- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 19 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Demam Tipes dan DBD Berdasarkan Penyebab dan Gejalanya<\/a><\/h3>
Demam pada penyakit tipes dan DBD sebagaian masyarakat menganggap sama, namun keduanya sebenarnya memiliki gejala lain yang berbeda. Penyakit tipes dan demam dengue/demam berdarah dengue (DB/DBD) memiliki gejala yang mirip satu sama lain, yaitu munculnya demam dan badan terasa lemas. Sehingga beberapa orang menganggap demam tipes adalah DB/DBD, begitu juga sebaliknya. Padahal jika Sahabat Hermina salah menduga jenis penyakit yang diderita, nantinya dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penanganan. Lantas bagaimana cara memahami beda gejala tipes dan DB/DBD? Simak ulasan lengkapnya pada artikel berikut! \n\n \n\n Perbedaan DB/DBD dan tifus berdasarkan penyebab \n\n Tipes atau bahasa medisnya biasa disebut dengan demam tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh atau tepatnya ke saluran pencernaan melalui makanan, minuman, atau air yang sudah terkontaminasi. Tidak menjaga kebersihan makanan dan minuman, sanitasi yang buruk, serta terbatasnya akses air bersih diduga menjadi penyebab utama penyakit tipes. Perkiraan WHO pada 2022 terjadi tifoid global 11-20 juta kasus pertahun dan menyebabkan 128.000-161.00 kematian, dan dari Kemenkes di Indonesia mencapai 41.081 kasus selama setahun terakhir dan masih meningkat. \n\n Sementara demam dengue/demam berdarah dengue (DB/DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti paling banyak ditemui selama musim hujan dan setelah musim hujan di area tropis dan subtropis. Menurut Kemenkes pada tahun 2022 tercatat 143.176 kasus dan 1.236 jiwa meninggal, serta pada 2023 turun menjadi 98.071 kasus, 764 jiwa tercatat meninggal. Sebenarnya baik penyakit tipes dan DBD merupakan dua penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia, karena kondisi lingkungan yang mendukung yaitu tempat yang lembab dan hangat. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa pandang usia dan jenis kelamin. Baik tipes maupun DBD mempunyai kesamaan utama, yakni keduanya perlu diobati dan dicegah. Yuk kenali dan pahami apa saja gejala tipes dan DBD beserta cara pencegahannya yang perlu diketahui. \n\n \n\n Gejala tipes dan DBD \n\n Tipes dan DBD memang memiliki gejala khas yang sama, yaitu demam tinggi. Namun, ternyata keduanya memiliki pola kemunculan yang berbeda. Pada DBD, demam tinggi dengan suhu 39-40 derajat Celsius. Kemunculan demam biasanya bersifat mendadak. Selain itu, demam pada gejala DBD akan berlangsung sepanjang hari dan bisa bertahan sampai 7 hari. Demam pada kasus tipes, sebagian besar terjadi pada anak usia 3- 18 tahun, muncul secara perlahan. Di awal kemunculan gejala, suhu tubuh tidak terlalu tinggi atau bahkan normal. Kemudian, demam akan naik secara bertahap tiap hari, dan bisa mencapai hingga 40,5 derajat Celsius. Demam tipes juga bisa saja naik turun, misalnya muncul di malam hari dan menurun di pagi hari. \n\n Berikut ini adalah berbagai beda ciri-ciri tipes dan DBD yang perlu Sahabat Hermina ketahui dan pahami. \n\n \n Bintik atau ruam merah \n \n\n Pada DBD, akan muncul bintik merah khas DBD di bagian bawah kulit yang terjadi akibat pendarahan dan bila ditekan, bintik merahnya tidak pudar. Selain bintik merah, orang yang terkena DBD juga sering mengalami mimisan dan perdarahan ringan pada gusi. Sedangkan pada tipes, bintik merah yang muncul bukan bintik pendarahan, melainkan akibat infeksi dari bakteri Salmonella. \n\n \n Waktu kejadian \n \n\n Perbedaan lain yang cukup jelas dari gejala tipes dan DBD adalah waktu kejadian penyakitnya. Penyakit DBD terjadi musiman, terutama saat musim penghujan di mana lingkungan yang lembap jadi tempat paling tepat untuk nyamuk bisa berkembang biak. Sedangkan tipes bukan merupakan penyakit musiman dan bisa terjadi sepanjang tahun jika tidak menjaga kebersihan lingkungan dengan baik. \n\n \n Rasa nyeri yang muncul \n \n\n Gejala DB/ DBD menyebabkan lemas, nyeri kepala, otot, sendi, dan tulang. Nyeri ini biasanya mulai terasa setelah demam muncul. Selain itu, DBD juga akan memunculkan gejala nyeri perut, mual, hingga muntah, serta muncul ruam kemerahan pada tubuh. Sedangkan penyakit tipes adalah penyakit yang berkaitan dengan saluran pencernaan, sehingga gejala demam pasti disertai dengan gejala sakit di saluran cerna, seperti sakit perut, diare, bahkan sembelit, bila infeksi memberat dapat diikuti dengan penurunan kesadaran. \n\n \n Kemunculan syok \n \n\n Pada DB/DBD, dapat muncul warning sign seperti nyeri tekan perut, muntah terus menerus, bengkak karena akumulasi cairan, perdarahan mukosa dan gelisah. Dapat terjadi kegawatan selanjutnya adalah sesak nafas dan syok karena kegagalan distribusi cairan pada organ vital. Sedangkan pada tipes, umumnya terjadi syok setelah munculnya gejala yang tidak ditangani, seperti penurunan kesadaran. \n\n \n Komplikasi penyakit \n \n\n Salah satu komplikasi yang dapat terjadi adalah kerusakan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan perdarahan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan kegagalan sistem organ yang ditandai dengan peningkatan fungsi hati, penurunan kesadaran dan jantung serta organ lainnya yang berujung kematian. Sedangkan komplikasi tipes dapat menyebabkan usus berlubang (perforasi usus) yang bisa mengakibatkan isi usus bocor ke rongga perut dan menimbulkan infeksi. Jika rongga perut sudah terinfeksi, hal tersebut akan menyebabkan peritonitis, yaitu infeksi pada jaringan yang melapisi bagian dalam perut. Infeksi ini dapat mengakibatkan berbagai organ berhenti berfungsi. \n\n \n\n Satu-satunya cara untuk dapat memastikan demam yang Sahabat Hermina alami merupakan gejala tipes atau DB/DBD adalah dengan periksa ke dokter dan melakukan tes darah. Jadi, jika mengalami demam tinggi yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga hari, segeralah kedokter untuk mendapat rekomendasi pemeriksaan darah di laboratorium terdekat. Dengan melakukan pemeriksaan darah nantinya akan diketahui secara pasti penyakit yang dialami. \n\n Pada penyakit DB/DBD, pemeriksaan biasanya dilakukan dengan memeriksa darah rutin yang dapat menilai jumlah hematokrit dan trombosit. Seseorang terkena penyakit DB/DBD dapat terjadi peningkatan jumlah hematokrit dengan penurunan . Sementara untuk memastikan penyakit tipes nantinya dokter akan menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan IgM Salmonela (sensitifitas 88 %) atau Widal (sensitifitas 77%) setelah mengalami demam paling tidak selama 5 hari. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada darah Adik mengandung protein / antibodi terhadap bakteri penyebab tipes tersebut. \n\n Konsultasikan kesehatan Sahabat Hermina di RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan Website www.herminahospitals.com \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 15 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Ganti Sendi Agar Dapat Gerak Leluasa Dengan Tindakan Total Knee Replacement (TKR) <\/a><\/h3>
Lutut merupakan salah satu organ yang sangat penting dalam aktivitas gerak sehari-hari. Dari berjalan hingga berlari, semua kegiatan membutuhkan tulang yang berfungsi dengan baik. Jika lutut mengalami cedera atau terkena penyakit tertentu, pada beberapa kasus dibutuhkan prosedur TKR (total knee replacement) untuk memulihkan fungsi yang terganggu itu. \n\n Apa Itu Total Knee Replacement? \n\n Total Knee Replacement merupakan prosedur medis yang dilakukan dengan cara mengganti sendi lutut yang rusak dengan sendi lutut buatan (prostetik). Prosedur ini merupakan solusi efektif untuk meredakan rasa kaku dan sakit pada lutut akibat radang sendi cedera. \n\n Kondisi medis yang dapat dilakukan operasi penggantian lutut total / TKR: \n\n \n Osteoartritis adalah ketika sendi lutut seseorang mengalami peradangan akibat penggunaan berlebih atau obesitas. \n Arthritis rheumatoid terjadi ketika sendi lutut seseorang mengalami radang kronis akibat penyakit autoimun yang menyebabkan lutut menjadi sulit berfungsi. \n Arthritis pasca trauma adalah Radang sendi jenis ini dapat terjadi akibat cedera serius pada sendi lutut. \n Nekrosis avaskular atau gangguan suplai darah ke tulang rawan di dalam sendi. \n Deformitas sendi lutut atau kelainan bentuk sendi lutut yang bisa menyebabkan gejala nyeri dan membatasi gerakan. \n Gangguan sendi lain yang tidak merespons perawatan konversatif. \n \n\n Tujuan dari tindakan TKR (total knee replacement) adalah menghilangkan rasa nyeri yang bersumber dari lutut. Penggantian sendi lutut yang rusak dengan prostetik bisa mengurangi dan bahkan menghilangkan nyeri yang mengganggu kegiatan sehari-hari. Tujuan lain prosedur ini meliputi: \n\n \n Memulihkan fungsi lutut yang sebelumnya terganggu sehingga bisa lebih mudah digunakan untuk beraktivitas sehari-hari \n Meningkatkan kualitas hidup dengan hilangnya rasa nyeri dan peningkatan fungsi sendi \n Membantu melakukan aktivitas fisik yang sebelumnya sulit atau mustahil dilakukan akibat masalah pada lutut \n Meningkatkan kemandirian setelah lutut lebih mudah digunakan untuk bergerak \n Mengurangi ketergantungan pada obat nyeri yang justru biasa membahayakan \n \n\n Kapan Harus Dilakukan Total Knee Replacement? \n\n Kondisi yang mungkin perlu diatasi dengan Total Knee Replacement di antaranya: \n\n \n Nyeri atau kaku pada lutut yang parah, sehingga tidak lagi bisa melakukan aktivitas fisik yang sederhana seperti berjalan, naik turun tangga, duduk, atau jongkok. \n Peradangan di lutut tidak kunjung membaik meski sudah mendapatkan perawatan dengan obat-obatan maupun terapi fisik. \n Nyeri lutut intensitas sedang namun terus berlanjut padahal sedang tidak beraktivitas. Contohnya saat sedang tidur, rasa sakitnya terasa sangat hebat. \n \n\n Sebelum menyarankan pasien untuk menjalani operasi penggantian lutut total, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh dan melihat riwayat pengobatan pasien sebelumnya. Setiap pasien bisa disarankan untuk melakukan terapi yang berbeda, meski sudah mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas. Karena itu, segera konsultasikan kesehatan tulang sahabat hermina kepada dokter spesialis ortopedi di RSU Hermina Pandanaran. Tindakan Total Knee Replacement ini juga dapat dilakukan di Rumah Sakit Kami. Segera Ganti sendi agar dapat gerak leluasa dengan tindakan Total Knee Replacement (TKR) di RSU Hermina Pandanaran. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 19 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Stunting Dengan Gizi Tepat<\/a><\/h3>
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. \n\n Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah. \n\n Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. \n\n \n\n Mengenal Stunting \n\n Mengutip Kementerian Kesehatan RI, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tidak memadai. Karena itu, sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi anak dan memperhatikan kesehatan tumbuh kembangnya, agar anak tidak mengalami stunting. Stunting merupakan kondisi di mana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan standar untuk usianya yang diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih rendah dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan WHO. \n\n \n\n Pemenuhan Gizi Anak \n\n Pemenuhan gizi anak juga harus dilakukan sejak Si Kecil masih di dalam kandungan. Pemenuhan gizi, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, menjadi upaya pertama dalam menghindari stunting. Pemenuhan gizi tersebut meliputi gizi selama kehamilan dan masa kanak-kanak hingga usia dua tahun. Kesehatan ibu hamil dan anak juga harus dijaga dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga mengurangi kekerapan terjadinya infeksi pada ibu hamil dan masa kanak-kanak. \n\n Pemantauan tumbuh-kembang anak secara berkala juga perlu dilakukan, baik sejak dalam kandungan, setiap bulan setelah kelahiran hingga berusia dua tahun, kemudian 6–12 bulan setelah berusia dua tahun, agar dapat segera dideteksi bila terjadi keterlambatan pertumbuhan untuk diintervensi. \n\n \n\n Cegah Stunting dengan Gizi \n\n Agar anak terbebas dari ancaman stunting, perlu memberikan berbagai makanan sehat kaya gizi untuk menunjang tumbuh kembang anak. Anak harus mendapatkan asupan makan yang cukup, sesuai usianya. Komposisi makanannya pun harus seimbang, antara karbohidrat, protein, lemak dan vitamin serta mineral. Semua zat gizi tentu baik dan diperlukan tubuh anak, namun beberapa zat gizi di bawah ini adalah yang terpenting untuk mencegah anak mengalami stunting : \n\n \n Protein, Protein adalah salah satu zat gizi makro yang amat penting untuk anak stunting. Diperlukan untuk pertumbuhan, pembentukan massa otot, dan meningkatkan daya tahan tubuh,”, banyak anak di negara berkembang kekurangan protein berkualitas dan asam amino esensial dalam diet yang memiliki konsekuensi buruk bagi pertumbuhan dan penurunan stunting. Susu, telur ayam, dan daging ayam adalah contoh sumber protein dengan skor asam amino (SAA) paling tinggi. Artinya, 100 persen protein susu dan telur ayam, atau 80 persen protein daging ayam, dapat diserap dan digunakan oleh tubuh. Sedangkan protein daging sapi hanya dapat diserap sebanyak 69 persen. Namun protein nabati juga perlu dikonsumsi. Beberapa jenis protein nabati, misalnya tahu, tempe, kacang kacangan juga dianjurkan untul selalu dikonsumsi setiap hari bersamaan dengan protein hewani. \n Zat besi Zinc atau seng, merupakan salah satu jenis mineral penting yang sangat dibutuhkan tubuh. Bagaimana tidak, keberadaannya di dalam tubuh dapat membantu memperkuat imunitas,Contoh : Daging,tiram, kacang-kacangan,Legum,Telur ,Coklat ,Baya, jamur, kacang polong, kacang mete. \n Zinc Mineral, esensial ini berperan dalam aktivasi dan sintesis hormon pertumbuhan, menjaga kekebalan tubuh, sebagai antioksi dan, fungsi pengecapan, serta stabilisasi membran sel,”. Beberapa contoh makanan yang kaya akan zinc adalah daging sapi, daging ayam, telur ayam, udang, kepiting, almond, buncis, labu, wijen, kacang hijau, dan produk susu. \n Kalsium dan vitamin D, Kalsium adalah komponen utama tulang, sementara vitamin D membantu proses metabolisme kalsium. Selain itu, kalsium pun dibutuhkan untuk sistem saraf, otot, dan jantung. \n Yodium Yodium, merupakan mineral yang penting untuk pertumbuhan berat dan tinggi badan serta perkembangan kecerdasan otak. Balita yang mengalami kekurangan yodium akan memiliki intelligent quotient (IQ) yang lebih rendah dibandingkan balita yang cukup yodium. \n \n\n Yodium adalah mineral yang dibutuhkan oleh kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid. Jika Anda kekurangan mineral ini, beberapa masalah kesehatan bisa terjadi. Salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan mineral tersebut adalah dengan mengonsumsi makanan yang mengandung yodium. Contoh makanan yang mengandung yodium : Rumput laut, Ikan kod, Udang,Tuna,Susu dan Buah Plum. \n\n Konsultasikan gizi lengkap dengan dokter spesialis gizi klinik di RSU Hermina Pandanaran dengan dr. Etisa Adi Murbawani, Msi, Sp.GK(K). Dapatkan kemudahan pendaftaran melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500 488 dan Website www.herminahospitals.com \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 15 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Penanganan Konstipasi (Sembelit), Si Pengganggu Saluran Cerna<\/a><\/h3>
Konstipasi (sembelit) merupakan gangguan pencernaan akibat penurunan kerja usus dimana masalah pencernaan ini ditandai dengan keluhan susah buang air besar atau BAB tidak lancar dalam jangka waktu tertentu. Secara garis besar, konstipasi dapat diartikan dengan BAB yang tidak teratur, yaitu kurang dari 3 kali dalam seminggu. Meski begitu, frekuensi buang air besar akan berbeda pada setiap orang. Beberapa orang mungkin buang air besar beberapa kali dalam sehari, sedangkan lainnya BAB satu sampai dua kali seminggu. Kondisi ini sering kali dipicu oleh pola makan yang tidak mengonsumsi cukup serat. Frekuensi buang air besar pada setiap orang bisa berbeda-beda. Normalnya, frekuensi buang air besar adalah 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu. Pada penderita konstipasi, tinja menjadi kering dan keras sehingga sulit dikeluarkan dari anus. Akibatnya, frekuensi BAB menjadi kurang dari 3 kali dalam seminggu. \n\n Penyebab Konstipasi \n\n Sembelit ini dapat terjadi akibat penyumbatan usus besar atau rektum (ujung usus besar) atau gangguan pada saraf di sekitar usus besar dan rektum. Selain itu, sembelit juga bisa dipengaruhi oleh faktor pertambahan usia, pola makan rendah serat atau kurang aktif bergerak. \n\n Gejala utama konstipasi seperti sulit mengeluarkan tinja, frekuensi buang air besar yang lebih jarang dari biasanya, dan sakit saat mengeluarkan tinja. Konstipasi dapat dikatakan kronis jika gejalanya telah berlangsung selama 3 bulan. Beberapa penyebabnya adalah: \n\n \n \n Penyumbatan di usus besar atau rektum \n \n \n\n Penyumbatan di usus besar atau rektum dapat memperlambat atau menghentikan pergerakan tinja. Penyebabnya antara lain: \n\n \n Robekan kecil di kulit sekitar anus (fisura ani) \n Penyumbatan di usus (obstruksi usus) \n Kanker usus besar \n Penyempitan usus besar \n Kanker di perut yang menimbulkan tekanan pada usus besar \n Kanker rektum \n Rektum menonjol dari dinding belakang vagina \n \n\n \n Gangguan saraf di sekitar usus besar dan rektum \n \n\n Gangguan saraf dapat menghambat kerja otot usus besar dan rektum dalam mendorong tinja. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh: \n\n \n Kerusakan saraf yang mengendalikan fungsi tubuh (neuropati otonom) \n Penyakit parkinson \n Cedera saraf tulang belakang \n Stroke \n Multiple sclerosis \n \n\n \n Gangguan pada otot panggul \n \n\n Gangguan pada otot panggul yang berfungsi membantu proses buang air besar bisa menyebabkan sembelit kronis. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan kontraksi atau melemahnya otot panggul. \n\n \n Gangguan hormon \n \n\n Beberapa jenis hormon berfungsi menyeimbangkan cairan tubuh. Bila terjadi gangguan pada hormon tersebut, keseimbangan cairan tubuh juga terganggu sehingga memicu terjadinya konstipasi. Beberapa penyebabnya adalah: \n\n \n Diabetes \n Hiperparatiroidisme \n Kehamilan \n Hipotiroidisme \n \n\n \n\n Faktor Risiko Konstipasi \n\n Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko konstipasi pada orang dewasa, yaitu: \n\n \n Pertambahan usia \n Jenis kelamin wanita, terutama ketika hamil dan setelah melahirkan \n Dehidrasi \n Pola makan rendah serat \n Kurang aktif bergerak \n Efek samping obat, seperti obat pencahar, antasida, antikejang, antidepresan, antagonis kalsium, diuretik, suplemen besi, dan obat untuk penyakit Parkinson \n Gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi \n Menahan keinginan untuk buang air besar \n Pernah menjalani operasi perut atau panggul \n \n\n Sementara pada bayi dan anak-anak, konstipasi dapat dipicu oleh beberapa faktor berikut: \n\n \n Kurang minum dan konsumsi makanan berserat \n Khawatir atau cemas terhadap sesuatu, misalnya pindah rumah, pertama kali masuk sekolah \n Cemas atau tertekan saat berlatih buang air besar di kamar mandi \n \n\n Gejala Konstipasi \n\n Konstipasi dapat ditandai dengan sejumlah gejala berikut: \n\n \n Frekuensi buang air besar (BAB) lebih jarang dari biasanya atau kurang dari 3 kali dalam seminggu \n Tinja sulit keluar \n Nyeri ketika BAB \n Harus mengejan saat BAB \n Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal \n Buang air besar terasa tidak tuntas \n Sensasi mengganjal di rektum (bagian akhir usus besar) \n Perut kembung \n Mual \n Kram atau sakit di perut \n Perlu bantuan untuk mengeluarkan tinja, seperti menekan bagian perut atau menggunakan jari untuk mengeluarkan tinja dari anus \n \n\n Penanganan Konstipasi \n\n Pengobatan konstipasi bertujuan untuk mempercepat gerakan tinja di dalam usus agar lebih mudah dan lebih teratur dikeluarkan. Metode pengobatannya antara lain: \n\n 1. Perubahan gaya hidup \n\n Penanganan pertama konstipasi adalah dengan mengubah pola makan atau gaya hidup yang sehat seperti minum air putih, rutin olah raga, makan sayur dan buah \n\n 2. Penggunaan obat-obatan \n\n Jika perubahan gaya hidup tidak dapat mengatasi sembelit, dokter akan meresepkan obat pencahar \n\n 3. Latihan otot panggul \n\n Jika diperlukan, pasien juga dapat melatih otot panggul untuk mempermudah BAB. Latihan yang bisa dilakukan adalah terapi biofeedback, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam rektum untuk mengukur ketegangan otot rektum. \n\n Pada latihan ini, pasien akan dituntun untuk mengencangkan atau mengendurkan otot panggul dengan bantuan suara atau lampu. Suara atau lampu ini akan memberi tanda saat otot telah mengendur. \n\n 4. Operasi \n\n Untuk mengatasi konstipasi akibat obstruksi usus, robekan pada anus (fisura ani), atau prolaps rektum, dokter akan melakukan prosedur operasi. Operasi juga dilakukan bila konstipasi disebabkan oleh kanker pada usus besar, rektum, atau anus. \n\n \n\n Konstipasi dapat ditangani dengan melakukan perubahan gaya hidup, misalnya dengan memperbaiki pola makan dan berolahraga rutin. Namun, bila upaya tersebut tidak dapat mengatasi konstipasi, dokter dapat menyarankan penggunaan obat atau tindakan lain. Selain sebagai salah satu cara untuk mengatasi konstipasi, mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat juga dapat mencegah sembelit. Konstipasi juga dapat dicegah dengan tidak membiasakan menunda buang air besar. \n\n Bagi Sahabat Hermina yang memiliki gejala atau keluhan mengenai konstipasi (sembelit) dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah digestif RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran dokter melalui mobile aplikasi HALO HERMINA, CALL CENTER 1500488 dan Website www.herminahospitals.com. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Langkah Cegah Skoliosis, Menjaga Punggung Tetap Sehat<\/a><\/h3>
Skoliosis merupakan kelainan pada tulang belakang yang dapat mengubah postur tubuh penderitanya. Jika dilihat dari belakang, tulang belakang pada skoliosis akan berbentuk seperti huruf “C” atau “S”. Skoliosis dapat mempengaruhi dari segala usia, mulai dari bayi hingga orang dewasa. Lantas, bagaimana cara mencegah skoliosis? Mari, simak penjelasan lengkap pada artikel berikut. \n\n \n\n Pengertian Skoliosis \n\n Berdasarkan definisi, Kata Skoliosis berasal dari bahasa Yunani skoliosis yang berarti bengkok. Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang berupa lengkungan ke samping/ lateral. Jika dilihat dari belakang, tulang belakang pada skoliosis akan berbentuk seperti huruf “C” atau “S”. \n\n Pengidap skoliosis dewasa jika tulang belakang melengkung semakin parah akan merasakan sulitnya bernapas, timbulnya rasa nyeri, serta kelainan bentuk pada tulang belakang. Jika terus dibiarkan, mungkin saja kelumpuhan dapat terjadi. Maka dari itu, penanganan perlu dilakukan segera saat masalahnya masih dalam tahap ringan untuk mencegah berbagai komplikasi yang dapat membahayakan. \n\n \n\n Faktor Risiko Skoliosis \n\n Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti dari skoliosis tidak dapat diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risikonya, yaitu: \n\n \n Usia. Meski bisa terjadi pada usia berapa pun, kelainan tulang belakang ini lebih umum terjadi pada anak-anak, remaja, dan lansia. \n Jenis kelamin. Dibanding anak laki-laki, risiko pengembangan penyakit skoliosis lebih buruk pada anak perempuan. \n Riwayat kesehatan keluarga. Meski jarang, memiliki anggota keluarga dengan riwayat skoliosis dapat meningkatkan risiko. \n \n\n \n\n Penyebab Skoliosis \n\n Kebanyakan kasus skoliosis tidak diketahui penyebabnya, yang disebut juga dengan skoliosis idiopatik. Masalah ini tidak dapat dicegah dan dianggap tidak berhubungan dengan beberapa hal lainnya, seperti postur tubuh yang buruk, dampak dari olahraga serta diet. Namun, faktor keturunan atau gen dapat membuat seseorang lebih rentan untuk mengalaminya. Selain skoliosis idiopatik, berikut ini beberapa penyebab dari masalah tulang ini: \n\n \n Skoliosis degeneratif. Penyebab ini terjadi karena adanya kerusakan bagian tulang belakang dan sering terjadi pada orang dewasa seiring bertambahnya usia. \n Skoliosis idiopatik. Pada kasus idiopatik kali ini, terjadi karena faktor genetika. \n Skoliosis kongenital. Penyebab kongenital terjadi karena tulang belakang yang tidak tumbuh dengan normal pada saat bayi didalam kandungan. \n \n\n \n\n Gejala Skoliosis \n\n Jika lengkungan dari skoliosis semakin parah, tulang belakang juga dapat mengalami berputar atau melintir, selain melengkung ke satu sisi ke sisi lainnya. Hal ini dapat menyebabkan tulang rusuk di satu sisi tubuh lebih menonjol dibanding sisi lainnya. \n\n Gejala skoliosis lainnya yang dapat dilihat dari adanya perubahan penampilan pada bagian dada, pinggul dan bahu, seperti: \n\n \n Condong ke satu sisi. \n Salah satu bagian bahu akan terlihat lebih tinggi. \n Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol. \n Adanya tonjolan pada salah satu bagian pinggul. \n Nyeri punggung bawah. \n Kekakuan punggung. \n Nyeri dan mati rasa di kaki Anda (karena saraf terjepit). \n Kelelahan karena ketegangan otot. \n \n\n \n\n Untuk memastikan diagnosis skoliosis, dokter akan menanyakan gejala yang dialami dan riwayat penyakit yang dimiliki. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, dengan meminta pengidap untuk berdiri atau membungkuk, serta memeriksa kondisi saraf. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan rontgen dan CT-SCAN untuk mengetahui adanya skoliosis dan tingkat keparahan lengkungan tulang belakang yang dialami. \n\n Bagi sahabat hermina yang mengalami gejala skoliosis dapat melakukan konsultasi pada dokter spesialis ortopedi di RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran dokter dapat melalui mobile aplikasi HALO HERMINA, Call Center 1500488 dan Website www.herminahospitals.com. \n\n Sehat Bersama Hermina \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Deteksi Dini Hidrosefalus Pada Bayi<\/a><\/h3>
Hidrosefalus merupakan kondisi di mana terdapat penumpukan cairan dalam rongga otak yang berlebihan sehingga menyebabkan tekanan di dalam kepala meningkat. Hidrosefalus yang terjadi pada bayi dapat mengakibatkan ukuran kepala membesar. Dalam keadaan normal, memang terdapat cairan otak yang mengisi ruangan-ruangan (ventrikel) di dalam otak. \n\n Cairan dalam rongga otak yang dimaksud bernama cairan serebrospinal, yaitu cairan bening dan tidak berwarna yang mengalir di dalam serta sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Cairan ini berfungsi untuk menjaga otak tetap mengambang di rongga kepala, menjadi bantalan dan melindungi otak dari benturan, menjaga keseimbangan tekanan di dalam otak, serta membuang produk sisa metabolisme otak. \n\n Penumpukan cairan serebrospinal yang berlebihan dapat disebabkan oleh tidak seimbangnya produksi cairan serebrospinal dengan penyerapan kembali cairan tersebut, misalnya karena terdapat sumbatan pada saluran cairan otak, penyerapan yang tidak maksimal, atau produksi yang berlebihan. Padahal, peningkatan tekanan di dalam kepala yang terlalu tinggi akibat hidrosefalus dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan otak dam menghambat pembentukan sel saraf baru, yang nantinya dapat mengganggu tumbuh kembang anak; serta dapat menimbulkan berbagai macam gangguan fungsi otak lainnya, bahkan kematian. \n\n \n\n Jenis Hidrosefalus \n\n \n Hidrosefalus Kongenital \n \n\n Jenis ini merupakan kelainan bawaan yang terjadi karena gangguan di dalam kandungan. Hal macam ini bisa terjadi karena gangguan yang dialami sang ibu saat hamil. Misalnya sang ibu terkena infeksi toksoplasma, kekurangan asam folat, atau beberapa sebab lainnya. \n\n \n Hidrosefalus Didapat (Acquired Hydrocephalus) \n \n\n Terjadi karena gangguan di otak, misalnya karena stroke, radang selaput otak, atau tumor otak. Penyakit tersebut menyebabkan terganggunya sirkulasi atau penyerapan cairan otak sehingga hidrosefalus dapat terjadi. \n\n \n\n Penyebab Hidrosefalus \n\n Hidrosefalus yang terjadi pada bayi umumnya akibat infeksi saat kehamilan. Infeksi tersebut disebabkan oleh cytomegalovirus (CMV), rubella, mumps, sifilis, atau toksoplasma. Sementara itu, hidrosefalus yang baru terjadi setelah lahir (acquired hydrocephalus) umumnya disebabkan karena penyakit di otak yang menimbulkan gangguan sirkulasi cairan otak. Misalnya karena perdarahan otak, tumor otak, radang otak atau radang selaput otak. \n\n \n\n Diagnosis Hidrosefalus \n\n Hidrosefalus yang terjadi akibat infeksi dalam kehamilan ibu sebenarnya dapat dideteksi sejak bayi masih dalam kandungan, yaitu dengan pemeriksaan USG. Sementara itu, saat bayi lahir, hidrosefalus mulai dapat diduga saat dilakukan pengukuran lingkar kepala bayi. \n\n Bayi yang mengalami hidrosefalus memiliki lingkar kepala yang lebih besar dibandingkan bayi lain seusianya. Untuk memastikan adanya hidrosefalus, biasanya diperlukan pemeriksaan CT-scan otak. Pada beberapa kasus, MRI juga diperlukan untuk mengetahui penyebab terjadinya hidrosefalus. \n\n \n\n Gejala Hidrosefalus \n\n Hidrosefalus yang terjadi saat bayi baru lahir biasanya dapat menunjukkan gejala berupa: \n\n \n Bayi terlihat mengantuk terus atau kurang responsif terhadap kondisi di sekitarnya. \n Kaki dan tangan berkontraksi terus sehingga terlihat kaku dan sulit digerakkan. \n Bayi mengalami keterlambatan perkembangan, misalnya umur 6 bulan belum bisa tengkurap, atau umur 9 bulan belum bisa duduk. \n Kepala bayi terlihat lebih besar, juga bertambah besar setiap saat dibandingkan anak seusianya. \n Kulit kepala bayi tipis, dan pembuluh darahnya dapat terlihat dengan jelas. \n Napas tidak teratur. \n Mengalami kejang berulang. \n \n\n \n\n Pencegahan Hidrosefalus \n\n Pencegahan hidrosefalus dimulai sejak dalam kehamilan. Ibu hamil harus melakukan kontrol berkala agar bila ada infeksi virus, dapat diketahui dan ditangani segera. Pastikan bahwa ibu hamil, bayi, dan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap sesuai dengan jadwal pemerintah. Beberapa penyebab hidrosefalus seperti infeksi rubella, radang selaput otak, dan radang otak dapat dicegah dengan imunisasi. \n\n Konsultasi kesehatan secara rutin di RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran melalui mobile Aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan Website www.herminahospitals.com \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 15 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Ketahui Pentingnya Vaksin Pneumonia Bagi Orang Dewasa<\/a><\/h3>
Vaksin Pneumonia merupakan jenis vaksin yang diberikan untuk mencegah penyakit akibat pneumokokus, yaitu segala jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus Pneumoniae. Vaksin pneumonia dapat menurunkan peluang seseorang terkena penyakit pneumonia dan dapat mengurangi keparahan gejala apabila mengalami sakit. Tidak hanya bayi dan anak-anak, orang dewasa juga sebaiknya mendapat vaksin PCV. Sebab, vaksin ini dapat mencegah risiko penularan pneumonia yang sangat rentan terjadi pada lansia. \n\n \n\n Vaksin PCV atau pneumonia merupakan salah satu vaksin yang dapat membantu mencegah infeksi penyakit pneumonia untuk orang dewasa berusia 50 tahun atau lebih. Vaksin akan bekerja efektif dengan membantu tubuh menciptakan antibodi sendiri yang dapat memberikan perlindungan dari paparan bakteri penyebab penyakit tersebut. Namun, tidak seperti bayi, vaksin PCV untuk orang dewasa memiliki dosis yang tidak sama. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, vaksin PCV sendiri terbilang aman untuk orang dewasa. Vaksin ini sangat jarang menunjukkan munculnya efek samping atau Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). \n\n \n\n Mengapa vaksin PCV penting? \n\n \n\n Vaksin PCV dirancang khusus untuk melawan pneumokokus, yang dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit, termasuk pneumonia. Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab umum infeksi paru-paru dan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada orang lanjut usia. Vaksinasi tidak hanya mencegah pneumonia secara langsung, tetapi juga mencegah infeksi yang dapat menimbulkan komplikasi serius seperti infeksi telinga tengah, meningitis, dan infeksi darah. \n\n \n\n Manfaat Vaksinasi Pneumonia \n\n \n Perlindungan terhadap Pneumonia: Vaksin PCV membantu tubuh mengembangkan kekebalan terhadap bakteri penyebab pneumonia, sehingga mengurangi risiko infeksi paru-paru. \n Mencegah Komplikasi Serius: Pneumonia dapat menyebabkan bakteri memasuki aliran darah dan menyebabkan infeksi yang dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Vaksinasi membantu mencegah penyebaran bakteri ini. \n Melindungi kelompok rentan: Orang dewasa dengan kondisi kesehatan yang rentan, seperti diabetes, penyakit jantung, atau sistem kekebalan tubuh yang lemah, khususnya memerlukan perlindungan tambahan. Vaksin PCV dapat memberikan perlindungan tambahan kepada kelompok rentan ini. \n \n\n \n\n Gejala Pneumonia \n\n Mengenali gejala pneumonia penting dilakukan agar dapat segera mencari pertolongan medis. Gejala yang paling umum adalah: \n\n \n Batuk disertai lendir atau darah. \n Sesak napas. \n Rasa sakit yang dalam dan menusuk di dada. \n Demam tinggi. \n Kelelahan yang berlebihan. \n Mual, muntah, dan mengalami diare. \n \n\n \n\n Vaksin PCV merupakan upaya pencegahan untuk menjaga kesehatan paru-paru dan mencegah risiko pneumonia pada orang dewasa. Vaksinasi secara teratur dapat mengurangi risiko infeksi dan melindungi dari komplikasi serius akibat pneumonia. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis paru RSU Hermina Pandanaran untuk menentukan jadwal vaksinasi yang tepat dan untuk memahami apakah vaksinasi PCV diperlukan berdasarkan kesehatan dan riwayat kesehatan seseorang. \n\n \n\n Dapatkan kemudahan pendaftaran dokter RSU Hermina Pandanaran melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan website www.herminahospitals.com. Menyadari pentingnya vaksin PCV merupakan langkah awal yang penting untuk menjaga kesehatan paru-paru dan meningkatkan kualitas hidup orang dewasa. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 14 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Komplikasi, Ketahui Penanganan Luka Pada Penderita Diabetes!<\/a><\/h3>
Diabetes merupakan penyakit dengan kondisi gula darah dalam tubuh tinggi yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi masalah kesehatan, salah satunya adalah luka kaki diabetes atau ulkus diabetikum. Seperti diketahui, gula darah tinggi pada penderita diabetes karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin, atau insulin tidak dapat berkerja secara optimal (resistensi insulin). Padahal insulin sangat dibutuhkan untuk menyerap glukosa atau gula dari makanan untuk dijadikan energi pada tubuh. Glukosa yang menumpuk dalam darah menyebabkan kadar gula darah tinggi. \n\n Luka pada pengidap diabetes memiliki waktu penyembuhan lebih lama dibandingkan dengan luka pada orang sehat. Kondisi ini disebabkan oleh kadar gula darah yang terlalu tinggi. Hal tersebut memicu kerusakan saraf, menurunkan kekebalan tubuh, dan menurunkan sirkulasi darah ke area luka. Dampaknya, luka jadi sulit mengering dan susah disembuhkan. Perawatan luka diabetes dibutuhkan guna mencegah penyebaran luka dan meningkatkan resiko amputasi. Beberapa caranya, yakni membersihkan luka, mengurangi tekanan pada luka, menutup luka dengan perban, dan mengontrol kadar gula darah secara rutin. \n\n \n\n Langkah Perawatan Luka Diabetes \n\n Beberapa langkah yang dapat dilakukan, antara lain: \n\n 1. Membersihkan luka \n\n Perawatan luka diabetes yang utama dapat dilakukan dengan membersihkan luka setiap hari. Caranya dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Setelah itu, keringkan dan oleskan salep rekomendasi dari dokter. Jangan merendam bagian luka karena dapat memicu infeksi. \n\n 2. Mengurangi tekanan pada luka \n\n Tekanan pada luka dapat dikurangi dengan cara mengenakan pakaian longgar. Jika lukanya terletak di bagian kaki, sebaiknya gunakan sepatu yang dirancang khusus guna mencegah perburukan luka akibat diabetes. Langkah ini bisa mempercepat proses penyembuhannya. \n\n 3. Menutup luka dengan perban \n\n Menutup luka bertujuan untuk mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhannya. Namun, pastikan untuk memilih perban atau kasa khusus untuk diabetes, sesuai dengan rekomendasi dari dokter. \n\n 4. Mengontrol kadar gula darah \n\n Perawatan luka diabetes selanjutnya dapat dilakukan dengan mengontrol kadar gula darah. Sebab, kadar gula yang tak terkendali bisa mempersulit proses penyembuhan, bahkan memperburuk luka yang sudah ada. Selain itu, pengidap juga disarankan untuk menjalani pola hidup sehat dan terapi insulin jika dibutuhkan. \n\n 5. Perhatikan tanda infeksi \n\n Infeksi pada luka diabetes ditandai dengan kemerahan, rasa sakit, nanah, pembengkakan, dan sensasi hangat di area sekitarnya. Terkadang, muncul luka dari dalam luka disertai dengan bau menyengat. Jika kondisi tersebut terjadi, perawatan luka diabetes dapat dilakukan dengan membersihkan darah, air, dan nanah. Selanjutnya, hilangkan kulit mati di area sekitar dan mengoleskan salep rekomendasi dari dokter. \n\n 6. Memenuhi asupan nutrisi \n\n Salah satu asupan yang direkomendasikan guna mempercepat proses penyembuhan luka adalah protein. Nutrisi tersebut dapat diperoleh dari telur, dada ayam, ikan salmon, udang, tuna, susu, dan kacang kedelai. Protein dapat membantu memperbaiki jaringan kulit yang mengalami kerusakan. Selain protein, pastikan untuk memenuhi asupan kalori, lemak, serat, zink, dan vitamin C guna mempercepat proses penyembuhan luka. \n\n \n\n Jika perawatan luka diabetes tidak dilakukan dengan tepat, dampaknya bisa berupa kematian jaringan yang berujung pada amputasi. Semakin cepat melakukan penanganan, maka semakin kecil risiko terjadinya komplikasi. Sahabat Hermina lakukan kontrol kesehatan secara rutin di RSU Hermina Pandanaran, dapatkan kemudahan pendaftaran dokter melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan website www.herminahospitals.com. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 24 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Ketahui Langkah Cegah Anemia Defisiensi Besi<\/a><\/h3>
Halo sahabat hermina. \n\n Kali ini kita akan sedikit membahas tentang anemia defisiensi besi. Apa sih sebetulnya anemia defisiensi besi itu? \n\n Anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) tubuh kurang dari normal. Hemoglobin ini sendiri berfungsi untuk mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh agar tubuh bekerja secara optimal. Hemoglobin ibarat sebuah mobil yang bertugas mengantarkan logistik ke seluruh tubuh. Apabila “mobil” ini terganggu, maka “logistik” yang seharusnya diantarkan tidak akan mencapai sel-sel tubuh. \n\n Kadar Hb normal setiap populasi berbeda, namun secara garis besar nilai normal dari Hb adalah \n\n \n 13 – 18 gr/dL pada laki-laki \n 12 - 15 gr/dL pada wanita \n 11 – 16 gr/dL pada anak-anak \n Pada ibu hamil nilai normal pada tiap trimester berbeda, namun secara umum adalah lebih dari 10 gr/dL \n \n\n Penyebab dari anemia sangat banyak. Namun yang sering ditemui pada populasi secara umum antara lain adalah anemia kekurangan zat besi atau yang biasa disebut sebagai anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi merupakan suatu keadaan dimana besi yang merupakan salah satu bahan pembentuk sel darah merah. Jika besi sebagai bahan baku pembentu sel darah merah berkurang jumlahnya, maka otomatis darah yang terbentuk juga akan berkurang jumlahnya. \n\n Sangat banyak hal yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi ini, antara lain: \n\n \n Asupan gizi yang kurang, terutama protein hewani sebagai sumber utama zat besi \n Kebutuhan yang meningkat, seperti pada kehamilan \n Infeksi, seperti cacingan ataupun pada malaria \n Hilangnya darah yang banyak, misal pada menstruasi \n \n\n Penyerapan zat besi dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan tertentu. Vitamin C, daging, ikan dan unggas dapat meningkatkan penyerapan zat besi, sedangkan kalsium dapat menghambat penyerapan zat besi \n\n Gejala yang dapat terjadi pada orang-orang dengan anemia defisiensi besi antara lain lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5L). \n\n Akibat dari anemia ini sendiri antara lain adalah meningkatnya resiko keguguran pada wanita hamil, bayi lahir sebelum waktunya, berat bayi lahir rendah, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, gangguan jantung, dan dapat menurunkan kualitas hidup dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari \n\n Hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia defisiensi besi: \n\n \n Pola makan gizi seimbang. Makanan yang kaya sumber zat besi: hati, ikan, daging dan unggas. Buah-buahan, terutama yang mengandung vitamin C yang tinggi, akan meningkatkan penyerapan zat besi \n Apabila dirasa kebutuhan zat besi dari makanan tidak akan mencukupi, dapat ditambahkan suplemen besi/tablet tambah darah . Namun apabila pola makan sudah memenuhi gizi seimbang, maka suplementasi zat besi ini tidak diperlukan lagi \n \n\n Anemia defisiensi besi merupakan salah satu penyakit yang dapat disembuhkan apabil ditangani secara tepat. Konsultasi kepada dokter spesialis penyakit dalam RSU Hermina Pandanaran apabila sekiranya sahabat hermina memiliki keluhan ataupun kondisi-kondisi yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi ini. Dapatkan kemudahan pendaftaran poli pada RSU Hermina Pandanaran melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan website di www.herminahospitals.com \n\n Stay Healthy Sahabat Hermina! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 20 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Langkah Cegah Anemia Defisiensi Besi<\/a><\/h3>
Halo Sahabat Hermina. Kali ini kita akan sedikit membahas tentang anemia defisiensi besi. Apa sih sebetulnya anemia defisiensi besi itu? \n\n Anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) tubuh kurang dari normal. Hemoglobin ini sendiri berfungsi untuk mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh agar tubuh bekerja secara optimal. Hemoglobin ibarat sebuah mobil yang bertugas mengantarkan logistik ke seluruh tubuh. Apabila “mobil” ini terganggu, maka “logistik” yang seharusnya diantarkan tidak akan mencapai sel-sel tubuh. \n\n Kadar Hb normal setiap populasi berbeda, namun secara garis besar nilai normal dari Hb adalah \n\n \n 13 – 18 gr/dL pada laki-laki \n 12 - 15 gr/dL pada wanita \n 11 – 16 gr/dL pada anak-anak \n Pada ibu hamil nilai normal pada tiap trimester berbeda, namun secara umum adalah lebih dari 10 gr/dL \n \n\n Penyebab dari anemia sangat banyak. Namun yang sering ditemui pada populasi secara umum antara lain adalah anemia kekurangan zat besi atau yang biasa disebut sebagai anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi merupakan suatu keadaan dimana besi yang merupakan salah satu bahan pembentuk sel darah merah. Jika besi sebagai bahan baku pembentu sel darah merah berkurang jumlahnya, maka otomatis darah yang terbentuk juga akan berkurang jumlahnya. \n\n Sangat banyak hal yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi ini, antara lain: \n\n \n Asupan gizi yang kurang, terutama protein hewani sebagai sumber utama zat besi \n Kebutuhan yang meningkat, seperti pada kehamilan \n Infeksi, seperti cacingan ataupun pada malaria \n Hilangnya darah yang banyak, misal pada menstruasi \n \n\n Penyerapan zat besi dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan tertentu. Vitamin C, daging, ikan dan unggas dapat meningkatkan penyerapan zat besi, sedangkan kalsium dapat menghambat penyerapan zat besi \n\n Gejala yang dapat terjadi pada orang-orang dengan anemia defisiensi besi antara lain lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5L). \n\n Akibat dari anemia ini sendiri antara lain adalah meningkatnya resiko keguguran pada wanita hamil, bayi lahir sebelum waktunya, berat bayi lahir rendah, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, gangguan jantung, dan dapat menurunkan kualitas hidup dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari \n\n Hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia defisiensi besi: \n\n \n Pola makan gizi seimbang. Makanan yang kaya sumber zat besi: hati, ikan, daging dan unggas. Buah-buahan, terutama yang mengandung vitamin C yang tinggi, akan meningkatkan penyerapan zat besi \n Apabila dirasa kebutuhan zat besi dari makanan tidak akan mencukupi, dapat ditambahkan suplemen besi/tablet tambah darah . Namun apabila pola makan sudah memenuhi gizi seimbang, maka suplementasi zat besi ini tidak diperlukan lagi \n \n\n Anemia defisiensi besi merupakan salah satu penyakit yang dapat disembuhkan apabil ditangani secara tepat. Silahkan konsultasikan kepada dokter spesialis penyakit dalam apabila sekiranya sahabat hermina mempunyai keluhan ataupun kondisi-kondisi yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi ini. RSU Hermina Pandanaran memiliki dokter spesialis penyakit dalam yang dapat menangani gejala anemia yang Sahabat Hermina alami. Dapatkan kemudahan pendaftaran dokter poli padma melalui mobile aplikasi halo hermina, Call Center 1500 488 dan website www.herminahospitals.com. Stay Healthy Sahabat Hermina! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 08 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Jaga Kesehatan Reproduksi Sedari Dini!<\/a><\/h3>
Organ reproduksi merupakan organ vital yang dimiliki manusia. Pentingnya menjaga organ ini sedari dini yang dimulai saat remaja berguna bagi keberlangsungan hidup seseorang. Jumlah remaja yang pertama kali melakukan hubungan seksual pra-nikah cukup tinggi ditemui pada usia 15-20 tahun. Kondisi ini mengkhawatirkan karena diiringi dengan minimnya pengetahuan remaja terkait kesehatan reproduksi dan sangat berisiko menyebabkan masalah penyakit menular seksual dan kanker serviks. Melakukan hubungan intim di usia yang terlalu dini, pasangan seksual yang berganti, sistem imun yang lemah, hingga kebiasaan merokok menjadi faktor pemicu terjadinya kanker serviks, selain itu paparan infeksi Human Papillomavirus (HPV) menjadi salah satu penyebab kanker serviks. \n\n Apa itu kanker serviks? \n\n Kanker serviks dimulai ketika sel-sel di leher rahim mulai berubah menjadi sel-sel prakanker. Tidak semua sel prakanker akan berubah menjadi kanker, namun menemukan sel-sel pra kanker ini melalui skrining dan mengobatinya sebelum berubah menjadi kanker sangatlah penting. \n\n Tanda dan gejala kanker serviks \n\n Biasanya kanker serviks stadium awal tidak menimbulkan gejala dan sulit dideteksi. Tanda-tanda pertama kanker serviks mungkin memerlukan waktu beberapa tahun untuk berkembang. Menemukan sel-sel pra kanker saat pemeriksaan adalah cara terbaik untuk menghindari kanker serviks. \n\n Tanda dan gejala kanker serviks stadium awal: \n\n \n Keputihan encer dan kadang bercampur darah dan berbau busuk. \n Pendarahan vagina setelah berhubungan intim, pendarahan diluar siklus menstruasi atau setelah menopause . \n Menstruasi yang lebih banyak dan berlangsung lebih lama dari biasanya . \n \n\n Jika kanker telah menyebar ke jaringan atau organ di sekitarnya, gejalanya meliputi: \n\n \n Nyeri dan sulit buang air kecil, terkadang disertai darah dalam urin. \n Nyeri atau pendarahan dari rectum dan anus saat buang air besar. \n Lemas, penurunan berat badan dan nafsu makan. \n Sakit punggung atau bengkak di kaki. \n Sakit panggul/ perut \n \n\n Penyebab kanker serviks \n\n Virus HPV menjadi penyebab paling sering kanker serviks yang merupakan infeksi menular seksual. HPV menyebar melalui hubungan seksual (Vagina, anal atau oral). Sebagian besar orang akan tertular HPV pada suatu saat dalam hidup mereka dan membentuk imunitas. Namun, jika tubuh tidak dapat melawan infeksi tersebut, hal itu dapat menyebabkan sel-sel leher rahim berubah menjadi sel kanker. \n\n Skrining kanker serviks \n\n Tujuan skrining kanker serviks untuk mendeteksi perubahan sel pada leher rahim sebelum menjadi kanker. Ada beberapa test yang dapat dilakukan yaitu: \n\n \n Tes papsmear: Mendeteksi sel-sel abnormal atau lesi pra kanker di leher rahim. \n Tes HPV: Mendeteksi jenis infeksi HPV risiko tinggi yang menyebabkan kanker serviks. \n \n\n Dokter juga menyarankan kombinasi tes Pap/tes HPV jika berusia di atas 30 tahun. \n\n Bagaimana mencegah kanker serviks? \n\n Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks yaitu: \n\n \n Melakukan pemeriksaan ginekologi secara teratur dan melakukan Papsmear. \n Vaksinasi HPV. \n Gunakan kondom saat berhubungan seks. \n Tidak bergonta-ganti pasangan. \n Berhenti merokok. \n \n\n Apa vaksin kanker serviks itu? \n\n Vaksin HPV dapat diberikan untuk anak-anak dan orang dewasa berusia 9 sampai 45 tahun. Vaksin ini memicu sistem kekebalan tubuh untuk menyerang jenis human papillomavirus (HPV) tertentu. Sebaiknya dilakukan vaksinasi sebelum memulai aktivitas seksual. Vaksin diberikan secara seri. Jumlah suntikan yang perlukan bervariasi tergantung pada usia saat menerima dosis pertama. Untuk mengetahui apakah memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin dapat dikonsultasikan kepada dokter. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 16 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cara Tepat Cegah Ruam Popok Agar Si Kecil Selalu nyaman!<\/a><\/h3>
Ruam popok atau diaper rash merupakan bentuk umum dari peradangan kulit yang biasanya terdapat pada area kemaluan dan pantat bayi, dapat juga terjadi pada orang dewasa yang menggunakan popok. Lebih dari setengah dari keseluruhan bayi mengalami ruam popok, paling sering terjadi pada usia 4-15 bulan namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada bayi baru lahir hingga usia 3 tahun. \n\n Kulit area pantat dan selangkangan bayi bisa dikatakan terkena ruam popok jika ada radang kemerahan di area tersebut. Radang ini bisa muncul karena kondisi gesekan yang dikombinasikan kondisi lembap serta kurangnya sirkulasi udara di area pantat dan selangkangan. Akibatnya, bayi merasa perih kesakitan dan menjadi rewel. Ruam popok dapat muncul pada pemakaian popok yang terlalu lama, infeksi jamur, infeksi bakteri, bayi yang alergi terhadap popok/sabun mandi/detergen, pemakaian popok yang terlalu ketat. \n\n Cara mencegah ruam popok pada bayi atau anak kecil adalah dengan menjaga kebersihan area popok, menjaga kulit bayi tetap kering, dan menggunakan produk perawatan kulit yang tepat. Berikut beberapa langkah yang dapat membantu mencegah ruam popok: \n\n \n \n Ganti Popok Secara Teratur \n \n \n\n Ganti popok secara teratur, setidaknya setiap 2-3 jam atau saat popok terlihat basah atau kotor. Bersihkan area popok secara lembut dengan menggunakan air hangat dan kain lembut, atau tisu bayi yang tidak mengandung alkohol atau pewangi. \n\n \n \n Pastikan Kulit Selalu Kering \n \n \n\n Pastikan kulit bayi kering sebelum mengganti popok baru. Biarkan kulit bayi terkena udara selama beberapa saat setelah setiap penggantian popok. \n\n \n \n Gunakan Krim Pelindung \n \n \n\n Oleskan krim pelindung seperti krim anti-ruam popok yang mengandung zinc oxide pada setiap pergantian popok. Krim ini membantu melindungi kulit dari kelembaban dan gesekan. \n\n \n \n Pilih Popok yang Tepat \n \n \n\n Pastikan popok yang digunakan sesuai dengan ukuran bayi. Popok yang terlalu ketat atau terlalu longgar dapat menyebabkan gesekan dan kelembaban berlebih pada kulit. Gunakan popok yang memiliki teknologi penyerapan baik untuk menjaga kulit tetap kering. \n\n \n \n Hindari Produk Beraroma dan Alkohol \n \n \n\n Hindari produk perawatan kulit yang mengandung pewangi atau alkohol, karena ini dapat mengiritasi kulit bayi. \n\n \n \n Pertimbangkan Popok Kain \n \n \n\n Popok kain juga merupakan pilihan yang baik karena memungkinkan kulit bayi bernapas lebih baik. Pastikan untuk mencucinya dengan deterjen yang lembut dan bebas pewangi. \n\n \n \n Pantau Tanda-tanda Ruam Popok \n \n \n\n Jika bayi mengalami tanda-tanda ruam popok seperti kemerahan, bengkak, atau ruam, segera lakukan perawatan tambahan dan konsultasikan dengan dokter anak jika diperlukan. \n\n \n \n Cuci Tangan Sebelum Menangani Popok \n \n \n\n Pastikan tangan bersih sebelum menyentuh kulit bayi atau area popok untuk mencegah penularan infeksi. \n\n \n\n Ruam popok membutuhkan waktu dalam beberapa hari untuk membaik, tergantung dari tingkat keparahannya dan ruam dapat berulang. Sahabat Hermina konsultasikan dengan dokter spesialis dermatologi venereologi atau kulit kelamin di RSU Hermina Pandanaran apabila ruam menetap atau semakin memburuk dalam 3 hari atau lebih, bayi mengalami demam/lesu, terdapat bintil berisi cairan. Stay Healthy Sahabat Hermina! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 16 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 08 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 20 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 24 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 14 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>