- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 25 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali 6 Gejala Kanker Hati yang harus di Waspadai<\/a><\/h3>
\n\n Kanker hati merupakan pertumbuhan sel sel ganas hati yang terus menerus, tidak dapat dikontrol dan mengakibatkan kerusakan hati dan kerusakan organ lain di dalam tubuh. Kanker hati dapat berasal dari hati (primer) atau penyebaran sel tumor dari tempat lain (sekunder / metastasis). Kanker ini memiliki insiden terbanyak nomer 6 di dunia pada tahun 2018 dan di dominasi oleh pria daripada wanita (2:1). Menurut globocan 2018 angka kematian penderita kanker hati mencapai 8,2% dan menduduki nomer 4 di dunia. Di indonesia kanker hati adalah penyakit kanker terbanyak nomer 2 terbesar 12,4% per 100.000 penduduk menurut kementrian kesehatan indonesia tahun 2019. \n\n \n\n Penyebab kanker hati \n\n Penyebab kanker hati terkadang bisa disebabkan kondisi tertentu. Risiko terserang kanker hati juga dapat meningkat karena hepatitis B dan C, alkohol, perlemakan hati (fatty liver). Sebagian kecil diakibatkan oleh : kelainan metabolisme bawaan, autoimun, obat – obatan. \n\n \n\n 6 Gejala kanker hati \n\n Gejala kanker pada umumnya tidak khas namun patut waspada apabila terdapat 6 keluhan berikut : \n\n \n Cepat lelah walau melakukan aktivitas yang rutin \n Mata dan badan menjadi kuning \n Teraba benjolan di perut kanan atas yang teraba keras dan kadang berbenjol benjol. \n Berat badan turun drastis. \n Nafsu makan menurun. \n Perut membuncit dan kaki bengkak \n \n\n \n\n Penegakkan diagnosis kanker hati \n\n Adapun Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis kanker hati diantaranya: \n\n \n USG perut (abdomen) : akan tampak benjolan di hati dengan ukuran yang jelas dan jumlah benjolan. \n Pemeriksaan laboratorium dasar seperti hemoglobin, SGOT dan SGPT, Albumin, hingga penanda tumor hati yaitu Alfa Feto Protein (AFP). \n Pada pasien dengan kanker hati primer maka hasil AFP dapat meningkat lebih dari 50 hingga ratusan. \n Kombinasi USG Abdomen dan AFP cukup untuk mendiagnosis Sebagian besar kasus kanker hati. \n \n\n Tata laksana Kanker Hati \n\n \n Tata laksana kanker hati hingga saat ini sulit untuk dapat menyembuhkan. \n Kanker hati cenderung resisten untuk kemoterapi maupun radiasi. \n \n\n Stadium awal. \n\n \n RFA (radio frequency ablation) untuk tumor yang berukuran kurang dari 5 cm. \n Operasi reseksi (pemotongan) hati untuk tumor yang masih kecil. \n Transplantasi hati \n \n\n Stadium akhir \n\n \n TACE (trans arterial chemo embolization) à pemberian obat kemoterapi melalui pembuluh darah dengan tujuan mematikan tumor. Tindakan ini cukup sulit dan kesuksesan menurun jika ukuran kanker membesar. \n Kemoterapi oral (Nexavar, Lenvatinib) à hanya paliatif, biaya mahal. \n \n\n \n\n Pencegahan Kanker Hati \n\n Sahabat hermina, tentunya mencegah lebih baik dari pada mengobati. Yuk simak pencegahan kanker hati : \n\n \n Melakukan medical check up yang rutin per tahun terutama jika ada riwayat sakit kuning yang tidak jelas waktu kecil atau keluarga ada yang menderita sakit kuning bahkan meninggal karena sakit liver. \n Pasangan yang akan menikah sebaiknya melakukan pemeriksaan skrining hepatitis seperti HbsAg dan anti HCV. \n Ibu hamil sebaiknya memeriksakan HbsAg dan anti HCV saat kehamilan dan segera berobat jika hasilnya ada yang positif. \n Vaksinasi untuk bayi yang baru lahir hingga tuntas \n Vaksinasi untuk pasangan yang kadar antibodi (antiHbs masih < 10) \n Mencegah tertularnya hepatitis B dan C : tidak berganti pasangan atau hubungan seksual yang tidak aman, tidak saling berbagi suntik, hindari tattoo yang tidak steril, \n Batasi jumlah minuman berakohol yang di konsumsi. \n Ubah pola hidup sehat seperti makan banyak serat , menjaga berat badan, tidak merokok \n \n\n Nah Sahabat Hermina, tentunya dengan mengetahui gejala dan penyebab secara dini dapat membuat anda lebih waspadadan mendapatkan penanganan secara dini. Selain itu dapat membuat keluarga anda menyadari pentingnya hidup sehat untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. \n\n Salam Sehat Hermina \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 28 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Orang Tua harus kenali “ Red Flag “ Tumbuh kembang Anak<\/a><\/h3>
Setiap orang tua tentunya mengharapkan si kecil tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia nya. Namun ada beberapa anak yang tumbuh kembangnya tidak sesuai dengan usianya. Sebelumnya mari kita kenali arti dari tumbuh kembang anak. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel secara fisik dan struktural bersifat kuantitatif . Contoh: berat badan, tinggi badan, lingkar kepala. Perkembangan adalah Bertambahnya kemampuan fungsi tubuh yang lebih kompleks Bersifat kualitatif. Contoh: kemampuan bicara, motorik kasar, motorik halus,kognitif \n\n Milestones merupakan serangkaian tahapan atau masa tumbuh kembang yang sangat penting bagi anak sejak masih dalam kandungan hingga mulai masuk sekolah. Yang dinilai pada tahap ini diantara nya adalah motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta personal sosial dan kemandirian. \n\n Red flags menandakan terjadinya hambatan perkembangan pada anak-anak. Dapat berupa perkembangan motorik kasar dan halus, bicara dan bahasa ekspresif, bicara dan bahasa reseptif, gangguan kognitif, hingga gangguan sosio-emosional. Seperti yang di jelaskan sebelumnya, ada beberapa anak yang mengalami keterlambatan dalam mencapai milestonesnya. Karena itu orang tua harus mengenali Red Flag agar dapat di lanjutkan dengan skrining lanjutan dan terapi untuk mengoptimalkan tumbuh kembang si kecil. \n\n Berikut Red Flags yang harus ayah dan bunda ketahui. \n\n Usia 0-3 bulan \n\n Pada usia 0-3 bulan red flag di tandai dengan Kesulitan mengangkat kepala, Kaki kaku dengan pergerakan minimal atau tidak bergerak sama sekali, Mendorong punggung dengan menggunakan kepala \n\n Usia 3-6 bulan \n\n Pada usia 3-6 bulan red flag di tandai Punggung membungkuk ke depan, Tidak mampu mengangkat kepala, Tidak bisa menopang kepala dengan stabil, Kesulitan meraih mainan di tengah badan , Kaki kaku \n\n Usia 9-12 bulan \n\n Hal yang harus di perhatikan jika di temukan kesulitan untuk berdiri karena kaki kaku atau jinjit, Saat duduk tubuh bertumpu pada satu sisi badan saja, Saat duduk masih bertumpu pada tangan supaya tidak jatuh \n\n Usia 12-18 bulan \n\n Pada usia 12-18 bulan tidak merespon ketidak dipanggil, lebih cuek dan tidak mengerti jika dikatakan “tidak”, tidak mampu mengucapkan 1 katapun seperti “mama, papa, dada” tidak mampu menggunakan minimal 6 kata \n\n Usia 18-24 bulan \n\n Saat anak usia 18-24 bulan sudah bisa naik turun tangga, memegang sendok dengan baik, Menyusun 4 buah kubus, Mengenal organ tubuh sendiri, Menggelindingkan bola ke arah sasaran, Belajar makan minum sendiri, Menyebut 8-10 kata. Tanda red flag usia 18-24 bulan Kurang kosakata, kurang dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2 kata yang memiliki makna. Tidak mampu mengikuti instruksi sederhana. \n\n Beberapa tanda bahaya gangguan motorik \n\n \n Tubuh terlalu lemas atau terlalu kaku atau cerebral palsy \n 9 bulan (belum bisa duduk) \n Jalan jinjit \n Tangan masih terkepal usai 4 bulan \n Tidak dapat menjumput benda kecil dengan ujung jari sampai usia 1 tahun \n Tetap memasukkan benda disertai drulling (ngeces) berlebihan sampai usia 2 tahun \n Usia 15 bulan belum menunjukkan tanda berjalan \n \n\n Beberapa tanda bahaya gangguan berbahasa \n\n \n Terlambat atau tidak bicara \n \n\n \n sampai usia 3 bulan tidak ada senyum sosial dan tidak \n sampai usia 8 bulan tidak ada perhatian terhadap sekitar \n sampai usia 15 bulan tidak bicara \n sampai usia 20 bulan bicara tidak sampai 10-20 kata \n \n\n \n Bicara tapi ANEH \n Bicara tapi bukan berkomunikasi \n \n\n Jika ayah dan bunda melihat terdapat gangguan tumbuh kembang si kecil seperti di atas.sebaiknya Konsultasikan dengan dokter Spesialis Anak dr. Rita Andriyani, Sp. A di RS Hermina Bekasi \n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 31 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Thalasemia tidak bisa sembuh tapi bisa di cegah<\/a><\/h3>
Talasemia merupakan salah satu penyakit kelainan darah genetik yang cukup banyak diderita oleh masyarakat di dunia. Indonesia termasuk salah satu negara dalam sabuk talasemia dunia, artinya negara dengan frekuensi gen (angka pembawa sifat) talasemia yang tinggi. \n\n Saat ini, terdapat lebih dari 10.531 pasien talasemia di Indonesia, dan diperkirakan 2.500 bayi baru lahir dengan talasemia setiap tahunnya di Indonesia. \n\n \n\n Sahabat Hermina, sebelum membahas lebih lanjut mengenai Thalasemia dan gejalanya, yuks kita simak penjelasannya. \n\n Thalasemia merupakan penyakit keturunan dimana terdapat kelainan sel darah merah. Sel darah merah dimana rantai globin-α atau β pembentuk hemoglobin tidak terbentuk sebagian atau tidak ada sama sekali. Thalasemia terbagi menjadi 2 jenis yaitu \n\n A. Thalasemia alfa merupakan jenis thalassemia yang mengalami penurunan sintesis dalam rantai alfa. \n\n B. Thalasemia beta merupakan jenis thalassemia yang mengalami penurunan pada rantai beta. Sedangkan berdasarkan jumlah gen yang mengalami gangguan, thalasemia di bagi menjadi 3 : \n\n \n \n Thalasemia Minor merupakan keadaan yang terjadi pada seseorang yang sehat namun orang tersebut dapat mewariskan gen Thalasemia pada anak-anaknya. Thalasemia trait sudah ada sejak lahir dan tetap akan ada sepanjang hidup penderita. Penderita tidak memerlukan transfusi darah dalam hidupnya. \n \n \n Thalasemia Intermedia merupakan kondisi antara Thalasemia mayor dan minor. Penderita Thalasemia ini mungkin memerlukan transfusi darah secara berkala, dan penderita Thalasemia jenis ini dapat bertahan hidup sampai dewasa. \n \n \n Thalasemia Mayor Thalasemia jenis ini sering disebut Cooley Anemia dan terjadi apabila kedua orangtua mempunyai sifat pembawa Thalasemia (Carrier). Anak-anak dengan Thalasemia mayor tampak normal saat lahir, tetapi akan menderita kekurangan darah pada usia 3-18 bulan. Penderita Thalasemia mayor akan memerlukantransfusi darah secara berkala seumur hidupnya . \n \n \n\n \n\n Tanda dan Gejala \n\n Beberapa gejala akan muncul pada kondisi sebagai berikut: \n\n \n \n Wajah terlihat pucat \n \n \n Kulit kekuningan (jaundice) \n \n \n Urin gelap \n \n \n Terjadi anemia \n \n \n Terjadi kelainan bentuk tulang wajah \n \n \n Pertumbuhan tubuh anak terlambat \n \n \n Permukaan perut yang membuncit akibat pembesaran hati dan limpa \n \n \n\n \n\n Hingga saat ini belum di temukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, apabila telah di diagnosa thalasemia, maka pasien tersebut harus mendapatkan terapi sebagai berikut \n\n \n\n Penatalaksanaan \n\n A. Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita Thalasemia dengan mempertahankan kadar Hb di atas 10 g/dl. Transfusi darah ini dilakukan seumur hidup. \n\n \n\n B. Hemoglobin dalam sel darah merah adalah zat besi yang kaya protein. Apabila melakukan transfusi darah secara teratur dapat mengakibatkan penumpukan zat besi dalam darah. Kondisi ini dapat merusak hati, jantung, dan organ-organ lainnya. Untuk mencegah kerusakan ini, terapi khelasi besi diperlukan untuk membuang kelebihan zat besi dari tubuh. \n\n \n\n Cara pencegahan \n\n Lebih baik melakukan pencegahan daripada mengobati. Penyakit thalasemia ini dapat dicegah dengan melakukan skrining pranikah untuk pasangan yang akan menikah. Setelah menikah perlu prenatal diagnosis pada usia kehamilan 12-17 minggu, yuks kita cegah agar tidak terjadi thalasemia. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 20 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Penyakit Hemofilia <\/a><\/h3>
Hemofilia merupakan gangguan pembekuan darah yang di bawa dari lahir dan di turunkan oleh orang tuanya. Kejadian munculnya kasus hemofilia A adalah 1:10.000 kelahiran bayi laki-laki dan merupakan 80-85% dari seluruh kasus hemofilia. Sisanya adalah hemofilia B (kekurangan faktor IX). Penyandang hemofilia A di Indonesia tercatat sekitar 2.000 orang. Di wilayah Jabodetabek, total penderita anak hemofilia sebanyak 403 orang, 86% hemofilia A dan 54% diantaranya menderita hemofilia A berat. Perdarahan sendi (hemartrosis) merupakan keluhan utama, yang jika terjadi berulang, akan mengakibatkan nyeri, kerusakan sendi (artropati), dan kecacatan menetap. Hal ini akan menurunkan produktivitas, kualitas hidup, dan masalah psikososial lainnya. \n\n \n\n Sahabat Hermina, sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hemofilia dan gejalanya, yuks kita simak penjelasannya. Hemofilia adalah kondisi gangguan pembekuan darah yang ditandai dengan defisiensi atau disfungsi protein faktor pembekuan VIII atau IX. Gejalanya berupa perdarahan pada sendi dan otot, atau durasi perdarahan lebih dari normal dan berlebihan yang dapat terjadi secara spontan atau hanya akibat trauma ringan \n\n Penyebab Hemofilia \n\n Berpatokan pada pengertian hemofilia sebagai gangguan genetik, artinya penyakit ini merupakan warisan dan tak menular. Penyebabnya adalah mutasi atau perubahan pada salah satu gen yang memberikan perintah untuk membuat protein faktor pembekuan darah. Mutasi ini bisa membuat protein tak bisa berfungsi dengan baik atau bahkan lenyap. \n\n Gen hemofilia berada di kromosom X. Laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu Y (XY), sedangkan perempuan punya dua kromosom X (XX). Laki-laki mewarisi kromosom X dari ibunya dan Y dari ayahnya. Sedangkan perempuan mendapat kromosom X dari tiap orang tua. \n\n Dengan demikian, berdasarkan pengertian hemofilia, laki-laki lebih rentan mengalami kelainan ini di bandingkan perempuan. Ketika mendapat warisan kromosom X dengan gen yang bermutasi pada faktor VIII atau IX, terbuka risiko terkena hemofilia. \n\n Tanda dan Gejala \n\n Beberapa gejala akan muncul pada kondisi sebagai berikut: \n\n \n Perdarahan setelah sunat yang sulit dihentikan \n Adanya darah pada urin atau feses \n Mudah memar \n Terjadinya perdarahan sendi ditandai dengan nyeri dan bengkak pada siku, sendi, dan lutut. \n Kesemutan atau rasa nyeri yang terjadi pada siku, lutut, dan pergelangan kaki. \n \n\n Komplikasi Hemofilia \n\n Jika perdarahan terus terjadi, hemofilia dapat menyebabkan syok hipovolemik, yaitu kegagalan fungsi organ akibat kehilangan banyak darah. Selain itu, komplikasi lain yang bisa terjadi saat mengalami hemofilia adalah perdarahan di otot, sendi, saluran cerna, dan organ lainnya. \n\n Pencegahan Hemofilia \n\n Hemofilia merupakan kelainan genetik sehingga tidak bisa dicegah. Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah melakukan pemeriksaan sejak dini jika mengalami perdarahan tanpa penyebab yang pasti. Pemeriksaan genetik juga perlu dilakukan untuk mengetahui risiko ibu hamil menurunkan hemofilia pada janin. \n\n Jika Anda menderita hemofilia, ada beberapa upaya yang bisa mencegah terjadinya luka dan cedera, yaitu: \n\n \n Menghindari kegiatan yang berisiko menyebabkan cedera \n Menggunakan pelindung, seperti helm, pelindung lutut, dan pelindung siku, jika harus melakukan aktivitas yang berisiko \n Memeriksakan diri ke dokter secara rutin untuk memantau kondisi hemofilia dan \n \n\n Kapan Harus Ke Dokter? \nJika Sahabat Hermina memiliki masalah yang telah dijelaskan di atas sebaiknya Konsultasikan dengan dokter Spesialis Anak sub spesialis hemato onkologi medik dr. Endang Windiastuti, Sp. A (K) di RS Hermina Bekasi \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 22 April 2022<\/li><\/ul><\/div>
KANKER PADA ANAK : MENGENALI GEJALA DINI <\/a><\/h3>
Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan didunia termasuk di Indonesia yang dapat terjadi pada usia dewasa maupun anak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui Agensi Internasional untuk Riset Kanker (IARC) memperkirakan, ada 8.677 anak Indonesia berusia 0-14 tahun yang menderita kanker pada 2020. Jumlah itu menjadi yang terbesar dibandingkan negara lainnya di Asia Tenggara. Leukemia adalah jenis kanker yang paling banyak menyerang anak. Bahkan, sepertiga kasus kanker pada anak di Indonesia merupakan leukemia. \n\n Kanker merupakan penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali, menyebabkan jaringan tubuh normal rusak. Salah satu dugaan penyebab terjadinya kanker adalah penyimpangan pertumbuhan sel akibat adanya cacat kromos/gen. \n\n 1. Faktor resiko terjadinya leukemia \nA. Faktor genetik \n* Kelainan genetik / syndrome \n* Kelainan sistem imun / Herediter \n* Saudara kembar dengan Leukemia \nB. Faktor lingkungan \n* Paparan radiasi \n* Paparan zat kimia \n* Sistem imun menurun \n\n 2. Jenis kanker pada anak. \nKanker terbanyak yang terjadi pada anak adalah leukemia/kanker darah. Selain itu terdapat tumor padat pada anak meliputi: \n* Retinoblastoma \n* Limpoma malignum \n* Tumor wilms \n* Neuroblastoma \n* Rhabdomyosarcoma \n* Osteosarcoma \n* Germ cell tumor \n\n Tanda dan gejala Kanker pada anak Gejala kanker pada anak umumnya tidak khas namun orang tua patut waspada apabila terdapat keluhan berikut pada anak: \n* Demam hilang timbul dan nyeri \n* Biru-biru di kaki \n* Cairan dari telinga dan bengkak \n* Benjolan di leher cepat membengkak \n* Bintik putih mata \n* Perut membesar \n* Penurunan berat badan \n* Pucat tanpa sebab \n\n Apakah kanker dapat disembuhkan ? \n* Dapat disembuhkan terutama bila dikenali atau ditemukan sejak dini (stadium dini) \n* Penanganan atau pengobatan bergantung kepada jenis tumor dan stadiumnya. \n* Pengobatan: gabungan antara operasi (mengangkat tumor), kemoterapi dan radioterapi. \n* Hal penting yang juga perlu di perhatikan ialah pengobatan suportif seperti transfusi darah, antibiotik, ruang rawat isolasi, dan pola nutrisi yang baik. \n\n Keberhasilan pengobatan kanker pada anak tergantung dari seberapa cepat stadium kanker di diagnosis \n1. Stadium dini \n- Diagnosis sulit \n- Pengobatan cepat dan tepat \n- Angka kesembuhan tinggi \n2. Stadium lanjut \n- Diagnosis (relatif) mudah \n- Walaupun pengobatan segera \n\n Hal lain yang perlu diperhatikan adalah peran keluarga mulai dari ikatan yang kuat diantara keluarga inti dan keluarga besar serta pendekatan yang lebih kepada anak yang sakit dan seluruh kakak atau adik. Lalu kapan sebaiknya harus ke dokter? \nJika Sahabat Hermina memiliki masalah yang telah dijelaskan di atas sebaiknya Konsultasikan dengan dokter Spesialis Anak subspesialis hemato onkologi medik dr. Endang Windiastuti,Sp.A(K) RS Hermina Bekasi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 07 April 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Gejala dan Penyebab Gagal Ginjal<\/a><\/h3>
Ginjal merupakan organ yang berada di bagian bawah tulang rusuk belakang tubuh manusia. Walaupun hanya berukuran layaknya satu kepalan tangan, ginjal merupakan bagian tubuh yang sangat penting dan wajib dijaga. \n\n Prevalensi gagal ginjal pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur prevalensi tertinggi pada kategori usia diatas 75 tahun (0,6%), dimana mulai terjadi peningkatan pada usia 35 tahun ke atas. \n\n Sahabat Hermina, sebelum membahas lebih lanjut mengenai Gagal Ginjal dan gejalanya, yuks kita simak penjelasannya. \n\n Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dan bahan-bahan racun, yang menyebabkan penimbunan limbah metabolik di dalam darah. \n\n \n\n Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi yang progresif dan irreversibel ( tidak bisa kembali) dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia Retensi uremia dan sampah nitrogen lain dalam darah \n\n Apa saja tanda gejala Gagal Ginjal kronik... ? \n\n \n Mual muntah \n Kaki dan tangan bengkak \n Lemas \n Gangguan pola berkemih \n Kulit kering dan bersisik \n Gatal \n Sesak nafas \n \n\n Penyebab \n\n Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya gagal ginjal diantaranya sebagai berikut: \n\n \n Diabetes mellitus \n Hipertensi \n Glomerulonephritis \n Penyakit ginjal polikistik \n Penyakit pembuluh darah ginjal \n Infeksi ginjal berulang \n Pielonefritis \n \n\n Pemeriksaan Diagnostik \n\n \n Pielogram retrogard \n Ultrasono ginjal \n Arteriogram ginjal \n Pemeriksaan ureum, kreatinin darah \n \n\n Terapi Pengganti Ginjal \n\n \n Hemodialisis \n hemodialisis merupakan terapi cuci darah di luar tubuh. Terapi ini umumya dilakukan oleh pengidap masalah ginjal yang ginjalnya sudah tak berfungsi dengan optimal. \n CAPD (continous ambulatory Peritoneal Dialysis) \n Merupakan metode cuci darah yang dilakukan lewat perut. Metode ini memanfaatkan selaput dalam rongga perut (peritoneum) yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah sebagai filter alami ketika dilewati oleh zat sisa \n Transplantasi ginjal \n Transplantasi ginjal atau pencangkokan ginjal adalah prosedur bedah untuk mengganti organ ginjal yang telah mengalami kerusakan akibat gagal ginjal kronis stadium akhir. Ginjal yang dicangkok dapat berasal dari donor yang masih hidup atau sudah meninggal dunia. \n \n\n Gagal Ginjal memang merupakan salah satu penyakit yang cukup banyak di masyarakat. Untuk mencegah gagal ginjal dengan cara Menerapkan gaya hidup sehat, misalnya banyak minum air putih, tidak merokok dan menghindari asap rokok, tidak minum minuman beralkohol, serta rajin berolahraga \n\n Jika Sahabat Hermina memiliki masalah yang telah dijelaskan di atas sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter Spesialis penyakit dalam sub spesialis Ginjal Hipertensi di rumah sakit terdekat. Sahabat juga dapat melakukan konsultasi dengan dr. Linda Armelia, Sp.PD-KGH, FINASIM di RS Hermina Bekasi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 15 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
WASPADAI GEJALA KANKER DARAH PADA ORANG DEWASA<\/a><\/h3>
Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk di indonesia yang dapat terjadi pada usia dewasa maupun anak. Salah satu kanker terbanyak yang terjadi pada usia dewasa adalah Leukemia atau Kanker darah. \n\n \n\n Pervalensi kasus Leukemia atau kanker pada darah terbesar terjadi pada kelompok usia 65-74 tahun yaitu terbesar 22,4 % dan cenderung meningkat rata-rata 0,2% pertahun selama 10 tahun terakhir. \n\n \n\n Sahabat Hermina, sebelum membahas lebih lanjut mengenai Leukemia dan gejalanya, yuks kita kenali tipe-tipe Leukemia. \n\n \n\n Leukemia dikenal dengan 2 jenis yaitu \n\n \n Leukemia akut \n \n\n \n Leukemia limpoblastik akut terjadi ketika sumsung tulang terlalu banyak memproduksi limfosit yang tidak normal dan secara perlahan menyebabkan kanker terjadi pada orang dewasa ataupun anak terutama di anak \n \n\n \n\n \n Leukemia kronik \n \n\n \n Biasa nya lebih sering terjadi pada orang dewasa dan jarang terjadi pada anak-anak. Terdapat 2 tipe yaitu Leukemia garnulositik kronik dan limfositik kronik. Insidens 1-2 kasus tiap 100.000 orang. \n \n\n \n\n Apa saja Tanda dan gejala pada leukemia granulositik kronik? \n\n Sebagian besar tidak ada gejala, namun seringnya timbul gejala seperti berikut: \n\n a. Demam lama \n\n b. Lemas \n\n c. Sering berkeringat \n\n d. Penurunan berat badan \n\n e. Pembeseran Limpa di sertai rasa tidak nyaman, nyeri atau gangguan pencernaan \n\n f. Nyeri atau terasa penuh di perut dan cepat kenyang \n\n \n\n Penyebab \n\n Sampai saat ini belum di ketahui penyebab pastinya dari Leukemia. Namun terdapat faktor resiko terjadinya Kanker darah yaitu: \n\n a. Radiasi \n\n b. Faktor genetik \n\n c. umur , jenis kelamin, ras \n\n \n\n Laboratorium \n\n Test darah di lukukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah , sel darah putih, dan trombosit. Pada pasien leukemia, biasanya di temui jumlah sel darah merah dan trombosit rendah dan bentuk sel darah tidak normal dan sel darah putih yang tinggi. \n\n \n\n Selain itu perlu dilakukan Prosedur aspirasi sumsum tulang dengan cara melalui pengambilan sampe jaringan sumsum tulang belakang dari tulang pinggul. \n\n \n\n Leukemia kronik memang merupakan salah satu kanker darah dan sangat berbahaya. Untuk mencegah kanker darah atau leukemia kronik dengan cara hidup sehat serta mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung anti oksidan \n\n Kapan Harus Ke Dokter....? \n\n Jika Sahabat Hermina memiliki masalah yang telah dijelaskan di atas sebaiknya Konsultasikan dengan dokter Spesialis penyakit dalam sub spesialis hemato onkologi medik dr. Sugiyono, Sp.PD-KHOM di RS Hermina Bekasi \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 10 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspadai Kanker Paru Akibat Vape <\/a><\/h3>
Menurut kemenkes Sebagian besar sekitar 80% kasus dari kanker paru-paru disebabkan karena rokok. Rokok mengandung 60 zat racun yang dapat menyebabkan kanker atau kersinogenik. \n\n Vape adalah rokok dengan sistem kerja atau pembakaran berbasis elektrik yang di dalamnya terdapat cairan ( liquid ). Vape ketika di hisap akan menghasilkan uap air, alih-alih asap seperti pada rokok konvensional. \n\n \n\n Kandungan yang terdapat Dalam Vape \n\n 1. Prophylin Glicol \n\n Komponen yang biasanya terdapat pada makanan dan minuman ringan. Potensi bahaya muncul dari uap vape yang terhirup. \n\n 2. Vegetable Glicol \n\n Komponen yang membantu liquid menjadi asap atau yang disebut vaporasi \n\n 3. Nikotin \n\n Umumnya Nikotin ditemukan dalam konsentrasi berbeda antara 0-100 mg/ml dalam rokok elektrik \n\n 4. Senyawa Karbon \n\n Seperti Formaldehyde, acetaldehyde, acrolein, dan glycidol merupakan zat yang di temukan dalam aerosol atau asap vape. \n\n \n\n Bahaya yang di akibatkan oleh Vape \n\n 1. Merusak Paru-paru \n\n Menggunakan vape dapat membuat tubuh terkena racun dan senyawa karbon. Racun tersebut dapat meningkatkan resiko penyakit kanker paru-paru \n\n 2. Merusak Jantung \n\n Komponen Liquid yang berubah menjadi asap ( vaporasi ) berpotensi merusak jantung \n\n 3. Memicu Kanker \n\n Uap Vape bersifat karsinogenik , yang dapat memicu Kanker \n\n \n\n Kanker paru-paru adalah Tumor ganas yang kondisi di mana sel-sel tumbuh secara tidak terkendali, tidak terbatas dan merusak jaringan normal di dalam paru-paru yang berasal dari saluran nafas atau epitel bronkus. \n\n Apa saja gejala kanker paru? \n\n Sebagian besar gejala kanker paru terjadi di paru-paru, tapi juga mungkin mengalami gejala lain pada tubuh. Beberapa bahkan mungkin tidak merasakan gejala atau hanya merasa lelah pada umumnya. Beberapa gejala yang harus diketahui, meliputi: \n\n * Ketidaknyamanan atau nyeri pada dada \n\n * Batuk yang tidak hilang atau semakin memburuk dari waktu ke waktu \n\n * Masalah pernapasan \n\n * Mengi \n\n * Darah dalam dahak (lendir batuk dari paru-paru) \n\n * Suara serak \n\n * Masalah dalam menelan \n\n * Kehilangan selera makan \n\n * Kehilangan berat badan \n\n \n\n Kanker paru memang merupakan salah satu kanker dengan stadium tinggi dan sangat berbahaya. Untuk mencegah kanker paru, sebaiknya Anda waspadai gejala awal kanker paru dengan berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Respirasi di rumah sakit. \n\n Kapan Harus Ke Dokter....? \n\n Jika Sahabat Hermina memiliki masalah yang telah dijelaskan di atas sebaiknya Konsultasikan dengan dokter Spesialis Pulmonologi dan Respirasi dr. Kolanda Maria Septauli Sp. P di RS Hermina Bekasi \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 02 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Skrining Katarak<\/a><\/h3>
Katarak merupakan kondisi terjadinya kekeruhan pada lensa mata. Kejadian katarak sering ditemukan pada masa lansia dan biasanya terjadi karena proses penuaan. Angka kejadian kasus katarak termasuk tertinggi yang dapat menyebabkan kebutaan. Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam mata, akan tetapi keadaan lensa yang menjadi berkabut \n\n Penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia: \nKatarak 0,78 % \nGlaukoma 0,20 % \nGangguan Refraksi 0,14 % \nGangguan Retina 0,13 % \nAbnormalitas Kornea 0,10 % \n\n Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor faktor yang dapat memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai berikut: \n\n \n Faktor genetik Penyakit sistemik seperti peradangan dan metabolik, misalnya diabetes melitus, dislpidemia. Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C. \n Riwayat keluarga dengan katarak \n Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu \n Pembedahan mata \n Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang \n Faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet. \n \n\n \n\n Kapan kita sebaiknya melakukan pemeriksaan mata pada anak? \n\n Saat baru lahir terutama bila memiliki faktor risiko prematur, ada tanda penyakit mata dan riwayat keluarga dengan penyakit mata saat anak-anak Usia 3-5 tahun, Tajam penglihatan, juling, mata malas \nUsia 5 tahun ke atas Myopia (rabun jauh) sering pada usia ini, Tajam penglihatan dan posisi bola mata \n\n \n\n Kapan kita sebaiknya melakukan pemeriksaan mata? \n\n Bila tidak ada keluhan Usia 40 tahun Bisa mengetahui penyakit mata yang biasanya terjadi pada usia 40 tahun ke atas seperti glaukoma, diabetik retinopati dan katarak Bila ada keluhan atau memiliki faktor risiko: DM, hipertensi, riwayat penyakit mata di keluarga, Jangan menunda, periksakan segera ke dokter \n\n \n\n Tata Laksana yang bisa di lakukan untuk Katarak \n\n NON BEDAH \nPencegahan: \nDiet seimbang \nPaparan matahari kacamata \nCegah trauma APD \nKontrol gula darah \n\n BEDAH \nICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) \nECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) \nPhacoemulsification \n\n \nKapan Harus Ke Dokter? Jika Sahabat Hermina memiliki masalah yang telah dijelaskan di atas sebaiknya Konsultasikan dengan dokter Spesialis Mata dr. Lasmida Ruth, Sp. M di RS Hermina Bekasi \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 24 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Potensi Sindrom Inflamasi Multisistem pada Anak setelah sakit pada Pasien COVID-19 Anak-anak<\/a><\/h3>
Potensi Sindrom Inflamasi Multisistem pada Anak setelah sakit pada Pasien COVID-19 Anak-anak \n\n \n\n Virus korona tak kenal usia dalam memilih targetnya. Tua atau muda, anak-anak dan lansia memiliki kemungkinan untuk terpapar virus korona. Meskipun potensi anak-anak terinfeksi COVID-19 tergolong kecil (sekitar 3%) dibandingkan orang dewasa, penyakit akibat virus korona ini diduga berkaitan dengan munculnya sindrom inflamasi multisistem pada anak atau Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C). \n\n Menurut jurnal yang dimuat dalam The Lancet, selama pandemi COVID-19, terjadi peningkatan penyakit inflamasi pada anak-anak. Penyakit yang punya nama lain Pediatric Inflammatory Multisystem Syndrome (PIMS) ini dilaporkan dalam jangka waktu 4–6 minggu setelah puncak infeksi COVID-19. Sebenarnya, seperti apa sindrom peradangan multisistem ini? \n\n Apa itu MIS-C? \n\n Menurut CDC (2020), sindrom peradangan multisistem pada anak-anak (MIS-C) adalah suatu kondisi di mana semua bagian organ tubuh yang berbeda dapat mengalami pe radangan, termasuk diantaranya organ jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan. \n\n Dari salah satu penelitian di 26 negara bagian Amerika Serikat, disimpulkan bahwa sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak ini yang terkait dengan SARS-CoV-2 menyebabkan penyakit serius dan mengancam jiwa pada anak-anak dan remaja yang sebelumnya sehat. 40% dari pasien yang diawasi dalam penelitian ini juga menunjukkan gejala yang mirip dengan penyakit Kawasaki. \n\n Penyakit Kawasaki sendiri kadang disebut sindrom kelenjar getah bening mukokutan karena mempengaruhi kelenjar yang membengkak selama infeksi (kelenjar getah bening), kulit, dan selaput lendir di dalam mulut, hidung dan tenggorokan. Penyakit yang tergolong sangat langka ini paling sering terjadi pada bayi dan anak kecil di bawah usia 5 tahun. Meskipun begitu, tanda klinis yang menonjol antara penyakit Kawasaki dan MIS-C sangat berbeda. Inilah pentingnya melakukan USG jantung atau ekokardiografi pada semua pasien yang mengalami MIS-C. \n\n \n\n Seberapa parah penyakit MIS-C? \n\n Berdasarkan penelitian yang dipimpin oleh University of Texas Health Science Center di San Antonio, sebagian besar dari 662 anak yang mengidap sindrom peradangan multisistem mengalami komplikasi jantung. Kerusakan tersebut, misalnya pelebaran pembuluh darah koroner, berkurangnya kemampuan jantung untuk memompa darah beroksigen ke jaringan tubuh, dan hampir 10% anak memiliki aneurisma pembuluh koroner. \n\n Berdasarkan studi kasus, kebanyakan anak hampir setengah dari pasien yang menderita MIS-C memiliki kondisi medis yang mendasari komorbid . Setengah dari anak-anak yang diteliti dalam studi ini mengalami obesitas. Selain itu, anak-anak dengan MIS-C memiliki peradangan berat yang sangat besar dan berpotensi menyebabkan cedera jaringan pada kerusakan jantung. \n\n Gejala sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak \n\n Tidak semua anak memiliki gejala sindrom yang sama. Dikutip dari Science Daily, anak-anak bisa saja menunjukkan gejala klasik pernapasan yang dialami pasien COVID-19 untuk mengembangkan MIS-C. Bahkan, anak-anak mungkin tidak memiliki gejala dan tidak ada yang tahu bahwa mereka mengidap penyakit tersebut. \n\n Namun, gejala MISC-C berikut dapat dijadikan acuan untuk segera membawa anak-anak di keluargamu untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut: \n\n \n Demam yang berlangsung 24 jam atau lebih \n Muntah \n Diare \n Sakit perut \n Ruam kulit \n Detak jantung cepat \n Nafas cepat \n Mata merah \n Kemerahan atau bengkak pada bibir, lidah, tangan, atau kaki \n Merasa sangat lelah \n Sakit kepala atau pusing \n Kelenjar getah bening membesar \n \n\n Selain gejala di atas, berikut ini adalah tanda peringatan darurat MIS-C yang membutuhkan perawatan di unit gawat darurat: \n\n \n Kesulitan bernapas \n Nyeri atau tekanan di dada yang tidak kunjung hilang \n Kebingungan baru \n Ketidakmampuan untuk bangun atau tetap terjaga \n Bibir atau wajah kebiruan \n Sakit perut yang parah \n \n\n \n\n Tak hanya anak-anak, sindrom peradangan multisistem ternyata juga menyerang orang dewasa \n\n Sejak Juni 2020, ada beberapa laporan sindrom inflamasi multisistem serupa pada orang dewasa. Sindrom ini pun disebut dengan Multisystem Inflammatory Syndrome in Adult (MIS-A). Sindrom peradangan multisystem pada orang dewasa kemungkinan lebih rumit daripada pada anak-anak. Seperti halnya anak-anak, orang dewasa yang telah terinfeksi virus penyebab COVID-19 dapat mengembangkan gejala MIS-A beberapa hari hingga berminggu-minggu setelah sakit. \n\n Hingga artikel ini ditulis, penyebab MIS-C belum diketahui. Namun, anak-anak penderita MIS-C banyak yang terinfeksi virus korona atau pernah berada di sekitar pasien COVID-19. Masih banyak pertanyaan terkait hubungan MIS-C dengan COVID-19, usia, maupun kondisi kesehatan anak-anak sendiri \n\n \n\n Kapan Harus membawa anak Ke Dokter Anak... ? \n\n Jika Sahabat Hermina memiliki masalah kesehatan Pada anaknya sebaiknya Konsultasikan dengan dokter Spesialis Anak dr. Agnes Praptiwi, Sp.A (K) di RS Hermina Bekasi atau pada kondisi berat bisa membawa anak ke IGD. \n\n Kepustakaan \n\n 1.CDC. (2020). Multisystem Inflammatory Syndrome (MIS-C). Diakses melalui https://www.cdc.gov/mis-c/ pada 27 Januari 2021. \n\n 2. Acute Heart Failure in Multisystem Inflammatory Syndrome in Children in the Context of Global SARS-CoV-2 Pandemic. Circulation, 142(5), 429–436. https://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.120.048360 \n\n 3.The Lancet. Infectious diseases, 20(11), e276–e288.https://doi.org/10.1016/S1473-3099(20)30651-4University of Texas Health Science Center at San Antonio. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 30 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Metode dan Kelebihan Persalinan ERACS<\/a><\/h3>
Saat ini metode persalinan ERACS sedang ramai dibahas di media sosial tanah air. Hal tersebut membuat para ibu yang saat ini sedang hamil ingin juga melahirkan dengan metode ERACS. Metode persalinan ini dinilai lebih aman dengan proses pemulihan lebih cepat dibandingkan proses persalinan caesar pada umumnya. \n\n \n\n Apa Itu Metode Persalinan ERACS \n\n Enhanced Recovery After Cesarean Surgery (ERACS) adalah metode operasi caesar dengan pendekatan khusus perawatan untuk mengoptimalkan kesehatan ibu, sebelum, selama, dan setelah menjalani operasi caesar. Tujuannya, agar mobilitas dan proses penyembuhan atau recovery persalinan dapat dipercepat. \n\n Pendekatan ERACS memungkinkan pasien untuk melakukan pergerakan tubuh lebih cepat. Yakni, sekitar dua jam pasca operasi caesar dengan nyeri yang minimal. Agar proses pemulihan berjalan semulus mungkin, pendekatan ERACS melibatkan kolaborasi tim dokter yang handal terdiri dari dokter spesialis kandungan, dokter spesialis anestesi, dokter spesialis anak, beserta para perawat. \n\n \n\n Kenapa Metode Persalinan ERACS lebih cepat pulih daripada Operasi Caesar Konvesional? \n\n Dengan metode ERACS dokter anastesi memberikan kombinasi obat nyeri yang aman bagi bunda dan bayinya, sehingga diharapkan mobilisasi lebih dini dilakukan dan bunda bisa segera pulang ke rumah Bersama buah hati tercinta \n\n \n\n Bagaimana Persiapan Yang Harus dilakukan? \n\n \n Mengikuti kursus prenatal \n \n\n Dibutuhkan agar pasien dan keluarga dapat bekerjasama dalam mendukung keberhasilan Teknisk ERACS \n\n \n Mengikuti pola makan \n\n \n 8 jam : Nasi dan lauk \n 6 jam : Snack (biskuit atau roti) \n 2 jam : Minum “Fit Mom Drink” (Minuman tinggi karbohidrat) \n \n \n Mandi dengan sabun (termasuk daerah operasi yang akan disayat/perut \n \n\n \n\n Apa Kelebihan dari Metode ERACS? \n\n \n Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien, \n Berkurangnya risiko komplikasi, \n Meningkatkan bonding antara ibu dan bayi. \n Pemulihan lebih cepat sehingga bunda dapat beraktivitas kembali \n \n\n \n\n Bila saat ini Bunda sedang mengandung dan ingin melahirkan dengan nyeri yang minimal sebaiknya segera konsultasikan terlebih dahulu terkait metode persalinan yang tepat kepada dokter spesialis kandungan di RS Hermina Bekasi \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 25 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Hati Hati Computer Vision Syndrome, Masalah Mata Di Era Digital<\/a><\/h3>
Di era digital, masyarakat global semakin tergantung pada teknologi dalam kehidupan sehari-hari dan pekerjaan mereka dibandingkan generasi sebelumnya. Berdasarkan riset HootSuite dan We Are Social dalam Global Digital Reports 2020, Indonesia masuk ke dalam 10 besar negara paling lama mengakses internet setiap harinya. \n\n Pengguna internet berusia 16-64 tahun di Indonesia rata-rata menghabiskan waktu 8 jam 36 menit per hari dalam menggunakan internet. Angka ini melampaui rata-rata waktu penggunaan internet global yang berada di kisaran 6 jam 43 menit per harinya. \n\n Lama waktu paparan layar digital setiap hari ini berkontribusi dalam meningkatnya keluhan mata salah satunya computer vision syndrome. \n\n Computer Vision Syndrome (CVS), adalah sekumpulan gejala yang biasa terjadi akibat penggunaan layar computer dalam waktu yang lama. Disebut juga dengan digital eye strain. Terjadi pada 50-90% orang yang menggunakan computer. \n\n \n\n Siapa yang beresiko terkena Computer Vision Syndrome (CVS)? \n\n \n Menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer setiap hari \n Berjarak terlalu dekat dari layar komputer \n Menggunakan komputer dengan sudut yang tidak tepat \n Memiliki postur tubuh yang kurang ideal selama bekerja dengan komputer \n Memiliki masalah mata yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata \n Menggunakan kacamata dengan ukuran yang tidak ideal \n Tidak beristirahat cukup disela-sela waktu bekerja \n \n\n \n\n Apa saja gejalanya Computer Vision Syndrome (CVS)? \n\n Gejala mata kering \n\n \n Mata terasa mengganjal \n Mata merah \n Berair \n Mata terasa kering \n Mata terasa perih/panas \n \n\n Gejala penglihatan \n\n \n Pandangan buram \n Pandangan ganda \n Mata minus sementara \n Rabun dekat \n Sulit untuk focus \n \n\n Gejala di luar mata \n\n \n Nyeri leher \n Nyeri punggung \n Nyeri bahu \n Kaku leher \n Sakit kepala \n \n\n \n\n Apa yang menyebabkan Computer Vision Syndrome (CVS)? \n\n \n Glare pada layar \n Pencahayaan yang kurang baik \n Postur tubuh yang kurang baik \n Penempatan layar komputer dengan jarak dan sudut yang kurang tepat \n Penggunaan kacamata yang kurang tepat \n \n\n \n\n Bagaimana cara mengobati dan mencegah Computer Vision Syndrome (CVS)? \n\n \n Perbaiki posisi komputer dan postur tubuh \n \n\n \n Tinggi meja dan kursi yang tepat \n Jarak komputer dan mata 40-75 cm \n Kemiringan layar 10-20 derajat \n Posisi tangan dan siku yang baik \n Kaki menapak lantai, dengan bantuan footrest \n Pastikan sumber cahaya baik, kurangi pantulan cahaya pada monitor \n Jika membaca dokumen sebari mengetik, letakkan pada sandaran yang sejajar dengan posisi layar \n \n\n \n 20 - 20 - 20 rule \n \n\n \n Beristirahat dari layar setiap 20 menit \n Istirahat dari layar minimal selama 20 detik \n \n\n \n Gunakan waktu istirahat untuk melihat sejauh 20 kaki atau 6 meter \n Istirahat selama 15 menit tiap 2 jam \n Atur brightness, contrast dan besar font \n Gunakan filter pada layar \n Gunakan ukuran kacamata yang tepat \n Gunakan obat tetes air mata buatan jika dibutuhkan \n Sering berkedip \n \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami kondisi Computer Vision Syndrome (CVS) dan menyebabkan rasa tidak nyaman dan hambatan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari bahkan jika gejala yang Anda alami tetap berlanjut atau semakin berat. Sebaiknya, konsultasikan dengan dokter spesialis mata di Klinik Mata Spesialistik RS Hermina Bekasi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 25 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 02 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 10 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 07 April 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 22 April 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>