- Hermina Yogya<\/a><\/li>
- 03 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Sekitar Kita<\/a><\/h3>
Setiap aktivitas atau proses pekerjaan yang dilakakukan di tempat kerja mengandung resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja mulai dari level ringan, sedang, hingga berat. Berbagai upaya pencegahan dilakukan supaya kecelakaan kerja tidak terjadi dengan cara memberikan keterampilan melakukan tindakan pertolongan pertama untuk menghadapi kemungkinan terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, di setiap tempat kerja harus memiliki petugas P3K (First Aider) atau setidaknya setiap karyawan dibekali dengan keterampilan dalam melakukan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan maupun kegawatan medik. \n\n \n\n Tujuan FIRST AID di tempat kerja adalah: \n\n \n Menyelamatkan jiwa di tempat kerja \n Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan \n Mencegah terjadinya hal yang lebih buruk pada korban \n Menenangkan penderita atau korban yang terluka di tempat kerja \n \n\n \n\n Prinsip-Prinsip Dasar Pertolongan Pertama: \n\n 1. Jangan pindahkan atau ubah posisi orang yang terluka, terutama bila luka-lukanya terjadi karena jatuh, jatuh dari ketinggian dengan keras atau kekerasan lain. Pindahkan atau ubah posisi penderita hanya apabila tindakan anda adalah untuk menyelamatkan dari bahaya lain. \n\n 2. Bertindaklah dengan cepat apabila penderita mengalami perdarahan, kesulitan bernapas, luka bakar, atau terkejut (syok). \n\n 3. Jangan berikan cairan apapun kepada penderita yang pingsan atau setengah pingsan. Cairan dapat memasuki saluran pernapasan dan mengakibatkan kesulitan bernapas bagi penderita. \n\n 4. Jangan berikan alkohol pada penderita yang mengalami luka parah. \n\n \n\n Penderita Syok/Terkejut \n\n Seseorang mengalami syok, wajahnya akan tampak pucat, tubuhnya dingin dan berkeringat, nafas cepat, jantung berdegup kencang. Cara penanganannya: \n\n 1. Usahakan untuk membaringkan dan menempatkan kakinya pada posisi yang lebih tinggi daripada kepala, kecuali terdapat luka di kepalanya \n\n 2. Selimuti tubuhnya agar hangat, tetapi jangan sampai terlalu panas \n\n 3. Berikan minuman gula kepada penderita apabila penderita dalam keadaan benar-benar sadar \n\n \n\n Tersedak Makanan \n\n 1. Berdirilah di belakang penderita peluklah pinggangnya dengan kedua tangan \n\n 2. Kepalkan tangan Anda dan tekan kepalan tangan pada perut bagian atas tepat dibawah tulang iga, dan diatas pusar \n\n 3. Tarik kuat-kuat kepalan tangan Anda ke arah atas ulangi beberapa kali hingga makanan keluar dari tenggorokan penderita. \n\n \n\n Bahan Kimia atau Serangga Mengenai Mata \n\n Baringkan korban dan tuangkan air steril ke dalam matanya untuk menghilangkan bahan kimianya, kemudian kompreslah dengan kain kassa steril dan segera kunjungi atau panggil dokter terdekat. \n\n \n\n Jika serangga yang mengenai mata, ambillah dengan ujung saputangan bersih, jangan sekali - kali mengusap dengan tangan telanjang, segeralah kunjungi dokter apabila mata masih dirasa tidak nyaman. \n\n \n\n Sengatan Serangga \n\n Apabila tersengat lebah dan muncul bengkak, kompreslah segera dengan es, tidak sedikit dari orang yang tersengat lebah akan timbul alergi, segerlah ke dokter agar diberikan pertolongan. \n\n \n\n Keracunan \n\n Berilah minum (air putih, susu tawar, air kelapa) sampai penderita bisa memuntahkan makanannya, akan tetapi tidak semua orang bisa memuntahkan makanannya. Segeralah dibawa ke rumah sakit agar ditolong oleh dokter. \n\n \n\n Luka Bakar \n\n Alirkan/siram dengan air biasa/air mengalir di tempat yang terbakar, jika lukanya masih di tahap pertama hingga rasa sakit hilang, Jika luka bakar sudah melepuh sebaiknya langsung dibawa ke dokter. \n\n \n\n Luka lecet/Gores/Tersayat \n\n Cucilah dengan air, dan tutuplh luka dengan plester, band aid. Namun, jika luka terlalu besar dan dalam segeralah dibawa ke dokter. \n\n \n\n Perdarahan \n\n Hentikan perdarahan dengan cara menekan luka atau secara luka. Tekan terus-menerus, jangan melepas tekanan tiap sebentar hanya untuk melihat perdarahan sudah berhenti. Apabila setelah dilakukan tekanan tetapi perdarahan tidak berhenti, memungkinkan nadi atau pembuluh darah balik akan teputus, tekan nadi yang di dekat luka untuk menghentikan alirah darah dari jantung ke tempat lain. Segeralah ke dokter. \n\n \n\n Patah Tulang \n\n Jangan mencoba mengangkat atau memindahkan badan korban jika belum mahir melakukannya, jika tulang belakang yang patah, korban hanya boleh diusung dengan hati-hati dengan posisi berbaring di atas alas keras. Untuk patah tulang rahang, angkatlah rahang bawah hingga gigi atas dan bawah bersatu, lalu diikat dan dibawa ke dokter. Untuk patah tulang tangan dan kaki gunakan tongkat atau setumpuk koran untuk menyangga lalu balutlah sebagai penyangga sebelum bertemu dengan dokter. \n\n \n\n Terkilir \n\n Letakkan bagian tubuh yang terkilir lebih tinggi dari bagian tubuh yang lain untuk mencegah pembengkakan, segeralah ke dokter agar tidak terjadi perburukan di kemudian hari. \n\n \n\n Hal-hal diatas merupakan langkah yang bisa dilakukan apabila mendapati hal tersebut terjadi di perusahaan atau di sekitar kita. Tindakan cepat dan tepat akan mengurangi resiko dan kemungkinan terburuk terjadi bagi penderita. Membawa korban ke Dokter Spesialis Orthopedi menjadi langkah yang tepat untuk mengatasi dan menangani kecelakaan yang terjadi pada tempat kerja. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 01 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
Apakah Bekas Luka Dapat Hilang?<\/a><\/h3>
Setiap pasien dengan luka atau dengan rencana operasi biasanya bertanya-tanya, “Apakah luka ini akan meninggalkan bekas?” atau “Apakah bekas lukanya nanti bisa hilang?” \n\n \n\n Bekas luka atau parut atau scar adalah hasil akhir dari proses penyembuhan luka. Luka sendiri dapat disebabkan oleh berbagai jenis trauma seperti luka bakar, infeksi, suntikan, tindik, gigitan serangga, atau tindakan operasi. Luka akan mengalami tiga fase penyembuhan yaitu peradangan, pembelahan jaringan, dan maturasi, dengan hasil akhir berupa tertutupnya luka oleh jaringan parut. \n\n \n\n Untuk memperbaiki luka yang dalam, kulit tubuh kita tidak mengalami regenerasi membentuk jaringan yang serupa 100% dengan kondisi semula, tetapi menutup defek luka dengan jaringan ikat dalam bentuk parut. Dibandingkan jaringan normal, parut berbeda dalam hal penampilan, fungsi pendinginan suhu tubuh, dan kekuatan jaringan. Bahkan parut dapat menarik dan mengganggu fungsi organ sekitarnya. \n\n \n\n Gejala dan tanda parut berbeda-beda tergantung tahapan maturasinya. Parut yang baru terbentuk setelah luka menutup disebut parut imatur, dan masih menjalani tahap maturasi. Parut imatur berwarna kemerahan, tidak elastis, meninggi dibandingkan kulit sekitarnya, dan dapat disertai gatal atau nyeri. \n\n \n\n Setelah melalui tahap maturasi selama 6 bulan-1 tahun, parut disebut parut matur. Pada tahap ini, parut dapat bersifat normal atau abnormal. Parut matur disebut normal bila bersifat samar, yaitu berwarna pucat, lunak, rata (tidak meninggi ataupun cekung dibandingkan kulit sekitarnya), dan tidak disertai gatal atau nyeri. Parut inilah yang disebut parut favorable, dan merupakan target optimal dari terapi luka. \n\n \n\n Parut dikategorikan abnormal bila memiliki salah satu karakteristik berikut: \n\n \n Perbedaan warna. Dibandingkan kulit sekitar, parut abnormal tampak lebih gelap, bahkan dapat berwarna kemerahan atau kecoklatan. \n Menonjol. Terdapat 2 jenis parut demikian, yaitu parut hipertrofik (parut meninggi tetapi tidak melebar melebihi batas luka awal) dan keloid (parut meninggi dan melebar melebihi batas luka awal). \n Cekung, yang disebut parut atrofik \n Konsistensi keras \n Disertai keluhan gatal/nyeri \n Menarik organ sekitar, dapat menimbulkan gangguan gerak. Parut demikian disebut kontraktur. \n \n\n \n\n Untuk mengenal cara mencegah parut abnormal, kita perlu mengetahui penyebabnya, yang biasanya bersifat multifaktorial. Faktor-faktor ini dapat bersifat tidak dapat dirubah (nonmodifiable) atau dapat diupayakan (modifiable.) \n\n \n\n Faktor nonmodifiable adalah faktor yang tidak dapat diubah, antara lain: \n\n \n Usia. Pasien lanjut usia memiliki karakteristik kulit yang mengurangi risiko parut hipertrofik, sementara pasien muda dan anak-anak memiliki risiko lebih tinggi. \n Ras. Kulit ras Asia dan Afrika lebih berisiko menderita parut hipertrofik dan keloid. \n Riwayat sebelumya. Pasien dengan riwayat parut abnormal sebelumnya lebih berisiko menghasilkan parut abnormal pada luka selanjutnya. \n Riwayat keluarga. Karena faktor genetik dalam pembentukan parut abnormal, pasien yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat parut abnormal akan lebih berisiko. \n Karakteristik luka: lokasi, arah, kedalaman dan luas luka. \n \n\n \n\n Beberapa area tubuh lebih berisiko menghasilkan parut abnormal. Luka pada area anggota gerak dengan kulit yang lebih tegang lebih berisiko menjadi parut hipertrofik. Sementara area telinga, bahu, dan dada rentan menimbulkan keloid. \n\n Tubuh manusia memiliki garis-garis alami yang menggambarkan ketegangan kulit. Luka yang sejajar garis tersebut akan tampak lebih samar, dan sebaliknya. \n\n Semakin dalam dan luas luka, semakin berisiko menjadi parut yang abnormal. \n\n \n\n Faktor modifiable. Faktor-faktor ini dapat diupayakan oleh dokter untuk menghasilkan parut yang optimal, di antaranya: \n\n \n Teknik bedah. Perawatan dan penutupan luka dapat dilakukan seoptimal mungkin untuk menghasilkan parut yang samar. Hal ini diterapkan dengan pembersihan luka, kontrol perdarahan, dan teknik penjahitan luka yang adekuat. Khusus untuk luka yang disengaja (luka operasi), desain sayatan dapat dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan lokasi, arah, dan panjang luka yang lebih samar. Pada kasus demikian, upaya mencapai parut yang samar dapat dimulai bahkan sebelum luka terbentuk. \n Perawatan parut. Optimalisasi pematangan parut dilakukan selama fase maturasi, yaitu sejak luka menutup hingga 6 bulan–1 tahun setelahnya. Perawatan parut dapat dilakukan dengan silikon, taping, pressure garment, dan masase parut. \n \n\n \n\n \n\n Berbagai metode/cara penanganan: \n\n \n Dressing silikon \n Taping \n Pressure garment \n Masase (pemijatan) parut \n Laser \n Injeksi obat (kortikosteroid, kemoterapi, toksin botulinum) \n Cryoterapi \n Pembedahan \n Radiasi \n Fat graft \n \n\n \n\n Pilihan metode yang dilakukan tergantung pada tahapan maturasi dan karakteristik parut. Parut matur yang abnormal mungkin memerlukan tata laksana yang lebih invasif. Untuk kasus keloid, beberapa metode dapat dilakukan sekaligus untuk mengurangi risiko kekambuhan. \n\n \n\n Dengan demikian, target terapi yang realistis dari setiap luka adalah parut yang samar (favorable), bukan tidak adanya parut sama sekali. Mengupayakan hasil akhir parut yang samar dimulai dari perencanaan luka (bila memungkinkan), teknik penutupan luka, hingga perawatan parut luka selama proses maturasi. Konsultasi dengan dokter bedah plastik dianjurkan untuk menentukan metode penanganan yang sesuai. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 01 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>