- Hermina Daan Mogot<\/a><\/li>
- 19 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Tips Batuk Pilek Berulang pada Anak<\/a><\/h3>
Batuk pilek merupakan salah satu keluhan yang sering dialami oleh masyarakat, baik orang dewasa maupun anak. Penyakit batuk dan pilek pada bayi dan anak kerap terjadi saat memasuki musim pancaroba dibandingkan orang dewasa. Banyak kasus batuk pilek yang berulang pada anak terutama balita, sehingga hampir setiap bulan anak selalu berobat ke dokter. Mengapa demikian ? Karena imunitas tubuh pada anak terkhususnya balita belum sempurna. Bila frekuensi batuk pilek tidak melebihi 6 kali dalam setahun, maka masih dalam batas wajar. \n\n Beberapa faktor penyebab batuk pilek pada anak, yaitu infeksi virus, bakteri dan alergi. Sebagian besar batuk pilek pada bayi dan anak disebabkan oleh virus. Meski demikian, apabila anak telah sembuh, dia akan mendapatkan kekebalan terhadap virus pencetus tersebut. Kemudian apabila batuk pilek disebabkan oleh alergi, maka gejala yang ditimbulkan menyerupai batuk pilek akibat virus, namun biasanya lebih sulit dan sembuh lebih lama bila anak terus terpapar faktor pencetus alerginya. \n\n Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah agar anak tidak mengalami batuk pilek berulang yaitu : \n\n \n Sangat dianjurkan agar semua balita mendapatkan vaksinasi influenza agar dapat meningkatkan daya tahan tubuh \n Jangan memberikan makanan seperti snack kering, minuman dingin, makanan pedas \n Perbanyak minum air putih dan perbanyak sayur dan buah \n Jangan berdekatan dengan penderita flu \n Tidur yang cukup, dengan suhu udara yang tidak terlalu dingin dan hembusan udara jangan langsung mengenai tubuh anak \n \n\n \n\n Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah batuk pilek berulang antara lain konsumsi buah-buahan yang kaya akan vitamin C, berikan minum air putih yang cukup untuk mencegah dehidrasi pada bayi ataupun anak , makan dan istirahat yang cukup. Jauhkan anak dari makanan dan minuman yang dapat memperparah batuk dan hindari pemicu alergi. \n\n Bila anak tetap terkena batuk pilek maka orangtua perlu pergi ke dokter untuk mendapatkan terapi obat-obatan yang sesuai dengan keluhan dan juga tergantung dari penyebab batuk pilek apakah akibat infeksi ataukah alergi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 30 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Sering Batuk? Batuk Biasa atau Batuk Alergi ya? <\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, Batuk merupakan pertanda bagaimana tubuh merespon ketika tenggorokan atau saluran udara meradang karena alergi atau infeksi. Reaksi ini berfungsi untuk melindungi saluran pernapasan dari benda asing atau bakteri, seperti bakteri, virus, debu atau bulu hewan. \n\n Selain gatal, salah satu gejala yang bisa terjadi dengan alergi adalah masalah pernapasan. Salah satu gejala gangguan pernapasan yang paling umum adalah batuk. Penderita alergi mungkin bingung membedakan batuk alergi dengan batuk biasa, misalnya karena flu. Lantas, apa saja ciri-ciri batuk alergi? \n\n Cara Membedakan Batuk Alergi dengan Batuk yang Lain \n\n Meski terlihat sama, namun ada perbedaan antara batuk alergi dan batuk biasa, terutama jika dilihat dari penyebab dan gejalanya. \n\n Batuk alergi disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap zat pemicu alergi atau alergen seperti debu, jamur, serbuk sari, bulu atau kotoran hewan, asap rokok, dan polusi udara. Batuk jenis ini tidak menular dan gejalanya bisa berlangsung selama beberapa bulan. Beberapa gejala batuk alergi antara lain: \n\n \n Batuk kering atau berdahak bening \n Gatal di tenggorokan \n Hidung berair \n Hidung tersumbat \n Bersin terus-menerus \n Sulit bernapas \n Kelelahan \n Sakit kepala \n \n\n \n\n Cara Mengatasi Batuk Alergi dan Batuk Biasa secara Alami \n\n Pengobatan batuk alergi yang paling utama adalah menghindari paparan alergi. Setelah Anda terhindar dari faktor pemicu alergi tertentu, gejala biasanya akan membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari. \n\n Selain menjauhi alergen, Anda juga bisa mengatasinya dengan berbagai cara mudah berikut ini: \n\n \n Perbanyak minum air putih agar tubuh tetap terhidrasi. \n Gunakan humidifier atau uap air panas untuk melegakan saluran pernapasan dan meringankan gejala batuk alergi. \n Mandi dengan air hangat untuk mengencerkan dahak dan mengurangi batuk. \n Bilas hidung dengan larutan saline untuk membersihkan hidung dari kotoran dan meringankan gejala hidung tersumbat. \n Bersihkan lingkungan sekitar agar tehindar dari berbagai alergen, termasuk debu, jamur, dan serbuk sari. \n Gunakan bantal tambahan saat tidur agar dapat bernapas lebih mudah. \n \n\n Apabila gejala batuk alergi sudah terasa sangat mengganggu, Anda bisa mengonsumsi obat-obatan untuk meredakan gejala yang muncul, seperti antihistamin untuk meredakan reaksi alergi dan dekongestan untuk melegakan hidung tersumbat. \n\n Untuk batuk biasa yang disebabkan oleh infeksi virus, umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa hari. Anda hanya perlu memperbanyak istirahat dan mengonsumsi obat pereda gejala. \n\n Jika gejala batuk alergi atau batuk biasa yang Anda alami tidak membaik dengan berbagai cara pengobatan di atas atau bahkan gejalanya semakin memburuk, segera periksakan diri ke dokter untuk mengenali penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 31 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Bayi dengan Kulit Sensitif<\/a><\/h3>
Kulit bayi yang baru lahir biasanya terlihat kering, bersisik, dan mengelupas. Kulit bayi juga rentan mengalami iritasi dan beragam gangguan karena masih menyesuaikan diri dengan kondisi di luar rahim. \n\n \n\n Karena kondisi kulit bayi baru lahir yang masih sangat sensitif, diperlukan perawatan yang tepat untuk mencegah berbagai masalah kulit, seperti eksim, ruam popok, atau biduran (urtikaria). \n\n \n\n Kulit bayi yang sensitif dikarenakan lapisan epidermis (sel tanduk) tipis dan belum terbentuk Natural Mosturising Factor (NMF) seperti pada orang dewasa. \n\n \n\n \n\n Ciri-Ciri Kulit Bayi Sensitif \n\n \n\n Ada beberapa ciri kulit bayi sensitif yang perlu Anda ketahui, antara lain: \n\n \n\n 1. Kulit kering \n\n Kulit kering adalah salah satu tanda kulit sensitif yang paling umum terjadi, termasuk pada bayi. Kulit kering ditandai dengan sisik atau kerak pada kulit yang mudah mengelupas, baik di kepala maupun badan. \n\n \n\n 2. Kemerahan \n\n Kulit kering umumnya disertai dengan kemerahan pada kulit. Ada beberapa hal yang dapat memicu kulit kemerahan pada bayi, seperti perubahan suhu, penggunaan produk perawatan kulit bayi yang tidak tepat, atau gesekan dengan pakaian dan popok. \n\n \n\n 3. Ruam \n\n Bercak atau ruam pada kulit merupakan kondisi yang umum terjadi pada bayi dan dapat muncul di bagian tubuh mana saja, terutama dada, punggung, lengan, dan tungkai. Meski demikian, kondisi ini dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu 1 minggu. \n\n \n\n 4. Rentan mengalami masalah kulit \n\n Kulit yang sensitif membuat bayi rentan mengalami berbagai masalah pada kulitnya, seperti: \n\n \n Eksim \n Jerawat bayi \n Biang keringat \n Kurap \n Biduran atau urtikaria \n Ruam popok \n Impetigo atau infeksi kulit akibat bakteri \n \n\n \n\n Nah, dari berbagai ciri kulit bayi sensitif di atas, Sahabat Hermina dapat menyadari bahwa perawatan kulit bayi tidak boleh dilakukan sembarangan. Diperlukan perawatan kulit yang tepat agar kulit bayi tetap sehat. \n\n \n\n \n\n Penyebab Peradangan Kulit Bayi \n\n \n\n Kulit bayi sangat sensitif sehingga mudah terkena radang. Ada beberapa penyebab peradangan kulit bayi, yaitu: \n\n \n Pemakaian popok \n Makanan \n Bakteri pada pakaian \n Berlebihan pada pembersihan badan \n Pemakaian produk pembersih yang salah (sabun, lotion, pelembab, deterjen) \n Perubahan temperature cuaca atau ruangan \n \n\n \n\n \n\n 4 Tips Cara Merawat dan Menjaga Kulit Bayi Sensitif \n\n \n\n Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk merawat dan menjaga kulit bayi sensitif, di antaranya: \n\n \n\n 1. Jangan terlalu sering memandikan bayi \n\n Memandikan bayi merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan kulitnya. Namun, terlalu sering memandikan bayi juga tidak baik, karena dapat mengakibatkan kulitnya menjadi kering dan rentan mengalami iritasi. \n\n \n\n 2. Rajin mengganti popok \n\n Jangan biarkan popok terlalu lama dipakai oleh bayi, terutama bila ia memiliki kulit yang sensitif. Gantilah popok sesering mungkin, setidaknya 2–4 jam sekali dan setiap bayi buang air besar. \n\n \n\n Bersihkan area bokong, anus, dan kemaluan bayi menggunakan kapas pembersih atau tisu basah dengan bahan yang hypoallergenic. Selain itu, hindari menggunakan popok yang terlalu ketat pada bayi karena dapat membuat kulitnya lecet atau iritasi. \n\n \n\n 3. Pilih pakaian bayi yang tepat \n\n Usahakan untuk selalu memilih bahan pakaian yang natural (nonsintetis) seperti katun dan bambu. Hindari pemilihan pakaian yang terbuat dari bahan sintesis, misalnya poliester. Bahan-bahan alami lebih baik dalam menyerap keringat, dan umumnya tidak membuat kulit iritasi. Hindari membeli pakaian yang terlalu ketat, karena dapat membuat Si Kecil sulit bergerak. Selain itu, gesekan kain dapat menyebabkan kulit mengalami iritasi. \n\n \n\n 4. Gunakan produk perawatan kulit yang tepat khusus kulit sensitif \n\n Penting untuk memilih produk perawatan kulit yang sesuai dengan kondisi kulit bayi. Gunakan produk yang mengandung bahan-bahan khusus untuk kulit bayi sensitif, seperti: \n\n \n Formula hypoallergenic \n Calendula organik \n Minyak almond \n Minyak biji bunga matahari \n Shea butter \n \n\n \n\n Bahan-bahan di atas diketahui dapat menjaga kelembapan kulit bayi sehingga bayi bisa tetap merasa nyaman sepanjang hari. Hindari penggunaan produk perawatan kulit bayi yang mengandung bahan kimia yang keras. \n\n \n\n \n\n Risiko alergi berpeluang besar diturunkan dari faktor genetik? \n\n \n\n Kondisi ini benar adanya, faktor keturunan bisa menjadi pemicu anak menderita alergi. Anak yang salah satu orangtuanya menderita alergi memiliki risiko untuk terkena alergi. Risiko akan bertambah menjadi dua kali lipat apabila kedua orangtua anak tersebut menderita alergi. \n\n \n\n Lalu, apakah jenis alergi yang anak derita akan sama dengan alergi yang diderita oleh orangtua? Jawabannya adalah tidak, karena yang diturunkan hanyalah risiko untuk terkena alergi, bukan jenis alerginya. Jadi, sangat mungkin untuk anak menderita alergi debu meskipun orangtuanya memiliki alergi jenis lain, seperti alergi makanan. \n\n \n\n Berikut merupakan persentase resiko alergi berdasarkan riwayat keluarga: \n\n \n Sebesar 60- 80% jika kedua orangtua memiliki riwayat alergi \n Sebesar 20-30% jika salah satu orang tua memiliki riwayat alergi \n Sebesar 5-15% meskipun orang tua tidak memiliki riwayat alergi sama sekali. \n \n\n \n\n \n\n Sahabat Hermina, waspada jika muncul beberapa gejala berikut pada kulit bayi, seperti: \n\n \n Ruam pada kulit atau kulit kering dan pecah-pecah yang tidak hilang dalam beberapa hari atau justru bertambah parah \n Demam hingga 37°C atau lebih \n Iritasi kulit tidak kunjung hilang atau mereda \n Tampak tanda-tanda infeksi pada ruam, seperti bengkak atau keluar nanah \n \n\n \n\n Bila Si Kecil menunjukkan gejala-gejala di atas, segera periksakan ia ke dokter spesialis anak konsultan alergi imunologi di RS Hermina Bekasi agar dapat diberikan penanganan yang tepat, sesuai kondisi yang dialaminya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 17 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
Alergi Dapat Diturunkan dari Orangtua<\/a><\/h3>
Pernahkah Sahabat Hermina mengalami gatal-gatal disertai ruam merah pada kulit usai menyantap suatu makanan? Jika iya, itulah yang dinamakan alergi. Dalam istilah medis, alergi dijelaskan sebagai serangkaian gejala yang timbul sebagai respon dari sistem imun tubuh terhadap zat tertentu, yang disebut alergen. Banyak pendapat mengatakan alergi merupakan sesuatu yang diturunkan dari orang tua (genetik). Benarkah demikian? \n\n Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya alergi. Mulai dari genetik, lingkungan, kekurangan vitamin D, hingga kebiasaan mengonsumsi makanan tidak sehat. Namun, anak yang lahir dari orang tua yang memiliki alergi kacang, memiliki risiko tujuh kali lebih besar untuk memiliki alergi yang sama dibandingkan anak lain yang orangtuanya tidak alergi kacang. Hal ini menunjukkan bahwa faktor keturunan merupakan faktor yang menyebabkan seseorang memiliki alergi terhadap sesuatu. \n\n Lebih lanjut, alergi makanan cenderung lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Data menyebutkan bahwa persentase alergi makanan pada anak-anak mencapai 8 persen, sedangkan pada orang dewasa hanya sebesar 5 persen. Seiring bertambahnya usia dan kuatnya daya tahan tubuh, alergi makanan pada sebagian anak akan menghilang dengan sendirinya. Meski pada sebagian anak lainnya ada pula yang tetap memilikinya hingga dewasa. \n\n \n\n Apakah Jenis Alergi Anak akan Selalu Sama dengan Orang Tuanya? \n\n Ada beberapa gen yang diduga berkaitan erat dengan alergi. Data juga menunjukkan bahwa risiko alergi anak meningkat sekitar 2-4 kali lipat pada mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan alergi. Risiko alergi anak diketahui lebih tinggi apabila ibu atau kedua orang tuanya memiliki alergi. \n\n Namun, apakah jenis alergi yang dimiliki anak akan sama dengan orang tuanya? Ternyata tidak. Kondisi yang diturunkan hanya risiko atau kemungkinan alergi, bukan jenis alerginya. Artinya, jika orang tua memiliki alergi, anak memiliki kemungkinan alergi yang lebih tinggi. Namun, jenis alergi yang dimiliki dapat berbeda antara anak dan orang tua. \n\n \n\n Apakah Alergi Bisa Disembuhkan? \n\n Hingga saat ini, semua obat yang digunakan untuk alergi sebenarnya hanya mampu meredakan reaksi alergi yang muncul, bukan menyembuhkan sepenuhnya. Jika seorang anak memiliki alergi yang diturunkan secara genetik dari orang tuanya, umumnya anak tersebut akan terus memiliki alergi tersebut hingga dewasa. Meskipun tidak bisa dihilangkan, kambuhnya alergi bisa dicegah. Sebaiknya kurangi mengonsumsi makanan yang bakal berisiko memicu timbulnya alergi anak. \n\n Misalnya jika alergi telur, itu artinya anda tak boleh lagi mengonsumsi telur dan makanan yang mengandung telur. Konsumsi makanan sehat dan jangan lupa berolahraga agar terhindar dari berbagai penyakit. Lalu, jika misalnya ada alergi debu, jaga selalu kebersihan rumah dan sering-seringlah mengenakan masker. Untuk mengetahui dan memastikan jenis alergi yang diidap, pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan. \n\n \n\n Itulah sedikit penjelasan tentang alergi yang ternyata bisa diturunkan dari orang tua. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter di rumah sakit Hermina atau bisa secara online melalui aplikasi Halo Hermina yang dapat diunduh aplikasinya di Google Play Store. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 17 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 31 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>