat Anda jadikan langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit ini. \n\n Apabila pola makan serta pola hidup sehat telah Anda terapkan dengan baik, bukan hanya terhindar dari batu empedu, penyakit lain pun akan enggan datang pada tubuh Anda. Pengobatan memang bisa dilakukan, tapi melakukan pencegahan akan lebih baik. \n\n Jika Sahabat Hermina mulai merasakan gejala penyakit batu ginjal sebaiknya segera datangi Dokter Spesialis Bedah di RS Hermina terdekat dan lakukan perawatan dan pengobatan secara maksimal agar cepat sembuh. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 21 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
5 Jenis Aritmia, Gangguan Irama Jantung yang Perlu Diwaspadai<\/a><\/h3>
Aritmia adalah gangguan irama atau ritme jantung. Tanda-tandanya detak jantung terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur tergantung jenis aritmia yang dialami. Kondisi ini dipicu oleh gangguan impuls listrik sehingga tidak bisa mengontrol detak jantung dengan baik. \n\n \n\n Jenis-Jenis Aritmia yang Perlu Diwaspadai \n\n Melansir Medical News Today, terdapat beberapa jenis aritmia berdasarkan bagian jantung yang kena dampak. Ada aritmia supraventrikular, aritmia ventrikel, bradikardia, kontraksi ventrikel prematur dan kontraksi atrial premature. Berikut penjelasan lengkapnya : \n\n 1. Aritmia Supraventrikular \n\n Aritmia supraventrikular adalah gangguan irama jantung yang terjadi pada atrium jantung bagian atas yang menjadi tempat masuknya darah dari tubuh menuju jantung. Gejala utama aritmia supraventrikular ditandai detak jantung yang cepat melebihi 100 detak/menit (bpm). \n\n Aritmia supraventrikular ini diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: \n\n a. Atrial Fibrilasi \n\n Aritmia ini kerap dialami oleh para pria lanjut usia, penderita diabetes, memiliki riwayat hipertensi, penyakit paru-paru dan gagal jantung. Gejalanya detak jantung sangat kencang hingga 400 detak per menit. Akibatnya darah tidak dapat mengalir dengan lancar dan bisa membentuk gumpalan. Jika tidak segera ditangani atrial fibrilasi berisiko memicu terjadinya kardiomiopati atau stroke. \n\n b. Atrial Flutter \n\n Aritmia jenis ini bisa dikenali dengan kecepatan detak jantung yang berkisar 250–350 kali per menit. Akibatnya terjadi kerusakan jaringan yang memicu gangguan impuls atau sinyal kelistrikan pada jantung. \n\n c. Takikardia Supraventrikular Paroksismal (PSVT) \n\n Takikardia supraventrikular paroksismal merupakan aritmia yang disebabkan oleh gangguan impuls atau sinyal listrik dari atrium jantung menuju bagian bawah jantung sehingga memicu detak jantung tambahan. Gejala ini seringkali terjadi ketika penderita Takikardia supraventrikular paroksismal melakukan aktivitas fisik berat. \n\n 2. Aritmia Ventrikular \n\n Berikutnya adalah aritmia ventrikular. Gangguan ritme jantung ini terjadi pada bilik jantung yang beresiko menghentikan aliran darah ke seluruh tubuh.. Terdapat dua jenis Aritmia ventrikular yaitu takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel. \n\n a. Takikardia Ventrikel \n\n Takikardia ventrikel merupakan jenis aritmia yang dipicu adanya impuls abnormal pada ventrikel jantung. Akibatnya jantung berdenyut terlalu cepat sehingga tidak optimal menerima oksigen. Penderita takikardia ventrikel seringkali merasa pusing, sesak nafas, bahkan mengalami kehilangan kesadaran. \n\n b. Fibrilasi Ventrikel \n\n Fibrilasi ventrikel terjadi akibat gangguan listrik pada otot ventrikel jantung. Kondisi ini berisiko menghentikan aliran darah menuju jantung. Akibatnya jantung kekurangan oksigen dan membuatnya berdenyut tidak normal. Kondisi ini tidak boleh diabaikan, harus segera ditangani agar tidak mengalami henti jantung yang dapat mengancam nyawa. \n\n 3. Bradikardia \n\n Berbeda dengan aritmia lain yang kondisi jantungnya berdetak lebih cepat dari batas normal, Bradikardi justru sebaliknya. Gangguan irama jantung ini menyebabkan jantung melambat, di bawah ambang normal 60 kali/menit. Namun, detak jantung lambat tidak selalu mengindikasikan masalah jantung. \n\n Bisa jadi menandakan terjadi conduction block atau terhambatnya jalur impuls nodus atrioventrikular yang terletak di antara ventrikel dan atrium. Pada orang lanjut usia juga kerap mengalami denyut jantung yang tidak beraturan karena sinus node tidak mengirimkan sinyal listrik dengan benar. Kondisi ini disebut sick sinus syndrome. \n\n 4. Kontraksi Ventrikel Prematur \n\n Kontraksi ventrikel prematur adalah kondisi jantung yang berdetak lebih awal dari seharusnya. Penyebabnya terdapat gangguan sinyal listrik prematur dari ventrikel. Pada penderita aritmia ini umumnya merasakan jeda singkat yang disusul dengan denyut kuat sebelum kembali ke ritme jantung normal. \n\n Kondisi ini bisa terjadi karena adanya struktur jantung yang tidak normal atau terjadi ketidakseimbangan kadar elektrolit. Pemicunya bisa karena stres, melakukan olahraga atau aktivitas fisik berat secara berlebihan, dan mengonsumsi kafein atau nikotin secara berlebihan. \n\n 5. Kontraksi Atrial Premature \n\n Selain kontraksi ventrikel prematur, kontraksi atrial premature juga harus diwaspadai. Tanda-tandanya sama, yaitu jantung berdenyut lebih awal dari seharusnya. Bedanya, jika kontraksi ventrikel prematur gangguan impuls prematur berasal dari ventrikel, pada kontraksi atrial premature gangguan sinyal listrik berasal dari atrium jantung. Kondisi ini dapat dialami pengidap penyakit jantung maupun orang yang sehat. \n\n Mengetahui jenis-jenis aritmia yang perlu diwaspadai, akan meningkatkan kesadaran pentingnya memperhatikan kondisi kesehatan tubuh. Apabila terdapat gejala-gejala yang mengarah pada salah satu jenis gangguan irama jantung Sahabat Hermina bisa segera melakukan konsultasi dengan dokter spesialis jantung RS Hermina terdekat untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat guna meminimalkan risiko timbulnya komplikasi serius. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 23 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Terapkan Tips ini Agar Terhindar Dari Demam Berdarah Dengue (DBD)<\/a><\/h3>
Sahabat hermina saat ini kita sudah mulai masuk pada musim hujan, biasa pada saat musim hujan terjadi peningkatan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) hal ini disebabkan karena di lingkungan kita terdapat banyak genangan air. Sahabat Hermina tentunya sudah tahu bahwa Demam Berdarah Dengue (DBD) menular melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan kemudian menginfeksi kita. Dalam banyak kasus setelah 3-7 hari setelah kita mendapat gigitan nyamuk, gejala awal yang dirasakan adalah panas tinggi. \n\n Durasi panas tinggi dari gejala awal DBD adalah 5-6 hari dan bisa turun. Setelah itu, demam akan kembali naik. Selain timbul gejala panas, seseorang yang terkena DBD akan muncul bintik merah dikulit yang muncul secara tiba-tiba setelah terinfeksi. \n\n Nyamuk Aedes Aegypti adalah penyebab DBD yang harus dicegah mulai dari lingkungan rumah. Sehingga, dengan melakukan pencegahan bisa mengurangi penyakit bahkan kematian dari DBD yang berbahaya. \n\n \n\n Pencegahan DBD yang Perlu Diketahui \n\n Gejala awal dari DBD adalah bintik merah dan demam. Selain itu, terdapat tiga fase seseorang setelah terinfeksi virus tersebut yaitu fase awal, kritis, dan penyembuhan. Penyakit ini bisa menyebabkan kematian hanya karena gigitan nyamuk yang berbahaya. \n\n Selain itu, DBD bisa menyebabkan sulit buang air kecil, mulut kering, letih dan nyeri otot. Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan kematian karena komplikasi perdarahan yang berbahaya, berikut pencegahan DBD untuk melindungi keluarga sejak awal. \n\n \n Jangan ada genangan \n \n\n Penyakit DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk yang bersarang di genangan. Semakin banyak genangan bisa membuat sarang nyamuk karena telur yang menetas pada lokasi tersebut. Rutin bersihkan genangan atau tutup rapat agar mencegah nyamuk bertelur. \n\n Nyamuk sangat menyukai genangan karena bisa menetaskan telur dengan mudah. Pastikan jangan ada barang yang bisa membuat genangan pada air dan bersihkan dengan rajin agar tidak ada telur nyamuk yang menetas. \n\n \n Jangan menumpuk barang \n \n\n Jangan menumpuk barang yang cukup banyak didalam rumah. Hal ini bisa memberikan nyamuk ruang tersembunyi untuk berkembang biak. Usahakan agar membuat rumah lebih bersih dan sehat dengan rajin menjaga kebersihannya. \n\n \n Gunakan lotion anti nyamuk \n \n\n Lotion anti nyamuk juga membantu dalam mencegah gigitan. Biasanya, aroma lotion tidak disukai oleh nyamuk. Tujuannya, agar binatang tersebut pergi dan menjauh agar tidak menggigit. \n\n Penggunaan lotion disarankan untuk anak-anak yang memiliki aktivitas banyak diluar rumah atau di sekolah. Sehingga bisa tetap terlindungi dari DBD walaupun tidak di rumah. \n\n \n Menggunakan obat anti nyamuk \n \n\n Obat anti nyamuk bisa digunakan untuk mencegah DBD di ruangan tertentu. Ada dua jenis obat nyamuk yaitu disemprot dan dibakar. \n\n \n Jaga kesehatan tubuh \n \n\n Menjaga kesehatan tubuh bisa membantu dalam mencegah DBD karena infeksi bisa mudah menyebar jika tidak fit. Pastikan untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan istirahat cukup agar tubuh tetap dalam keadaan yang prima. \n\n Gejala dan pencegahan DBD harus diketahui agar orang tersayang selalu dalam keadaan sehat. Pastikan lingkungan rumah harus selalu bersih dan menjaga tubuh dalam kondisi sehat agar penyakit tidak mudah datang dan menginfeksi. \n\n Sahabat hermina dapat berkonsultasi seputar DBD kepada dokter spesialis di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 23 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Tidak Selalu Operasi, ini dia Cara Menyembuhkan Keloid<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina tentunya pernah mendengar kata keloid, keloid biasanya timbul disebabkan oleh luka (luka bakar, luka cakar, luka pasca operasi, luka goresan, dan lainnya). Seringkali kita merasa tidak nyaman akan kehadiran keloid. \n\n Keloid adalah pertumbuhan jaringan parut yang terjadi pada kulit disebabkan oleh bekas luka yang berlebihan melebihi batas luka penyebabnya, keloid memiliki bentuk klinis seperti tumor, dimana saat kita meraba bagian keloid akan terasa kenyal dan bahkan bisa juga terasa keras, warna dari keloid umumnya berwarna pink keunguan namun lama kelamaan warna keloid seringkali mengalami perubahan menjadi coklat kehitaman (hiperpigmentasi) dengan permukaan yang mengkilap. \n\n Keloid kadang-kadang menimbulkan rasa gatal dan nyeri, namun tidak sedikit juga keloid tidak disertai keluhan apapun, keloid sering terjadi pada daun telinga, bahu, dada dan bagian kulit lainnya yang memiliki sedikit folikel rambut atau kelenjarnya. Oleh karena itu kulit muka jarang mengalami keloid. Keloid juga lebih sering muncul pada orang berusia di antara 10 hingga 30 tahun \n\n \n\n Penyebab Keloid \n\n Ada beberapa penyebab terjadinya keloid seperti luka bakar, luka bekas operasi, luka tergores, dan luka cakar. Normalnya pada saat mengalami luka, jaringan parut atau fibrosis akan terbentuk di atas kulit yang luka untuk melindungi dan memperbaikinya. Namun pada keloid, jaringan tersebut justru terus tumbuh hingga menebal dan berukuran lebih besar daripada luka itu sendiri. \n\n Para ahli meyakini jika keloid diturunkan secara genetik dalam keluarga. Ini artinya seseorang lebih berpotensi memiliki keloid saat terluka, jika orangtua mereka juga memiliki keloid. Pada beberapa orang, keloid bahkan muncul pada luka kecil seperti jerawat pecah dan luka bekas suntik vaksinasi. Jika Sahabat Hermina memiliki faktor risiko keturunan, disarankan untuk tidak melakukan tindik, tato, atau melakukan prosedur operasi jika kondisinya tidak terlalu mendesak. \n\n \n\n Pengobatan Keloid \n\n Pengobatan keloid bervariasi tergantung lokasi, luas, dan derajat kekerasan lesi keloid. Ada 2 jenis terapi yang dapat dilakukan, yaitu: \n\n 1. Nonbedah \n\n \n \n Penyuntikan obat tertentu (kortikosteroid/5 FU/bleomisin) ke dalam lesi keloid. Dilakukan rutin dalam interval 1-2 minggu. Lama pengobatan bervariasi tergantung respons. \n \n \n Menempelkan perban silikon/balut tekan. Biasanya menjadi bagian dari terapi kombinasi dengan pembedahan atau pencegahan terjadinya keloid pada luka baru. \n \n \n\n 2. Bedah \n\n \n \n Bedah eksisi dengan teknik khusus kombinasi dengan terapi non bedah lain akan menurunkan kemungkinan kekambuhan dengan tingkat keberhasilan terapi yang tinggi. \n \n \n Bedah beku dengan menyemprotkan cairan nitrogen, juga perlu kombinasi dengan terapi lain. \n \n \n Radiasi kedokteran nuklir pun sudah mulai dikembangkan. \n \n \n\n Terapi yang paling banyak dilakukan di rumah sakit berupa terapi non bedah atau kombinasi dengan pembedahan. Setiap terapi keloid memiliki kekhasan pada setiap pasien, Sahabat Hermina dapat berkonsultasi seputar masalah keloid dengan dokter spesialis kulit dan kelamin di RS Hermina terdekat, atau dapat juga melakukan konsultasi secara online melalui aplikasi Halo Hermina, berkonsultasilah dengan dokter untuk menentukan terapi yang tepat dengan risiko kekambuhan yang paling rendah. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 23 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Awas! Osteoporosis Mengintai Perempuan Usia Menopause<\/a><\/h3>
Osteoporosis adalah kondisi dimana tulang menjadi rapuh atau keropos sehingga sangat berisiko untuk mengalami keretakan bahkan patah tulang. Masalahnya adalah, seseorang biasanya tidak mengetahui mengenai kondisi kerapuhan tulang tersebut sampai terjadi sesuatu yang menyebabkan patah tulang (fraktur). Osteoporosis bahkan tidak memiliki gejala yang jelas. Hal ini yang membuat osteoporosis disebut dengan silent disease. \n\n Sayangnya osteoporosis masih sering dianggap sepele dan pencegahannya diabaikan. Padahal jika sudah terjadi patah tulang, dapat menyebabkan cacat permanen, membatasi aktivitas dan mengurangi kualitas hidup. Perlu diketahui, bagian yang sering seringkali mengalami patah tulang pada penderita osteoporosis adalah di pergelangan tangan, tulang panggul, dan tulang belakang. Dimana mayoritas penderitanya berusia diatas 40 tahun dan berjenis kelamin perempuan. WHO bahkan memprediksi bahwa di tahun 2050 nanti akan terjadi kenaikan angka kejadian patah tulang pinggul 2-3x lipat pada perempuan. Dan sebanyak 20% orang dengan patah tulang osteoporosis,Os meninggal setelah satu tahun. \n\n \n\n Perempuan Lebih Rentan Terkena Osteoporosis \n\n Osteoporosis sering dianggap penyakit khas perempuan dan lansia walaupun faktanya osteoporosis dapat menyerang siapa saja dan dari berbagai usia, bahkan anak-anak. Alasan perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis karena karakteristik berikut ini : \n\n \n Tulang lebih kecil \n Kadar hormon estrogen yang berkurang \n \n\n Estrogen berperan penting dalam memproduksi massa tulang, mengontrol aktivitas pembentuk tulang dan penyerap tulang. Semua aktivitas ini akan mengalami penurunan drastis saat memasuki masa menopause seiring dengan berkurangnya kadar estrogen dalam tubuh. \n\n \n Asupan kalsium rendah \n \n\n Karena diet dan lainnya, asupan kalsium perempuan cenderung rendah. Ditambah dengan kenyataan bahwa kebanyakan perempuan Asia mengalami intoleransi laktosa sehingga tidak dapat mengkonsumsi susu hewani dan produk turunannya. \n\n \n Postur tubuh kecil \n \n\n Karena kerangka tulangnya lebih kecil maka postur tubuh pun kecil. Hal ini berlaku khusus untuk perempuan Asia. \n\n Faktor lain yang membuat seorang perempuan rentan terkena osteoporosis adalah : \n\n \n Siklus menstruasi yang tidak teratur. \n Fase menstruasi yang datang di usia muda. \n Memiliki riwayat pemindahan indung telur. \n Mengalami menopause lebih cepat. \n \n\n \n\n Faktor Risiko Osteoporosis \n\n Selain penyebab di atas, terdapat juga beberapa faktor risiko yang mempengaruhi seseorang terkena osteoporosis atau tidak. \n\n \n Proses degeneratif atau bertambahnya usia \n Mengalami penurunan kadar hormon \n Mengalami gangguan hormonal \n Pola makan yang kurang baik \n Menderita gangguan pencernaan yang menghambat penyerapan gizi \n Menderita penyakit yang menyerang kelenjar hormon atau mempunyai gangguan hormonal \n Mengonsumsi obat-obatan tertentu secara jangka panjang \n Merokok dan atau mengonsumsi alkohol \n Gaya hidup tidak aktif, kurang gerak dan jarang berolahraga \n Mempunyai riwayat keluarga pengidap osteoporosis \n \n\n Apakah osteoporosis bisa disembuhkan? Pada fase awal, ya bisa. Dengan menggunakan obat-obatan penguat tulang dan ditambah dengan suplemen kalsium dan vitamin, kepadatan tulang bisa diperbaiki dan dipertahankan. Dengan rekomendasi dokter tentunya. Namun walaupun begitu tetap selalu lebih baik mencegah daripada mengobati. Maka ada baiknya sejak dini mengambil langkah-langkah pencegahan untuk osteoporosis. \n\n \n\n Pencegahan Osteoporosis \n\n Puncak kepadatan tulang ada di sekitar usia 25 tahun. Dan kemudian kemampuan tubuh untuk meregenerasi massa tulang akan mulai berkurang saat sekitar usia 35 tahun. Pada perempuan akan terus berkurang setelah mengalami menopause. Oleh karena itu demi kesehatan tulang sepanjang usia, lakukan pencegahan osteoporosis sejak usia 30 tahun dengan cara : \n\n \n Memperbaiki pola makan : Mulai dengan mengonsumsi makanan kaya kalsium dalam menu sehari-hari dan menambahkan suplemen kalsium jika dirasa perlu. \n Memulai gaya hidup sehat : Hentikan kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol. \n Menerapkan gaya hidup aktif dan olahraga secara rutin : Tidak perlu langsung melakukan olahraga dengan intensitas tinggi. Cukup mulai dengan berjalan kaki minimal 30 menit setiap hari. Dan lebih aktif bergerak di keseharian. \n Cukup paparan sinar matahari. \n Lakukan tes kepadatan tulang. \n \n\n Untuk mengetahui kepadatan tulang dan berfungsi sebagai deteksi dini jika terjadi pengeroposan sehingga dapat cepat diberikan penanganan. Khusus bagi perempuan yang sudah mengalami menopause sebaiknya pencegahan ini ditambah dengan kontrol rutin ke RS Hermina terdekat dan mengikuti saran serta rekomendasi dokter. Bagi lansia (diatas 60 tahun) harap berhati-hati menghindari risiko terjatuh. Hindari jalan yang licin dan tidak rata, gunakan alas kaki, dan perhatikan penerangan ruangan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 25 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Jarang diketahui, ini Bahaya Mengucek Mata<\/a><\/h3>
Seringkali kita kita mengucek mata secara sadar maupun tidak sadar ketika mata terasa gatal, mengucek mata seperti sudah menjadi salah satu kegiatan yang wajar dilakukan, namun tahukah Sahabat Hermina mengucek mata ternyata dapat mengakibatkan kondisi serius salah satunya adalah infeksi. \n\n Infeksi mata merupakan suatu kondisi mata menjadi merah, bengkak, berair yang disebabkan oleh mikrobiologi yang terpapar pada mata seperti virus, bakteri dan jamur. \n\n Konjungtivitis (mata merah muda atau merah) merupakan infeksi mata yang paling sering terjadi. Ini adalah peradangan konjungtiva dan bagian dalam permukaan kelopak mata, biasanya akibat infeksi virus atau bakteri. konjungtivitis juga dapat terjadi dikarenakan kondisi alergi. \n\n \n Viral Konjungtivitis (berhubungan dengan Daya Tahan Tubuh), penyembuhannya bisa lebih cepat \n Bacterial Konjungtivitis \n \n\n \n Disebabkan karena bakteri, proses radangnya lebih agresif karena dapat merusak kornea sehingga dapat mengancam terjadinya kebutaan. \n Gonorrhea (GO) Konjungtivitis diakibatkan STD (sexual transmitted disease) sering terjadi pada mata bayi baru lahir yang lahir secara spontan melalui intravaginal. GO konjungtivitis juga sering menginfeksi mata orang dewasa yang sering melakukan hub sexual yang tidak sehat/sering bergonta ganti pasangan. \n \n\n \n Allergic Konjungtivitis \n \n\n \n Keratitis merupakan infeksi mata yang cukup serius pada bagian kornea karena dapat mengakibatkan kebutaan. Saat ini keratitis (peradangan pada kornea) sering disebabkan dari pemakaian dan perawatan lensa kontak yang kurang baik, hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi kornea, Trauma pada mata akibat benda yang kotor seperti tanaman, batu, tanah dan lainnya dapat menyebabkan infeksi yang berat pada mata. \n Bintil di tepi kelopak mata juga merupakan bentuk infeksi lainnya yang sering terjadi akibat infeksi folikel rambut di bulu mata. Umumnya terlihat seperti jerawat atau bisul kecil. Jika infeksi lebih parah/meluas, maka kondisi ini disebut blefaritis, atau infeksi kelopak mata. \n \n\n \n\n Gejala Infeksi Mata \n\n Penderita mungkin mengalami salah satu atau lebih dari gejala berikut ini: \n\n \n Mata merah \n Kotoran pada mata (mata berair, berlendir, dapat disertai darah dan nanah) \n Mata tidak nyaman/sakit \n Mata terasa seperti terdapat benda asing \n Mata bengkak atau pembengkakan di daerah sekitar mata \n Mata sulit dibuka \n Gatal yang terus menerus \n Penglihatan buram \n \n\n \n\n Apakah Infeksi pada mata berbahaya? \n\n \n Jika dibiarkan infeksi pada mata dapat menyebar dengan cepat dan bisa menyebabkan kebutaan jika kerusakan akibat infeksi sudah parah. \n Jika infeksi yang berat pada mata menyebar ke sistem saraf otak dapat menyebabkan meningitis (infeksi radang otak) yang dapat mengancam jiwa \n Jika infeksi mengancam terjadinya PERFORASI Pada mata/ Kebocoran isi bola mata/ pecahnya isi bola mata maka dokter spesialis mata akan melakukan tindakan penambalan lapisan yang bocor (jika masih memungkinkan) hingga operasi pengangkatan isi bola mata jika sudah terjadi infeksi yang sangat berat sehingga dapat mengancam jiwa. \n \n\n \n\n Bagaimana Pengobatannya? Apakah dapat sembuh total? Ataupun berulang \n\n \n Penderita / pasien sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis mata untuk menentukan penyebab infeksi matanya agar memperoleh saran serta pengobatan yang terbaik. Pengobatan umumnya mencakup pemakaian obat tetes antibiotik, salep mata antibiotik hingga antibiotik oral disesuaikan dengan beratnya infeksi pada mata. \n Jika infeksinya ringan dapat sembuh total \n Jika infeksinya berat jika sembuh dapat meninggalkan jaringan parut/bekas luka yang bisa mengganggu tajam penglihatan hingga kebutaan. \n Dapat berulang jika mengalami infeksi kembali. \n \n\n \n\n Bagaimana Mencegah Infeksi pada Mata ? \n\n \n Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang mata atau muka \n Hindari pemakaian bersama make up mata dengan orang lain dan memperhatikan kondisi expired-date make up mata (ganti minimal 6 bulan sekali) \n Merawat lensa kontak dengan baik dan jangan berbagi peralatan lensa kontak, tempat atau cairan pencuci dengan orang lain \n Apabila Anda terkena infeksi mata, hindari menggunakan make up mata atau memakai lensa kontak sampai infeksi sembuh. \n Hindari berbagi handuk, sprei, bantal atau sapu tangan. \n Cegah paparan mata terhadap air yang terkontaminasi \n Menggunakan kacamata renang saat berenang sebagai pelindung Mata \n \n\n Jika sahabat Hermina mengalami dan merasakan gejala-gejala di atas dengan intensitas yang cukup mengganggu aktivitas, segera konsultasikan kondisi Sahabat Hermina dengan Dokter Spesialis Mata di RS Hermina terdekat, atau melakukan konsultasi secara online melalui aplikasi Halo Hermina. \n\n \n\n Referensi : https://herminahospitals.com/id/articles/waspada-mengucek-mata-dapat-menyebakan-infeksi-pada-mata.html \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 23 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
“Segera Ke RS” Bantu Pemulihan Stroke Lebih Cepat<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina pasti sudah sudah tidak asing dengan penyakit stroke, stroke merupakan suatu keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang pesat berupa defisit neurologis fokal atau global, yang dapat memberat dan berlangsung selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. \n\n Stroke sendiri terjadi karena otak tidak mendapat pasokan darah yang membawa oksigen sehingga sel-selnya menjadi mati. Stroke dapat dibagi menjadi stroke sumbatan dan stroke perdarahan. Pada masyarakat awam sering kali mengenalnya sebagai stroke berat dan ringan, atau bahkan sebagai gejala stroke. \n\n Sebenarnya stroke jenis apapun adalah penyakit yang berat dan perlu penanganan yang baik, karena jika tidak diobati stroke ringan akan berubah menjadi stroke berat setelah kejadian stroke berulang, begitu pula gejala stroke yang dikatakan dapat sembuh sendiri. \n\n Pengobatan stroke berbeda-beda tergantung jenis stroke dan kapan pasien stroke dikenali dan kapan pasien stroke bisa berobat. Apapun jenis strokenya semakin cepat pasien stroke bisa diobati maka semakin besar kemungkinan pasien bisa sembuh sempurna, semakin kecil risiko stroke berulang pada pasien dan semakin kecil risiko kematian akibat stroke. \n\n Pengobatan pasien stroke idealnya adalah dalam kurang dari 3 jam sejak kejadian stroke atau lebih cepat. Bahkan walau sudah lewat 3 jam, pengobatan stroke dalam 1 hari, 1-3 minggu kejadian stroke bisa berbeda-beda dan semakin lama ditunggu untuk diobati dengan benar semakin kecil kemungkinan sembuh sempurnanya, semakin besar kemungkin strokenya terjadi lagi dan menyebabkan kematian. \n\n Tidak jarang penyakit stroke tidak dikenali gejalanya dan pasien stroke datang sudah lama dengan pengobatan yang kurang tepat. Padahal stroke adalah “Serangan Otak” yang sama berbahayanya dengan serangan jantung. Oleh karena itu sangat penting bagi Sahabat Hermina untuk mengenali gejala stroke dengan cepat dan segera membawa pasien berobat ke fasilitas yang bisa mengobati stroke dengan baik. \n\n \n\n Faktor Penyebab Stroke \n\n Beberapa faktor penyebab stroke yang tidak dapat dicegah, diantaranya adalah : \n\n 1. Usia lebih dari 55 tahun \n\n 2. Jenis kelamin pria \n\n 3. Ras \n\n 4. Genetik \n\n 5. Riwayat stroke \n\n Beberapa faktor penyebab stroke yang dapat dicegah, diantaranya adalah : \n\n 1. Peningkatan tekanan darah \n\n 2. Obesitas \n\n 3. Kadar gula darah yang tinggi \n\n 4. Pola makan tidak baik \n\n 5. Kolesterol tinggi \n\n 6. Merokok \n\n 7. Konsumsi Alkohol \n\n Ada banyak cara bagi masyarakat awam untuk mengenali gejala stroke, salah satu yang paling populer adalah kumpulan gejala yang disingkat “SeGeRa Ke RS” : \n\n Se = Senyumnya yang tidak simetris, \n\n Ge = Gerakan salah satu sisi tubuh melemah, \n\n Ra = Bicara kelok atau sulit berbicara, \n\n Ke = Kebas pada salah satu sisi tubuh, \n\n R = Rabun \n\n S = Sakit kepala \n\n “Semakin cepat mendapat pengobatan, penderita Stroke dapat tertolong dan mengurangi risiko kematian atau kecacatan permanen” \n\n Dengan mengenali gejala stroke lebih awal maka hasil pengobatan stroke akan lebih optimal. Orang yang pertama mengenali gejala stroke bisa jadi keluarga, diri sendiri, teman atau kerabat, karena itu dengan mengenali gejala “SeGeRa Ke RS” kita dapat membantu orang terdekat kita atau diri kita sendiri untuk mengobati stroke dengan baik dan memperoleh hasil terbaik dari pengobatan stroke. Semoga kita dapat mengenali gejalanya dengan cepat dan mengobatinya dengan segera, salam sehat untuk semuanya. Konsultasikan keluhan Stroke dengan dokter spesialis saraf di Rs Hermina terdekat, Sahabat Hermina juga bisa berkonsultasi secara online melalui aplikasi Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 23 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 23 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 23 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 23 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>