- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 14 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Penyebab dan Gejala Sinusitis<\/a><\/h3>
Sinusitis adalah peradangan di lapisan sinus yang umumnya ditandai dengan pilek, hidung tersumbat, dan nyeri di area wajah. Kondisi ini bisa berlangsung dalam hitungan minggu, bulan, atau bahkan tahun. \n\n Sinus merupakan rongga kecil yang saling terhubung melalui saluran udara di dalam tulang tengkorak. Rongga kecil ini terletak di bagian belakang tulang dahi (frontal), bagian dalam struktur tulang pipi (maxillary), kedua sisi batang hidung (ethmoidal), dan belakang mata (sphenoidalis). \n\n Sinus menghasilkan lendir yang berfungsi untuk menghentikan alergen, kuman, dan zat lain yang dapat menyebabkan infeksi dan membahayakan kesehatan seseorang. Dengan bantuan dari silia, yang bentuknya sangat kecil seperti rambut, mukus dan zat yang tertangkap oleh mukus akan didorong ke tenggorokan, melewati perut, sampai akhirnya hilang dengan sendirinya.. Sinus juga berfungsi untuk membantu mengendalikan suhu dan kelembapan udara yang dihirup. \n\n Sinusitis memiliki beberapa jenis yang terbagi berdasarkan lama berlangsungnya yaitu: \n\n \n Sinusitis Akut \n \n\n Sinusitis akut terjadi secara tiba-tiba, namun juga tidak bertahan lama. Bahkan, peradangan sinus biasanya hilang dengan sendirinya, atau dapat disembuhkan dengan obat biasa seperti antibiotik dan berlangsung selama 2-4 minggu. \n\n \n Sinusitis Subakut \n \n\n Sinusitis subakut berlangsung selama 4-12 minggu. Ada beberapa penyebab yang dapat membuat seseorang mengalami kondisi sinusitis subakut, seperti infeksi bakteri maupun terpapar alergi. \n\n \n Sinusitis Kronis \n \n\n Sinusitis Kronis biasanya berlangsung lebih dari 12 minggu atau penderita sudah pernah mengidap penyakit ini berkali-kali. Dan kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi, polip hidung, atau kelainan tulang di rongga hidung. \n\n PENYEBAB SINUSITIS \n\n Sinusitis terjadi akibat peradangan dan pembengkakan di lapisan sinus dan hidung. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh virus atau alergi yang memicu sinus untuk menghasilkan lendir lebih banyak. \n\n Lendir yang terlalu banyak bisa menumpuk dan menyumbat saluran hidung. Kondisi tersebut menyebabkan bakteri atau kuman lain berkembang dengan cepat sehingga menimbulkan infeksi. \n\n Sinusitis akut biasanya dapat disebabkan oleh virus flu. Sedangkan sinusitis kronis dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, diantaranya: \n\n \n Alergi, seperti rhinitis alergi, yang dapat menghambat saluran sinus. \n Polip hidung, yang dapat menghambat saluran sinus akibat tumbuhnya jaringan atau massa di dalam hidung. \n Infeksi saluran pernapasan, baik akibat virus maupun bakteri, yang dapat menyebabkan penebalan di lapisan sinus sehingga menghambat saluran hidung. \n Cystic fibrosis, yaitu kelainan genetik yang menyebabkan lendir mengental, kemudian menumpuk dan menyumbat berbagai saluran di dalam tubuh, terutama saluran pernapasan dan pencernaan. \n Kondisi medis lain, seperti daya tahan tubuh lemah. \n \n\n GEJALA SINUSITIS \n\n Gejala sinusitis tergantung dari usia dan jenis sinusitis yang di derita. Pada sinusitis kronis, gejalanya serupa dengan gejala kronis akut tetapi lebih ringan dan berlangsung lebih lama. \n\n Berikut adalah beberapa gejala sinusitis pada orang dewasa: \n\n \n Pilek atau hidung tersumbat yang berlangsung lebih dari 7–10 hari \n Sakit kepala \n Lendir hidung menetes ke tenggorokan (postnasal drip) \n Sakit tenggorokan \n Bau mulut (halitosis) \n Nyeri di wajah \n Ingus berwarna kuning kehijauan \n Penurunan fungsi indra penciuman \n Demam \n Sakit gigi \n Bengkak di sekitar mata yang memburuk pada pagi hari \n \n\n Sedangkan pada anak-anak gejala sinusitis meliputi: \n\n \n Pilek yang berlangsung selama lebih dari 7–10 hari \n Ingus berwarna hijau atau kuning kental, tetapi terkadang bening \n Pembengkakan di area mata \n Batuk, yang memburuk pada malam hari \n Hidung tersumbat sehingga sering bernapas melalui mulut \n Hilang nafsu makan \n Lemas \n Rewel \n \n\n PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN SINUSITIS \n\n Pengobatan sinusitis tergantung pada jenisnya, tetapi umumnya dengan pemberian obat semprot hidung dan obat minum. Jika obat-obatan tidak efektif, dokter akan menyarankan tindakan operasi. \n\n Sinusitis bisa dicegah dengan mengurangi resiko terjadinya kondisi ini yaitu dengan melakukan beberapa upaya berikut: \n\n \n Hindari infeksi saluran pernapasan atas. Minimalkan kontak dengan orang yang sedang pilek. \n Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air, terutama sebelum makan. \n Kelola alergi yang kamu alami dengan dokter. \n Hindari paparan hal-hal yang membuat kamu alergi apabila memungkinkan. \n Hindari asap rokok dan polusi udara. Asap tembakau dan kontaminan udara dapat mengiritasi paru-paru dan saluran hidung. \n \n\n Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami beberapa gejala yang sudah dijelaskan diatas, terutama jika gejala berlangsung lebih dari 10 hari dan demam berlangsung lebih dari 3-4 hari. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 19 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
ADHD Pada Anak, Kenali Gejala dan Cara Penanganannya<\/a><\/h3>
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang menyerang anak. Akibat gangguan ini, anak bisa menjadi hiperaktif, kurang fokus, dan impulsif. Gejala-gejala ini nantinya dapat memengaruhi proses belajar anak hingga cara bersosialisasinya, Kondisi ini dapat berdampak pada prestasi anak di sekolah. Sayangnya, gejala ADHD bervariasi pada setiap anak dan terkadang sulit dikenali. \n\n \n\n PENYEBAB ADHD \n\n Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anak terkena ADHD, antara lain faktor genetik dan lingkungan. ADHD juga diduga berkaitan dengan gangguan pada pola aliran listrik otak atau gelombang otak. \n\n Ada pula yang menganggap bahwa gangguan perilaku hiperaktif pada anak disebabkan oleh sugar rush atau konsumsi gula berlebihan. Namun, hal ini belum terbukti benar. \n\n Setiap anak mungkin mengalami banyak gejala ADHD. Jadi, untuk mendapatkan diagnosis yang akurat, dokter anak harus mengevaluasi anak menggunakan beberapa kriteria. ADHD umumnya didiagnosis pada anak-anak usia 7 tahun atau remaja. Jika orangtua khawatir Si Kecil mengalami ADHD, berikut beberapa gejala yang bisa diketahui. \n\n \n\n GEJALA ADHD \n\n Ada beberapa gejala ADHD yang dapat orangtua ketahui: \n\n 1. Asik dengan Dirinya Sendiri \n\n Anak yang mengalami ADHD biasanya tidak mampu mengenali kebutuhan dan keinginan orang lain. Mereka cenderung lebih fokus dengan dirinya sendiri dan tidak memedulikan orang lain. Misalnya, ketika disuruh untuk menunggu giliran, anak dengan ADHD cenderung sangat tidak sabar dan bahkan bisa mengganggu anak lain. \n\n 2. Suka Menginterupsi \n\n Perilaku berfokus pada diri sendiri dapat menyebabkan seorang anak dengan ADHD mengganggu orang lain saat mereka berbicara atau terlibat dalam percakapan atau permainan yang bukan bagian mereka. \n\n 3. Sulit Mengendalikan Emosi \n\n Anak yang mengidap ADHD mungkin kesulitan mengendalikan emosinya. Mereka bisa meluapkan amarahnya di waktu yang tidak tepat. \n\n 4. Selalu Gelisah \n\n Kebanyakan anak yang mengidap ADHD sering kali tidak bisa duduk diam. Mereka mungkin mencoba untuk bangun dan berlari, gelisah, atau menggeliat di kursinya ketika dipaksa untuk duduk. Kegelisahan dapat menyulitkan anak-anak dengan ADHD untuk bermain dengan tenang atau melakukan aktivitas santai. \n\n 5. Tidak Mampu Menyelesaikan Tugas \n\n Seorang anak dengan ADHD sering menunjukkan minat pada banyak hal berbeda, tetapi ujung-ujungnya mereka sulit atau tidak menyelesaikannya sama sekali. Misalnya, mereka bermain permainan menyusun atau melakukan pekerjaan rumah, ketika sedang mengerjakannya, Si Kecil bisa tiba-tiba beralih ke hal berikutnya yang menarik minat mereka sebelum menyelesaikan tugas sebelumnya. \n\n 6. Kurang Fokus \n\n Anak yang mengidap ADHD cenderung sulit memperhatikan sesuatu, bahkan ketika ada seseorang yang sedang berbicara langsung kepada mereka. Si Kecil mungkin akan berkata bahwa ia mendengarkan perkataan ibu, tetapi ketika disuruh untuk mengulangi, anak tidak akan bisa. \n\n 7. Sering Melakukan Kesalahan \n\n ADHD dapat membuat Si Kecil sulit mengikuti instruksi atau melaksanakan sebuah rencana. Hal ini kemudian dapat membuat anak ceroboh dan menyebabkan kesalahan. Namun, kesalahan yang dibuatnya bukan karena ia malas atau tidak cerdas, melainkan karena kondisi ADHD yang dimilikinya. \n\n 8. Melamun \n\n Tidak semua anak yang mengidap ADHD selalu ribut dan berisik. Sebagian anak mungkin justru lebih pendiam dan sulit bersosialisasi dengan orang lain. Ia bisa saja lebih suka melamun dan mengabaikan apa yang terjadi di sekitarnya. \n\n 9. Sulit Mengatur \n\n Anak dengan ADHD seringkali sulit mengatur tugas dan aktivitasnya. Hal ini dapat menimbulkan masalah di sekolah, karena mereka merasa sulit untuk memprioritaskan pekerjaan rumah, proyek sekolah, dan tugas lainnya. \n\n 10. Pelupa \n\n Anak dengan ADHD bisa jadi pelupa dalam aktivitas sehari-hari. Mereka mungkin lupa mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah dan sering kehilangan barang, seperti mainan. \n\n \n\n Apa yang perlu dilakukan orangtua jika anak alami ADHD? \n\n Anak yang alami ADHD sebenarnya sama saja seperti anak pada umumnya. Mereka butuh cinta dan kasih sayang dari orangtuanya. Hanya saja, mereka butuh perhatian lebih dan pendekatan yang berbeda. Berikut beberapa tips membesarkan anak yang alami ADHD: \n\n \n Beritahu Anak tentang Kondisinya \n \n\n Sebaiknya, jangan rahasiakan tentang ADHD pada anak. Beritahu dan jelaskan pada anak soal kondisi yang mereka alami. Jelaskan bahwa ini bukanlah karena kesalahan atau kenakalan mereka. Dengan begitu, anak akan mengerti dan mulai berusaha mengontrol hal tersebut. \n\n \n Jangan Menuntut Anak \n \n\n Anak yang alami ADHD mungkin lebih tidak konsisten, dibanding anak-anak pada umumnya. Bisa saja hari ini nilai ujian mereka 95, besoknya hanya 60. Hindari menuntut anak menjadi lebih baik, apalagi mempertanyakan mengapa kemarin nilainya bagus, hari ini jelek. Anak yang alami ADHD sebenarnya cerdas. Mereka tentu tahu apa yang harus dilakukan, namun terkadang mereka tidak tahu bagaimana harus memulainya. Inilah yang sering kali disalahartikan orang pada umumnya tentang anak ADHD. \n\n \n Tetap Ajarkan Tanggung Jawab \n \n\n ADHD dapat membuat anak jadi lebih sulit melakukan sesuatu, orangtua tetap perlu tegas dan mengajarkan anak tentang tanggung jawab. Misalnya, jika anak merajuk tidak ingin mengerjakan PR dengan dalih ia anak ADHD, bersikaplah tegas. Beri pemahaman pada anak bahwa PR adalah suatu tanggung jawab yang perlu dikerjakan. Meski sulit, beritahu anak bahwa ia tetap harus melakukannya. \n\n \n Terapkan Aturan dan Konsekuensi secara Perlahan-lahan \n \n\n Bagi anak yang alami ADHD, orangtua akan lebih mudah menerapkan aturan dan konsekuensi secara verbal dan tertulis. Misalnya, orangtua dapat menempel daftar tanggung jawab anak-anak dan aturan di dalam rumah. \n\n Jika ingin memberi rewards pada anak, boleh saja. Namun, jangan memberi iming-iming hadiah pada anak untuk sesuatu yang masih lama, seperti: “Mama akan beliin kamu sepeda kalau kamu juara” Anak yang alami ADHD memiliki masalah untuk merencanakan waktu yang akan datang, sehingga tidak masuk akal kalau menjanjikan hadiah yang baru akan diberikan tahun depan. Sebaiknya, belikan hadiah yang bisa diberikan dalam waktu dekat, seperti diberi izin main game di luar jadwal yang sudah ditentukan. \n\n Orangtua juga perlu menjelaskan tentang konsekuensi pada anak secara jelas. Lalu, terapkan konsekuensi yang sudah dibuat secara perlahan-lahan, tetapi tetap bersikap tegas. Mungkin terkadang, orangtua merasa frustrasi dan lelah menghadapi anaknya. Namun, usahakanlah jangan mendidik anak dengan marah-marah. \n\n \n Bantu Anak Menemukan Kelebihannya \n \n\n Anak yang mengalami ADHD sering dikucilkan. Hal ini dapat membuatnya merasa tidak punya harga diri dan rentan depresi. Anak mungkin akan merasa dirinya tidak bisa melakukan sesuatu yang berguna dan selalu salah. Kemudian jadi mudah kehilangan semangat. \n\n Jika hal ini terjadi, orangtua perlu membangkitkan kembali semangat anak. Cobalah amati dan cari tahu apa yang diminati anak. Selama itu positif, dorong ia untuk menekuninya hingga benar-benar ahli. Jangan lupa berikan pemahaman pada anak bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Lalu, ajak ia bersama-sama menemukan kelebihannya. \n\n \n Jangan Overprotektif \n \n\n Seiring berjalannya waktu, anak yang alami ADHD tentu akan beranjang dewasa. Jadi, mereka perlu belajar untuk mandiri. Meski ingin memastikan semua urusan anak lancar, sesekali, biarkan ia mengambil keputusan dan menyelesaikan masalahnya sendiri, selama itu tidak berbahaya. \n\n Lalu, Bagaimana cara penanganan dan pencegahannya? \n\n Penanganan ADHD bisa dengan obat-obatan atau psikoterapi. Perlu diketahui bahwa orang tua, keluarga, pengasuh, dan guru di sekolah juga membutuhkan bimbingan untuk menghadapi anak dengan ADHD. \n\n ADHD tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tetapi penanganan yang diberikan dapat meredakan gejala dan membantu penderita untuk menjalani hidup dengan normal. \n\n Kemunculan ADHD pada anak memang tidak dapat dicegah. Namun, ibu hamil dapat mengurangi risiko terjadinya ADHD pada anak dengan menjauhi rokok, minuman beralkohol, dan NAPZA, terutama pada masa kehamilan. Selain itu, jauhkan anak dari asap rokok dan paparan zat beracun. \n\n Berikut adalah beberapa gejala dan cara menangani anak penderita ADHD yang dapat diketahui oleh orangtua. Jika orangtua menemui tanda-tanda ini pada sang anak, orangtua dapat langsung membawa anak ke Psikiater atau Psikolog untuk mendapat penanganan lebih lanjut. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 23 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
Apa Itu Golden Period dalam Penanganan Stroke<\/a><\/h3>
Stroke adalah kondisi medis darurat yang terjadi akibat suplai darah ke bagian otak terganggu atau berkurang. Hal ini menyebabkan jaringan otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi sehingga sel-sel otak mulai mati dalam hitungan menit. \n\n Stroke adalah salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan seumur hidup. Stroke mungkin meninggalkan dampak jangka panjang pada kesehatan dan kehidupan. Cara paling baik untuk membantu meminimalkan risiko terjadinya cacat jangka panjang atau kematian adalah memberikan pengobatan dalam golden hour atau golden period. \n\n Sayangnya, kebanyakan orang tidak tahu tentang hal ini. Inilah mengapa tak sedikit pengidap stroke yang berujung mengalami cacat seumur hidup atau bahkan kehilangan nyawa. Sebenarnya, apa itu golden hour atau golden period dalam penanganan stroke? \n\n Golden periode atau golden hour, dalam dunia medis adalah masa ketika nyawa seorang pengidap stroke dapat diselamatkan dengan melakukan penanganan yang tepat sesegera mungkin. \n\n Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua jenis, yaitu: \n\n \n Stroke Iskemik \n \n\n Terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik. \n\n \n Stroke hemoragik \n \n\n Terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang memengaruhi pembuluh darah. Misalnya hipertensi yang tidak terkendali, dinding pembuluh darah yang lemah, dan sedang menjalani pengobatan dengan pengencer darah. Stroke hemoragik terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu perdarahan intraserebral dan subarachnoid. \n\n \n\n Kondisi ini dapat memengaruhi pendengaran, berbicara, makan, bergerak, dan hampir semua proses vital. Inilah sebabnya mengapa perawatan stroke yang tepat selama golden hour sangat krusial bagi nyawa pengidap. \n\n Golden hour atau golden period adalah istilah yang digunakan untuk jangka waktu kehidupan pengidap stroke melalui pengobatan dengan segera. Apabila pengidap stroke mendapatkan bantuan medis dalam periode tersebut, besar kemungkinan ia dapat bertahan dari komplikasi stroke. \n\n Pada penyakit stroke, periode golden hour adalah empat setengah jam setelah seseorang mengalami gejala stroke. Tanpa adanya penanganan pada rentang waktu tersebut, pengidap stroke sangat mungkin mengalami kerusakan otak permanen. \n\n Faktor Risiko \n\n Ada tiga faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke, yaitu faktor kesehatan, gaya hidup, dan faktor lainnya. Selain stroke, berbagai faktor tersebut juga berisiko meningkatkan risiko serangan jantung. \n\n Adapun yang termasuk dalam faktor risiko kesehatan, di antaranya: \n\n \n Hipertensi \n Diabetes. \n Kolesterol tinggi. \n Obesitas. \n Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung, atau aritmia. \n Sleep apnea. \n Pernah mengalami transient ischemic attack TIA atau serangan jantung sebelumnya. \n \n\n Sedangkan yang termasuk dalam faktor risiko gaya hidup, yaitu: \n\n \n Merokok. \n Kurang olahraga atau aktivitas fisik. \n Konsumsi obat-obatan terlarang. \n Kecanduan alkohol. \n \n\n Sementara itu, beberapa kondisi yang termasuk dalam faktor risiko lainnya adalah: \n\n \n Faktor keturunan. Seseorang dengan anggota keluarga yang pernah mengalami stroke memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit yang sama. \n Faktor usia. Semakin bertambah usia, risiko seseorang mengidap stroke juga lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang lebih muda. \n \n\n \n\n Gejala Stroke \n\n Setiap bagian otak bertugas mengendalikan bagian tubuh yang berbeda, sehingga gejala stroke bergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Itulah sebabnya, gejala stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun, biasanya stroke terjadi secara mendadak. Setidaknya, ada tiga gejala utama stroke yang mudah untuk dikenali, yaitu: \n\n \n Salah satu sisi wajah akan terlihat lebih turun dan pengidap tidak mampu tersenyum karena mulut atau mata tampak terkulai. \n Pengidap tidak mampu mengangkat salah satu lengan karena terasa lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang berada pada sisi yang sama dengan lengan juga mengalami kelemahan. \n Ucapan menjadi tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali meski pengidap terlihat sadar. \n \n\n \n\n Sementara itu, gejala dan tanda stroke lainnya adalah: \n\n \n Mual dan muntah. \n Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing seperti berputar (vertigo). \n Mengalami penurunan kesadaran. \n Sulit menelan (disfagia) sehingga mengakibatkan tersedak. \n Mengalami gangguan pada keseimbangan dan koordinasi. \n Mengalami hilang penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda. \n \n\n \n\n Pencegahan Stroke \n\n Sebagian besar stroke terjadi karena riwayat kesehatan keluarga. Meski demikian, bukan berarti masalah kesehatan ini tidak dapat dicegah kenali dan hindari faktor risiko yang ada serta ikuti anjuran dokter dan menerapkan pola hidup sehat. \n\n Berikut beberapa cara untuk mencegah terjadinya stroke: \n\n \n Menjaga pola makan \n \n\n Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko hipertensi yang memicu terjadinya stroke. Hindari konsumsi garam yang berlebihan. Selanjutnya, makanan yang disarankan adalah makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti dada ayam tanpa kulit. \n\n \n Rutin berolahraga \n \n\n Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah pada tingkat yang sehat. \n\n \n Berhenti merokok \n \n\n Perokok berisiko dua kali lipat lebih tinggi terkena stroke. Sebab rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah menggumpal. Tidak merokok berarti turut mengurangi risiko berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung. \n\n \n Hindari konsumsi minuman beralkohol \n \n\n Minuman keras mengandung kalori tinggi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, seseorang rentan terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi. Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung menjadi tidak teratur. \n\n \n Hindari penggunaan NAPZA \n \n\n Beberapa jenis Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif (NAPZA) dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah. \n\n \n\n Setelah mengenali munculnya gejala stroke, segera lakukan penanganan dengan membawa pasien ke rumah sakit untuk diperiksa oleh dokter. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 26 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Darah Tinggi Apakah Bisa Sembuh ?<\/a><\/h3>
Hipertensi ini kerap dianggap sepele. Padahal, masalah kesehatan ini bisa menyebabkan masalah komplikasi yang berat seperti stroke sehingga penting dilakukan pengobatan rutin. \n\n Hipertensi juga dapat menimbulkan penyakin kronis lainnya seperti jantung, stroke, diabetes dan gagal ginjal. Banyak sekali pasien tidak menyadari akan hal itu. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit yang dikenal sebagai “silent killer”. Penyakit ini bisa datang tanpa gejala, lantas diam-diam merusak pembuluh darah dan menyebabkan masalah kesehatan serius. \n\n Seseorang dikatakan memiliki penyakit darah tinggi apabila hasil pemeriksaan tensi darahnya tiga kali berturut-turut berada di atas ambang batas normal dalam rentang waktu 3 bulan. \n\n Hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Orang yang mengidap penyakit hipertensi dapat mengontrol dengan cara menjalani hidup sehat dan tidak berhenti untuk mengonsumsi obat. Maka dari itu, apabila orang yang sudah didiagnosis dengan hipertensi mendapatkan pengobatan, maka tekanan darahnya akan turun. Namun ini bukan berarti pasien akan sembuh. \n\n Sebanyak 85-90 persen hipertensi terjadi tanpa penyebab yang pasti. Hal ini yang kemudian disebut dengan hipertensi esensial atau hipertensi primer. Umumnya, jenis hipertensi ini terjadi karena faktor genetik, usia, kegemukan atau obestitas, atau menerapkan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi alkohol berlebihan, malas bergerak, atau mengonsumsi makanan penyebab hipertensi. \n\n Adapun sisanya, yaitu sebanyak 10-15 persen penderita hipertensi dapat diketahui penyebabnya, yang umumnya terjadi karena kondisi medis lain. Hipertensi jenis ini kemudian disebut dengan hipertensi sekunder. \n\n Beberapa penyebab hipertensi sekunder, yaitu penyakit ginjal, tumor atau kelainan kelenjar adrenal lainnya, penyakit tiroid, penggunaan obat-obatan tertentu, seperti pil KB, serta penggunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain dan metamfetamin. \n\n Dengan terkontrol nya tekanan darah tinggi, dapat menurunkan risiko seseorang terkena serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, dan penyakit lainnya juga dapat ditekan. Selain minum obat darah tinggi, perubahan gaya hidup yang signifikan dapat menurunkan level tekanan darah menjadi normal, meskipun pengelolaan penyakit ini tetap harus dilanjutkan. \n\n Berikut beberapa modifikasi gaya hidup yang dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi pada seseorang, di antaranya: \n\n -Mengurangi asupan yang mengandung lemak jahatseperti gorengan, jeroan, daging merah, makanan olahan, dll. \n\n -Aktif bergerak dan olahraga secara teratur. Melakukan olahraga ringan minimal 30 menit per hari, dan upayakan beranjak dari tempat duduk atau rebahan per 30 menit sekali kecuali saat istirahat malam. \n\n -Mengurangi asupan garam, natrium, dan sodium. Dan juga minimalkan asupan tinggi garam seperti makanan berpengawet, makanan ringan, dan makanan cepat saji. \n\n -Jaga berat badan agar tetap ideal. \n\n -Berhenti merokok dan minuman beralkohol. \n\n -Minum obat darah tinggi sesuai anjuran dokter. \n\n -Kurangi stres dengan berlatih teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, tai chi, dll. \n\n Dengan konsisten menajalani gaya hidup sehat untuk dapat menurunkan tekanan darah tinggi, dapat juga mencegah beragam komplikasi penyakit yang dapat ditimbulkan dari tekanan darah tinggi. \n\n Selain itu, dapat juga meningkatkan kualitas hidupnya dan badan jadi terasa lebih sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 19 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Hipertensi Pada Anak<\/a><\/h3>
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga memiliki resiko mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi. \n\n Sama hal nya dengan orang dewasa, hipertensi pada anak dapat mengakibatkan komplikasi jangka panjang yang serius. Seperti penyakit jantung, gangguan ginjal, dan stroke. \n\n Bagi orang dewasa, mungkin mudah untuk mengetahui apakah ia memiliki hipertensi hanya dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan membandingkannya dengan angka yang seharusnya. Meskipun anak-anak juga akan menjalankan tes yang sama, namun menafsirkan angkanya lebih rumit. Dokter akan menggunakan grafik berdasarkan jenis kelamin, tinggi badan, dan tekanan darah anak untuk menentukan apakah ia mengalami hipertensi atau tidak. \n\n Hipertensi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala di tahap awal penyakit. Akan tetapi, ada beberapa tanda yang bisa mengindikasikan anak sedang mengalami keadaan darurat akibat tingginya tekanan darah. Berikut gejala tersebut: \n\n -Sakit kepala, \n\n -Kejang, \n\n -Muntah, \n\n -Sakit dada, \n\n -Detak jantung cepat, \n\n -Sesak napas, \n\n Penyebab Anak Mengalami Hipertensi \n\n Tekanan darah tinggi atau hipertensi pada anak sering kali dikaitkan dengan kondisi kesehatan lain, seperti kelainan jantung, penyakit ginjal, kondisi genetik atau kelainan hormonal. Anak yang lebih tua dan memiliki berat badan berlebih, lebih berisiko mengalami hipertensi primer. \n\n Faktor risiko anak mengalami hipertensi tergantung pada kondisi kesehatan, genetik, dan faktor gaya hidup. Berdasarkan faktor risikonya, hipertensi pada anak dibedakan menjadi 2 yaitu: \n\n \n Hipertensi Primer \n \n\n Hipertensi primer dapat terjadi dengan sendirinya, tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Jenis hipertensi ini lebih sering terjadi pada anak yang usianya lebih tua, misalnya 6 tahun ke atas. Faktor risiko terjadinya hipertensi primer pada anak, yaitu: \n\n -Kelebihan berat badan atau obesitas \n\n -Memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi \n\n -Memiliki diabetes tipe 2 atau kadar gula darah tinggi \n\n -Memiliki kolesterol tinggi \n\n -Terlalu banyak makan makanan bergaram \n\n -Hispanik \n\n -Berjenis kelamin laki-laki \n\n -Terpapar asap rokok \n\n -Kurang beraktivitas fisik \n\n -Hipertensi Sekunder \n\n \n Hipertensi Sekunder: \n \n\n Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi lain, dan memang lebih sering terjadi pada anak-anak. Penyebab dari hipertensi ini meliputi: \n\n -Penyakit ginjal kronis; \n\n -Penyakit ginjal polikistik; \n\n -Masalah jantung, seperti penyempitan parah (koarktasio) aorta; \n\n -Gangguan adrenal; \n\n -Hipertiroidisme; \n\n -Pheochromocytoma, tumor langka di kelenjar adrenal; \n\n -Penyempitan arteri ke ginjal (stenosis arteri ginjal); \n\n -Gangguan tidur (sleep apnea); \n\n -Konsumsi obat-obatan tertentu. \n\n Cara Mencegah dan Mengatasi Hipertensi pada Anak \n\n Secara umum, penanganan hipertensi pada anak tidak jauh berbeda dengan orang dewasa. Beberapa cara berikut dapat membantu mencegah sekaligus mengatasi hipertensi: \n\n \n Menerapkan diet hipertensi: \n \n\n Salah satu cara penting untuk mengatasi hipertensi pada anak adalah melalui pola makan sehat yang sering direkomendasikan untuk menurunkan tekanan darah tinggi adalah diet DASH. Dalam metode diet ini, anak harus makan lebih sedikit lemak, lebih banyak sayur, buah, dan biji-bijian, mengurangi asupan garam, serta mengurangi makanan dan minuman manis, termasuk jus. Agar tekanan darah anak stabil dan terhindar dari berbagai komplikasi. \n\n \n\n \n Membiasakan anak untuk aktif bergerak dan rutin berolahraga: \n \n\n Berolahraga secara teratur juga dapat membantu menurunkan tekanan darah. Hal ini karena aktif bergerak dan terbiasa rutin berolahraga berpengaruh besar terhadap kesehatan pembuluh darah dan jantung. \n\n Oleh karena itu, pastikan anak berolahraga setidaknya selama 1 jam sehari dan pilihlah jenis olahraga yang sesuai dengan usia anak. \n\n \n\n \n Menjauhkan anak dari asap rokok: \n \n\n Sering terpapar asap rokok bisa membuat tekanan darah naik, serta merusak jantung dan pembuluh darah anak. Jadi, sebisa mungkin lindungi anak dari asap rokok, terutama dari orang-orang di sekitarnya. \n\n \n Memberikan obat penurun tekanan darah kepada anak sesuai anjuran dokter; \n \n\n Obat penurun tekanan darah hanya akan diberikan oleh dokter jika perubahan gaya hidup kurang berhasil menurunkan hipertensinya. Obat hipertensi kemungkinan diberikan sementara atau memerlukan waktu lebih lama, tergantung kondisi anak. \n\n Selain itu, jika anak diketahui memiliki risiko untuk mengalami hipertensi, sebaiknya tekanan darah anak mulai diperiksa secara teratur sejak usianya 3 tahun. \n\n Hipertensi yang tidak terkontrol juga dapat merusak mata dengan menyebabkan arteri menyempit dan berputar, sehingga menghambat suplai darah. Akhirnya, kondisi ini bisa mengakibatkan masalah penglihatan. \n\n Jika tidak segera ditangani, hipertensi pada anak bisa berlanjut hingga ia dewasa serta meningkatkan risikonya untuk terkena stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan penyakit ginjal di kemudian hari. \n\n Segera berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan pemeriksaan dan penganan yang tepat. \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 21 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Bukan Hanya Orang Dewasa, TBC Juga Menyerang Anak-Anak<\/a><\/h3>
TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang organ paru-paru. TBC (tuberculosis) merupakan penyakit infeksi yang bisa menyerang segala usia termasuk anak-anak. TBC pada anak cenderung lebih sulit dideteksi yang mengakibatkan anak bisa saja terlambat ditangani, padahal anak lebih rentan untuk terkena infeksi TBC karena daya tahan tubuh yang belum optimal. Penyakit TBC bisa menular kepada anak ketika penderita TB aktif batuk, bicara, bersin, bernyanyi, serta berbicara tanpa masker atau pelindung. Percikan cairan dari saluran pernapasan yang mengandung bakteri penyebab TBC ini dapat terhirup dan masuk ke paru-paru anak. \n\n Data menyebutkan pada 2021, jumlah anak-anak dengan umur 0-14 tahun yang terinfeksi TBC mencapai 36.533. Jumlah ini mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan jumlah kasus TBC pada anak setahun sebelumnya yang mencapai 70.341. Meski demikian hal ini perlu diwaspadai. Dalam laporan WHO, kematian karena infeksi TBC lebih banyak terjadi dibandingkan malaria atau AIDS. \n\n \n\n Ada beberapa ciri-ciri TBC pada anak yang perlu diwaspadai, antara lain: \n\n 1. Baru kontak erat dengan pengidap TBC \n\n 2. Sering demam atau demam berkepanjangan lebih dari dua minggu, \n\n 3. Suhu tubuh demam terkait TBC biasanya tidak terlalu tinggi \n\n 4. Nafsu makan menurun \n\n 5. Berat badan turun atau tidak naik dalam waktu dua bulan berturut-turut \n\n 6. Batuk terus-menerus lebih dari tiga minggu dan tidak sembuh setelah diobati \n\n 7. Badan tampak lemas dan tidak aktif \n\n 8. Berkeringat di malam hari \n\n 9. Pembengkakan kelenjar getah bening (biasanya terlihat dari adanya benjolan di sekitar leher atau bawah rahang anak). \n\n \n\n Pengobatan TBC \n\n Melakukan diagnosa TBC pada anak sedikit berbeda dengan orang dewasa. Pemeriksaan dahak pada dewasa biasanya dengan dahak namun bila pemeriksaan dahak pada anak biasanya agak sulit dan jika hasilnya negatif ada akses tuberkulin atau foto toraks, pemeriksaan TB anak dilakukan penilaian dengan sistem pembobotan (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang. \n\n TBC anak bisa disembuhkan dengan pengobatan TBC yang tepat. Jika obat tidak diminum dengan disiplin dan sampai tuntas, maka dapat beresiko menjadi TBC resistan atau kebal obat. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan TBC pada anak yaitu: \n\n \n\n 1.Vaksinasi BCG pada bayi yang baru lahir \n\n \n\n 2.Pemberian asupan gizi seimbang untuk menjaga imunitas anak \n\n \n\n 3.Cari sumber penularan, adakah orang yang sakit TBC tinggal serumah atau yang kontak erat dengan anak. Orang yang sakit TBC ini harus mendapat pengobatan TBC yang memadai dan tuntas. \n\n \n\n 4.Pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) kepada anak yang kontak serumah dengan pasien TBC aktif. \n\n \n\n 5.Upayakan menjaga lingkungan rumah/ tempat tinggal tetap bersih, tidak lembab dan pastikan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah. \n\n \n\n Apabila orangtua mendapati beberapa gejala TBC pada anak di atas, ada baiknya segera memeriksakan buah hatinya ke dokter. Setelah terpapar bakteri TBC, anak lebih rentan mengembangkan kondisi TBC laten menjadi penyakit TBC aktif. TBC laten adalah kondisi ketika bakteri telah berada dalam tubuh, tapi tidak aktif berkembang biak. Terdapat perbedaan pengobatan pada kasus TB laten dan TB aktif. \n\n \n\n 1. Pengobatan TBC laten pada anak \n\n Anak-anak dengan TBC laten biasanya akan menerima pengobatan dengan isoniazid-rifapentine selama 12 minggu. Obat alternatif yang mungkin dokter berikan untuk mengatasi TB laten pada anak adalah rifampin selama 4 bulan, atau isoniazid selama 9 bulan. \n\n \n\n 2. Pengobatan penyakit TBC aktif pada anak \n\n Jika TBC laten telah berkembang menjadi penyakit TBC, anak harus menjalani pengobatan selama 6 hingga 9 bulan.Obat TBC yang biasanya dokter berikan tidak berbeda jauh dengan obat-obatan TB laten, seperti isoniazid dan rifampicin. \n\n \n\n Penting untuk orangtua ingat bahwa anak harus minum obat sampai habis dan sesuai dengan resep dokter. Jika tidak, anak berisiko mengalami kekambuhan ketika sudah beranjak dewasa, serta berpotensi terkena resistensi obat. \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 07 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Bahaya Stunting pada Anak<\/a><\/h3>
Stunting merupakan kondisi serius pada anak yaitu kondisi gagal tumbuh yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis dan ditandai dengan tinggi badan anak di bawah rata-rata atau anak sangat pendek serta tubuhnya tidak bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya dan berlangsung dalam waktu lama. \n\n Stunting pada anak tidak boleh dianggap sepele. Jika tidak diatasi, kondisi ini dapat mengganggu perkembangan otak serta menurunkan kemampuan mental dan tingkat kecerdasan anak. Kondisi ini dipicu oleh beberapa faktor sejak dalam kandungan ibu yang meliputi infeksi pada kehamilan, kekurangan gizi (malnutrisi) pada ibu hamil, gizi yang tidak optimal pada bayi dari sejak lahir hingga dua tahun pertama kehidupannya, infeksi berulang, atau stimulasi yang buruk dari lingkungan. \n\n Anak dikatakan mengalami stunting jika memiliki tinggi badan yang lebih pendek daripada anak lain seusianya, atau tinggi badan anak berada di bawah standar kurva pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). \n\n Pada tahun 2020, Indonesia menempati posisi ke-2 untuk jumlah stunting terbanyak di Asia Tenggara. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sekitar 1 dari 3 balita Indonesia mengalami stunting \n\n \n\n Penyebab Stunting pada Anak. \n\n \n\n Penyebab stunting pada anak terjadi akibat kurangnya asupan gizi pada anak dalam 1.000 hari pertama kehidupannya, yaitu semenjak anak masih di dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Stunting pada anak bisa disebabkan oleh masalah pada saat kehamilan, persalinan, penyusuan, atau setelahnya, seperti pemberian MPASI yang tidak mencukupi asupan nutrisi. \n\n \n\n Ciri-Ciri Stunting pada Anak \n\n \n\n Ciri-ciri umum stunting pada anak dapat terlihat dari perawakan anak yang kerdil saat mencapai usia 2 tahun, anak mungkin juga memiliki tubuh kurus (wasting) atau perkembangan tubuhnya tidak sesuai dengan normal. Walaupun terlihat pendek dan kurus, tubuh anak tetap proporsional. Namun perlu diingat, tidak semua anak yang pendek disebut stunting. \n\n Selain mengalami gangguan pertumbuhan, berikut adalah beberapa ciri-ciri stunting pada anak: \n\n \n\n -Mengalami penurunan tingkat kecerdasan, gangguan berbicara, dan kesulitan dalam belajar \n\n -Memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, sehingga lebih mudah sakit, terutama akibat penyakit infeksi \n\n -Berisiko mengalami penyakit diabetes, hipertensi, dan obesitas ketika dewasa nanti \n\n \n\n Seluruh ciri-ciri anak stunting tersebut adalah dampak dari kurangnya nutrisi, seringnya terkena penyakit, dan salahnya pola asuh pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. \n\n \n\n Cara mencegah Stunting pada Anak \n\n Cara mengatasi stunting adalah dengan memberi anak nutrisi yang memadai sejak dari dalam kandungan, setelah baru lahir, dan selama masa pertumbuhan. Pelajari cara mencegah stunting pada anak berikut ini: \n\n \n\n \n Penuhi Nutrisi Selama Kehamilan \n \n\n Ibu hamil harus mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang selama kehamilan, bahkan sebelum masa kehamilan. Ini untuk memastikan bahwa janin akan mendapat nutrisi yang optimal di dalam rahim, lahir sehat, dan juga mendapat bekal nutrisi yang baik setelah lahir. \n\n \n\n \n Penuhi Nutrisi Si Kecil dengan Optimal \n \n\n Cara mencegah stunting adalah dengan memberikan buah hati Anda nutrisi lengkap dan asupan bergizi. Nutrisi penting dan esensial untuk si Kecil adalah vitamin (A, B kompleks, C, D, E, dan K), mineral (kalsium, magnesium, fosfor, sulfur, sodium, kalium, dan klorida), protein, lemak sehat, karbohidrat, dan cairan. Setelah itu, orang tua disarankan memberi si Kecil susu bernutrisi yang sesuai dengan usianya. Manfaat susu untuk menjaga sistem imun, mendukung pertumbuhan tulang dan gigi, memproduksi energi, menutrisi otak, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan. \n\n \n\n \n Mempraktikkan Kebersihan yang Benar \n \n\n Masalah stunting juga dapat dipicu akibat kebersihan lingkungan yang buruk. Maka dari itu, orang tua dan seluruh anggota keluarga harus mempraktikan kebersihan yang tepat, misalnya, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah menyiapkan makanan. \n\n \n\n \n Mengatasi Anak yang Susah Makan \n \n\n Salah satu pemicu gizi buruk adalah akibat anak yang susah makan. Ada beberapa penyebab anak tidak mau makan, termasuk alergi atau intoleransi makanan, refluks, muntah, diare, sembelit, kolik, atau kondisi kesehatan yang lebih serius lainnya. Orang tua dapat menerapkan cara mengatasi anak yang susah makan, sebagai berikut: \n\n - Memberikan variasi makanan yang sehat dan beragam.. \n\n - Melengkapi kebutuhan gizi seimbang, termasuk sepertiga buah dan sayuran, sepertiga karbohidrat seperti nasi, dan sepertiga protein seperti daging, ikan, atau sumber protein vegetarian lainnya. \n\n - Konsumsi minuman sehat seperti susu, teh buatan rumah, jus sayur dan buah, infused water, yoghurt, dan lainnya. \n\n - Berikan si Kecil camilan sehat seperti potongan buah, salad sayur, oatmeal, keju, atau olahan nikmat lain yang dibuat sendiri. \n\n \n\n \n Konsultasi dengan Tim Pelayanan Kesehatan \n \n\n Orang tua harus telaten memberikan si Kecil makanan bergizi seimbang setiap hari. Selain itu, penting untuk konsultasi kesehatan anak secara rutin baik di Posyandu, Puskesmas, atau pusat pelayanan kesehatan terdekat. Dokter akan membantu memeriksa kesehatan anak dan memberikan saran terbaik demi tumbuh kembang anak. Sementara orang tua juga harus peduli dan memerhatikan detail pertumbuhan anak dari waktu ke waktu. \n\n \n\n Jika sahabat Hermina ingin berkonsultasi tentang stunting pada anak bisa langsung berkonsultasi dengan dokter anak di Rumah Sakit Hermina Depok. \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 09 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
Penting! Menjaga Kesehatan Jantung Dengan Tidur Teratur<\/a><\/h3>
Tidur menjadi salah satu hal yang sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas tubuh pada saat beraktivitas sehari-hari. Kebanyakan orang memilih tidur larut malam atau begadang sehingga meremehkan manfaat tidur teratur. Padahal jika sering kurang tidur di malam hari, kita bisa menjadi sulit untuk beraktivitas pada keesokan harinya. \n\n Hasil penelitian menyebut durasi tidur berpengaruh besar pada kesehatan jantung. Jika seseorang memiliki kebiasaan tidur yang buruk maka akan berdampak negatif bagi jantungnya. Bahkan, meski bukan seorang perokok dan rutin melakukan olahraga pun apabila kurang tidur akan rentan terkena serangan jantung. \n\n kurang tidur tidak hanya memicu kantung di bawah mata Kita. Para peneliti di American Heart Association menemukan, kurang tidur dikaitkan dengan peningkatan penumpukan kalsium di arteri jantung. Ketika kalsium menumpuk di arteri jantung, hal ini menyebabkan plak yang dapat membuat kita berisiko terkena serangan jantung. \n\n Kurang tidur satu jam setiap malam meningkatkan risiko penumpukan kalsium di arteri sebesar 33 persen. Kemudian, orang yang tidur kurang dari enam jam per malam memiliki risiko terbesar mengembangkan perubahan di arteri jantung. \n\n Para peneliti mempelajari pola tidur dari hampir 2.000 orang dewasa yang mengenakan alat pelacak tidur selama tujuh hari dan juga harus mengisi jurnal tidur. Hasilnya menunjukkan bahwa waktu tidur yang teratur membuat jantung dan metabolisme tetap sehat. Orang-orang yang pergi tidur pada waktu yang tidak teratur lebih beresiko kelebihan berat badan, memiliki gula darah tinggi dan tekanan darah tinggi. Mereka juga lebih mungkin mengalami serangan jantung atau stroke daripada yang memiliki pola tidur teratur. \n\n Para peneliti percaya bahwa tidur, kesehatan jantung dan metabolisme saling mempengaruhi. Tetapi mereka tidak yakin apakah kehilangan waktu tidur lah yang menyebabkan kenaikan berat badan, atau justru sebaliknya. Untuk memperoleh manfaat istirahat cukup secara maksimal, pastikan tidur sesuai jumlah jam yang direkomendasikan. \n\n Berikut adalah aturan waktu tidur yang baik menurut National Sleep Foundation sesuai dengan kelompok usia: \n\n Bayi baru lahir (0-3 bulan): 14-17 jam setiap hari \n\n Bayi (4-11 bulan): 12-15 jam setiap hari. \n\n Balita (1-2 tahun): 11-14 jam setiap hari. \n\n Prasekolah (3-5 tahun): 10-13 jam setiap hari. \n\n Usia sekolah (6-13 tahun): 9-11 jam setiap hari. \n\n Dewasa muda (18-25 tahun): 7-9 jam setiap hari. \n\n Dewasa (26-64 tahun): 7-9 jam setiap hari. \n\n Lansia (65 tahun ke atas): 7-8 jam setiap hari. \n\n \n\n Anda juga perlu memperhatikan kebiasaan sebelum dan sesudah tidur agar mendapatkan kualitas tidur yang baik, berikut ini adalah beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik : \n\n \n\n 1. Tidur dan bangun di waktu yang sama setiap hari, termasuk di akhir pekan \n\n 2. Biarkan tubuh mendapatkan cahaya alami matahari yang cukup di pagi hari \n\n 3. Jauhi paparan sinar elektronik seperti LED dari ponsel atau televisi saat menjelang tidur \n\n 4. Hindari makan dan minum berlemak tinggi sebelum tidur, terutama alkohol dan makanan yang tinggi lemak atau gula \n\n 5. Kondisikan kamar tidur dalam suasana tenang, gelap, dan sejuk \n\n 6. Berolahraga setiap hari, namun hindari berolahraga beberapa jam sebelum tidur \n\n \n\n Penyakit yang berhubungan dengan jantung kemungkinan besar selalu menimbulkan gangguan yang berbahaya, sehingga pencegahannya tentu memberi manfaat baik bagi tubuh. Kamu juga dapat bertanya pada dokter RS Hermina terdekat terkait dampak buruk yang terjadi pada kesehatan jantung dikarenakan tidur yang tidak rutin. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 18 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Tahukah Kamu Tubuh Kurus Juga Bisa Terkena Penyakit Jantung<\/a><\/h3>
Serangan jantung bisa dialami oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, juga usia muda ataupun lebih tua. Namun, selama ini orang-orang sering beranggapan kalau orang dengan tubuh lebih berisi alias gemuk lebih rentan mengidap penyakit jantung. Padahal yang namanya penyakit, tidak memandang ukuran maupun bentuk tubuh. Kesehatanmu tidak tergantung pada berat badan walaupun terkadang lingkar pinggang menjadi indikator kondisi kesehatan tertentu. \n\n Jika kamu tidak kelebihan berat badan, apakah gaya hidup sehat harus dikesampingkan? Banyak orang berpikir karena mereka bertubuh kurus jadi dapat makan sesuka hati dan tidak berolahraga. Meskipun kamu mungkin terlihat tampak sehat dari luar, bukan berarti tidak memiliki masalah kesehatan, terutama penyakit jantung. \n\n Ada penelitian dalam jurnal medis “Annals of Internal Medicine” yang terbit tahun 2015 menyebut: orang-orang dengan berat badan normal dengan distribusi lemak di bagian tengah tubuh lebih berisiko meninggal dunia akibat penyakit jantung daripada orang-orang dengan obesitas. \n\n Dengan demikian, badan kurus bukan jaminan bebas dari penyakit jantung. Pemicunya adalah distribusi atau letak lemak jenuh tersimpan. Lemak yang tidak terlihat atau lemak viseral yang tersimpan melapisi organ dalam perlahan bisa menjadi ancaman. Ada banyak juga penelitian lain yang menunjukkan bahwa orang-orang dengan berat badan yang kurang punya risiko lebih besar menderita penyakit kardiovaskular, dibandingkan dengan orang-orang dengan status gizi normal. \n\n Salah satu penelitian di Bali yang menemukan bahwa mereka yang punya berat badan kurang, punya risiko 3,6 kali lebih besar mengalami penyakit jantung koroner, dibandingkan dengan orang-orang dengan berat badan normal. Setelah menderita penyakit jantung koroner, orang dengan berat badan yang kurang juga punya risiko kematian dini yang lebih besar daripada orang-orang yang kelebihan berat badan. Berikut ini adalah beberapa alasan kenapa punya berat badan kurang tidak menjamin seseorang terbebas dari penyakit jantung. \n\n 1. Kebiasaan Buruk \n\n Tak sedikit mereka yang bertubuh kurus merasa aman, sehingga cenderung mengonsumsi makanan berlemak secara berlebihan. Misalnya, senang makan steak, ayam goreng tepung, gorengan, dan sebagainya. Padahal, asupan makanan tersebut sangat memengaruhi timbunan lemak jenuh dalam tubuh. Selain itu, pemilik tubuh kurus juga seringnya tidak atau jarang berolahraga karena merasa tidak gemuk. Padahal, olahraga bisa meningkatkan sensitivitas hormon insulin yang berkaitan dengan kadar gula darah. Bila pola makan tinggi lemak (dan makanan manis) dikombinasikan dengan jarang berolahraga, risiko diabetes pun meningkat. Nah, diabetes atau dikenal dengan kencing manis ini turut berperan dalam proses terjadinya penyakit jantung. Kebiasaan tidak sehat lainnya seperti merokok juga banyak dikaitkan dengan gangguan jantung. \n\n 2. Lemak Perut \n\n Ada sebuah kondisi yang dikenal sebagai obesitas sentral, yaitu distribusi lemak yang terkonsentrasi di daerah perut. Nah, ini bisa dialami oleh orang-orang dengan berat badan kurang. Bahkan, dibandingkan dengan lemak yang terdistribusi secara merata di tubuh, orang-orang dengan timbunan lemak di perut lebih berisiko terkena penyakit jantung. \n\n 3. Kadar Hemoglobin Darah Rendah \n\n Mereka yang tubuhnya kurus biasanya banyak menderita anemia atau kurang darah. Kandungan haemoglobin yang ada dalam darah berfungsi untuk mengikat oksigen. Bila anemia tidak ditangani dengan benar, maka bisa menyebabkan jantung bekerja terlalu keras untuk menyalurkan oksigen yang cukup. Nah, kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung. \n\n 4. Penyakit Jantung Bawaan \n\n Penyakit jantung bawaan adalah penyakit dialami sejak lahir. Kondisi ini ditandai dengan rendahnya fungsi katup, dinding, atau pembuluh darah jantung. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang punya penyakit jantung bawaan dan berat badannya rendah lebih berisiko hingga 12 kali lipat terkena penyakit kardiovaskular. Artinya, pengaruh penyakit jantung bawaan ini akan lebih besar pada orang-orang yang berat badannya kurang. \n\n \n\n Kondisi lebih rentan dialami oleh orang bertubuh kurus karena umumnya orang-orang masih beranggapan kalau kelebihan berat badan menjadi indikator utama. Masyarakat lupa kalau ada lemak tersembunyi yang justru lebih berbahaya. Jadi, anggapan bahwa badan kurus bebas dari ancaman penyakit jantung itu cuma mitos. Untuk mencegahnya, jaga berat badan ideal dengan pola makan sehat bergizi seimbang, olahraga teratur, dan tidak merokok. \n\n Kalau kamu bertubuh kurus dan masih ragu dengan kondisi kesehatanmu yang sebenarnya, bisa tanyakan langsung ke Dokter-dokter RS Hermina terdekat agar memberikan solusi terbaik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 09 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Sebagai Salah Satu Upaya Meningkatkan Produktivitas Kerja<\/a><\/h3>
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik bulan Mei 2022, terdapat lebih dari 135 juta orang atau sekitar 49.2% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang bekerja, baik sebagai pekerja formal maupun informal. Mereka bekerja pada berbagai lapangan pekerjaan baik di dalam maupun di luar gedung, yang tersebar pada bidang yang berkaitan dengan kegiatan administratif, jasa, pendidikan, industri pengolahan, pertanian/kehutanan/perikanan, pertambangan, konstruksi, perdagangan, seni dan hiburan, aktivitas rumah tangga, dan banyak lagi. Bagi pekerja, setidaknya 8 jam atau sepertiga waktu dalam sehari digunakan untuk bekerja. Waktu tersebut belum termasuk bekerja lembur atau bekerja yang menggunakan waktu libur atau waktu di luar jam kerja. Selama masa pandemi yang menyebabkan berkembangnya sebuah proses kerja yang bisa dilakukan dari rumah atau dari mana pun, waktu kerja menjadi semakin tidak terbatas. \n\n \n\n Selama proses kerja, para pekerja berpotensi terpajan bahaya potensial di tempat kerja yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang dikenal sebagai penyakit akibat kerja (PAK) atau dapat memperberat masalah kesehatan yang sudah dimiliki pekerja. Terdapat 5 kelompok bahaya potensial di tempat kerja, yaitu bahaya potensial fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial. Bahaya potensial fisik, misalnya bising, getaran, radiasi elektromagnetik, suhu ekstrim, dan lain sebagainya. Bahaya potensial kimia, misalnya pelarut organik yang mudah menguap, logam berat, pestisida, dan banyak lagi. Bahaya potensial biologi, misalnya bakteri, virus, jamur, serangga, serbuk kayu, dan lain-lain. Bahaya potensial ergonomi, misalnya posisi statis, gerak berulang, kegiatan angkat-angkut, posisi janggal, pencahayaan berlebih/kurang, kerja shift, dan lain sebagainya. Bahaya potensial psikososial, misalnya kerja monoton, konflik di tempat kerja, beban kerja tinggi, dan lain-lain. Pada suatu tempat kerja, dapat memiliki salah satu, beberapa, atau bahkan seluruh bahaya potensial. Semakin lama pekerja terpajan bahaya potensial di tempat kerja, semakin besar kemungkinan terjadi PAK. \n\n \n\n Mengingat potensi bahaya dari tempat kerja, maka para pekerja perlu melakukan pemeriksaan kesehatan atau medical checkup (MCU). Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 2 tahun 1980, terdapat 3 jenis pemeriksaan kesehatan di kalangan pekerja, yaitu pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. \n\n \n\n Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja yang lain-lainnya dapat dijamin. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja juga bermanfaat mendapatkan data dasar kesehatan pekerja, untuk menentukan ada tidaknya PAK di kemudian hari. \n\n \n\n Pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan pekerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. Masalah kesehatan yang ditemukan dan ditatalaksana sedini mungkin memiliki kemungkinan kesembuhan lebih besar, menurunkan kemungkinan terjadinya komplikasi atau kecacatan, menjaga produktivitas kerja lebih baik melalui penurunan tingkat absenteisme (ketidakhadiran) dan presenteisme (hadir namun tidak produktif), serta menurunkan biaya pengobatan. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja dilakukan sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja. \n\n \n\n Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua minggu), tenaga kerja yang berusia di atas 40 (empat puluh) tahun, tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu, dan tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan. Dengan perubahan pola hidup yang semakin terbantu oleh teknologi, terjadi pergeseran usia pada penyakit-penyakit tertentu, sehingga pemeriksaan kesehatan khusus sudah perlu dilakukan pada usia yang lebih muda, misalnya pada usia 35 (tiga puluh lima) tahun. \n\n \n\n Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan timbul. Konsultasikan jenis pemeriksaan kesehatan pekerja yang diperlukan oleh jenis pekerjaan tertentu kepada Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi Anda. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 15 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Self Harm Pada Remaja<\/a><\/h3>
Saat memasuki masa remaja, seorang anak akan mengalami perubahan-perubahan yang tergolong cepat, termasuk perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian-pencapaiannya. Berbagai gejolak muncul bersamaan dengan perasaan ingin mandiri. Remaja ingin menunjukkan kapasitas diri dan melepaskan diri dari pandangan sebagai anak. Pada fase ini, remaja juga sedang berusaha mencapai salah satu tugas perkembangannya, yaitu pembentukan identitas diri. Dukungan dan pendampingan orang tua masih sangat diperlukan oleh para remaja dalam melalui fase ini. \n\n \n\n Sebagian remaja saat menghadapi suatu permasalahan mampu menyelesaikannya dengan baik, namun sebagian lainnya ada yang tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Ketidakmampuan individu dalam menyelesaikan masalah dan menghadapi suatu permasalahan menyebabkan terjadinya stres dan tekanan yang menimbulkan emosi negatif dan afek negatif. Stres yang berdampak terhadap emosi negatif yang tidak terkendali dapat membuat individu melakukan perilaku yang dapat merugikan diri sendiri, seperti melukai diri sendiri, mengkonsumsi narkoba, minum-minuman beralkohol, penyimpangan sosial dan perilaku-perilaku negatif lainnya \n\n \n\n Perilaku yang dapat merugikan diri sendiri disebut sebagai perilaku self-harm. Self harm adalah suatu bentuk perilaku yang dilakukan individu untuk mengatasi tekanan emosional atau rasa sakit secara emosional dengan cara menyakiti dan merugikan diri sendiri tanpa bermaksud untuk melakukan bunuh diri \n\n \n\n Bagi orang yang melakukan self-harm, rasa sakit fisik akibat tindakan tersebut dianggap dapat mengurangi rasa sakit emosional yang tak tertahankan. \n\n Melukai diri sendiri seolah memberi ilusi bahwa ia berhasil bertahan menghadapi masalah dan mengendalikan hidupnya. \n\n Bentuk self-harm bisa bermacam-macam. Contohnya, menyayat bagian tubuh, menggigit dan memukul diri sendiri, membenturkan kepala ke dinding, mencabut rambut (trikotilomania), memasukkan benda ke tubuh, atau overdosis obat. \n\n Pada dasarnya, terdapat beragam faktor yang dapat melatarbelakangi tindakan self-harm yang dilakukan remaja. Tak bisa dimungkiri, terdapat berbagai perubahan fisik dan emosional yang dialami saat fase remaja. \n\n Ditambah lagi, terkadang ada juga tekanan eksternal seperti tuntutan akademis dan sosial yang muncul. Hal-hal tersebut cukup berisiko membuat anak remaja tertekan dan merasa stres berat. \n\n Selain itu, adanya ketakutan, keputusasaan, dan rasa malu akan suatu hal juga dapat menjadi beberapa contoh emosi yang mungkin dapat membuat anak remaja menyakiti dirinya sendiri. \n\n \n\n Ketika orang tua mendapati anaknya melakukan self-harm, tak jarang perasaan yang muncul adalah bingung bahkan merasa gagal dalam merawat anaknya. \n\n Namun, bukan berarti Anda menyerah begitu saja bila anak remaja menyakiti diri sendiri demi mengurangi rasa stresnya. Berikanlah bantuan yang tepat, contohnya: \n\n \n\n Ajak Anak Bercerita \n\n Bila mengetahui anak melakukan self-harm, temani anak dan ajak bercerita. Tetapi, jangan paksa anak untuk cerita kalau ia belum mau, Oleh karena itu, paling utama adalah temani anak dan buat dirinya merasa nyaman dulu. \n\n \n\n Jangan Salahkan Anak \n\n Jangan menyalahkan anak atas tindakannya itu. Yang perlu Anda lakukan adalah mengedukasi anak mengenai cara yang lebih tepat untuk mengekspresikan emosi yang ia rasakan \n\n \n\n Cari Akar Permasalahan \n\n Cari tahu kira-kira apa yang menjadi akar permasalahan anak sampai melakukan self-harm. Ketahui hal-hal apa saja yang menjadi pemicu anak melukai dirinya sendiri. \n\n Bila inti masalahnya diketahui, solusi dan penanganannya dapat dilakukan dengan lebih tepat. \n\n \n\n Temui Ahli Profesional \n\n Segera konsultasikan kondisi anak dengan ahli profesional untuk membantu anak keluar dari kebiasaan menyakiti diri sendiri dan mendapat cara penanganan stres yang tepat untuk dirinya. \n\n Mengatasi kebiasaan self-harm membutuhkan proses. Mungkin akan terdapat beberapa sesi treatment untuk melihat perbaikan dan perkembangan kondisi anak. \n\n \n\n Itulah sejumlah informasi yang perlu Anda ketahui tentang self-harm. Sebaiknya jangan tunda untuk memeriksakan kondisi anak kepada ahli profesional seperti psikolog untuk menghindari hal lain yang lebih berbahaya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 06 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Menyusui Untuk Masa Depan yang Lebih Baik<\/a><\/h3>
Air susu ibu (ASI) merupakan asupan terbaik bagi bayi. ASI eksklusif selama 6 bulan sangat dianjurkan sejak awal kelahiran si kecil. ASI diyakini akan membuat imun tubuh bayi lebih kuat. Selain itu, akan memperkuat bonding antara ibu dan bayi. Penting untuk diketahui bahwa ASI adalah awal dari masa depan yang lebih baik. Dengan ASI, kebutuhan gizi bayi akan senantiasa terpenuhi sehingga dirinya akan memiliki tumbuh kembang yang paling optimal. Tidak ada asupan yang lebih baik untuk bayi selain ASI. Air susu yang diproduksi secara alami oleh tubuh ini memiliki kandungan nutrisi yang penting bagi tumbuh kembang bayi, seperti vitamin, protein, karbohidrat, dan lemak. Tidak hanya itu, komposisinya ASI pun selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi dan lebih mudah dicerna ketimbang susu formula. \n\n Manfaat ASI bagi ibu dan bayi \n\n Kegiatan menyusui memberikan banyak manfaat bagi ibu dan bayi. Beberapa manfaat yang dimaksud, antara lain: \n\n \n Mendukung perkembangan kognitif dan sensorik bayi \n ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi di 6 bulan pertama kehidupannya. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, ASI bermanfaat dalam mendukung perkembangan kognitif dan sensorik bayi. Dengan kata lain, pemberian ASI di 6 bulan pertama terbukti mampu membuat bayi memiliki kemampuan otak yang lebih cerdas, sehingga dirinya cenderung tidak mengalami kesulitan saat belajar kelak. \n Antibodi \n Tahukah Anda bahwa ASI juga mengandung zat antibodi yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh bayi? Ya, ini karena zat antibodi yang ada pada ASI mampu membangun dan mengoptimalkan daya tahan tubuh untuk melawan serangan virus maupun bakteri. Faktanya, pemberian ASI eksklusif dapat membantu menurunkan angka kematian bayi akibat berbagai penyakit yang sering timbul di masa kanak-kanak, seperti diare dan pneumonia (infeksi pada paru-paru). Selain itu, ASI eksklusif juga turut membantu proses pemulihan bayi saat dirinya sakit. \n Menurunkan risiko kanker pada ibu \n Selain bermanfaat bagi si Kecil, ASI juga memberikan kebaikan yang besar bagi ibu. Pemberian ASI dapat membantu menurunkan berat badan ibu setelah melahirkan, serta menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium pada ibu. \n Memperkuat ikatan antara ibu dan bayi \n Ibu yang menyusui secara langsung mendapatkan manfaat dalam membangun ikatan (bonding) yang lebih erat pada bayi. Risiko depresi setelah melahirkan juga ditemukan lebih rendah pada ibu yang menyusui bayinya dibandingkan dengan yang tidak. \n Kontrasepsi alami \n Pemberian ASI yang berkelanjutan dapat menghentikan proses ovulasi dan menstruasi sementara waktu. Oleh karena itu, menyusui juga sering digunakan sebagai salah satu metode \n kontrasepsi. \n \n\n Namun, metode kontrasepsi dengan menyusui hanya efektif apabila dilakukan secara tepat. Oleh karena itu, jika Anda ingin merasakan manfaat kontrasepsi alami dari kegiatan menyusui, berkonsultasilah lebih lanjut pada dokter. \n\n Beberapa manfaat diatas merupakan manfaat ASI yang dapat dijadikan investasi bagi masa depan. ASI merupakan satu-satunya bekal sempurna yang diciptakan tuhan untuk bayi untuk ibu, keluarga, bahkan untuk Negara dan Dunia yang tidak dapat tergantikan dengan apapun. Meskipun dalam kenyataannya memberikan ASI tidak semudah yang kita harapkan, namun demi masa depan yang membanggakan, kita perlu terus berusaha untuk memberikan dukungan terbaik sehingga para ibu bisa terus memberikan ASI eksklusif bagi buah hatinya. Karena keberhasilan ibu dalam menyusui butuh dukungan dari orang sekelilingnya, terutama ayah, keluarga, teman, serta orang-orang yang berada dilingkungannya termasuk kita semua. Untuk itu mari kita dukung ibu untuk terus menyusui dengan program ASI eksklusif. Karena ASI merupakan investasi terbesar bagi generasi penerus. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 06 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 09 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 07 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 19 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 26 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 14 Februari 2023<\/li><\/ul><\/div>