- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 23 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
Badan Anak Kaku, Waspada Cerebral Palsy<\/a><\/h3>
Cerebral Palsy (CP) atau lumpuh otak merupakan gangguan gangguan tumbuh kembang pada masa kanak-kanak. Gangguan tersebut ditunjukkan dengan adanya kelainan tonus otot, postur atau posisi tubuh, koordinasi motorik, serta kelainan neurologis lain yang menyertainya. \n\n Cerebral Palsy sebenarnya bukan penyakit bawaan. Proses dimulainya gangguan tumbuh kembang ini dimulai pada awal tahap awal kehidupan atau sejak bayi baru saja lahir. Kondisi CP tersebut disebabkan karena adanya kerusakan pada jaringan otak yang masih berkembang. \n\n Masalah klinis utama yang dihadapi pada pasien dengan Cerebral Palsy adalah gangguan motorik (gerak). Gangguan motorik ini melibatkan otot dan saraf sehingga pasien dengan CP akan mengalami kesulitan dalam berjalan atau bahkan tidak bisa berjalan sama sekali. \n\n Gejala atau tanda Cerebral Palsy muncul pada saat masih bayi atau usia pra sekolah. Manifestasi gangguan motorik pada pasien CP antara lain : refleks yang berlebihan (hyper-reflexia), kekakuan pada sebagian atau seluruh anggota tubuh, gerakan yang tidak disadari (involunter), cara berjalan yang tidak stabil atau kombinasi dari semuanya. Kekakuan otot yang dialami dapat mengurangi lingkup gerak sendi di berbagai persendian tubuh. Ketidakseimbangan otot mata juga membuat penderita Cerebral Palsy mengalami masalah saat proses makan, yang disebabkan karena gangguan fokus penglihatan. \n\n Kondisi Cerebral Palsy akan dialami seumur hidup dengan kondisi yang semakin berat apabila tidak mendapat terapi khusus. Beberapa individu mengalami kondisi tersebut dengan derajat yang ringan akan tetapi sebagian lagi mungkin saja mengalami gejala yang lebih parah. Manifestasi neurologis yang dapat menyertai keadaan Cerebral Palsy salah satunya adalah epilepsi (kejang). \n\n Apabila bagian tubuh yang terdampak Cerebral Palsy hanya sebagian sisi saja (kiri atau kanan) disebut dengan Cerebral Palsy hemiplegia. Namun apabila berdasarkan keterlibatan jumlah anggota gerak tubuh (dua lengan, dua tungkai), Cerebral Palsy dapat dikelompokkan menjadi hemiplegia, diplegia, paraplegia, atau quadriplegia. \n\n \n\n Tanda dan gejala Cerebral Palsy \n\n Cerebral Palsy berdasarkan derajatnya dapat digolongkan ke dalam derajat ringan, sedang, atau berat dengan tanda yang berbeda pada setiap usianya, yaitu: \n\n 1. Bayi usia kurang dari 6 bulan \n\n Secara umum bayi yang berusia dibawah 6 bulan yang mengalami Cerebral Palsy akan menunjukkan tanda sebagai berikut: \n\n \n Tidak mengangkat kepala ketika sedang ditarik tangannya \n Tubuhnya terkulai lemas seperti tidak bertenaga \n Tubuh akan menjauh ketika sedang dipeluk \n Ketika tubuhnya diangkat maka kaki akan menyilang dan kaku \n \n\n 2. Bayi usia lebih dari 6 bulan \n\n Gejala Cerebral Palsy pada usia ini sebagai berikut: \n\n \n Mengulurkan hanya dengan satu tangan sambil mengepal \n Kesulitan mengunyah makanan \n \n\n 3. Bayi usia lebih dari 10 bulan \n\n Pada bayi yang berusia diatas 10 bulan, memiliki gejala yang lebih jelas, yaitu: \n\n 1. Merangkak dengan posisi miring, mengambil barang dengan satu tangan serta kaki yang diseret. \n\n 2. Menggerakkan bokong dengan posisi duduk tanpa merangkak \n\n \n\n Penyebab Cerebral Palsy \n\n Cerebral Palsy dapat disebabkan karena berbagai faktor pada masa kehamilan atau saat persalinan misalnya kurangnya pasokan oksigen ketika bayi lahir (asfiksia), keadaan bayi kurang bulan (prematur), bayi berat lahir rendah (BBLR), infeksi susunan saraf pusat (SSP) saat neonatus, adanya kejang saat lahir, sehingga timbul kerusakan jaringan otak yang menetap. \n\n Faktor risiko lainnya antara lain: \n\n 1. Infeksi masa kehamilan berupa Toksoplasmosis, Sifilis atau Rubella \n\n 2. Proses persalinan yang sulit \n\n 3. Gangguan pembuluh darah otak sehingga terjadi pendarahan pada otak bayi atau suplai darah ke otak terputus \n\n 4. Kepala bayi mengalami cedera saat sebelum lahir \n\n 5. Rendahnya kadar gula darah \n\n Bayi lahir bisa mengalami peningkatan risiko Cerebral Palsy karena beberapa faktor berikut ini: \n\n 1. Bayi lahir prematur (usia kehamilan kurang dari 37 minggu) \n\n 2. Bayi lahir dengan berat lahir rendah \n\n 3. Bayi dari kelahiran ganda, seperti kembar atau triplet \n\n 4. Selama masa kehamilan, ibu merokok, minum banyak alkohol atau menggunakan obat-obatan seperti kokain \n\n \n\n Cara pengobatan Cerebral Palsy \n\n Cerebral Palsy memang akan dialami seumur hidup. Dokter pada umumnya akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin dan mengamati perkembangan gejala penderita. \n\n Deteksi dini dan diagnosis yang tepat sangatlah penting agar langkah penanganan dan terapi dapat dilakukan sedini mungkin sehingga anak terhindar dari komplikasi yang dapat mengganggu kualitas hidup anak. Penanganan yang dilakukan adalah untuk memperbaiki keterbatasan, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup (quality of life) antara lain: \n\n 1. Penggunaan alat bantu yang berupa kacamata, alat bantu dengar, alat bantu jalan, penyangga tubuh dan kursi roda. \n\n 2. Gejala spastisitas (kekakuan) otot dapat diobati dengan menggunakan obat-obatan relaksan otot. Relaksasi otot ini akan membantu mengurangi rasa sakit yang dialami penderita. \n\n 3. Melakukan operasi bedah ortopedi untuk memperbaiki lingkup gerak sendi dan meningkatkan mobilitas. \n\n 4. Secara rutin melakukan terapi wicara, terapi fisik, terapi rekreasi, konseling atau psikoterapi serta konsultasi layanan sosial. \n\n Cerebral palsy sulit dideteksi ketika bayi masih di dalam kandungan. Namun, beberapa faktor risiko dapat dideteksi, seperti infeksi, hipertensi, dan perdarahan selama kehamilan. Tim Dokter dapat menangani kondisi tersebut apabila orang tua segera berkonsultasi dengan dokter di Rumah Sakit Hermina terdekat atau Sahabat Hermina juga dapat berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis melalui aplikasi "Halo Hermina." \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 30 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Gangguan Pendengaran Sejak Dini, Lakukan Tes OAE pada Anak<\/a><\/h3>
Memiliki anak yang sehat dan sesuai dengan tumbuh kembangnya tentu menjadi dambaan setiap orang tua. Tak ada orang tua yang ingin anaknya lahir dengan suatu kekurangan pada fisiknya. \n\n Apalagi jika terjadi gangguan fungsi alat indera vital, seperti pendengaran. Inilah pentingnya melakukan tes EOA pada anak, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap fungsi indera pendengarannya. Apakah EOA dan apa fungsi tesnya ? \n\n \n\n EOA, Upaya Cegah Gangguan Pendengaran pada Anak \n\n Bayi yang lahir dengan resiko tinggi, seperti bayi dengan berat badan lahir rendah, kekurangan kadar oksigen atau disebut asfiksia perinatal, dan hiperbilirubinemia, memiliki kemungkinan menderita pendengaran buruk sekitar 2-4 dari 100 bayi. \n\n Perburukan fungsi pendengaran dari lahir ini dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan bicara, bahasa, dan perkembangan kognitif. \n\n Oleh karena itu, perburukan fungsi pendengaran pada bayi seharusnya dapat diidentifikasi sejak awal sehingga tenaga medis atau keluarga dapat melakukan tindakan untuk perkembangan sensor sistem. \n\n Saat ini, banyak sekali kasus bayi dengan perburukan pendengaran yang tidak terdeteksi. \n\n Oleh karena itu, perlu campur tangan tim medis dalam melakukan screening agar hal tersebut tidak terjadi. \n\n Saat ini sudah terdapat alat yang cepat dan murah untuk melakukan tes pendengaran pada bayi dan anak, yaitu Otoacoustic Emission (OAE). \n\n Apa itu Otoacoustic Emission (OAE) \n\n OAE adalah screening pendengaran untuk menilai kepekaan sel rambut yang terdapat di rumah siput (koklea). Tujuan utamanya adalah untuk menentukan status koklea, terutama fungsi sel rambutnya. Informasi dari hasil tes OAE ini dapat digunakan untuk: \n\n 1. Memeriksa kondisi indera pendengaran, khususnya pada bayi baru lahir, bayi, atau seseorang dengan cacat perkembangan. \n\n 2. Memperkirakan sensitivitas pendengaran dalam ruang lingkup terbatas \n\n Untuk melakukan tes ini, dokter atau tenaga medis akan menggunakan alat berbentuk headset yang dapat mengukur getaran suara dalam liang telinga. \n\n Secara garis besar, OAE bekerja sebagai perangsang dan penerima. Rangsangan suara yang memancar melalui headset kemudian ditangkap oleh sel rambut setelah sebelumnya terlebih dahulu menggetarkan gendang telinga dan melalui tulang pendengaran. \n\n Rangsangan yang tertangkap oleh sel rambut ini kemudian menghasilkan getaran yang kembali ditangkap oleh penerima pada alat OAE. \n\n Setelah getaran diterima, barulah dapat diputuskan apakah koklea berfungsi dengan baik atau tidak. Kesimpulan ini diambil berdasarkan perbedaan amplitudo yang telah diterima. \n\n Jenis Pemeriksaan Otoacoustic Emissions (OAE) \n\n Pada pemeriksaan OAE, petugas medis menempelkan sejenis earphone kecil ke telinga bayi/anak selama beberapa detik. OAE screener biasanya dilengkapi dengan speaker dan mikrofon mini yang terbuat dari bahan lembut dan tidak berbahaya untuk anak. Speaker akan menghantarkan suara rangsangan ke liang telinga, dan akan direspon oleh koklea. Setelah itu, responnya akan dideteksi oleh mikrofon dan hasilnya dapat dilihat pada screener. \n\n Ada empat jenis pemeriksaan OAE pada anak yang bisa Anda lakukan dalam dunia medis, yaitu: \n\n 1. Transient Otoacoustic Emissions (OAEs). Dalam pemeriksaan ini, suara yang dipancarkan merupakan respons terhadap rangsangan akustik, dan didengarkan dalam durasi yang sangat singkat. Rangsangan suara bisa berupa bunyi klik, atau bisa juga berupa nada semburan. \n\n 2. Distortion Product Otoacoustic Emission (DPOAEs). Dalam pemeriksaan ini, suara dipancarkan sebagai respon terhadap 2 nada yang diperdengarkan secara berurutan dengan frekuensi yang berbeda. \n\n 3. Spontaneous otoacoustic emissions (OAEs). rangsangan suara yang dipancarkan oleh OAE tanpa stimulus akustik, tetapi secara spontan. \n\n 4. Transient otoacoustic (SF OAEs). Suara yang dipancarkan oleh pemancar OAE merupakan respon terhadap nada kontinu. \n\n Anda perlu melakukan pemeriksaan otoacoustic emission (OAE) sedini mungkin, bahkan ketika bayi baru lahir. Dengan pemeriksaan ini, Anda dapat mendeteksi secara dini gejala atau tanda adanya gangguan pendengaran pada anak. Pemeriksaan OAE dapat dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap. \n\n Pemeriksaan awal tes OAE ini adalah dengan melakukan pengecekan menggunakan empat frekuensi berbeda, yaitu 2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, dan 5000 Hz. Pemeriksaan dilakukan dalam ruangan khusus yang memenuhi standar penggunaan suara dengan frekuensi di atas 40 desibel, yang diketahui dengan pengukuran sound level meter. \n\n Bayi-bayi yang lahir dengan resiko tinggi dan gagal pada tes pendengaran yang pertama, perlu melakukan skrining kedua setidaknya satu bulan setelahnya. Bayi-bayi yang gagal dalam pemeriksaan pemeriksaan tersebut seharusnya menjalani rehabilitasi awal. Rehabilitasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari perkembangan sistem sensorik. \n\n Upaya pencegahan juga bisa dilakukan dengan menjaga kehamilan sebaik mungkin. Selama masa pertumbuhan janin dalam kandungan, ibu bisa melakukan beberapa hal, seperti kontrol sesuai jadwal sepanjang masa kehamilan. Ibu hamil juga perlu melakukan pemeriksaan TORCHS, dan sebaiknya menghindari pemakaian obat-obatan yang bersifat toksik bagi telinga bayi, terutama pada trimester pertama kehamilan. \n\n Tes OAE pada anak ini sangat penting, karena apabila dibiarkan, tumbuh dengan gangguan pendengaran yang tidak dapat terdeteksi. Jika hal ini terjadi, resiko gangguan kemampuan bicara pada anak akan makin tinggi. Pencegahan sejak dini tentu akan sangat membantu anak untuk bisa tumbuh dengan sempurna dan sehat semua alat inderanya. Cegah risiko gangguan pendengaran pada anak dengan melakukan tes OAE sejak dini. \n\n Konsultasikan langsung dengan dokter spesialis THT di RS. Hermina terdekat atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 29 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Gejala Amandel, Penyebab Dan Penanganannya<\/a><\/h3>
Amandel merupakan dua kelenjar getah bening yang letaknya pada sisi kiri dan kanan tenggorokan belakang. Jika amandel mengalami peradangan ini artinya ada infeksi yang terjadi pada dua kelenjar kecil di tenggorokan tersebut. Biasanya yang sering mengalami kondisi radang ini adalah anak-anak. Lalu bagaimana cara mengetahui amandel sedang meradang ? \n\n Definisi Radang Amandel Dan Gejalanya \n\n Radang amandel atau tonsilitis yaitu suatu peradangan dan pembengkakan pada amandel. Amandel adalah bagian dari sistem limfatik. Ia memiliki peranan untuk mencegah infeksi kuman penyakit yang menyerang tubuh. \n\n Radang amandel ini terjadi umumnya akibat dari infeksi virus atau bakteri. Biasanya radang amandel dapat sembuh dengan sendirinya dalam hitungan hari. Namun tak jarang radang juga bisa menjadi kronis. Artinya radang menyerang lebih dari 10 hari atau sering kambuh selama berhari-hari. \n\n Adapun gejala dari penyakit ini kebanyakan muncul pada 2 sampai 4 hari setelah penderita tertular. Gejala atau ciri yang paling tampak dari radang amandel ini yaitu: \n\n \n Adanya pembengkakan dan warna merah pada amandel \n Suara berubah serak \n Radang tenggorokan \n Sakit atau sulit saat menelan \n Demam \n Kelenjar limpa mengalami pembengkakan. \n \n\n Jika radang amandel terjadi pada anak maka bisa muncul gejala tambahan yaitu rewel, tidak nafsu makan dan air liur yang berlebihan. Perlu waspada jika muncul gejala penyerta misalnya ruam merah pada kulit. Pembengkakan amandel ini bisa saja berkaitan dengan demam berdarah. \n\n Bila melihat dari gejala amandel, penyebab dan penanganannya, amandel atau tonsilitis terbagi menjadi 3 macam yakni tonsilitis akut, kronis dan berulang. Gejala pada radang amandel akut biasanya berupa: \n\n \n Demam \n Tenggorokan sakit \n Halitosis atau nafas berbau \n Sulit dan sakit ketika menelan \n Mengalami dehidrasi \n Bengkak pada kelenjar limpa \n Sleep apnea atau mendengkur \n Merasa lemas dan lelah \n Muncul bercak warna putih kekuningan pada amandel \n \n\n Apabila gejala ini muncul maka jangan khawatir karena radang akut ini malah lebih mudah untuk sembuh. Pengobatan dapat dilakukan di rumah saja. Selama pengobatan mungkin akan membutuhkan antibiotik untuk membantu mempercepat hilangnya gejala tonsilitis. \n\n Tonsilitis kronis, biasanya radang ini terjadi lebih dari 10 hari. Gejalanya pun hampir sama dengan radang amandel akut. Hanya saja pada tonsilitis kronis terjadi kesulitan saat membuka mulut dan terbentuknya batu amandel. Batu amandel ini merupakan akibat dari menumpuknya sel, air liur serta sisa makanan yang ada pada celah amandel. \n\n Tonsilitis berulang, biasanya memiliki karakter tersendiri. Radang amandel ini kerap terjadi selama 5 sampai 7 kali dalam setahun. Bisa juga terjadi 5 kali dalam 2 tahun atau 3 kali selama 3 tahun berturut-turut. \n\n \n\n Penyebab Radang Amandel \n\n Penyebab penyakit ini 70% berasal dari infeksi virus. Namun sebenarnya tak hanya virus, penyebab lainnya juga bisa berasal dari infeksi bakteri yang dapat menyebabkan radang tenggorokan. Untuk lebih jelasnya berikut adalah penyebab terjadinya radang amandel. \n\n \n Infeksi virus \n \n\n Ada beberapa jenis virus yang biasanya menjadi penyebab tonsilitis. Virus tersebut antara lain, Adenovirus, Influenza, Parainfluenza, Enterovirus serta Mycoplasma. Tak hanya virus tersebut, ada juga virus lain yang dapat menyebabkan radang amandel yaitu Hepatitis A dan HIV. \n\n \n Infeksi bakteri \n \n\n Bakteri juga dapat menyebabkan terjadinya radang amandel dan yang paling sering menyebabkan radang tonsilitis adalah Streptococcus. Penularannya bisa melalui udara yang telah terkontaminasi bakteri. Juga melalui kontak yang terjadi misalnya saat bersin atau saat berbagi alat makan. \n\n \n Biofilm \n \n\n Biofilm adalah kumpulan mikroorganisme biasanya bakteri yang lengket serta membentuk sebuah selimut di atas permukaan tubuh. Radang amandel juga dapat terjadi akibat dari biofilm yang ada pada lipatan amandel. Ini merupakan hasil riset dari Journal of Inflammation Research tahun 2018. \n\n \n Faktor bawaan atau genetik \n \n\n Satu lagi penyebab radang amandel yang tak dapat diabaikan yaitu karena faktor genetik atau bawaan. Kebanyakan tonsilitis yang berasal dari faktor genetik adalah radang amandel yang berulang. \n\n Hal ini biasanya terjadi pada anak yang memiliki kelainan genetik sehingga menyebabkan sistem kekebalan tubuhnya kurang baik. Dengan kekebalan tubuh yang kurang baik menyebabkan tubuh tak mampu melawan serangan bakteri Streptococcus group A. \n\n \n\n Cara Penanganan Radang Amandel \n\n Untuk menangani radang amandel akibat infeksi virus biasanya dapat dilakukan di rumah saja. Dengan cara banyak minum air putih, istirahat yang cukup dan mengkonsumsi obat pereda nyeri. Biasanya radang akan sembuh dalam waktu 7 sampai 10 hari. Jika tonsilitis tak juga sembuh, jangan ragu untuk mengunjungi dokter. Biasanya dokter akan memberikan antibiotik. Atau jika radang amandel benar-benar kronis dan terjadi berulang, dokter juga bisa menyarankan operasi pengangkatan amandel atau tonsilektomi. \n\n Jika sahabat hermina menemukan gejala amandel, konsultasikan langsung dengan dokter spesialis THT di RS. Hermina terdekat atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 29 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
5 Cara Mencegah Cacar Monyet (Monkeypox)<\/a><\/h3>
Tahukah Sahabat Hermina ? Cacar monyet atau Monkeypox merupakan penyakit akibat infeksi virus langka dari hewan atau virus zoonosis. Umumnya, cacar monyet memiliki gejala yang hampir sama dengan penyakit cacar. Yaitu demam lalu ruam kulit melepuh kemudian menjadi lenting. Gejala lainnya yakni pembengkakan kelenjar getah bening pada ketiak. \n\n Untuk penularan antar manusia, biasanya terjadi melalui kontak langsung dengan lenting atau luka pada kulit. Selain itu bisa juga kontak melalui cairan tubuh, droplet yang berasal dari bersin atau batuk. Menyentuh permukaan kulit yang terkena virus cacar monyet juga bisa menularkan penyakit ini. \n\n \n\n Gejala Atau Tanda Monkeypox \n\n Anak yang telah tertular virus cacar monyet akan menampakkan tanda pertama dalam waktu 6 sampai 16 hari setelah paparan virus. Ketika belum aktif, virus akan memperbanyak dirinya selama masa inkubasi yakni mulai dari 6 sampai 13 hari. Atau bisa juga dalam waktu 5 sampai 21 hari. \n\n Perlu diketahui bahwa selama masa inkubasi, anak yang telah menerima paparan virus dapat menularkannya kepada orang lain. Hal ini dapat membuat penyakit cacar monyet cepat mewabah. \n\n Berdasarkan informasi dari WHO, ada dua periode infeksi saat kemunculan gejala cacar monyet. Dua periode tersebut adalah periode invasi dan erupsi kulit. Saat periode invasi, durasinya selama 0 sampai 5 hari setelah virus menyerang. Beberapa gejala yang timbul dalam masa invasi ini yakni: \n\n \n Demam \n Sakit kepala yang hebat \n Pembengkakan kelenjar getah bening atau limfadenopati dengan tanda munculnya benjolan pada leher, ketiak atau selangkangan \n Punggung sakit \n Otot nyeri \n Asthenia atau lemas yang parah \n \n\n Yang membedakan antara jenis cacar lain dengan cacar monyet adalah adanya pembengkakan kelenjar getah bening. Pasalnya cacar air atau cacar api tak menyebabkan kelenjar getah bening membengkak. \n\n Bagi anak dengan gejala parah, bisa mengalami masalah kesehatan lainnya saat masa invasi ini. anak bisa saja menunjukkan gejala berupa gangguan pernapasan seperti batuk, sakit tenggorokan dan hidung berair. Semua gejala ini umum terjadi pada yang tertular virus melalui mulut atau saluran pernapasan. \n\n Adapun dalam periode erupsi kulit, umumnya terjadi dalam waktu 1 sampai 3 hari setelah demam. Tanda utama yang muncul berupa ruam pada kulit. Kemunculan ruam ini biasanya tampak pada wajah lalu menyebar ke seluruh bagian tubuh. Termasuk pada membran mukosa pada tenggorokan, area kelamin juga jaringan mata dan kornea. \n\n Awalnya ruam akan berbentuk bintik-bintik lalu akan berubah menjadi lenting atau lepuhan yang berisi cairan. Setelah beberapa hari ruam akan mengering dan membentuk seperti kerak di permukaan kulit. \n\n Masa perkembangan ruam ini biasanya memakan waktu kurang lebih 10 hari. Sedangkan proses ruam mengering dan mengelupas sendiri membutuhkan waktu kurang lebih tiga minggu. \n\n \n\n Cara Mengobati Monkeypox \n\n Untuk saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk cacar monyet. Hal ini karena penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2 sampai 4 minggu dan gejala yang timbul juga ringan. Untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dapat menggunakan vaksin cacar atau smallpox. \n\n Selain itu, untuk anak yang sudah tertular sebaiknya mendapatkan perawatan berupa isolasi dengan pantauan dari dokter. \n\n \n\n Cara Mencegah Monkeypox \n\n Seperti halnya penyakit cacar lainnya, cara tepat untuk mencegah cacar monyet adalah dengan menghindari kontak langsung. Terutama kontak dengan pasien yang sudah mengalami infeksi juga terhadap hewan primata dan pengerat. Selain itu ada juga cara lain untuk mencegah penularan cacar monyet. Cara tersebut antara lain: \n\n \n Mencuci tangan menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer \n Hindari berbagi penggunaan alat makan \n Menghindari kontak dengan sesama anak yang terinfeksi sampai anak benar-benar sembuh \n Tidak kontak langsung dengan hewan liar atau memakan dagingnya \n Memasak daging sampai benar-benar matang. \n \n\n Cara ini merupakan upaya untuk mencegah penularan cacar monyet. \n\n Jika sahabat hermina menemukan salah satu gejala monkeypox pada anak, konsultasikan langsung dengan dokter spesialis anak di RS. Hermina terdekat atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 29 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
8 Gejala pada Penderita Demensia <\/a><\/h3>
Halo Sahabat Hermina, pernah mendengar penyakit demensia ? Penyakit demensia adalah sebuah keadaan dimana penderitanya mengalami penurunan daya ingat. Hal ini memang umum dijumpai pada usia lanjut, namun hal ini juga dapat menyerang masyarakat pada usia produktif. Yuk, sahabat cari tahu lebih dalam mengenai penyakit demensia. \n\n \n\n Jenis-Jenis Demensia dan Penyebabnya \n\n Demensia disebabkan oleh kerusakan sel dan gangguan fungsi saraf yang mengatur fungsi luhur. Hal ini bisa terjadi karena berbagai hal tetapi paling sering disebabkan kelainan pembuluh darah dan proses degeneratif atau penuaan progresif dari sistem saraf. Dua jenis demensia yang paling sering terjadi, diantaranya adalah : \n\n 1. Penyakit Alzheimer \n\n Penyakit Alzheimer termasuk pada jenis demensia yang paling sering terjadi dan berhubungan dengan proses degeneratif, proses degeneratif sendiri penyebabnya belum diketahui pasti tetapi meliputi faktor genetik, oksidan bebas, penuaan dan pola hidup. \n\n \n\n 2. Demensia Vaskular \n\n Berbeda dengan penyakit Alzheimer, Demensia Vaskular dominan disebabkan oleh gangguan yang terjadi pada pembuluh darah di otak. Stroke yang berulang baik yang terdeteksi ataupun silent stroke diklaim menjadi pemicu dari Demensia Vaskular. \n\n Selain dari dua penyakit di atas, ada beberapa kelainan yang menyerupai demensia seperti kondisi gaduh gelisah karena sakit berat, obat-obatan, atau trauma kepala serta gangguan atensi dan perilaku yang biasa muncul pada gangguan kejiwaan (pseudodemensia). \n\n \n\n Gejala pada Demensia \n\n Gejala utama pada demensia adalah penurunan pada 2 domain fungsi luhur bisa berupa daya ingat, bahasa, atensi, kemampuan visuospatial dan mengambil keputusan. Gejala ini dapat semakin memburuk seiring berjalanya waktu dan bisa disertai gangguan emosi dan perilaku. \n\n Gejala-gejala yang harus diwaspadai untuk mengenal adanya demensia meliputi : \n\n 1. Sulit konsentrasi \n\n 2. Mudah lupa \n\n 3. Sulit mempelajari hal baru \n\n 4. Sulit mengingat nama, waktu dan tempat \n\n 5. Kehilangan kata-kata ketika berbicara, dan sulit menemukan kata yang tepat \n\n 6. Mengulang aktifitas yang sama tanpa disadari \n\n 7. Suasana hati tidak menentu \n\n 8. Sulit melakukan aktivitas rutin \n\n Dalam menegakan diagnosa dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter untuk menentukan seseorang mengalami demensia atau tidak serta jenis demensianya, pemeriksaan penunjang juga dibutuhkan untuk menegakan diagnosa ini. Jika keluarga dicurigai mengalami demensia segeralah melakukan pemeriksaan agar segera terdiagnosis dengan tepat dan dapat diberikan penanganan sesuai gejala yang muncul. Terapi demensia sendiri dapat berupa obat – obatan, latihan, olahraga, dukungan keluarga dan konsultasi serta support psikologis baik untuk pasien maupun keluarga . \n\n Konsultasikan segera jika sahabat hermina mengalami gejala - gejala demensia dengan dokter spesialis di RS. Hermina terdekat atau Sahabat Hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 21 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Ciri Gizi Buruk Pada Anak<\/a><\/h3>
Setiap orang tua pasti mendambakan anak tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya dengan mendapatkan kecukupan nutrisi dan gizi yang seimbang. Selain memberikan makanan bergizi seimbang Sahabat Hermina juga harus mengetahui kebutuhan gizi anak harian. Namun ternyata tidak semua anak mendapat nutrisi dan gizi yang cukup. Kurang pengetahuan pada orang tua dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan gizi anak, faktor ekonomi, dan anak yang pemilih dalam makanan bisa menjadi salah satu faktor anak tidak mendapatkan nutrisi dan gizi yang cukup. \n\n Kurangnya nutrisi dan gizi pada anak bisa memicu terjadinya gizi buruk atau malnutrisi, gizi buruk adalah suatu kondisi yang ditandai dengan tinggi dan berat badan anak jauh dibawah rata - rata yang dapat diukur menggunakan Grafik Pertumbuhan Anak (GPA), selain dengan mengukur berat dan tinggi badan pada anak,pengukuran pada lingkar kepala, lingkar lengan atas (LILA) juga masuk pada pemeriksaan klinis gizi buruk pada anak dan balita. \n\n Pada dasarnya gizi buruk tidak terjadi secara tiba - tiba atau mendadak, jika anak dinyatakan masuk dalam kategori gizi buruk, berarti anak sudah mengalami kekurangan berbagai zat gizi yang berlangsung cukup lama dan dalam waktu yang panjang. Untuk itu disarankan untuk memantau pertumbuhan anak secara rutin dan berkala di fasilitas kesehatan terdekat seperti posyandu. \n\n \n Penyebab \n \n\n Anak yang mengalami gizi buruk atau malnutrisi terjadi ketika kondisi anak tidak menerima makronutrisi, (karbohidrat, lemak, dan protein) atau mikronutrisi (vitamin dan mineral) yang cukup untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan, sehingga kesehatan, perkembangan dan pertumbuhan pada kasus anak yang mengalami gizi buruk akan terhambat. \n\n Kekurang gizi pada anak disebabkan oleh tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi harian. yang bisa disebabkan oleh beberpa faktor diantaranya : \n\n \n Kurang pengetahuan pada orang tua terhadap pola makan sehat dan gizi seimbang \n Faktor ekonomi \n Anak pemilih dalam makanan \n Kebersihan lingkungan yang kurang baik \n Mengidap penyakit tertentu \n \n\n \n Gejala \n \n\n Gejala umum pada anak yang mengalami gizi buruk biasanya terlihat dari fisik anak yang kurus, namun tahukah sahabat terdapat beberapa ciri lain yang bisa menjadi gejala pada kasus gizi buruk diantaranya : \n\n \n Berat badan dan tinggi badan anak di bawah rata-rata normal anak seumurannya \n Anak mudah lelah dan terlihat lesu, tidak bergairah dalam bermain \n Sering rewel \n Tidak nafsu makan \n Pertumbuhan anak terlambat \n Kulit dan rambut tampak kering \n Rambut rontok \n Mata dan pipi tampak cekung \n Mudah sakit \n Luka sulit sembuh \n Tidak fokus atau kurang perhatian dengan lingkungan dan membuatnya sulit mengikuti pelajaran \n \n\n Jika Sahabat Hermina melihat tanda - tanda ini pada anak, segera berkonsultasi dengan Ahli gizi atau Dokter spesialis anak terdekat. Karena pada dasarnya, Gizi buruk dapat dicegah jika gejala tertangani sesegera mungkin. Rajin memantau pertumbuhan anak akan mengurangi resiko anak mengalami gizi buruk. Perhatikan asupan makanan agar anak mendapat gizi seimbang. \n\n Konsultasikan seputar pertumbuhan dan perkembangan anak dengan dokter spesialis anak di RS. Hermina terdekat atau Sahabat Hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 20 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Manfaat Kontrasepsi (KB)<\/a><\/h3>
Menggunakan kontrasepsi atau sering kali disebut dengan KB (Keluagra Berencana) memiliki banyak manfaat yang dapat Sahabat Hermina dapatkan, salah satunya dengan terwujudnya keluarga yang sehat, bahagia dan sejahtera. \n\n Secara umum dengan menggunakan kontrasepsi atau KB Sahabat Hermina bisa mencegah dan menunda kehamilan, namun tahukah Sahabat Hermina, manfaat dari kontrasepsi atau KB sebenarnya lebih dari itu, program yang juga diawasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ini secara khusus disiapkan untuk mewujudkan keluarga yang sehat, bahagia dan sejahtera. \n\n Terdapat beberapa jenis pilihan kontrasepsi atau KB yang bisa menjadi pihan Sahabat Hermina, diantaranya adalah : \n\n \n Pil KB \n KB Suntik \n Kondom \n IUD \n KB Implan atau Susuk \n KB Permanen ( Vasektomi atau tubektomi) \n \n\n Untuk menentukan jenis kontrasepsi apa yang cocok dengan Sahabat Hermina, sebaiknya Sahabat Hermina melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis kandungan Sahabat Hermina agar tujuan dari kontrasepsi berhasil sesuai dengan yang Sahabat Hermina inginkan. \n\n Lalu apa Saja manfaat dari kontrasepsi atau KB ? \n\n Selain untuk mewujudkan keluarga yang sehat, bahagia dan sejahtera, dalam segi medis kontrasepsi juga memiliki manfaat lain diantaranya adalah : \n\n \n Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan \n Mengurangi risiko tindakan aborsi \n Megurangi risiko kematian ibu dan bayi \n Mendorong kecukupan ASI \n Mencegah terjadinya baby blues \n Mencegah penyakit menular seksual \n Mencegah penularan HIV / AIDS \n Membentuk keluarga yang bahagia \n \n\n Kehamilan yang tidak diinginkan bisa berpotensi mengakibatkan seorang ibu mengalami baby blues dan melakukan aborsi, selain itu kehamilan yang tidak diinginkan juga bisa berpotensi pada tumbuh kembang janin. \n\n Dengan menggunakan kontrasepsi bukan berarti Sahabat Hermina menolak kehadiran buah hati, tetapi diharapkan Sahabat Hermina bisa menentukan sendiri kapan waktu yang tepat untuk memiliki buah hati. Hal ini membuat Sahabat Hermina dapat mempersiapkan kehamilan secara fisik, finansial dan mental dengan baik. \n\n Menggunakan kontrasepsi atau menjalankan program KB (Keluarga Berencana) bisa memberikan kesempatan untuk Sahabat Hermina merencanakan kehamilan dengan baik dan terwujudnya keluarga yang sehat, bahagia dan sejahtera. \n\n Konsultasikan pemilihan kontrasepsi yang tepat bagi Sahabat Hermina secara langsung dengan dokter spesialis kandungan di RS. Hermina terdekat atau Sahabat Hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 28 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Tips Atasi Jerawat<\/a><\/h3>
Jerawat adalah salah satu masalah kulit yang umum terjadi pada usia remaja sampai dewasa, timbulnya masalah jerawat bisa memicu rasa tidak nyaman dan bisa menurunkan rasa percaya diri. Namun tahukah sahabat hermina, ternyata tidak semua jerawat butuh perhatian khusus dan obat - obatan, ada pula jerawat yang bisa menghilang dengan sendirinya setelah beberapa hari atau minggu. \n\n Selain jerawat yang tumbuh di wajah, jerawat juga sering kali tumbuh dibagian tubuh lainnya seperti bahu, punggung, lengan atas atau bagian tubuh yang lembab. Oleh karena itu timbulnya jerawat bisa mimicu rasa tidak nyaman dan bisa menurunkan rasa percaya diri. Penting untuk Sahabat Hermina mengetahui faktor yang bisa menyebabkan Jerawat dan cara yang benar untuk mengatasi jerawat agar dapat mempermudah proses penyembuhan jerawat. \n\n Faktor apa yang bisa menyebabkan Jerawat ? \n\n \n Faktor hormonal \n Kosmetik \n Makanan yang banyak mengandung lemak (Cokelat, kacang-kacangan, keju, gorengan, makanan bersantan, mentega dll) \n Stres, gelisah, cemas, terlalu khawatir \n Kurang tidur \n Tidak menjaga kebersihan wajah dengan baik \n Faktor genetik \n Sering memegang, memencet, atau menggosok jerawat \n Mengunakan handuk atau sarung bantal yang sudah terlalu lama. \n \n\n Dengan mengetahui faktor penyebab dari timbulnya jerawat, diharap sahabat hermina dapat melakukan pengobatan dengan tepat, namun perlu diketahui dari beberapa faktor diatas, tidak semua faktor penyebab jerawat dapat dihilangkan secara langsung dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, jika sahabat hermina mengalami kondisi berjerawat yang tidak kunjung sembuh atau mereda dibutuhkan peranan dari dokter spesialis kulit dan kelamin. \n\n Tips Atasi Jerawat \n\n Dalam mengatasi jerawat pada wajah, Sahabat hermina harus melakukan perawatan wajah dengan benar, berikut beberapa langkah yang bisa sahabat hermina terapkan dalam penanganan jerawat : \n\n \n Rutin bersihkan wajah, membersihkan wajah dengan teratur sangat disarankan baik pada wajah yang sedang berjerawat ataupun sudah tidak berjerawat. \n Cuci wajah dengan bersih \n Kurangi menggunakan makeup \n Gunakan obat jerawat sesuai rekomendasi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin \n Hindari makanan yang terlalu banyak mengandung lemak dan minyak \n Atasi stress serta istirahat yang cukup \n \n\n Jika sahabat hermina merasa jerawat yang tumbuh sangatlah mengganggu dan tidak kunjung mereda, konsultasikan langsung dengan dokter spesialis kulit dan kelamin di RS. Hermina terdekat atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 23 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)<\/a><\/h3>
Penyakit pada paru - paru sangat beragam, salah satunya adalah Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). \n\n Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah salah satu penyakit yang menyebabkan penderitanya kesulitan bernafas yang disebabkan oleh tersumbatnya saluran udara di paru - paru. Penyumbatan ini terjadi karena peradangan yang terjadi pada organ paru-paru yang berkembang dalam jangka waktu yang lama dan panjang. PPOK umumnya ditandai dengan sulit bernapas di sertai batuk berdahak, dan mengi (bengek). \n\n Penyakit bronkitis kronis dan emfisema adalah dua kondisi yang paling sering berkembang menjadi PPOK. Pada bronkitis kronis, kerusakan terjadi pada saluran bronkus, sedangkan pada emfisema kerusakan terjadi pada alveolus. PPOK seringnya menyerang pada orang yang berusia paruh baya, terutama pada yang suka merokok PPOK akan semakin memburuk dan berisiko. \n\n Penyebab \n\n Menurunnya aliran udara yang masuk dan keluar dari saluran bronkus di paru-paru menyebabkan sulit bernafas, hal ini menjadi salah satu ciri khas dari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Pada penderita PPOK kantung udaranya tidak dapat menampung aliran udara yang cukup untuk dimasukan dan dikeluarkan dari paru-paru sehingga mengurangi kebutuhan oksigen pada tubuh, PPOK terjadi ketika saluran pernapasan dan paru-paru rusak serta mengalami peradangan. \n\n Kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita PPOK adalah: : \n\n \n Merokok atau sering terpapar asap rokok (perokok pasif) \n Menderita Asma \n Faktor Lingkungan, polutan berbahaya yang meliputi zat kimia, bahan bakar atau debu. \n Memiliki keluarga dengan riwayat PPOK (Genetik) \n Berusia diatas 40 tahun \n Jenis kelamin perempuan \n Menderita Bronkitis kronis \n \n\n Gejala \n\n Banyaknya penyakit pada pernapasan membuat gejala dari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sulit dibedakan tanpa adanya pemeriksaan dari dokter. Pada dasarnya PPOK berkembang dengan cara perlahan dan pada awal gejalanya sama sekali tidak menunjukkan gejala awal. Gejala akan terasa ketika penyakit sudah bertahun - tahun dan sudah terjadi kerusakan pada paru - paru kita. \n\n Beberapa gejala yang biasanya muncul dan dialami oleh penderita PPOK sebagai berikut : \n\n \n Nyeri dada \n Batuk yang tidak kunjung sembuh, batuk cenderung berdahak kadang pada lendir dahak ditemukan bercak darah. \n Berat badan tiba-tiba menurun. \n Napas tersengal sengal, terutama pada saat melalukan aktivitas fisik. \n Terjadi pembengkakan di tungkai dan kaki \n Mengi dan lemas \n \n\n Gejala PPOK bisa muncul secara mendadak dan akan dapat terus memburuk, sehingga menuju ke tahap yang disebut dengan eksaserbasi PPOK. Gejala tahap lanjut Penyakit Paru Obstruktif Kronis ini bisa meliputi lendir yang berlebihan, perubahan warna atau kekentalan pada lendir, dan rasa sesak terus meningkat pada dada, dan sering disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia (radang paru) atau polusi udara. Dengan mengetahui gejala yang berkaitan dengan PPOK diharap sahabat hermina bisa mendapat penanganan dokter secepat mungkin agar tidak menjadi eksaserbasi PPOK. \n\n Pencegahan \n\n Berhenti merokok atau hindari asap rokok orang lain adalah salah satu cara untuk mencegah sahabat hermina menderita PPOK. Jika Sahabat Hermina perokok aktif, segeralah berhenti merokok, sehingga sahabat Hermina dapat terhindari dari komplikasi yang mungkin terjadi di kemudian harinya. \n\n Jika Sahabat Hermina merasa gejala PPOK, segeralah melakukan konsultasi dengan dokter di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 23 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Penyakit Asma<\/a><\/h3>
Asma adalah sebuah penyakit kronis yang terjadi pada saluran pernapasan. Penyakit ini ditandai dengan penyempitan dan peradangan yang terjadi pada saluran napas sehingga penderita mengalami sesak atau kesulitan bernapas. Selain kesulitas bernapas penyakit asma juga dapat menimbulkan gejala seperti batuk - batuk, nyeri pada dada dan mengik. Asma dapat terjadi pada semua golongan usia baik anak maupun dewasa. Bagi sahabat hermina yang memiliki penyakit asma biasanya memiliki saluran napas yang lebih sensitif, sehingga ketika paru - paru teriritasi oleh sesuatu yang memicu alergi (debu, bulu binatang, asap rokok, udara dingin dan lembab, dll) maka otot-otot saluran pernapasan pada pengidap asma menjadi kaku dan menyempit. \n\n \n\n Penyebab \n\n Penyakit Asma dapat disebabkan oleh alergi yang dipicu oleh debu, bulu binatang, asap rokok, udara dingin dan lembab, atau infeksi virus. Meskipun penyebab utama dari penyakit asma belum dapat diketahui, ada beberapa penyebab yang dapat memicu kemunculan gejala penyakit asma, antara lain : \n\n \n \n Debu \n \n \n Bulu binatang \n \n \n Paparan asap rokok \n \n \n udara dingin dan lembab \n \n \n Asam lambung sedang naik \n \n \n Infeksi virus \n \n \n Olahraga \n \n \n Kehamilan \n \n \n Lingkungan \n \n \n\n Selain beberapa faktor pemicu diatas, Faktor genetik juga dapat menjadi salah satu penyebab seseorang menderita penyakit asma. \n\n Gejala \n\n Asma dapat terjadi pada semua golongan usia baik anak maupun dewasa sehingga gejala Asma yang dirasakan oleh penderita bisa berbeda-beda. Namun ada beberapa tanda gejala yang umum terjadi antara lain : \n\n \n \n Batuk-batuk dan mengi \n \n \n Sulit tidur dikarenakan sesak napas \n \n \n Sering terbangun di malam hari karena sesak napas \n \n \n Mengalami sesak napas terutama pada malam hari \n \n \n Nyeri atau sakit pada dada \n \n \n\n Selain gejala umum yang terjadi, gejala asma juga dianggap dianggap berat bila : \n\n \n \n Terjadi serangan asma setiap hari \n \n \n Sesak napas yang cukup berat \n \n \n Harus sering memakai inhaler atau obat semprot asma setiap hari \n \n \n\n Pada kondisi gejala berat, segeralah sahabat hermina datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan medis yang lebih tepat. \n\n \n\n Pengobatan \n\n Dalam pengobatan asma harus dengan pengawasan dari dokter, karena pengobatan asma disesuaika dengan golongan usia. Tujuannya adalah untuk meredakan gejala asma mencegah kekambuhan gejala, serta mengurangi pembengkakan dan penyempitan pada saluran pernapasan. Dalam pengobatan asma, ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu dengan meredakan dan mencegah gejala asma kambuh. Sehingga penting untuk sahabat hermina menjalanin pengobatan. Beberapa upaya yang sapat sahabat hermina lakukan untuk menghindari kambuhnya penyakit asma, diantaranya adalah : \n\n \n \n Mengetahui pemicu munculnya gejala asma dan menghindarinya \n \n \n Membawa inhaler sebagai pengobatan saat gejala asma kambuh yang direkomedasikan oleh dokter \n \n \n Melakukan pemeriksaan ke dokter bila gejala tidak juga membaik setelah menjalani pengobatan \n \n \n\n Jika Sahabat Hermina merasa penyakit asma tidak kunjung membaik, segeralah melakukan konsultasi dengan dokter di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 31 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Apa Itu Penyakit Tiroid<\/a><\/h3>
Kelenjar tiroid adalah kelenjar kecil yang terletak pada leher dan berbentuk seperti kupu - kupu, kelenjar ini memiliki fungsi untuk menghasilkan hormon tiroid yang mengatur metabolisme pada tubuh. Gangguan pada kelenjar tiroid dan hormon tiroid akan menimbulkan penyakit tiroid yang berbeda tergantung pada jenis penyebabnya. \n\n Penyakit tiroid adalah gangguan yang dipicu oleh kelainan fungsi atau bentuk kelenjar tiroid, biasanya penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita karena kinerja kelenjar hormon tiroid berkaitan erat dengan hormon estrogen. Penyakit ini bukan tergolong penyakit yang menular tetapi termasuk salah satu penyakit yang bisa diturunkan. \n\n Penyebab Penyakit Tiroid \n\n Penyakit tiroid terjadi ketika kelenjar tiroid mengalami perubahan bentuk atau memproduksi terlalu sedikit atau terlalu banyak hormon tiroid, Terdapat beberapa jenis penyakit tiroid yang sering di temui diantarantya adalah : \n\n \n Hipotiroidisme, kondisi ini terjadi ketika jumlah hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid terlalu sedikit. \n Hipertiroidisme, kondisi ini terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid. \n Kanker Tiroid, penyakit ini terjadi ketika munculnya jaringan kanker pada kelenjar tiroid. \n Gondok, penyakit gondok umumnya terjadi karena adanya pembengkakan kelenjar tiroid dan terlihat sebagai benjolan di leher \n \n\n Penyakit tiroid disebabkan oleh berbagai macam, tergantung pada jenisnya, berikut beberapa pemicu munculnya penyakit tiroid : \n\n \n Faktor Genetik \n Penyakit Autoinum \n Peradangan yang terjadi pada kelenjar tiroid \n Kekurangan Yodium \n Melahirkan \n Gangguan pada kelenjar pituitari atau hipofisis \n \n\n Penyakit tiroid bisa terjadi pada siapa saja tanpa melihat usia, namun ada beberapa faktor yang bisa membuat seseorang bisa lebih berisiko sakit tiroid, diantaranya adalah : \n\n \n Perempuan \n Usia diatas 60 tahun \n Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit tiroid \n Memiliki riwayat menderita penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit autoimun \n Pernah menjalani pengobatan dengan iodium radioaktif \n Pernah melakukan operasi tiroid \n Pernah menjalani radioterapi pada dada \n \n\n Gejala Penyakit Tiroid \n\n Gejala yang sering terjadi akibat penyakit tiroid adalah muncul benjolah dileher. Gejala lain yang muncul tergantung pada perubahan hormon tiroid, apakah hipertiroidisme atau hipotiroidisme. \n\n Penderita hipertiroidisme dapat mengalami gejala berupa: \n\n \n Termor \n Jantung berdebar \n Berat badan menurun \n Mudah berkeringat \n Gangguan tidur \n Gugup, cemas, dan mudah tersinggung \n \n\n Penderita hipotiroidisme dapat mengalami gejala berupa: \n\n \n Mudah mengantuk dan cepat letih \n Mudah lupa \n Mudah merasa kedinginan \n Kulit dan rambut menjadi kering \n Rambut mudah rontok \n Suara serak \n Pembengkakan di bagian tubuh \n Menstruasi yang lebih banyak dari biasanya pada wanita \n \n\n Selain memperhatikan gejala yang terjadi pemeriksaan penunjang juga sangat dibutuhkan dalam penegakan diagnosa pada penyakit tiroid. \n\n Jika Sahabat Hermina merasa terjadi gejala penyakit tiroid, segeralah melakukan konsultasi dengan dokter di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 31 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegah Penularan Hepatitis Pada Anak<\/a><\/h3>
Tahukan Sahabat Hermina, Penyakit Hepatitis tidak hanya menyerang pada orang dewasa, beberapa kasus penyakit hepatitis juga terjadi pada anak. Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati atau liver, kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari infeksi virus, penggunaan obat - obatan, infeksi cacing hati, kelainan genetik tertentu dan penyakit autoimun. Penyakit hepatitis bisa menular kepada orang lain jika disebabkan oleh infeksi virus. \n\n Penyebab Hepatitis Pada Anak \n\n Penyakit hepatitis disebabkan oleh beberapa infeksi virus, penggunaan obat - obatan, infeksi cacing hati, kelainan genetik tertentu dan penyakit autoimun. Sedangkan hepatitis pada anak bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Terdapat 5 jenis utama virus hepatitis, diantaranya virus hepatitis A,B, C, D dan E. Diantara 5 jenis utama virus hepatitis terdapat 2 jenis hepatitis yang biasa terjadi pada anak diantaranya adalah hepatitis A & hepatitis B. \n\n Selain 5 Jenis utama virus hepatitis, ada beberapa virus lain penyebab hepatitis pada anak yang patut Sahabat Hermina waspadai, diantanaya adalah : \n\n \n Virus herpes simpleks \n Rubella \n Parvovirus \n Cytomegalovirus. Virus ini adalah bagian dari keluarga virus herpes. \n Virus Epstein-Barr. \n Adenovirus \n Virus varicella zoster (cacar air). Komplikasi dari virus ini adalah hepatitis. Tapi ini sangat jarang terjadi pada anak-anak. \n Enterovirus. Ini adalah sekelompok virus yang sering terlihat pada anak-anak. Mereka termasuk virus coxsackie dan echovirus. \n \n\n Gejala Hepatitis Pada Anak \n\n Anak yang terinfeksi virus hepatitis umumnya memiliki gejala yang berbeda, namun dalam beberapa kasus ada anak yang tidak memiliki gejala apapun. Sehingga peranan dari tenaga medis sangat dibutuhkan dalam penegakan diagnosis pada kasus ini. Berikut beberapa gejala khas yang harus Sahabat Hermina waspadai jika terjadi pada anak : \n\n \n Demam yang tidak kunjung berkurang \n Gejala Flu \n Mual atau Muntah \n Kehilangan nafsu makan \n Tidak bersemangat dan lemas \n Perut terasa tidak nyaman \n Diare \n Nyeri otot dan sendi \n Kulit dan bola mata menguning \n Urine berwarna gelap \n \n\n Jika Anak menunjukkan gejala - gejala seperti disebutkan diatas segera lakukan pemeriksaan kepada tenaga medis terdekat. \n\n Tips Cegah Penularan Hepatitis Pada Anak \n\n Agar anak terjauh dari penularan virus hepatitis direkomendasikan agar semua anak menerima vaksin hepatitis. Selain itu terdapat kondisi khusus untuk bayi yang terlahir dari ibu yang positif hepatitis, dalam 12 jam pertama bayi yang lahir dari ibu yang positif hepatitis immunoglobulin HBIG akan diberikan sebagai “imunisasi” tambahan untuk mencegah penularan hepatitis pada bayi. Selain memberikan vaksin kepada anak, Sahabat Hermina juga disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan dan makanan sang Anak, dengan diberikannya vaksin dan dijaganya lingkungan dan makanan diharap Anak sahabat hermina tidak terjangkit virus hepatitis dan terhindar terjadi penularan virus hepatitis. Jika Sahabat Hermina melihat adanya gejala virus hepatitis pada Anak, segeralah melakukan konsultasi dengan dokter di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 31 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 September 2022<\/li><\/ul><\/div>