- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 25 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
6 Cara Menghadapi Demam saat Anak Tumbuh Gigi<\/a><\/h3>
Proses tumbuhnya gigi pada anak-anak bisa mengakibatkan munculnya beberapa efek. Salah satunya adalah peningkatan suhu tubuh atau yang biasa disebut dengan kondisi demam. Demam saat anak tumbuh gigi ini sangat umum terjadi sehingga gejala inilah yang membuat anak-anak biasanya merasa tidak nyaman saat gigi mereka tumbuh. \n\n Tips Menghadapi Demam saat Tumbuh Gigi \n\n Saat anak mengalami demam, tentu akan merasa tidak nyaman. Biasanya anak juga jadi lebih mudah rewel dan sering menangis. Dalam kondisi seperti ini orang tua bisa melakukan beberapa upaya untuk membuat anak merasa jauh lebih nyaman. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi demam yang muncul saat anak tumbuh gigi. \n\n 1. Berikan Lebih Banyak ASI \n\n Cairan menjadi kunci penting untuk mengatasi demam pada anak. Usahakan untuk memberi cairan lebih banyak agar suhu tubuh anak bisa turun. Cobalah untuk memberikan ASI lebih banyak dari biasanya agar demam bisa turun dan anak tidak rewel. \n\n Bagaimana dengan anak-anak yang sudah tidak minum ASI? Sahabat Hermina bisa memenuhi kebutuhan cairnya dengan memberikan susu formula atau cairan dalam bentuk lainnya kepada anak. Misalnya saja air putih atau mungkin jus buah. Selain itu Sahabat Hermina juga bisa memberikan anak makanan-makanan yang mengandung air. Misalnya saja sayuran berkuah seperti sup untuk menambah asupan cairan ke dalam tubuh. \n\n 2. Berikan Kenyamanan untuk Si Kecil \n\n Periode tumbuh gigi bisa jadi terasa begitu berat bagi si kecil. Rongga mulut khususnya gusi akan terasa nyeri dan suhu tubuh juga meningkat. Itulah mengapa anak akan menjadi lebih rewel karena tubuhnya tidak nyaman. Hal ini pula yang membuat anak akan membutuhkan kenyamanan ekstra dari orang tuanya. \n\n Sebagai orang tua, Sahabat Hermina bisa mencoba membuat anak merasa lebih nyaman. Caranya sangat beragam tergantung seperti apa kondisi anak. Sahabat Hermina bisa memberi pijatan lembut kepada anak, memandikannya dengan air hangat, menggendongnya, dan lain sebagainya asalkan si anak merasa nyaman. \n\n 3. Berikan Pakaian yang Nyaman \n\n Saat anak demam, pastikan untuk memberinya pakaian yang nyaman. Hindari baju-baju yang berbahan tebal dan lebih baik pilih baju yang longgar. Baju dengan bahan yang tipis dan longgar akan mempermudah panas di tubuh anak menguap. Selain itu baju-baju yang longgar juga akan membuat anak merasa lebih nyaman. \n\n 4. Berikan Suhu Ruangan yang Nyaman \n\n Penting sekali untuk mengatur suhu ruangan di rumah agar anak merasa nyaman. Meskipun sedang demam, namun bukan berarti anak tidak boleh berada di ruangan yang ber-AC. Jika anak lebih nyaman berada di ruangan ber-AC maka tidak masalah asalkan suhunya diatur dengan baik. \n\n Lebih baik atur suhu ruangan yang sejuk di antara 18-23 derajat celcius. Suhu ruangan ini akan terasa nyaman bagi anak dan membuatnya jadi tidak rewel. Anda juga bisa menyesuaikan pengaturan suhu ruangan sesuai kondisi anak pada saat itu. \n\n 5. Berikan Teether yang Dingin \n\n Teether menjadi salah satu penolong yang tepat saat anak sedang tumbuh gigi. Teether merupakan alat yang bisa digigit-gigit dan membuat rasa gatal maupun nyeri saat tumbuh gigi jadi berkurang. Perlu diketahui bahwa teether yang dingin ternyata jauh lebih efektif untuk mengurangi rasa nyeri dan gatal di gusi anak saat gigi mereka tumbuh. \n\n Pastikan teether tidak terlalu dingin atau tidak beku supaya anak tetap bisa menggigitnya dengan nyaman. Berikan teether yang aman untuk anak dan pastikan untuk terus mengawasi mereka saat memakai teether. Pemberian teether ini mungkin tidak langsung menurunkan demam si kecil namun paling tidak membuat mereka merasa lebih nyaman. \n\n 6. Berikan Obat Penurun Panas \n\n Apabila suhu tubuh anak masih tetap tinggi dan tidak kunjung turun, maka obat penurun panas akan menjadi pilihan yang tepat. Obat penurun panas ini bisa jadi opsi terakhir apalagi jika suhu tubuh anak sudah mencapai 38 derajat celcius. Jenis obat yang bisa dipakai adalah paracetamol. \n\n Lebih baik hindari jenis obat yang memiliki kandungan ibuprofen dan aspirin. Jika memang ingin memberi obat pereda nyeri maka konsultasikan dulu dengan dokter. Jangan sembarangan memberi obat karena bisa saja muncul berbagai reaksi lain akibat produk obat yang tidak jelas tadi. \n\n Demam yang muncul saat anak tumbuh gigi biasanya tidak berlangsung lama. Jadi orang tua tidak perlu terlalu cemas dan lakukan saja hal-hal yang sudah disebutkan tadi. Apabila demam masih terus berlanjut untuk waktu yang lama, segera bawa anak ke dokter spesialis anak untuk pemeriksaan lebih lengkap. Sahabat Hermina dapat berkonsultasi secara online dengan Dokter Spesialis Anak melalui aplikasi Halo Hermina. \n\n Kondisi demam saat anak tumbuh gigi merupakan hal yang sangat normal terjadi. Orang tua harus berusaha untuk mendampingi anak dan membuatnya merasa lebih nyaman dalam menghadapi kondisi tersebut. Situasi seperti ini bisa saja terus terjadi sampai gigi-gigi anak sudah lengkap. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciledug<\/a><\/li>
- 10 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Penyakit Kuning Pada Bayi<\/a><\/h3>
Apa itu penyakit kuning (sakit kuning)? \n\n Penyakit kuning atau sakit kuning bisa disebut juga dengan jaundice atau ikterus. Penyakit kuning adalah keadaan kulit dan bagian putih mata menjadi berwarna kuning yang disebabkan karena tingginya kadar bilirubin. \n\n Bilirubin dibentuk dari pemecahan sel darah merah. Tubuh biasanya mengeluarkan bilirubin melalui hati. Karena hati pada bayi baru lahir belum matang (imatur), terkadang bilirubin menumpuk lebih cepat daripada kemampuan tubuh mengeluarkannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyakit kuning. \n\n Seberapa umumkah penyakit kuning (sakit kuning)? \n\n Penyakit kuning atau sakit adalah kondisi umum. Seringnya, penyakit ini dialami bayi baru lahir, tapi dapat terjadi juga pada anak-anak yang sudah lebih besar. \n\n Penyakit kuning biasanya dapat membaik dengan sendirinya dan hilang dalam beberapa hari. Dalam beberapa kasus tertentu, penyakit kuning juga bisa jadi gejala dari suatu penyakit tertentu. \n\n Tanda-tanda & gejala \n\n Apa saja tanda-tanda dan gejala penyakit kuning (sakit kuning)? \n\n Gejala yang paling khas dari penyakit kuning adalah kulit dan sklera mata penderita berwarna kuning. Gejala lain penyakit kuning atau sakit kuning dapat berupa: \n\n \n Bagian dalam mulut berwarna kuning \n Urin berwarna gelap atau coklat seperti teh \n Feses berwarna pucat seperti dempul \n \n\n Catatan: jika bagian putih mata Anda tidak kuning, Anda mungkin bukan terkena penyakit kuning. Kulit Anda dapat berubah menjadi warna kuning – oranye jika Anda mengonsumsi beta karoten berlebih yaitu pigmen oranye pada wortel. \n\n Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda. \n\n Gatal-gatal juga bisa menjadi ciri Anda terkena jaundice atau sakit kuning \n\n Hampir kebanyakan orang yang sakit kuning akan mengalami badan gatal di samping gejala lainnya, terutama pada sore dan malam hari. \n\n Bahkan, gatal-gatal ini merupakan gejala penyakit kuning yang paling sulit dikontrol dan dapat menghambat aktivitas sehari-hari. Gatal yang muncul di malam hari dapat membuat Anda sulit tidur nyenyak. \n\n Rasa gatal yang kita rasakan sebenarnya dipicu oleh rangsangan yang disebut pruritogen. Contohnya adalah gigitan serangga atau iritan bahan kimia. Otak kemudian menerjemahkannya sebagai sensasi gatal. Sebagai respons dari rasa gatal, kita akan menggaruk atau mengusap daerah tersebut untuk menghilangkan iritan tersebut. \n\n Nah, bilirubin (pigmen kuning) adalah salah satu zat pruritogen. Bilirubin terbentuk saat hemoglobin (bagian dari sel darah merah yang membawa oksigen) dipecah sebagai bagian dari proses normal daur ulang sel darah merah tua atau yang rusak. \n\n Bilirubin dibawa dalam aliran darah menuju hati, untuk kemudian berikatan dengan empedu. Bilirubin kemudian dipindahkan melalui saluran empedu ke saluran pencernaan, sehingga bisa dibuang dari tubuh. Sebagian besar bilirubin dibuang lewat feses, sementara sisanya lewat urin. \n\n Jika bilirubin menumpuk terlalu banyak dalam hati, bilirubin kemudian akan menumpuk terus di dalam darah dan tersimpan di bawah kulit. Hasilnya adalah badan gatal, yang umum dialami oleh orang yang sakit kuning. \n\n Selain itu, badan gatal sebagai gejala penyakit kuning juga mungkin disebabkan oleh garam empedu. Garam empedu juga merupakan zat pruritogenik. Bedanya, keluhan gatal akibat garam empedu muncul sebelum warna kulit menjadi kuning. Badan gatal akibat garam empedu juga tidak menghasilkan kulit kemerahan yang terlihat bengkak. \n\n Gejala sakit kuning pada bayi yang harus diwaspadai \n\n Perlu diingat, meskipun bayi Anda kuning, biasanya bayi yang mengalami jaundice fisiologis tidak menimbulkan gejala. Berikut hal-hal yang diwaspadai jika bayi Anda kuning. \n\n \n Tetap terlihat kuning setelah satu minggu dan warna kuningnya menyebar terus hingga ke lengan atau kaki. \n Tampak sakit dan lemas. \n Tidak mau makan. \n Rewel dan menangis terus \n Memiliki lengan dan tungkai yang “keplek” (floppy arms and legs). \n Demam dengan suhu 38 derajat C atau lebih. \n Kesulitan bernapas dan terlihat biru. \n \n\n Jika Anda menemukan tanda-tanda tersebut pada bayi Anda yang kuning, maka Anda harus segera membawanya ke dokter untuk dicari penyebabnya dan ditangani lebih lanjut. \n\n Kapan saya harus periksa ke dokter? \n\n Anda harus menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala-gejala berikut ini: \n\n \n Kulit Anda tampak semakin kuning \n Kulit Anda tampak kuning di daerah perut, lengan, dan kaki \n Bagian putih mata Anda tampak kuning \n Anda tampak sakit atau sulit dibangunkan \n Anda sulit menambah berat badan atau sulit makan \n Anda mengalami gejala lainnya, seperti gatal yang parah \n \n\n Pada dewasa, kulit kuning dapat merupakan gejala suatu penyakit. Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda. \n\n Penyebab \n\n Apa penyebab penyakit kuning (sakit kuning)? \n\n Penyebab penyakit kuning adalah penumpukkan senyawa bilirubin. Bilirubin dapat menumpuk di darah, karena senyawa ini dibentuk dari pemecahan sel darah merah. Biasanya tubuh mengeluarkan bilirubin melalui organ hati. \n\n Karena organ hati bayi baru lahir belum matang (immature), terkadang bilirubin menumpuk lebih cepat daripada kemampuan tubuh mengeluarkannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyakit kuning. \n\n Kadar bilirubin yang sangat tinggi dapat merusak sistem saraf bayi. Kondisi ini disebut juga kernicterus. Bayi prematur lebih berisiko terkena penyakit kuning dibanding bayi cukup bulan. \n\n Penyebab lain penyakit kuning adalah infeksi, masalah golongan darah antara ibu dan bayi, dan ASI. Kadang-kadang, ASI mengganggu kemampuan hati bayi untuk memproses bilirubin. penyakit kuning atau sakit kuning jenis ini muncul lebih lama dibanding yang lain dan dapat bertahan selama beberapa minggu. \n\n Selain itu, pada organ hati orang dewasa mungkin akan mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat memproses bilirubin. Terkadang bilirubin tidak dapat masuk ke sistem pencernaan sehingga dibuang melalui buang air besar. \n\n Tapi dalam kasus lain, banyak bilirubin yang mencoba masuk ke hati pada saat yang bersamaan. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kesehatan pada tubuh. \n\n Terdapat tiga macam penyakit kuning, tergantung pada bagian tubuh yang terkena dampak dari pergerakan bilirubin tersebut. Berikut ini adalah macam-macamnya, dengan penyebab masing-masing: \n\n Penyebab penyakit kuning jenis pre-hepatik \n\n Kondisi penyakit ini muncul ketika terjadi infeksi yang mempercepat kerusakan sel darah merah. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan peningkatan level bilirubin dalam darah, sehingga memicu penyakit kuning. Penyebab dari penyakit kuning pre-hepatik: \n\n \n Malaria – infeksi ini menyebar dalam darah. \n Anemia Sel Tabit – gangguan darah yang diturunkan di mana sel darah merah terbentuk tidak normal. Thalassemia juga dapat memicu risiko penyakit kuning. \n Sindrom Crigler-Najjar – sindrom genetik di mana tubuh kehilangan enzim yang membantu memindahkan bilirubin dari darah. \n Spherocytosis yang diturunkan – kondisi genetik yang menyebabkan sel darah merah terbentuk tidak normal sehingga sel tersebut tidak dapat bertahan lama. \n \n\n Penyebab penyakit kuning jenis post-hepatik \n\n Kondisi penyakit ini biasanya dipicu ketika saluran empedu rusak, meradang, atau terhambat. Akibat yang ditimbulkan adalah kandung empedu tidak mampu memindahkan empedu ke sistem pencernaan. Berikut ini yang dapat menyebabkan kondisi tersebut: \n\n \n Batu Empedu – menghalangi sistem saluran empedu kanker pankreas \n Pankreatitis atau kanker kandung empedu – peradangan pankreas, yang dapat menyebabkan pankreatitis akut (berlangsung selama beberapa hari) atau pankreatitis kronis (berlangsung selama beberapa tahun) \n \n\n Penyebab penyakit kuning jenis intra-hepatik \n\n Kondisi penyakit kuning ini terjadi ketika ada permasalahan di hati – contohnya kerusakan akibat infeksi atau alkohol. Hal ini mengganggu kemampuan hati untuk memproses bilirubin. Berikut ini kemungkinan penyebab dari penyakit ini: \n\n \n Virus hepatitis A, B, dan C \n Penyakit hati (kerusakan hati) yang disebabkan terlalu banyak minum alkohol \n infeksi yang menular melalui binatang contohnya tikus \n Demam glandular – infeksi yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr; virus ini ditemukan pada ludah orang yang terinfeksi dan menyebar melalui ciuman, batuk, berbagi peralatan makanan yang tidak dicuci \n Penyalahgunaan obat – mengosumsi paracetamol atau ekstasi yang berlebihan \n Primary biliary cirrhosis (PBC) – kondisi yang jarang ditemukan dan dapat menyebabkan kerusakan hati lebih lanjut \n Sindrom Gilbert – sindrom genetik umum di mana hati memiliki masalah dalam mengurai bilirubin dalam tingkat normal \n Pemakaian zat yang berlebihan yang diketahui dapat menyebabkan kerusakan hati, seperti fenol (digunakan di tempat pembuatan plastik), karbon tetraklorida (dahulu sering digunakan seperti pada proses pendinginan) \n kondisi yang jarang di mana sistem kekebalan tubuh mulai menyerang hati \n \n\n Faktor-faktor risiko \n\n Apa yang meningkatkan risiko saya untuk penyakit kuning (sakit kuning)? \n\n Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kuning adalah: \n\n Lahir prematur \n\n Bayi yang lahir sebelum 38 minggu mungkin tidak mampu untuk memproses bilirubin secepat bayi cukup bulan. Selain itu, bayi akan makan lebih sedikit serta BAB menjadi lebih jarang, sehingga semakin sedikit bilirubin yang dikeluarkan melalui feses. \n\n Memar saat kelahiran \n\n Jika bayi Anda memar akibat proses kelahiran, bayi Anda berisiko terhadap kadar bilirubin yang tinggi akibat pemecahan sel darah merah yang lebih banyak. \n\n Golongan darah \n\n Jika golongan darah ibu berbeda dari bayi, bayi dapat menerima antibodi melalui plasenta yang menyebabkan sel darahnya terpecah lebih cepat. \n\n Pemberian ASI \n\n Bayi yang menerima ASI, khususnya yang mengalami kesulitan perawatan atau sulit mendapat nutrisi yang cukup dari ASI, lebih berisiko menderita penyakit kuning. Dehidrasi atau konsumsi kalori rendah dapat berperan dalam terjadinya penyakit kuning. \n\n Meski begitu, karena keuntungan yang didapat dari ASI, para ahli tetap menganjurkannya. Jika Anda mencurigai si kecil terkena penyakit kuning, segera beritahu dokter. \n\n Obat & Pengobatan \n\n Apa saja pilihan pengobatan saya untuk penyakit kuning (sakit kuning)? \n\n Untuk dewasa, terapi ditujukan pada akar masalah penyebab penyakit kuning. \n\n Untuk bayi, kebanyakan kasus tidak membutuhkan terapi. Namun saat terapi dibutuhkan, terapi terbaik yaitu fototerapi. Bayi dibaringkan telanjang di bawah lampu fluorescent. \n\n Bayi menggunakan pelindung mata selama terapi. Lampu tersebut membantu pemecahan bilirubin yang berlebih sehingga bilirubin dapat dikeluarkan dengan mudah. \n\n Sebuah “selimut ultraviolet” juga dapat digunakan. Kadar bilirubin darah diperiksa secara teratur. Fototerapi biasanya menurunkan kadar bilirubin dalam 2 hari. \n\n Kadang-kadang, kadar bilirubin meningkat setelah fototerapi, namun hanya sementara. Warna kuning dapat bertahan beberapa hari atau bahkan 1 atau 2 minggu, walaupun kadar bilirubin sudah rendah. \n\n Pada kasus yang jarang dengan kadar bilirubin sangat tinggi yang tidak dapat diturunkan dengan fototerapi, transfusi tukar dapat dilakukan. Terapi ini mengeluarkan darah dengan kadar bilirubin tinggi dan menggantinya dengan darah yang berbeda. \n\n Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk penyakit kuning (sakit kuning)? \n\n Dokter akan melakukan pemeriksaan darah sederhana untuk memeriksa kadar bilirubin. Dokter juga akan memberikan tes bilirubin untuk mengetahui berapa jumlahnya di dalam darah. Jika Anda memiliki penyakit kuning, kemungkinan level dari bilirubin Anda akan tinggi. \n\n Beberapa tes yang mungkin dilakukan adalah tes fungsi hati, complete blood count (CBC) – dilakukan untuk mengetahui apakah Anda memiliki bukti mengidap anemia hemolitik dan biopsi hati. \n\n Untuk dewasa, pemeriksaan dilakukan untuk memeriksa penyakit lain. Beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan dokter untuk mendiagnosis penyakit kuning adalah: \n\n \n Panel virus hepatitis untuk mencari infeksi hati \n Pemeriksaan fungsi hati untuk mengetahui kerja hati \n Pemeriksaan darah lengkap untuk memeriksa hitung jenis yang rendah atau adanya anemia \n Ultrasound perut \n CT scan perut \n Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERC) \n Percutaneous transhepatic cholangiogram (PTCA) \n Kadar kolesterol \n Waktu protombin \n \n\n Pengobatan di rumah \n\n Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit kuning (sakit kuning)? \n\n Beberapa perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu mengatasi penyakit kuning atau sakit kunig adalah: \n\n \n Beri makan bayi Anda sesering mungkin. Ini dapat membantu bayi Anda mengeluarkan feses lebih banyak, yang dapat mengurangi jumlah bilirubin yang diserap usus. \n Pergi ke dokter jika bayi Anda tampak terkena penyakit kuning kembali, karena ini dapat berarti ada masalah lain. Sekali penyakit kuning pada bayi baru lahir sembuh, seharusnya penyakit kuning tidak muncul kembali. \n \n\n Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda. \n\n Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 14 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
ASI Ibu Hamil dan COVID-19<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, saat ini kita sedang mengalami kondisi pandemi COVID-19. Virus ini menular dengan sangat mudah dan cepat. Bagi ibu hamil yang akan melahirkan dan ibu menyusui yang terkonfirmasi COVID-19 mengalami kebingungan. Bagaimana pemberian ASI pada bayi disaat kita terkonfirmasi COVID-19? Apakah ASI dapat menularkan virus kepada Si Kecil? Atau justru malah tetap harus diberikan? Berikut penjelasannya. \n\n \n\n ASI atau Air Susu Ibu merupakan pijakan awal sang buah hati untuk mendapatkan nutrisi. Pemberian ASI kepada bayi sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. WHO telah merekomendasikan pemberian ASI secara ekslusif kepada bayi selama 6 bulan, selanjutnya bayi diberikan makanan tambahan, tetapi tetap diberikan ASI sampai dengan 2 tahun. ASI juga dikenal sebagai air yang hidup, mengandung banyak nutrisi, sel darah putih, antibodi dari sang ibu. Bahkan jika ibu sedang sakit, justru antibodi ibu yang terkandung dalam ASI akan memberikan proteksi kepada Si Kecil. Dengan menyusui, ibu memberikan antibodi sendiri kepada anaknya. \n\n \n\n Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), hingga saat ini belum ditemukan bukti bahwa virus COVID-19 dapat ditularkan melalui ASI kepada bayi. ASI bukanlah media penularan bagi virus COVID-19. Bahkan di masa pandemi seperti ini justru bayi harus diberi ASI eksklusif, supaya terhindar dari infeksi apapun. Pemberian ASI sangat bermanfaat untuk membangun sistem kekebalan tubuh bayi. Sehingga bagi ibu yang terinfeksi COVID-19, direkomendasikan untuk tetap menyusui menimbang manfaat diperoleh dari ASI. \n\n \n\n Meskipun ASI bukanlah media penularan virus COVID-19, tetapi ibu menyusui juga harus melindungi Si Kecil dari resiko penularan virus COVID-19 lainnya seperti melalui kontak erat bayi dengan ibunya, percikan air liur dan kontaminasi dari tangan yang merupakan cara penularan utama COVID-19. \n\n \n\n Untuk melindungi Si Kecil dari penularan virus COVID-19, beberapa hal yang harus diperhatikan dan disiapkan oleh Ibu sebelum menyusui seperti: \n\n • Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui \n\n • Membersihkan diri dan payudara jika menyusui langsung \n\n • Menggunakan masker \n\n • Membersihkan permukaan benda dan peralatan menyusui jika menggunakan ASI perah. \n\n \n\n Nah Sahabat Hermina, bagi ibu menyusui tidak perlu ragu lagi jika ingin memberikan ASI kepada sang buah hati, terutama bagi bayi yang masih berusia 0-6 bulan. Asalkan ibu menjaga kebersihan, seperti cuci tangan sebelum pegang anaknya, pakai masker saat menyusui. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 28 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Jangan Panik, Lakukan Pertolongan Yang Tepat Ketika Anak Tesedak<\/a><\/h3>
Mendapati sang buah hati tersedak tentulah membuat orangtua menjadi sangat panik, kita anak mengalami tersedak dapat menyebabkan sebagian atau seluruh saluran pernafasannya menjadi tersumbat, sehingga anak kesulitan untuk bernafas, oleh karena itu perlu orang tua ketahui pertolongan yang tepat ketika anak tersedak. \n\n Tersedak biasanya terjadi ketika benda - benda tertentu masuk kedalam saluran nafas atau tenggorokan anak, makanan dan minumal juga termasuk salah satu hal yang dapat menjadi pemicu anak mengalami tersedak, terutama pada bayi. \n\n Saluran pernafasan bayi yang masih kecil dan sempit adalah salah satu hal yang menjadi penyebab bayi mudah tersedak, oleh karena itu sahabat hermina perlu berhati - hati dalam memberikan makanan atau minuman. \n\n Tahukan Sahabat hermina benda asing yang cukup sering menyebabkan anak tersedak adalah benda-benda kecil, seperti koin, baterai, kancing, serta jepit rambut. Karena rasa penasaran anak yang tinggi mengakibatkan anak dengan atau tanpa sengaja memasukan benda - bendat tersebut kedalam mulut. \n\n Sahabat hermina perlu mengetahui tanda - tanda ketika anak tersedak diantaranya : \n\n \n Anak akan berusaha mengeluarkan atau memuntahkan benda asing dari mulutnya \n Anak tiba-tiba menjadi sulit bernapas \n Wajah menjadi nampak memerah \n Bibi anak menjadi kebiruan \n Pada keadaan yang parah, anak bisa mengalami penurunan kesadaran yang dipicu oleh sulit bernafas dan kekurangan oksigen. \n \n\n \n\n Langkah yang dapat Sahabat Hermina ambil ketika buah hati terlihat tersedak dan benda yang menyangkut di tenggorokan tidak terlihat, usahakan untuk tidak menarik atau mendorong benda tersebut. Hal ini bertujuan untuk mencegah benda tersebut semakin terdorong masuk ke tenggorokan. \n\n Perlu sahabat hermina tahu, pertolongan pada anak yang tersedak berbeda dengan bayi. Berikut adalah cara dalam memberikan pertolongan ketika anak dan bayi tersedak: \n\n Bayi usia di bawah 1 tahun \n\n Sahabat hermina penanganan awal yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan tepukan di punggung (back blows) dan tekanan di dada (chest thrusts). Langkahnya meliputi: \n\n \n Posisikan bayi tengkurap di lengan yang ditopang dengan paha. Pastikan posisi kepalanya lebih rendah dibandingkan badannya. \n Topang kepala dan rahang bayi dengan jari-jari tangan. Kemudian, tepuk punggungnya secara lembut di antara tulang belikat sebanyak 5 kali dengan menggunakan tangan yang lain. Tindakan ini disebut back blows. \n Jika cara tersebut belum berhasil, posisikan bayi telentang dengan kepala menghadap ke atas. Temukan tulang dada dan tempatkan 2 jari di tengahnya. \n Setelah itu, berikan tekanan di bagian tengah tulang dadanya sebanyak 5 kali. Tindakan ini disebut chest thrusts. Jika benda asing tersebut belum keluar juga, ulangi lagi tindakan ini. \n \n\n Anak di atas 1 tahun \n\n Mintalah anak untuk batuk dengan keras bila anak masih mampu untuk mengeluarkan sedikit suara dan bernapas,. Ini bertujuan untuk mengeluarkan benda yang tersangkut di saluran napasnya. \n\n Bila cara ini tidak berhasil atau anak nampak tidak bisa bersuara dan bernapas, Sahabat Hermina dapat melakukan teknik Heimlich maneuver atau yang disebut dengan abdominal thrusts. \n\n Untuk melakukan Heimlich maneuver pada anak berusia di atas 1 tahun, Sahabat hermina bisa mengikuti langkah berikut: \n\n \n Bantu dan jaga posisi anak agar tetap berdiri. \n Posisikan tubuh Sahabat hermina di belakang badan anak. \n Lingkarkan kedua lengan seperti memeluk anak dari belakang. \n Setelah itu, kepalkan tangan. Posisikan kepalan tangan di bagian tengah perut anak, yakni di antara ulu hati dan pusar. \n Hentakkan tangan ke perut sambil menarik tubuh anak ke belakang sebanyak 5 kali. Hindari melakukan hentakan yang terlalu keras untuk menghindari cedera. \n \n\n Jika ternyata cara yang sudah dilakukan tidak membantu dan anak masih tersedak, segeralah panggil bantuan untuk membawa anak ke rumah sakit hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 15 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Imunisasi untuk Si Kecil <\/a><\/h3>
Kesehatan buah hati sangatlah penting. Khususnya disaat pandemi seperti saat ini, banyak orang tua khawatir akan kondisi sibuah hati. Maka dari itu vaksinasi atau imunisasi sangat dianjurkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh Si Kecil. \n\n Imunisasi atau vaksinasi merupakan suatu upaya dari pemerintah yang bertujuan untuk mencegah meningkatnya angka kesakitan pada penyakit tertentu yang beresiko pada bayi. Tujuan pemberian vaksin adalah membentuk kekebalan tubuh agar tidak mudah terinfeksi virus penyebab penyakit. Pemberian vaksin pada bayi menjadi hal yang penting, sebab tubuh bayi memiliki tingkat imunitas yang rendah sehingga harus segera mendapatkan perlindungan dari infeksi penyakit menular. \n\n Imunisasi penting dan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, termasuk saat anak baru lahir. Saat imunisasi, anak akan diberikan vaksin untuk membantu mencegah atau menurunkan risiko infeksi atau pada penyakit tertentu sehingga akan meminimalisir angka kejadian kesakitan dan komplikasi. Untuk itu jangan takut untuk tetap melanjutkan vaksin atau imunisasi ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya. \n\n Imunisasi sendiri menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) terbagi atas imunisasi dasar lengkap dan tambahan. \n\n Imunisasi dasar lengkap terdiri dari: \n\n \n Hepatitis B Haemovirus Influenza B, \n Difteri \n Pertusis \n Tetanus (DPT) atau biasa disebut pentavalent, \n Polio, \n BCG, \n Campak. \n \n \n\n Sedangkan, untuk imunisasi tambahan terdiri dari : \n\n \n Rota virus \n Pneumokokkus \n Influenza \n MMR \n Varisela \n Human Papilloma Virus (HPV) \n Vaksin Dengue. \n \n \n\n Penjadwalan pemberian imunisasi pada anak telah diatur oleh IDAI sesuai bagan berikut. \n\n Nah, Sahabat Hermina, yuk ikuti jadwal pemberian imunisasi di atas dan berikan imunisasi pada Si Kecil tepat waktu sehingga Si Kecil terhindar dari ancaman penyakit berbahaya dan tumbuh kuat dan sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Menangani Konstipasi dan Sulit Makan pada Anak<\/a><\/h3>
Orang tua sering khawatir ketika anaknya tak kunjung buang air besar dalam sehari. Apalagi bila melihat perut sang buah hati menggembung seolah-olah banyak menampung sisa makanan yang belum terbuang. Namun sebetulnya setiap anak punya jadwal tersendiri untuk ke toilet. Yang patut menjadi perhatian adalah ketika ada gejala konstipasi alias sembelit yang membuat anak tak nyaman. Karena itu, orang tua perlu tahu cara menangani konstipasi pada anak. \n\n \n\n Mengenal Konstipasi Anak \n\n Konstipasi adalah masalah kesehatan yang umum sangat umum terjadi pada anak-anak. Orang tua tak perlu cemas berlebihan. Anak dianggap mengalami konstipasi bila buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu, sulit buang air besar, atau fesesnya keras, kering, dan amat besar. \n\n Menangani konstipasi pada anak tergantung penyebab dan kondisi yang dialami anak. Orang tua dapat mencegah konstipasi anak dengan menerapkan kebiasaan makan yang sehat serta mengajaknya beraktivitas fisik, termasuk berolahraga, secara rutin. \n\n Konstipasi terjadi ketika feses bergerak terlalu lambat di dalam usus besar. Usus besar merupakan organ yang berperan dalam pembuangan sisa makanan atau buang air besar. Usus besar menyerap air ketika akan mengeluarkan feses. Gerakan otot mendorong feses menuju rektum. Saat anak mengalami sembelit, gerakan otot di usus besar terlalu lambat dan usus besar menyerap terlalu banyak air. \n\n Walhasil, feses menjadi sangat keras dan kering sehingga susah bergerak. Tatkala mencapai rektum, sebagian besar air di usus besar sudah terserap dan feses sulit keluar. Anak akan merasa kesakitan ketika hendak mengeluarkan feses dan tidak nyaman beraktivitas. \n\n Gejala Konstipasi pada Anak \n\n Harus digarisbawahi bahwa setiap anak memiliki kebiasaan buang air besar yang berlainan. Seorang anak yang tidak buang air besar sekali pun dalam sehari belum tentu mengalami konstipasi. Secara umum, gejala konstipasi pada anak meliputi: \n\n \n Buang air besar lebih jarang ketimbang biasanya \n Merasa sakit saat buang air besar \n Susah payah untuk buang air besar \n Perut terasa kembung \n Terdapat darah di feses \n Terdapat noda bekas feses di celana \n Kehilangan nafsu makan \n \n\n Gejala konstipasi pada anak mungkin menyerupai masalah kesehatan lain. Untuk mendapatkan informasi yang valid, termasuk cara menangani konstipasi itu, kunjungi dokter untuk berkonsultasi. \n\n \n\n Penyebab Konstipasi \n\n Penyebab umum konstipasi adalah menu makan yang kurang memuat cukup air dan serat. Keduanya berperan penting untuk membantu otot usus besar bergerak mendorong feses ke rektum. Anak yang lebih banyak mengonsumsi karbohidrat dan protein lebih berpotensi mengalami sembelit. \n\n Sembelit juga bisa terjadi akibat penggunaan obat-obatan tertentu oleh ibu menyusui. Biasanya, obat antidepresan atau suplemen zat besi bisa menyebabkan konstipasi. Begitu juga ketika anak berpindah dari air susu ibu ke susu formula atau ke makanan padat. \n\n Anak cenderung menahan buang air besar ketika tengah asyik bermain, jauh dari rumah, atau takut minta izin untuk ke toilet. Hal ini juga dapat membuat anak mengalami konstipasi. \n\n Anak berusia lebih besar bisa terkena konstipasi ketika mengalami stres. Misalnya ketika akan memulai tahun ajaran baru dan bertemu dengan teman-teman baru. Demikian pula bila ada masalah di rumah yang membuat mereka tertekan secara emosional. \n\n Sebagian anak mengalami sembelit karena sindrom iritasi usus besar. Pemicunya antara lain makanan yang berlemak atau terlalu pedas. Dalam kasus yang jarang terjadi, konstipasi juga bisa disebabkan penyakit yang lebih serius. Itu sebabnya penting untuk memeriksakan anak bila curiga terjadi konstipasi. \n\n Penanganan yang tepat jika Anak mengalami Konstipasi \n\n Cara menangani sembelit anak tergantung kondisi yang dialami si anak itu sendiri. Dokter akan menentukan penanganan yang tepat dengan mempertimbangkan beberapa hal ini: \n\n \n Usia anak \n Kondisi kesehatan secara keseluruhan \n Riwayat kesehatan \n Seberapa parah konstipasi \n Apa penyebabnya \n Penerimaan anak terhadap pengobatan, prosedur, atau terapi tertentu \n \n\n Orang tua juga dapat menangani konstipasi pada anak sendiri bila memungkinkan, antara lain melalui: \n\n \n Perubahan pola makan menjadi lebih sehat dengan memperbanyak sayur dan buah serta minum cukup air putih \n Menghindari makanan cepat saji, camilan, dan gorengan \n Makan secara teratur dan tidak melewatkan sarapan \n Mengajak berolahraga rutin \n Batasi penggunaan gadget \n \n Hal penting lain dalam menangani konstipasi pada anak adalah orang tua jangan sampai terbawa emosi hingga memaksa anak ke toilet untuk buang air besar. Buatlah suasana senyaman mungkin bagi anak agar mereka lebih mudah buang air besar tanpa tekanan. Bila perlu, hubungi dokter untuk mengkonsultasikan kondisi anak. \n \n \n\n Apakah Konstipasi mempengaruhi sulit makan pada Anak? \n\n Bila mengalami konstipasi kronis, anak mungkin merasa amat tidak nyaman. Kadang anak juga mengalami kram perut yang hebat dan muntah-muntah. Selain itu, rasa sakit ketika hendak buang air besar dapat membuat anak kian tak nyaman. Anak mungkin merasa hendak buang air besar, tapi feses tak dapat keluar. Ketidaknyamanan ini pada akhirnya bisa menurunkan nafsu makan anak. \n\n Apalagi masih penuhnya perut membuat anak terus merasa kenyang atau kembung. Anak akan sulit makan atau bilapun mau makan, pasti akan banyak bersisa. Nafsu makan dapat kembali naik ketika anak dapat buang air besar, tapi lalu susah makan lagi ketika konstipasi kembali menyerang. \n\n \n\n Tips Mengatasi Anak yang Susah Makan \n\n Banyak orang tua bertanya-tanya apakah anaknya sudah cukup memakan makanan yang sehat. Terlebih bila anak pilih-pilih makanan atau susah makan. Patut diketahui bahwa anak balita umumnya makan dalam porsi sedikit dan wajar menolak makanan tertentu. Adapun anak yang lebih besar lebih menerima jenis makanan apa pun yang diberikan. \n\n Ketika anak susah makan, orang tua mesti mencari tahu sumber penyebabnya. Terdapat beberapa cara untuk mengatasi anak susah makan, antara lain: \n\n \n Kurangi porsi makan, mungkin selama ini porsi dari orang tua berlebih \n Hindari memaksa anak makan hingga habis karena akan membuat anak tertekan ketika tiba waktunya makan \n Berikan pujian ketika anak sanggup menghabiskan makanan untuk menaikkan motivasi \n Ikuti kemauan anak, misalnya saat meminta air putih di sela makan \n Mencoba menu makanan baru \n Tanyakan kepada anak ingin makan apa \n \n\n Namun, jika anak susah makan dengan gejala konstipasi, ada baiknya orang tua mendatangi dokter. Terutama ketika upaya menangani konstipasi pada anak di rumah tidak berhasil. Dokter akan memeriksa anak dan memberikan penanganan yang tepat untuk memulihkan nafsu makan anak. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 15 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 14 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 10 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>