- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 29 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Spina Bifida - Jenis, Gejala, Penyebab dan Pencegahan<\/a><\/h3>
Spina bifida adalah cacat lahir yang terjadi akibat terganggunya pembentukan tabung saraf pada bayi selama dalam kandungan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya celah ruas tulang belakang. \n\n \n\n Spina bifida atau yang disebut juga dengan myelodisplasia / rachischisis merupakan salah satu jenis dari defek tuba neural (neural tube defect) yang paling sering terjadi, bersifat non kromosomal dan non letal. Kondisi tersebut ditandai dengan penutupan tuba beural yang tidak sempurna pada bagian kaudal lubang neural pada minggu keempat perkembangan janin. \n\n \n\n Sistem saraf berkembang dari piringan sel di sepanjang punggung embrio. Dalam satu bulan pertama kehamilan, ujung piringan ini melengkung, menutup, dan membentuk tabung saraf. Dimana tabung saraf ini akan berkembang menjadi otak dan sistem saraf di tulang belakang. \n\n \n\n Beragam jenis Spina Bifida \n\n Penyakit Spina Bifida tergolong langka terjadi. Penyakit ini memiliki tiga kelompok di dalamnya berdasarkan ukutan celah yang terbentuk, antaranya: \n\n \n\n \n Spina bifida okulta \n \n\n Adalah jenis penyakit spina bifida paling ringan karena celah yang muncul pada ruas tulang belakang berukuran kecil sehingga spina bifida ini umumnya tidak memengaruhi sisterm kerja saraf. Sehingga kemunculannya jarang sekali disadari oleh penderitanya. \n\n \n Meningokel \n \n\n Adalah jenis spina bifida dengan celah ruas tulang belakang yang lebih besar. Pada kondisi ini selaput pelindung saraf tulang belakang mencuat keluar dari celah sehingga membentuk kantung pada punggung bayi. \n\n Kantung yang keluar melalui celag ruas tulang belakang ini biasanya berisi cairan sumsum tulang belakang tanpa serabut saraf sehingga penderitanya bisa atau tidak bisa merasakan keluhan tertentu. \n\n \n Mielomeningokel \n \n\n Adalah jenis spina bifida yang paling berat. Kondisi ini, kantung yang keluar dari celah tulang belakang yang berisi cairan dan sebagian saraf tulang. Gejala dan keluhan yang muncul akan bergantung lokasi dan tingkat kerusakan saraf pada tulang belakang. \n\n Jika saraf tulang belakang yang berfungsi berkemih mengalami kerusakan saraf akan muncul gangguan berkemih. Kasus ini lebih parah bisa terjadi kelemahan total atau paralisis dari tungkai yang disertai dengan gangguan berkemih. \n\n \n\n Gejala Penyakit Spina Bifida \n\n Gejala spina bifida ini mempunyai gejala berbeda-beda, tergantung jenisnya. Spina bifida okulta jarang sekali menimbulkan gejala karena tidak melibatkan saraf tulang belakang. Tanda dari penyakit jenis spina bifida okulta adalah akan terlihat sejumput rambut di punggu bari yang baru lahir atau adanya lekukan (lesung) kecil di punggung bawag bari baru lahir. \n\n \n\n Berbeda dengan spina bifida okulta, jenis meningokel dan mielomeningokel ditandai dengan adanya kantung yang mencuat di bagian punggung bayi. Pada meningokel kantung ini memiliki lapisan kulit yang tipis. Sedangkan pada mieomeningokel, kantung ini bisa muncul tanpa lapisan kulit sehingga cairan dan serabut saraf di dalamnya dapat terlihat langsung. \n\n \n\n Selain adanya kantung di bagian punggung bayi, penderita mielomeningokel yang baru lahir juga dapat mengalami beberapa gejala di bawah ini: \n\n \n Tidak dapat menggerakkan tungkai sama sekali. \n Mengalami kejang dan gangguan berkemih. \n Bentuk tulang belakang, pinggul, atau tulang belakang tidak normal. \n \n\n \n\n Penyebab Spina Bifida \n\n Spina bifida disebabkan oleh tabung saraf yang tidak menutup atau tidak berkembang dengan sempurna pada masa kehamilan. Meskipun begitu, belum diketahui dengan pasti kenapa hal tersebut dapat terjadi. \n\n \n\n Adapun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang ibu melahirkan bayi spina bifida, yaitu: \n\n \n Mengalami kekurangan asam folat (asam folat adalah vitamin yang berfungsi penting untuk perkembangan janin). \n Memiliki riwayat mengonsumsi obta-obatan seperti asam valproat. \n Memiliki riwayat keluarga dengan spina bifida. \n Mengalami hipertemia pada awal minggu kehamilan. \n Menderita obesitas atau diabetes. \n \n\n \n\n Diagnosis Spina Bifida \n\n Penyakit spina bifida bisa dideteksi selama masa kehamilan atau setelah bayi dlahirkan. Cara diagnosis dapat dilakukan diantaranya : \n\n \n\n Diagnosis saat hamil \n\n Ada beberapa tes yang dapat membantu dokter untuk memastikan kondisi spina bifida atau cacat lahir selama masa kehamilan, yaitu : \n\n \n\n \n Ultrasonografi (USG) \n \n\n USG dapat membantu untuk mendeteksi spina bifida. Melalui tes ini, dokter dapat melihat kelainan pada struktur di tubuh janin. Seperti, jeda ruas tulang belakang yang terlalu lebar atau adanya benjolan pada tulang belakang. \n\n \n Tes darah \n \n\n Tes darah dapat berfungsi untuk memeriksa kadar AFP (alfa-fetoprotein) yang terkandung dalam darah ibu hamil. AFP merupakan suatu protein yang di produksi oleh janin. Kadaf AFP yang tinggi dapat menandakan janin berptensi mengalami kecacatan tabung saraf, seperti spina bifida \n\n \n Amniosentesis \n \n\n Adalah prosedur pengambilan sampel cairan ketuban. Pada tes ini yang dinilai kadar AFP. Kadar AFP yang tinggi menandakan adanya robekan pada kulit sekitar kantung bayi. Hal ini dapat menjadi tandanya spina bifida atau cacat lahir lainnya. \n\n \n\n Diagnosis setalah bayi lahir \n\n Spina bifida terkadang baru terdeteksi setelah bayi lahir. Dikarenakan ibu hamil tidak rutin menjalani pemeriksaan kehamilan atau karena tidak tampajnya kelainan pada tulang belakang janin selama melakukan pemeriksaan USG. \n\n \n\n Pemeriksaan pada bayi yang telah lahir dapat dilakukan dengan melihat langsung gejalanya. Lalu, untuk memastikan diagnosis dan tingkat kondisi keparahannya, dapat dilakukan pemindaian pada bayi , seperti dengan MRI atau Rontgen. \n\n \n\n Pencegahan Spina Bifida \n\n Langkah pertama untuk menghindari terjadinya spina bifida adalah dengan mencukupi kebutuhan asam folat, terutama kita berencana hamil dan selama kehamilan. Dosis asam folat yang aman disarankan adalah sebanyak 400mg per hari. \n\n \n\n Ibu hamil bisa memenuhi kebutuhan ini dengan cara mengonsumsi suplemen asam folat berserta memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan vitamin folat, seperti kuning telur, brokoli, bayam, kacang-kacangan, nasi, dan roti \n\n \n\n Selain mengonsumsi suplemen asam folat, lakukan juga pencegahan di bawah ini: \n\n \n Melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter saat merencanakan program kehamilan dan selama masa kehamilan. \n Menghindari kegiatan yang membuat tubuh terlalu panas saat hami;, seperti berendam di air panas dan sauna. \n Melakukan tes pemetiksaan kesehatan secara berkala bisa mempunyai diabetes dan obesitas. \n \n\n \n\n Oleh karena itu,Sahabat Hermina pentingnya untuk ibu hamil dalam mencukupi kebutuhan asam folat untuk menhindari penyakit asam folat, memperbanyak mengonsumsi makanan sehat yang kaya vitamin folat, dan tidak lupa juga untuk rutin melakukan peneriksaan ke dokter. Menghindari kegiatan yang berat atau yang membuat tubuh panas sehingga Sahabat Hermina dapat terhindari dari Spina Bifida dan jenis Spina Bifida lainnya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 14 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal apa itu Stunting? Penyebab, Ciri -ciri, Pencegahan<\/a><\/h3>
Stunting adalah kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi tubuh si anak kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Mudahnya, stunting merupakan kondisi dimana si Anak mengalami gangguan pada pertumbuhannya sehingga menyebabkan tubuh anak lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya dan memiliki penyebab paling utamanya kekurangan nutrisi pada tubuh. \n\n \n\n Banyak yang tidak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah gizi kronis pada pertumbuhan tubuh si Anak. Perlu diingat bahwa anak pendek belum tentu terjadi stunting, namun anak stunting pasti terlihat pendek. \n\n \n\n Si kecil yang masuk ke dalam kategori stunting ketika tinggi atau panjang badannya menunjukkan angka dibawah standar (-2 standar deviasi), penilaian status gizi dengan standar deviasi tersebut biasanya menggunakan grafik pertumbuhan anak (GPA) dari WHO. Jika kondisi ini dialami pada anak yang berusia di bawah usia 2 tahun maka harus segara di tanganin dengan tepat. \n\n \n\n Apa Penyebab Stunting ? \n\n Penyebab stunting terjadi berbagai faktor antara lain asupan gizi yang buruk, berkali-kali terserang penyakit infeksi, berat badan lahir rendah (BBLR) dan bayi lahir secara prematur. Kondisi tidak mencukupinya asupan gizi anak tidak hanya terjadi setelah di lahirkan saja, namun bisa dimulai sejak ia masih ada di dalam kandungan. \n\n \n\n Dibawah ini poin utama yang menjadi faktor penyabab terjadinya stunting pada anak. \n\n \n Kurang Asupan Gizi Selama Hamil \n \n\n Hal ini disebabkan oleh asupan sang ibu selama hamil kurang bergizi dan berkualitas sehingga nutrisi yang diterima oleh janin cenderung sedikit. Dan akhirnya pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut hingga setelah kelahiran. \n\n \n\n \n Kebutuhan Gizi Anak Tidak Tercukupi \n \n\n Kondisi ini juga bisa terjadi akibat dari makanan balita saat masih dibawah usia 2 tahun tidak tercukupi, seperti tidak diberikan ASI eksklusif, hingga MPASI (makanan pendamping ASI) yang kurang berkualitasdam posisi menyusui yang kurang tepat. \n\n Banyak teori yang mengatakan bahwa kurangnya asupan makanan juga bisa menjadi salah satu penyebab faktor utama Stunting. Khususnya asupan makanan yang mengandung protein serta mineral zinc dan juga zat besi kita si Anak masih berusia balita \n\n \n\n \n Faktor Penyebab Lainnya \n \n\n Selain 2 faktor yang sudah disebutkan diatas, masih ada beberapa faktor lainnya yang menyebabkan stunting pada anak, yaitu: \n\n \n Kekurangan pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil dan pasca melahirkan. \n Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilam dam postnatal (setelah melahirkan). \n Kurangnya sanitasi dan akses air bersih. \n \n\n Untuk mencegahnya terjadi stunting pada Si Anak, ibu hamil perlu menghindari faktor-faktor penyebab di atas. \n\n \n\n Ciri-ciri Stunting Pada Anak \n\n Balita bisa diketahui stunting bila sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu akan dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah normal. Seorang anak yang termasuk dalam stunting atau tidak, tergantung pada hasil pengukuran tersebut. Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak saja tanpa adanya pengukuran sesuai standar. \n\n \n\n Selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak anak seusianya ada juga ciri-ciri lain stunting diantaranya : \n\n \n Pertumbuhan yang melambat \n Wajah tampak lebih muda dari anak yang seusianya \n Lambatnya pertumbuhan gigi \n Kurangnya kemampuan untuk fokus dan memori belajar \n Di usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata dan sosial terhadap orang disekitarnya \n Berat badan balita cenderung menurun \n Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi \n \n\n Sementara untuk tahu apakah tinggi si anak normal atau tidak, dapat melakukan pemeriksaan secara rutin ke pelayanan kesehatan terdekat, baik ke puskesmas, rumah sakit, posyandu maupun bidan. \n\n \n\n Cara Mencegah Stunting Anak \n\n Bisakah stunting pada anak dapat dicegah sejak dini?. \n\n Bisa stunting pada anak merupakan satu dari beberapa program prioritas yang dicanangkan oleh pemerintah agar angka kasus stunting pada anak dapat turun setiap tahunnya. \n\n \n\n Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting, yakni: \n\n \n\n Cara mencegah stunting untuk ibu hamil dan bersalin \n\n Beberapa cara pencegahan stunting untuk ibu hamil dan bersalin antaranya: \n\n \n Pemantauan kesehetan secara optimal pada seribu hari pertama kehidupan bayi. \n Melakukan pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) secara rutin dan berkala. \n Memberikan makanan dengan tinggi kalori, protein, serta mikronutiren untuk bayi (TKPM). \n Melakukan deteksi dini penyakit menular dan tidak menular sejak dini. \n Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan penuh. \n \n\n \n\n Cara mencegah stunting untuk anak balita \n\n Sementara itu cara mencegah stunting untuk balita diantaranya: \n\n \n Rutin memantau pertumbuhan dan perkembangan balita. \n Memberikan makanan tambahan untuk balita \n Melakukan stimulasi dini perkembangan pada anak. \n Memberikan perawatan dan pelayanan kesehatan yang optimal \n \n\n \n\n Cara mencegah stunting untuk anak usia sekolah \n\n Anak sekolah juga perlu diberi pembekalan sebagai upaya untuk pencegahan stunting. Seperti: \n\n \n Memberikan asupan gizi yang seimbang sesuai kebutuhan harian anak. \n Mengajarkan anak pengetahuan kesehatan yang berkaitan dengan gizi \n \n\n Lakukan secara perlahan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh anak-anak. \n\n \n\n Apakah Pertumbuhan Anak Stunting Bisa Kembali Normal? \n\n Sangat di sayangkan, stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa kembali menjadi normal / seperti semula. Ketika seorang anak sudah stunting sejak masa balita, pertumbuhannya akan terus lambat hingga dewasa. \n\n \n\n Namun, tetap pentingnya bagi kita memberikan berbagai makanan yang bergizi tinggi agar mencegah kondisi si kecil semakin memburuk dan gangguan pertumbuhan dialami juga akan semakin parah. \n\n \n\n Oleh karena itu, sebenarnya hal ini dapat dicegah dengan cara memberikan nutrisi tinggi yang maksimal saat awal-awal kehidupannya si kecil. Tepatnya selama 1000 hari pertama kehidupan anak. Jika Sahabat Hermina mengetahui bahwa si kecil mengalami kondisi ini, segera konsultasikan si kecil pada dokter anak agar segera diatasi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 23 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Dermatitis Atopik (Eksim) - Gejala, Penyebab, dan Pencegahan<\/a><\/h3>
Dermatitis Atopik adalah sebuah penyakit kulit yang ditandai dengan gejala seperti kulit kering, gatal secara terus-menerus, dan ruam merah di kulit. Kondisi ini dapat muncul pada beberapa daerah bagian tubuh, dan umumnya terjadi di sekitaran wajah, kaki, dan lengan. Peradangan biasanya terjadi cukup lama, bahkan hingga bertahun-tahun. \n\n Dermatitis atopik yang dikenal juga dengan eksim atopik atau eksim kering. Kondisi ini tidak dapat menular dan biasanya muncul pada balita atau bayi, serta juga bisa kambuh hingga dewasa. Akan tetapi, dermatitis atopik juga dapat dialami oleh anak remaja atau dewasa yang tidak pernah sama sekali mengalami kondisi tersebut. \n\n \n\n Gejala Dermatitis Atopik \n\n Setiap pengidap dapat merasakan gejala yang berbeda-beda. Pada balita, gejala penyakit ini berupa kulit bersisik, memerah, dan berkerak di sekitaran area pipi, kulit kepala, tangan dan bagian kaki. Sedangkan pada anak-anak dan orang dewasa, gejala yang sering muncul eksim atopik adalah ruam merah dan terasa sangat gatal di area leher bagian belakang, lutut, dan siku. \n\n Gejala lain dermatitis atopik yang juga dapat dirasakan, yaitu: \n\n \n Kulit bersisik dan kering. \n Ruam yang menonjol serta mengeluarkan cairan. \n Kulit di telapak tangan atau area bawah mata mengerut atau menjadi kusut \n Kulit di sekitar bagian mata menjadi lebih gelap \n Kulit mengalami pecah-pecah, terkelupas, hingga mengeluarkan darah \n \n\n Rasa gatal yang muncul saat malam hari lebih buruk dan jika di garuk, kulit akan menjadi lebih tebal, berlubang atau bopeng, dan menggelap. Dan jika menggaruk secara terus menerus area kulit yang bermasalah akan dapat memicu infeksi. \n\n \n\n Penyebab Dermatitis Atopik \n\n Dermatitis atopik (eksim) penyakit ini terjadi akibat interaksi multifaktorial, yaitu faktor genetik (keturunan), dari lingkungan, gangguan fungsi pelindung kulit, imunologi, dan infeksi., beberapa faktor yang diduga dapat menjadi pemicu timbulnya dermatitis atopik, yaitu: \n\n \n Iritasi \n Alergi dan perubahan hormon \n Bahan pakaian yang digunakan \n \n\n Dan ada banyak faktor risiko yang meningkatkan terkena dermatitis atopik, yaitu: \n\n \n Riwayat keluarga atau pribadi terhadap eksim, alergi, hay fever atau asma \n Mengalami dermatitis kontak yang biasanya dialami oleh petugas medis \n \n\n Sementara itu, beberapa faktor yang meningkatkan risiko pada anak-anak, meliputi: \n\n \n Sering dititipkan di tempat penitipan anak \n Memiliki gangguan hiperaktif (ADHD) \n \n\n \n\n Pengobatan dan Pencegahan Dermatitis Atopik \n\n Pengobatan dermatitis apotik (eksim) bertujuan untuk meredakan gejala yang muncul pada pasien, seperti kemerahan, kulit gatal, hingga infeksi. Metode pengobatannya beragam diantaranya meliputi obat-obatan, terapi, serta perawatan mandiri di rumah. \n\n Untuk mencegah terjadinya dermatitis atopik, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, antara lain: \n\n \n Menghindari paparan alergen atau mengonsumsi makanan penyebab alergi. \n Menggunakan sabun atau sampo yang cocok dan aman untuk kulit tubuh kita \n Lakukan perawatan rutin kulit secara teratur \n Kenakan pakaian yang berbahan lembut dan nyaman \n Menghindari stres. \n \n\n Oleh karena itu, untuk menghindari dermatitis atopik pada bayi atau balita kita dapat memberikan bahan pakaian yang aman dan nyaman, dan tidak menggunakan cairan sabun atau sampo secara sembarangan untuk menghindarinya dapat menggunakan sampo dan sabun yang aman untuk tubuh kita. Jika muncul gejala dan dalam jangka waktu yang lama segera konsultasikan ke dokter kulit di rumah sakit terdekat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 21 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal apa itu Kardiomiopati, Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya<\/a><\/h3>
Kardiomiopati merupakan penyakit yang disebabkan akibat kelainan pada otot jantung. Kardiomiopati dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan organ jantung untuk memompa darah dikarenakan otot jantung menebal dan kaku. Gejala umum kardiomiopati pun bervariasi, mulai dari pusing, napas pendek, mudah Lelah, hingga terjadinya nyeri dada. \n\n Penyebab kardiomiopati sering kali tidak dapat diketahui dengan pasti. Kondisi ini bisa berkaitan dengan kelainan penyakit tertentu atau genetik. Penyakit yang sering menjadi pemicu kardiomiopati pada orang dewasa adalah hipertensi kronis, yaitu tekanan darah tinggi yang sudah berlangsung sangat lama. \n\n \n\n Gejala Kardiomiopati \n\n Kardiomiopati pada awalnya jarang sekali menimbulkan gejala. Gejalanya akan muncul dan berkembang seiring dengan menurunnya kinerja pada jantung dalam memompa darah. Berikut beberapa gejala yang bisa muncul diantaranya: \n\n \n Tungkai kaki membengkak (edema tungkai) \n Menjadi mudah Lelah dan letih \n Mengalami nyeri dada dan pusing \n Denyut jantung yang tidak teratur (aritmia) \n Penglihatan berkunang-kunang \n Jantung berdebar-debar secara terus menerus \n Terjadi batuk disaat tidur telentang \n Napas pedek, setelah melakukan aktivitas fisik berat \n \n\n \n\n Penyebab Kardiomiopati \n\n Penyebab kardiomiopati terbagi menjadi 4 jenis, yaitu: \n\n \n Dilated Cardiomyopathy adalah tipe kardiomiopati yang paling umum terjadi. Kondisi ini terjadi karena ruang bilik kiri pada jantung melebar dan membesar, sehingga bagian jantung tersebut tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara maksimal. Kelainan otot jantung jenis ini sering terjadi pada ibu hamil atau setelah melahirkan (kardiomiopati peripartum). \n Hypertrophic Cardiomyopathy ini disebabkan terjadinya penebalan dinding dan otot jantung secara tidak normal. Penebalan abnormal dinding ini sering terjadi di dinding bilik kiri jantung. Dinding jantung yang menebal dapat menyebabkan jantung lebih sulit untuk memompa darah secara normal. \n Restrictive Cardiomyopathy terjadi akibat otot pada jantung menjadi tidak elastis atau kaku. Kondisi ini berdampak pada jantung yang tidak bisa mengembang dan menampung darah dengan baik sehingga berujung pada terhambatnya aliran darah yang masuk ke dalam jantung. \n Arrhythmogenic Right Ventricular Cardiomyopathy (ARVC) kardiomiopati ini terjadi akibat adanya jaringan parut di otot bilik kanan jantung. Kondisi ini dapat berakibat denyut jantung tidak beraturan. Jenis ini diduga disebabkan oleh adanya kelainan pada genetic. \n \n\n \n\n Faktor Risiko Kardiomiopati \n\n Ada beberapa hal factor yang dapat meningkatkan risiko kardiomiopati, yaitu: \n\n \n Menderita hipertensi kronis \n Memiliki Riwayat kardiomiopati pada anggota keluarga \n Menderita penyakit lain seperti penyakit tiroid atau diabetes \n Pernah mengalami serangan jantung, infeksi pada jantung atau terkena penyakit jantung coroner \n Mengalami kekurangan mineral dan vitamin \n Memiliki kebiasaan yang tidak sehat seperti minum alkohol dalam jumlah yang berlebihan \n Penyalahgunaan obat-obatan dapat meningkatkan risiko \n Memilik Riwayat penyakit hemokromatosis, amyloidosis, datau sarcoidosis \n \n\n \n\n Diagnosis Kardiomiopati \n\n Untuk mendiagnosis penyakit kardiomiopati, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasein dan keluarga. Setelah itu dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan pada dinding dada. \n\n Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan dibawah ini: \n\n \n Elektrokardiogram (EKG), untuk mendeteksi aktivitas jantung dan menilai adanya tidak kelainan pada irama jantung \n Ekokardiogram (USG Jantung), berfungsi untuk memeriksa struktur dan fungsi jantung, termasuk menilai kondisi katup pada jantung \n Treadmill Stress Test, membantu untuk memantau irama jantung pada saat tubuh mengalami stress akbiat aktivitas fisik yang berat \n MRI atau CT Scan, berfungsi untuk melihat kondisi pada jantung termasuk adanya tidak pembesaran ukuran jantung (Kardiomegali) \n \n\n Selain itu, pasien dapat juga menjalani tes darah untuk pemeriksaan fungsi pada liver, ginjal, kelenjar tiroid serta untuk mengukur kadar zat besi dalam darah. Pasien penderita kardiomiopati juga dapat menjalani pemeriksaan genetik jika anggota keluarga ada yang memiliki Riwayat penyakit jantung kardiomiopati. \n\n \n\n Pencegahan Kardiomiopati \n\n Kardiomiopati tidak dapat dicegah jika penyebabnya genetik. Orang yang berisiko tinggi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan jantung secara teratur dan menjalani pola hidup sehat seperti : \n\n \n Mengurangi berat badan jika mengalami obesitas \n Melakukan olahraga secara teratur \n Menghindari kebiasaan merokok \n Waktu istirahat dan tidur yang cukup \n Mengonsumsi makanan yang sehat dan gizi seimbang \n Mengelola stes dengan baik \n \n\n Oleh karena itu, Anda harus menerapkan pola hidup yang sehat dan pola makan yang sehat untuk mengurangi risiko kardiomiopati. Jika Sahabat Hermina mengalami beberapa gejala segera melakukan pemeriksaan jantung ke dokter jantung untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan meminimalisir akibat, sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 29 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
7 Buah Yang Baik Untuk Kesehatan Jantung<\/a><\/h3>
Ada banyak macam jenis buah untuk penyakit jantung yang baik untuk dikonsumsi oleh para penderita gangguan pada jantung. Namun, tidak hanya penderita penyakit jantung saja, buah-buahan ini juga baik dikonsumsi oleh seseorang dengan keadaan jantung yang sehat guna untuk mengurangi risiko terserang penyakit jantung. \n\n Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit paling sangat mematikan diseluruh dunia. Menurut Kementerian Republik Indoneisa, penyakit satu ini disebut sebagai penyebab kematian urutan nomor dua di indonesia setelah stroke. \n\n Oleh karena itu, untuk mencegah penyakit jantung dan menjadikan jantung lebih sehat, Anda perlu menjalani pola hidup yang sehat, mulai dengan berolahraga secara rutin, menghindari merokok dan asap rokok, hingga mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang dan mengurangi makanan yang berminyak / berlemak. \n\n Buah-buahan terrsebut bisa Sahabat Hermina temui di supermarket maupun toko buah di dekat rumah. Berbagai buah yang sangat segar baik untuk kesehatan jantung ini. Apa saja buah-buahan tersebut? \n\n \n\n Berbagai macam jenis buah yang baik untuk kesehatan jantung \n\n Berikut buah yang memiliki segudang manfaat untuk kesehatan. Tidak hanya saja jantung yang diuntungkan, tapi kesehatan Anda pun secara keseluruhan. Dibawah ini macam buah yang baik untuk kesehatan jantung. \n\n \n\n \n Pisang \n \n\n Buah pisang mengandung kalium, kalium adalah unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh kita, untuk menyehatkan jantung. Sebab, kalium dapat mengontrol tekanan darah dan juga mengurangi ketegangan pada pembukuh darah jantung. Dengan mengonsumsi satu buah pisang kita sudah memenuhi 9% rekomendasi asupan kalium harian. \n\n Selain itu, pisang juga kaya akan seratnya. Sebuah penelitian membuktikan bahwa pola makan yang kaya akan serat bisa menurunkan risiko penyakit jantung. Terlebih lagi serat juga dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL). \n\n \n\n \n Buah Sitrus \n \n\n Buah sitrus merupakan golongan buah yang terdari jeruk, jeruk limau, lemon, jeruk nipis, dan pomelo. Buah-buahan ini mengandung serat berserta antioksida flavonoid dan vitamin C yang baik untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. \n\n Tidak hanya untuk menjaga kesehatan jantung, buah sitrus juga baik dikonsumsi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah agar tidak membentuk plak di pembuluh darah jantung. \n\n \n\n \n Apel \n \n\n Apel mampu menurunkan risiko penyakit jantung. Dikarenakan, apel megandung serat larut, yaitu jenis serat yang bisa menurunkan kadar kolesterol di dalam darah. \n\n Apel juga mengandung polifenol, yang memiliki sebuah efek antioksidan. Dibandingkan daging buahnya , kulit apel memiliki kadar polifenol yang sangat tinggi. Oleh itu, Anda disarankan untuk mengonsumsi apel, beserta kulitnya. \n\n \n\n \n Jeruk \n \n\n Buah yang mengandung banyak air dan menyegarkan ini, bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh, menyehatkan kulit, serta menurunkan kadar kolesterol sehingga sangat baik untuk jantung. \n\n Jeruk banyak mengandung vitamin C, serat, kolin, dan juga kalium. Semua komponen ini sangatlah baik untuk jantung. \n\n Sebut saja kalium yang dapat menghindarkan jantung kita dari kondisi aritmia / detak jantung yang tidak normal. \n\n \n\n \n Kiwi \n \n\n Jika Sahabat Hermina bosan dengan pisang, kiwi bisa menjadi penggantinya. Buah yang dagungnya berwarna hijau segar ini mengandung kalium yang sama dengan pisang. Satu buah kiwi memiliki kandungan kalium sebesar 215 gram atau setara dengan 5% dari RAH orang dewasa. \n\n \n\n \n Pepaya \n \n\n Sama halnya dengan kiwi, pepaya juga akan kaya serat dan kandungan kalium yang bisa menyehatkan jantung. Maka dari itu, jika Sahabat Hermina sedang mencari buah untuk kesehatan jantung jangan sampai melupakan pepaya. \n\n \n\n \n Persik \n \n\n Buah persik bisa mengikat senyawa asam yang diproduksi di hati dan terdari dari kolesterol (empedu), kemudian membuangnya melalui kotoran (feses). Serta dengan itu kolesterol juga dikeluarkan dari tubuh. Tidak heran, buah persik dipercaya untuk menurunkan kolesterol dalam darah, menurunkan tekanan darah dan trigliserida. \n\n Beragam jenis buah di atas dapat Sahabat Hermina coba sebagai sumber nutrisi untuk menjaga Kesehatan jantung Anda. Semakin banyak macam buah-buahan yang dikonsumsi semakin baik juga manfaatnya untuk Kesehatan jantung dan tubuh Sahabat Hermina. \n\n Tetapi, Anda disarankan mengonsumsi buah-buahan dalam bentuk yang masih segar / fresh, bukan dalam bentuk kemasan buah kaleng, buah kering mauapun jus kemasan yang umumnya sudah ditambahkan gula. \n\n Oleh karena itu, selain mengonsumsi beragam buah-buahan untuk Kesehatan jantung, Sahabat Hermina perlu mengurangi asupan makanan yang tinggi akan gula, garam, serta lemak jenuh. Tidak hanya itu Sahabat Hermina juga perlu melakukan pemeriksaan Kesehatan secara rutin ke Dokter Spesialis Jantung. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 04 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal apa itu GERD, Gejala, dan Mengatasi GERD<\/a><\/h3>
Penyakit asam lambung yang satu ini kita kenal dengan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) adalah penyakit kronis pada system pencernaan lambung. Kondisi ini dapat terjadi Ketika asam lambung naik Kembali ke esofagus (kerongkongan). Hal ini terjadi akibat melemahnya sfingter (katup). Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan iritasi pada esofagus. \n\n Katup yang normal akan terbuka untuk memungkinkan makanan dan minuman masuk menuju ke lambung dan dicerna tubuh. Setelah minuman dan makanan masuk ke lambung katup akan tertutup rapat dan kencang guna untuk mencegah isi lambung dapat naik ke kerongkongan sehingga terjadinya muntah. \n\n Namun pada penderita penyakit GERD, katup melemah, sehingga tidak dapat menutup dengan baik. Hal ini dapat mengakibatkan isi lambung yang terisi makanan dan asam lambung naik ke kerongkongan. \n\n \n\n Gejala GERD \n\n GERD memiliki gelaja umum yang mirip dengan penyakit mag. Meski memiliki gejala umum yang mirip dengan mag, gejala GERD perlu Anda waspadai. Berikut diantaranya. \n\n \n Merasakan sensasi terbakar di bagian dada yang terkadang menjalar hingga ke kerongkongan \n Sensasi terbakar memberat setelah makan maupun berbaring juga dapat memperberat gejala \n Sensasi tersebut juga disertai dengan rasa pahit dan asam di mulut \n Nyeri pada tenggorokan dan suara menjadi serak \n Kesulitan bernapas hingga mual \n Bau mulut maupun baruk kering yang berkepanjangan \n \n\n \n\n Penyebab GERD \n\n Penyebab GERD adalah gagalnya relaksasi cincin (sfingter) yang berperan untuk mengatur proses buka-tutup katup yang menghubungkan esofagus bawah dengan lambung. Sfingter sendiri merupakan cincin serat otot yang terletak pada sekitar permukaan dalam tubuh kita. Sfingter berfungsi untuk mengatur zat yang dibutuhkan oleh tubuh. \n\n Ada beberapa makanan yang dapat menjadi factor penyebab munculnya GERD, antara lain kopi, makanan yang digoreng, alkohol, serta bawang putih dan merah. \n\n Hal lain yang juga dapat meningkatkan risiko penyakit GERD (refluks gastroesofagus) adalah kebiasaan yang buruk dilakukan secara tidak sadar maupun sadar, seperti: \n\n \n Merokok \n Kebiasaan mengonsumsi makanan tiga jam sebelum tidur \n Mengurangi porsi makan yang dikonsumsi \n \n\n Selain itu, mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti aspirin, juga dapat menyebabkan meningkatnya risiko GERD. \n\n Diagnosis GERD \n\n Ada beberapa cara untuk mengdiagnosis GERD atau mengetahui GERD, dokter akan melakukan mengumpulkan informasi pada pasien dan serta melakukan beberapa pemeriksaan penunjang diantaranya. \n\n \n Pemeriksaan jumlah asam lambung \n \n\n Dengan cara ini akan dapat diketahui seberapa sering dan lama proses naiknya asam lambung. \n\n \n Radiologi Barium Meal \n \n\n Pemeriksaan ini dapat melihat kondisi dan keadaan selaput lendir esofagus dan lambung. \n\n \n Esophageal Manometry \n \n\n Merupakan pemeriksaan untuk melihat ritme otot esofagus berkontraksi saat menelan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat sesinabungan kontraksi otot esofagus. \n\n \n Endoskopi \n \n\n Endoskopi menggunakan alat berkamera yang dapat melihat / memantau keadaan langsug dari kerongkongan dan lambung. Jika terdapat luka atau tukak akan terlihat dengan jelas melalui pemeriksaan ini \n\n \n\n Cara Mengatasi GERD \n\n Cara mengatasi gejala GERD, bisa dengan mengonsumsi obat-obatan golongan berikut: \n\n \n H-2 receptor blockers, seperti famotidine, cimetidine, dan ranitidine. \n Proton pump inhibitors (PPIs), seperti omeprazole dan lansoprazole. \n Antasida \n \n\n Untuk menentukan jenis obat yang cocok dan tepat untuk digunakan untuk mengobati penyakit GERD ini, perlu kita untuk berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu. Selain mengonsumsi beberapa obat di atas, melakukan perubahan gaya hidup juga penting dilakukan agar gejala GERD tidak dapat kambuh Kembali. Perubahan yang dapat terjadi adalah: \n\n \n Menurunkan berat badan, jika memiliki berat badan yang berlebih. \n Hindari merokok \n Meninggikan posisi kepala saat tidur \n Menghindari makanan dan minuman yang memicu asam lambung naik. \n Tidak mengenakan pakaian yang terlalu ketat. \n \n\n Agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah penting untuk kita mengenali gejala GERD dan melakukan Langkah-langkah penanganan sejak dini untuk mengatasinya. Namun kita perlu segera berkonsultasi ke dokter jika gejala GERD yang kita alami tidak kunjung membaik. \n\n Oleh karena itu, penting untuk kita menjaga pola hidup sehat dengan menerapkan memilih makanan dan minuman kita agar tidak memicu asam lambung naik dan menyebabkan terjadinya GERD. Dan jika Sahabat Hermina mengalami gejala GERD dan tidak kunjung membaik segera berkonsultasi dengan dokter agar segera ditanganin dengan cepat dan tepat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 30 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) <\/a><\/h3>
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah peradangan yang terjadi pada organ paru-paru yang berkembang dalam jangka waktu yang lama dan panjang. PPOK atau Penyakit Paru Obstruktif umumnya dutandai dengan sulit bernapas di sertai batuk berdahak, dan mengi (bengek). \n\n Dua kondisi yang menyebabkan berkembang menjadi PPOK adalah bronkitis kronis dan emfisema. Pada penyakit bronkitis kronis, kerusakan terjadi pada saluran bronkus, namun pada emfisema kerusakan terjadi pada alveolus. \n\n Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) sering menyerang orang yang berusia sudah paruh baya yang merokok. Penyakit PPOK akan semakin memburuk dan berisiko menyebabkan penderitanya mengalami penyakit lainnya seperti jantung dan kanker paru-paru jika tidak segera diobati oleh dokter yang ahli dibidangnya. \n\n \n\n Penyebab PPOK \n\n Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dapat dikenali melalui ciri ciri sulit bernapas. Hal ini disebabkan menurunnya aliran udara yang masuk dan keluar dari saluran bronkus di paru-paru. Saluran bronkial yang lebih tipis dan kecil sering disebut dengan bronkiolus. Bronkiolus mengandung kantung udara yang bernama alveoli, yang didalamnya terjadi pertukaran udara oksigen dan sisa karbondioksida dengan pembuluh darah. Penderita PPOK kantung udaranya tidak dapat menampung aliran udara yang cukup untuk dimasukan dan dikeluarkan dari paru-paru sehingga mengurangi kebutuhan oksigen pada tubuh yang dapat disebabkan oleh beberapa hal: \n\n \n Kebiasaan Merokok : PPOK paling sering terjadi pada orang yang berumur paruh baya dan memiliki riyawat merokok, baik sebagai kebiasaan lama ataupun masih merokok hingga sekarang. \n Menderita Asma, Infeksi HIV, tuberkulosis, dan kelainan genetik yang menyebabkan berkurangnya protien alpha-1-antitrypsin (AAt). \n Faktor Lingkungan juga dapat menimbulkan PPOK dengan seseorang yang memiliki hubungan dengan perokok pasif ataupun polutan berbahaya yang meliputi zat kimia, bahan bakar atau debu. \n Memiliki keluarga dengan riwayat PPOK. \n \n\n \n\n Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis \n\n Penyakit paru obstruktif kronis berkembang dengan cara perlahan dan tidak sama sekali menunjukkan gejala khusus pada tahap awalnya. Gejala PPOK akan muncul setelah bertahun-tahun, ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru. \n\n Beberapa gejala yang biasanya dialami oleh penderita PPOK sebagai berikut: \n\n \n Batuk yang tidak kunjung sembuh yang disertai dengan dahak. \n Berat badan tiba-tiba menurun. \n Napas tersengal sengal, terutama pada saat melalukan aktivitas fisik. \n Mengalami nyeri di dada. \n Terjadi pembengkakan di tungkai dan kaki \n Mengi dan lemas \n \n\n Namun Gejala PPOK ini bisa muncul secara tiba-tiba atau mendadak dan akan dapat terus memburuk, sehingga menuju ke tahap yang disebut dengan eksaserbasi PPOK. Gejala tahap lanjut Penyakit Paru Obstruktif Kronis ini bisa meliputi lendir yang berlebihan, perubahan warna atau kekentalan pada lendir, dan rasa sesak terus meningkat pada dada, dan sering disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia (radang paru) atau polusi udara. Eksaserbasi PPOK sering mengancam jiwa si penderita dan memerlukan penanganan dokter secepat mungkin. \n\n \n\n Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) \n\n Untuk mendeteksi atau mediagnosis PPOK, melalui beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan oleh penderita. Dengan melakukan pemeriksaan spirometri atau FEV1 untuk mengukur jumlah undara yang masuk dan keluar dari paru-paru dan mengukur kecepatan pergerakan udara. Rontgen dada juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis penyakit lain yang memiliki gejala serupa seperti tuberkulosis atau kanker paru. Pemeriksan oximetri atau gas darah arteri juga sangat penting untuk mengukur kadar oksigen dan karbondioksida atau elektrokardiogram untuk mengetahui kondisi jantung. \n\n Semakin cepat PPOK didiagnosis, maka semakin baik kemungkinan perawatan bagi penyakit ini. Pemeriksaan kesehatan paru sangat dianjurkan terutama bagi perokok / mantan perokok berat dan yang memiliki risiko tinggi menderita PPOK. \n\n \n\n Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis \n\n PPOK adalah penyakit yang dapat dicegah dengan beberapa cara. Hal yang harus dilakukan untunk mencegahnya adalah berhenti merokok atau hindari asap rokok orang lain. Jika Sahabat Hermina perokok aktif, segeralah berhenti merokok, sehingga sahabat Hermina dapat terhindari dari komplikasi ayng mungkin terjadi di kemudian harinya. \n\n \n\n Pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) \n\n Hingga sampai saat ini, penyakit paru obstruktif kronis belum bisa disembuhkan secara sepenuhnya. Namun, melakukan pengobatan dapat membantu meredakan gejala dan menghambat perkembangan PPOK ini, sehingga pasien dapat menjalani aktivitas dengan normal. \n\n Berikut ini adalah beberapa pengobatan PPOK: \n\n \n Obat-obatan \n \n\n Obat yang bisa digunakan untuk meredakan gejala penyakit ini adalah obat hirup (inhaler) berupa : \n\n \n Bronkodilator, seperti salbutamol, terbutaline, dan salmeterol \n Kortikosteroid, seperti budesonide dan fluticasone \n \n\n Tergantung pada kondisi penderita, dokter dapat meresepkan obat-obatan di atas sebagai obat tunggal atau obat kombinasi. \n\n Jika obat hirup belum juga dapat meredakan gejala, dokter akan meresepkan obat minum berupa tablet atau kapsul. \n\n \n\n \n Terapi oksigen \n \n\n Terapi oksigen bertujuan untuk memberikan pasokan oksigen ke paru-paru. Pasien bisa dapat menggunakan tabung oksigen portable. \n\n Lamanya penggunan tabung oksigen tergantung pada kondisi penderita. Sebagian pasien hanya dapat menggunakannya saat sedang beraktivitas ataupun saat tidur. Namun, Sebagian lain adanya harus menggunakannya sepanjang hari \n\n \n\n \n Alat bantu napas \n \n\n Jika gejalanya cukup serius pasien harus menggunakan alat bantu napas yaitu alat mesin ventilator. Ventilator adalah mesin yang berfungsi untuk mepompa udara yang akan membantu pasien bernapas. Ventilator ini terhubung dengan saluran pernapasan pasien lewat selang yang dimasukkan hingga ke trakea dengan cara intubasi. \n\n \n\n \n Operasi \n \n\n Operasi dapat dilakukan pada pasien yang bergejalanya tidak dapat diredakaan dengan resep obat-obatan atau terapi. Jenis operasi yang dapat dilakukan yaitu: \n\n \n Operasi pengurangan volume paru \n \n\n Operasi ini bertujuan untuk mengangkat bagian paru-paru yang sudah rusak, sehingga jaringan paru-paru yang sehat bisa berkembang dengan baik. \n\n \n Transplantasi paru-paru \n \n\n Adalah salah satu operasi pengangkatan paru yang rusak dan digantikan dengan paru-paru sehat dari pendonor. \n\n \n Bullektomi \n \n\n Bullektomi adalah metode operasi untuk mengangkat kantong udara (bullae) yang terbentuk akibat rusaknya alveolus, sehingga aliran udara menjadi lebih baik. \n\n \n\n Selain penanganan diatas, ada beberapa Langkah yang dapat dilakukan oleh pasien untuk memperlambat kerusakan pada paru-paru, yaitu: \n\n \n Menghindari polusi udara \n Menggunakan pelembap udara dalam ruangan \n Mengjaga pola makan yang sehat dan rutin berolahraga \n Menjalani vaksin seperti vaksin flu dan pneumokokus \n Dan yang terakhir memeriksakan diri ke dokter secara berkala \n \n\n \n\n Oleh karena itu, mari Sahabat Hermina kita jaga Kesehatan paru-paru kita dari segala hal penyakit seperti PPOK dan lainnya. Dengan menerapkan pola makan yang sehat, menghindari polusi udara, berhenti merokok atau menghindari asap rokok, dan rutin berolahraga. Jika Sahabat Hermina mengalami gejala pada paru-paru segera lah berkonsultasi ke dokter spesialis paru agar segera di tangani oleh ahlinya. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 18 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Diabetes - Jenis, Penyebab, dan Pencegahan<\/a><\/h3>
Diabetes adalah penyakit yang berlangsung jangka panjang atau penyakit kronis yang ditandai dengan meningkatnya Glukosa (kadar gula darah) hingga melebihi batas nilai normal. Glukosa adalah sumber energi utama untuk sel pada tubuh manusia. Diabetes juga mempunyai dua jenis utama, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. \n\n Glukosa yang terakumulasi dalam darah dapat menyebabkannya tidak dapat diserap oleh sel manusia secara normal, yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit pada organ tubuh penderita. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik dan benar, dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat mengancam jiwa pasien. \n\n \n\n Jenis - Jenis Diabetes \n\n Jenis utama yaitu diabetes tipe 1 dan 2. diabetes tipe 1 terjadi karena adanya sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini dapat menyebabkan kadar glukosa darah mengalami peningkatan sehingga terjadinya kerusakan pada organ tubuh penderita. Diabetes tipe 1 disebut juga dengan diabetes autoimun. Pemicu timbulnya keadaan autoimun ini masih belum dapat diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Tetapi saat ini penyebabnya adalah oleh faktor genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan. \n\n Diabetes Tipe 2 adalah jenis diabetes yang sangat banyak terjadi pada tubuh manusia. Diabetes jenis ini disebabkan oleh faktor sel - sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat digunakan dengan baik. Sekitar 90 sampai 95 persen penderita ini di dunia menderita diabetes tipe 2 \n\n Selain 2 jenis tersebut, terdapat jenis diabetes lainnya yang terjadi pada khusus ibu hamil yang dinamakan diabetes gestasional. Diabetes pada kehamilan disebabkan oleh perubahan hormon dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan. \n\n \n\n Penyebab Penyakit Diabetes \n\n Diabetes disebabkan karena adanya gangguan pada dalam tubuh, sehingga tubuh tidak mampu menggunakan glukosa darah ke dalam sel sehingga menumpuk dalam darah tubuh. \n\n Pada diabetes tipe 1, penyebab diabetes disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh, yang biasanya menyerang bakteri atau virus berbahaya daripada sel yang memproduksi insulin. Akibatnya, tubuh bahkan tidak dapat memproduksi insulin, sehingga gula yang seharusnya diubah menjadi energi oleh insulin dapat menyebabkan gula menumpuk di dalam darah. Pada tipe 2, tubuh dapat memproduksi insulin secara normal, tetapi tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara normal. Kondisi ini biasa disebut dengan resistensi insulin. \n\n \n\n Risiko Diabetes Tipe 1, yaitu \n\n \n Faktor keturunan keluarga, yaitu seseorang akan lebih mudah memiliki risiko terkena diabetes tipe 1 jika keluarga yang mengidap penyakit yang sama, karena memiliki gen tertentu. \n Usia. Penyakit diabetes paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia dari 4 hingga 7 tahun, kemudian pada anak usia 10 sampai 14 tahun. \n Pemicu lainnya, mengonsumsi susu sapi pada usia terlalu dini, air susu sapi mengandung natrium nitrat, gluten dan sereal sebelum usia 4 bulan / setelah 7 bulan, sang ibu memiliki riwayaat preeklampsia, serta menderita penyakit kuning disaat lahir. \n \n\n Risiko Diabetes Tipe 2, yaitu \n\n \n Obesitas atau berat badan yang berlebih. \n Gaya hidup yang tidak sehat dan jarang beraktivitas dan berolahraga. \n Riwayat dari keturunan keluarga. \n Usia lebih dari 45 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sebelum di usia 45 tahun. \n Kondisi kadar gula darah lebih tinggi dari normalnya. \n Sindrom ovarium polikstik, yang ditandai dengan mentruasi yang tidak teratur, pertumbuhan rambut secara berlebihan \n \n\n \n\n Pengobatan Diabetes \n\n Pengobatan diabetes akan disesuaikan dengan jenis penyakit diabetes yang dialami oleh pengidap. Yang menjadi salah satu pengobatan adalah terapi insulin yang bisa dilakukan oleh pengidap diabetes tipe 1 maupun tipe 2. pada pengidap diabetes tipe 1 yang cukup berat, bisa melakukan tranplantasi pankreas untuk mengatasi kerusakan pada pankreas. Sedangkan pengidap diabetes tipe 2 akan diberikan beberapa jenis obat untuk menangani diabetes tipe 2 ini. \n\n Namun, pada umumnya ada beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk menurunkan irisiko terkena diabetes, antara lain: \n\n \n Menerapkan pola makan sehat \n \n\n Fokus mengonsumsi buah-buahan, sayur, protein tanpa lemak dan biji-bijian. Tidak hanya itu anda juga perlu mengonsumsi serat dan mengurangi beberapa jenis makanan, seperti makanan yang mengandung banyak lemak jenuh, karbihidrat olahan, hingga pada pemanis buatan. \n\n \n Rutin beraktivitas fisk \n \n\n Olahraga merupakan suatu kegiatan yang bisa dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah dengan mengubahnya menjadi energi. Anda juga dapat memilih olahraga ringan seperti berjalan kaki, berenang, dan bersepeda. Rutin melakukan kegiatan tersebut dapat membantu untuk menghindari kondisi diabetes menjadi lebih buruk atau parah. \n\n \n\n Pencegahan Diabetes \n\n Beberapa gaya hidup sehat ini bisa kita terapkan untuk mencegah penyakit diabetes: \n\n \n Mengontrol berat badan ideal dengan cara mengonsumsi makanan rendah lemak. \n Memakan makanan berserat tinggi sperti sayur dan buah-buahan \n Mengurangi konsumsi minuman dan makanan manis. \n Melakukan olahraga secara rutin dan banyak melakukan aktivitas fisik. \n Menghindari / berhenti merokok. \n \n\n \n\n Oleh karena itu, mari kita jaga pola hidup kita dengan sehat sahabat hermina dengan melakukan banyak aktivitas fisik dan berolahraga agar dapat terhindari diabetes, menerapkan juga pola makan sehat seperti makanan tinggi serat, mengurangi makanan manis dan minuman manis. Dan jangan lupa untuk selalu berkonsultasi dan mengecek gula darah dengan dokter. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 19 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
Kebiasaan Sepele yang Dapat Merusak Kesehatan Mata<\/a><\/h3>
Mata adalah organ sensorik yang memberikan reaksi pada cahaya dan mengirimkan sinyal informasi visual ke otak. Mata menjadi salah satu indera dengan fungsi yang penting bagi mahkluk hidup untuk melihat. Karena itu, menjaga kesehatan mata menjadi hal yang sangat penting dilakukan dan menjauhi yang bisa merusak kesehatan mata yang harus dihindari. \n\n Gadget seperti komputer,telepon genggam, laptop, sekatang telah menjadi sarana pokok manusia mulai balita sampai lansia, karena kehidupan yang tidak melalui saranan komunikasi lewat gadget terlebih di era pandemi covid-19 saat ini. Radiasi pada gadget bisa mengakibatkan gangguan penglihatan. \n\n Tanpa disadari berbagai kebiasaan yang dilakukan kebanyakan orang ternyata beberapa diantaranya memiliki sebuah risiko bagi kesehatan mata. Sebelum terlambat, maka dari itu Sahabat Hermina pun harus mengetahui kebiasaan apa saja yang bisa merusak kesehatan mata. Berikut beberapa kebiasaan sepele yang dapat merusak kesehatan mata antara lainnya: \n\n \n\n \n Merokok \n \n\n Merokok dapat meningkatan risiko penyakit katarak pada mata dan menurunkan kesehatan mata, mengaburkan pandangan mata yang membuat sulit untuk melihat dan degenerasi makula. Risiko lain pada mata yang disebabkan dengan merokok adalah sindrom mata kering, mata malas, glaukoma, konjungtivitis, kerusakan saraf optik, dan retinopati diabetes. \n\n \n\n \n Mengucek-ucek mata \n \n\n Saat benda asing masuk ke mata, secara reflek seseorang akan segera mengucek matanya. Sementara memang lebih baik tetapi mengucek mata dengan keras dapat menyebabkan distorsi dan goresan pada kornea mata sehingga dapat merusak kesehatan mata. Kornea sangat sensitif dan mudah tergores jika di kucek dengan keras. Oleh itu kebiasaan mengucek mata sebaiknya kita hindari dan tinggalkan. \n\n \n\n \n Terlalu lama bermain gadget/ menatap layar gadget \n \n\n Menatap layat gadget dalam jangka waktu yang lama kerap membuat banyak orang merasa tidak nyaman. Hal ini dikenal dengan sebutan digital eye strain. Penggunaan smartphone dan gadget lain dalam waktu lama dapat membuat seorang terpapar cahaya biru dilayar. \n\n Hal tersebut dapat menyebabkan mata mudah lelah dan sakit kepala, karena disaat melihat layar gadget, otot mata akan berkerja dengan ekstra. Dikarenakan seseorang yang sering membaca buku, melihat layar monitor atau menonton dengan jarak terlalu dekat lebih mudah terkena rabun jauh (miopi). sehingga kondisi inilah yang dapat memperburuk kondisi mata minus. \n\n \n\n \n Jarang makan sayuran dan buah-buahan \n \n\n Memakan sayuran dan buah-buahan dapat meningkatkan kesehatan mata. Sayuran mengandungantioksidan dan juga vitamin yang memiliki efek perlindungan pada retina mata. Buah-buahan pun juga banyak mengandung nutrisi seperti vitamin C, vitamin A, vitamin E,dan lainnya ayng dapat meningkatkan dan menjaga kesehatan mata. \n\n \n\n \n Pemakaian kosmetik tidak tepat \n \n\n Penggunaan kosmetik seperti eyeliner, eye shadow, maskara, dan krim mata yang tidak tepat dapat mengganggu kesehatan mata dan juga merusak mata. Seperti penggunaannya terlalu dekat dengan bulu mata dapat menghalangi kelenjar minyak sehingga menyebabkan gatal dan infeksi. \n\n Dan jika produk yang digunakan telah kadaluarsa, maka akan menyebabkan dampak lebih buruk karena dapat menimbulkan iritasi pada mata, kekeringan mata, dan kondisi mata lainnya. \n\n Oleh karena itu periksa mata Sahabat Hermina secara rutin sangatlah penting, dengan setiap enam bulan sekali untuk melihat dan mengetahui apakah ada kerusakan progresif atau tidak. Jangan tunggu gangguan kesehatan mata Anda hingga parah, segera konsultasikan dengan dokter dibidangnya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 07 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
Menjaga Kesehatan Mata di Era Daring<\/a><\/h3>
Mata merupakan salah satu termasuk organ indera yang terpenting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Mata manusia adalah organ sensorik utama yang memberikan reaksi pada cahaya dan mengirimkan informasi cahaya ke otak secara visual. \n\n Di era pandemi ini, membuat pemerintah mengeluarkan berbagai macam aturan, salah satunya dilakukannya rapat dan pembelajaran secara online/daring. Di dalam pelaksanaanya proses belajar dan rapat dilakukan secara daring yang memerlukan perangkat seperti smartphone, laptop, komputer, dan gadget lainnya untuk mengakses informasi kapanpun dan dimanapun. \n\n Dengan adanya pemberlakuan sistem pembelajaran melalui secara online/daring Sahabat Hermina harus mau tidak mau menatap layar laptop/smartphone dengan durasi yang lama. Dengan menatap ke layar smartphone/laptop secara terus menerus dapat menyebabkan mata Sahabat Hermina kelelahan dan terjadinya masalah pada penglihatan yang disebut dengan Computer Vision Syndrome. Penyebab ini ditandai dengan dua hal, yaitu mata kering (dry eye) dan mata tegang/lelah (eyestrain). \n\n Mata Kering dapat terjadi ketika Sahabat Hermina terlalu lama menatap layar smartphone sehingga lupa untuk berkedip. Berkedip diperlukan untuk mengembalikan lapisan cairan tipis pada mata yamg berfungsi untuk melindungi permukaan pada mata. Jika mata kurang berkedip, maka mata akan terasa kering, kurang nyaman, dan penglihatan menjadi kabur. Sedangkan eyestrain/mata lelah disebabkan oleh kecerahan dari layar elektronik yang terlalu terang sehingga membuat mata menjadi cepat lelah. \n\n \n\n Bagaimana cara menjaga kesehatan mata? \n\n Berikut beberapa cara untuk menjaga kesehatan mata sahabat hermina di masa daring ini, yaitu: \n\n \n Kurangi tingkat kecerahan pada layar laptop maupun smartphone. \n Gunakan gawai dengan waktu maksimal 2 jam dan jaga jarak minimal 40-50cm dari mata ke gadget. \n Jika menggunakan gawai lebih dari 2 jam secara terus menerus maka terapkan rumus 20-20-20 atau dengan merelaksasi mata. \n Menerapkan Rumus 20 : 20 : 20. Pada setiap 20 menit menatap layar gawai, istirahatkan mata selama 20 detik, pandangilah benda berjarak 20 kaki atau sekitar 6 meter. \n Relaksasi Mata. Dengan cara menggosok gosok kedua tangan lalu letakkan hangatnya tangan diatas kelopak mata yang dipejam atau dengan memijat pelan kedua pelipis Sahabat Hermina. \n \n\n \n\n Oleh karena itu penting bagi Sahabat Hermina untuk menjaga kesehatan mata, terlebih di era daring seperti ini, dimana kegiatan Sahabat Hermina lebih banyak dilakukan secara online dengan menatap layar komputer/laptop dan smartphone. Dengan cara memperbanyak konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran segar seperti buah naga merah, semangka, wortel, sayur bayam, dan masih banyak lagi yang dapat meningkatan nutrisi Sahabat Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 23 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apa itu Treadmill Test?<\/a><\/h3>
Test Treadmill atau yang dikenal juga dengan lainnya stress test, merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk monitoring kinerja jantung seorang pasien selama melakukan aktivitas fisik. Karena saat seseorang melakukan aktivitas fisik dapat membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa dan cepat. Test Treadmill dapat membantu mengetahui adanya masalah pada aliran darah dalam jantung. \n\n Treadmill Test disebut sebagai pemeriksaan treadmill karena test treadmill berikut menggunakan alat treadmill dalam pemeriksaannya. Pemeriksaan ini berupa. Pemantauan irama jantung, pernapasan, dan tekanan darah. \n\n Test Treadmill dilakukan untuk mengetahui bahwa adanya masalah penyakit yang berhubungan dengan jantung, sebagai berikut diantaranya: \n\n \n\n \n Diagnosis Irama jantung (Aritmia) \n \n\n Masalah irama jantung terjadi ketika implus listrik yang mengordinasikan irama jantung yang tidak berfungsi dengan benar, sehingga menyebabkan jantung berdetak sangat cepat, terlalu lambat atau tidak beraturan. \n\n \n\n \n Diagnosis Arteri Koroner \n \n\n Arteri koroner merupakan pembuluh darah utama yang berfungsi memasok darah, oksigen, dan membawa nutrisi ke jantung. Penyakit arteri koroner ini berkembang ketika arteri tersebut menjadi rusak atau mengalami sakit, biasanya dikarenakan adanya penumpukan yang mengandung kolesterol dan zat lainnya. \n\n \n\n Bagaimana Cara Treadmill Test Dilakukan? \n\n Sebelum melakukan tes treadmill dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan untuk pasien mulai tentang riwayat kesehatan pasien hingga serta seberapa seringnberolahraga ringan maupun berat selama ini. Hal tersebut bertujuan untuk membantu menentukan jumlah latihan yang sesuai untuk pasien ketika pemeriksaan treadmill dilakukan. \n\n Saat sebelum pemeriksaan perawat akan menempelkan elektroda di bagian lengan, dada, dan kaki. Elektroda biasanya memiliki kabel yang terhubung ke alat elektrokardiogram yang merekam sinyal listrik yang memicu detak jantung dari pasien. \n\n Setelah itu Anda akan diminta untuk berjalan hingga berlari kecil di atas treadmill sampai detak jantung telah mencapai target batas yang sudah ditentukan oleh dokter jantung, atau hingga muncul gejala yang tidak memungkinkan Anda untuk melanjutkan tes treadmill tersebut, seperti: \n\n \n Nyeri dibagian dada sedang sampai berat \n Irma jantung tidak beraturan atau tidak normal \n Napas pendek \n Pusing dan kelelahan \n \n\n \n\n Setelah berhenti pemeriksaan tes treadmill, Anda diminta untuk berdiri diam selama beberapa detik dan kemudian diminta berbaring selama beberapa waktu dengan monitor terpasang. Kemudian dokter akan mengawasi segala gejala yang muncul pada detak jantung hingga pernapasan kembali normal. \n\n \n\n Kapan Pemeriksaan Treadmill Dilakukan? \n\n Treadmill test biasanya dilakukan di saat ketika dokter mendeteksi adanya gangguan atau gejala penyakit jantung pada pasien tersebut. Pemeriksaan treadmill ini juga dilakukan saat dokter ingin melihat perkembangan perawatan penyakit jantung yang sedang dijalani oleh pasien. \n\n \n\n Oleh karena itu, jika sahabat hermina mengalami gejala pada jantung sahabat hermina bisa langsung melakukan pemeriksaan treadmill test dan konsultasi kepada dokter yang bersangkutan. Dan agar jantung kita selalu terapkan pola hidup sehat, hindari merokok dan rutin berolahraga 30 menit setiap harinya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 20 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
5 Tips Mencegah Serangan Jantung pada Usia Muda<\/a><\/h3>
Penyakit jantung adalah penyebab paling utama kematian, tetapi serangan jantung atau berhentinya detak jantung tidak bisa dihindari, dikarenakan kejadiannya sangat cepat dan sulit diketahui / mendadak. \n\n \n\n Penyakit serangan jantung ini tak lagi mengenal usia. Dari orang lanjut usia hingga sampai anak muda bisa saja terkena serang jantung.Faktor utama pemicu serangan jantung pada masa ini adalah gaya hidup yang tidak sehat. Obesitas, diaberes, kebiasaan merokok, sering memakan masakan cepat saji, konsumsi minuman keras, stres, dan tekanan darah tinggi umumnya dapat menjadi penyebab serangan jantung. \n\n \n\n Sebuah penelitian American Heart Journal menunjukkan terjadi peningkatan serangan jantung mendadak, sebesar 13 persen, pada usia muda dari 30 sampai 40 tahun. \n\n \n\n Berikut tips mencegah serangan jantung pada usia muda diantaranya: \n\n \n\n \n Makan makanan sehat \n \n\n Hindari makanan berminyak lebih seperti makankan cepat saji dan manis. Pilih asupan makanan dan minuman yang lebih sehat, yakni sayur-sayuran, buah, protein, karbohidrat kompleks, dan minum air mineral yang cukup. \n\n \n\n \n Olahraga teratur \n \n\n Olahraga dengan cukup minimal 30 menit secara rutin seperti arobik setiap minggu atau olahraga ringan, seperti berjalan santa. Agar jantung semakin sehat \n\n \n\n \n Mengelola Stres dengan baik \n \n\n Tekanan dari pekerjaan, hubungan dengan keluarga, pertemanan, dan semua yang ruwet harus bisa dikendalikan dengan baik. Tingkat stres yang tinggi dapat menyebabkan seseorang memiliki gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Yang berakibat meningkatnya risiko penyakit jantung. \n\n \n\n \n Berhenti merokok \n \n\n Berhenti atau hindari kebiasaan merokok di usia muda. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terkenanya penyakit jantung. Dikarenkan hal ini rokok memiliki beberapa kandungan, seperti karbon monoksida, tar, nikoti dapat menyebabkan gangguan pada jantung. \n\n \n\n \n Mengecek kesehatan secara berkala \n \n\n Periksa kondisi kesehatanmu secara berkala. Penyakit jantung umumnya jarang diketahui karena tidak menimbulkan gejala yang serius pada masa awalnya. Untuk mengatasinya, yaitu dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan berkala, seperti kadar kolesterol jahat, tekanan darah, dan kadar gula darah dalam tubuh. \n\n \n\n Oleh karena itu, perbanyak konsumsi air mineral setiap harinya untuk mencukupi kebutuhan cairan pada tubuh tiap harinya dan juga menerapkan pola hidup yang sehat serta rutin berolahraga setiap harinya dengan minimal 30 menit. Sehingga Anda dapat menjaga kesehatan jantung dan terhindar dari penyakit jantung di usia muda maupun di usia lanjut. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 20 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 23 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 07 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 18 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 04 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 14 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>