- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 29 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Bagaimana Pertolongan Pertama Pada Luka Sayatan<\/a><\/h3>
Luka sayatan, misalnya karena teriris pisau saat memotong makanan, dapat menimbulkan nyeri dan berisiko terinfeksi jika tidak ditangani secara tepat. Untuk itu, Anda harus mengetahui dulu luka sayatan seperti apa yang bisa ditangani sendiri, dan luka sayatan seperti apa yang harus ditangani dokter. \n\n Berdasarkan tingkat keparahannya, luka sayatan dibagi menjadi dangkal dan dalam. Luka sayatan dangkal hanya mencakup lapisan kulit. Sedangkan luka sayatan dalam, bisa mencapai lebih dari 1 cm dan dapat mengenai tendon, otot, ligamen, saraf, pembuluh darah, bahkan tulang. \n\n Luka Sayatan yang Bisa Ditangani Sendiri di Rumah \n\n Luka sayatan dangkal bisa kita tangani secara mandiri. Berikut ini adalah langkah-langkah perawatan luka sayatan yang bisa dilakukan di rumah: \n\n \n Cuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum membersihkan luka. \n Cuci luka dengan air bersih mengalir. Jika luka sayatannya besar atau panjang, jangan gunakan larutan disinfektan atau antiseptik (hidrogen peroksida, alkohol, atau povidoine iodine ) untuk membersihkan luka, karena larutan ini dapat merusak dan mengiritasi kulit. \n Tekan luka dengan kain bersih atau kasa steril, dan posisikan bagian tubuh yang terluka lebih tinggi daripada dada untuk mengontrol perdarahan dan pembengkakan. \n Jika luka cukup besar, tutup dengan kasa steril dan perban. Sedangkan untuk luka yang kecil, biarkan saja terbuka hingga sembuh dengan sendirinya. \n Gel lidah buaya boleh dioleskan pada luka sayatan yang dangkal untuk mempercepat penyembuhan. Anda bisa menggunakan produk gel lidah buaya dalam kemasan atau gel dari bagian dalam tanaman lidah buaya segar yang sudah dipotong dan dibuang durinya. \n Untuk mengurangi rasa nyerinya, Anda bisa minum obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti paracetamol. Hindari mengonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri, karena obat ini berisiko menimbulkan perdarahan. \n Jika ada memar atau pembengkakan di sekitar luka, lakukan pengompresan dengan kompres dingin, misalnya menggunakan es batu yang dibungkus kain. Ingat, hindari menempelkan es batu langsung pada luka. Tekan area yang memar atau bengkak dengan kompres tersebut. \n Jaga luka tetap kering dan bersih selama 5-7 hari. \n Hindari menggaruk atau mengelupas bekas luka atau koreng yang terbentuk di atas luka. \n Hindari merokok, mengonsumsi alkohol, dan stres berlebihan selama masa penyembuhan luka karena hal-hal tersebut dapat mengganggu dan memperlambat proses pemulihan. \n \n\n Luka Sayatan yang Harus Ditangani oleh Dokter \n\n Luka sayatan dalam perlu ditangani oleh dokter dan sering kali membutuhkan jahitan. Pada luka sayatan yang dalam, misalnya akibat tersayat mesin pemotong, lapisan di bawah kulit dapat terlihat dan bisa terjadi perdarahan yang cepat dan banyak, terutama jika pembuluh darah besar ikut terpotong. \n\n Segeralah cari pertolongan medis di fasilitas kesehatan terdekat. Jangan tunda hingga lebih dari 6 jam, jika luka sayatan luas atau dalam. Menunda penanganan medis untuk luka seperti ini dapat mengakibatkan syok akibat perdarahan terus-menerus, atau infeksi berat. \n\n Selain luka sayatan dalam yang harus segera mendapatkan penanganan medis, ada juga beberapa kondisi luka sayatan yang perlu diperiksakan ke dokter, yaitu: \n\n \n Luka tampak sangat kotor dan sulit dibersihkan. Pada kondisi luka seperti ini, dokter dapat memberikan vaksin tetanus dan immunoglobulin tetanus untuk mencegah terjadinya tetanus, terutama jika belum pernah mendapat vaksin tetanus toksoid (TT) atau belum mendapat booster TT dalam 10 tahun terakhir. \n Luka sayatan akibat cakaran atau gigitan hewan. \n Luka berada pada daerah yang rawan atau sensitif, seperti wajah, kulit kepala, dan sekitar kemaluan; atau pada daerah sekitar persendian. \n Luka disebabkan oleh kecelakaan atau benturan kuat dan kemungkinan terdapat perdarahan yang sulit terlihat di bawah jaringan kulit. \n Terdapat demam, luka tampak kemerahan dan bengkak, atau muncul nanah dan luka. Luka seperti ini kemungkinan sudah terinfeksi sehingga memerlukan penanganan dari dokter, misalnya berupa pemberian antibiotik. \n Penderita luka memiliki riwayat penyakit diabetes, gangguan pembekuan darah, sedang menggunakan obat pengencer darah, atau menjalani kemoterapi. \n Perdarahan tidak berhenti setelah luka ditekan selama lebih dari 10 menit atau darah keluar dengan deras. \n Nyeri pada luka tidak hilang meski sudah minum obat antinyeri. \n Mati rasa pada area sekitar luka. \n Luka tidak kunjung sembuh hingga berminggu-minggu. \n \n\n Tangani luka sayatan dengan cara yang tepat, dan jangan ragu untuk berobat ke dokter jika memang diperlukan. Selama masa pemulihan, tenangkan pikiran dan jaga kondisi kesehatan Anda dengan makan makanan bergizi, cukup istirahat dan tidur, minum air putih yang cukup, serta tidak merokok dan tidak minum alkohol. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 22 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Apa Penyebab Anak Terlambat Berjalan<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina perlu anda ketahui bahwa banyak orang tua yang mengharapkan agar anaknya tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia nya. Memasuki usia 12 hingga 18 bulan, anak sewajarnya sudah bisa berjalan. Namun, apabila sudah melewati usia 18 bulan dan anak masih belum mampu berjalan sendiri, mungkin ia mengalami kondisi developmental delayed atau terlambat perkembangannya. Anak seperti ini biasanya memiliki gangguan. Oleh sebab itu, sebaiknya diberikan intervensi dan stimulasi sejak dini. \n\n Sebelum beranjak lebih jauh, berikut adalah tahapan perkembangan gerakan motorik yang terjadi pada anak: \n\n \n 6 hingga 8 bulan: duduk dan merangkak. \n 12 hingga 18 bulan : berdiri sendiri; berjalan merambat sambil memegangi tembok, kursi, atau meja; berjalan hingga beberapa menit tanpa pegangan. \n 18 hingga 24 bulan: berjalan sendiri tanpa kesulitan, membawa mainan atau benda apapun yang cukup besar tanpa dibantu, dan dapat naik turun/turun tangga dengan bantuan. \n 24 hingga 36 bulan: bisa berlari, memanjat, naik/turun tangga tanpa bantuan, dan berjalan jinjit. \n \n\n Penyebab keterlambatan berjalan ini bermacam-macam. Berikut ini terdapat beberapa alasan yang menyebabkan anak terlambat jalan: \n\n \n Faktor Ibu dan kehamilan \n \n\n Contohnya: demam saat hamil, malnutrisi, terkena infeksi saat hamil \n\n \n Faktor Persalinan \n \n\n Persalinan lama, bayi lahir tidak langsung menangis, bayi lahir biru, bayi kuning, berat lahir rendah atau sangat rendah, prematuritas \n\n \n Faktor Anak \n \n\n Kejang demam, demam tinggi, terkena infeksi selaput otak atau infeksi otak, terjatuh dan terbentur di bagian kepala \n\n \n Gangguan Metabolik \n \n\n Contoh: hipotiroid, hipoglikemia \n\n \n Kurangnya Stimulasi \n \n\n Anak sering di gendong, atau di tidurkan di kasur, tidak di stimulasi untuk duduk, merangkak, ataupun berdiri dan berjalan. \n\n \n Sikap/Watak \n \n\n Watak adalah keinginan pribadi yang akan mempengaruhi dalam bertingkah laku. Kadang, anak lebih senang merangkak. Maka dari itu, orangtua hanya perlu menunggu waktu yang tepat agar anak tumbuh sesuai keinginannya. Selain itu, jangan lupa berikan stimulasi agar kakinya terlatih untuk berjalan. \n\n Pada anak-anak dengan keterlambatan berjalan / keterlambatan motorik, perlu dipastikan juga apakah ada keterlambatan yang lainnya, contohnya terlambat bicara. \n\n Langkah yang harus dilakukan adalah memastikan terlebih dahulu penyebabnya. Bawa anak ke dokter spesialis anak, atau dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi. Terapi yang tepat dan rutin sangat disarankan untuk kasus-kasus anak dengan keterlambatan, agar anak bisa mengejar perkembangan sesuai dengan usianya. \n\n Jangan anggap remeh apabila anak mengalami gangguan perkembangan. Anda perlu tahu penyebabnya agar bisa diberi tindakan medis sesegera mungkin, karena sedini mungkin anak diberikan terapi hasilnya akan lebih baik. Anda juga bisa menggunakan mobile aplikasi Halo Hermina untuk appoitment langsung dengan dokter kapan saja dan di mana saja. Selain itu, Yuk, download aplikasi Halo Hermina sekarang di App Store dan Google Play. \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 31 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
5 Cara Mengatasi Mata Minus pada Anak <\/a><\/h3>
Tahukah Sahabat Hermina, era digitalisasi secara tidak langsung dapat berpengaruh pada kesehatan, salah satunya adalah keluhan mata minus. Mata minus dapat terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak. Namun, mata minus pada anak kerap kali sulit terdeteksi atau tersamar dengan kondisi lain dikarenakan anak tidak memberitahukan dengan jelas tentang keluhannya. Padahal, mata minus dapat mengganggu aktivitas sehari-harinya, terlebih dalam kegiatan belajar. \n\n Mata minus atau rabun jauh merupakan salah satu gangguan kesehatan mata yang menyebabkan seseorang tidak bisa melihat objek jarak jauh dengan jelas. Mata minus pada anak diketahui berkaitan dengan beberapa faktor, seperti keturunan, kebiasaan membaca buku terlalu dekat, atau sering main gadget untuk waktu yang lama. \n\n Gejala Mata Minus pada Anak \n\n Beberapa anak mungkin tidak mengeluh atau bahkan tidak menyadari adanya gejala mata minus pada dirinya. Nah, hal inilah yang menyebabkan kondisi tersebut sulit terdeteksi. Padahal, mata minus pada anak bisa menyebabkan penurunan prestasi anak di sekolah, terlebih jika ia duduk di bagian belakang kelas dan jauh dari papan tulis. Oleh sebab itu, orang tua atau pengasuh di rumah perlu mengetahui apa saja gejala mata minus pada anak, sehingga bila terjadi, kondisi tersebut bisa segera ditangani. \n\n Di bawah ini adalah beberapa gejala mata minus pada anak yang patut diwaspadai: \n\n \n \n Anak mengeluh sulit melihat benda yang jauh \n \n \n Anak kesulitan atau sering salah membaca tulisan pada benda yang jauh, seperti papan tulis \n \n \n Anak terlihat sering menonton televisi atau membaca buku dalam jarak yang sangat dekat \n \n \n Anak terlihat menghindari permainan yang memerlukan perhatian lebih detail, seperti mewarnai dan bermain puzzle \n \n \n Anak mengeluhkan matanya sensitif terhadap cahaya \n \n \n\n Pada beberapa anak, mata minus bisa juga disertai dengan gejala lainnya, seperti terlihat sering lelah, mengeluh sakit kepala, atau sakit pada area mata. \n\n Penanganan Mata Minus pada Anak \n\n Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menangani mata minus pada anak: \n\n 1. Menggunakan kacamata minus \n\n Apabila bunda atau ayah mendapati gejala-gejala mata minus pada anak seperti di atas, hal pertama yang harus dilakukan adalah memeriksakan kondisinya ke dokter mata. Jika dokter memastikan bahwa si kecil memang mengalami mata minus, umumnya dokter akan memberi resep kacamata minus untuk anak. Penggunaan kacamata minus akan membantu anak melihat objek yang jauh dengan lebih jelas. \n\n 2. Memberi anak makanan bergizi \n\n Memberi anak makanan yang bergizi juga merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kesehatan matanya. Beberapa pilihan makanan yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan mata anak adalah wortel, sayuran hijau, buah-buahan yang kaya vitamin, serta ikan yang kaya akan omega 3, seperti ikan makerel dan sarden. \n\n 3. Memastikan penerangan cukup saat anak beraktivitas \n\n Untuk membantu mencegah pertambahan minus pada mata anak, bunda dan ayah perlu memastikan si kecil selalu mendapat penerangan yang cukup dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Misalnya, saat ia sedang belajar, bermain, membaca buku, atau menonton televisi. \n\n 4. Membatasi penggunaan gadget \n\n Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, penggunaan gadget dalam waktu yang lama sangat tidak baik untuk kesehatan mata. Pada anak berusia di bawah 2 tahun, penggunaan gadget bahkan sama sekali tidak dianjurkan, kecuali untuk video chatting dengan orang tua atau keluarga. \n\n Jadi, untuk mencegah minus pada mata anak semakin bertambah, batasi penggunaan gadget pada anak yang berusia 2–5 tahun maksimal 1–3 jam per harinya. Sedangkan untuk anak yang berusia di atas 6 tahun, batasi penggunaan gadget sekitar 4 jam per hari. \n\n 5. Mengajarkan anak gerakan olahraga mata \n\n Mengajarkan anak gerakan olahraga juga bisa bunda dan ayah lakukan untuk membantu si kecil agar matanya terasa lebih nyaman dan penglihatannya menjadi lebih fokus. Salah satu olahraga mata yang bisa dicoba adalah dengan meletakkan pensil di depan wajah si Kecil. Kemudian, minta ia untuk tetap mengarahkan pandangannya ke pensil tersebut, tanpa menggerakkan kepalanya sedikit pun. Setelah itu, pelan-pelan gerakkan pensil ke kiri dan kanan, serta atas dan bawah. Nah, itulah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menangani mata minus pada anak dan mencegahnya agar tidak bertambah parah. Jika seiring waktu penglihatan anak malah semakin terganggu atau buram, konsultasikan kembali hal tersebut ke dokter guna mengantisipasi adanya gangguan mata yang lebih serius. Sahabat Hermina sekarang bisa appoitment langsung dengan dokter di RS Hermina menggunakan mobile aplikasi Halo Hermina yang bisa anda download di PlayStore. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 21 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Penyebab Stroke Menyerang Usia Muda<\/a><\/h3>
Tahukah Anda , Stroke adalah penyakit yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) maupun pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Kondisi ini berakibat pada berkurangnya asupan oksigen dan nutrisi pada otak, sehingga sel-sel otak mati dan tidak bisa berfungsi optimal. \n\n Mengapa Stroke Bisa Terjadi di Usia Muda? \n\n Stroke termasuk penyakit yang rentan terjadi pada orang berusia lanjut. Namun karena faktor tertentu, orang berusia muda juga rentan mengalami stroke. Ini faktor yang menyebabkan stroke bisa terjadi di usia muda, yaitu: \n\n \n\n 1. Anemia Sel Sabit \n\n Anemia Sel Sabit adalah jenis anemia akibat kelainan genetik yang ditandai dengan bentuk sel-sel darah abnormal (seperti bulan sabit), sehingga menyebabkan pembuluh darah kekurangan pasokan darah sehat dan oksigen untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Jika kondisi ini terjadi di otak, maka seseorang berisiko lebih besar untuk mengalami stroke di usia muda. \n\n \n\n 2. Kelainan Pembuluh Darah Bawaan \n\n Misalnya aneurisma otak dan malformasi arteri. Aneurisma otak adalah pembesaran pembuluh darah pada otak akibat dinding pembuluh darah yang lemah. Sedangkan, malformasi arteri adalah pertumbuhan pembuluh darah arteri dan vena yang abnormal. Kelainan tersebut menyebabkan terbentuknya gumpalan (stroke iskemik) atau meningkatkan risiko pembuluh darah pecah (stroke hemoragik). \n\n \n\n 4. Hipertensi \n\n Hipertensi yang tidak diobati bisa mengganggu pembuluh darah dan menyebabkan penyakit jantung atau stroke. \n\n \n\n 5. Infeksi dan Trauma Berat \n\n Misalnya trauma kepala dan gegar otak. Kondisi ini bisa mengganggu sistem kekebalan tubuh dan sel-sel darah sehingga meningkatkan pembentukan gumpalan darah yang berujung pada stroke. \n\n \n\n 6. Kolesterol Tinggi \n\n Tingginya kolesterol jahat (low density lipoprotein/LDL) dalam darah bisa menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah otak. Saat plak menutup pembuluh darah, akan terjadi sumbatan atau penyempitan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Jika kondisi ini dibiarkan, suplai oksigen dan nutrisi ke otak akan terganggu sehingga meningkatkan risiko stroke. \n\n \n\n 7. Pengobatan Tertentu \n\n Misalnya terapi hormon, penggunaan steroid, dan pil KB bisa mengubah hormon tubuh, fisiologi pembuluh darah dan fungsi pembekuan darah, sehingga meningkatkan risiko stroke. \n\n Bagaimana Mencegah Stroke di Usia Muda? \n\n Salah satu pemicu stroke adalah berat badan berlebihan, baik dalam kategori overweight atau obesitas. Alasannya karena kelebihan berat badan bisa memicu kolesterol tinggi, diabetes, dan hipertensi yang meningkatkan risiko stroke di usia muda. Cara agar kamu terhindar dari risiko stroke di usia muda, berikut ini yang bisa dilakukan: \n\n \n Olahraga teratur setidaknya 20 - 30 menit per hari. Kamu bisa melakukan olahraga yang disukai, seperti jalan kaki, lari, bersepeda, berenang, yoga, dan olahraga lainnya. \n Diet sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang, seperti sayur dan buah-buahan. \n Menghindari rokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat-obatan. \n Rutin memantau tekanan darah dan memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter. \n \n\n Itulah penyebab stroke di usia muda yang perlu diwaspadai. Kalau kamu mengalami tanda dan gejala di atas, segera berbicara konsultasikan dengan dokter , Kamu bisa appoitment melalui mobile apps Hermina Tbk download di PlayStore. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 29 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Masih Muda Sudah Kena Katarak? Ini Penyebabnya<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina masih banyak orang menganggap katarak adalah penyakit yang menyerang orang-orang lanjut usia. Maka dari itu, tidak sedikit orang yang menghiraukan beberapa hal yang dapat memicu penyakit ini. \n\n Penyakit katarak dapat terjadi karena lensa mata mengalami kerusakan. Hal yang membuat lensa menjadi rusak adalah adanya penumpukan atau gumpalan protein yang menghalangi lensa mata. Sehingga, pandangan pun menjadi buram dan kabur atau terlihat seperti ada kabut. \n\n Umumnya, gejala penyakit ini muncul pada mereka yang telah menginjak usia 40 hingga 50 tahun. Seiring berjalannya waktu, gangguan pun akan semakin serius pada seseorang yang berusia 60 tahun. Jika hal tersebut sudah terjadi, wajib dilakukan tindakan medis berupa operasi. \n\n Lantas, karena biasanya terjadi pada usia tua, anda juga wajib menjaga kesehatan mata sejak usia muda. Sebab, gejala katarak juga dapat muncul saat menginjak usia 30 tahun. Kondisi katarak yang muncul pada usia muda ini disebut dengan istilah early onset cataract. \n\n Faktor Penyebab Katarak pada Usia Muda \n\n Lantas, faktor apa saja yang menyebabkan munculnya katarak pada usia muda? Berikut ulasannya! \n\n \n Cedera Mata \n \n\n Apabila kamu pernah mengalami benturan atau trauma fisik di sekitar mata dan kepala, anda harus berhati-hati karena kondisi tersebut dapat menyebabkan katarak. \n\n \n Paparan Sinar Matahari \n \n\n \n\n Sering terkena paparan sinar matahari langsung juga dapat meningkatkan risiko kamu terkena katarak di usia muda. Selain itu, paparan radiasi dari gelombang radar atau elektromagnetik dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan munculnya katarak. \n\n Sebuah studi pun menunjukkan bahwa para pilot yang mengoperasikan pesawat komersial memiliki kesempatan 3 kali lipat lebih besar menderita katarak di usia muda. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh paparan sinar matahari yang terlalu sering mereka alami saat mereka bekerja. \n\n \n Pengidap Diabetes \n \n\n Apabila saat usia muda anda sudah mengidap diabetes dan disertai dengan darah tinggi, kamu memiliki risiko yang lebih tinggi mengidap katarak. Jika tidak ditangani dengan baik, area mata akan menjadi rawan terserang katarak. \n\n \n Faktor Genetik \n \n\n Apabila salah satu atau bahkan orangtua menderita katarak, sangat besar kemungkinan penyakit ini akan menyerang anda juga. Oleh sebab itu, anda wajib untuk selalu menjaga kesehatan indra penglihatan agar tidak mudah terkena penyakit mata seperti katarak. \n\n Tidak hanya faktor-faktor di atas, para peneliti juga mulai mencurigai paparan radiasi smartphone, layar komputer, dan televisi yang juga dapat menyebabkan katarak pada usia muda. Namun, saat ini para peneliti masih melakukan riset mendalam akan hal ini. \n\n Gejala Katarak di Usia Muda \n\n Untuk mencegah terjadinya katarak, anda juga wajib tahu gejala yang akan muncul dan biasanya hadir tanpa anda sadari. Nah, berikut ini gejala katarak yang dapat muncul: \n\n \n Tidak kuat melihat cahaya silau. \n Penglihatan berkurang di malam hari. \n Pandangan kabur kalau cahaya di sekitarmu terlalu terang. \n Muncul lingkaran-lingkaran cahaya terang berwarna putih pada pandangan. \n Pandangan berubah jadi kekuningan atau kecokelatan. \n Warna-warna yang dilihat tampak lebih pucat dari biasanya. \n \n\n Jika salah satu atau beberapa gejala di atas muncul, ada baiknya anda segera memeriksakan kondisi tersebut ke dokter. ( credit @Halodoc ) \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 27 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Penyakit Tuberculosis ( TBC )<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina penyakit Tuberkulosis (TB ) yang juga dikenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah HIV. Penyakit ini disebabkan oleh basil dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis sendiri dapat menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering dan paling umum adalah infeksi tuberkulosis pada paru-paru. \n\n Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui orang yang telah mengidap TBC. Kemudian, batuk atau bersin menyemburkan air liur yang telah terkontaminasi dan terhirup oleh orang sehat yang kekebalan tubuhnya lemah terhadap penyakit tuberkulosis. Walaupun biasanya menyerang paru-paru, tetapi penyakit ini dapat memberi dampak juga pada tubuh lainnya, seperti sistem saraf pusat, jantung, kelenjar getah bening, dan lainnya. \n\n Indonesia sendiri termasuk lima besar negara dengan jumlah pengidap TB terbanyak di Asia Tenggara, dengan jumlah pengidap yang mencapai 305.000 jiwa pada 2012. Apabila tuberkulosis laten atau TBC tidak mendapat pengobatan, maka lebih dari 50 persen orang yang mengidap penyakit ini dapat meninggal. Walau begitu, hanya satu banding sepuluh kasus yang berkembang menjadi penyakit aktif. \n\n Untuk kasus TBC laten, bakteri yang menyebabkan penyakit tuberkulosis belum aktif secara klinis dan hanya berada di dalam tubuh. Jika sudah aktif, akan terjadi gejala pada periode tertentu bisa dalam hitungan minggu maupun tahun. Durasi tersebut tentu saja tergantung dari kondisi kesehatan dan daya tahan dari pengidap. \n\n Penyebab Tuberkulosis \n\n Penyebab tuberkulosis adalah bakteri yang menyebar di udara melalui semburan air liur dari batuk atau bersin pengidap TB. Nama bakteri TB adalah Mycobacterium tuberculosis. Berikut ini beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi tertular TB: \n\n \n Orang yang sistem kebebalan tubuhnya menurun. Contohnya, pengidap diabetes, orang yang menjalani rangkaian kemoterapi, atau pengidap HIV / AIDS. \n Orang yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi. \n Pecandu narkoba. \n Para perokok. \n Para petugas medis yang sering berhubungan dengan pengidap TB. \n \n\n Gejala Tuberkulosis \n\n Pengidap tuberkulosis laten atau tidak aktif umumnya tidak akan mengalami gejala apapun. Meskipun demikian, bakteri sudah berada dalam tubuh. Akan tetapi, bakteri dalam tubuh belum menyebabkan kerusakan apapun. Saat bakteri mulai aktif, kondisi inilah yang memicu gejala pada pengidap tuberkulosis. Tuberkulosis umumnya menyerang paru-paru dengan gejala utama batuk berdahak yang berlangsung lebih dari 2 minggu. Batuk yang terjadi juga kadang mengeluarkan dahak berwarna, seperti karat atau batuk darah. Pengidap TB juga biasanya akan kehilangan nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan yang disertai dengan demam, keringat malam hari, dan kelelahan. Jika infeksi tuberkulosis pada paru telah menyebabkan kerusakan pada paru, akan timbul gejala sesak napas. \n\n Beberapa pengidap tuberkulosis juga mengalami kondisi nyeri tulang. Kondisi ini menandakan bahwa bakteri telah menyerang bagian tulang. Untuk itu, perlu segera dilakukan pemeriksaan pada rumah sakit terdekat agar kondisi ini dapat segera ditangani dengan tepat. \n\n \n\n Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis \n\n Pemeriksaan pertama yang dilakukan dokter dengan mengumpulkan informasi terkait riwayat keluarga maupun riwayat penyakit yang dimiliki pengidap. Kemudian, pemeriksaan fisik dilakukan guna memastikan penyebab keluhan kesehatan yang dialami. Pemeriksaan fisik terkait penggunaan stetoskop untuk memeriksa kondisi paru-paru dan pemeriksaan kelenjar getah bening pada bagian leher. \n\n Jika dokter mencurigai adanya kemungkinan penyakit tuberkulosis, pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan tes darahrontgen dada, tes Mantoux, tes darah, dan tes dahak. Hal tersebut dikarenakan tuberkulosis adalah penyakit yang sulit dideteksi, terutama jika pengidapnya adalah anak-anak. \n\n Dengan pengobatan yang benar, penyakit yang serius ini bisa disembuhkan. Langkah pengobatan yang dibutuhkan adalah dengan mengonsumsi beberapa jenis obat antituberkulosis yang harus diminum selama jangka waktu tertentu, minimal 6 bulan. \n\n Pencegahan Tuberkulosis \n\n Langkah utama yang bisa dilakukan untuk mencegah TB adalah dengan menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia tiga bulan. Vaksin BCG juga dianjurkan bagi anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa yang belum pernah menerimanya pada waktu bayi. Namun, harap diingat bahwa efektivitas vaksin ini akan berkurang pada orang dewasa. \n\n Segera hubungi dokter jika mengalami gejala-gejala yang telah dipaparkan tadi. Penanganan yang tepat dan cepat dapat meminimalisir komplikasi yang mungkin terjadi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 09 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
Penyakit Yang Biasa Muncul Setelah Lebaran<\/a><\/h3>
Kita baru saja melewati hari raya idul fitri yang ke 1443 H, dimana hari raya idul fitri atau lebaran selalu dirayakan dengan penuh suka cita. Selain karena hanya terjadi sekali dalam satu tahun, momen ini juga merupakan waktu terbaik untuk melakukan banyak hal. Apalagi ditambah dengan sajian khas lebaran yang biasanya dipenuhi dengan lemak dan santan. \n\n Tapi hati-hati! Kebiasaan yang salah saat lebaran ternyata bisa memicu sejumlah penyakit menyerang. Apalagi kalau ditambah dengan kebiasaan makan yang buruk selama hari raya tersebut. Lantas, apa saja penyakit yang biasa muncul setelah lebaran dan bagaimana cara mengatasinya? \n\n \n Kolesterol Tinggi \n \n\n Menu makanan yang identik dengan hari raya Idulfitri adalah opor ayam, ketupat, hingga rendang. Hidangan tersebut tentu sangat menggoda untuk disantap. Tapi kamu sebaiknya bisa membedakan bahwa tubuh benar-benar lapar dan membutuhkan makan atau sekadar “lapar mata”. Hal itu berguna untuk mencegah naiknya kadar kolesterol jahat. \n\n Sebab jenis-jenis makanan lebaran tersebut nyatanya bisa memicu naiknya kadar kolesterol. Selain membatasi makanan berlemak dan santan, naiknya kadar kolesterol juga bisa dicegah dengan tetap mengonsumsi buah dan sayuran. Karena makanan tersebut bisa memberi efek kenyang yang lebih lama sehingga mencegah keinginan untuk makan secara berlebih. \n\n 2. Diare \n\n Pola makan yang buruk saat lebaran juga bisa memicu penyakit diare. Yaitu masalah buang air besar yang menyebabkan proses tersebut terjadi secara tidak normal. Misalnya buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari dengan feses atau kotoran yang cenderung lunak atau cair. Gejala ini biasanya juga dibarengi dengan demam, mual, muntah, perut kembung, hingga rasa nyeri pada perut. \n\n Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan diare mulai dari mengonsumsi makanan yang kurang bersih, makanan terlalu pedas, hingga jenis makanan yang bisa mengiritasi lambung seperti makanan asam, berminyak, dan minuman bersoda. \n\n Jika diare sudah terlanjur menyerang, pastikan untuk selalu memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit yang dibutuhkan tubuh. Mengganti cairan tubuh yang hilang bisa dilakukan dengan minuman cairan oralit atau air putih. \n\n 3. Nyeri Otot \n\n Saat lebaran, nyeri otot menjadi salah satu penyakit yang berisiko menyerang. Nyeri otot biasanya terjadi saat seseorang melakukan aktivitas fisik yang cukup tinggi. Momen lebaran memang kerap diisi dengan bersilaturahmi dan mengisi waktu liburan dengan mengunjungi tempat wisata bersama keluarga. \n\n Hal ini yang kemudian bisa menjadi pemicu terjadinya nyeri pada bagian tubuh tertentu. Biasanya nyeri otot bisa hilang dengan sendirinya dengan beristirahat yang cukup. Jadi, pastikan untuk mengetahui batasan diri sehingga terhindar dari penyakit yang satu ini. \n\n 4. Hipertensi \n\n Hipertensi alias tekanan darah tinggi juga menjadi ancaman. Penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah di atas batas normal ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah kebiasaan mengonsumsi garam secara berlebihan. \n\n Saat lebaran, anda mungkin akan menemukan sejumlah hidangan dengan rasa asin yang lebih menonjol. Selain masalah selera, tak dapat dimungkiri bahwa garam memang bisa menambah rasa makanan. Tapi tetap harus waspada risiko hipertensi, ya! \n\n Sakit saat libur lebaran dan butuh obat segera? Pakai aplikasi Halo Hermina saja! anda bisa berkonsultasi secara online dengan dokter kami , lebih mudah dan obat bisa diantar. Yuk, download segera di Mobile App Hermina Tbk di Store dan Google Play!. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 20 April 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Berbagai Jenis Penyakit Saraf Ini<\/a><\/h3>
Tahukah anda apa saja jenis penyakit saraf ?, ada berbagai jenis penyakit saraf yang bisa dialami seseorang, tergantung pada usia dan faktor pemicunya. Hingga saat ini, penyakit saraf masih menjadi salah satu penyebab disabilitas dan kematian yang paling umum di dunia. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk mengenal penyakit ini sejak dini. \n\n Penyakit saraf adalah semua gangguan yang terjadi pada sistem saraf tubuh, meliputi otak dan sumsum tulang belakang (sistem saraf pusat), serta saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan seluruh organ tubuh (sistem saraf perifer). \n\n Sistem saraf dalam tubuh bisa mengalami gangguan akibat berbagai faktor, mulai dari trauma, infeksi, tumor, gangguan sistem kekebalan tubuh, hingga kelainan aliran darah. Ketika terjadi penyakit pada sistem saraf, penderitanya bisa kesulitan untuk bergerak, berbicara, berpikir, bahkan hilang ingatan. \n\n Berbagai Jenis Penyakit Saraf \n\n Beberapa gangguan yang mungkin terjadi pada sistem saraf antara lain: \n\n 1. Meningitis \n\n Meningitis atau radang selaput otak adalah salah satu jenis penyakit saraf yang kerap dialami seseorang, terutama pada bayi, anak-anak, dan remaja. Peradangan pada selaput otak ini umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, tetapi bisa juga terjadi akibat penyakit non-infeksi, seperti alergi obat atau sarkiodosis. \n\n Penderita meningitis biasanya mengalami beberapa gejala seperti sakit kepala yang hebat, demam tinggi, dan leher kaku. Apabila penyakit ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, meningitis bisa mengakibatkan kerusakan permanen pada otak dan memicu komplikasi seperti kejang dan gagal ginjal. \n\n 2. Stroke \n\n Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular penyebab kematian terbesar di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit saraf ini terjadi karena terganggunya pasokan darah ke otak akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. \n\n Kondisi ini menyebabkan jaringan otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Ketika sel-sel otak mulai rusak, penderita stroke dapat mengalami beberapa gejala, seperti mati rasa pada wajah, kesulitan dalam berbicara, berjalan, dan melihat, sakit kepala yang hebat, bahkan kelumpuhan. \n\n 3. Multiple Sclerosis \n\n Penyakit sklerosis ganda atau multiple sclerosis adalah jenis penyakit saraf yang berisiko tinggi mengenai otak dan sumsum tulang belakang. Faktanya, penyakit saraf ini merupakan penyebab kecacatan paling umum pada orang-orang berusia 20–30 tahun. \n\n Multiple sclerosis bisa memengaruhi penglihatan, gerakan lengan atau kaki, dan keseimbangan tubuh penderitanya. Gejala awal yang bisa dirasakan adalah kelelahan, kesemutan, mati rasa, penglihatan kabur, dan otot kaku. \n\n Penyebab multiple sclerosis sejauh ini belum diketahui secara pasti. Namun, penyakit ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun. Dalam kasus ini, sistem kekebalan tubuh menyerang zat lemak yang melapisi saraf di otak dan sumsum tulang belakang. \n\n \n Epilepsi \n \n\n Epilepsi atau yang biasa disebut dengan ayan adalah penyakit saraf akibat aktivitas listrik otak yang tidak normal. Penyakit ini bisa menyebabkan penderita mengalami kejang yang berulang tanpa pemicu yang jelas. \n\n Kelainan pada aktivitas listrik otak bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain trauma di kepala, gula darah yang sangat rendah, demam tinggi, dan pengaruh alkohol. \n\n Gejala kejang yang dialami penderita epilepsi biasanya berupa gerakan tangan dan kaki yang tak terkendali atau aneh dan berulang, kehilangan kesadaran, serta kebingungan. \n\n 5. Bell’s Palsy \n\n Bell’s palsy adalah penyakit saraf yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan sementara pada otot-otot di wajah. Kondisi ini terjadi ketika saraf perifer yang mengontrol otot wajah mengalami peradangan, pembengkakan, atau penekanan. \n\n Pada Bell’s palsy, satu sisi wajah penderitanya akan menjadi kaku, sehingga ia kesulitan tersenyum atau menutup mata. Dalam sebagian besar kasus, gejala bersifat sementara dan akan hilang setelah beberapa minggu. \n\n Selain yang disebutkan di atas, tumor otak atau tumor sumsum tulang belakang, ALS, neuropati perifer, penyakit Parkinson, penyakit saraf motorik, dan penyakit Alzheimer juga termasuk jenis penyakit saraf yang bisa terjadi. \n\n Penyakit saraf merupakan penyakit yang cukup berbahaya yang bisa memengaruhi kualitas hidup penderitanya, bahkan bisa mengancam nyawa. Jadi, bila Anda mengalami gejalanya atau berisiko tinggi terkena penyakit saraf, berkonsultasilah dengan dokter untuk menjalani pemeriksaan dan mendapatkan penanganan yang tepat. \n\n Credit @Allodokter. \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 11 April 2022<\/li><\/ul><\/div>
Operasi Katarak, Ini yang Harus Anda Ketahui<\/a><\/h3>
Operasi katarak adalah prosedur bedah yang dilakukan untuk mengangkat lensa mata yang keruh dan menggantinya dengan lensa buatan. Secara umum, operasi katarak merupakan prosedur yang aman dan jarang menimbulkan komplikasi. \n\n Pada kondisi normal, lensa mata akan berwarna bening karena sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk meneruskan cahaya ke dalam retina. Jika seseorang menderita katarak, lensa matanya menjadi keruh dan kekeruhannya akan bertambah secara perlahan. \n\n Katarak dapat menyebabkan penderitanya sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena pandangan yang terganggu. \n\n Belum ada obat-obatan yang dapat mengatasi katarak atau mencegah kondisi ini bertambah buruk. Operasi katarak merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki penglihatan penderita katarak. \n\n Indikasi Operasi Katarak \n\n Jika katarak masih tergolong ringan dan belum menyebabkan gangguan penglihatan yang signifikan, operasi katarak biasanya belum disarankan. Dokter akan menyarankan prosedur ini saat sudah muncul gejala katarak berikut ini: \n\n \n Gangguan penglihatan pada malam hari \n Penglihatan kabur \n Sulit membedakan warna \n Sensitif terhadap sinar \n Terdapat lingkaran cahaya ketika melihat sumber cahaya, seperti lampu \n Rabun Jauh \n Penglihatan ganda \n \n\n Meski umumnya digunakan untuk mengatasi katarak, prosedur ini juga dapat dilakukan untuk menangani gangguan lain pada mata, seperti: \n\n \n Degenerasi Makula, yang ditandai dengan pandangan buram pada bagian tengah penglihatan \n Retinopati diabetik, yaitu komplikasi pada mata akibat penyakit diabetes \n \n\n Peringatan Operasi Katarak \n\n Beri tahu dokter jika Anda memiliki gangguan lain pada mata, terutama glukoma atau degenerasi makula, karena kondisi tersebut mungkin perlu diatasi dulu sebelum operasi katarak. Alasannya, jika ada penyakit atau gangguan lain pada mata, hasil operasi katarak dalam memperbaiki kualitas penglihatan bisa jadi tidak optimal. \n\n Anda juga perlu memberi tahu dokter mata terkait obat, suplemen, dan produk herbal yang sedang Anda gunakan, karena mungkin penggunaannya perlu dihentikan dulu selama beberapa hari atau beberapa minggu sebelum operasi katarak. \n\n Sebelum Operasi Katarak \n\n Sebelum operasi katarak, pasien akan menjalani pemeriksaan USG mata untuk mengukur bentuk dan ukuran bola mata. Tujuannya adalah untuk memperkirakan ukuran lensa buatan atau intraocular lens (IOL) yang akan dipasang di mata pasien saat operasi katarak. \n\n Berdasarkan pengukuran bola mata, dokter akan memberitahukan jenis-jenis lensa yang nantinya bisa digunakan untuk operasi katarak. Dokter juga akan memberitahukan risiko dan manfaat dari operasi katarak, serta kemungkinan penggunaan kacamata setelah operasi. \n\n Berikut ini adalah jenis-jenis lensa mata buatan yang dapat dipasang untuk menggantikan lensa mata yang mengalami katarak: \n\n Lensa monofokal \n\n Lensa monofokal merupakan jenis lensa buatan yang paling sering digunakan pada operasi katarak. Lensa monofokal hanya memiliki titik fokus pada jarak tertentu saja dan tidak bisa mengobati astigmastisme (mata silinder) akibat bentuk kornea yang tidak rata. \n\n Pasien yang menggunakan lensa monofokal biasanya diharuskan menggunakan kacamata untuk membantu penglihatan atau mengoreksi astigmatisme. \n\n Lensa multifokal \n\n Lensa ini dapat membantu pasien melihat benda-benda dengan jarak yang berbeda, baik jarak dekat, menengah, maupun jauh. Akan tetapi, lensa multifokal tidak dapat mengobati astigmatisme, sehingga pasien tetap membutuhkan kacamata setelah menjalani operasi. \n\n Lensa multifokal juga dapat menyebabkan penggunanya mudah silau dan kontras warna yang terlihat menjadi berkurang. \n\n Lensa torik \n\n Lensa torik merupakan lensa buatan yang dapat mengatasi astigmatisme. Lensa torik juga dapat membantu pasien melihat benda-benda jarak jauh, tapi tetap harus menggunakan kacamata untuk melakukan aktivitas tertentu, seperti membaca dan menulis. \n\n Agar dapat berfungsi secara optimal, lensa torik harus dipasang dengan spesifikasi tertentu pada mata pasien. \n\n Setelah pemeriksaan dilakukan dan lensa sudah dipilih, pasien biasanya akan diminta untuk berpuasa selama 1 hari sebelum menjalani operasi katarak. Pasien juga akan diminta untuk ditemani anggota keluarga, agar proses pemulihan pascaoperasi yang dijalani pasien nanti dapat dibantu oleh keluarga. \n\n Prosedur Operasi Katarak \n\n Umumnya, keseluruhan proses operasi katarak memakan waktu 30–45 menit. Selama operasi katarak, pasien akan tetap sadar dan membuka matanya hingga operasi selesai. Jika pasien tegang atau cemas sebelum menjalani operasi, dokter dapat memberikan obat penenang. \n\n Untuk memudahkan operasi, dokter akan meneteskan obat khusus yang berfungsi melebarkan pupil. Setelah pupil melebar, dokter akan memberikan bius lokal pada mata, sehingga bola mata akan mati rasa dan pasien tidak merasakan sakit selama operasi. \n\n Dokter juga akan membersihkan kulit di sekitar mata dan kelopak mata, serta meletakkan kain steril di atas kepala dan sekitar mata pasien. Spekulum (alat penyangga) akan dipasangkan pada kelopak mata untuk memastikan mata pasien tetap terbuka selama operasi. \n\n Pada operasi katarak, lensa yang sudah keruh akan dihancurkan dengan alat khusus. Setelah hancur, lensa tersebut diangkat dari bola mata dan diganti dengan lensa buatan (IOL). Namun, pada beberapa kasus, tidak diperlukan penggantian dengan lensa buatan. \n\n Ada beberapa teknik dalam operasi katarak yang dapat digunakan untuk menghancurkan lensa yang rusak, yaitu: \n\n 1. Phacoemulsification \n\n Teknik ini dilakukan dengan cara menghancurkan lensa yang mengalami katarak dengan gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound). \n\n Caranya, pada bola mata yang sudah dilebarkan pupilnya, dokter akan membuat sayatan kecil di tepi kornea. Melalui sayatan ini, alat khusus yang dapat memancarkan gelombang ultrasound dimasukkan ke dalam bola mata hingga mencapai lensa. \n\n Gelombang suara dari alat tersebut dapat menghancurkan lensa yang mengalami katarak, lalu lensa yang sudah hancur akan dikeluarkan dari bola mata menggunakan alat lain. Selanjutnya, lensa buatan dipasang di lokasi lensa yang lama. \n\n Setelah operasi, luka sayatan yang dibuat dokter di tepi kornea mata akan tertutup dengan sendirinya (self-healing). \n\n 2. Teknik laser \n\n Prinsip operasi katarak dengan teknik laser hampir mirip dengan phacoemulsification. Perbedaannya adalah pada proses pembuatan sayatan dan penghancuran lensa. \n\n Pada teknik laser, dokter menggunakan sinar laser untuk membuat sayatan pada tepi kornea dan menghancurkan lensa mata yang sudah keruh. \n\n Lensa yang telah hancur kemudian dikeluarkan dengan cara disedot dan lensa baru akan dipasang di tempat lensa yang lama. Setelah selesai, luka sayatan akan tertutup dengan sendirinya. \n\n 3. Operasi katarak ekstrakapsular \n\n Teknik ini dilakukan dengan mengangkat satu lensa mata secara utuh dan menyisakan kapsul belakang lensa untuk menjadi tempat pemasangan lensa buatan. Teknik ekstrakapsular biasanya digunakan jika katarak yang terbentuk cukup padat sehingga tidak bisa dihancurkan. \n\n Dibandingkan teknik phacoemulsification, sayatan yang dibuat pada teknik ini biasanya lebih banyak dan pemulihan setelah operasinya juga membutuhkan waktu lebih lama. \n\n 4. Operasi katarak intrakapsular \n\n Teknik operasi ini dilakukan dengan cara membuat sayatan berukuran besar, kemudian mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya dari mata. Setelah itu, lensa baru dipasangkan di lokasi yang sama dengan lensa lama atau di lokasi baru, biasanya di depan iris. \n\n Secara umum, operasi katarak memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Pada sebagian besar pasien yang menjalani operasi katarak, penglihatan dapat kembali normal dan tidak kabur. \n\n Jika pasien mengalami katarak di kedua matanya, dokter akan melakukan operasi katarak pada salah satu mata terlebih dahulu. Setelah mata tersebut sembuh, baru dilakukan operasi pada mata lainnya. \n\n Setelah Operasi Katarak \n\n Setelah operasi katarak, biasanya pasien boleh langsung pulang di hari yang sama, tetapi tidak boleh menyetir sendiri. Penglihatan pasien masih terasa kabur setelah operasi dan akan mengalami perbaikan dalam beberapa hari, ditandai dengan warna yang terlihat lebih jelas. \n\n Usai operasi, pasien mungkin akan merasa tidak nyaman dan gatal di bagian mata yang dioperasi. Hal ini wajar. Hindari menggaruk atau mengucek mata karena dapat menimbulkan komplikasi. \n\n Untuk melindungi mata pasien, dokter akan memasangkan perban atau pelindung mata. Dokter juga akan menjadwalkan pasien untuk kontrol setelah operasi, agar pemulihannya dapat dipantau. \n\n Selama masa pemulihan, pasien perlu meneteskan obat tetes mata yang diresepkan oleh dokter untuk menghindariinfeksi dan peradangan, serta mengendalikan tekanan pada mata. \n\n Rasa tidak nyaman atau gatal pada mata biasanya akan hilang dalam beberapa hari, dan mata akan pulih sekitar 8 minggu setelah operasi. Jika pasien memerlukan kacamata setelah operasi katarak, dokter akan memberikan resep lensa kacamata. \n\n Pasien harus segera memberi tahu dokter jika selama masa pemulihan mengalami hal-hal berikut: \n\n \n Mata merah \n Kelopak mata bengkak \n Rasa sakit tidak hilang meskipun sudah diberikan obat pereda nyeri \n Penglihatan berkunang-kunang \n Terdapat bayangan seperti noda yang tampak melayang dan menghalangi penglihatan \n Kehilangan Penglihatan \n \n\n Komplikasi Operasi Katarak \n\n Operasi katarak merupakan prosedur yang tergolong aman dan jarang menimbulkan komplikasi. Meski demikian, seperti juga tindakan bedah lainnya, operasi katarak dapat menimbulkan komplikasi, seperti: \n\n \n Peradangan dan infeksi mata \n Peningkatan tekanan bola mata \n Turunnya kelopak mata sehingga mata terlihat mengantuk \n Perdarahan \n Kapsul belakang lensa robek \n Kapsul belakang lensa keruh \n Lensa buatan terlepas \n Abasi Retina \n Glaukoma \n Kebutaan \n \n\n Risiko terjadinya komplikasi akibat operasi katarak akan meningkat jika pasien menderita penyakit lain pada mata. \n\n Selain itu, pasien yang sudah menjalani operasi katarak juga bisa saja mengalami katarak lagi. Kondisi ini disebut katarak sekunder dan terjadi akibat kapsul lensa yang tidak ikut diangkat saat operasi mengalami kekeruhan. Katarak sekunder dapat diatasi dengan melakukan operasi katarak ulang. \n\n Untuk melindungi mata pasien, dokter akan memasangkan perban atau pelindung mata. Dokter juga akan menjadwalkan pasien untuk kontrol setelah operasi, agar pemulihannya dapat dipantau. \n\n Selama masa pemulihan, pasien perlu meneteskan obat tetes mata yang diresepkan oleh dokter untuk menghindariinfeksi dan peradangan, serta mengendalikan tekanan pada mata. \n\n Rasa tidak nyaman atau gatal pada mata biasanya akan hilang dalam beberapa hari, dan mata akan pulih sekitar 8 minggu setelah operasi. Jika pasien memerlukan kacamata setelah operasi katarak, dokter akan memberikan resep lensa kacamata. \n\n Pasien harus segera memberi tahu dokter jika selama masa pemulihan mengalami hal-hal berikut: \n\n \n Mata merah \n Kelopak mata bengkak \n Rasa sakit tidak hilang meskipun sudah diberikan obat pereda nyeri \n Penglihatan berkunang-kunang \n Terdapat bayangan seperti noda yang tampak melayang dan menghalangi penglihatan \n Kehilangan Penglihatan \n \n\n Komplikasi Operasi Katarak \n\n Operasi katarak merupakan prosedur yang tergolong aman dan jarang menimbulkan komplikasi. Meski demikian, seperti juga tindakan bedah lainnya, operasi katarak dapat menimbulkan komplikasi, seperti: \n\n \n Peradangan dan infeksi mata \n Peningkatan tekanan bola mata \n Turunnya kelopak mata sehingga mata terlihat mengantuk \n Perdarahan \n Kapsul belakang lensa robek \n Kapsul belakang lensa keruh \n Lensa buatan terlepas \n Abasi Retina \n Glaukoma \n Kebutaan \n \n\n Risiko terjadinya komplikasi akibat operasi katarak akan meningkat jika pasien menderita penyakit lain pada mata. \n\n Selain itu, pasien yang sudah menjalani operasi katarak juga bisa saja mengalami katarak lagi. Kondisi ini disebut katarak sekunder dan terjadi akibat kapsul lensa yang tidak ikut diangkat saat operasi mengalami kekeruhan. Katarak sekunder dapat diatasi dengan melakukan operasi katarak ulang. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 26 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Hati-Hati, Nyeri Sendi Bisa Jadi Saraf Kejepit<\/a><\/h3>
Saraf kejepit dapat menimbulkan berbagai gejala, dan salah satunya adalah nyeri sendi yang tak tertahankan. Rasa sakit pada sendi tersebut dapat muncul di berbagai bagian tubuh dan biasanya juga diikuti gejala lain, seperti kebas atau kesemutan. \n\n Saraf kejepit merupakan kondisi ketika saraf menerima tekanan berlebih dari jaringan sekitarnya. Jaringan tersebut dapat berupa jaringan otot, tendon, tulang, atau tulang rawan. Karena saraf menjalar sepanjang tubuh, saraf kejepit juga bisa terjadi di berbagai lokasi dalam tubuh. \n\n Gejala Saraf Kejepit \n\n Saraf kejepit sering kali dianggap sebagai nyeri sendi biasa. Namun, ada beberapa gejala yang menunjukkan bahwa Anda mengalami saraf kejepit, di antaranya: \n\n \n Mati rasa atau berkurangnya sensasi di area yang dilalui oleh saraf \n Munculnya rasa nyeri yang tajam atau seperti terbakar \n Kesemutan \n Otot terasa lemah \n Kaki dan tangan sering kali sulit digerakkan \n \n\n Gejala saraf kejepit ini dapat memburuk saat Anda tertidur. Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter jika gejala di atas berlangsung selama beberapa hari dan tak kunjung sembuh meski sudah beristirahat atau mengonsumsi obat pereda nyeri. \n\n Penyebab Terjadinya Saraf Kejepit \n\n Beberapa posisi tubuh dapat meningkatkan tekanan di sekitar saraf, seperti bertumpu pada siku atau kebiasaan menyilangkan kaki dalam waktu lama. Selain itu, ada pula beberapa kondisi yang dapat menyebabkan saraf kejepit, di antaranya: \n\n \n Herniasi diskus, suatu kondisi yang terjadi akibat bantalan tulang belakang bergeser dari tempat yang seharusnya \n Rheumatoid arthritis atau peradangan pada sendi \n Stenosis spinal, yaitu penyempitan yang tidak normal pada tulang belakang \n Carpal Tunnel Syndrome, kondisi ini terjadi ketika saraf median di pergelangan tangan tertekan \n \n\n Cedera, memar, atau kondisi lain yang menyebabkan pembengkakan juga bisa memicu terjadinya saraf kejepit. \n\n Selain berbagai kondisi di atas, ada pula kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami saraf kejepit, antara lain: \n\n \n Wanita, karena memiliki tulang jari dan telapak tangan yang lebih kecil \n Orang yang sering menggunakan pergelangan tangan atau bahunya secara berulang \n Orang yang mengalami kegemukan dan edema \n Penderita penyakit terkait kelenjar tiroid, seperti hipotiroidisme \n Ibu hamil \n Penderita diabetes \n Orang yang sering berbaring dalam waktu yang lama \n \n\n Cara Mengobati Saraf Kejepit \n\n Untuk menangani saraf kejepit, hal pertama yang bisa dilakukan adalah mengurangi aktivitas pada bagian tubuh yang terdampak. Penderita sebaiknya menghentikan aktivitas yang diduga sebagai penyebab dan bisa memperburuk tekanan pada saraf. \n\n Jika saraf kejepit disebabkan oleh carpal tunnel syndrome, pemakaian pembebat pada tangan akan direkomendasikan oleh dokter. Pembebat harus digunakan setiap saat, bahkan saat tidur sekalipun. \n\n Selain cara di atas, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan, antara lain: \n\n Fisioterapi \n\n Untuk menangani saraf kejepit ,fisioterapi diperlukan untuk memperkuat otot-otot di daerah yang mengalami saraf kejepit. Latihan memperkuat otot diperlukan guna mengurangi tekanan pada saraf. \n\n Pemberian obat penghilang nyeri \n\n Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen atau naproxen, bisa diberikan untuk meredakan rasa sakit. Dokter juga dapat memberikan suntikan kortikosteroid untuk mengurangi peradangan dan rasa nyeri. \n\n Operasi \n\n Saraf kejepit yang berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan dan tidak membaik meski sudah diberikan perawatan di atas, bisa diatasi dengan operasi. Jenis operasi yang dilakukan tergantung pada lokasi yang sakit, misalnya perbaikan herniasi diskus. \n\n Meski saraf kejepit terkadang sulit dihindari, tetapi ada berbagai langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko terjadinya saraf kejepit, seperti menjaga berat badan, berolahraga secara teratur, berhenti merokok, dan menjaga postur tubuh saat tidur atau beraktivitas. \n\n Diagnosis sedini mungkin dapat membuat penanganan saraf kejepit lebih mudah dan hasilnya pun lebih baik. Oleh karena itu, bila Anda mengalami gejala saraf kejepit, segera periksakan diri ke dokter untuk memastikannya dan mendapatkan penanganan yang tepat. \n\n credit to Allodokter. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 02 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
VERTIGO<\/a><\/h3>
Pengertian Vertigo \n\n Vertigo adalah gejala yang menyebabkan seseorang mengalami sensasi pusing berputar yang muncul secara tiba-tiba. Pada kondisi yang parah, gejala vertigo bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Sebab, vertigo bisa menyebabkan hilang keseimbangan dan disorientasi. Serangan vertigo bahkan bisa menyebabkan pengidapnya sampai terjatuh. \n\n Saat vertigo menyerang, hal yang dirasakan bisa bervariasi, seperti pusing ringan dan muncul secara berkala. Serangan vertigo yang parah biasanya memiliki durasi yang lama dan bisa berlangsung selama beberapa hari sehingga pengidapnya tidak bisa beraktivitas secara normal. \n\n Faktor Risiko Vertigo \n\n Ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami vertigo, yaitu: \n\n \n \n Berusia lebih dari 50 tahun. \n \n \n Wanita. \n \n \n Pernah atau sedang mengidap luka di kepala. \n \n \n Sering menggunakan obat-obatan tertentu. \n \n \n Ada anggota keluarga yang memiliki riwayat vertigo. \n \n \n Mengalami infeksi pada telinga. \n \n \n Sedang stres berat. \n \n \n Sering mengonsumsi alkohol. \n \n \n\n Penyebab Vertigo \n\n Penyebab utama vertigo adalah gangguan pada telinga bagian dalam. Hal ini kemudian memicu masalah mekanisme keseimbangan tubuh. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan vertigo, di antaranya: \n\n \n \n Perubahan posisi secara tiba-tiba. \n \n \n Migrain atau sakit kepala tidak tertahankan. \n \n \n Stroke. \n \n \n Penyakit Meniere, gangguan yang menyerang telinga bagian dalam. \n \n \n Vestibular neuronitis, inflamasi saraf vestibular pada telinga bagian dalam. \n \n \n Gangguan pada otak, misalnya tumor. \n \n \n Obat-obatan tertentu yang menyebabkan kerusakan telinga. \n \n \n Trauma atau luka di kepala dan leher. \n \n \n\n \n\n Gejala Vertigo \n\n Gejala yang umum terjadi saat seseorang mengalami vertigo adalah pusing berputar yang diikuti dengan telinga berdengung. Hal ini bisa memicu mual dan muntah. Jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, pengidap vertigo bisa terjatuh karena kehilangan keseimbangan dan tidak bisa berdiri. Apabila telah berbaring dan menutup mata, pengidap juga akan tetap merasa tubuhnya berputar dan rasa berdebar hingga dapat memicu pingsan. \n\n Serangan awal vertigo biasanya berlangsung selama beberapa jam saja. Namun, jika tidak segera ditangani, vertigo akan selalu kambuh yang dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke. \n\n Pengobatan Vertigo \n\n Perlu diketahui, vertigo bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari suatu masalah kesehatan pada tubuh. Vertigo bisa muncul sebagai tanda penyakit tertentu. Maka dari itu, penanganan vertigo dilakukan tergantung pada penyakit yang menjadi penyebabnya. Beberapa kasus vertigo bisa sembuh tanpa pengobatan, karena otak berhasil beradaptasi dengan perubahan pada telinga bagian dalam. \n\n Vertigo membutuhkan langkah pengobatan khusus apabila disebabkan oleh: \n\n \n \n Manuver Epley untuk menangani BBPV. \n \n \n Obat-obatan. \n \n \n Melakukan terapi rehabilitasi vestibular yang bertujuan untuk membantu otak beradaptasi dengan sinyal membingungkan dari telinga. \n \n \n\n Penanganan vertigo juga bisa dilakukan di rumah selama gejala masih belum parah. Pengobatan rumahan dilakukan dengan pijatan ringan di sekitar area kepala, minum teh jahe, konsumsi kacang almond, atau konsumsi campuran cuka apel dengan madu. Jangan lupa untuk memenuhi asupan cairan tubuh agar tubuh tidak dehidrasi. \n\n Pencegahan Vertigo \n\n Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah gejala-gejala vertigo muncul, yaitu: \n\n \n \n Menghindari gerakan secara tiba-tiba agar tidak terjatuh. \n \n \n Segera duduk jika vertigo menyerang. \n \n \n Gunakan beberapa bantal agar posisi kepala saat tidur menjadi lebih tinggi. \n \n \n Gerakkan kepala secara perlahan-lahan. \n \n \n Hindari gerakan kepala mendongak, berjongkok, atau tubuh membungkuk. \n \n \n Bagi pengidap penyakit Meniere, batasi konsumsi garam dalam menu sehari-hari. \n \n \n\n Kapan Harus ke Dokter? \n\n Segera hubungi dokter jika mengalami gejala-gejala yang telah dipaparkan tadi. Download dan gunakan aplikasi Halo Hermina untuk memudahkan tanya jawab dengan dokter atau membuat janji jika harus berobat ke rumah sakit Hermina terdekat. Penanganan yang tepat dan cepat dapat meminimalkan komplikasi yang mungkin terjadi. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 18 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Serangan Jantung di Usia Muda<\/a><\/h3>
Serangan Jantung bukan hanya penyakit yang rentan menimpa orangtua saja lho. Meski semakin menua risiko mengidap serangan jantung akan semakin tinggi, tetapi penyakit berbahaya yang satu ini juga umum dijumpai pada anak muda yang tidak mempraktikkan pola hidup sehat. Lantas, apa saja hal-hal yang menjadi penyebab serangan jantung di usia muda? \n\n Serangan Jantung di Usia Muda, Ini yang Jadi Penyebabnya \n\n Arteri koroner merupakan salah satu jenis pembuluh darah jantung yang memiliki peran penting. Dalam pembuluh ini, terdapat sirkulasi darah yang kaya akan oksigen ke semua organ dalam tubuh, salah satunya adalah jantung. Jika arteri koroner tersebut menyempit atau tersumbat, maka aliran darah menuju jantung akan berkurang, atau bahkan berhenti sama sekali. Jika sudah begitu, serangan jantung tidak dapat dihindari. Berikut ini sejumlah penyebab serangan jantung di usia muda: \n\n \n Mengidap Diabetes Tipe 2 \n \n\n Diabetes tipe 2 menjadi salah satu penyakit yang berperan penting dalam meningkatkan risiko serangan jantung pada anak muda. Penyebabnya sendiri tidak lain adalah karena pola makan yang salah, yang memicu tubuh memiliki berat badan berlebihan, dan muncul serangkaian gejala diabetes tipe 2. Selain karena pola makan yang berantakan, penyakit ini dipicu oleh gaya hidup yang kurang aktif dan malas bergerak. \n\n \n Memiliki Kebiasaan Merokok \n \n\n Merokok aktif menjadi berbagai pemicu masalah kesehatan pada tubuh, karena kandungan buruk di dalamnya. Bukan hanya dapat merusak organ sehat paru-paru saja, rokok juga dapat merusak kerja normal organ jantung. Merokok menjadi salah satu penyebab serangan jantung di usia muda, karena kandungan dua bahan kimia berbahaya dalam rokok yang mampu merusak jantung, yaitu nikotin dan karbon monoksida. \n\n \n Memiliki Kebiasaan Mengonsumsi Alkohol \n \n\n Mengonsumsi alkohol secara berlebihan menjadi salah satu penyebab serangan jantung di usia muda, karena dapat memicu proses penuaan pembuluh darah arteri dengan lebih cepat. Jika sudah begitu, pembuluh darah tidak lagi elastis, sehingga menyebabkan gangguan peredaran darah menuju organ jantung. \n\n Jika anda memiliki kebiasaan malas bergerak, coba untuk mengubahnya sedikit demi sedikit. Bergerak aktif bukan hanya baik untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh saja, tetapi juga dapat menurunkan kolesterol dalam tubuh yang menjadi salah satu penyebab serangan jantung di usia muda. \n\n \n Mengidap Tekanan Darah Tinggi \n \n\n Tekanan darah tinggi bukan hanya dapat dialami oleh seseorang yang lanjut usia saja, tetapi juga bisa dialami oleh anak muda. Penyebabnya sendiri adalah perubahan hormon selama masa pubertas yang menyebabkan peningkatan sementara pada tekanan darah, ditambah gaya hidup tidak sehat yang dijalani. Jika sudah begitu, tekanan darah tinggi akan berisiko memicu munculnya berbagai macam penyakit kardiovaskular. Konsultasikan dengan dokter bila anda mengalami gangguan kesehatan jantung. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 18 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 02 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 11 April 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 20 April 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 22 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>