- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 02 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Peran CT SCAN Kepala dalam Diagnosis Stroke<\/a><\/h3>
Stroke adalah kondisi ketika suplai darah ke otak terganggu karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Kondisi ini menyebabkan area tertentu pada otak tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kematian sel-sel otak. \n\n Gejala stroke bisa ditandai dengan lumpuh atau lemah anggota gerak secara tiba-tiba, bicara menjadi tidak jelas atau pelo, otot-otot wajah tampak lemah pada satu sisi, juga bisa terdapat hilangnya keseimbangan dan kesadaran. Faktor penyebabnya juga beragam bisa disebabkan karena cedera kepala, penyakit darah tinggi, kolesterol, atau penyakit jantung. \n\n Stroke merupakan keadaan emergensi, karena tanpa suplai oksigen dan nutrisi, sel-sel pada bagian otak yang terdampak bisa mati hanya dalam hitungan menit. Akibatnya, bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik. Sehingga pasien dengan gejala stroke perlu dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan penanganan yang tepat. \n\n Evaluasi yang cepat dan tepat pada pasien dengan stroke dapat meningkatkan respon terapi pada pasien dan penanganan awal yang tepat. Salah satu aspek signifikan dalam mengevaluasi stroke akut adalah pemeriksaan imaging atau pemindaian otak. Hingga saat ini, pemindaian otak (CT scan kepala) tanpa kontras merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk evaluasi awal pasien yang dicurigai terkena serangan stroke. \n\n CT scan kepala merupakan pemeriksaan yang menggunakan radiasi sinar X untuk mendapatkan gambaran tiga dimensi (3D) dari otak. Pemeriksaan ini merupakan teknik yang menghasilkan gambar otak tanpa membutuhkan pembedahan, sayatan kulit, atau kontak langsung dengan bagian tubuh. Teknologi ini memungkinkan visualisasi struktur otak dengan teknis pemeriksaan yang cukup sederhana. Pasien hanya perlu berbaring di meja yang terhubung dengan mesin CT Scan dan menunggu hingga pemindaian otak selesai kurang lebih selama 10 menit sesuai arahan operator. \n\n Pada penyakit stroke, CT Scan kepala merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan jenis stroke iskemik (penyumbatan) atau stroke hemoragik (perdarahan). Karena terapi yang diberikan pada kedua kedua jenis stroke tersebut berbeda, maka pemeriksaan ini dapat membantu dokter spesialis saraf untuk menentukan terapi selanjutnya pada pasien dengan serangan stroke. \n\n \n\n Referensi: \n\n Birenbaum D, Bancroft LW, Felsberg GJ. Imaging in acute stroke. West J Emerg Med. 2011 Feb;12(1):67-76. PMID: 21694755; PMCID: PMC3088377. \n\n Shafaat O, Sotoudeh H. Stroke Imaging. [Updated 2022 May 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Yogya<\/a><\/li>
- 01 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Keluhan Nyeri Kepala<\/a><\/h3>
“Aduh, migrain-ku kumat, nyeri sekali kepala di sebelah kiri” \n\n \n\n “Kepala saya seperti terikat dan tertekan, terus menerus sampai tidak bisa tidur” \n\n \n\n “Sebulan terakhir saya merasakan nyeri kepala, setelah minum obat pereda nyeri, nyeri kepala terasa membaik tapi tidak hilang. Sekarang nyeri kepala saya kok terasa lebih berat, ya?” \n\n \n\n Sahabat Hermina, ilustrasi keluhan nyeri kepala di atas sering ditemui pada kehidupan sehari-hari. Intensitas keluhan yang ringan sedang, tetapi mengganggu aktivitas membuat pasien sering membeli obat sendiri untuk menghilangkan gejala. Pada kenyataannya tidak semua keluhan nyeri kepala dapat teratasi sempurna karena bentuk nyeri yang beragam dan gejala lain yang menyertai membuat manajemen yang individualistik pada tiap penderita. \n\n Berdasarkan data, 90% nyeri kepala tidak berbahaya dan dapat teratasi dengan pemberian obat pereda nyeri, minum air putih serta istirahat yang cukup. Jenis nyeri kepala tersebut dikenal sebagai nyeri kepala primer seperti migrain atau tension type headache, tetapi terdapat kondisi saat keluhan nyeri kepala merupakan gejala dari penyakit tertentu seperti stroke, infeksi atau dikenal dengan nyeri kepala sekunder. Pasien dengan nyeri kepala sekunder memerlukan penanganan lebih lanjut karena dapat disebabkan oleh kondisi yang membahayakan nyawa. \n\n \n\n Kondisi nyeri kepala yang perlu dicurigai berhubungan dengan nyeri kepala sekunder antara lain: \n\n \n Usia diatas 50 tahun \n Mendadak dan memberat dengan cepat (dalam hitungan menit) \n Pola nyeri kepala yang berbeda dari sebelumnya \n Pemberatan keluhan dengan batuk, bersin atau mengejan \n Gangguan penglihatan atau keluhan mata kabur \n Penurunan kesadaran, kejang atau gejala neurologis lain seperti kelemahan anggota gerak dan kesemutan \n Terdapat infeksi, seperti sinusitis, infeksi telinga maupun gigi serta riwayat trauma, kanker, maupun manipulasi daerah leher \n Kondisi HIV atau penurunan sistem imun \n \n\n \n\n Pasien dengan keluhan nyeri kepala sekunder memerlukan penegakan diagnosis yang cermat untuk menunjang manajemen yang tepat. Pemeriksaan lanjutan, seperti pemeriksaan fisik oleh tenaga ahli dan pencitraan, dibutuhkan untuk manajemen nyeri kepala sekunder yang menyeluruh. \n\n Salah satu teknik pencitraan yang dapat digunakan adalah dengan computed tomography atau lebih dikenal dengan CT scan. Pemeriksaan CT Scan kepala dapat membantu mendeteksi kelainan tulang dan struktur otak dalam kondisi darurat seperti perdarahan otak atau tumor yang dapat menjadi penyebab nyeri kepala dan gejala yang menyertai. Waktu yang relatif singkat dan ketersediaan dibanyak fasilitas kesehatan menjadikan CT scan pilihan dalam penunjang penegakan diagnosis nyeri kepala sekunder. \n\n \n\n Sahabat Hermina, saat ini RS Hermina Yogyakarta memiliki beberapa ahli saraf dalam mengevaluasi nyeri kepala disertai fasilitas pemeriksaan CT Scan untuk menunjang diagnosis penyebab nyeri kepala sekunder. Jika mendapati keluhan bukan nyeri kepala biasa, jangan ragu untuk periksakan segera. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 01 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 02 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>