- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 22 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Tips Penting Bagi Orang Tua Menjaga Gizi Anak Selama Puasa<\/a><\/h3>
Bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selain menjadi momen untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah puasa, Ramadhan juga menjadi waktu yang penuh berkah dan kebahagiaan bagi keluarga. Namun, bagi orang tua yang memiliki anak-anak, menjaga kesehatan dan gizi anak selama berpuasa menjadi tantangan tersendiri. Kali ini akan membahas secara rinci tentang bagaimana orang tua dapat memastikan anak-anak tetap sehat dan bugar selama menjalankan ibadah puasa. \n\n 1. Persiapan Sebelum Puasa \n\n Sebelum memasuki bulan Ramadhan, orang tua perlu melakukan persiapan yang matang untuk memastikan kesiapan fisik dan mental anak-anak dalam menjalani puasa. Hal ini meliputi: \n\n \n Konsultasi dengan Dokter: Lakukan pemeriksaan kesehatan anak secara berkala dan konsultasikan dengan dokter mengenai kemampuan anak dalam menjalani puasa. Dokter dapat memberikan saran yang sesuai berdasarkan kondisi kesehatan anak. \n Pendidikan dan Penjelasan: Ajarkan anak-anak tentang pentingnya puasa dalam agama Islam dan berikan pemahaman yang baik tentang kebutuhan nutrisi selama berpuasa. Jelaskan secara sederhana tentang cara menjaga kesehatan selama bulan Ramadhan. \n \n\n 2. Sahur yang Sehat dan Bergizi \n\n Sahur merupakan makanan yang dikonsumsi sebelum waktu imsak atau saat fajar menjelang. Sahur yang sehat dan bergizi sangat penting untuk memberikan energi yang cukup bagi anak-anak selama berpuasa. Berikut adalah beberapa tips untuk sahur yang sehat: \n\n \n Pilihan Makanan: Pilihlah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks (seperti nasi, roti gandum), protein (telur, daging, ikan), serat (sayuran, buah-buahan), dan lemak sehat (misalnya, minyak zaitun). \n Hindari Makanan Berlemak Tinggi: Batasi konsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol tinggi, seperti makanan cepat saji atau gorengan berlebihan. \n Cukup Minum Air: Pastikan anak-anak minum cukup air saat sahur untuk menjaga hidrasi tubuh. \n \n\n 3. Menu Berbuka yang Seimbang \n\n Berbuka puasa merupakan momen penting bagi anak-anak. Pastikan menu berbuka puasa mereka seimbang dan mengandung nutrisi yang cukup untuk mengisi kembali energi setelah seharian berpuasa. Beberapa contoh menu berbuka yang sehat adalah: \n\n \n Buah-buahan Segar: Sediakan buah-buahan segar sebagai camilan berbuka puasa yang kaya akan serat dan vitamin. \n Minuman Sehat: Berikan minuman yang sehat seperti air putih, jus buah tanpa tambahan gula, atau susu rendah lemak. \n Makanan Ringan: Pilih makanan ringan yang mengandung karbohidrat kompleks dan protein, seperti kurma, kacang-kacangan, atau roti gandum dengan selai kacang. \n \n\n 4. Porsi dan Waktu Makan yang Tepat \n\n Selain memperhatikan kualitas makanan, penting juga untuk memperhatikan porsi dan waktu makan anak-anak. Berikan porsi yang cukup namun tidak berlebihan agar anak-anak tidak merasa terlalu kenyang atau lapar. Selain itu, atur waktu makan agar sesuai dengan jadwal berbuka dan sahur yang telah ditentukan. \n\n 5. Aktivitas Fisik yang Seimbang \n\n Meskipun sedang berpuasa, anak-anak tetap perlu melakukan aktivitas fisik yang seimbang untuk menjaga kesehatan tubuh dan menjaga berat badan ideal. Ajak anak-anak untuk bermain di luar rumah atau melakukan aktivitas ringan seperti berjalan-jalan setelah berbuka puasa. \n\n 6. Penuhi Kebutuhan Nutrisi \n\n Pastikan anak-anak mendapatkan nutrisi yang cukup selama bulan puasa. Perhatikan asupan protein, vitamin, mineral, dan serat dalam makanan yang mereka konsumsi. Sediakan makanan yang bervariasi dan seimbang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian mereka. \n\n Dengan mengikuti pedoman di atas, orang tua dapat membantu menjaga kesehatan dan gizi anak-anak selama bulan Ramadhan. Ingatlah bahwa kesehatan adalah investasi utama bagi masa depan anak-anak, dan dengan perhatian dan perencanaan yang baik, mereka dapat tetap sehat dan bugar selama menjalankan ibadah puasa. Untuk Konsultasi terkait gizi anak RS Hermina Purwokerto tersedia Spesialis Gizi Klinik. \n\n Akses pendaftaran bisa melalui 4 cara berikut ini: \n1. Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n2. Hubungi Call Center 1500488 \n3. Melalui website -> www.herminahospitals.com \n4. Melalui aplikasi Halodoc \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 19 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Demam Tipes dan DBD Berdasarkan Penyebab dan Gejalanya<\/a><\/h3>
Demam pada penyakit tipes dan DBD sebagaian masyarakat menganggap sama, namun keduanya sebenarnya memiliki gejala lain yang berbeda. Penyakit tipes dan demam dengue/demam berdarah dengue (DB/DBD) memiliki gejala yang mirip satu sama lain, yaitu munculnya demam dan badan terasa lemas. Sehingga beberapa orang menganggap demam tipes adalah DB/DBD, begitu juga sebaliknya. Padahal jika Sahabat Hermina salah menduga jenis penyakit yang diderita, nantinya dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penanganan. Lantas bagaimana cara memahami beda gejala tipes dan DB/DBD? Simak ulasan lengkapnya pada artikel berikut! \n\n \n\n Perbedaan DB/DBD dan tifus berdasarkan penyebab \n\n Tipes atau bahasa medisnya biasa disebut dengan demam tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh atau tepatnya ke saluran pencernaan melalui makanan, minuman, atau air yang sudah terkontaminasi. Tidak menjaga kebersihan makanan dan minuman, sanitasi yang buruk, serta terbatasnya akses air bersih diduga menjadi penyebab utama penyakit tipes. Perkiraan WHO pada 2022 terjadi tifoid global 11-20 juta kasus pertahun dan menyebabkan 128.000-161.00 kematian, dan dari Kemenkes di Indonesia mencapai 41.081 kasus selama setahun terakhir dan masih meningkat. \n\n Sementara demam dengue/demam berdarah dengue (DB/DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti paling banyak ditemui selama musim hujan dan setelah musim hujan di area tropis dan subtropis. Menurut Kemenkes pada tahun 2022 tercatat 143.176 kasus dan 1.236 jiwa meninggal, serta pada 2023 turun menjadi 98.071 kasus, 764 jiwa tercatat meninggal. Sebenarnya baik penyakit tipes dan DBD merupakan dua penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia, karena kondisi lingkungan yang mendukung yaitu tempat yang lembab dan hangat. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa pandang usia dan jenis kelamin. Baik tipes maupun DBD mempunyai kesamaan utama, yakni keduanya perlu diobati dan dicegah. Yuk kenali dan pahami apa saja gejala tipes dan DBD beserta cara pencegahannya yang perlu diketahui. \n\n \n\n Gejala tipes dan DBD \n\n Tipes dan DBD memang memiliki gejala khas yang sama, yaitu demam tinggi. Namun, ternyata keduanya memiliki pola kemunculan yang berbeda. Pada DBD, demam tinggi dengan suhu 39-40 derajat Celsius. Kemunculan demam biasanya bersifat mendadak. Selain itu, demam pada gejala DBD akan berlangsung sepanjang hari dan bisa bertahan sampai 7 hari. Demam pada kasus tipes, sebagian besar terjadi pada anak usia 3- 18 tahun, muncul secara perlahan. Di awal kemunculan gejala, suhu tubuh tidak terlalu tinggi atau bahkan normal. Kemudian, demam akan naik secara bertahap tiap hari, dan bisa mencapai hingga 40,5 derajat Celsius. Demam tipes juga bisa saja naik turun, misalnya muncul di malam hari dan menurun di pagi hari. \n\n Berikut ini adalah berbagai beda ciri-ciri tipes dan DBD yang perlu Sahabat Hermina ketahui dan pahami. \n\n \n Bintik atau ruam merah \n \n\n Pada DBD, akan muncul bintik merah khas DBD di bagian bawah kulit yang terjadi akibat pendarahan dan bila ditekan, bintik merahnya tidak pudar. Selain bintik merah, orang yang terkena DBD juga sering mengalami mimisan dan perdarahan ringan pada gusi. Sedangkan pada tipes, bintik merah yang muncul bukan bintik pendarahan, melainkan akibat infeksi dari bakteri Salmonella. \n\n \n Waktu kejadian \n \n\n Perbedaan lain yang cukup jelas dari gejala tipes dan DBD adalah waktu kejadian penyakitnya. Penyakit DBD terjadi musiman, terutama saat musim penghujan di mana lingkungan yang lembap jadi tempat paling tepat untuk nyamuk bisa berkembang biak. Sedangkan tipes bukan merupakan penyakit musiman dan bisa terjadi sepanjang tahun jika tidak menjaga kebersihan lingkungan dengan baik. \n\n \n Rasa nyeri yang muncul \n \n\n Gejala DB/ DBD menyebabkan lemas, nyeri kepala, otot, sendi, dan tulang. Nyeri ini biasanya mulai terasa setelah demam muncul. Selain itu, DBD juga akan memunculkan gejala nyeri perut, mual, hingga muntah, serta muncul ruam kemerahan pada tubuh. Sedangkan penyakit tipes adalah penyakit yang berkaitan dengan saluran pencernaan, sehingga gejala demam pasti disertai dengan gejala sakit di saluran cerna, seperti sakit perut, diare, bahkan sembelit, bila infeksi memberat dapat diikuti dengan penurunan kesadaran. \n\n \n Kemunculan syok \n \n\n Pada DB/DBD, dapat muncul warning sign seperti nyeri tekan perut, muntah terus menerus, bengkak karena akumulasi cairan, perdarahan mukosa dan gelisah. Dapat terjadi kegawatan selanjutnya adalah sesak nafas dan syok karena kegagalan distribusi cairan pada organ vital. Sedangkan pada tipes, umumnya terjadi syok setelah munculnya gejala yang tidak ditangani, seperti penurunan kesadaran. \n\n \n Komplikasi penyakit \n \n\n Salah satu komplikasi yang dapat terjadi adalah kerusakan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan perdarahan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan kegagalan sistem organ yang ditandai dengan peningkatan fungsi hati, penurunan kesadaran dan jantung serta organ lainnya yang berujung kematian. Sedangkan komplikasi tipes dapat menyebabkan usus berlubang (perforasi usus) yang bisa mengakibatkan isi usus bocor ke rongga perut dan menimbulkan infeksi. Jika rongga perut sudah terinfeksi, hal tersebut akan menyebabkan peritonitis, yaitu infeksi pada jaringan yang melapisi bagian dalam perut. Infeksi ini dapat mengakibatkan berbagai organ berhenti berfungsi. \n\n \n\n Satu-satunya cara untuk dapat memastikan demam yang Sahabat Hermina alami merupakan gejala tipes atau DB/DBD adalah dengan periksa ke dokter dan melakukan tes darah. Jadi, jika mengalami demam tinggi yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga hari, segeralah kedokter untuk mendapat rekomendasi pemeriksaan darah di laboratorium terdekat. Dengan melakukan pemeriksaan darah nantinya akan diketahui secara pasti penyakit yang dialami. \n\n Pada penyakit DB/DBD, pemeriksaan biasanya dilakukan dengan memeriksa darah rutin yang dapat menilai jumlah hematokrit dan trombosit. Seseorang terkena penyakit DB/DBD dapat terjadi peningkatan jumlah hematokrit dengan penurunan . Sementara untuk memastikan penyakit tipes nantinya dokter akan menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan IgM Salmonela (sensitifitas 88 %) atau Widal (sensitifitas 77%) setelah mengalami demam paling tidak selama 5 hari. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada darah Adik mengandung protein / antibodi terhadap bakteri penyebab tipes tersebut. \n\n Konsultasikan kesehatan Sahabat Hermina di RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan Website www.herminahospitals.com \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 21 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Ini Hal yang Harus Ibu Lakukan Jika Anak Terlambat Imunisasi<\/a><\/h3>
Imunisasi adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan anak. Namun, terkadang ada situasi di mana anak terlambat mendapatkan imunisasi yang dianjurkan. Jika Anda sebagai orang tua menghadapi situasi ini, ada beberapa hal yang perlu Anda lakukan untuk memastikan kesehatan anak tetap terjaga. \n\n \nPertama-tama, orang tua perlu konsultasi dengan dokter anak untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Dokter akan memberikan penjelasan mengenai risiko yang mungkin terjadi akibat keterlambatan imunisasi. Selain itu, dokter juga akan memberikan saran mengenai langkah-langkah yang harus diambil. \n \nSelanjutnya, orang tua perlu membuat jadwal imunisasi yang baru. Berdasarkan saran dari dokter, orang tua dapat menentukan waktu yang tepat untuk melakukan imunisasi yang terlewat. Penting untuk mengikuti jadwal yang baru dengan disiplin agar efektivitas vaksin dapat maksimal. \n \nSelain itu, orang tua juga perlu memastikan bahwa anak dalam kondisi sehat saat menjalani imunisasi. Jika anak sedang sakit, sebaiknya menunda imunisasi hingga anak benar-benar pulih. Kondisi kesehatan yang baik akan meningkatkan efektivitas vaksin dan mengurangi risiko efek samping. \n \nSelama menunggu jadwal imunisasi yang baru, orang tua dapat melakukan langkah-langkah lain untuk menjaga kesehatan anak. Misalnya, memberikan makanan bergizi, memastikan anak mendapatkan cukup istirahat, dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. \n \nSelain itu, orang tua juga perlu memperhatikan perkembangan anak secara keseluruhan. Jika ada tanda-tanda penyakit atau gangguan kesehatan lainnya, segera konsultasikan dengan dokter anak. Memantau kesehatan anak secara rutin akan membantu mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang mungkin timbul. \n \nDalam situasi yang tidak ideal seperti terlambat imunisasi, penting bagi orang tua untuk tetap tenang dan mengikuti saran dari dokter anak. Melakukan imunisasi sesuai jadwal yang baru dan menjaga kesehatan anak secara keseluruhan akan membantu melindungi anak dari penyakit berbahaya. Keselamatan dan kesehatan anak adalah prioritas utama, dan dengan langkah-langkah yang tepat, orang tua dapat memastikan anak mendapatkan perlindungan yang efektif melalui imunisasi, dan sebagai orang tua, Anda memiliki peran penting dalam memastikan anak Anda mendapatkan perlindungan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 12 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Stunting, Penyebab dan Cara Pencegahan pada Anak<\/a><\/h3>
Stunting yaitu masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang panjang sehingga berakibat terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun. Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa Anda kenali, misalnya: \n\n \n\n \n Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya \n Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat \n Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk \n Pubertas yang lambat \n Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya \n Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya \n \n\n Pihak Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami gangguan perkembangan otak yang akan memengaruhi kemampuan dan prestasi mereka. Selain itu, anak yang menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang juga buruk. Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak ditangani dengan serius. \n\n \n\n Mengingat stunting adalah salah satu masalah kesehatan yang cukup membahayakan, memahami faktor penyebab stunting sangat penting untuk dilakukan. Dengan begitu, Anda bisa melakukan langkah-langkah preventif untuk menghindarinya. \n\n \n\n Berikut ini beberapa faktor penyebab stunting yang perlu Anda ketahui: \n\n \n\n 1. Kurang Gizi dalam Waktu Lama \nTanpa disadari, penyebab stunting pada dasarnya sudah bisa terjadi sejak anak berada di dalam kandungan. Sebab, sejak di dalam kandungan, anak bisa jadi mengalami masalah kurang gizi. Penyebabnya, adalah karena sang ibu tidak memiliki akses terhadap makanan sehat dan bergizi seperti makanan berprotein tinggi, sehingga menyebabkan buah hatinya turut kekurangan nutrisi. Selain itu, rendahnya asupan vitamin dan mineral yang dikonsumsi ibu juga bisa ikut memengaruhi kondisi malnutrisi janin. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan inilah yang juga bisa menjadi penyebab terbesar kondisi stunting pada anak. \n\n 2. Pola Asuh Kurang Efektif \nPola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada anak. Pola asuh di sini berkaitan dengan perilaku dan praktik pemberian makanan kepada anak. Bila orang tua tidak memberikan asupan gizi yang baik, maka anak bisa mengalami stunting. Selain itu, faktor ibu yang masa remaja dan kehamilannya kurang nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan otak anak. \n\n 3. Pola Makan \nRendahnya akses terhadap makanan dengan nilai gizi tinggi serta menu makanan yang tidak seimbang dapat memengaruhi pertumbuhan anak dan meningkatkan risiko stunting. Hal ini dikarenakan ibu kurang mengerti tentang konsep gizi sebelum, saat, dan setelah melahirkan. \n\n 4. Tidak Melakukan Perawatan Pasca Melahirkan \nSetelah bayi lahir, sebaiknya ibu dan bayi menerima perawatan pasca melahirkan. Sangat dianjurkan juga bagi bayi untuk langsung menerima asupan ASI agar dapat memperkuat sistem imunitasnya. Perawatan pasca melahirkan dianggap perlu untuk mendeteksi gangguan yang mungkin dialami ibu dan anak pasca persalinan. \n\n 5. Gangguan Mental dan Hipertensi Pada Ibu \nPola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada anak. Pola asuh di sini berkaitan dengan perilaku dan praktik pemberian makanan kepada anak. Bila orang tua tidak memberikan asupan gizi yang baik, maka anak bisa mengalami stunting. Selain itu, faktor ibu yang masa remaja dan kehamilannya kurang nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan otak anak. \n\n 6. Sakit Infeksi yang Berulang \nSakit infeksi yang berulang pada anak disebabkan oleh sistem imunitas tubuh yang tidak bekerja secara maksimal. Saat imunitas tubuh anak tidak berfungsi baik, maka risiko terkena berbagai jenis gangguan kesehatan, termasuk stunting, menjadi lebih tinggi. Karena stunting adalah penyakit yang rentan menyerang anak, ada baiknya Anda selalu memastikan imunitas buah hati terjaga sehingga terhindar dari infeksi. \n\n 7. Faktor Sanitasi \nSanitasi yang buruk serta keterbatasan akses pada air bersih akan mempertinggi risiko stunting pada anak. Bila anak tumbuh di lingkungan dengan sanitasi dan kondisi air yang tidak layak, hal ini dapat memengaruhi pertumbuhannya. Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan salah satu faktor penyebab stunting. \n\n \n\n Bagaimana Cara Mencegah Stunting? \n\n 1.Pemeriksaan Rutin \nSelama masa kehamilan, ibu perlu melakukan check up atau pemeriksaan rutin untuk memastikan berat badan sesuai dengan usia kehamilan. Ibu hamil juga tidak boleh mengalami anemia atau kekurangan darah karena akan memengaruhi janin dalam kandungan. Kontrol tekanan darah ini bisa dilakukan saat check up rutin. \n\n 2. Pahami Konsep Gizi \nPastikan Anda mendapatkan asupan gizi yang cukup setiap hari, terlebih saat masa kehamilan. Pahami konsep gizi dengan baik dan terapkan dalam pola asuh anak. \n\n 3.Pilihan Menu Beragam \nUpayakan untuk selalu memberi menu makanan yang beragam untuk anak. Jangan lupakan faktor gizi dan nutrisi yang dibutuhkan mereka setiap harinya. Saat masa kehamilan dan setelahnya, ibu pun perlu mendapatkan gizi yang baik dan seimbang agar dapat menghindari masalah stunting. \n\n 4.Konsumsi Asam Folat \nAsam folat berperan penting untuk mendukung perkembangan otak dan sumsum tulang belakang bayi. Zat ini juga dapat mengurangi risiko gangguan kehamilan hingga 72%. Dengan asupan asam folat, kegagalan perkembangan organ bayi selama masa kehamilan juga bisa dicegah. \n\n 5.Tingkatkan Kebersihan \nSakit infeksi yang berulang pada anak disebabkan oleh sistem imunitas tubuh yang tidak bekerja secara maksimal. Saat imunitas tubuh anak tidak berfungsi baik, maka risiko terkena berbagai jenis gangguan kesehatan, termasuk stunting, menjadi lebih tinggi. Karena stunting adalah penyakit yang rentan menyerang anak, ada baiknya Anda selalu memastikan imunitas buah hati terjaga sehingga terhindar dari infeksi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 16 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Bahaya Bullying Terhadap Kesehatan Mental Anak<\/a><\/h3>
Banyak kasus tindakan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah dan rumah melibatkan pelaku serta korban di bawah umur. Menurut hasil kajian Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter tahun 2014, tindakan perundungan atau bullying terjadi hampir di setiap sekolah di Indonesia. Tetapi, hanya beberapa kasus bullying yang dilaporkan ke sektor pendidikan. Tentu saja hal ini sangat meresahkan orang tua, para guru dan staf pengajar. Bullying adalah tindakan yang sangat merugikan. Baik bagi korban maupun bagi pelaku perundungan sama-sama berisiko merasakan efek negatif bullying. Memang, apa saja dampaknya? \n\n \n\n Jenis-jenis bullying \n\n Bully adalah segala perilaku kekerasan fisik ataupun mental yang dilakukan satu orang atau lebih dengan cara melakukan penyerangan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku kekerasan ini biasanya menimpa anak-anak dan remaja yang secara fisik lebih lemah dari teman-teman sebayanya. \n\n Perundungan sendiri dapat dikelompokkan ke dalam 6 kategori, yaitu: \n\n \n Kontak fisik langsung. Contohnya ialah memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, menampar, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, memeras dan merusak barang yang dimiliki orang lain. \n Kontak verbal langsung. Misalnya mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-downs), mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip. \n Perilaku nonverbal langsung. Termasuk melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam. Umumnya, jenis bullying ini disertai oleh kontak fisik atau verbal. \n Perilaku nonverbal tidak langsung. Tindakan mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, serta mengirimkan surat kaleng. \n Cyber bullying. Kemajuan teknologi ternyata memiliki sisi negatifnya. Menyakiti orang lain dengan media elektronik seperti mengirim rekaman video intimidasi dan menuliskan komentar jahat di media sosial tergolong ke dalam perundungan di dunia maya. \n Pelecehan seksual. Terkadang, tindakan pelecehan dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik atau verbal. \n \n\n \n\n Dampak kasus bullying bagi korbannya \n\n Perilaku bully di atas bisa menimbulkan berbagai efek negatif bagi korban, antara lain: \n\n \n Gangguan mental, mulai dari sensitif, rasa marah yang meluap-luap, depresi, rendah diri, cemas, kualitas tidur menurun, keinginan menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri. \n Menggunakan obat-obatan terlarang. \n Tidak semangat berangkat ke sekolah. \n Prestasi belajar menurun. \n Menarik diri dari lingkungan sosial sehingga tidak bisa berinteraksi dengan orang lain. \n Menjadi perundung juga (bully-victim) atau melakukan balas dendam. \n \n\n Korban bullying pun kerap merasa tidak aman, terutama saat berada di lingkungan yang memungkinkan terjadinya perundungan. Dampak di atas kemungkinan besar akan terbawa hingga mereka dewasa. \n\n “Bullying yang berulang dapat menyebabkan menurunnya rasa percaya diri dan depresi, hingga risiko bunuh diri pada anak-anak. Masalah lain seperti gangguan kesehatan mental atau penyalahgunaan zat terlarang, dampaknya bahkan dapat berlangsung hingga dewasa,” kata dr. Irma Lidia, tim dokter Jovee. \n\n Bukan cuma kesehatan psikologis, efek negatif bullying juga dapat terlihat dari keluhan fisik, contohnya sakit kepala, sakit perut, otot jadi tegang, palpitasi atau jantung berdetak kencang, nyeri kronis. \n\n \n\n Perubahan perilaku sebagai tanda-tanda anak di-bully \n\n Anak-anak yang di-bully umumnya akan berbohong dan menyembunyikan faktanya. Oleh karena itu, sebagai orang tua, Anda harus jeli mengamati perubahan tingkah laku anak, seperti: \n\n \n Nafsu makan berkurang \n Tiba-tiba tidak punya teman atau menghindari interaksi sosial \n Barang-barang miliknya sering hilang atau hancur \n Susah tidur \n Kabur dari rumah \n Terlihat stres saat pulang sekolah atau usai mengecek ponselnya \n Muncul luka di tubuhnya \n \n\n Jika anak Anda menunjukkan ciri-ciri tersebut, cobalah ajak dia bicara empat mata. Mulailah obrolan dengan cara yang halus agar mereka mau mengutarakan isi hatinya. Tekankan bahwa mereka tidak pantas diperlakukan seperti itu. Jelaskan juga bahwa Anda akan selalu ada untuk mereka. \n\n Beri tahu anak bagaimana cara menyikapi perundung tersebut, misalnya menghindar ketika bertemu. dr. Irma juga menyarankan agar anak memberitahu guru atau orang tua. Sebisa mungkin jangan mengajari anak untuk membalas perlakuan kasar tersebut kepada pelaku. \n\n Meski begitu, Anda perlu menyemangati anak agar ia tetap tangguh, percaya diri dan tetap bergaul dengan teman-temannya yang lain. \n\n \n\n Dampak kasus bullying bagi pelaku \n\n Ternyata tidak hanya korban, tindakan ini juga berdampak buruk terhadap si perundung. Pelaku bullydi usia remaja berisiko mengalami masalah psikologis jangka panjang. Gangguan tersebut bisa terbawa hingga dewasa jika tidak ditangani dengan tepat. \n\n Perundung dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak bahagia. Mereka pun cenderung tidak bisa mengendalikan emosinya, sehingga ia akan kesulitan membangun hubungan sosial maupun romantis. \n\n Secara umum, pelaku bully dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pure bully dan bully-victim. Pure bully merupakan perundung yang tidak mempunyai pengalaman di-bully. Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula. Pure bully cenderung bersifat agresif, berwatak keras, impulsif, tidak punya empati, toleransi terhadap frustasi yang rendah, memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain. \n\n Dengan merundung, pelaku pure bully akan beranggapan bahwa mereka berkuasa. Jika dibiarkan dan tidak ditangani, tindakan bullying ini dapat berubah menjadi kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal. \n\n Sementara bully-victim ialah perundung yang dulunya di-bully. Kemungkinan mereka akan merasa tertekan, cemas, gelisah, kesepian, dan impulsif sampai usia dewasa. Mereka juga diketahui lebih sering merundung daripada pure bully. \n\n Sama seperti korban kasus bullying, pelaku bully-victim juga berisiko memiliki pemikiran menyakiti diri sendiri, bunuh diri, depresi, kecemasan dan gangguan kepribadian antisosial. \n\n Bullying adalah tindakan yang sangat merugikan. Bukan cuma bagi korbannya, melainkan juga pelakunya. Kalau korban lebih banyak mengalami efeknya terhadap kesehatan psikologis, dampak bullying bagi perundung tergolong ke dalam perilaku kriminal. Selain itu, pelaku pun bisa tumbuh menjadi pribadi yang agresif, temperamen, dan bersikap kasar terhadap orang lain. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Deteksi Dini Hidrosefalus Pada Bayi<\/a><\/h3>
Hidrosefalus merupakan kondisi di mana terdapat penumpukan cairan dalam rongga otak yang berlebihan sehingga menyebabkan tekanan di dalam kepala meningkat. Hidrosefalus yang terjadi pada bayi dapat mengakibatkan ukuran kepala membesar. Dalam keadaan normal, memang terdapat cairan otak yang mengisi ruangan-ruangan (ventrikel) di dalam otak. \n\n Cairan dalam rongga otak yang dimaksud bernama cairan serebrospinal, yaitu cairan bening dan tidak berwarna yang mengalir di dalam serta sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Cairan ini berfungsi untuk menjaga otak tetap mengambang di rongga kepala, menjadi bantalan dan melindungi otak dari benturan, menjaga keseimbangan tekanan di dalam otak, serta membuang produk sisa metabolisme otak. \n\n Penumpukan cairan serebrospinal yang berlebihan dapat disebabkan oleh tidak seimbangnya produksi cairan serebrospinal dengan penyerapan kembali cairan tersebut, misalnya karena terdapat sumbatan pada saluran cairan otak, penyerapan yang tidak maksimal, atau produksi yang berlebihan. Padahal, peningkatan tekanan di dalam kepala yang terlalu tinggi akibat hidrosefalus dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan otak dam menghambat pembentukan sel saraf baru, yang nantinya dapat mengganggu tumbuh kembang anak; serta dapat menimbulkan berbagai macam gangguan fungsi otak lainnya, bahkan kematian. \n\n \n\n Jenis Hidrosefalus \n\n \n Hidrosefalus Kongenital \n \n\n Jenis ini merupakan kelainan bawaan yang terjadi karena gangguan di dalam kandungan. Hal macam ini bisa terjadi karena gangguan yang dialami sang ibu saat hamil. Misalnya sang ibu terkena infeksi toksoplasma, kekurangan asam folat, atau beberapa sebab lainnya. \n\n \n Hidrosefalus Didapat (Acquired Hydrocephalus) \n \n\n Terjadi karena gangguan di otak, misalnya karena stroke, radang selaput otak, atau tumor otak. Penyakit tersebut menyebabkan terganggunya sirkulasi atau penyerapan cairan otak sehingga hidrosefalus dapat terjadi. \n\n \n\n Penyebab Hidrosefalus \n\n Hidrosefalus yang terjadi pada bayi umumnya akibat infeksi saat kehamilan. Infeksi tersebut disebabkan oleh cytomegalovirus (CMV), rubella, mumps, sifilis, atau toksoplasma. Sementara itu, hidrosefalus yang baru terjadi setelah lahir (acquired hydrocephalus) umumnya disebabkan karena penyakit di otak yang menimbulkan gangguan sirkulasi cairan otak. Misalnya karena perdarahan otak, tumor otak, radang otak atau radang selaput otak. \n\n \n\n Diagnosis Hidrosefalus \n\n Hidrosefalus yang terjadi akibat infeksi dalam kehamilan ibu sebenarnya dapat dideteksi sejak bayi masih dalam kandungan, yaitu dengan pemeriksaan USG. Sementara itu, saat bayi lahir, hidrosefalus mulai dapat diduga saat dilakukan pengukuran lingkar kepala bayi. \n\n Bayi yang mengalami hidrosefalus memiliki lingkar kepala yang lebih besar dibandingkan bayi lain seusianya. Untuk memastikan adanya hidrosefalus, biasanya diperlukan pemeriksaan CT-scan otak. Pada beberapa kasus, MRI juga diperlukan untuk mengetahui penyebab terjadinya hidrosefalus. \n\n \n\n Gejala Hidrosefalus \n\n Hidrosefalus yang terjadi saat bayi baru lahir biasanya dapat menunjukkan gejala berupa: \n\n \n Bayi terlihat mengantuk terus atau kurang responsif terhadap kondisi di sekitarnya. \n Kaki dan tangan berkontraksi terus sehingga terlihat kaku dan sulit digerakkan. \n Bayi mengalami keterlambatan perkembangan, misalnya umur 6 bulan belum bisa tengkurap, atau umur 9 bulan belum bisa duduk. \n Kepala bayi terlihat lebih besar, juga bertambah besar setiap saat dibandingkan anak seusianya. \n Kulit kepala bayi tipis, dan pembuluh darahnya dapat terlihat dengan jelas. \n Napas tidak teratur. \n Mengalami kejang berulang. \n \n\n \n\n Pencegahan Hidrosefalus \n\n Pencegahan hidrosefalus dimulai sejak dalam kehamilan. Ibu hamil harus melakukan kontrol berkala agar bila ada infeksi virus, dapat diketahui dan ditangani segera. Pastikan bahwa ibu hamil, bayi, dan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap sesuai dengan jadwal pemerintah. Beberapa penyebab hidrosefalus seperti infeksi rubella, radang selaput otak, dan radang otak dapat dicegah dengan imunisasi. \n\n Konsultasi kesehatan secara rutin di RSU Hermina Pandanaran. Dapatkan kemudahan pendaftaran melalui mobile Aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan Website www.herminahospitals.com \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 27 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Peran Ayah dalam Tumbuh Kembang Anak<\/a><\/h3>
Hai Sahabat Hermina Banyumanik \n\n Bagaimana Peran Ayah dalam Tumbuh Kembang Anak? \n\n Pertumbuhan dan perkembangan pada anak hingga remaja didasari 3 kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu Asuh, terpenuhinya nutrisi, kesehatan, imunisasi serta perlindungan dari cidera, selain itu Asih dan Asah, yakni terpenuhinya kasih sayang yang terus menerus, rasa aman pada keluarga dan kesempatan belajar. Ketiga hal tersebut diberikan oleh kedua orang tua, menurut ASFA (the adoption and safe families act) Ayah karena selain sebagai kepala keluarga untuk menciptakan keamanan dan ketersediaan tempat tinggal, juga sebagai pemberi kesejahteraan keluarga, sehingga akan terbentuk remaja yang memiliki prinsip, dan tidak mudah menyerah. \n\n Pengaruh ayah pada kesejahteraan anak dapat memiliki dampak pada kemampuan kognitif dan prestasi anak. Menurut studi McAdoo, peranan ayah dalam keluarga yaitu nutured mother, pengasuh selain ibu dan membina hubungan positif antara ibu dan anak dengan menghabiskan waktu bersama, child specialist and educator mendisiplinkan anak dengan cara yg tepat, memberi pendidikan agama dan ilmu pengetahuan lain, memberi panduan dunia luar hingga terbentuk panutan positif, protector yang melayani dan pelindung, serta decision maker pada keluarga, anak dapat mengikut sertakan pendapat ayah sebagai pertimbangan pengambilan keputusan. Studi Sundari juga menyebutkan pengasuhan Ayah (father nutrance) dapat membantu perkembangan peran jenis kelamin sehingga anak laki-laki ldapat lebih terkesan maskulin dan perempuan tampak lebih feminin, perkembangan moral dengan kedermawanan dapat mencontah dari ayah yang tidak antisosial dan bermusuhan, serta studi tersebut menyebutkan saat dewasa penyesuaian diri anak lebih baik dan membangkitkan motivasi berprestasi. \n\n Penghambat peran ayah pada anak remaja biasanya selain motivasi ayah untuk terlibat dalam kehidupan anak, karena career/job saliency yang menimbulkan stress menjadikan kurang lekat pada perawatan/pengasuhan anak keluarga, selain hal tersebut kepercayaan diri dan ketrampilan yang kurang menimbulkan efikasi yang kurang pula, yang harus didukung dengan keyakinan ibu terhadap pengasuhan ayah. \n\n Peran ayah terhadap tumbuh kembang anak remaja ini diharapkan dapat menghindarkan anak dari pengaruh buruk, dimana saat kecil telah dikenalkan oleh Ayah dan menjadi pribadi yang berkepribadian kuat tidak mudah menyerah sehingga dapat mencegah pengakhiran hidup sendiri pada remaja. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 13 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
7 Penyakit yang sering Menyerang Anak<\/a><\/h3>
Hallo sahabat Hermina, anak sakit membuat Ibu menjadi panik, tapi Sakit pada anak dianggap wajar karena sistem imun belum berkembang sempurna, sehingga rentan terinfeksi virus dan bakteri. Meski begitu, Sahabat Hermina tetap perlu menjaga kesehatan anak agar tumbuh kembangnya optimal dan menjaga imunitas anak. \n\n Kenapa Anak Sering Sakit? \n\n Sahabat Hermina, anak sering sakit biasanya adanya imun menurun dan infeksi kronis atau riwayat tertentu, seperti sulit makan, sehingga memengaruhi daya tahan tubuh dalam melawan penyakit. Dan juga Faktor cuaca, seperti perubahan cuaca yang bisa membuat anak rentan. \n\n Penyakit Yang Sering Menyerang Anak \n\n 1. Diare \n\n Diare jika buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari, terlebih jika feses yang dikeluarkan cenderung encer. Penyebab diare antara lain: infeksi saluran pencernaan, keracunan atau alergi makanan, infeksi parasit, hingga penyakit iritasi usus. \n\n \n\n 2. Pilek \n\n Infeksi virus dituding sebagai penyebab utama pilek yang membuat selaput hidung dan saluran pernapasan memproduksi lendir. Anak akan mengalami demam sebagai salah satu gejalanya. Kadang sulit bernapas, batuk, napas tersengal-sengal, dan pola makan atau tidur terganggu. Bayi juga mengalami bersin atau kadang nafsu makan menurun. \n\n \n\n 3. Demam \n\n Demam adalah respon alami tubuh terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh anak. Misalnya, pertumbuhan gigi. Anak dikatakan demam jika suhu tubuhnya lebih dari 37,5 derajat celsius. \n\n \n\n 4. Sembelit \n\n Sembelit atau konstipasi merupakan masalah kesehatan pada anak yang masih cukup tinggi. Sebanyak 30% konstipasi lebih sering terjadi pada anak. Sebagian besar konstipasi pada anak (>90%) adalah fungsional yang tidak ditemukan kelainan saat pemeriksaan oleh dokter. Menurut North American Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition (NASPHGAN), konstipasi atau sembelit, artinya anak kesulitan atau keterlambatan melakukan defekasi selama dua minggu atau lebih. \n\n \n\n 5. Radang Tenggorokan \n\n Biasanya anak akan cenderung sulit untuk menelan, sehingga akan rewel saat hendak makan. Gejala lainnya adalah tenggorokan terasa kering dan gatal, sakit kepala, badan terasa lelah, dan nyeri otot. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh virus dan bakteri. \n\n \n\n 6. Eksim \n\n Eksim adalah kelainan kulit yang ditandai dengan peradangan atau pembengkakan pada kulit, serta kemerahan dan rasa gatal. Meski tidak menular, eksim bisa menyebabkan rasa enggak nyaman pada bagian kulit yang terkena. \n\n \n\n 7. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) \n\n ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang menyerang bagian atas, seperti hidung, tenggorokan, faring, laring, dan bronkus. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Gejala yang ditimbulkan antara lain: hidung tersumbat (sering mengeluarkan ingus), bersin, batuk, demam, sakit kepala, kelelahan, dan sakit saat menelan. \n\n \n\n Bila mengalami gejala penyakit diatas dapat ke dokter spesialis anak dr.Rasmita Ginting, Sp.A di RS Hermina Bitung. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 11 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Demam Tifoid Sering Terjadi pada Anak, Yuk Cari Tahu Penyebabnya !<\/a><\/h3>
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Meskipun dapat menyerang siapa saja, termasuk anak-anak, demam tifoid sering kali lebih serius pada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum sepenuhnya berkembang. Kali ini akan membahas mengenai demam tifoid pada anak. \n\n Penyakit ini umumnya disebabkan oleh konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella typhi. Anak-anak yang tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk atau akses air bersih yang terbatas memiliki risiko yang lebih tinggi untuk tertular demam tifoid. Selain itu, kurangnya kebersihan pribadi juga dapat meningkatkan risiko infeksi. \n\n Gejala demam tifoid pada anak bisa bervariasi, tetapi yang umum meliputi: \n\n \n Demam Tinggi, suhu tubuh anak dapat mencapai 39-40°C atau bahkan lebih tinggi. \n Sakit Kepala, anak mungkin mengalami sakit kepala yang parah. \n Nyeri Perut, sakit perut, terutama di sekitar pusar, dapat terjadi. \n Nyeri Sendi dan Otot, anak-anak dapat merasakan nyeri sendi dan otot. \n Kehilangan Nafsu Makan, anak mungkin kehilangan selera makan dan mengalami penurunan berat badan. \n Diare atau Konstipasi, gangguan pencernaan seperti diare atau konstipasi bisa terjadi. \n Mual dan Muntah, anak dapat merasakan mual dan muntah, terkadang disertai warna kuning (bilious vomiting). \n \n\n Pengobatan demam tifoid pada anak biasanya melibatkan pemberian antibiotik, seperti ciprofloxacin atau azithromycin. Penting untuk mengikuti petunjuk dokter dengan tepat dan menyelesaikan seluruh siklus antibiotik, bahkan jika gejala telah membaik. Selain antibiotik, penting juga untuk memastikan anak mendapatkan istirahat yang cukup, hidrasi yang adekuat, dan nutrisi yang baik. \n\n Tindakan pencegahan sangat penting untuk mengurangi risiko demam tifoid pada anak-anak. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi: \n\n \n Vaksinasi, vaksin demam tifoid dapat memberikan perlindungan signifikan. Konsultasikan dengan dokter untuk jadwal vaksinasi yang sesuai. \n Kebersihan Pribadi, ajarkan anak untuk mencuci tangan secara teratur, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet. \n Pengolahan Makanan, pastikan makanan dimasak dengan baik, dan hindari mengonsumsi makanan mentah atau setengah matang. \n Akses Air Bersih, pastikan anak memiliki akses yang memadai ke air bersih untuk minum dan mencuci. \n \n\n Demam tifoid pada anak dapat menjadi kondisi serius yang memerlukan perhatian medis segera. Dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat, serta langkah-langkah pencegahan yang diterapkan, risiko infeksi dapat dikurangi. Sahabat Hermina perlu memahami gejala demam tifoid dan berkonsultasi dengan dokter jika ada kekhawatiran mengenai kesehatan anak. Untuk konsultasi mengenai kesehatan anak, RS Hermina Purwokerto tersedia dokter spesialis anak. \n\n Akses pendaftaran bisa melalui 4 cara berikut ini: \n1. Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n2. Hubungi Call Center 1500488 \n3. Melalui website -> www.herminahospitals.com \n4. Melalui aplikasi Halodoc \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 06 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
5 manfaat sunat yang perlu anda ketahui <\/a><\/h3>
Sunat adalah prosedur bedah yang melibatkan pengangkatan kulup atau kulit yang menutupi kepala penis pada pria. Selain memiliki nilai religius, sunat juga memiliki manfaat kesehatan yang penting yang perlu Anda ketahui. Dalam artikel ini, kami akan membahas lima manfaat sunat yang perlu Anda ketahui, terutama dalam hubungannya dengan kesehatan anak. \n \n1. Mengurangi Risiko Infeksi \nSalah satu manfaat utama sunat adalah mengurangi risiko infeksi. Kulup yang menutupi kepala penis dapat menjadi tempat berkembang biak bagi bakteri dan kuman yang dapat menyebabkan infeksi. Dengan mengangkat kulup melalui sunat, risiko infeksi dapat berkurang secara signifikan. \n \n2. Mencegah Masalah Kesehatan \nSunat juga dapat membantu mencegah masalah kesehatan yang terkait dengan kulup pada anak-anak. Beberapa masalah yang dapat dihindari melalui sunat antara lain fimosis, yaitu kondisi di mana kulup tidak dapat ditarik ke belakang kepala penis dengan mudah, dan balanitis, yaitu peradangan pada kepala penis. Dengan melakukan sunat, anak-anak dapat terhindar dari masalah kesehatan ini. \n \n3. Meningkatkan Kebersihan \nDengan mengangkat kulup melalui sunat, kebersihan area penis juga dapat meningkat. Kulup yang menutupi kepala penis dapat menyebabkan penumpukan kotoran dan bakteri, yang dapat menyebabkan bau tidak sedap dan masalah kebersihan lainnya. Dengan melakukan sunat, area genital menjadi lebih mudah dibersihkan dan menjaga kebersihan menjadi lebih mudah. \n \n4. Mengurangi Risiko Kanker \nSunat juga telah terbukti dapat mengurangi risiko kanker pada pria. Beberapa studi menunjukkan bahwa pria yang disunat memiliki risiko lebih rendah terkena kanker penis. Hal ini mungkin karena sunat mengurangi risiko infeksi dan peradangan pada area genital. \n \n5. Meningkatkan Kualitas Hidup \nTerakhir, sunat juga dapat meningkatkan kualitas hidup pria. Beberapa pria melaporkan bahwa mereka merasa lebih nyaman dan percaya diri setelah menjalani sunat. Selain itu, sunat juga dapat meningkatkan kehidupan seksual pria, karena kulit yang menutupi kepala penis telah diangkat. \n \nDalam kesimpulan, sunat memiliki manfaat kesehatan yang penting, terutama dalam hubungannya dengan kesehatan. Dengan mengurangi risiko infeksi, mencegah masalah kesehatan, meningkatkan kebersihan, mengurangi risiko kanker, dan meningkatkan kualitas hidup, sunat dapat menjadi pilihan yang baik untuk anak-anak. Namun, keputusan untuk melakukan sunat harus dipertimbangkan dengan seksama dan dibicarakan dengan dokter untuk memastikan manfaat dan risiko yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 06 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
7 Cara Mengatasi Sakit Gigi pada Anak<\/a><\/h3>
Sakit gigi pada anak merupakan masalah umum yang sering dialami oleh banyak orang tua. Ketika anak mengalami sakit gigi, mereka dapat merasa tidak nyaman dan sulit untuk makan atau minum dengan baik. Namun, sebagai orang tua, Anda dapat mengatasi masalah ini dengan beberapa cara yang sederhana di rumah. Berikut adalah 7 cara mengatasi sakit gigi pada anak di rumah: \n \n1. Menyikat gigi secara teratur: Salah satu cara terbaik untuk mencegah sakit gigi pada anak adalah dengan mengajarkan mereka untuk menyikat gigi secara teratur setidaknya dua kali sehari. Pastikan juga mereka menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride untuk membantu melindungi gigi dari kerusakan. \n \n2. Menggunakan air garam hangat: Jika anak mengalami sakit gigi, Anda dapat mencoba membilas mulut mereka dengan air garam hangat. Campurkan setengah sendok teh garam ke dalam segelas air hangat, lalu minta anak untuk berkumur-kumur selama beberapa menit. Air garam hangat dapat membantu mengurangi rasa sakit dan peradangan pada gigi. \n \n3. Mengompres daerah yang sakit: Jika anak mengalami sakit gigi, Anda dapat mengompres daerah yang sakit dengan menggunakan kantung es atau handuk yang telah direndam dalam air dingin. Tempatkan kompres ini di luar pipi anak selama beberapa menit untuk membantu mengurangi rasa sakit. \n \n4. Memberikan makanan lembut: Ketika anak mengalami sakit gigi, mereka mungkin kesulitan untuk mengunyah makanan yang keras atau keras. Sebagai gantinya, berikan mereka makanan yang lebih lembut seperti sup, bubur, atau jus buah yang tidak asam. Makanan lembut ini akan membantu mengurangi rasa sakit saat makan. \n \n5. Memberikan obat pereda nyeri: Jika anak mengalami sakit gigi yang parah, Anda dapat memberikan obat pereda nyeri yang aman untuk anak-anak. Namun, pastikan untuk mengikuti petunjuk dosis yang dianjurkan dan berkonsultasi dengan dokter jika anak masih mengalami sakit gigi setelah penggunaan obat. \n \n6. Gunakan bawang putih, Mungkin anak-anak tidak akan menyukai rasa pedas dan aroma menyengat pada bawang putih. Tetapi, kita dapat memberikan mereka pengertian bahwa pengobatan rumahan ini dapat membantu meredakan nyeri gigi. \n\n Cara meredakan sakit gigi dengan bawang putih cukup ampuh dan mudah. Anda dapat menemukan bawang putih di dapur yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri penyebab infeksi. Caranya mudah, hanya dengan mengunyah bawang putih selama beberapa menit di bagian yang terasa sakit. Jika tidak ingin menggigitnya, bawang putih dapat diiris tipis atau dihaluskan kemudian ditempelkan di area gigi yang sakit. \n\n Namun, perlu diingat agar tidak menempelkan irisan maupun pasta bawang putih di rongga mulut terlalu lama karena bisa menyebabkan luka bakar pada selaput mulut. Cukup letakkan beberapa menit saja, kemudian bersihkan. \n\n \n7. Mengunjungi dokter gigi secara teratur: Penting untuk membawa anak ke dokter gigi secara teratur untuk pemeriksaan gigi dan membersihkan gigi. Dokter gigi dapat mendeteksi masalah gigi pada anak sejak dini dan memberikan perawatan yang diperlukan. \n \nDengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat membantu mengatasi sakit gigi pada anak di rumah. Namun, jika anak masih mengalami sakit gigi yang parah atau berkelanjutan, segera konsultasikan dengan dokter gigi untuk mendapatkan perawatan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Soreang<\/a><\/li>
- 30 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Si Kecil Ngeluh Mata Buram? Bunda Wajib Waspada<\/a><\/h3>
Apa itu Ambliopia (Mata Malas)? \n\n Kemampuan penglihatan yang buruk pada salah satu ataupun kedua mata yang disebabkan oleh cacat pada perkembangan penglihatan normal semasa kanak-kanak dapat menyebabkan kondisi seumur hidup yang disebut mata malas atau disebut dengan Lazy Eye. \n\n \n\n Apa penyebab Ambliopia (Mata Malas)? \n\n Mata Malas (Ambliopia) adalah kurang jelasnya penglihatan akibat perkembangan penglihatan yang tidak sempurna dalam otak. Otak manusia membutuhkan stimulasi visual untuk berkembang sepenuhnya. Pada saat perkembangan anak sejak lahir hingga usia 8 tahun, apapun yang menghalangi atau mengganggu jelasnya penglihatan dapat menyebabkan ambliopia. \n\n Penyebab umum termasuk ukuran kacamata tinggi (contohnya astigmatisme, hiperopia dan miopia), mata juling (strabismus), atau apapun yang menghalangi aksis visual pada satu mata (contohnya kelopak mata turun, katarak anak). \n\n Mata malas (ambliopia) biasanya hanya mempengaruhi satu mata, tetapi apabila kedua mata kurang mendapat visual yang baik dan jelas untuk periode yang berkepanjangan, kondisi dapat timbul pada kedua mata. Diagnosa dini meningkatkan kemungkinan suksesnya pengobatan, karena setelah usia 8 tahun, kerusakan visual dapat menjadi permanen. \n\n \n\n Bagaimana kita sebagai orang tua bisa mengetahui jika anak mengidap Mata Malas (Ambliopia)? \n\n Anak yang mengidap ambliopia biasanya tidak mengeluh tentang penglihatan yang buruk, sehingga masalah ini terkadang baru diketahui saat penglihatan kedua mata diperiksa (contohnya saat tes mata di sekolah). Kadang kala, orang tua menyadari bahwa mata anaknya juling (strabismus) yaitu ketika satu mata tampak tidak sejajar dengan mata lainnya. \n\n Dalam kondisi tertentu ini (contohnya keberadaan strabismus, kelopak mata turun, atau halangan pada aksis visual), dokter anda perlu memeriksa penglihatan anak anda untuk keberadaan ambliopia secara teratur. \n\n \n\n Resiko anak mengidap Mata Malas (Ambliopia) \n\n Anak Anda mempunyai resiko yang lebih tinggi jika dia memiliki: \n\n - Astigmatisma yang besar, rabun jauh (miopi) atau rabun dekat (hiperopia) \n\n - Perbedaan ukuran kacamata yang besar antara mata satu dengan lainnya \n\n - Gangguan penglihatan karena cacat sejak lahir seperti kelopak mata turun (ptosis), katarak atau luka pada mata \n\n - Strabismus atau mata juling dimana mata yang tidak sejajar tidak digunakan \n\n \n\n Jenis perawatan apa yang tersedia untuk Mata Malas (Ambliopia)? \n\n Pertama, jika ada ketidaknormalan ukuran kacamata, anak perlu diberikan kacamata yang sesuai untuk digunakan sepanjang waktu. Kemudian, anak perlu didorong untuk menggunakan mata yang malas. \n\n Ini biasanya dilakukan dengan menutup mata yang baik, biasanya untuk beberapa jam setiap hari. Pengobatan mungkin memakan waktu beberapa bulan, dan bahkan beberapa tahun, dan seringkali lebih efektif ketika dimulai pada usia dini. Jika ambliopia terlambat terdeteksi (contohnya setelah usia 8 tahun), ada kemungkinan kerusakan visual tidak dapat disembuhkan. Karena itu sangatlah penting untuk memeriksakan mata anak. \n\n Bunda, jika si kecil mengalami tanda serupa, segera konsultasikan dengan Dokter Spesialis Mata di RS Hermina Soreang. \n\n Download aplikasi Hermina Mobile Apps untuk memudahkan akses pendaftaran ke RS Hermina Soreang. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 30 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 06 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 06 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 11 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 13 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 27 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 22 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>