- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 26 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Bahaya Pneumonia ( Paru-Paru Basah ) pada Anak dan Cara Pencegahannya<\/a><\/h3>
Pneumonia merupakan salah satu jenis penyakit berbahaya yang sering menyerang anak-anak. Penyakit ini sering ditandai dengan gejala batuk yang cukup lama, kemudian sesak napas dan demam. Meski gejalanya terlihat seperti sakit pada umumnya, namun jika tidak segera mendapat penanganan dapat menyebabkan kematian. Karena itu semua orang tua perlu tahu bahaya Pneumonia pada anak. \n\n Sampai saat ini diketahui faktor yang bisa menyebabkan Pneumonia pada anak cukup banyak. Mulai dari virus, bakteri hingga jamur. Jenis mikroba yang spesifik menyebabkan penyakit ini adalah bakteri Streptococcus pneumoniae dan Mycoplasma pneumoniae. \n\n \n\n Bahaya Pneumonia pada Anak-anak \n\n Anak-anak cukup rentan terhadap berbagai jenis penyakit, termasuk Pneumonia. Jenis penyakit ini cukup berbahaya karena bisa menyebabkan kematian. Bahkan di Indonesia masuk dalam kelompok 10 penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi. Penderita dapat mengalami radang paru-paru sehingga alveolus yang seharusnya berisi udara akan penuh dengan cairan. \n\n Sebagai satu-satunya organ yang berfungsi untuk pertukaran oksigen, fungsi paru-paru sangat penting. Jika fungsinya terhambat maka semua kerja organ tubuh akan terganggu. Tubuh bisa mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen. \n\n Gejala yang muncul pada anak adalah sesak napas dan kesulitan untuk mendapatkan oksigen. Selain itu, tarikan napas terlihat lebih cepat dan muncul cekungan pada bagian dada sebelah bawah ketika si kecil sedang bernapas. Karena kekurangan oksigen, tubuh menjadi terlihat lebih biru dan napas tersengal-sengal. \n\n Untuk anak yang masih kecil, tanda paling jelas adalah lebih rewel karena merasakan tubuh yang tidak nyaman. Biasanya kondisi ini diikuti dengan nafsu makan yang turun drastis, muntah hingga tidak sadar karena kekurangan oksigen dalam tubuhnya. \n\n \n\n Faktor pemicu Pneumonia pada Anak \n\n Tubuh anak masih rentan sehingga sangat mudah terkena penyakit. Apalagi jika mengalami Pneumonia, menyebabkan mudah terjangkit penyakit lain. Kondisi sejak lahir dapat memicu Pneumonia pada anak. Apalagi secara umum imunitas anak-anak cukup rendah dibanding orang dewasa. Beberapa pemicu Pneumonia antara lain \n\n \n \n Tidak meminum ASI sejak masih bayi \n \n \n Kekurangan gizi atau malnutrisi \n \n \n Terjangkit infeksi seperti HIV, campak dan jenis penyakit lainnya \n \n \n Lahir prematur sehingga organ tubuh belum berfungsi secara sempurna \n \n \n Pemberian imunisasi yang kurang lengkap, terutama vaksin Pneumonia \n \n \n\n Selain faktor internal atau dari dalam tubuh si kecil, faktor eksternal juga turut menyebabkan anak-anak rentan mengalami Pneumonia. Penyebab dari luar tersebut diantaranya adalah: polusi udara, paparan debu dan asap rokok serta tinggal di lingkungan dengan tingkat kebersihan yang rendah. \n\n \n\n Cara Penanganan Penderita Pneumonia \n\n Pada anak yang mengalami Pneumonia, perlu segera dilakukan tindakan agar dampak yang muncul dari penyakit ini tidak semakin berbahaya. Begitu terlihat gejala penyakit, sebaiknya orang tua segera membawa si kecil untuk mendapat penanganan dokter. \n\n Penanganan pasien penyakit ini tergantung pada kondisi terakhir yang dialami. Biasanya dokter akan meresepkan antibiotik untuk menghambat pertumbuhan jamur dan kuman penyebab penyakit yang bisa berkembang cepat. \n\n Jika muncul gejala demam, dokter akan mengambil langkah pertama untuk menurunkan kondisi tersebut. Tidak jarang pasien mengalami dehidrasi sehingga perlu mendapat asupan cairan dari infus. Untuk mengatasi resiko akibat kurang oksigen, dokter akan melakukan terapi. Beberapa obat juga tidak jarang diberikan melalui suntikan. \n\n \n\n Cara Mencegah agar Anak Tidak Menderita Pneumonia \n\n Bahaya pneumonia pada anak dapat mengancam nyawa si kecil. Pencegahan agar tidak terjangkit penyakit ini sangat penting dilakukan. Jenis penyakit ini mudah menular melalui percikan ludah dan peralatan makan. Karena itu pastikan anak-anak tidak bertukar alat makan. Beberapa tindak pencegahan yang bisa dilakukan antara lain: \n\n 1. Mencukupi kebutuhan gizi \n\n Kekebalan tubuh berbanding dengan asupan gizi yang masuk. Untuk memastikan anak-anak tetap terjaga kesehatannya dan tidak rentan terjangkit penyakit, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan gizi yang cukup, baik jumlah maupun jenisnya. \n\n Untuk bayi sebaiknya mendapatkan asupan makanan dari ASI hingga usia 6 bulan. Selanjutnya bisa diberi makanan pendamping ASI dengan tekstur yang disesuaikan usia si kecil. Kecukupan gizi bisa diperoleh dari buah, sayur dan makanan sehat lainnya. \n\n 2. Imunisasi lengkap \n\n Imunisasi merupakan tindakan pencegahan agar anak tidak mudah terserang penyakit dengan meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap jenis bakteri,virus dan kuman tertentu. Begitu juga dengan Pneumonia, pemberian imunisasi dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terjangkit penyakit ini. \n\n 3. Pola hidup bersih dan sehat \n\n Selanjutnya yang sangat penting adalah penerapan pola hidup bersih dan sehat. Pastikan semua lingkungan rumah, pakaian dan peralatan yang digunakan sudah dicuci dan terbebas dari kuman sehingga penyebab penyakit tidak mudah tumbuh serta berkembang biak. \n\n Selain itu, pastikan anak-anak mandi dua kali sehari dengan menggunakan air bersih dan sabun yang bisa membunuh kuman. Beberapa anak sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Karena itu ketika memilih sabun harus disesuaikan dengan kondisi tubuh si kecil. \n\n Bahaya Pneumonia pada anak tidak boleh disepelekan karena banyak pasien yang tidak tertolong. Upaya pencegahan terhadap penyakit ini sangat penting dilakukan, baik ketika anak-anak masih bayi hingga sekarang. Selain imunisasi, asupan gizi dan pola hidup sehat harus selalu diterapkan. \n\n \n\n Sahabat Hermina bisa mengkonsultasikan masalah seputar anak dengan Dokter Spesialis RS. Hermina terdekat, atau bisa berkonsultasi secara online melalui aplikasi Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 26 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Penularan HIV dan Kenali Apa Bahayanya<\/a><\/h3>
HIV merupakan virus yang sangat berbahaya. Cara kerja virus ini dengan menyerang sistem kekebalan tubuh, sedangkan sistem kekebalan tubuh sangat penting agar tubuh secara mandiri bisa melawan kuman penyakit yang akan masuk. Sampai saat ini belum ada obat yang bisa melawan HIV. Waspada penularan HIV sangat penting dilakukan. \n\n Dalam tubuh, HIV akan menyerang sel CD4 yang berperan dalam melawan infeksi. Karena itu penderitanya sangat rentan mengalami infeksi oportunistik. Semua orang perlu waspada terhadap penularan HIV. Yang perlu diketahui virus ini tidak bisa menyebar dengan kontak biasa seperti berjabat tangan atau berpelukan. \n\n \n\n Waspada Penularan HIV \n\n Meski sangat menakutkan karena berbahaya, sebenarnya tidak sembarang orang dapat tertular virus ini. Selama menjalankan pola hidup sehat dan benar, tidak akan tertular. Virus berbahaya ini hanya bisa berpindah melalui cairan seperti darah, Air Susu Ibu, dan hubungan seksual. \n\n Beberapa cara penularan virus HIV : \n\n \n \n Hubungan seksual \n \n \n Berbagi jarum suntik \n \n \n Produk darah dan organ tubuh \n \n \n Ibu hamil positif HIV ke bayi \n \n \n\n Waspada terhadap penularan HIV sangat penting dilakukan. Caranya dengan menjalankan kehidupan secara benar, tidak sembarangan menggunakan jarum suntik dan tidak gonta-ganti pasangan. Pasien yang terjangkit virus HIV sangat rentan terhadap berbagai jenis penyakit lain sehingga jika sudah terjangkit harus benar-benar ekstra berhati-hati menjaga kesehatannya. \n\n \n\n Bahaya HIV \n\n Pasien HIV seringkali merasa rendah diri dan dikucilkan karena ketakutan masyarakat akan tertular. Sedangkan sesuai dengan karakteristik virus dan cara penyebarannya tidak mudah. Selama tidak ada kontak melalui cairan dengan pasien maka virus tersebut tidak akan dapat berpindah. \n\n Meski demikian menghindari penyebab virus ini sangat penting. Kita tidak tahu siapa yang membawa virus dan bagaimana akan berpindah. Kehati-hatian merupakan faktor dominan untuk bisa menjaga tubuh agar virus tidak bisa menyebar. Beberapa bahaya yang ditimbulkan oleh HIV antara lain: \n\n 1. TBC \n\n TBC atau Tuberkulosis sangat mudah menyerang pasien dengan virus HIV karena daya tahan tubuhnya yang rendah. Kuman penyakit ini sangat mudah menyebar melalui udara. Apabila ada pasien pengidap HIV yang terjangkit TBC maka harus segera mendapatkan antibiotik. Fungsinya untuk mematikan virus TBC tersebut. \n\n Selanjutnya pasien bagi pasien yang mengidap HIV sekaligus TBC harus segera mendapatkan penanganan dengan benar. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mematikan virus TBC sampai benar-benar sembuh. Selanjutnya penangan untuk HIV bisa dilanjutkan kembali. sampai saat ini TBC merupakan jenis penyakit mematikan paling tinggi bagi pengidap HIV. \n\n 2. Toksoplasmosis \n\n Penyakit ini merupakan infeksi yang timbul karena parasit bersel satu, toxoplasma gondii (T. gondii). Jenis parasit ini banyak ditemukan pada daging yang diolah belum matang. Selain itu juga sering ditemukan pada kotoran kucing. \n\n Secara umum jenis parasit ini bagi orang yang mempunyai daya tahan tubuh alami tidak terlalu berbahaya. Namun bagi pengidap HIV dimana tubuh kehilangan imunitas, parasit satu ini bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang serius. Pasien bisa mengalami ensefalitis, yaitu infeksi serius yang terjadi pada otak. \n\n 3. Kriptosporidiosis \n\n Jenis penyakit ini dapat menyebabkan diare yang tidak segera sembuh. Penyebabnya adalah cryptosporidium. Jenis parasit ini bisa berasal dari usus hewan yang mengalami infeksi. Pada umumnya parasit ini masuk melalui makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi. \n\n Gejala penyakit tidak akan muncul secara langsung. Biasanya perlu waktu selama satu minggu setelah kuman masuk ke tubuh dan diare bisa berlangsung hingga dua minggu. Secara umum munculnya gejala pada masing-masing orang berbeda. Ada yang bisa bertahan sampai 24 hingga 36 bulan dan baru terlihat setelah kondisi pasien fatal. \n\n 4. Sitomegalovirus \n\n Jenis penyakit satu ini berkaitan dengan herpes. Cara penyebarannya melalui cairan dari dalam tubuh pasien. Gejala yang muncul pada masing-masing pasien berbeda-beda. Mulai dari berkurangnya penglihatan, saluran pencernaan, paru-paru sampai lemah tulang sehingga pasien kesulitan untuk berjalan. \n\n 5. Kandidiasis \n\n Kekebalan tubuh yang lemah merupakan sasaran bagi berbagai jenis virus dan kuman penyakit. Karena itu pengidap HIV sangat rentan untuk menderita berbagai penyakit termasuk Kandidiasis. Jamur dari penyakit ini berkembang dengan lebih cepat dan membentuk membran yang menempel pada organ berlendir seperti mulut, vagina dan lidah. \n\n Pada bagian yang diserang akan muncul lapisan berwarna putih. Apabila dilepaskan akan menimbulkan rasa perih yang luar biasa, selanjutnya pada bagian tersebut dapat mengalami pendarahan. \n\n Waspada penularan HIV harus terus dilakukan. Karena menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, bisa mengundang berbagai jenis penyakit, bahkan pasien tidak jarang mengalami komplikasi. Jauhi penyakitnya jangan jauhi orangnya. \n\n Sahabat Hermina bisa mengkonsultasikan masalah seputar HIV dengan Dokter Spesialis RS. Hermina terdekat, atau bisa berkonsultasi secara online melalui aplikasi Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 26 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Jenis Penyakit Eksim dan Cara Menanganinya<\/a><\/h3>
Penyakit Eksim merupakan jenis penyakit yang tidak mematikan namun harus diwaspadai. Gangguan pada penyakit ini bisa menyebabkan penderitanya tidak bisa beraktivitas dengan leluasa. Apalagi eksim termasuk jenis penyakit jangka panjang. Pada saat terkena, bisa muncul sewaktu-waktu. Penderita akan merasakan gatal, kulit kemerahan, radang hingga muncul luka. \n\n Pemicu yang sering menyebabkan munculnya eksim antara lain sakit asma, alergi, terpapar bakteri hingga genetik. Eksim bisa dialami oleh semua orang, baik anak-anak maupun dewasa. Namun karena lebih rentan, kelompok anak merupakan usia yang paling banyak mengalami eksim. Dengan penanganan yang tepat, penyakit ini bisa dikendalikan sehingga potensi kambuh dapat ditekan. \n\n \n\n Jenis Penyakit Eksim \n\n Dalam ilmu kedokteran, penyakit ini dikenal dengan nama dermatitis. Selama ini di masyarakat dikenal dua jenis, yaitu eksim kering dan basah. Sedangkan dalam ilmu kedokteran tidak ada pengelompokan secara spesifik, jadi hanya ada satu jenis penyakit eksim. \n\n Masyarakat memberi nama penyakit tersebut berdasarkan penampakan yang muncul pada kulit pasien yang sangat mudah dikenali. Karena jamur merupakan mikroorganisme yang cepat berkembang biak dan menular, maka eksim juga sangat mudah menjangkit. Berikut jenis penyakit dan cara menanganinya: \n\n 1. Eksim kering \n\n Penderita penyakit ini akan mengalami ruam merah di permukaan kulit, rasa gatal, dan bagian kulit yang terjangkit menjadi lebih kering. Bagian kulit yang mudah terjangkit eksim antara lain pergelangan tangan, pergelangan kaki, punggung, leher, dada, kelopak mata, lipatan siku, lipatan lutut. Ada juga beberapa orang yang menderita eksim pada bagian mata dan kulit kepala. \n\n Jenis penyakit ini dikenal dengan nama eksim kering karena bagan kulit yang terjangkit tidak terlihat basah. Namun jamur penyebabnya sendiri tumbuh di bagian kulit yang berkeringat dan mempunyai kadar kelembaban tinggi \n\n Penyebab munculnya eksim kering bermacam-macam. Karena ketahanan kulit masing-masing orang berbeda, kadang penyebab tersebut bisa menyerang seseorang namun orang lain tidak akan mudah mengalaminya. Daya tahan tubuh turut berpengaruh mudahnya seseorang terjangkit penyakit eksim. \n\n Secara umum beberapa hal yang bisa memicu munculnya eksim kering antara lain: karena genetik, riwayat menderita penyakit asma, stress, alergi, cuaca yang terlalu kering atau atau dingin. Selain itu eksim kering juga bisa muncul karena penggunaan pakaian berbahan wol yang lebih rentan terhadap bakteri dan penggunaan sabun mandi dari bahan kimia dengan sifat keras. \n\n Penyakit ini sebenarnya cukup mudah untuk ditangani. Jika eksim muncul karena kulit terlalu kering, maka bisa menggunakan pelembab. Pastikan mengandung bahan anti alergi atau hypoallergenic. Untuk memastikan kandungan bahan pelembab bisa dengan membaca keterangan yang tertera pada labelnya. \n\n Cara lain untuk menghindari agar tidak terkena eksim kering adalah dengan tidak mandi terlalu lama. Jika sudah terlanjur mengalaminya, langkah yang tepat adalah tidak menggaruk bagian kulit yang mengalami eksim tersebut karena berpotensi membuat jamur semakin menyebar. \n\n 2. Eksim basah \n\n Eksim jenis ini cukup mengganggu. Selain menimbulkan bekas yang sulit untuk hilang, selama mengalami eksim basah akan muncul luka pada permukaan kulit. Luka tersebut terlihat basah, berair dan seringkali diikuti dengan munculnya nanah. Jenis eksim ini sebenarnya muncul akibat terjadinya infeksi, terjadinya autoimun dan ulkus. \n\n Pada kasus eksim basah yang disebabkan oleh alergi atau iritasi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui pemicunya dan segera menghindari. Jika sudah muncul eksim, jangan menggaruknya karena jamur bisa dengan mudah menyebar. Menggaruk bagian yang luka akibat eksim akan menyebabkan kondisinya menjadi semakin parah. \n\n Cara untuk mengatasinya adalah dengan menjaga kebersihan luka pada eksim tersebut. Sebaiknya membersihkannya menggunakan air hangat dan sabun antiseptic. Dalam pemilihan sabun harus berhati-hati jangan sampai justru mengandung bahan kimia yang memicu munculnya iritasi dan alergi tersebut. \n\n Karena jumlah jamur dan media untuk berpindah lebih banyak, eksim jenis ini lebih mudah menyebar. Bagian kulit yang menyentuh luka kemudian berpindah ke kulit lain yang sebelumnya sehat bisa menjadikan bagian tersebut akan tertular. Salah satu cara tepat untuk antisipasi penyebaran eksim basah adalah dengan rajin mencuci tangan. \n\n Menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan merupakan langkah tepat untuk mencegah dan menghindari penyakit eksim. Gunakan sabun yang aman dan tidak berbahaya. Pastikan kandungan bahan yang ada di dalamnya tidak menimbulkan iritasi maupun alergi. \n\n Pada musim hujan dimana banyak genangan air yang bisa menjadi tempat tumbuh dan berkembangbiaknya jamur mempercepat penyebaran eksim. Untuk itu selama musim hujan pastikan seluruh rumah dan lingkungan bersih sehingga tidak menjadi sarang kuman dan jamur penyebab eksim. \n\n Meski penyakit eksim tidak mematikan namun cukup berbahaya dan mengganggu. Rasa gatal yang timbul akibat penyebaran dan pertumbuhan jamur bisa menjadikan produktivitas dan aktivitas menurun. Karena itu jika sudah muncul tanda eksim sebaiknya segera mengobatinya dengan benar. \n\n Sahabat Hermina bisa mengkonsultasikan masalah seputar kulit dengan Dokter Spesialis RS. Hermina terdekat, atau bisa berkonsultasi secara online melalui aplikasi Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Gejala Penyebab dan Jenis Anemia<\/a><\/h3>
Beberapa gangguan kesehatan pada manusia bisa terlihat dari perubahan fisiknya. Salah satunya adalah anemia yang menyebabkan tubuh lemas dan kurang bertenaga. Anemia adalah kurangnya kadar sel darah merah yang sangat penting untuk mendistribusikan oksigen. Sedangkan oksigen berperan dalam proses metabolisme. \n\n Penyakit anemia terjadi karena kelainan hemoglobin akibat rendahnya kadar hemoglobin di batas normal, yaitu 14 gr untuk pria dan 12 gr untuk wanita. Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang bertugas untuk mengangkut oksigen. \n\n \n\n Gejala Anemia \n\n Idealnya, jumlah sel darah merah dalam tubuh cukup memenuhi kebutuhan sehingga mampu mendistribusikan oksigen dengan baik. Namun karena kondisi tertentu, jumlah bisa menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan kesehatan. \n\n Karena distribusi oksigen yang terbatas menjadikan tubuh kekurangan zat penting ini. Dalam waktu lama, tubuh akan drop dan mudah terserang penyakit. Apabila kondisinya semakin memburuk, maka harus segera mendapat penanganan dari dokter. Gejala yang terlihat pada penderita anemia adalah : \n\n \n \n Lesu \n \n \n Cepat lelah \n \n \n Keluar keringat dingin \n \n \n Napas pendek \n \n \n Irama jantung tidak teratur \n \n \n Mudah mengantuk \n \n \n Kulit menguning \n \n \n\n Sekilas gelaja ini tidak terlihat sehingga kurang disadari oleh pasien. Namun jika bertambah parah, dampaknya semakin jelas. Cara mengatasinya adalah minum suplemen penambah darah, transfusi, meningkatkan asupan makanan yang mengandung zat besi, konsumsi sumber protein dan sayuran. \n\n \n\n Penyebab Anemia \n\n Anemia merupakan gangguan kesehatan yang umum terjadi namun tidak boleh disepelekan karena akibatnya bisa fatal bagi penderita. Kelainan ini bisa terjadi pada semua usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. \n\n Orang yang rentan mengalami anemia adalah wanita yang sedang menstruasi dan wanita hamil. Anak-anak pun banyak yang mengalami sehingga bisa mengganggu tumbuh kembangnya. Penyebab anemia bisa karena : \n\n \n \n Faktor genetik : orang yang memiliki orang tua pengidap anemia bawaan bisa mengalami hal yang sama sehingga perlu memperhatikan asupan makanannya setiap hari. \n \n \n Gangguan sistem kekebalan tubuh : sistem kekebalan tubuh yang terganggu menyebabkan produksi darah tidak normal, salah satunya adalah rendahnya kandungan sel darah merah. \n \n \n Riwayat kesehatan kronis : seseorang yang pernah mengalami gangguan kesehatan kronis dan mendapat penanganan medis tertentu bisa mengalami perubahan produktivitas beberapa zat penting dalam tubuh, termasuk rendahnya produksi sel darah merah. \n \n \n Hamil : pada saat hamil, tubuh membutuhkan beberapa nutrisi dalam jumlah lebih, salah satunya adalah zat besi yang penting untuk pembentukan sel darah merah. \n \n \n Menstruasi : sel darah merah bisa keluar dalam jumlah banyak saat menstruasi sehingga ketersedian dalam tubuh kurang, ini yang menyebabkan lemah, lesu dan mudah mengantuk. \n \n \n\n \n\n Jenis Anemia \n\n Gejala anemia yang sebenarnya umum terjadi pada semua usia, namun jumlah penderita terbanyak adalah wanita. Selain rendahnya produksi sel darah merah, gangguan kesehatan ini bisa juga terjadi karena pendarahan dan proses pemecahan hemoglobin yang lebih cepat. Berdasarkan jenisnya, anemia terbagi menjadi 8, yaitu: \n\n \n \n Thalassemia : jenis pertama ini bisa terjadi karena faktor keturunan. Apabila salah satu orang tua mengalami thalasemia maka anaknya pun berpotensi mengalami hal yang sama. Penyakit ini terjadi karena perubahan DNA yang menyebabkan bentuk hemoglobin tidak normal dan mudah mati. \n \n \n Anemia sel sabit : jenis anemia ini juga terjadi karena faktor keturunan. Apabila kedua orang tua mengalami kelainan bentuk sel darah merah, yaitu berbentuk sabit, maka anaknya akan mengalami hal yang sama. Sel darah merah berbentuk bulan sabit tidak fleksibel, mudah lengket dan mati sehingga menyebabkan anemia. \n \n \n Karena penyakit kronis : penyakit kronis seperti HIV, kanker, ginjal dan lainnya dapat mempengaruhi bentuk sel darah merah sehingga cepat mati dan tidak bisa secara lancar mengangkut oksigen. \n \n \n Anemia hemolitik : hemolitik adalah gangguan kesehatan dimana sel darah merah mudah hancur dibanding proses pembentukan sehingga jumlahnya tidak mencukupi. Akibatnya distribusi oksigen akan terganggu. Jenis ini juga bisa terjadi karena faktor genetik. \n \n \n Anemia aplastik : anemia jenis ini berkaitan dengan peran sumsum tulang belakang dalam menghasilkan sel darah merah. Karena rusak bagian tubuh ini tidak bisa memproduksi sel darah merah dalam jumlah sesuai kebutuhan. Penyebabnya bisa karena konsumsi obat, autoimun, infeksi, penggunaan antibiotik dan paparan zat kimia. \n \n \n Anemia karena perdarahan : salah satu alasan kenapa orang yang mengeluarkan darah dalam jumlah banyak perlu segera transfusi karena bisa berakibat rendahnya distribusi oksigen akibat anemia. Penyebabnya bisa karena kecelakaan, wasir, menstruasi, melahirkan, penggunaan obat dan kanker usus. \n \n \n Anemia karena hamil : pada saat hamil dan pertumbuhan janin, ibu membutuhkan lebih banyak zat besi, zat pembentuk hemoglobin, asam folat dan lainnya. Apabila tidak terpenuhi maka akan mengalami anemia. \n \n \n Anemia karena kurang zat besi : zat besi penting untuk pembentukan hemoglobin dan sel darah merah. Jika tubuh tidak mendapatkannya dalam jumlah cukup, baik dari asupan makanan maupun suplemen bisa berdampak terjadinya anemia \n \n \n\n Dengan mengenali gejala penyebab dan jenis anemia akan semakin mudah untuk mengatasinya. Distribusi oksigen yang kurang ke dalam organ tubuh bisa berakibat fatal. Karena itu sebaiknya tidak menganggap remeh gejala anemia yang terjadi. \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami kondisi gejala anemia segera konsultasikan dengan dokter spesialis di Rumah Sakit Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi dulu dengan dokter spesialis kami secara online melalui Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Apa Tujuan Dilakukan Pemeriksaan EEG ?<\/a><\/h3>
EEG merupakan kependekan dari electroencephalography. Ini merupakan teknik pemeriksaan yang berhubungan dengan saraf. Tentunya pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan di rumah sakit atas saran dokter. Mari cari tahu lebih jauh tentang apa tujuan dilakukan pemeriksaan EEG dan seperti apa prosedur yang dijalankan. \n\n \n\n Pengertian Pemeriksaan EEG \n\n Telah disebutkan sebelumnya bahwa EEG adalah electroencephalography. Ini merupakan sebuah pemeriksaan yang memakai cakram logam kecil disebut sebagai elektroda. Nantinya elektroda tersebut akan diletakkan di kulit kepala. Konsepnya sederhana, tes ini akan melakukan deteksi aktivitas listrik yang ada di otak. \n\n EEG dijalankan dengan cara merekam aktivitas yang terjadi di sel-sel otak. Hasil akhir dari pemeriksaan ini merupakan garis bergelombang yang menunjukkan aktivitas tersebut. \n\n Rekaman EEG akan menunjukkan adanya aktivitas komunikasi melalui impuls listrik di dalam otak. Dokter membutuhkan hasil rekaman EEG ini untuk menegakkan diagnosis. Tentunya hasil rekaman EEG harus benar-benar akurat karena rekaman yang tidak akurat hanya akan memicu munculnya kesalahan diagnosis. \n\n \n\n Tujuan Pemeriksaan EEG \n\n Setiap bentuk pemeriksaan pasti memiliki tujuan masing-masing. Pemeriksaan EEG itu sendiri bisa menentukan adanya perubahan aktivitas di otak. Hal inilah yang nantinya bisa membantu dokter untuk menegakkan diagnosis terkait penyakit yang berhubungan dengan gangguan otak. Misalnya saja seperti epilepsi, gangguan kejang, dan lain sebagainya. \n\n Berikut adalah beberapa jenis kondisi yang biasanya membutuhkan pemeriksaan EEG: \n\n \n \n Kerusakan otak yang disebabkan oleh cedera kepala. \n \n \n Tumor yang muncul dan berkembang di otak. \n \n \n Disfungsi otak yang disebabkan oleh berbagai faktor atau dikenal sebagai ensefalopati. \n \n \n Peradangan otak atau ensefalitis. \n \n \n Gangguan tidur seperti insomnia. \n \n \n Trauma yang terjadi pada kepala. \n \n \n\n Jadi jelas bahwa tujuan pemeriksaan EEG adalah untuk mengetahui adanya gangguan pada otak dan mendeteksi perubahan aktivitas di otak. Selain itu, pemeriksaan EEG ini juga biasa dilakukan untuk mengkonfirmasi kematian otak pada pasien yang mengalami kondisi koma secara persisten. \n\n Pada kondisi tertentu, dokter akan memerintahkan pemeriksaan EEG berkelanjutan. Prosedur ini dilakukan untuk menemukan tingkat anestesi yang paling tepat pada pasien koma. \n\n \n\n Prosedur Pemeriksaan \n\n Seperti apa prosedur pemeriksaan EEG ini? Pasien akan menjalani 3 tahapan selama pemeriksaan EEG yaitu persiapan, proses periksa, dan pasca periksa. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing tahap tersebut: \n\n 1. Persiapan Tes \n\n Sebelum melakukan pemeriksaan, pasien harus mempersiapkan diri terlebih dahulu. Hal yang harus dilakukan oleh pasien adalah mendengar penjelasan dan arahan dokter dengan cermat. Umumnya dokter akan meminta informasi dari pasien mengenai jenis obat apa saja yang dikonsumsi selama ini. \n\n Demi pemeriksaan lancar dan akurat, pasien juga disarankan untuk mencuci rambut terlebih dahulu. Namun pasien lebih baik tidak memakai produk kondisioner atau produk rambut lain yang bersifat khusus. \n\n 2. Prosedur Tes \n\n Selama pemeriksaan berlangsung, pasien akan berbaring di meja atau tempat tidur. Selanjutnya teknisi akan memasang kurang lebih 20 sensor kecil di kulit kepala pasien. Semua sensor ini disebut sebagai elektroda dan akan bekerja mengambil data aktivitas dari setiap sel-sel otak. Data tersebut kemudian akan dikirimkan ke mesin dan ditampilkan dalam bentuk rangkaian garis atau gelombang. \n\n Pasien sebaiknya rileks selama proses pemeriksaan. Biasanya teknisi juga akan meminta pasien untuk menarik napas dalam dan cepat atau bisa juga meminta pasien menatap cahaya sambil berkedip. Semua hal tersebut bisa membantu mengubah pola gelombang otak sehingga meningkatkan akurasi pemeriksaan. \n\n 3. Setelah Tes \n\n Jika pemeriksaan EEG sudah selesai, maka teknisi akan melepaskan semua elektroda dan membasuh lem penahan elektroda tersebut. Pasien perlu menunggu terlebih dahulu sebelum akhirnya pulang. Setelah dipastikan tidak ada efek samping seperti kejang maka dokter akan meminta pasien untuk pulang ke rumah. \n\n \n\n Faktor yang Mengganggu Hasil Pemeriksaan EEG \n\n Rekaman hasil perekaman EEG bisa saja tidak akurat dan mengalami gangguan. Kondisi ini terjadi karena berbagai faktor penyebab. Ada beberapa kondisi pasien yang membuat hasil perekaman EEG justru tidak cukup akurat dan tidak bisa dipakai untuk menegakkan diagnosis. Misalnya saja pada pasien dengan gula darah rendah dan pasien yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu. \n\n Umumnya pasien dengan riwayat konsumsi kafein tinggi juga tidak bisa mendapatkan hasil pemeriksaan EEG yang akurat. Itulah mengapa sebaiknya pasien menghindari konsumsi kafein dalam jumlah tinggi sebelum menjalani pemeriksaan. \n\n Perlu diketahui juga bahwa pemakaian minyak rambut, semprotan rambut, maupun bahan-bahan kimia lainnya juga berpengaruh pada hasil pemeriksaan EEG. Jadi lebih baik ikuti saja saran dokter untuk tidak memakai produk rambut apapun sebelum pemeriksaan. Mencuci rambut mungkin tidak masalah asalkan hanya dengan sampo biasa dan tidak menggunakan produk-produk lainnya. \n\n Sekarang Sahabat Hermina sudah tahu apa tujuan dilakukan pemeriksaan EEG dan seperti apa prosedurnya. Jika Sahabat Hermina disarankan untuk melakukan pemeriksaan EEG segera lakukan di Rumah Sakit Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi dulu dengan dokter spesialis kami secara online melalui Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 28 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Bau Mulut, Lakukan Scaling atau Perawatan Ini<\/a><\/h3>
Bau mulut atau halitosis menjadi salah satu masalah yang dialami oleh banyak orang. Kondisi ini seringkali memicu rasa tidak percaya diri dan kurang nyaman. Apalagi jika Sahabat Hermina adalah tipe orang yang harus berinteraksi dengan banyak orang setiap harinya. Tapi tenang, bau mulut bisa dicegah dengan perawatan gigi dan mulut yang tepat. \n\n Perawatan untuk Mencegah Bau Mulut \n\n Rongga mulut yang tidak dijaga kebersihannya menjadi salah satu penyebab utama terjadinya bau tidak sedap. Kunci utama perawatan bau mulut adalah memastikan rongga mulut selalu dalam kondisi bersih, bebas plak dan kuman. Berikut ini beberapa jenis perawatan yang biasanya dilakukan dokter gigi untuk mencegah bau mulut: \n\n 1. Scaling \n\n Pembersihan karang gigi atau scaling menjadi salah satu tindakan yang sangat populer dilakukan demi menjaga kebersihan rongga mulut. Perlu diketahui bahwa bau mulut bisa muncul saat karang gigi menumpuk dan bakteri berkembang biak di dalamnya. Plak dan bakteri tersebut akan terus bertambah dan membuat bau mulut jadi semakin parah. \n\n Plak gigi adalah tumpukan sisa makanan serta bakteri yang berkembang di dalam mulut dan dibiarkan begitu saja. Sisa makanan dan bakteri tadi kemudian mengeras seiring berjalannya waktu menjadi karang gigi. Proses menyikat gigi secara rutin tidak akan bisa menghilangkan karang gigi tersebut karena sudah mengeras. Dibutuhkan scaling sehingga karang gigi bisa benar-benar bersih. \n\n Scaling sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali demi menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Jika dibersihkan secara rutin maka karang gigi lebih mudah dihilangkan dan tidak akan memicu bau mulut. \n\n 2. Penambalan Gigi \n\n Selanjutnya ada perawatan tambal gigi yang juga menjadi salah satu upaya untuk menghilangkan bau mulut. Perlu diketahui bahwa bau mulut juga dipicu oleh adanya gigi yang berlubang. Lubang pada gigi menyebabkan sisa makanan lebih mudah terjebak di sana. Sisa makanan tadi membuat bakteri berkembang biak lalu menghasilkan aroma yang tidak sedap. \n\n Itulah mengapa diperlukan langkah penambalan gigi supaya tidak ada ruang yang memungkinkan sisa makanan menumpuk. Selain itu penambalan gigi juga dilakukan agar lubang pada gigi tidak menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Saat gigi berlubang dibiarkan saja maka bakteri mudah berkembang biak di sana dan menyebabkan munculnya bau. \n\n Cek gigi rutin setiap 6 bulan sekali menjadi salah satu upaya untuk mencegah terjadinya gigi berlubang. Jika Sahabat Hermina melakukan pemeriksaan rutin, maka dokter gigi bisa langsung mengetahui apakah ada gigi yang berlubang. Semakin cepat ketahuan maka akan semakin mudah untuk ditambal karena lubangnya belum terlalu besar. \n\n 3. Sikat Gigi dan Flossing secara Rutin \n\n Perawatan paling mudah yang bisa dilakukan demi mencegah bau mulut adalah sikat gigi dan flossing secara rutin. Sahabat Hermina tentunya sudah tahu bahwa menyikat gigi adalah sebuah kebiasaan yang harus dilakukan setiap hari. Menyikat gigi secara rutin bisa membantu menjaga rongga mulut tetap bersih dan sisa makanan tidak menumpuk di sela-sela gigi. \n\n Proses pembersihan gigi bisa lebih sempurna jika Sahabat Hermina melakukan flossing. Flossing adalah teknik pembersihan sela-sela gigi menggunakan dental floss atau benang gigi. Alat ini bisa membantu membersihkan sisa makanan sampai ke sela gigi secara menyeluruh. Pastikan untuk berhati-hati saat melakukannya agar tidak memicu timbulnya luka. \n\n Jika dirasa masih kurang, Sahabat Hermina juga bisa menggunakan obat kumur untuk mencegah bau mulut. Saat ini ada banyak pilihan produk obat kumur yang beredar di pasaran. Tinggal pilih saja produk obat kumur yang banyak manfaat dan bisa menghilangkan aroma tidak sedap. \n\n Cegah Bau Mulut dengan Pola Hidup Sehat \n\n Selain perawatan di dokter gigi dan melakukan kebiasaan sikat gigi serta flossing, Sahabat Hermina juga perlu menerapkan pola hidup sehat. Pola hidup ternyata berpengaruh pada kesehatan rongga mulut. Jika pola hidup Sahabat Hermina berantakan dan tidak sehat maka bisa jadi muncul beberapa masalah di rongga mulut dan salah satunya adalah bau tidak sedap. \n\n Demi mencegah bau mulut, cobalah untuk menerapkan pola hidup yang lebih sehat. Misalnya dengan minum cukup air agar tidak dehidrasi dan rongga mulut tidak kering. Pastikan untuk banyak makan sayur dan buah yang memberikan asupan vitamin di rongga mulut. Selain itu hindari rokok dan alkohol yang bisa memicu munculnya bau mulut. \n\n Hal-hal semacam ini seringkali diabaikan padahal sangat penting tidak hanya bagi kesehatan tubuh namun juga rongga mulut. Jangan lupa, kelola stres dengan baik karena pengaruh stres ini juga bisa mengganggu keseimbangan kesehatan rongga mulut. \n\n Masalah bau mulut jangan dianggap sepele. Sahabat Hermina bisa jadi tidak percaya diri karena bau mulut bahkan bisa merasakan stres karena masalah tersebut. Jadi sebaiknya langsung cari tahu apa penyebab bau mulut tadi dan dapatkan solusi yang paling sesuai. Sahabat Hermina pun bisa lebih percaya diri dengan kondisi rongga mulut yang jauh lebih sehat dan bebas bau. \n\n Konsultasikan segera keluhan seputar gigi dan mulut Sahabat Hermina dengan Dokter Gigi di Rumah Sakit Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi dengan dokter kami secara online melalui Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 28 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
13 Faktor Penyebab Katarak Pada Mata dan Cara Mengurangi Resikonya<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina pasti sudah sering mendengar tentang penyakit katarak, bukan? Sebenarnya apa penyebab katarak ini dan adakah cara untuk mencegahnya? \n\n Katarak adalah salah satu penyakit yang sering terjadi pada mata, terutama pada orang yang lebih tua. Kondisi ini terjadi ketika lensa mata yang jernih menjadi keruh, sehingga penglihatan menjadi kabur atau buram. \n\n Bahkan hal tersebut dapat mempengaruhi salah satu atau kedua mata. Jika tidak segera diobati, bukan tak mungkin katarak ini menyebabkan kebutaan. Nah, untuk mengetahui lebih jelas mengenai penyakit ini, silakan ikuti ulasan ini hingga selesai. \n\n \n\n Penyebab Katarak Pada Mata \n\n Seperti yang sudah dijelaskan di atas, katarak adalah kondisi dimana lensa mata yang biasanya jernih menjadi keruh atau buram. Lensa mata yang keruh ini menghalangi cahaya masuk ke mata dan mengganggu penglihatan. Ada banyak faktor penyebab terjadinya katarak, diantaranya adalah: \n\n 1. Usia \n\n Usia adalah faktor utama yang menyebabkan katarak dan biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 60 tahun.. Semakin tua usia seseorang, semakin besar kemungkinannya untuk mengalami katarak. Hal ini karena lensa mata telah mengalami penuaan dan menjadi kurang elastis seiring bertambahnya usia. \n\n 2. Radiasi \n\n Terpapar radiasi seperti radiasi ion, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami katarak. Misalnya terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi pada kepala atau leher. Selain itu, radiasi ultraviolet dari sinar matahari juga dapat merusak lensa mata dan meningkatkan risiko katarak. \n\n 3. Konsumsi alkohol \n\n Orang yang mengkonsumsi alkohol secara berlebihan memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami katarak. Hal ini mungkin karena efek toksik alkohol pada lensa mata. \n\n 4. Konsumsi rokok \n\n Perokok memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami katarak. Paparan asap rokok dan bahan kimia dalam asap rokok dapat merusak lensa serta sel-sel mata. Inilah yang menyebabkan terjadinya katarak. \n\n 5. Penyakit \n\n Beberapa penyakit, seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan tiroid, dapat meningkatkan risiko katarak. Utamanya penderita diabetes, mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami katarak. Hal ini terkait dengan kadar gula darah yang tinggi yang dapat merusak lensa mata dan mempercepat penuaan pada bagian tersebut. \n\n Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid yang digunakan untuk mengobati penyakit tertentu, seperti asma atau arthritis, juga dapat meningkatkan risiko katarak. \n\n 6. Obesitas \n\n Obesitas dan kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami katarak. Kondisi ini dapat mengganggu metabolisme dan kesehatan secara umum, termasuk kesehatan mata. \n\n 7. Gangguan mata lainnya \n\n Gangguan mata lainnya, seperti miopi atau hipermetropi, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami katarak. Hal ini mungkin karena gangguan tersebut mempengaruhi penggunaan lensa mata. \n\n 8. Riwayat keluarga \n\n Beberapa jenis katarak dapat disebabkan oleh faktor genetik. Seperti katarak kongenital, yang terjadi pada bayi yang baru lahir atau ketika katarak berkembang pada usia dini. \n\n Selain itu, jika ada riwayat keluarga yang mengalami katarak, maka risiko seseorang untuk mengalami kondisi yang sama meningkat. Faktor genetik dan lingkungan yang serupa dapat mempengaruhi risiko katarak. \n\n 9. Kebiasaan makan \n\n Kekurangan vitamin dan mineral tertentu, seperti vitamin C dan E, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami katarak. Konsumsi makanan sehat yang kaya nutrisi dapat membantu menjaga kesehatan mata. \n\n 10. Penggunaan steroid \n\n Penggunaan steroid jangka panjang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami katarak. Steroid dapat menyebabkan perubahan pada struktur lensa mata. \n\n 11. Trauma mata \n\n Cedera pada mata dapat memicu katarak, terutama jika trauma mempengaruhi lensa mata. Cedera pada mata dapat terjadi akibat kecelakaan, tindakan kekerasan, atau aktivitas olahraga yang ekstrim. Bukan hanya itu, trauma yang berulang pada mata juga dapat meningkatkan risiko katarak. \n\n 12. Infeksi \n\n Infeksi pada mata, seperti konjungtivitis atau uveitis, juga merupakan salah satu penyebab katarak. Infeksi ini dapat mengakibatkan peradangan pada lensa mata dan menyebabkan kerusakan. \n\n 13. Paparan lingkungan \n\n Paparan polusi lingkungan, seperti asap kendaraan bermotor, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami katarak. Polutan di udara dapat merusak lensa mata dan menyebabkan katarak. \n\n \n\n Tanda dan Gejala Katarak \n\n Munculnya suatu penyakit pasti berawal dari beberapa gejala, begitu juga dengan katarak. Beberapa gejala katarak yang sering terjadi, misalnya: \n\n - Penglihatan kabur \n\n - Sulit melihat dalam cahaya redup \n\n - Terlihat seperti melihat melalui kabur \n\n - Penglihatan Sahabat Hermina pada satu mata \n\n - Perubahan persepsi warna \n\n - Penglihatan buram \n\n Ketika gejala-gejala ini muncul, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter mata. Dokter mata dapat melakukan pemeriksaan mata dan menentukan apakah katarak mempengaruhi penglihatan dan seberapa serius kondisinya. \n\n \n\n Cara Mengurangi Resiko Terjadinya Katarak \n\n Mengobati katarak dapat dilakukan dengan cara operasi. Ini merupakan prosedur yang relatif sederhana dan hanya menggunakan anestesi lokal. Prosedur ini melibatkan pengangkatan lensa yang keruh dan penggantian lensa dengan lensa buatan. \n\n Selain operasi, perubahan gaya hidup juga dapat membantu mengurangi risiko katarak. Beberapa cara untuk mengurangi risiko katarak termasuk: \n\n - Menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan \n\n - Buang kebiasaan merokok \n\n - Mengonsumsi makanan sehat seperti sayuran dan buah-buahan \n\n - Memakai kacamata hitam saat berada di luar ruangan pada siang hari \n\n - Mengendalikan kondisi medis yang mendasari, seperti diabetes.dan lainnya. \n\n Pada intinya, katarak adalah penyakit yang umum terjadi pada mata, terutama pada orang yang lebih tua. oleh karena itu, penting untuk mendeteksi dan mengobati katarak sesegera mungkin untuk mencegah kebutaan. \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami gejala katarak, Konsultasikan segera keluhan Sahabat Hermina dengan Dokter Spesialis Mata di Rumah Sakit Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi dengan dokter kami secara online melalui Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 28 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
10 Manfaat Laparoskopi Untuk Program Hamil<\/a><\/h3>
\n\n Laparoskopi untuk program hamil merupakan prosedur operasi minimally invasive yang dilakukan dengan menggunakan instrumen kecil dan kamera. Prosedurnya adalah dengan memasukkan keduanya melalui sayatan kecil di perut. \n\n Pada umumnya tindakan ini berguna untuk mendiagnosis dan mengobati masalah kesehatan pada organ reproduksi wanita, seperti endometriosis, penyumbatan tuba falopi, dan kista ovarium. \n\n \n\n Manfaat Laparoskopi untuk Program Hamil \n\n Bagi pasangan yang sedang berencana untuk hamil, laparoskopi dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. Untuk lebih jelasnya berikut adalah beberapa manfaat laparoskopi untuk program hamil: \n\n 1. Mendiagnosis penyebab infertilitas \n\n Laparoskopi dapat membantu dokter mendiagnosis berbagai kondisi medis yang dapat menyebabkan infertilitas, seperti endometriosis, fibroid rahim, dan penyumbatan tuba falopi. Dengan mengetahui penyebab infertilitas, dokter dapat merencanakan pengobatan yang sesuai dan meningkatkan peluang keberhasilan program hamil. \n\n 2. Mengobati endometriosis \n\n Endometriosis adalah kondisi medis yang dapat menyebabkan rasa sakit dan infertilitas. Laparoskopi dapat membantu menghilangkan jaringan endometriosis yang tidak normal dan memperbaiki rahim, yang dapat meningkatkan peluang keberhasilan program hamil. \n\n 3. Mengobati fibroid rahim \n\n Fibroid rahim adalah tumor jinak yang dapat mempengaruhi kesuburan wanita. Laparoskopi dapat membantu menghilangkan fibroid rahim tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Ini dapat meningkatkan peluang keberhasilan program hamil. \n\n 4. Bisa memulihkan penyumbatan tuba falopi \n\n Tuba falopi yang tersumbat dapat menyebabkan infertilitas pada wanita. Laparoskopi dapat membantu membersihkan dan menghilangkan penyumbatan tuba falopi, yang dapat meningkatkan peluang keberhasilan program hamil. \n\n 5. Memperbaiki kelainan struktural \n\n Beberapa kelainan struktural pada organ reproduksi, seperti septum rahim atau hidrosalping, dapat menyebabkan infertilitas. Laparoskopi dapat membantu memperbaiki kelainan struktural ini, yang dapat meningkatkan peluang keberhasilan program hamil. \n\n 6. Memeriksa kesehatan organ reproduksi \n\n Laparoskopi dapat membantu dokter memeriksa kesehatan organ reproduksi, seperti ovarium dan tuba falopi. Ini dapat membantu dokter mengetahui kondisi kesehatan organ reproduksi dan merencanakan pengobatan yang sesuai untuk meningkatkan peluang keberhasilan program hamil. \n\n 7. Dapat menurunkan risiko komplikasi \n\n Laparoskopi merupakan prosedur bedah minimal invasif yang meminimalkan risiko komplikasi yang terkait dengan prosedur bedah terbuka. Ini dapat membantu mempercepat pemulihan pasien dan mengurangi risiko komplikasi yang berpotensi mempengaruhi kesuburan. \n\n 8. Pemulihan yang lebih cepat \n\n Pasien yang menjalani laparoskopi biasanya mengalami pemulihan yang lebih cepat dibandingkan dengan pasien yang menjalani prosedur bedah terbuka. Ini dapat membantu pasien segera kembali ke kehidupan sehari-hari mereka dan mempercepat waktu untuk mencoba hamil kembali. \n\n 9. Dapat dilakukan sebagai prosedur day surgery \n\n Laparoskopi dapat dilakukan sebagai prosedur day surgery, yang berarti pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah prosedur selesai. Ini mengurangi biaya dan waktu pemulihan pasien dan memungkinkan pasien untuk kembali ke kehidupan sehari-hari mereka dengan cepat. \n\n 10. Meningkatkan peluang keberhasilan program hamil \n\n Dengan membantu dokter mendiagnosis dan mengobati kondisi medis yang dapat menyebabkan infertilitas, laparoskopi dapat meningkatkan peluang keberhasilan program hamil. \n\n Pasien yang menjalani laparoskopi untuk kondisi medis tertentu seperti endometriosis atau fibroid rahim dapat melihat peningkatan peluang keberhasilan program hamil setelah pemulihan. \n\n Meskipun laparoskopi dapat membantu meningkatkan peluang kehamilan bagi pasangan yang sedang berencana untuk hamil, namun seperti semua prosedur medis, laparoskopi memiliki risiko dan komplikasi yang harus dipertimbangkan. Jadi, pasangan harus berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan untuk menjalani prosedur ini. \n\n \n\n Apa Yang Harus Dilakukan Setelah Menjalani Prosedur Laparoskopi ? \n\n Setelah menjalani laparoskopi untuk program hamil, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri. Tindakan ini merupakan upaya untuk meningkatkan peluang kehamilan. Well, berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan: \n\n Melakukan istirahat dan pemulihan yang cukup \n\n Setelah laparoskopi, pasangan perlu beristirahat dan memulihkan diri sebelum kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Istirahat yang cukup dapat membantu tubuh pulih dan mempersiapkan tubuh untuk kehamilan yang sehat. \n\n Mengikuti saran dokter \n\n Setelah laparoskopi, dokter akan memberikan instruksi yang perlu diikuti oleh pasangan, seperti konsumsi obat dan pantangan makanan. Pastikan untuk mengikuti saran dokter dengan baik agar pasangan dapat pulih dengan cepat dan terhindar dari komplikasi. \n\n Mengoptimalkan kesehatan secara umum \n\n Pasangan yang sedang berencana untuk hamil perlu memperhatikan kesehatan secara umum, termasuk mengonsumsi makanan sehat, menghindari merokok dan minum alkohol, dan berolahraga secara teratur. Hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas sel telur dan sperma serta meningkatkan peluang kehamilan. \n\n Melakukan tindakan medis lanjutan jika diperlukan \n\n Setelah menjalani laparoskopi, pasangan mungkin perlu menjalani tindakan medis lanjutan untuk meningkatkan peluang kehamilan, seperti stimulasi ovarium atau fertilisasi in vitro (IVF). Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui tindakan medis lanjutan yang sesuai untuk kebutuhan pasangan. \n\n Kesimpulannya, laparoskopi dapat menjadi solusi terbaik dan sangat bermanfaat untuk pasangan yang sedang berencana untuk hamil. Namun, penting untuk Sahabat Hermina ingat bahwa laparoskopi hanyalah salah satu dari banyak pilihan perawatan untuk infertilitas. Efektivitasnya tergantung pada penyebab infertilitas individu. \n\n Ada juga banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk hamil, seperti usia, riwayat kesehatan, dan gaya hidup. Oleh karena itu, jika Sahabat Hermina mengalami kesulitan untuk hamil, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau spesialis kesuburan. Gunanya untuk menentukan penyebab dan rencana perawatan yang paling cocok untuk Sahabat Hermina. \n\n Selain itu, pasangan yang melakukan prosedur laparoskopi untuk program hamil juga dapat mempertimbangkan perubahan gaya hidup sehat. Seperti mengonsumsi makanan sehat, berolahraga teratur, dan menghindari merokok atau alkohol untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan kehamilan. \n\n Jika Sahabat Hermina sedang melakukan atau ingin melakukan program kehamilan, Konsultasikan segera bersama tim Dokter di Rumah Sakit Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi dengan dokter kami secara online melalui Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 24 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Tanda Anemia pada Anak dan Langkah Pencegahan yang Tepat<\/a><\/h3>
Anemia menjadi salah satu gangguan kesehatan pada anak yang wajib diwaspadai oleh semua orang tua. Jika anemia dibiarkan berlarut-larut maka anak bisa mengalami penurunan kesehatan yang signifikan dan pertumbuhannya bisa terganggu. Mari kenali tanda anemia pada anak dan cari tahu apa saja langkah pencegahan yang disarankan agar hal tersebut tidak terjadi. \n\n tanda-tanda Anemia pada Anak \n\n Seringkali anemia dianggap remeh dan tanda-tandanya tidak diperhatikan dengan baik oleh para orang tua. Memang benar bahwa tanda-tanda anemia ini hampir sama dengan kelelahan biasa padahal kondisinya cukup berbahaya. Berikut adalah beberapa tanda anemia yang penting untuk diketahui: \n\n 1. Mudah Lemas dan Lelah \n\n Anak-anak yang mengalami anemia jelas akan merasa lebih mudah lemas dan lelah. Ini merupakan gejala umum yang ditunjukkan oleh penderita anemia. Tubuh tidak bisa menghasilkan cukup banyak sel darah merah. Padahal sel darah merah ini berfungsi mensuplai oksigen ke semua bagian tubuh sehingga anak punya cukup energi untuk beraktivitas. \n\n 2. Kulit Pucat \n\n Tanda lain yang muncul saat anak terserang anemia adalah kulitnya menjadi pucat. Anak yang terserang anemia tidak memiliki cukup sel darah merah sehingga aliran darah ke semua bagian tubuh juga akan terganggu. Selain area kulit, bibir juga akan menjadi lebih pucat dari biasanya. Bahkan jika diperhatikan, bagian kuku yang seharusnya berwarna pink juga bisa menjadi pucat. \n\n 3. Kulit dan Kelopak Mata Menguning \n\n Salah satu penyebab anemia adalah kondisi dimana tubuh menghancurkan banyak sel darah merah. Biasanya kondisi ini terjadi pada anak yang memiliki riwayat kelainan darah dari keluarga. Jika anemia ini yang menyerang anak maka akan muncul tanda berupa kulit dan kelopak mata yang menguning. \n\n 4. Mudah Terkena Infeksi \n\n Anak-anak yang mengalami anemia juga akan mengalami penurunan daya tahan tubuh. Jika daya tahan tubuh menjadi lemah maka anak akan lebih mudah terkena infeksi. Jenis infeksi yang bisa menyerang anak pun sangat beragam dan tentunya harus diwaspadai oleh para orang tua agar tidak memberikan dampak yang fatal pada kesehatan anak. \n\n 5. Lebih Mudah Rewel \n\n Saat anak rewel berarti ada hal yang tidak beres terjadi pada tubuhnya. Anak merasa tidak nyaman sehingga akhirnya lebih sering rewel. Anak-anak yang mengalami anemia biasanya akan merasa lemas dan pusing sehingga tidak nyaman untuk beraktivitas. Itulah mengapa anak yang terkena anemia biasanya lebih mudah rewel. \n\n Anak-anak bisa menunjukkan tanda-tanda yang berbeda saat terkena anemia. Rata-rata mereka akan merasa lemas, pusing, dan lebih sering tidur. Jika anak mulai menunjukkan tanda-tanda tersebut dan tidak aktif seperti biasa, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mengetahui kondisinya secara spesifik. \n\n Cegah Anemia pada Anak \n\n Kenali tanda anemia pada anak agar Sahabat Hermina bisa melakukan deteksi dan penanganan sedini mungkin. Namun alangkah jauh lebih baik jika Sahabat Hermina bisa mencegah anemia pada anak terjadi. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah anemia pada sang buah hati: \n\n 1. Penuhi Asupan Zat Besi \n\n Pertama-tama, Sahabat Hermina harus berusaha untuk memenuhi asupan zat besi pada tubuh anak. Salah satu penyebab utama munculnya anemia pada anak adalah kekurangan zat besi. Jadi pastikan anak mendapatkan asupan zat besi yang memadai. Paling utama adalah memberikan zat besi lewat makanan dan bisa didukung dengan suplemen jika memang dirasa kurang. \n\n 2. Batasi Konsumsi Susu \n\n Usahakan untuk membatasi konsumsi susu pada anak. Sebenarnya konsumsi susu memang bagus untuk pertumbuhan anak. Namun jika porsinya tidak dikontrol dan kebanyakan, anak jadi malas makan. Padahal salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan zat besi pada tubuh anak adalah lewat makanan. \n\n Jangan terburu-buru memberikan susu sapi pada anak yang usianya masih di bawah 12 bulan. Di rentang usia tersebut, anak-anak lebih baik menerima ASI. Meskipun kandungan zat besi pada ASI lebih rendah dibanding susu sapi tapi ASI jauh lebih mudah dicerna oleh tubuh anak. Jadi sebisa mungkin berikanlah ASI sehingga anak bisa mendapatkan asupan zat besi yang memadai. \n\n 3. Lakukan Pemeriksaan Rutin \n\n Sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin karena kita tidak pernah tahu apakah tubuh anak sudah menerima zat besi yang memadai atau belum. Lebih baik lakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin ke dokter. Ini dilakukan untuk mengontrol zat besi pada tubuh anak. Jika diketahui zat besi pada anak masih kurang maka orang tua bisa langsung mengambil solusi yang tepat. \n\n Kenali tanda anemia pada anak sedini mungkin. Semakin cepat tanda anemia dikenali maka semakin cepat pula Sahabat Hermina bisa mengambil langkah penanganan yang tepat. Jangan membiarkan kondisi anemia ini berlarut-larut karena bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan si anak. Mintalah bantuan dokter untuk mengatasi masalah anemia ini agar anak kembali sehat seperti biasa. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 24 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Apa yang Harus Dilakukan Ketika Ada Benjolan di Leher ?<\/a><\/h3>
Muncul benjolan di leher? Apa yang harus dilakukan untuk mengobatinya? Benjolan yang muncul pada leher sering disebut juga dengan massa leher. Ukurannya bisa besar juga bisa sangat kecil. Benjolan ini kebanyakan tidak berbahaya. \n\n Meskipun tak berbahaya, ini bisa menjadi tanda kalau ada sesuatu yang serius terjadi pada tubuh Sahabat Hermina. Misalnya, ada infeksi atau mungkin saja ada kanker yang diam-diam sedang tumbuh. Lantas, apa penyebab benjolan di leher tersebut, bagaimana gejalanya dan apa yang harus dilakukan ketika ada benjolan muncul di leher? Berikut pembahasannya. \n\n Penyebab Benjolan yang Muncul di Leher \n\n Benjolan yang muncul pada leher bisa disebabkan karena beberapa kondisi. Kondisi tersebut antara lain: \n\n ● Mononukleosis infeksiosa \n\n ● Nodul tiroid \n\n ● Branchial cleft cyst \n\n ● Gondok \n\n ● Limfoma Hodgkin \n\n ● Limfoma non-Hodgkin \n\n ● Radang amandel \n\n ● Kanker tiroid \n\n ● Pembengkakan kelenjar getah bening \n\n ● Lipoma dan lain-lain \n\n Biasanya benjolan di leher ini teksturnya bisa keras atau lunak. Sahabat Hermina bisa menemukan benjolan tersebut di dalam atau bawah kulit. Selain itu benjolan di leher juga bisa berasal dari jaringan dan organ di dalam leher. \n\n Tempat asal benjolan merupakan tanda penting dalam menentukan apakah penyebab dari benjolan tersebut. Beberapa tempat yang sering muncul benjolan biasanya ada pada: \n\n ● Kelenjar getah bening \n\n ● Kelenjar paratiroid \n\n ● Kelenjar tiroid \n\n ● Otot leher \n\n ● Trakea \n\n ● Saraf laring \n\n ● Laring \n\n ● Tulang belakang cervical \n\n ● Sistem saraf simpatis dan parasimpatis \n\n ● Kelenjar ludah \n\n ● Pleksus brakialis \n\n ● Pembuluh darah vena dan arteri. \n\n Dari beberapa penyebab dan asal munculnya benjolan di leher, yang paling sering menjadi sebab adalah membesarnya kelenjar getah bening. Ini karena kelenjar getah bening memiliki sel yang dapat membantu tubuh melawan infeksi. Termasuk menyerang sel-sel ganas atau kanker. Yang menjadi penyebab membengkaknya kelenjar getah bening ini biasanya karena: \n\n ● Adanya infeksi sinus \n\n ● Infeksi pada telinga \n\n ● Peradangan pada amandel \n\n ● Tenggorokan meradang \n\n ● Terjadinya infeksi pada gigi \n\n ● Adanya infeksi bakteri pada kulit kepala \n\n Gejala yang Muncul dan Berkaitan dengan Benjolan pada Leher \n\n Banyak gejala yang bisa muncul akibat dari benjolan di leher. Pasalnya ada banyak kondisi atau penyakit yang dapat menjadi sebab. Gejala yang muncul inipun berbeda pada tiap orang. Bahkan ada yang tak merasakan gejala apapun. \n\n Adapun gejala yang muncul jika disebabkan oleh infeksi atau kelenjar getah yang membengkak yaitu sakit pada tenggorokan. Selain itu bisa juga kesulitan saat menelan atau sakit pada telinga. Apabila benjolan di leher ini mengganggu jalan nafas maka Sahabat Hermina bisa saja merasa kesulitan dalam bernafas. Mungkin juga suara Sahabat Hermina akan berubah serak ketika sedang berbicara. \n\n Gejala yang muncul jika benjolan di leher karena kanker biasanya ditandai dengan terjadinya perubahan kulit di sekitar benjolan tersebut. Tak hanya itu, gejala berupa darah atau dahak di air liur juga bisa saja terjadi. \n\n Inilah yang Harus dilakukan Ketika Ada Benjolan di Leher \n\n Saat merasakan ada benjolan di leher, ada baiknya jika Sahabat Hermina memeriksakan diri ke dokter. Utamanya dokter THT. Sebelum pemeriksaan dokter biasanya akan menanyakan riwayat kesehatan Sahabat Hermina, termasuk mengenai gaya hidup serta apa saja gejala yang Sahabat Hermina rasakan. \n\n Selain itu dokter biasanya juga akan bertanya tentang kebiasaan Sahabat Hermina, apakah Sahabat Hermina merokok atau mengonsumsi alkohol. Setelah mendapatkan informasi yang jelas dari Sahabat Hermina, barulah dokter akan melakukan pemeriksaan secara fisik. \n\n Munculnya benjolan di leher ini memang bisa terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu yang harus Sahabat Hermina lakukan adalah sedini mungkin memeriksakan diri ke dokter. Tujuannya agar dokter bisa segera mendeteksi apa penyebab dari benjolan yang muncul di leher tersebut. \n\n Dengan deteksi yang cepat, Sahabat Hermina bisa segera menerima pengobatan dari dokter. Terutama apabila benjolan yang muncul di leher tersebut disebabkan oleh kondisi yang serius. Jadi, segera konsultasikan jika Sahabat Hermina mengalami benjolan pada leher dengan dokter spesialis di RS. Hermina terdekat atau Sahabat Hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 24 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Penyebab Batu Ginjal dan Cara Pengobatannya<\/a><\/h3>
Salah satu penyakit yang kerap dikeluhkan dan dapat mengganggu aktivitas adalah batu ginjal. Penyakit dengan gejala nyeri pada ginjal karena adanya batu yang mengganjal pada salurannya memang masih bisa diobati secara medis. Namun, alangkah baiknya apabila Sahabat Hermina kenali penyebab batu ginjal agar tahu bagaimana cara pencegahannya. \n\n Sebagaimana yang diketahui bahwa rasa nyeri yang ditimbulkan bisa mengganggu kegiatan dan jika dibiarkan terlalu lama, batu yang ada di saluran ginjal bisa semakin besar. Penyebab munculnya batu ini beragam, oleh karena itu tepat sekali jika Sahabat Hermina berada di sini untuk mengetahui penyebab detailnya. \n\n \n\n Penyebab Batu Ginjal yang Kerap Diremehkan \n\n Apabila Sahabat Hermina ketahui, sebenarnya munculnya batu pada saluran ginjal bisa terjadi karena hal yang sepele. Kurangnya menjaga kesehatan serta asupan pola makan yang salah bisa menjadi pemicu munculnya batu ginjal. Berikut akan diulas secara lengkap berbagai penyebab adanya batu ginjal; \n\n 1. Kurang Minum Air \n\n Penyebab paling banyak hingga mudah munculnya batu ginjal adalah karena kurangnya asupan air yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan jumlah mayoritas dalam tubuh adalah air. Oleh karena itu, untuk mencukupi kebutuhan cairan setiap hari sangatlah penting. Apabila asupan air yang masuk ke dalam tubuh kurang akibatnya mineral yang ada dalam tubuh akan mudah mengkristal. Oleh sebab itu, apabila Sahabat Hermina tidak ingin mengalami penyakit batu ginjal sebaiknya rajin minum air yang cukup setiap harinya agar asupan untuk tubuh dapat terpenuhi. \n\n 2. Konsumsi Garam Berlebih \n\n Penyebab batu ginjal selanjutnya selain konsumsi air yang kurang adalah karena banyaknya konsumsi garam. Oleh karena itu, sebagai langkah pencegahan dan pengobatan biasanya akan dianjurkan untuk mengurangi penggunaan garam berlebih serta menghindari konsumsi makanan tinggi garam. Misalnya saja makanan yang diawetkan, makanan kalengan dan roti. Makanan yang mengandung kadar garam tinggi dapat meningkatkan risiko pembentukan batu kalsium di saluran ginjal. \n\n 3. Konsumsi Protein Hewani Berlebih \n\n Sahabat Hermina butuh asupan protein hewani untuk mencukupi kebutuhan protein dalam tubuh. Akan tetapi, apabila konsumsi protein ini terlalu berlebih juga bisa jadi penyebab batu ginjal. Daging merah dan kerang adalah dua jenis makanan yang mengandung banyak protein. Jika keduanya dikonsumsi secara berlebih akan meningkatkan asam urat, menambah kadar keasaman pada air seni serta menurunkan kandungan sitrat. \n\n Perlu Sahabat Hermina ketahui apabila kadar asam urat dalam tubuh apabila terjadi peningkatan, tidak hanya dapat menyebabkan nyeri pada persendian. Namun, juga bisa jadi penyebab munculnya batu ginjal. \n\n 4. Konsumsi Oksalat Berlebih \n\n Batu ginjal yang ada pada ginjal dan salurannya bentuknya beragam sesuai dengan jenis mineral yang membentuknya. Jenis batu ginjal yang paling banyak ditemui adalah batu yang merupakan campuran oksalat dan kalsium yang akan bereaksi dan menyatu saat air seni diproduksi. \n\n Penyebab munculnya batu ginjal jenis ini karena konsumsi senyawa oksalat yang berlebih. Senyawa ini mudah ditemukan dalam jenis makanan seperti sayur bayam, buah bit, kacang-kacangan, belimbing dan sebagainya. \n\n Tidak ada larangan untuk mengonsumsi makanan tersebut. Namun, alangkah baiknya apabila Sahabat Hermina mengkonsumsi makanan tersebut dibarengi dengan asupan makanan yang mengandung kalsium tinggi. Sebab, kalsium dapat membantu tubuh memproses oksalat dan mengikatnya bersama kalsium di pencernaan agar tidak mengendap di organ ginjal. \n\n 5. Konsumsi Obat-Obatan Tertentu \n\n Tidak hanya karena mengonsumsi makanan tertentu yang mengandung senyawa pemicu batu ginjal, penyebab batu ginjal yang lain bisa terjadi karena konsumsi obat-obatan tertentu. Contohnya adalah obat antibiotik, obat untuk HIV, obat diuretik dan sebagainya. Obat-obatan tersebut juga berpotensi menjadi penyebab munculnya batu pada saluran ginjal. \n\n 6. Kondisi Medis Tertentu \n\n Penyebab munculnya batu ginjal selanjutnya adalah karena kondisi medis tertentu. Misalnya saja penyakit diabetes tipe 2, asam urat dan hiperparatiroidisme. Untuk pencegahannya memang harus menjalani pola hidup dan pola makan yang sehat, karena munculnya penyakit tersebut adalah lalainya Sahabat Hermina dalam menjaga kedua pola tersebut. Utamanya dalam menjaga pola makan sehat. \n\n 7. Masalah Pada Pencernaan \n\n Munculnya penyakit batu ginjal juga bisa berasal dari adanya gangguan pencernaan seperti penyakit radang usus dan kolitis ulseratif. Gangguan yang timbul pada sistem pencernaan dapat menimbulkan diare dan mengurangi frekuensi buang air kecil. Apabila kadar air seni yang keluar tidak sebanyak biasanya, tubuh dapat menyerap lebih banyak oksalat dari usus yang tercampur dengan air seni. \n\n Dari banyaknya penyebab batu ginjal di atas, cara pengobatannya sebenarnya tidak terlalu sulit apabila Sahabat Hermina mau melakukannya dengan konsisten dan serius. Pengobatan yang paling mudah tentu saja banyak-banyak konsumsi air putih. Namun, bagi penderita batu ginjal yang juga memiliki riwayat penyakit jantung harus mengatur asupan air putih ini. Sebab, banyak konsumsi air putih juga tidak bagus untuk jantung. \n\n Pengobatan selanjutnya adalah menghindari makanan yang jadi pemicu munculnya batu ginjal. Lebih baik konsumsi makanan sehat dan seimbang yang baik untuk tubuh. Pengobatan lainnya adalah melalui tindakan medis. Bisa menggunakan obat peluruh batu ginjal atau tindakan operasi untuk menghancurkan batu ginjal tersebut. \n\n Konsultasikan segera jika Sahabat Hermina mengalami gejala - gejala seputar batu ginjal dengan dokter spesialis di RS. Hermina terdekat atau Sahabat Hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 25 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Tumor Pembuluh Darah (Hemangioma) Pada Anak, Apakah Berbahaya ?<\/a><\/h3>
Gambaran Umum \n\n Hemangioma infantil (HI) adalah jenis tumor pembuluh darah yang terbentuk akibat pertumbuhan sel-sel pembuluh darah (vascular endothelial cells) yang terlalu berlebihan. Kondisi ini dapat terjadi pada bayi baru lahir yang terlihat sebagai bintik merah atau penebalan berwarna merah di kulit. Sebagian kecil hemangioma infantil dapat menghilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak, namun dapat juga menyebabkan masalah yang serius apabila terletak di daerah tertentu seperti di sekitar mata atau mulut. \n\n \n\n Tanda dan Gejala \n\n Hemangioma infantil biasanya terlihat sebagai bintik merah atau penebalan berwarna merah. Tampilan fisik hemangioma infantil dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan ukurannya. Hemangioma infantil yang terletak di permukaan umumnya terlihat seperti penebalan atau benjolan berwarna kemerahan atau kebiruan. Hemangioma infantil yang terletak di organ dalam, seperti hati atau otak, tidak dapat terlihat secara fisik, akan tetapi hanya dapat terdeteksi melalui pemeriksaan khusus seperti ultrasonografi (USG) atau magnetic resonance imaging (MRI). Fase atau perubahan pada keadaaan Hemangioma infantil dapat dijelaskan sebagai berikut ini: \n\n \n \n Fase proliferasi. Sel-sel pembuluh darah terus berkembang dan menyebabkan peningkatan ukuran hemangioma. Fase ini dapat terjadi pada beberapa minggu setelah lahir dan dapat berlangsung selama beberapa bulan. \n \n \n Fase plateau. Pertumbuhan hemangioma mulai melambat dan tidak terlihat perubahan ukuran yang signifikan. Fase ini biasanya terjadi pada usia 6-12 bulan dan dapat berlangsung selama beberapa tahun. \n \n \n Fase involusi. Sel-sel pembuluh darah mulai hilang dan hemangioma mengecil. Fase ini biasanya terjadi pada usia 2-5 tahun dan dapat berlangsung selama beberapa tahun. Pada sebagian kasus, Hemangioma infantil biasanya akan hilang sepenuhnya pada akhir fase involusi ini. \n \n \n\n \n\n Faktor Risiko \n\n Berbagai penelitian menunjukkan kemungkinan adanya faktor-faktor biomolekul yang mempengaruhi perubahan sifat pertumbuhan sel-sel pembuluh darah, sehingga pembentukan pembuluh darah menjadi tidak normal dan terlalu cepat (hiperproliferasi vasculogenesis). Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan bayi mengalami hemangioma infantil antara lain: \n\n Jenis kelamin: Bayi perempuan lebih mungkin mengalami hemangioma infantil dibandingkan bayi laki-laki. \n\n Usia ibu saat hamil: Ibu hamil yang lebih tua lebih mungkin mengalami anak dengan hemangioma infantil. \n\n Rasa sakit ibu selama kehamilan: Ibu hamil yang mengalami rasa sakit yang berlebihan selama kehamilan lebih mungkin mengalami anak dengan hemangioma infantil. \n\n Rokok: Ibu hamil yang merokok lebih mungkin mengalami anak dengan hemangioma infantil. \n\n \n\n Penanganan \n\n Hemangioma infantil dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan tertentu dan apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan bedah atas indikasi. Beberapa modalitas terapi untuk penanganan Hemangioma infantil adalah sebagai berikut: \n\n Propranolol merupakan obat golongan beta-blocker yang bekerja dengan cara mengurangi produksi hormon yang menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah. Propranolol merupakan terapi lini pertama yang terbukti cukup efektif untuk mengobati hemangioma. Prednison adalah obat yang juga dapat digunakan untuk mengobati hemangioma infantil. Prednison bekerja dengan cara mengurangi inflamasi/peradangan serta mengurangi ukuran hemangioma. \n\n Terapi bedah adalah pilihan pengobatan untuk hemangioma infantil yang terletak di daerah tertentu seperti di sekitar mata atau mulut, atau apabila hemangioma menyebabkan masalah lain seperti gangguan bernapas atau hemangioma berada pada lokasi yang rentan mengalami infeksi. Pada hemangioma infantil yang terletak di daerah tersebut, terapi bedah dapat dipertimbangkan. Terapi bedah pada hemangioma infantil biasanya dilakukan oleh dokter bedah plastik atau dokter bedah vaskuler yang terlatih dalam menangani masalah pembuluh darah. Beberapa jenis terapi bedah yang dapat dilakukan untuk mengobati hemangioma infantil termasuk: \n\n \n \n Pembedahan laser (Pulsed Dye Laser): Penggunaan laser untuk mengeluarkan sebagian atau seluruh jaringan hemangioma. \n \n \n Bedah plastik: Teknik pembedahan khusus dengan menggunakan kulit donor atau jaringan lain untuk menutupi luka setelah hemangioma diangkat. \n \n \n Embolisasi: Teknik untuk menyumbat pembuluh darah yang memberikan pasokan darah pada jaringan hemangioma dengan bahan kimia tertentu. \n \n \n\n Pasien bayi/balita dengan kemungkinan diagnosis Hemangioma Infantil, juga dapat dikonsultasikan lebih lanjut dengan dokter anak Sub Spesialis Hemato Onkologi dan dokter bedah agar mendapat penanganan yang lebih komprehensif. \n\n Adanya kondisi Hemangioma dapat terdeteksi dengan pemeriksaan fisis. Tim Dokter dapat menilai kesehatan anak ataupun mendeteksi kemungkinan adanya hemangioma pada pasien dan merencanakan tata laksananya. Orang tua dapat segera berkonsultasi dengan dokter di Rumah Sakit Hermina terdekat atau Sahabat Hermina juga dapat berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis melalui aplikasi "Halo Hermina.” \n\n \n\n Referensi: \n\n Chamli A, Aggarwal P, Jamil RT, et al. Hemangioma. [Updated 2022 Oct 25]. In: Stat Pearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538232/ \n\n Fei, Q., Lin, Y., & Chen, X. (2020). Treatments for infantile Hemangioma: A systematic review and network meta-analysis. EClinicalMedicine, 26. https://doi.org/10.1016/j.eclinm.2020.100506 \n\n Novoa, M., Baselga, E., Beltran, S., Giraldo, L., Shahbaz, A., Pardo-Hernandez, H., & Arevalo-Rodriguez, I. (2019). Interventions for infantile haemangiomas of the skin: abridged Cochrane systematic review and GRADE assessments. British Journal of Dermatology, 180(3), 527–533. https://doi.org/https://doi.org/10.1111/bjd.17407 \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 25 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>