- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 19 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Tulang Belakang Lurus, Hidup Bahagia dengan Mengatasi Skoliosis!<\/a><\/h3>
Kelainan tulang skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang ditandai dengan adanya masalah pada tulang belakang melengkung ke arah samping. Umumnya apabila pasien dilihat berdasarkan gambaran X-ray maka lengkungan diatas 10 derajat. Selain itu lengkungan berbentuk ke arah huruf S atau C. \n\n Definisi lain yang bisa dijelaskan pada jurnal REHABILITASI MEDIK PADA SKOLIOSIS oleh Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, menjelaskan bahwa skoliosis merupakan sebuah tipe deviasi postural dari bagian tulang belakang dengan penyebab apapun, dengan ciri adanya kurva lateral pada bidang frontal. Baik berhubungan atau tidak berhubungan pada rotasi korpus vertebra di bidang aksial dan sagital. \n\n \n\n Penyebab Penyakit Skoliosis \n\n Dalam beberapa kasus pasien, skoliosis ternyata tidak dapat terdeteksi penyebab dan juga sumber masalahnya. Namun kondisi ini tidak semua dialami oleh pasien skoliosis. Apabila kondisi skoliosis tidak dapat dideteksi penyebabnya, umumnya tenaga kesehatan menyebutnya sebagai skoliosis idiopatik. Masalah ini tentu tidak dapat dicegah dan tidak berhubungan dengan beberapa sebab umum misalnya postur tubuh, faktor keturunan atau diet. \n\n Namun selain skoliosis idiopatik ada juga beberapa penyebab dari penyakit dan masalah tulang ini: \n\n \n Skoliosis Degeneratif \n \n\n Skoliosis ini disebabkan oleh kerusakan tulang belakang dan sering terjadi pada pasien yang memasuki usia dewasa menjelang lansia. Hal ini dikarenakan proses penuaan pada sendi dan ligamen tulang. Skoliosis ini cukup banyak ditemukan ditengah masyarakat Indonesia. \n\n \n Skoliosis idiopatik \n \n\n Selanjutnya ada skoliosis idiopatik yang dalam kasus ini, bisa terjadi akibat faktor genetik. Namun sesuai penjelasan diatas, skoliosis idiopatik juga seringkali tidak diketahui penyebabnya dan terjadi pada pasien berusia 10-18 tahun. \n\n \n Skoliosis kongenital \n \n\n Kasus ini bisa terjadi jika tulang belakang seseorang tidak tumbuh dengan normal saat bayi dalam kandungan. Sehingga berimbas pada tumbuh dan kembang tulang bagian belakang saat dilahirkan. \n\n \n Skoliosis Neuromuskular \n \n\n Skoliosisi neuromuskular dapat terjadi pada pasien yang mengalami jenis kelainan tulang belakang karena kelainan di sistem saraf dan juga sistem otot. Misalnya saja cerebral palsy dan juga spina bifida. \n\n \n Skoliosis Sindromik \n \n\n Terakhir, penyebab skoliosis bisa berasal dari skoliosis sindromik yang terjadi karena adanya sindrom yang dimiliki oleh seseorang. \n\n \n\n Tanda Seseorang Mengidap Skoliosis \n\n Ada beberapa tanda yang bisa dikenali, saat seseorang mengalami kelainan tulang belakang seperti skoliosis: \n\n \n Salah satu tulang dibagian punggung atas lebih menonjol dibanding sisi lain \n Satu pinggul tampak lebih tinggi \n Satu sisi tulang rusuk akan lebih tinggi dari sisi lain terutama saat membungkuk ke depan \n Bahu antara dua sisi tidak rata \n Skoliosis parah akan menyebabkan nyeri punggung dan juga kesulitan bernapas pada beberapa kasus anak, karena lengkungan yang parah. \n \n\n \n\n Pengobatan Skoliosis \n\n Apabila sudah terdiagnosa kelainan tulang belakang atau skoliosis maka pengobatan apa yang bisa didapatkan? Ada beberapa pilihan yang akan diberikan sesuai kondisi dan juga fasilitas dari rumah sakit terkait. \n\n \n Penyangga \n \n\n Pertama pasien bisa menggunakan penyangga tulang belakang. Cara ini bisa dilakukan apabila sudut lengkungan lebih dari 20 derajat dan digunakan pada anak-anak. Tujuannya penyangga untuk menghentikan lengkungan agar tidak memburuk. Alat ini juga terbuat dari plastik dan digunakan 24 jam tanpa putus. \n\n \n Operasi Fusi Tulang Belakang \n \n\n Selanjutnya adalah pengobatan dengan operasi fusi tulang belakang atau disebut spinal-fusion surgery. Dokter akan mencoba menyatukan dua dan beberapa ruas tulang belakang sehingga membentuk satu tulang. Nantinya dokter akan menyangga dengan plat agar tegak. \n\n \n Operasi pertumbuhan tulang belakang dan tulang rusuk \n \n\n Jika kondisi skoliosis terjadi pada anak-anak dan masih dalam tahap pertumbuhan. Nantinya ahli medis akan melakukan operasi dengan menempelkan tongkat ke tulang belakang ataupun tulang rusuk untuk membantu menjaga tulang agar tumbuh tanpa kelainan. \n\n \n\n Oleh karena itu, Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang membuat tulang belakang melengkung ke samping. skoliosis ada beberapa jenis skoliosis, seperti yang disebabkan oleh penuaan, faktor genetik, atau masalah pada perkembangan tulang belakang. Tanda-tanda seseorang memiliki skoliosis meliputi postur tubuh yang tidak rata. Pengobatan skoliosis bisa melibatkan penggunaan penyangga tulang belakang, operasi fusi tulang belakang, atau operasi untuk membantu pertumbuhan tulang belakang dan rusuk. Penting untuk mendiagnosis dan mengobati skoliosis sesegera mungkin untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 03 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kifosis: Kelainan Tulang Belakang yang Beresiko Menyerang Lansia<\/a><\/h3>
Berbicara mengenai penyakit yang beresiko dan dapat menyerang lansia, ada banyak jenisnya. Salah satunya yaitu kelainan tulang belakang yang umumnya disebut sebagai Kifosis. Walaupun beresiko menyerang lansia namun tidak berarti tidak dapat menyerang anak muda. Dalam artikel ini akan dijelaskan terkait pengertian, penyebab serta treatment atau penanganan yang tepat pada penderita Kifosis. \n\n Pengertian Kifosis, Kelainan Tulang Belakang yang Membungkuk \n\n Apabila seseorang mengalami kelainan tulang belakang dikarenakanan tulang terlalu membungkuk kedepan, maka dapat dikatakan sebagai kelainan tulang belakang atau kifosis. Kondisi ini dapat menyerang siapa saja, namun umumnya lebih beresiko menyerang orang yang sudah lanjut usia khususnya memasuki usia 40 tahun. \n\n Menurut jurnal dari National Library of Medicine Amerika Serikat, dijelaskan bahwa usia diatas 40 tahun sudut kifosis lebih cepat meningkat dan lebih signifikan pada penderita wanita dibandingkan pria. Sedangkan untuk sudut bungkuknya beragam dan beberapa pasien dapat mencapai lebih dari 52 derajat. Dengan sudut ini tentu akan menekan tubuh dan menyebabkan penderitanya bungkuk. \n\n \n\n Penyebab Kifosis Berdasarkan Tipe/Jenisnya \n\n Jika dilihat berdasarkan penyebabnya, terbagi menjadi 3 penyebab. Diantaranya yaitu: \n\n \n Scheuermann’s Kyphosis : Penyebab pertama terjadi dimana kelainan tulang belakang terjadi pada masa pertumbuhan anak atau sebelum memasuki fase pubertas. Kifosis ini akan memburuk seiring berkembangnya anak. Jika penderita mengalami kifosis tipe ini, maka terasa nyeri pada punggung dan dapat memburuk saat aktivitas. \n Congenital Kyphosis : Penyebab kedua terjadi jika seorang penderita kelainan tulang belakang telah menderita kifosis sejak dalam kandungan. Kondisinya akan memburuk seiring tumbuh dan berkembangnya anggota tubuh secara keseluruhan. \n Postural Kyphosis : Penyebab ketiga yang paling umum dialami ditengah masyarakat. Dimana kifosis terjadi akibat kesalahan postur duduk dan beraktivitas. Kifosis yang disebabkan oleh postural tidak menimbulkan nyeri serta tidak berdampak besar bagi kegiatan sehari-hari. \n \n\n Sedangkan jika penyebab kifosis diluar dari tipe dan jenis diatas bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya saja: \n\n \n Osteoporosis \n Fraktur \n disk generation \n other causes atau penyebab lain \n \n\n \n\n Treatment atau Penanganan Kifosis \n\n Berdasarkan penanganan atau pengobatan kifosis, ada beberapa cara yang dapat disarankan bagi penderita. Diantaranya yaitu: \n\n \n Obat-obatan \n Fisioterapi, khususnya bagi yang menderita kifosis ringan \n Penyangga punggung atau braces, khususnya bagi pasien anak dan digunakan setiap hari kecuali saat mandi. \n Operasi tulang belakang khususnya bagi pasien Scheuermann’s Kyphosis dan Congenital Kyphosis yang dapat membungkukan tubuh pasien hingga lebih dari 50 derajat dan menimbulkan rasa nyeri serta tidak nyaman. \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 18 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Wajib Tahu! Fakta di Balik Demam Berdarah<\/a><\/h3>
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang mengandung virus dengue. Penularannya tidak dapat terjadi secara langsung antar manusia tanpa melalui perantaraan gigitan nyamuk Aedes tersebut. \n\n Yang perlu kita ketahui, tidak semua orang yang terinfeksi virus ini menunjukkan gejala yang berat, ada yang hanya bermanifestasi sebagai demam ringan dan bahkan tanpa gejala sama sekali. \n\n \n\n Berikut ini merupakan beberapa gejala dari demam dengue antara lain : \n\n \n Demam mendadak tinggi \n Nyeri kepala yang biasanya disertai dengan nyeri pada bagia belakang mata \n Yeri otot dan sendi \n Lemas \n Muntah \n Perdarahan spontan \n \n\n \n\n Karakteristik gejala dan tanda utama pada DBD sebagai berikut : \n\n \n Demam tinggi yang mendadak, terus menerus, \n \n\n Berlangsung 2-7 hari. Umumnya, pada akhir fase demam (setelah hari ke-3), demam mulai menurun dan pasien merasa lebih membaik, akan tetapi periode ini merupakan periode kritis karena dapat terjadi syok bila tidak dilakukan pengawasan dan pemantauan \n\n \n Tanda - tanda perdarahan. \n \n\n Beberapa jenis perdarahan yang sering ditemukan pada pasien dbd adalah bintik-bintik merah pada kulit (petechie), mimisan, gusi berdarah, dan perdarahan saluran cerna. \n\n Untuk membedakan gigitan nyamuk dan petechie dapat dilakukan penekanan pada bintik merah dengan penggaris plastik transparan, jika menghilang dengan penekanan berarti bukan petechie. \n\n \n Syok. \n \n\n Beberapa tanda bahaya (warning sign) untuk mencegah terjadinya syok yang perlu diperhatikan seperti demam turun akan tetapi kondisi memburuk, muntah terus menerus, nyeri perut dan nyeri tekan perut, gelisah, pembesaran hati, perdarahan spontan, dan jumlah urin yang berkurang. \n\n \n\n Penderita yang terinfeksi oleh virus dengue akan mengalami tiga fase perjalanan penyakit. \n\n \n Fase pertama \n \n\n Dimulai dari hari ke-1 hingga hari ke-4 adalah fase demam, dimana pada fase ini penderita akan mengeluhkan demam dan keluhan penyerta lainnya yang mengganggu pasien. \n\n \n Fase kedua \n \n\n Dimulai pada sekitar hari ke 5 sampai hari ke 7 yang disebut fase kritis, pada fase ini keluhan yang sebelumnya dirasakan mengganggu akan relatif berkurang dan membaik. Akan tetapi, pada fase ini trombosit pasien justru dapat turun dengan cepat dan risiko gangguan pada pembuluh darah di seluruh tubuh akan meningkat. Sehingga pada fase kritis ini, kejadian syok (turunnya tekanan darah) dan risiko perdarahan akan meningkat apabila tidak dipantau dan ditangani dengan ketat \n\n \n Fase ketiga \n \n\n fase penyembuhan yang ditandai dengan meningkatnya kembali trombosit dan kondisi tubuh yang kian membaik \n\n \n\n Bila dokter mencurigai adanya demam berdarah, akan dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan penunjang, seperti : \n\n \n Pemeriksaan hematologi untuk dilakukan pemeriksaan terhadap hemoglobin, hematokrit, leukosit, dan trombosit \n Pemeriksaan serologi (antibodi terhadap infeksi virus dengue) \n Pemeriksaan antigen virus dengue \n Radiologi seperti rontgen paru atau USG perut. Hal ini untuk mencari kemungkinan terjadinya kebocoran cairan ke rongga dada dan rongga perut. \n \n\n \n\n Pada dasarnya, pengobatan infeksi dengue bersifat suportif dan simptomatis dengan cara mengatasi kehilangan cairan sebagai akibat kebocoran pembuluh darah dan adanya perdarahan. pasien dengan infeksi dengue dapat berobat jalan atau dilakukan perawatan di ruang intensif tergantung dari beratnya gejala. penegakan diagnosis secara dini dan mengetahui gejala-gejala bahaya (warning sign) merupakan hal penting untuk mengurangi angka kematian. \n\n Pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh keluarga atau masyarakat yang menemukan gejala dan tanda infeksi dengue : \n\n \n Istirahat selama demam \n Pemberian obat penurun panas \n Kompres hangat \n Minum banyak (1-2 liter/hari) \n Bila terjadi kejang, longgarkan pakaian, tidak memasukkan apapun lewat mulut selama kejang, dan jaga agar lidah tidak tergigit). \n \n\n Jika dalam 2-3 hari demam tidak turun disertai dengan adanya tanda seperti perdarahan pada kulit, muntah, gelisah, mimisan maka harus segera dibawa berobat ke dokter untuk segera mendapat pemeriksaan dan pertolongan \n\n \n\n Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terkena infeksi dengue : \n\n \n Menguras Bak Mandi \n Menutup Tempat Penampungan Air \n Mendaur Ulang Barang Bekas \n Membersihkan Rumah dan Lingkungan Sekitar \n Menggunakan Obat Anti Nyamuk \n Menaburkan Bubuk Larvasida di Tempat Penampungan Air \n Tidak Menggantung Pakaian di Dalam Kamar \n Memasang Kawat Kasa pada Jendela dan Ventilasi \n Memelihara Ikan Pemakan Jentik Nyamuk \n Menggunakan Pakaian Tertutup untuk Aktivitas di Luar \n Menggunakan Losion Anti Nyamuk \n Menanam Tanaman Anti Nyamuk Alami \n Fogging \n Vaksin DBD \n \n\n Vaksin demam berdarah dengue atau yang dikenal sebagai Travalent Dengue Vaccine (TDV), telah disetujui edarnya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sejak 2022. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 04 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cedera ACL; Menakutkan Bagi Para Atlet - Berbahaya Kah?<\/a><\/h3>
Cedera ACL menghantui banyak atlet. Tidak pandang bulu, dari pemain amatir hingga atlet-atlet profesional banyak yang mengalami cedera ini. Cedera ini sendiri bisa menyebabkan penurunan performance dan tidak jarang keluhan ini menyebabkan pemain pensiun dini dari profesinya. seperti yang pernah terjadi pada pesepak bola profesional Virgil Van Dijk, Radamel falcao dan banyak pemain lainnya. Apa itu ACL dan mengapa menghantui para pemain serta bagaimana mengatasinya? \n\n \n\n \n\n \n\n Ligamen anterior crusiatum atau lebih sering dikenal ACL merupakan salah satu jaringan ikat yang membentuk konfigurasi silang pada bagian tengah lutut, menghubungkan tulang paha ke bagian atas tulang kering dan merupakan struktur penting yang mempertahankan stabilitas sendi lutut.Selama aktifitas \n\n \n\n Cedera ini sering terjadi dikarenakan beban yang berlebihan pada lutut: \n\n \n \n Gerakan deselerasi (berhenti), dan pergantian arah secara tiba-tiba. \n \n \n Gerakan pivot/ memutar saat kaki menumpu beban ke lantai \n \n \n Mendarat setelah lompat dengan posisi yang tidak benar atau salah \n \n \n Benturan langsung ke lutut \n \n \n\n \n\n Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya cedera pada ligamen ini. \n\n \n \n Jenis kelamin, pada perempuan resiko terjadinya cedera ACL lebih tinggi daripada laki-laki. hal ini berkaitan dengan kekuatan otot, perbedaan anatomi dan hormonal \n \n \n Kurang pemanasan dan/ atau pendinginan \n \n \n Menggunakan alas kaki yang tidak pas saat beraktifitas \n \n \n Melakukan olahraga tertentu seperti basket, sepak bola, senam dan ski \n \n \n\n \n\n Gejala dan tanda cedera ACL biasanya meliputi \n\n \n\n \n \n Bunyi / sensasi “pop” pada lutut \n \n \n Nyeri hebat, tidak mampu melanjutkan aktivitas \n \n \n Bengkak tiba-tiba \n \n \n Lingkup gerak sendi terbatas \n \n \n Sensasi lutut terasa “bergeser” \n \n \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami cedera lutut yang menyebabkan timbulnya gejala cedera ACL, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter atau ke fasilitas kesehatan terdekat. Menentukan tingkat keparahan cedera dan menerima perawatan yang sesuai adalah penting, oleh karena itu, diagnosis yang cepat dan akurat sangat diperlukan. \n\n Jika Sahabat hanya mengalami cedera ACL yang ringan, kemungkinan dokter akan menyarankan untuk melakukan perawatan R-I-C-E di rumah sebagai pertolongan pertama, yaitu rest (beristirahat dan batasi tekanan pada lutut), ice (mengkompres lutut dengan es), compression (membalut lutut dengan kain elastis) dan elevation (mengangkat lutut lebih tinggi dari posisi jantung). \n\n Terapi rehabilitasi juga bisa dilakukan untuk mengatasi cedera ACL. Terapis fisik akan mengajari kamu beberapa gerakan latihan yang bisa dilakukan, baik dengan pengawasan atau di rumah. Namun tetapi, bila cedera ACL tidak kunjung sembuh dan bertambah parah atau ada lebih dari satu ligamen yang terluka, tindakan operasi perlu dilakukan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 29 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kualitas Udara Memburuk, PPOK Mengintai!<\/a><\/h3>
Bukan lagi rahasia umum kalau kualitas udara yang memburuk dapat mengancam kesehatan organ pernapasan yaitu paru-paru. Walaupun bukan penyebab utama PPOK tetapi paparan polusi udara yang buruk dapat meningkatkan risiko terjadinya PPOK. Lantas apa itu PPOK? \n\n Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah peradangan yang terjadi pada organ paru-paru yang berkembang dalam jangka waktu yang lama dan panjang. PPOK atau Penyakit Paru Obstruktif umumnya dutandai dengan sulit bernapas di sertai batuk berdahak, dan mengi (bengek). \n\n Dua kondisi yang menyebabkan berkembang menjadi PPOK adalah bronkitis kronis dan emfisema. Pada penyakit bronkitis kronis, kerusakan terjadi pada saluran bronkus, namun pada emfisema kerusakan terjadi pada alveolus. \n\n Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) sering menyerang orang yang berusia sudah paruh baya yang merokok. Penyakit PPOK akan semakin memburuk dan berisiko menyebabkan penderitanya mengalami penyakit lainnya seperti jantung dan kanker paru-paru jika tidak segera diobati oleh dokter yang ahli dibidangnya. \n\n \n\n Penyebab PPOK \n\n Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dapat dikenali melalui ciri ciri sulit bernapas. Hal ini disebabkan menurunnya aliran udara yang masuk dan keluar dari saluran bronkus di paru-paru. Saluran bronkial yang lebih tipis dan kecil sering disebut dengan bronkiolus. Bronkiolus mengandung kantung udara yang bernama alveoli, yang didalamnya terjadi pertukaran udara oksigen dan sisa karbondioksida dengan pembuluh darah. Penderita PPOK kantung udaranya tidak dapat menampung aliran udara yang cukup untuk dimasukan dan dikeluarkan dari paru-paru sehingga mengurangi kebutuhan oksigen pada tubuh yang dapat disebabkan oleh beberapa hal: \n\n \n Kebiasaan Merokok : PPOK paling sering terjadi pada orang yang berumur paruh baya dan memiliki riyawat merokok, baik sebagai kebiasaan lama ataupun masih merokok hingga sekarang. \n Menderita Asma, Infeksi HIV, tuberkulosis, dan kelainan genetik yang menyebabkan berkurangnya protien alpha-1-antitrypsin (AAt). \n Faktor Lingkungan juga dapat menimbulkan PPOK dengan seseorang yang memiliki hubungan dengan perokok pasif ataupun polutan berbahaya yang meliputi zat kimia, bahan bakar atau debu. \n Memiliki keluarga dengan riwayat PPOK. \n \n\n \n\n Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis \n\n Penyakit paru obstruktif kronis berkembang dengan cara perlahan dan tidak sama sekali menunjukkan gejala khusus pada tahap awalnya. Gejala PPOK akan muncul setelah bertahun-tahun, ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru. \n\n Beberapa gejala yang biasanya dialami oleh penderita PPOK sebagai berikut: \n\n \n Batuk yang tidak kunjung sembuh yang disertai dengan dahak. \n Berat badan tiba-tiba menurun. \n Napas tersengal sengal, terutama pada saat melalukan aktivitas fisik. \n Mengalami nyeri di dada. \n Terjadi pembengkakan di tungkai dan kaki \n Mengi dan lemas \n \n\n Namun Gejala PPOK ini bisa muncul secara tiba-tiba atau mendadak dan akan dapat terus memburuk, sehingga menuju ke tahap yang disebut dengan eksaserbasi PPOK. Gejala tahap lanjut Penyakit Paru Obstruktif Kronis ini bisa meliputi lendir yang berlebihan, perubahan warna atau kekentalan pada lendir, dan rasa sesak terus meningkat pada dada, dan sering disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia (radang paru) atau polusi udara. Eksaserbasi PPOK sering mengancam jiwa si penderita dan memerlukan penanganan dokter secepat mungkin. \n\n \n\n Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) \n\n Untuk mendeteksi atau mediagnosis PPOK, melalui beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan oleh penderita. Dengan melakukan pemeriksaan spirometri atau FEV1 untuk mengukur jumlah undara yang masuk dan keluar dari paru-paru dan mengukur kecepatan pergerakan udara. Rontgen dada juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis penyakit lain yang memiliki gejala serupa seperti tuberkulosis atau kanker paru. Pemeriksan oximetri atau gas darah arteri juga sangat penting untuk mengukur kadar oksigen dan karbondioksida atau elektrokardiogram untuk mengetahui kondisi jantung. \n\n Semakin cepat PPOK didiagnosis, maka semakin baik kemungkinan perawatan bagi penyakit ini. Pemeriksaan kesehatan paru sangat dianjurkan terutama bagi perokok / mantan perokok berat dan yang memiliki risiko tinggi menderita PPOK. \n\n \n\n Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis \n\n PPOK adalah penyakit yang dapat dicegah dengan beberapa cara. Hal yang harus dilakukan untunk mencegahnya adalah berhenti merokok atau hindari asap rokok orang lain. Jika Sahabat Hermina perokok aktif, segeralah berhenti merokok, sehingga sahabat Hermina dapat terhindari dari komplikasi ayng mungkin terjadi di kemudian harinya. \n\n \n\n Pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) \n\n Hingga sampai saat ini, penyakit paru obstruktif kronis belum bisa disembuhkan secara sepenuhnya. Namun, melakukan pengobatan dapat membantu meredakan gejala dan menghambat perkembangan PPOK ini, sehingga pasien dapat menjalani aktivitas dengan normal. \n\n Oleh karena itu, mari Sahabat Hermina kita jaga Kesehatan paru-paru kita dari segala hal penyakit seperti PPOK dan lainnya. Dengan menerapkan pola makan yang sehat, menghindari polusi udara, berhenti merokok atau menghindari asap rokok, dan rutin berolahraga. Jika Sahabat Hermina mengalami gejala pada paru-paru segera lah berkonsultasi ke dokter spesialis paru agar segera di tangani oleh ahlinya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 02 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Emfisema Dampak dari Kebiasaan Merokok?<\/a><\/h3>
Emfisema merupakan salah satu penyakit yang menyerang organ paru-paru. Emfisema timbul di sebabkan dari kebiasaan merokok selama bertahun-tahun. \n\n Penyakit ini termasuk dalam kelompik Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) da berpotensi mengancam nyawa penderita. Emfisema dapat menimbulkan gejala seperti sesak dan sulit untuk bernafas bagi penderitanya. Dikarenakan adanya kerusakan pada kantong udara di alveolus atau paru-paru. \n\n Emfisema adalah penyakit obstruktif paru yang bersifat progresif dan kronis. Emfisema ditandai dengan adanya kelainan yang terjadi berupa adanya pelebaran rongga udara distal pada bronkiolus terminal dan kerusakan pada parenkim paru. Selain itu rusaknya alveolus juga dapat mengganggu proses keluarnya udara berisi karbodioksida dari paru-paru. Sehingga menyebabkan paru membesar secara perlahan yang disebabkan udara terperangkap dan nenumpuk di dalam kantong udara. \n\n Enfisema akan memburuk seiringan dengan waktu. Meskipun ada penanganan yang bisa untuk memperlambat perkembangan penyakit emfisema, akan tetapi alveolus yang rusak tidak dapat dipulihkan kembali. \n\n \n\n Gejala Emfisema \n\n Emfisema umumnya dialami oleh seseorang dengan kebiasaan merokok selama bertahun-tahun. Gejala emfisema sendiri cukup beragam, beberapa gejalanya umum emfisema yakni, antaranya: \n\n \n Napas pendek, saat melakukan aktivitas ringan \n Kebiruan pada bibir dan kuku disebabkan kurangnya asupan oksigen \n Perubahan bentuk dada (barrel chest) \n Nafsu makan dan berat badan menurun \n Kelelahan dan tubuh menjadi lemah \n \n\n \n\n Penyebab Emfisema \n\n Penyebab paling umum emfisema adalah paparan asap rokok hingga kebiasaan merokok. Selain itu, paparan polusi dalam jangka panjang serta bahan kimia di industri juga dapat memicu emfisema. \n\n Meski jarang terjadi emfisema juag bisa disebabkan oleh kelainan genetic yang disebut defisiensi alfa-1 antitripsin. Kondisi ini terjadi akibat kekurangan protein alfa-1, yaitu yang berfungsi untuk melindungi elastis pada organ paru. \n\n \n\n Faktor Risiko Emfisema \n\n Emfisema lebih sering terjadi pada seseorang dengan beberapa faktor dibawah ini: \n\n \n Memiliki kebiasaan merokok atau terpapar asap rokok / perokok pasif \n Bekerja atau menetap dilingkungan mudah terpapar polusi udara \n Memiliki riwayat penyakit paru obstruktif (PPOK) \n \n\n \n\n Diagnosis emfisema perlu dilakukan terutama melalui pemeriksaan spirometry. Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat membantu emfisema seperti rontgen toraks, pemeriksaan darah, elektrokardiogram, pulse oximetry dan CT Scan. \n\n Pengobatan emfisema dilakukan berdasarkan tingkat keparahan yang dialami oleh pasien. Apabila kondisi tersebut sudah tidak dapat disembuhkan, maka akan diberikan penanganan untuk memperlamat berkembangnya emfisema, di antaranya sebagai berikut \n\n \n Pemberian obat-obatan (bronkodilator, kortikosteroid, dan antibiotic) \n Tindakan Operasi, terapi \n Dan perubahan gaya hidup \n \n\n \n\n Oleh karena itu, untuk menghindari penyakit emfisema, Sahabat Hermina bisa memulainya dengan menghindari faktor-faktor pemicunya seperti salah satunya merokok dan paparan polusi udara. Lakukan konsultasi untuk melakukan pencegahan sedini mungkin agar dapat mencegah emfisema dan ubah gaya hidup dengan pola hidup yang sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 11 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Pria Tidak Subur? Yuk Ketahui Infertilitas Pria<\/a><\/h3>
Tak hanya wanita saja yang dapat mengalami infertilitas, infertilitas juga dapat terjadi pada seorang pria. Dari keseluruhan gangguan kesuburan faktanya, 25% bisa terjadi karena faktor wanita, 25% dari pria, dan 50% dari keduanya. Sehingga, gangguan kesuburan yang dialami oleh pria dan wanita dalam perbandingan yang sama. \n\n Infertilitas pria adalah gangguan medis seorang pria yang mengalami ketidakmampuan dalam membuahi sel telur wanita, sehingga membuat pasangan tidak dapat hamil. Infertilitas pria disebabkan berbagai faktor yang menyebabkan seorang pria tidak subur seperti masalah pada sistem reproduksi pria, gaya hidup, faktor lingkungan, kurangnya hasrat seksual, dan mengalami bengkak atau sakit pada testis atau skrotum. Namun, tidak semua pria dapat mengalami tanda-tanda ini. Sebagian besar pria infertilitas memiliki gangguan kesuburan bahkan tidak mengalami gejala sama sekali. \n\n \n\n Penyebab Infertilitas pada pria \n\n Penyebab infertilitas pria secara umum disebabkan dari beberapa faktor, antaranya: \n\n \n Masalah pada produksi sperma, seperti infeksi atau peradangan, varikokel, gangguan hormonal, dan gangguan pada saluran ejakulasi \n Masalah ejakulasi, seperti ejakulasi retrograde atau ejakulasi terlalu cepat \n Faktor kesehatan dan gaya hidup, seperti merokok, obesitas, konsumsi alkohol berlebihan, menggunakan obat-obatan terlarang tertentu, paparan bahan kimia beracun, serta penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi \n \n\n \n\n Gejala Infertilitas pria \n\n Infertiitas pria dapat ditandai dengan beberapa gejala, meski dalam banyak kasus, pria dengan indertilitas tidak menunjukkan gejala apapun. Beberapa gejala infertilitas pada pria yang perlu diperhatikan: \n\n \n Masalah dengan fungsi seksual seperti kesulitan ejakulasi, berkurangnya hasrat seksual, atau disfungsi ereksi. \n Jumlah sperma yang lebih rendah dari normal \n Merasa ada benjolam atau rasa sakit pada testis \n Pertumbuhan payudara tidak normal atau ginekomastia \n Tanda-tanda kelainan kromosom atau hormonal lainnya \n \n\n \n\n Diagnosis Infertilitas pada pria \n\n Untuk diagnosis Infertilitas pria, dokter akan melakukan pemeriksaan dengan beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis, antaranya: \n\n \n Anamnesis \n \n\n Berguna untuk mengetahui riwayat kesuburan pasien. Baik riwayat penyakit, pembedahan, terapi radiasi, hingga pola hidup yang diterapkan oleh pasien. \n\n \n Pemeriksaan Fisik \n \n\n Setelah melakukan anamnesis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, baik dari sisi anatomi penis, karakteristik testi dan epididymis serta kelainan organ lainnya. \n\n \n Pemeriksaan Analisis Sperma \n \n\n Analisis menjadi pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan. Analisis sperma dasarnya tidak dapat menentukan diagnosis infertilitas secara tunggul dalam menentukan kesuburan pria. Jika ditemui sejumlah masalah seperti azoospermia, maka akan melanjutkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti biopsy testi. \n\n \n\n Pengobatan Infertilitas pria \n\n Pengobatan infertilitas tergantung pada penyebab. Beberapa jenis pengobatan infertilitas pada pria yang bisa dilakukan adalah: \n\n \n Pemberian obat-obatan: beberapa obat-obatan dapat membantu meningkatkan jumlah sperma atau memperbaikin kualitas sperma. \n Tindakan operasi: tindakan dapat membantu mengatasi masalah fisik seperti varikokel atau pembengkakan pada pembuluh dari di sekitar testis atau obstruksi pada saluran sperma. \n Metode In Vitro Fertilization (IVF): metode ini dapat membantu seorang pasangan yang mengalami infertilitas untuk menghasilkan keturunan dengan memanfaatkan TRB (teknologi reproduksi berbantu) \n Perawatan untuk masalah hubungan seksual. Konseling atau pengobatan membantu meningkatkan kesuburan dalam kondisi, seperti disfungsi ereksi atau ejakulasi dini. \n \n\n \n\n Oleh karena itu, bahwa infertilitas pada pria adalah kondisi medis yang dapat menyebabkan ketidakmampuan dalam membuahi sel telur wanita yang dapat membuat pasangan tidak dapat hamil. Jika Sahabat Hermina mengalami salah satu gejala seperti di atas atau memiliki kekhawatiran tentang kesuburan sebaiknya segera di konsultasikan dengan dokter spesialis andrologi untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan serta pengobatan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 26 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Virus Mematikan yang Mengintai dalam Gigitan Hewan (Rabies)<\/a><\/h3>
Waspada gigitan dari hewan bisa berdampak buruk jika hewan yang menggigit tersebut terinfeksi virus rabies. Tidak hanya melalui gigitan penularan rabies juga dapat menular melalui cakaran hewan yang terinfeksi rabies, melalui cakaran maka virus bisa terbawa menembus kulit dan masuk ke dalam tubuh. \n\n \n\n Rabies adalah penyakit zoonosis yaitu penyakit yang menular melalui hewan ke manusia melalui air liur, gigitan dan cakaran hewan yang terinfeksi oleh virus rabies (lyssavirus). Virus rabies akan menyerang sistem saraf pusat dan dapat mengakibatkan radang otak dan kematian jika tidak diobati dengan secepat mungkin. Setelah virus rabies memasuki tubuh manusia, virus akan menyebar melalui saraf perifer menuju otak dan sumsum tulang belakang. Pada proses ini dapat memakan waktu yang bervariasi, antara beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada jarak antara tempat virus memasuki tubuh dan otak. \n\n \n\n Gejala masa inkubasi virus rabies antara 4 sampai 12 minggu, setelah masa inkubasi orang yang tertular virus rabies akan mengalami beberapa gejala mirip flu, otot melemah, merasa terbakar atau kesemutan di area bekas gigitan, nyeri atau sakit kepala, demam, merasa gelisah, merasa terancam tanpa penyebab, halusinasi, insomnia, hingga kesulitan menelan makan atau minum serta produksi air liur berlebih. Gejala rabies pada manusia berkembang secara bertahap dengan dimulai gejala awal yang mirip flu lalu berkembang menjadi gangguan nuerologis. Meski berakibat fatal, penderita tetap memiliki peluang sembuh jika segera diobati setelah terpapar virus rabies. \n\n Pertolongan pertama yang bisa dilakukan jika baru saja terkena gigitan hewan yang terinfeksi virus, diantaranya: \n\n \n Jika luka terbukan atau ada perdarahan, dapat menekan area luka dengan kasa atau kain bersih yang sudah steril. \n Bersihkan luka gigitan atau cakaran hewan dengan air mengalir dan sabun dengan durasi waktu selama 10 sampai 15 menit. \n Lalu, oleskan cairan antiseptik dengan kandungan alkohol dengan kadar 70 persen atau povidone iodine ke area luka gigitan atau cakaran. \n Segera ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penangan yang tepat. \n \n\n Dokter akan memeriksa dan membersihkan luka gigitan atau cakaran hewan rabies, dan akan memberikan serum anti rabies (SAR) dan vaksin anti rabies (VAR). Bertujuan untuk membantu sistem imun atau kekebalan tubuh untuk melawan virus rabies sehingga infeksi pada otak dan kematian dapat dicegah. \n\n \n\n Tindakan pencegahan terhadap infeksi virus rabies adalah dengan cara mengurang faktor risiko dengan cara yaitu: \n\n \n Melakukan suntik vaksin anti rabies kepada hewan peliharaan. \n Menjaga kontak langsung dari hewan yang berpotensi terinfeksi virus rabies \n Menjaga hewan perliharan untuk tidak berinteraksi dengan hewan asing atau liar \n Melaporkan ke petugas kesehatan jika menemui seseorang atau hewan yang mengalami gejala rabies \n Dan mendapatkan vaksinasi dan serum untuk diri sendiri \n \n\n \n\n Oleh karena itu, perlu diwaspadai bahwa gigitan dari hewan yang terinfeksi virus rabies dapat berdampak buruk bagi kesehatan hingga kematian. Jika Sahabat Hermina terkena gigitan hewan yang terinfeksi virus rabies jangan lah ragu untuk segera datang ke rumah sakit agar mendapatkan penanganan yang tepat. Dan untuk pencegahan, disarankan untuk melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan dan menghindari kontak langsung dengan hewan yang berpotensi terinfeksi virus rabies. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 19 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kegelisahan Berlebih Tanda Gejala OCD Benarkah? Yuk Mengenal OCD<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, sering mengalami kegelisahan berlebih merupakan gangguan OCD benarkah? Yuk kita mengenal dulu apa itu Obsessive Compulsive Disorder. \n\n Obsessive Compulsive Disorder atau yang biasa dikenal OCD adalah gangguan kesehatan pada mental yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu secara berulang-ulang. Hal ini tidak dapat dikontrol secara langsung oleh penderita. Dikarena OCD merupakan masalah kesehatan mental yang dapat mempengaruhi kehidupan si penderita secara keseluruhan. \n\n Kegelisahan tidak secara langsung mengindikasikan bahwa seseorang mengalami gangguan OCD, Namun kegelisahan yang berlebihan dapat menjadi salah satu gejala dari Obsessive Compulsive Disorder (OCD). \n\n \n\n Lalu, apa saja gejala OCD? \n\n Gejala utama Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah obsesi dan kompulsi yang dapat mengganggu aktivitas normal. OCD obsesif adalah OCD dengan perilaku obsesif dengan pikiran yang sebenarnya tidak diinginkan dan juga dapat menyebabkan penderita mengalami cemas berlebih jika tidak melakukannya. \n\n Lebih tepatnya, obsesif akan menekan pikiran dan keinginan penderita. Seperti: \n\n \n Merasa takut secara berlebihan terhadap kontaminasi kotoran, bakteri, maupun virus. \n Memiliki keinginan untuk merapikan dan menata barang benda tertentu dengan tepat dan simetris. \n \n\n OCD kompulsif berbeda dengan obsesif, dalam OCD kompulsif adalah perilaku penderita yang melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Biasanya bertujuan untuk mengurangi rasa khawatir atau cemas karena penderita memiliki pemikiran obsesif. Namun, seringkali tindakan kompulsif ini bersifat tidak masuk akal. Berikut contoh tindakan OCD kompulsif, antaranya: \n\n \n Mencuci tangan secara berulang-ulang. \n Menata atau mengatur barang dan benda secara simetris. \n Mengulang-ulang kata-kata tertentu saat sedang berbicara. \n Mengumpulkan atau menimbun barang-barang yang tidak penting. \n \n\n \n\n Penyebab Obsessive Compulsive Disorder (OCD) \n\n Penyebab dari gangguan obsesif kompulsif (OCD) sendiri masih belum dapat diketahui secara pasti. Namun tetapi, ada beberapa faktor yang disebabkan terjadinya OCD. Diantaranya: \n\n \n Faktor keturunan atau genetik: Penelitian genetik menunjukkan bahwa faktor genetic memilikirisiko mengembangkan OCD. Namun, belum ada gen tunggal yang diidentifikasi sebagai penyebab langsung OCD. \n Biologi: OCD mungkin merupakan akibat dari perubahan fungsi otak atau kimia alami tubuh (neurotransmitter) seperti norepinefrin dan serotonin. \n Gangguan emosi dan trauma. \n \n\n \n\n Komplikasi \n\n Masalah yang dihasilkan dari gangguan Obsessive Compulsive Disorder dapat mencakup, antara lain: \n\n \n Masalah kesehatan seperti dermatitis kontak dari seringnya mencuci tangan \n Kesulitan menghadiri kegiatan social baik pekerjaan, atau sekolah \n Waktu yang berlebihan dihabiskan untuk terlibat dalam perilaku ritualistic \n Memiliki kualitas hidup dan pikiran yang buruk. \n Dan mengalami masalah dalam hubungan. \n \n\n \n\n Pengobatan OCD \n\n Meski OCD tidak dapat disembuhkan secara total. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan sebagai langkah penanganan pasien OCD untuk mengurangi gejalanya. \n\n Penderita OCD akan disarankan oleh dokter untuk menjalani terapi psikoterapi atau psikologi. Psikoterapi dilakukan untuk mengenali perasaan, pikiran, dan serta kondisi yang dialaminya. Dengan begitu penderita dapat berperilaku positif dalam menangani masalah. \n\n Selain terapi, penangan OCD juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan. Beberapa jenis obat yang biasa diresepkan oleh dokter untuk penderita OCD. \n\n \n\n Oleh karena itu, kegelisahan berlebihan dapat menjadi salah satu gejala dari Obsessive Compulsive Disorder (OCD). OCD adalah gangguan kesehatan mental yang dapat dikurangi gejalanya dengan melakukan penanganan medis berupa terapi maupun penggunaan obat-obatan yang sudah di resepkan dokter, meskipun tidak dapat sembuh secara total. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 24 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Nyeri pada Tumit? Kenali Plantar Fasciitis<\/a><\/h3>
Plantar Fasciitis adalah salah satu kasus penyakit pada jaringan di bawah kaki yang menyebabkan nyeri pada tumit. Plantar Fasciitis merupakan peradangan yang terjadi pada plantar fascia, yaitu peradangan jaringan di bawah kaki yang membentang dari tumit sampai jari kaki. Jaringan di bawah kaki berfungsi sebagai penyangga telapak kaki dan meredam getaran disaat kita sedang berjalan. \n\n Peradangan ini bisa dialami oleh siapa saja, namun tetapi kondisi ini banyak dialami pada usia diatas 40 tahun. Aktivitas sehari-hari yang memiliki banyak tekanan berat dapat menimbulkan cedera atau robekan pada plantar fascia sehingga menyebabkan peradangan, serta menimbulkan nyeri pada tumit. \n\n Penyakit ini merupanyai gejala berupa rasa nyeri pada tumit kaki pada telapak atau pinggir kaki, dapat disertai pembengkakan di telapak kaki sekitarnya dan rasa nyeri yang muncul dapat secara bertahap atau mendadak. Rasa nyeri berupa rasa panas pada telapak kaki, dan ketika parah saat mulai melangkahkan kaki sudah merasakan nyeri. \n\n Penyebab Plantar Fasciitis masih belum diketahui secara pasti apa yang menjadikan penyebab Plantar Fasciitis. Kondisi ini diduga akibat terjadinya tekanan yang berlebihan pada plantar fascia. Meski bisa terjadi pada siapa saja, ada faktor yang dapat meningkatkan risiko mengalami Plantar Fasciitis, antaranya: \n\n \n\n \n Obesitas, dapat menyebabkan tekanan berlebih pada Plantar Fascia \n Olahraga juga dapat meningkatkan risiko plantar fascia diantaranya olahraga dengan jenis tertentu seperti, lari jarak jauh, balet, aerobic \n Pekerjaan yang memerlukan posisi berdiri waktu lama \n Penyakit tertentu, seperti artritis, dan ankylosing spondylitis \n Dan masalah pada kaki, seperti bentuk kaki terlalu melengkung atau kaki tidak rata. \n \n\n \n\n Pada nyeri yang kondisinya lama tanpa pengobatan, dapat menyebar lebih jauh ke atas dank e ujung daerah jari. Peradangan pada daerah telapak kaki ini akan menyebabkan selubung otot kaki membengkak dan menebal sehingga tekanan pada saraf menimbulkan nyeri. Selain itu,pembengkakan pada selubung otot tersebut juga dapat menyebabkan nyeri pada daerah telapak kaki pada saat digunakan untuk menumpu. \n\n Oleh karena itu, Sahabat Hermina hindari berdiri dalam waktu lama dan mengurangin tekanan beban yang berat agar terhindar dari nyeri tumit (Plantar fasciitis). Jika sahabat mengalami beberapa gejala segera konsultasikan ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 19 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Lupus Mempunyai Jenis Lain? Yuk Mengenal Jenis-jenisnya<\/a><\/h3>
Tahukah Sahabat Hermina penderita lupus di Indonesia sebesar 0,5 persen terhadap total populasi yang berarti sekitar 1.250.000 orang yang mengidap lupus di Indonesia menurut data survei Profesor Handono Kalim, dkk pada tahun 2017. Sementara berdasarkan data perhimpunan SLE Indonesia insiden kasus lupus dari 8 rumah sakit di Indonesia sebesar 10,5 persen pada tahun 2016, dan setiap tahunnya ditemukan kasus lupus baru. \n\n Lupus atau yang dikenal juga lupus eritematosus sistemik adalah jenis penyakit autoimun yang sering menyerang wanita. Alih-alih melindungi tubuh, lupus justru menyerang sel, jaringan, dan organ tubuhnya sendiri. \n\n Hal ini bisa menyebabkan terjadinya peradangan kronis. Lupus sendiri juga bisa menyerang bagian tubuh, seperti sel darah, ginjal, kulit, sendi, jantung, paru-paru, hingga sumsum tulang belakang. Namun perlu digarisbawahi, ternyata lupus miliki beberapa jenis. Diantaranya berikut jenis penyakit lupus yang perlu Sahabat Hermina ketahui. \n\n \n\n \n \n Systemic Lupus Erythematosus (SLE) \n \n \n\n SLE merupakan jenis lupus yang paling sering diidap oleh penderita lupus. SLE dapat menyerang jaringan serta menyerang organ tubuh manasaja dengan gejala yang ringan hingga gejala yang parah. Saat gejala sedang memburuk disebut dengan flare dan ketika gejala sedang membaik atau hilang disebut dengan remisi. Gejala SLE ini paling umum terjadi meliputi ruam kulit, bengkak atau nyeri pada persendian, pembengkakan di sekitar mata dan kaki serta mengalami kelelahan yang eksrem. \n\n \n\n \n \n Lupus Eritematosus Diskoid (DLE) \n \n \n\n DLE adalah jenis penyakit lupus yang hanya menyerang kulit, namun tetapi dampak dari DLE ini mampu menyerang jaringan serta organ tubuh lainnya. DLE sendiri dapat dikendalikan dengan menghindari terkenanya paparan sinar matahari secara langsung dan obat-obatan. \n\n \n\n Gejala lupus eritematosus discoid (DLE) biasanya akan mengalami seperti rambut rontok, dan pitak secara permanen. Selain rambut rontok, gejala lainnya dapat berupa ruam merah dan bulat seperti sisik pada kulit yang terkadang akan menebal dan menyebabkan bekas luka. \n\n \n\n \n \n Lupus Neonatus \n \n \n\n Lupus ini biasanya hanya terkena pada bayi yang ibunya memiliki autoimun tertentu. Antibodi autoimun ini terjadi melalui dari ibu ke janin melalui plasenta. Perlu diketahui tidak semua ibu yang memiliki antibodi dengan memiliki gejala lupus. Gejala lupus neonates diantaranya, ruam kulit, jumlah sel darah rendah, dan masalah hati pasca melahirkan. Sedangkan gejala yang terjadi pada bayi, memiliki kelainan jantung, dan dapat hilang setelah beberapa bulan. \n\n \n\n Hal itu autoantibodi (SSA/B) dapat melewati plasenta dan menyebabkan masalah konduksi pada jantung (heart block), penderita dengan lupus ini perlu dipantau secara ketat pada masa kehamilan. Pemantauan dapat dilakukan dengan dokter spesialis kandungan dan penyakit dalam. \n\n \n\n \n \n Lupus Akibat Induksi Obat \n \n \n\n Lupus ini disebut juga dengan Drug Induced Lupus (DIL) atau Induced Lupus Erythematosus (DILE). Efek samping obat-obatan juga dapat memicu terjadinya penyakit lupus. Tetapi efek samping obat juga akan berbeda-beda pada setiap orang. Lebih dari 100 jenis obat yang dapat menimbulkan efek samping yang mirip dengan gejala lupus pada orang-orang tertentu. \n\n \n\n Gejala lupus akibat induksi obat umumnya akan hilang jika penderita berhenti mengonsumsi atau menggunakan obat tersebut. Oleh sebab itu, jenis lupus satu ini biasanya tidak perlu menjalankan pengobatan khusus. Akan tetapi, untuk selalu berbicara dengan dokter sebelum memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat dengan resep dokter. \n\n \n\n Sahabat Hermina, itulah beberapa jenis penyakit lupus yang dapat kita ketahui dan pahami. Jika, sahabat herimna mengalami beberapa gejala seperti diatas segeralah konsultasikan masalah kesehatan anda ke dokter spesialis, agar mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 28 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Waspada Nyamuk Malaria di Sekitar Kita<\/a><\/h3>
Malaria merupakan sebuah penyakit menular yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi oleh parasit Plasmodium. Penyakit ini dapat menyebabkan penderita malaria akan mengeluhkan gejala menggigil dan demam. Malaria jika tidak cepat dan tepat untuk ditangani dapat menimbulkan beberapa komplikasi berat yang dapat berujung pada kematian. \n\n Infeksi penyakit malaria oleh nyamuk dapat terjadi hanya dalam satu gigitan nyamuk saja. Malaria tidak dapat menular secara langsung dari individu ke individu lainnya. Di Indonesia sendiri, jumlah penderita penyakit malaria cenderung menurun setiap tahunnya. Namun tetapi, di beberapa daerah di Indonesia masih banyak yang menderita malaria, terutama di wilayah Indonesia Timur, yaitu daerah Papua dan Papua Barat. \n\n \n\n Penyebab Malaria \n\n Penyakit Malaria disebabkan oleh parasite Plasmodium yang menginfeksi nyamuk. Parasit ini ditularkan dari gigiran nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Parasit Plasmodium ini mempunyai banyak jenisnya, tetapi hanya lima yang dapat menyebabkan infeksi pada tubuh manusia. \n\n Dari lima jenis parasite Plasmodium yang dapat menginfeksi manusia, paling banyak ditemukan kasusnya di Indonesia hanya dua jenis, yaitu: \n\n \n\n 1. Plasmodium Vivax \n\n Parasit ini menimbulkan gejala yang lebih sedikit ringan dari malaria yang ditimbulkan oleh parasite Plasmodium Falciparum. Namun, Plasmodium Vivax dapat membuat malaria kambuh kembali disebabkan dapat bertahan di dalam organ hati selama tiga tahun. \n\n 2. Plasmodium Falciparum \n\n Parasit ini adalah penyebab malaria paling umum dan menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian yang diakibatkan oleh malaria. \n\n \n\n Gajala Malaria \n\n Gejala malaria sendiri timbul dalam kurun waktu 10-15 hari setelah digigit dari nyamuk malaria. Munculnya gejala dapat melalui tiga tahap dalam waktu selama 6-12 jam, dengan gejala yaitu mengigil, sakit kepala dan hingga demam, lalu mengeluarkan banyak keringat dan lemas. Gejala malaria timbul dengan mengikuti beberapa siklus tertentu. Berikut beberapa gelaja malaria, seperti: \n\n \n Sakit kepala \n Demam tinggi \n Muntah-muntah \n Menggigil \n Berkering dan lemas \n \n\n \n\n Diagnosis Malaria \n\n Malaria dapat dipastikan dengan melihat gejala yang dialami penderita, tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test / RDT) dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan jenis parasit apa yang menyebabkan malaria, serta pemeriksaan fisik. \n\n Proses pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan sampel darah penderita, dan dalam 20 menit hasilnya sudah bisa didapatkan. Hasil RDT sangat penting dalam menentukan tipe pemberian obat antimalaria yang akan diberikan kepada penderita. \n\n Pemeriksaan darah juga dilakukan untuk mengetahui apakah pasein juga menderita anemia. Anemia adalah salah satu komplikasi yang terjadi akibat malaria. \n\n \n\n Pengobatan Malaria \n\n Penderita penyakit malaria dapat sembuh total jika malaria diobati dan ditangani secara cepat dan benar. Proses pengobatan segara dilakukan setelah diagnosis diketahui. Obat antimalaria yang diberikan dokter tergantung pada faktor-faktor berikut: \n\n \n Jenis parasit yang menginfeksi dan menyebabkan malaria \n Tingkat keparahan penderita malaria \n Penderita sedang dalam masa kehamilan \n \n\n Beberapa jenis malaria diketahui kebal atau resisten terhadap obat-obatan tertentu. Misalnya, di Indonesia banyak kasus malaria yang ditemukan tidak dapat sembuh jika diberikan obat antimalaria chloroquine karena sudah kebal. \n\n Jika demikian, dokter akan menyarankan untuk mengombinasikan obat antimalaria. Apabila kasus malaria yang diderita cukup parah terinfeksinya, obat akan diberikan dalam bentuk infus rumah sakit. \n\n Untuk mengatasi malaria yang disebabkan oleh parasit plasmodium falciparu, obat-obatan yang diberikan adalah: \n\n \n Kombinasi amodiaquine dan artesunate \n Kombinasi dihydroartemisinin dan piperquine \n Kombinasi artesnate, pyrimethamine dan sulfadoxine \n \n\n \n\n Sedangkan, untuk malaria yang disebabkan oleh jenis parasit Plasmodium vivax akan diobati dengan: \n\n \n Kombinasi amodiaquine dan artesunate \n Kombinasi piperaquine, dihydroartemisin, dan primaquine \n \n\n \n\n Untuk penderita yang sedang hamil, resiko terjadi malaria tingkat parah akan meningkat. Baik ibu dan janin yang dikandung dapat mengalami komplikasi yang lebih serius. Dokter yang merawat akan melibatkan dokter kandungan/obgyn agar pengobatan sesuai kondisi. \n\n Sahabat Hermina, jika mengalami kondisi atau gejala malaria seperti yang telah disebutkan di atas, segeralah ke rumah sakit terdekat untuk melakukan pemeriksaan dan mendapatkan penanganan sebelum gejala menjadi lebih parah, karena malaria dapat mematikan. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 28 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 02 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 04 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 18 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>