- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 21 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Ini Hal yang Harus Ibu Lakukan Jika Anak Terlambat Imunisasi<\/a><\/h3>
Imunisasi adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan anak. Namun, terkadang ada situasi di mana anak terlambat mendapatkan imunisasi yang dianjurkan. Jika Anda sebagai orang tua menghadapi situasi ini, ada beberapa hal yang perlu Anda lakukan untuk memastikan kesehatan anak tetap terjaga. \n\n \nPertama-tama, orang tua perlu konsultasi dengan dokter anak untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Dokter akan memberikan penjelasan mengenai risiko yang mungkin terjadi akibat keterlambatan imunisasi. Selain itu, dokter juga akan memberikan saran mengenai langkah-langkah yang harus diambil. \n \nSelanjutnya, orang tua perlu membuat jadwal imunisasi yang baru. Berdasarkan saran dari dokter, orang tua dapat menentukan waktu yang tepat untuk melakukan imunisasi yang terlewat. Penting untuk mengikuti jadwal yang baru dengan disiplin agar efektivitas vaksin dapat maksimal. \n \nSelain itu, orang tua juga perlu memastikan bahwa anak dalam kondisi sehat saat menjalani imunisasi. Jika anak sedang sakit, sebaiknya menunda imunisasi hingga anak benar-benar pulih. Kondisi kesehatan yang baik akan meningkatkan efektivitas vaksin dan mengurangi risiko efek samping. \n \nSelama menunggu jadwal imunisasi yang baru, orang tua dapat melakukan langkah-langkah lain untuk menjaga kesehatan anak. Misalnya, memberikan makanan bergizi, memastikan anak mendapatkan cukup istirahat, dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. \n \nSelain itu, orang tua juga perlu memperhatikan perkembangan anak secara keseluruhan. Jika ada tanda-tanda penyakit atau gangguan kesehatan lainnya, segera konsultasikan dengan dokter anak. Memantau kesehatan anak secara rutin akan membantu mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang mungkin timbul. \n \nDalam situasi yang tidak ideal seperti terlambat imunisasi, penting bagi orang tua untuk tetap tenang dan mengikuti saran dari dokter anak. Melakukan imunisasi sesuai jadwal yang baru dan menjaga kesehatan anak secara keseluruhan akan membantu melindungi anak dari penyakit berbahaya. Keselamatan dan kesehatan anak adalah prioritas utama, dan dengan langkah-langkah yang tepat, orang tua dapat memastikan anak mendapatkan perlindungan yang efektif melalui imunisasi, dan sebagai orang tua, Anda memiliki peran penting dalam memastikan anak Anda mendapatkan perlindungan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 12 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Imunisasi untuk Anak<\/a><\/h3>
Tujuan imunisasi \n\n Mencegah penyakit infeksi yang berbahaya sebelum penyakit tersebut menular di masyarakat. \n\n Bagaimana kerja vaksin? \n\n Imunisasi à tubuh membentuk imunitas à sistem imun akan membentuk kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu. \n\n Pada masa depan, apabila anak tertular oleh penyakit tersebut, anak tidak akan sakit oleh karena sistem kekebalan tubuh akan segera bereaksi cepat melawan penyakit tersebut. \n\n Mengapa anak harus diimunisasi? \n\n \n Imunisasi adalah upaya yang aman dan efektif untuk mencegah penyakit yang banyak beredar di masyarakat. Keuntungan imunisasi sangat besar apabila dibandingkan dengan risiko efek samping vaksin yang sangat kecil. \n Jika cukup banyak orang dalam masyarakat mendapat imunisasi, maka infeksi tidak akan lama lagi menyebar dari orang kepada orang lain. \n Anak yang telah diimunisasi jika terkena penyakit pada umumnya ringan. \n \n\n \n\n Mengapa anak perlu mendapat imunisasi begitu banyak? \n\n Beberapa imunisasi diperlukan dalam awal tahun kehidupan seorang anak untuk mencegah penyakit yang berbahaya. Semakin banyak penyakit yang dapat dicegah, akan semakin tinggi kemungkinan anak hidup dengan kualitas tumbuh kembang yang lebih baik. \n\n Sistem imun bayi belum matang (imatur). Sistem imun bayi belum dapat bekerja sebaik pada anak yang lebih besar atau orang dewasa, sehingga imunisasi perlu diulang. \n\n Apakah imunisasi aman? \n\n Beberapa anak dapat mengalami efek samping vaksin yang ringan, terjadi dalam waktu 1-2 hari setelah mendapat imunisasi dan segera sembuh tanpa harus mendapat obat. \n\n Efek samping yang tersering adalah kemerahan, bengkak, nyeri di tempat bekas suntikan, dan dapat disertai demam ringan atau rewel. \n\n Cara penanganan : \n\n \n Berikan minum lebih banyak \n Jangan memakai baju tebal \n Apabila perlu, dapat diberikan paracetamol untuk menurunkan demam. \n \n\n Perlu diingat bahwa vaksin yang tersedia saat ini sangat aman dibandingkan jika anak harus menderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. \n\n \n\n Berapa lama imunisasi akan memberikan kekebalan? \n\n Secara umum, imunisasi akan menghasilkan kekebalan setelah 2 minggu diberikan. Berarti, pencegahan terhadap penyakit tersebut tidak segera didapat setelah anak mendapat imunisasi. Beberapa imunisasi perlu diberikan pengulangan beberapa kali untuk mendapatkan pencegahan jangka panjang. \n\n \n\n Apa akibat jika imunisasi terlambat? \n\n Jadwal imunisasi telah disusun dengan memperhatikan waktu yang tepat kapan seorang anak harus dilindungi terhadap penyakit infeksi yang berbahaya. Apabila terlambat memberikan imunisasi pada umur yang seharusnya, anak akan rentan terhadap penularan penyakit. \n\n Untuk imunisasi yang harus diberikan beberapa kali, jarak antara kedua imunisasi 4-8 minggu. Apabila terlalu jauh, kekebalan yang terbentuk tidak maksimal. \n\n \n\n Apakah imunisasi terlambat harus diulang? \n\n Jika disadari bahwa imunisasi terlambat, segaralah datang ke fasilitas kesehatan dan mintalah imunisasi yang tertinggal. \n\n \n\n Sahabat Hermina, \n\n Imunisasi anak adalah pemberian vaksin kepada anak untuk mencegah penularan penyakit tertentu. Vaksin adalah zat yang berfungsi membantu membentuk kekebalan tubuh atau imunitas terhadap infeksi sejumlah penyakit menular. \n\n \n\n RS Hermina Periuk Tangerang melayani Imunisasi atau Vaksinasi Anak. \n\n Informasi dan Pendaftaran hubungi: \n\n (021) 29432525 \n\n 0857-8268-2142 (WA) \n\n _ \n\n Stay healthy Teman Hermina \n\n _ \n\n Nikmati kemudahan pendaftaran melalui : \n\n 1. Hermina Mobile Aplikasi (tersedia di Playstore/Appstore) \n\n 2. Website : www.herminahospitals.com \n\n 3. Call Center : 1500488 \n\n 4. Halodoc \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 16 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Mengawal Tumbuh Kembang Anak Sejak Dini<\/a><\/h3>
Orangtua merupakan faktor penting dalam menjaga, merawat, serta mengawal tumbuh kembang anak. Dalam proses perkembangannya, orangtua harus sigap dan peduli terhadap kondisi anak sejak masa awal kehidupan anak, karena tumbuh kembang anak dapat bermasalah jika orangtua tidak sigap dan kurang memperhatikan kondisi anak. \n\n \n\n Pada saat bayi memasuki usia tiga bulan. Bayi cenderung mulai menunjukkan aktivitas motorik, seperti mengangkat kepala. Namun, jika hal ini tidak ditemukan pada bayi dan orangtua tidak peduli, maka proses tumbuh kembang anak dapat menjadi lambat hingga nanti menginjak usia dewasa. \n\n \n\n Pertumbuhan anak dapat dipantau dengan melihat tinggi badan, berat badan, lingkat kepala, dan hal lain yang dapat diukur dengan alat ukur tertentu. Tentu hal ini berbeda dengan perkembangan anak yang tidak dapat diukur dengan alat ukur yang terstandarisasi. Perkembangan ini meliputi kapan Si Kecil mulai bisa bicara, duduk, berjalan, dan lain sebagainya. Perkembangan anak tidak dapat diukur dengan alat, tetapi melihat dari cara Si Kecil beraktivitas, bersikap, dan bicara. \n\n \n\n Lantas apa yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak? \n\n \n\n Tumbuh kembang anak usia dini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri dari usia, genetik, kromosom, ras, dan jenis kelamin. Faktor eksternal meliputi stimulasi orangtua, keadaan ekonomi, sosial, dan nutrisi. \n\n \n\n Di periode emas anak, Anda harus lebih jeli dan cermat dalam memantau tumbuh kembang anak, karena akan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak selanjutnya. Dengan pantauan dan stimulasi yang tepat, tumbuh kembang anak akan optimal dan kelainan tumbuh kembang anak dapat dicegah sejak dini. \n\n \n\n Komponen Tumbuh Kembang Anak \n\n \n\n Tumbuh kembang anak memiliki empat komponen, yaitu, motorik kasar, motorik halus, sensorik, dan personal sosial. \n\n \n\n 1. Motorik kasar meliputi gerakan yang mulai dilakukan setiap anggota gerak tubuhnya, seperti berdisi, berlari, dan lainnya. \n\n \n\n 2. Motorik halus merupakan sentuhan yang mulai ditunjukkan, seperti usaha untuk meraih suatu benda yang ada di sekitarnya. \n\n \n\n 3. Kemampuan sensorik memperlihatkan bayi mulai mengeluarkan suara seperti ocehan seakan ingin menyampaikan sesuatu. \n\n \n\n 4. Kemampuan personal sosial lebih kepada kondisi lingkungan sekitar tempat ia tinggal. \n\n \n\n Keempat komponen ini harus dikawal sedini mungkin oleh para orangtua. Jika melihat ada hal yang janggal, hendaknya segera konsultasikan dengan pihak medis. \n\n \n\n Permasalahan yang dapat timbuh pada keempat komponen tumbuh kembang anak dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, yaitu: \n\n \n\n 1. Faktor turunan atau gen, contohnya anak yang mengidap down syndrom akan sulit untuk diobati. \n\n \n\n 2. Faktor lingkungan. Ketika anak tumbuh di lingkungan yang sunyi dan sepi dapat memengaruhi cara komunikasi anak yang nantinya cenderung jadi pendiam dan enggan untuk berbicara. Kondisi tersebut dapat diobati dengan rekayasa lingkungan melalui program terapi. \n\n \n\n 3. Faktor virus yang menyerang saat kehamilan dapat ditanggulangi dengan terapi. Ketika ada anak yang terlambat bicara atau bergerak, maka akan dilakukan intervensi untuk melatih anak tersebut. \n\n \n\n Tips Mengawal Tumbuh Kembang Anak \n\n \n\n 1. Kawal Tumbuh Kembang Anak Sejak Bayi \n\n Mengawal pertumbuhan dan perkembangan anak harus dilakukan oleh orangtua sejak dini. Apabila terlambat dalam menemukan kejanggalan dalam tumbuh kembang anak, maka dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak. \n\n \n\n 2. Jaga Nutrisi \n\n Jaga nutrisi tubuh agar tubuh dapat berkembang secara optimal dengan menjaga asupan dan pola makan, serta berolahraga. \n\n \n\n 3. Seimbangkan Aktivitas \n\n Para orangtua hendaknya jangan memandang anak sebagai orang dewasa mini yang artinya menghendaki anak agar melakukan sesuai keinginan orangtua dan memaksakan anak untuk beraktivitas seperti belajar mulai dari pagi hingga malam hari, karena akan menganggu proses tumbuh kembang, serta dapat memengaruhi tingkat stres anak. \n\n \n\n 4. Beri Stimulasi yang Tepat \n\n Dalam rangka mengawal tumbuh kembang anak, Anda juga perlu memberikan stimulai yang tepat seperti memberikan permainan yang sesuai dengan usia anak. Beri anak ruang untuk eksplorasi dengan lingkungannya agar mencapai tumbuh kembang yang optimal. \n\n \n\n \n\n Pantau terus tumbuh kembang Si Kecil sejak dalam masa kandungan hingga 1000 hari pertama kehidupannya agar Si Kecil dapat tumbuh optimal dan baik. \n\n \n\n \n\n \n\n Narasumber : dr. Ikhsan Ali, M.Kes, Sp.A \n\n \n\n Spesialis Anak (Pediatri) \n\n \n\n Untuk membuat janji silahkan klik link berikut ini :https://www.herminahospitals.com/doctors/dr-ikhsan-ali-m-kes-sp-a \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Lampung<\/a><\/li>
- 01 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
5 Tahapan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak<\/a><\/h3>
Tahap tumbuh kembang anak terbagi menjadi dua. Tumbuh (growth) adalah perubahan fisik yang dapat diukur; Kembang (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Masa balita seringkali disebut sebagai periode emas. Pada periode usia 0-5 tahun, terjadi peningkatan pesat pada pertumbuhan dan perkembangan balita. Yuk cari tahu selengkapnya. \n\n \n\n 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Si Kecil \n\n Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, dapat diukur, dan terjadi secara fisik. Pertumbuhan Si Kecil dapat dipantau melalui pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan ukuran lainnya sesuai usia dengan standarisasi alat ukur tertentu. Sedangkan perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, misalnya Si Kecil dapat berjalan atau berbicara. Perkembangan dapat diamati dari cara ia bermain, belajar, berbicara, dan bersikap. \n\n Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi jenis kelamin, perbedaan ras, usia, genetik, dan kromosom. Sedangkan faktor eksternal meliputi keadaan lingkungan sosial, ekonomi, nutrisi, dan stimulasi psikologis. \n\n Periode emas Si Kecil berlangsung pada rentang usia 0-5 tahun. Usia ini merupakan fase awal tumbuh kembang Si Kecil dan akan berpengaruh pada fase selanjutnya. Di masa ini, Ibu harus semakin cermat untuk mendapatkan hasil optimal dan mencegah terjadinya kelainan sedini mungkin. \n\n \n\n 2. Stimulasi Tumbuh Kembang Otak Si Kecil \n\n Stimulasi jaringan otak sangat penting selama periode emas Si Kecil. Semakin banyak stimulasi yang ibu berikan kepada Si Kecil, jaringan otak akan berkembang hingga mencapai 80% pada usia 3 tahun. Sebaliknya, jika Si Kecil tidak pernah diberi stimulasi yang cukup, maka jaringan otaknya akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. \n\n Hal inilah yang menyebabkan perkembangan Si Kecil menjadi terhambat. Stimulasi yang kurang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan otak, penyimpangan tumbuh kembang, bahkan gangguan perkembangan yang menetap. Berikut tahapan stimulasi sesuai usia Si Kecil: \n\n - Usia 0-4 Bulan \n\n Sering memeluk dan menimang dengan penuh kasih sayang. Gantung benda berwarna cerah yang bergerak dan bisa dilihat oleh Si Kecil. Ajak Si Kecil tersenyum, bicara, dan mendengarkan musik. \n\n - Usia 4-6 Bulan \n\n Sering tengkurapkan Si Kecil. Gerakkan benda ke kiri dan kanan, di depan matanya. Perdengarkan berbagai bunyi-bunyian. Beri mainan benda yang besar dan berwarna. \n\n - Usia 6-12 Bulan \n\n Ajari Si Kecil untuk duduk, ajak main ci-luk-ba, ajari memegang dan makan biskuit, ajari memegang benda kecil dengan 2 jari, berdiri dan berjalan dengan berpegangan, ajak bicara sesering mungkin, latih mengucapkan ma ma atau pa pa, beri mainan yang aman dipukul-pukul. \n\n - Usia 1-2 Tahun \n\n Ajari berjalan di undakan atau tangga, ajak membersihkan meja dan menyapu, ajak membereskan mainan, ajari mencoret-coret di kertas, ajari menyebut bagian tubuhnya, bacakan cerita anak, ajak bernyanyi, ajak bermain. \n\n - Usia 2-3 Tahun \n\n Ajari berpakaian sendiri, ajak melihat buku bergambar, bacakan cerita anak, ajari makan di piringnya sendiri, ajari cuci tangan, ajari buang air besar dan kecil di tempatnya \n\n - Usia 3-5 Tahun \n\n Minta Si Kecil menceritakan apa yang ia lakukan, dengarkan ia ketika bicara, jika ia gagap, ajari bicara pelan-pelan, awasi Si Kecil ketika mencoba hal-hal baru. \n\n \n\n 3. Pembagian Area Perkembangan Si Kecil \n\n Perkembangan Si Kecil dibagi menjadi beberapa area yaitu: motorik kasar (berjalan, berlari), motorik halus (menggambar), sensorik (melihat, mendengar, dll.), bahasa (mengucapkan kata lalu kalimat), dan sosial (bermain bersama, bermain bergantian). Pertumbuhan dan perkembangan berbeda-beda timbulnya, tetapi tetap ada batasan waktu yang cukup luas dimana masih dapat dikategorikan normal. \n\n Untuk mendukung pertumbuhan si Kecil diperlukan kecukupan gizi yang baik. Selain membantu pertumbuhan, dengan nutrisi dan kebiasaan makan yang baik, penyakit seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan obesitas dapat dicegah. Kurang nutrisi akan menyebabkan gangguan perkembangan intelektual. \n\n \n\n 4. Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Si Kecil \n\n Selain itu, pertumbuhan gigi juga akan terlihat pada periode emas. Pertumbuhan gigi berbeda-beda tergantung keturunan, tetapi penyakit tertentu seperti rickets, hypotiroidism, hypopituitary, atau down syndrome dapat memperlambat tumbuhnya gigi. \n\n Secara umum, Si Kecil akan mempunyai 6 gigi di usia 12 bulan dan total 20 gigi susu pada usia 2,5 tahun. Gigi pertama bisa tumbuh pertama kalinya pada usia empat bulan. Namun, kebanyakan kasus gigi mulai tumbuh sekitar usia 6-7 bulan. Gigi susu yang pertama kali muncul ada di bagian seri depan di atas dan bawah. Gigi susu terakhir tumbuh ketika Si Kecil berusia 2-3 tahun. Pada usia ini, biasanya jumlah giginya sudah lengkap, yaitu 20 buah. \n\n Pertumbuhan gigi ditandai dengan pembengkakan gusi bawah. Kemungkinan besar Si Kecil akan merasa sakit karena pembengkakan ini bahkan mengalami demam. Si Kecil akan menjadi lebih rewel, sering menangis dan mengigit-gigit sesuatu. Di periode ini Si Kecil juga akan mengeluarkan lebih banyak air liur dibandingkan sebelumnya. Untuk itu, pakaikan alas dada yang terbuat dari handuk, agar ibu bisa selalu mengeringkan dagu dan pipi Si Kecil yang terkena liur, ini mencegah terjadi iritasi pada kulit. \n\n Bila gigi belum tumbuh pada waktunya, tidak perlu khawatir. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk merangsang pertumbuhan gigi, diantaranya: \n\n - Memberi mainan yang berguna untuk menstimulus pertumbuhan gigi sering disebut dengan teether. Pilihlah teether yang terbuat dari bahan yang aman. Pada umumnya semuanya terbuat dari karet. \n\n - Kandungan Kalsium pada susu juga sangat membantu pertumbuhan gigi si Kecil, oleh karena itu walaupun Si Kecil sudah lebih dari 6 bulan usahakan tetap memberi ASI yang cukup. \n\n - Beri makanan pembantu ASI yang mengandung kalsium seperti ikan laut dan beberapa jenis sayuran \n\n Gigi susu ini akan kemudian digantikan oleh gigi permanen pada usia 5-13 tahun. Jangan khawatir jika gigi Si Kecil tanggal akibat benturan ketika bermain karena gigi akan digantikan oleh gigi permanen. Contohnya, geraham pertama pada usia 5-7 tahun, disusul oleh gigi lainnya seperti gigi seri di usia 6-8 tahun. \n\n \n\n 5. Parameter Tumbuh Kembang Si Kecil \n\n Bila tumbuh kembang kurang menurut alat ukur standar. Si Kecil yang berusia 1 tahun seharusnya dapat berjalan 1 atau 2 langkah tanpa bantuan, berbicara beberapa kata, dan bertepuk tangan. Si Kecil dapat berlari, membalik kertas, berbicara sekitar 10 kata, menggambar garis lurus di usia 2-2,5 tahun. Di usia 3 tahun, Si Kecil sudah dapat memakai pakaian sendiri kecuali memasang kancing, menghitung sampai 10. Di usia 4 tahun Si Kecil dapat berdiri dan melompat dengan 1 kaki, memakai pakaian dengan baik, melempar bola dengan 1 tangan. Pada usia 5 tahun si Kecil sudah dapat menangkap bola, mengenali 4 warna, dan ketika usia 6 tahun si Kecil sudah dapat berjalan di satu garis lurus, dan menulis. Masih banyak ukuran lainnya dalamdevelopmental milestones. \n\n \n\n Ketika Si Kecil tidak mampu untuk melakukan hal yang seharusnya dapat dilakukan oleh teman seusianya menurut milestones, maka mungkin Si Kecil mengalami keterlambatan perkembangan. Jika keterlambatan perkembangan terjadi pada beberapa area, maka Si Kecil bisa dikatakan mengalami global development delay. Pada banyak kasus, gangguan perkembangan membutuhkan bantuan agar dapat mencapai potensi maksimal mereka. \n\n \n\n Peran keluarga, personil sekolah, dan petugas kesehatan sangat dibutuhkan dalam mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan si Kecil. Apabila Si Kecil tampak lebih maju atau lambat dibanding teman sepantarannya, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Si Kecil wajib dibawa ke posyandu atau ke fasilitas kesehatan lainnya setiap bulan untuk diukur dan dipantau perkembangannya. Sehingga kelainan maupun keterlambatan yang mungkin terjadi dapat terdeteksi sedini mungkin. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 19 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Akhirnya Ibu Menyusui Diperbolehkan Mendapatkan Vaksin Covid-19<\/a><\/h3>
Sudah hampir setahun, Indonesia menghadapi pandemi Covid-19. Mudahnya penularan virus corona membuat keberadaan vaksin dinanti-nanti sebagai salah satu langkah untuk mencegah penyakit Covid-19. Sudah sejak bulan lalu, masyarakat Indonesia yang termasuk dalam prioritas mendapatkan suntikan vaksinasi Covid-19. Sayangnya, ibu menyusui termasuk dalam daftar kelompok masyarakat yang tidak bisa mendapatkan vaksinasi Covid-19. \n\n \n\n Hingga akhirnya, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan surat edaran yang menyatakan bahwa ibu menyusui boleh mendapatkan vaksinasi Covid-19. Berdasarkan Surat Edaran Nomor: HK.02.02/I/368/2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 pada Kelompok Sasaran Lansia, Komorbid, dan Penyintas COVID-19, serta Sasaran Tunda, yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, tertanggal 11 Februari 2021, ibu menyusui kini menjadi kelompok yang diperbolehkan untuk mendapatkan vaksinasi. \n\n \n\n Dalam surat edaran tersebut juga dijelaskan bahwa pemberian vaksin Covid-19 pada ibu menyusui harus terlebih dahulu dilakukan anamnesa tambahan. Anamnesa adalah pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu menyusui. Jika dirasa Ibu memiliki penyakit atau gejala saat akan dilakukan vaksinasi maka harap dikonsultasikan terlebih dahulu ke dokter atau vaksinator yang sudah mendapatkan pelatihan vaksin. \n\n \n\n Pemerintah secara resmi mengizinkan pemberian vaksin Covid-19 pada ibu menyusui berdasarkan rujukan pada kajian yang dilakukan oleh Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional. \n\n \n\n Selain menunggu giliran untuk dilakukannya vaksinasi terhadap ibu menyusui, diharapkan ibu menyusui tetap menjalankan protokol kesehatan 3M, yaitu: \n\n Mencuci tangan \n\n Pastikan Ibu selalu mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah menyusui. Mencuci tangan juga perlu dilakukan setiap kali akan memegang bayi. Pastikan Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. \n\n Memakai masker \n\n Bukan hanya saat berada di luar rumah, memakai masker juga sebaiknya dilakukan saat Ibu merasa kurang sehat. Memakai masker saat menyusui juga disarankan bagi Ibu yang sedang dalam pemantauan atau pernah kontak erat dengan pasien Covid-19. \n\n Menjaga jarak \n\n Tidak ada tempat yang paling aman kecuali di rumah. Namun jika Ibu terpaksa harus ke luar rumah, pastikan Ibu menjaga jarak aman dengan orang lain. Saat harus ke rumah sakit untuk jadwal imunisasi si kecil, Ibu sebaiknya membuat janji terlebih dahulu dengan fasilitas kesehatan yang dituju, lalu datang sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Jangan takut untuk memeriksakan kesehatan di RS Hermina, karena kami telah menerapkan protokol pencegahan Covid-19 diseluruh area rumah sakit. \n\n \n\n Demikian informasi mengenai pemberian izin kepada ibu menyusui untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19. Pastikan Ibu selalu waspada terhadap virus Covid-19. Semoga Ibu dan Si Kecil sehat selalu. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 30 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pengaruh Tidur untuk Tumbuh Kembang Bayi<\/a><\/h3>
Bayi atau balita membutuhkan waktu tidur yang lebih panjang dari orang dewasa guna mendukung perkembangan mental dan fisik mereka. Dalam proses pertumbuhan bayi atau balita, tidur merupakan kegiatan yang sama pentingnya dengan makan, minum, rasa aman, atau bermain. Si Kecil butuh tidur agar tubuhnya dapat beristirahat, sehingga menjadi segar dan mendapatkan energi baru. Menurut para peneliti di Eropa, pada waktu tidur, otak kita menyaring dan menyimpan informasi, mengganti bahan kimia, dan memecahkan masalah. \n\n Kurang lebih 2/3 kehidupan bayi baru lahir digunakan untuk tidur, interaksi sistem saraf dengan mekanisme lain, seperti mengatur temperatur, pola nafas, dan tekanan darah. Seluruh kejadian selama tidur merupakan refleksi dari aktivitas neuron tertentu di susunan saraf pusat, yang berubah secara dramatis sesuai dengan perkembangan bayi. Berikut adalah jumlah waktu tidur bayi atau anak, tergantung pada usia mereka, yaitu: \n\n -Bayi usia 0-3 bulan disarankan untuk tidur sebanyak 14-17 jam per hari. \n\n -Bayi usia 4-11 bulan disarankan untuk tidur sebanyak 12-15 jam per hari. \n\n -Batita usia 1-2 tahun disarankan untuk tidur sebanyak 11-14 jam per hari. \n\n -Balita 3-5 tahun disarankan untuk tidur sebanyak 10-13 jam per hari. \n\n \n\n TIPS bagi Orangtua: \n\n -Latih bahwa malam hari adalah waktu untuk tidur, dan siang hari adalah waktu untuk bangun. mengajak bermain hanya di siang hari saja, tidak di malam hari. \n\n -Latih bahwa tempat tidur adalah tempatnya untuk tidur. \n\n -Letakkan si kecil di tempat tidur saat ia sudah mengantuk, hindari membiarkannya tidur dalam gendongan Anda atau di ruangan lain. \n\n -Lampu utama sebaiknya dimatikan, dan nyalakanlah lampu tidur yang redup. \n\n -Ketika ia terbangun ajari anak untuk tidur kembali. Jangan nyalakan lampu. Tenangkan dengan kata-kata lembut. Selanjutnya tinggalkan ia sendiri untuk kembali tidur. Jika menangis lagi, biarkan dulu 5 menit baru tenangkan lagi. Berikutnya jika kembali menangis tunggu 10 menit. Dan seterusnya hingga 15 menit. Malam berikutnya tambah waktu tunggu 5 menit, yaitu 10 menit, 15 dan 20 menit. Biasanya seorang anak memerlukan waktu hingga 2 sampai 3 malam. Jika gagal, hentikan dulu prosedur ini, dan coba lagi setelah 1 bulan (cara ini diperkenalkan oleh Richard Ferber, Boston's Children hospital). \n\n \n\n TIPS Mengatur Tidur Anak: \n\n -Ajarkan ritual sebelum tidur seperti cuci kaki, menggosok gigi, meredupkan lampu, berdoa atau membacakan cerita. \n\n -Biasakan waktu tidur yang teratur. \n\n -Jangan lakukan kegiatan yang mengasyikkan sebelum tidur. \n\n -Ajarkan anak untuk tidur sendirian, dan yakinkan kalau Anda tidak berada jauh dari kamar tidurnya. \n\n -Jika terbangun dan menangis jangan langsung datangi kamarnya, lakukan metode Ferber. \n\n -Jangan mengunci kamar tidur. \n\n -Kamar tidur anak harus nyaman, menarik, tetapi tidak boleh ada TV, video games, atau terlalu banyak mainan. \n\n \n\n Kualitas tidur anak selain bagus untuk perkembangan buah hati, tetapi juga untuk kesejahteraan orangtua. Bayi atau anak yang tidur dengan pulas juga dapat membuat orangtua merasa lebih bahagi dan tidur tanpa rasa cemas. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 07 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Khawatir Imunisasi Si Kecil Tertunda ? Yuk Imunisasi Kejar<\/a><\/h3>
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes RI 12, 2017). \n\n Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut Permenkes RI (2017), program imunisasi di Indonesia memiliki tujuan umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Sedangkan, tujuan khusus dari imunisasi ini diantaranya, tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai target RPJMN (target tahun 2019 yaitu 93%), tercapainya Universal Child Immunization/UCI (prosentase minimal 80% bayi yang mendapat IDL disuatu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan, dan tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. \n\n Saat ini, angka kematian anak di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Negara maju dan Negara di Asean lainnya. Sebanyak 28 persen kematian disebabkan oleh diare (54 persen diare pada balita disebabkan oleh infeksi rotavirus) dan 20 persen lainnya disebabkan oleh radang paru/pneumonia. Pneumonia dapat disebbkan oleh berbagai kuman patogen di antaranya kuman HiB dan Pneumokokus. \n\n Faktanya, masih sering dijumpai anak yang belum atau terlambat mendapatkan imunisasi. Apalagi pada saat pandemi seperti sekarang. Beberapa anak sudah divaksin tetapi serial imunisasinya terputus. Namun, hal ini tidak menjadi hambatan untuk melanjutkan atau mengejar imunisasi. \n\n Imunisasi yang telah diberikan sebelumnya sudah menghasilkan antibodi, meskipun kadarnya belum optimal atau mencapai kadar proteksi untuk kurun waktu yang panjang. Oleh karena itu, imunisasi kejar tetap perlu dilakukan. \n\n Tujuannya untuk mencapai kadar proteksi individu terhadap penyakit, sehingga dapat menekan kejadian berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah. \n\n \n\n Kelompok Umur Imunisasi \n\n Pada bayi baru lahir sampai usia 12 bulan, imunisasi dasar wajib dipenuhi untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit yang berbahaya pada awal masa anak. Utamakan vaksin kombinasi pada imunisasi dasar dan selesaikan imunisasi dasar sebelum 12 bulan. Saat anak berusia 1-4 tahun, imunisasi ulangan bertujuan untuk memperpanjang masa kekebalan imunisasi dasar tersebut. Masa ini juga berfungsi untuk melengkapi imunisasi yang belum lengkap (catch up immunization). Imunisasi simultan bisa diberikan saat catch up. Imunisasi simultan adalah pemberian beberapa vaksin yang terpisah dalam beberapa injeksi dalam satu kali kunjungan. Imunisasi simultan tersebut diberikan dengan menyuntikkan dua jenis imunisasi di bagian tubuh yang berbeda. Imunisasi diulang pada usia sekolah (5-12 tahun) dan usia remaja 13-18 tahun sambil melengkapi imunisasi. Tabel di bawah adalah jadwal imunisasi terbaru (2020) dari IDAI. Kolom kuning menandakan imunisasi kejar. \n\n \n\n Sahabat Hermina, pemberian imunisasi yang tidak sesuai jadwal atau belum lengkap bukan merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Oleh karena itu, jika ada imunisasi yang belum diberikan sesuai jadwal atau tertunda, pemberian imunisasi harus secepatnya diberikan. Kami tunggu kehadirannya untuk imunisasi sang buah hati di RS Hermina Galaxy, salam sehat \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 07 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 01 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 12 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>