- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 15 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Covid Pada Anak<\/a><\/h3>
Gejala infeksi virus corona pada anak dan cara pencegahannya Tidak hanya pada orang dewasa, infeksi virus corona juga bisa menyerang anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami langkah pencegahan dan gejala COVID-19 pada anak. Meski gejalanya relatif ringan, COVID-19 pada anak membutuhkan perhatian. Pasalnya, dalam beberapa kasus, anak yang terinfeksi virus corona juga bisa mengalami COVID-19 jarak jauh, yakni kondisi di mana anak mengalami gejala dalam jangka waktu yang lama. Tidak hanya itu, anak-anak dengan COVID-19 juga berisiko menularkan virus corona kepada orang-orang di sekitarnya, termasuk anggota keluarga dan teman bermain. Kenali gejala infeksi virus corona pada anak Anak-anak dengan COVID-19 cenderung memiliki gejala ringan atau bahkan tanpa gejala. \n\n \n\n Gejaa infeksi virus Corona yang bisa muncul pada anak meliputi: \n\n Demam \n\n Sakit kepala \n\n Batuk \n\n Sakit tenggorokan \n\n Pilek atau hidung tersumbat \n\n Nyeri otot \n\n Kehilangan kemampuan perasa \n\n Cara Mencegah Infeksi Virus Corona pada Anak \n\n Sebagai orang tua, Anda tentu memiliki peran besar dalam melindungi anak dari penyebaran COVID-19. Ada beberapa cara yang bisa Anda terapkan untuk mencegah Si Kecil terinfeksi virus Corona, di antaranya: \n\n 1. Ajari anak mencuci tangan dengan benar \n\n Ajarkan Si Kecil untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, setidaknya selama 20 detik. Pastikan ia membasuh seluruh bagian tangan. \n\n Biasakan anak untuk mencuci tangannya secara teratur, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menyentuh hewan, serta setelah batuk atau bersin. \n\n Anda juga bisa menyediakan hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60% saat anak sedang beraktivitas di luar rumah dan tidak ada air serta sabun untuk mencuci tangan. \n\n 2. Biasakan anak menggunakan masker \n\n Membiasakan anak untuk menggunakan masker, terutama saat beraktivitas di luar rumah, mungkin akan sedikit sulit. Anak bisa saja merasa bingung atau tidak nyaman saat menggunakan masker. \n\n Jika Si Kecil belum terbiasa menggunakan masker, coba beri tahu secara perlahan bahwa masker tak hanya melindungi dirinya, melainkan juga Anda dan orang-orang terdekatnya. \n\n Selain itu, Anda juga bisa memilih masker dengan motif atau gambar yang menarik, seperti bunga atau kartun favoritnya. \n\n 3. Berikan anak makanan bergizi \n\n Asupan gizi dari sayuran dan buah-buahan tinggi vitamin C dan beta karoten, seperti wortel dan jeruk, diketahui dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh anak untuk melawan infeksi, termasuk infeksi virus Corona. \n\n \n\n Guna membangun daya tahan tubuh yang kuat dan mencegah infeksi virus Corona pada anak, jangan lupa untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Selain itu, pastikan makanan yang diberikan kepada Si Kecil telah dimasak hingga matang. \n\n 4. Ajak anak untuk rutin berolahraga \n\n Tidak hanya menjaga kebugaran, berolahraga dapat memperkuat daya tahan tubuh untuk melawan infeksi. Oleh karena itu, ajaklah Si Kecil untuk rutin berolahraga, minimal 30 menit sehari. \n\n \n\n Pilih olahraga yang disukai Si Kecil. Jika ragu untuk mengajak Si Kecil keluar rumah, Anda bisa mengajaknya berolahraga ringan di dalam rumah, yang penting Si Kecil bisa aktif bergerak dengan rutin untuk menjaga kesehatannya. \n\n \n\n 5. Ajak anak untuk mendapatkan vaksin COVID-19 \n\n Jika Si Kecil telah berusia 6 tahun, Anda dapat mengajaknya untuk memperoleh vaksin COVID-19, yaitu vaksin Sinovac, di rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. \n\n \n\n Sinovac telah memperoleh persetujuan dari pemerintah untuk diberikan kepada anak usia 6 – 11 tahun dan remaja 12 – 17 tahun. \n\n Vaksin Sinovac yang telah mengantongi ijin dari Pemerintah melalui BPOM akan diberikan dalam 2 dosis, masing-masing 0,5mL tiap dosisnya, dengan interval minimal antara dosis pertama dan kedua adalah 28 hari. Vaksin membutuhkan waktu sekitar 2 minggu setelah disuntikan untuk membentuk antibodi terhadap virus Corona dengan optimal. \n\n Saat anak memperoleh vaksin COVID-19, ia akan mendapatkan perlindungan yang lebih maksimal terhadap kemungkinan terinfeksi dan komplikasi akibat virus Corona. Tak hanya itu, vaksin juga dapat menurunkan risiko Si anak untuk menularkan ke orang di sekitarnya. \n\n \n\n Selain dengan menerapkan cara-cara di atas, ingatkan juga Si Kecil untuk tetap berusaha menjaga jarak, menutup mulut dengan tisu atau siku yang terlipat saat bersin maupun batuk, dan tidak menyentuh mata, hidung, serta mulut sebelum mencuci tangan. \n\n Namun, Anda disarankan untuk membawa Si Kecil berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu sebelum menjalani vaksinasi. Dokter akan memeriksa kondisi Si Kecil dan menentukan apakah ia dapat memperoleh vaksin COVID-19 atau tidak. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 09 November 2020<\/li><\/ul><\/div>
Bahaya Kolestrol di Era Pandemi<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, di era pandemi ini peningkatan kolesterol cenderung lebih tinggi karena banyak yang bekerja atau sekolah dari rumah sehingga konsumsi makanan jadi sulit untuk dijaga. Bagaimana cara mencegahnya? Berikut adalah penjelasan dan tips dari dr. Mellisa, Sp.PD: \n\n 1. Melakukan perubahaan pola hidup, baik fisik, psikis juga kehidupan sosial \n\n 2. Fokus kepada COVID-19, dalam artian, masyarakat diminta lebih aware atau perhatian untuk melihat penyakit yang ada di dalam diri kita yang rentan terserang penyakit dan mempunya faktor komorbid lebih rentan (seperti diabtes, jantung darah tinggi dan kolesterol) \n\n 3. Untuk mengendalikan kolesterol, sebaiknya hindari mengonsumsi makanan yang berlemak, seperti makanan cepat saji, fast food \n\n \n\n Kolesterol akan lebih berbahaya dan dapat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah seperti jantung dan stroke. Kolesterol tidak semuanya kurang baik, ada beberapa fungsi kolesterol yaitu: \n\n 1. Sebagai bagian penting untuk membran sel tubuh \n\n 2. Bahan baku hormon dan vitamin D \n\n 3. Sumber empedu \n\n \n\n Untuk mencegah tingkat kolesterol jahat tinggi yaitu: \n\n 1. Perbaiki pola hidup dengan melakukan olahraga rutin, konsumsi makanan sehat, mengurangi makanan berlemak, minum cukup air putih, cukup istirahat, serta melakukan pemeriksaan kolesterol berkala \n\n 2. Melakukan pemeriksaan berkala, meliputi komponen lemak darah, pemeriksaan laboratorium, kadar kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL) atau biasanya disebut kolesterol jahat, kolesterol high density lipoprotein (HDL) atau disebut kolesterol baik, dan trigliserida \n\n \n\n Kolesterol lebih sering menyerang: \n\n \n Perokok aktif \n Penderita diabetes \n Penderita hipertensi \n Riwayat keluarga dengan PJK dini \n Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia \n Lingkar pinggang >90cm utk laki-laki atau lingkar pinggang > 80cm untuk wanita \n Obesitas \n Laki-laki usia >40 tahun atau wanita dengan usia 50 tahun atau sudah menopause \n Kadar kolesterol HDL yang rendah \n \n\n \n\n Gangguan kolesterol itu yang seperti apa? Yaitu ketika kolesterol total, LDL, dan Trigliserida tinggi, sementara HDL rendah. Hal tersebut erat dengan meningkatnya risiko penyakit jantung dan tersumbatnya pembuluh darah. Jika kolesterol meningkat sebesar satu persen, maka risiko penyakit jantung koroner meningkat dua persen. \n\n \n\n Untuk mencegahnya kita harus jadi berhenti atau jauhi rokok dan asapnya, kurangi atau hentikan sama sekali mengonsumsi makanan dengan kolesterol tinggi, dan selalu bergerak aktif meskipun di rumah. Mari kita sama-sama untuk mencegah kolesterol karena mencegah lebih baik daripada mengobati. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 12 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh <\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, dalam kondisi pandemi seperti saat ini, kita harus lebih meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Secara keseluruhan, sistem kekebalan tubuh melakukan pekerjaan yang luar biasa melindungi tubuh dari mikroorganisme penyebab penyakit. Namun, meskipun demikian, sistem kekebalan tubuh tidak selalu berhasil melindungi tubuh dari serangan penyakit. \n\n Ide untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh memang menarik, tetapi kemampuan untuk melakukannya telah terbukti sulit dipahami karena beberapa alasan. Sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem. Untuk berfungsi dengan baik, membutuhkan keseimbangan dan harmoni. Masih banyak yang peneliti tidak tahu tentang seluk-beluk dan keterkaitan respon imun. \n\n Peneliti mengeksplorasi efek dari diet, olahraga, usia, stres psikologis, dan faktor lainnya pada respon kekebalan tubuh, baik pada hewan dan manusia. Sementara itu, secara umum strategi hidup sehat adalah cara yang baik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. \n\n \n\n Mengadopsi Strategi Hidup Sehat \n\n Baris pertama pertahanan adalah memilih gaya hidup sehat. Mengikuti pedoman menjaga kesehatan yang baik adalah langkah terbaik yang dapat diambil untuk menjaga sistem kekebalan tubuh yang kuat dan sehat. Setiap bagian tubuh, termasuk sistem kekebalan tubuh, akan berfungsi lebih baik ketika terlindung dari serangan lingkungan dan didukung oleh strategi hidup sehat seperti: \n\n \n Tidak merokok \n Konsumsi diet tinggi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan makanan rendah lemak jenuh \n Berolahraga secara teratur \n Menjaga berat badan yang sehat \n Kontrol tekanan darah \n Kurangi, atau hentikan, asupan alkohol \n Dapatkan tidur yang cukup \n Mengambil langkah-langkah untuk menghindari infeksi, seperti sering mencuci tangan dan memasak daging secara menyeluruh \n Lakukan tes skrining medis yang teratur sesuai kategori risiko yang dimiliki \n Menjadi Skeptis \n \n\n \n\n Banyak produk di rak-rak toko mengklaim dapat meningkatkan atau mendukung sistem kekebalan tubuh. Konsep meningkatkan kekebalan tubuh sebenarnya masuk akal secara ilmiah. Namun, faktanya, meningkatkan jumlah sel-sel imun dalam tubuh tidak selalu baik. Misalnya, atlet yang terlibat dalam "doping darah" (memompa darah ke dalam sistem mereka untuk meningkatkan jumlah sel-sel darah dan meningkatkan kinerja sel-sel darah) dapat meningkatkan risiko terkena stroke. \n\n Mencoba untuk meningkatkan sel-sel sistem kekebalan tubuh sangat rumit, karena ada begitu banyak jenis sel dalam sistem kekebalan tubuh yang akan berespon terhadap begitu banyak mikroba yang berbeda-beda jenis dengan cara yang berbeda-beda. Sel apa yang harus ditingkatkan, dan ke jumlah berapa? Sejauh ini, para ilmuwan tidak tahu jawabannya. \n\n Apa yang diketahui adalah bahwa tubuh terus menghasilkan sel-sel kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh menghasilkan jumlah sel limfosit (salah satu jenis sel antibodi) dari yang mungkin dapat digunakan. Sel-sel ekstra tersebut menghilangkan diri mereka sendiri melalui proses alami kematian sel yang disebut apoptosis. Beberapa sel limfosit ini hilang sebelum melakukan kerja apapun, dan beberapa sel limfosit hilang setelah memenangi pertempuran melawan kuman. Tidak ada yang tahu berapa banyak sel atau apa campuran terbaik dari sel sistem kekebalan tubuh yang dibutuhkan untuk berfungsi pada tingkat optimal. \n\n \n\n Usia dan Kekebalan Tubuh \n\n Proses penuaan entah bagaimana mengarah pada penurunan kemampuan respon imun, yang pada gilirannya memberikan kontribusi untuk infeksi yang lebih, lebih banyak penyakit inflamasi, dan kanker. Untungnya saat ini, penelitian proses penuaan dapat bermanfaat bagi kita semua, tidak peduli berapa usia kita. \n\n Kesimpulan dari banyak penelitian adalah, jika dibandingkan dengan orang yang lebih muda, orang tua lebih mungkin untuk kontak dengan penyakit menular dan, yang lebih penting, dan mempunyai kemungkinan meninggal lebih besar dari kontak dengan penyakit menular. Tidak ada yang tahu pasti mengapa hal ini terjadi, tapi beberapa ilmuwan mengamati bahwa peningkatan risiko ini berkorelasi dengan penurunan sel T (salah jatu jenis sel antibodi). \n\n Tampaknya ada hubungan antara gizi dan kekebalan tubuh pada orang tua. Suatu bentuk gizi buruk yang mengejutkan bahkan umum di negara-negara makmur dikenal sebagai "kekurangan gizi mikronutrien." \n\n Mikronutrien gizi buruk, yaitu ketika seseorang kekurangan beberapa vitamin dan mineral yang diperoleh dari makanan yang dimakan, dapat menjadi penyakit umum pada orang tua. Orang tua cenderung makan lebih sedikit dan sering kurang variasi dalam diet makanan mereka. \n\n Satu pertanyaan penting adalah apakah suplemen makanan dapat membantu orang tua menjaga sistem kekebalan tubuh lebih sehat. Orang tua harus mendiskusikan pertanyaan ini dengan dokter yang berpengalaman di bidang nutrisi geriatri, karena ada beberapa suplemen makanan mungkin bermanfaat bagi orang-orang yang lebih tua. Namun, ada juga perubahan kecil (dari penambahan suplemen makanan) dapat berakibat serius pada orang tua yang laindalm kelompok usia yang sama. \n\n \n\n Bagaimana dengan diet (pola makan)? \n\n Seperti kekuatan tempur, pasukan sistem kekebalan tubuh bermukim di perut. Sistem kekebalan tubuh yang sehat membutuhkan makanan sehari-hari yang sehat. Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa orang-orang yang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan gizi lebih rentan terhadap penyakit menular. Apakah tingkat keburukan penyakit ini disebabkan oleh efek gizi buruk pada sistem kekebalan tubuh, masih belum dapat dipastikan. \n\n Ada beberapa bukti ilmiah bahwa berbagai kekurangan mikronutrien, misalnya, kekurangan zinc, selenium, zat besi, tembaga, asam folat, dan vitamin A, B6, C, dan E, mengubah respon imun pada hewan. Saat ini, para peneliti sedang menyelidiki potensi meningkatkan kekebalan tubuh dari sejumlah nutrisi yang berbeda. \n\n \n\n Herbal dan suplemen lainnya \n\n Beragam obat herbal mengklaim "mendukung kekebalan" atau meningkatkan kesehatan sistem kekebalan tubuh. Meskipun beberapa persiapan telah ditemukan untuk mengubah beberapa komponen dari fungsi kekebalan tubuh, sejauh ini belum ada bukti bahwa mereka benar-benar meningkatkan kekebalan ke titik di mana tubuh lebih terlindungi terhadap infeksi dan penyakit. \n\n Menunjukkan apakah ramuan - atau zat apapun, dalam hal ini - dapat meningkatkan imunitas atau tidak adalah masalah yang sangat rumit. Para ilmuwan tidak tahu, misalnya, apakah ramuan yang tampaknya meningkatkan kadar antibodi dalam darah benar-benar melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk kekebalan tubuh secara keseluruhan. \n\n \n\n Olahraga: Baik atau buruk untuk kekebalan tubuh? \n\n Olahraga teratur adalah salah satu pilar hidup sehat. Hal ini meningkatkan kesehatan jantung, menurunkan tekanan darah, membantu mengontrol berat badan, dan melindungi terhadap berbagai penyakit. Namun, apakah itu semua membantu menjaga sistem kekebalan tubuh yang sehat? Sama seperti diet sehat, olahraga dapat memberikan kontribusi untuk kesehatan umum yang baik dan oleh karena itu untuk sistem kekebalan tubuh yang sehat. Hal ini dapat berkontribusi lebih langsung dengan meningkatkan sirkulasi yang baik, yang memungkinkan sel-sel dan zat dari sistem kekebalan tubuh untuk bergerak melalui tubuh bebas dan melakukan pekerjaan mereka secara efisien. \n\n \n\n Menjaga kekebalan tubuh sangatlah penting, apalagi di masa pandemi seperti saat ini. Melaksanakan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi dan melakukan olahraga teratur bisa membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh sehingga tidak mudah tertular penyakit. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 05 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
Multivitamin di Masa Pandemi<\/a><\/h3>
Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-COV-2) atau COVID-19 secara cepat menjadi sebuah pandemi global dan telah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Sejak WHO mendeklarasikan virus ini menjadi pandemi global pada 31 Desember 2019, sudah lebih dari ribuan orang di Indonesia dinyatakan positif terkena COVID-19. \n\n Terapi pengobatan virus COVID-19 masih terus dalam penelitian dan belum ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi virus tersebut. Memperkuat sistem imun tubuh merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menangkal penularan virus ini. Tidak hanya virus korona, sistem imun tubuh yang kuat juga dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit lainnya. Banyak orang yang berusaha untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka dengan salah satunya mengkonsumsi multivitamin dan suplemen. \n\n Pada dasarnya, tubuh manusia memiliki sistem imun untuk melawan virus dan bakteri penyebab penyakit. Namun, ada hal-hal yang dapat melemahkan sistem imun atau daya tahan tubuh seseorang, antara lain penuaan, kurang gizi, penyakit, bahkan obat-obatan tertentu. Oleh karena itu, fungsi sistem imun perlu senantiasa dijaga agar daya tahan tubuh kuat. \n\n Ada beberapa penelitian, artikel, dan jurnal yang dilakukan untuk meneliti tingkat efektivitas multivitamin dan suplemen dalam membantu meningkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi ini. Multivitamin dan suplemen memang tidak dapat dijadikan terapi dalam mengatasi infeksi virus ini, tetapi asupan multivitamin dan suplemen dapat membantu memperkuat system imun agar tidak mudah terinfeksi virus. \n\n Salah satu yang sedang banyak dikonsumsi oleh orang di Indonesia sekarang adalah kunyit, atau dalam bahasa latinnya disebut curcumin, dan madu alami. Kunyit memiliki salah satu efek antioksidan dan antiinflamasi sehingga sangat baik untuk dikonsumsi sebagai suplemen nutrisi. \n\n Namun, ada baiknya juga untuk memperhatikan efek samping lain yang disebabkan oleh konsumsi kunyit dengan dosis berlebihan. Salah satunya adalah gangguan saluran cerna. Gejala gangguan saluran cerna ini memang tidak dialami oleh semua orang namun dapat terjadi pada beberapa orang yang memang sebelumnya memiliki gangguan saluran cerna seperti gangguan lambung, diare, ataupun konstipasi. \n\n Madu alami juga memiliki efek antiinflamasi, antiviral, mengurangi gejala batuk, bahkan di salah satu jurnal menyatakan bahwa madu alami dapat menjadi antimikroba karena tingginya kadar osmolaritas dan peroksida (H202), sehingga dapat digunakan untuk salah satunya terapi luka di kulit atau topikal. \n\n Konsumsi madu alami berlebihan juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan seperti peningkatan kadar gula darah. Tentunya hal ini akan memperberat gejala peningkatan gula darah pada pasien dibetes atau orang yang beresiko menjadi diabetes. \n\n Vitamin C atau ascorbic acid saat ini paling sering dikonsumsi oleh orang Indonesia. Hampir setiap orang mengonsumsi vitamin C setiap hari dengan alasan yang sama yaitu menjaga kondisi tubuh agar tetap fit dan sehat. Vitamin C memang menjadi primadona di masa pandemi, karena salah satu efek dari vitamin C ini adalah antioksidan yang dapat membantu melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. \n\n Dulu vitamin C hanya digunakan orang pada saat timbul keluhan sariawan. Saat ini, seiring berkembangnya penelitian, vitamin C juga sering digunakan untuk membantu mencerahkan kulit dan meperlambat efek penuaan pada kulit atau disebut anti-aging. \n\n Menurut US Food and Drug Administration (FDA) dosis rekomendasi vitamin C untuk rata-rata harian adalah 75 mg untuk wanita dewasa, 85 mg untuk wanita hamil, dan 120 mg untuk wanita menyusui. Sedangkan untuk pria dewasa dosis harian sebanyak 90 mg. \n\n Konsumsi berlebihan dari vitamin C juga dapat menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya seperti peningkatan resiko terjadinya batu oksalat di saluran kemih, batu di ginjal, infeksi saluran kemih dan gangguan fungsi ginjal. Pada kasus tertentu dimana terdapat orang dengan gangguan defisiensi glucose-6-phoshate dehydrogenase (G6PD) akan meningkatkan resiko terjadinya gangguan kelainan darah hemolysis atau sel darah mudah pecah. \n\n Pemakaian multivitamin dan suplemen di masa pandemi memang dibutuhkan untuk menjaga sistem imun tubuh sehingga mencegah resiko penularan virus COVID-19. Namun, perlu diperhatikan kembali untuk dosis dan efek samping yang dapat ditimbulkan dalam jangka panjang. Tetap yang paling utama adalah 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dan selalu menjaga jarak. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 01 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
Gejala COVID-19 pada Anak<\/a><\/h3>
Tahukah Sahabat Hermina bahwa tingkat kematian COVID-19 cukup tinggi di Indonesia? Yaitu sekitar 0,9% dan menjadi 45x lebih besar. COVID-19 sangat menular, apalagi pada orang dengan daya tahan tubuh atau imun yang masih rentan seperti anak-anak. \n\n COVID-19 dapat menulari siapa saja, termasuk anak-anak. Gejala infeksi virus korona yang bisa muncul pada anak meliputi: \n\n \n Demam \n Pilek \n Radang tenggorokan atau tenggorakan kering \n Batuk-batuk \n Sesak napas \n \n\n Selain itu, gejala gangguan pencernaan seperti muntah juga bisa terjadi meskipun sangat jarang. Walaupun umumnya ringan, gejala pada anak-anak juga bisa berkembang menjadi syok sepsis atau gagal napas akut yang sangat berbahaya. Bahkan untuk saat ini tanda gejalanya masih belum bisa dipastikan karena bisa saja terkena virus COVID-19 tanpa gejala. \n\n \n\n Gejala COVID-19 pada anak dapat lebih jelas dilihat pada bagan berikut: \n\n \n\n\n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n \n\n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Untuk mencegah anak agar tidak tertular COVID-19 dapat dengan cara mengikuti protokol kesehatan yang berlaku, seperti mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan hand sanitizer, menggunakan masker jika harus keluar rumah, tetap tinggal di rumah, menjaga kebersihan, menjaga jarak, dan hindari kerumunan. WHO turut merilis anjuran penggunaan masker pada anak, yaitu: \n\n \n Anak > 12 tahun : memakai masker seperti orang dewasa \n Anak 6 – 11 tahun : memakai masker atau tidak, ditentukan dengan risiko lingkungannya (gunakan jika berada di lingkungan risiko tinggi C19) \n Anak 5 tahun ke bawah: Penggunaan masker harus hati-hati \n \n\n Sementara itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan agar anak usia lebih dari 2 tahun menggunakan masker. \n\n Jaga kesehatan dan daya tahan tubuh anak dengan asupan makanan bergizi, vaksinasi, dan rajin mengukur tumbuh kembang anak. \n\n Orang tua juga dapat melakukan beragam aktivitas bersama anak selama di rumah agar Si Kecil tidak mudah bosan, yaitu: \n\n \n Buat jadwal yang fleksibel, tetapi rutin dan konsisten untuk dilakukan anak seperti olahraga, belajar, bermain \n Ajarkan anak untuk selalu menaati protokol kesehatan yang telah ditetapkan \n Buat kegiatan mencuci tangan dan menjaga kebersihan menjadi menyenangkan dengan memberi pujian atau hadiah kecil \n Tularkan energi positif pada anak \n \n\n Nah, Sahabat Hermina, mari kita selalu terapkan protokol kesehatan agar keluarga senantiasa terhindar dari COVID-19. Jika terdapat gejala seperti yang telah disebutkan pada anak, segera bawa ke rumah sakit agar bisa segera ditangani. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 28 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Positif COVID-19 di Masa Kehamilan<\/a><\/h3>
Infeksi virus COVID-19 pada ibu hamil tidak hanya bisa menyebabkan gejala yang berat pada ibu, tetapi juga berisiko membahayakan bayi yang dikandungnya. Oleh karena itu, tindakan pencegahan perlu dilakukan agar ibu hamil tidak mudah tertular COVID-19. Infeksi COVIS-19 pada ibu hamil dapat dicegah dengan daya tahan tubuh yang baik. Agar daya tahan tubuh kuat, ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat, misalnya sayur, buah, dan makanan tinggi protein. \n\n \n\n Nurtrisi apa saja yang harus tercukupi untuk ibu hamil dalam masa pandemi? \n\n Vitamin D \n\n Ada beberapa sumber vitamin D yang bisa diperoleh oleh ibu hamil. Selain dari matahari, vitamin D juga dapat diperoleh dari olahan makanan seperti olahan keju, telur, ikan dan sebagainya. Manfaat vitamin D untuk ibu hamil tidaklah sedikit, mulai dari mendukung pertumbuhan janin hingga menurunkan risiko terjadinya komplikasi selama mengandung. \n\n Hindari Junkfood \n\n Junk food atau makanan cepat saji memang dikenal dengan rasa dan wanginya yang menggoda. Namun, ada alasan mengapa makanan-makanan ini diberi nama junk atau “sampah” dan perlu dihindari, termasuk oleh ibu hamil. Junkfood atau makanan cepat saji umumnya tidak mengandung cukup nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, termasuk pembentukan organ-organ penting dan sistem kekebalan tubuh. \n\n Zinc \n\n Zinc merupakan salah satu mineral esensial bagi manusia, yang secara alami terdapat pada beberapa makanan. Zinc berperan penting untuk menjaga kekebalan tubuh, mencegah masuknya infeksi oleh virus dan bakteri. Maka dari itu, zinc merupakan salah satu mineral yang sangat diperlukan saat kehamilan apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini. Zinc dapat diperoleh dari kacang kacangan, daging merah, kerang, dan biji-bijian. \n\n Perbanyak konsumsi sayur dan buah \n\n Begitu banyak variasi sayur dan buah yang dapat dikonsumsi oleh ibu hamil. Antioksidan yang terdapat dalam buah dan sayuran selain bermanfaat buat ibu, juga bermanfaat melindungi sel tubuh Si Kecil dari ancaman radikal bebas yang berbahaya dari lingkungan sekitar ibu. Ibu hamil dianjurkan memvariasikan dan mengombinasikan sayur dan buah agar mendapat manfaat yang maksimal. \n\n Vitamin C \n\n Ibu hamil membutuhkan asupan vitamin C untuk menjaga kondisi kesehatannya sendiri dan janinnya. Vitamin C dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh dan pembentukan antibodi dalam tubuh, sehingga dapat menurunkan risiko infeksi bakteri dan virus. Hal ini penting diperhatikan oleh ibu, karena umumnya terjadi penurunan daya tahan tubuh saat hamil. Sumber vitamin C bisa didapat dari buah-buahan seperti jeruk, jambu biji, dan sebagainya. \n\n \n\n Bagaimana jika ibu hamil terinfeksi COVID-19? Hal yang paling penting yang harus ibu hamil lakukan adalah tidak boleh panik dan cemas berlebihan. Sebisa mungkin menata hati demi keselamatan ibu dan janin. Tidak perlu takut dan ragu untuk konsultasikan dengan dokter OB-GYN agar dapat menemukan jalan dan metode persalinan yang diberikan. \n\n Terinfeksi COVID-19 bukanlah aib, tetapi bagaimana kita menyikapi dan mengatasi kegawatan dan meningkatkan daya tahan tubuh agar kondisi ibu bisa cepat pulih tanpa efek samping yang lebih jauh. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 28 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 01 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 05 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 09 November 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>