- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 29 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Bunda Wajib Tahu, Begini Cara Mengatasi Kolik pada Bayi <\/a><\/h3>
Menangis adalah hal yang lazim dilakukan oleh bayi. Saat popoknya basah, lapar, haus atau mengantuk, bayi pasti akan menangis sebagai cara dirinya berkomunikasi. Namun, Sahabat Hermina harus waspada bila Si Kecil terus menangis sampai sulit dikendalikan. Bisa saja hal tersebut menandakan adanya masalah kolik infantil pada bayi. \n\n Bayi yang mengalami kolik dapat membuat orangtua frustasi karena penyebabnya sering kali sulit diidentifikasi. Maka dari itu, penting untuk memahami cara mengatasi kolik yang tepat. \n\n Kolik infantil biasanya terjadi pada bayi berusia 2 minggu sampai 4 bulan. Bayi akan menangis terus menerus dan berlangsung lebih dari 3 jam dalam sehari, dan terjadi setidaknya selama 3 hari dalam seminggu. Selain menangis, ciri-ciri lainnya yaitu kedua kaki dan tangan Si Kecil akan terangkat ke atas perut, dengan tangan mengepal dan wajah kemerahan. Dalam kebanyakan kasus, kolik infantil sering terjadi pada sore atau malam hari menjelang waktu tidur. \n\n Hingga kini, belum diketahui secara pasti apa penyebab kolik karena kolik merupakan kondisi yang dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti adanya timbunan gas dalam perut bayi. \nBeberapa faktor penyebab lainnya yang memicu terjadinya kolik, yaitu: \n\n \n Sistem pencernaan yang belum sempurna \n Refluks gastrointestinal (GERD) dan peningkatan peristaltik usus \n Rasa nyeri akibat terganggunya sistem saraf enterik bayi \n Alergi susu sapi \n Intoleransi laktosa \n Terlalu banyak makan, kurang makan, atau jarang bersendawa \n Orangtua yang merasa cemas \n Ketidakseimbangan mikrobiota di dalam saluran cerna \n \n\n Meskipun kolik adalah kondisi umum yang dapat hilang dengan sendirinya, berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi kolik pada bayi: \n\n \n Gendong bayi selama menangis, Anda bisa menggunakan gendongan kain atau selimut \n Mandikan bayi dengan air hangat \n Pijat perut bayi dengan lembut menggunakan minyak telon \n Mengendong bayi dengan posisi tegak saat menyusu dan bantu bayi bersendawa \n Ubah pola makan atau ganti susu formula, karena bisa jadi penyebab bayi kolik adalah alergi \n Ciptakan suasana tenang dengan meredupkan cahaya lampu dan memberikan alunan musik yang menenangkan \n Ajak bayi jalan-jalan sambil mengajaknya berbicara \n Pemberian probiotik dan obat pereda gas seperti simethicone \n \n\n Untuk mencegah kolik pada bayi, berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Sahabat Hermina: \n\n \n Ganti dot pada botol susu bayi jika lubangnya terlalu kecil agar bayi tidak menelan lebih banyak udara daripada cairan \n Jauhi asap rokok \n Hindari konsumsi kopi, teh, dan makanan pedas apabila bayi masih menyusu \n Tepuk-tepuk punggung bayi dengan lembut agar bersendawa sehabis makan \n \n\n Apabila cara mengatasi kolik pada bayi sudah Sahabat Hermina lakukan dan kolik tidak kunjung mereda, segera periksakan Si Kecil ke dokter spesialis anak Rumah Sakit Hermina Purwokerto. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 26 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Waspadai Diabetes pada Anak<\/a><\/h3>
Diabetes atau diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis di mana tubuh tidak dapat mengubah gula atau glukosa menjadi sumber energi. Ini mengakibatkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi. Bila tidak ditangani, gula darah yang tinggi dapat merusak jantung, pembuluh darah, ginjal, mata, serta sistem saraf selama bertahun-tahun. Kondisi ini juga bisa mengganggu tumbuh kembang anak. \n\n Seringkali penyakit Diabetes dianggap sebagai penyakit orang dewasa. Padahal, penyakit Diabetes tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga pada anak, khususnya DM tipe-1. \n\n Meskipun kasus DM tipe-1 yang paling banyak terjadi pada anak, terdapat kecenderungan peningkatan kasus DM tipe-2 pada anak dengan faktor risiko obesitas, genetik dan etnik, serta riwayat DM tipe-2 di keluarga. Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan angka kejadian DM pada anak usia 0-18 tahun mengalami peningkatan sebesar 700% selama jangka waktu 10 tahun. \n\n Sekilas, gejala diabetes tipe 1 dan 2 sulit dibedakan karena keduanya memiliki tanda yang mirip. Namun secara umum, diabetes pada anak memiliki gejala seperti di bawah ini. \n\n \n Nafsu makan anak meningkat atau sering merasa lapar. \n Rasa haus yang meningkat dan sering buang air kecil, termasuk mengompol. \n Terlihat lelah. \n Penglihatan buram. \n Mulut kering. \n Area kulit tertentu, seperti di sekitar leher atau ketiak, menghitam atau gelap. \n Berat badan anak turun tanpa disengaja, bisa sampai 6 kg dalam 2 bulan. \n Luka yang sulit sembuh. \n Kulit sering terasa gatal dan kering. \n Sering merasa kesemutan di kaki. \n Perubahan perilaku anak. \n \n\n Diabetes memang tidak dapat disembuhkan. Namun, anak dapat menjalani hidup yang normal seperti anak-anak lainnya bila kadar gula darah dapat terkontrol. Oleh karena itu, sebagai orangtua, penting untuk memantau perkembangan anak dengan kondisi diabetes. \n\n Sahabat Hermina perlu untuk memerhatikan asupan makanan anak penderita diabetes untuk menjaga kadar gula darahnya. Apabila Sahabat Hermina menemukan beberapa gejala diatas pada anak, segera konsultasikan ke dokter spesialis anak di Rumah Sakit Hermina Purwokerto. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 22 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
Waspadai 5 Tanda Si Kecil Kekurangan Kalsium<\/a><\/h3>
Selama menyusui, ibu dianjurkan untuk mengonsumsi banyak makanan bergizi. Hal ini agar ibu dapat memberikan ASI yang kaya akan nutrisi pada Si Kecil. Salah satu nutrisi yang sangat penting untuk perkembangan bayi adalah kalsium. Kalsium penting untuk fungsi otot yang sehat, sistem saraf, dan jantung. Kalsium juga membantu perkembangan tulang dan mempertahankan massa tulang pada bayi. \n\n Namun, kondisi kekurangan kalsium sering terjadi pada Si Kecil dan hal tersebut dapat menyebabkan dampak yang berbahaya bagi tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, Sahabat Hermina perlu untuk mengetahui tanda-tanda Si Kecil yang kekurangan kalsium. \n\n Tanda-tanda kekurangan kalsium pada setiap anak berbeda-beda, mulai dari tidak menimbulkan gejala sampai munculnya gejala yang serius dan berisiko menyebabkan kematian. Berikut ini tanda-tanda bayi yang kekurangan kalsium, yaitu: \n\n \n\n \n Pertumbuhan Terlihat Lambat \n \n\n Seperti yang telah dijelaskan, salah satu dampak kekurangan kalsium adalah meningkatkan risiko gangguan kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan tulang. Sebanyak 99 persen kalsium yang ada di tubuh si kecil terkonsentrasi di tulang dan gigi. \n\n Jadi saat asupan kalsium tidak memadai, pertumbuhan tulang juga akan terhambat. Selain itu, efeknya bisa memengaruhi kepadatan tulang, hingga tulang tidak dapat mengeras yang menyebabkan rentan bengkok \n\n \n\n \n Kram Otot \n \n\n Orang tua patut waspada bila Si Kecil sering mengeluh kram atau nyeri otot setelah beraktivitas. Bisa jadi, itu disebabkan karena tidak tercukupinya asupan kalsium harian. \n\n Bukan tanpa alasan, kalsium berperan penting dalam mengatur gerakan otot dengan membantu protein di dalamnya untuk melakukan kerja kontraksi. Otomatis bila asupan kalsium berkurang, otot akan rentan mengalami kejang dan kedutan, terlebih setelah beraktivitas berat. \n\n \n\n \n Kulit dan Rambut Kering \n \n\n Hypocalcemia sering dialami banyak orang yang kekurangan asupan kalsium, tak terkecuali anak-anak. Penyebabnya adalah kadar kalsium di dalam darah yang berada di bawah rata-rata dan bisa memicu beberapa gejala, di antaranya kulit, rambut, serta bibir yang terasa lebih kering dan kasar. \n\n Gangguan kesehatan ini bahkan bisa memicu eksim apabila tidak segera ditangani. Kulit pengidap eksim biasanya terlihat menebal dan pecah-pecah. Pada beberapa kasus juga mengeluarkan darah dan cairan yang terasa gatal sekaligus perih. \n\n \n\n \n Kuku Rapuh dan Pecah-pecah \n \n\n Kesehatan kuku Si Kecil juga bisa mengindikasikan cukup tidaknya asupan kalsium yang ia dapatkan. Kuku yang sehat terlihat mengkilap dan terlihat merah muda yang menandakan lancarnya peredaran darah di sekitar kuku. \n\n Sebaliknya, bila kuku Si kecil terlihat kering, mudah patah, dan terlihat retak, bisa jadi karena kekurangan mineral. Kalsium menjadi salah satu mineral yang menjaga struktur sekaligus kokohnya kuku. \n\n \n\n \n Enamel Gigi Terkikis \n \n\n Saat kekurangan kalsium, tubuh akan menarik kalsium yang ada di tulang dan gigi untuk menutupi kekurangan tersebut. Dampaknya, kepadatan kalsium pada gigi pun akan berkurang dan memicu berbagai masalah pada gigi. Seperti terkikisnya enamel sebagai pelindung gigi sehingga rentan keropos, hingga berkurangnya kekuatan akar gigi. \n\n Perlu disadari bahwa kebutuhan kalsium setiap anak berbeda-beda sesuai usianya. Untuk anak berusia 1-3 tahun setidaknya membutuhkan asupan kalsium sebanyak 700 mg, anak usia 4-8 tahun 1.000 mg, dan usia 9-18 membutuhkan asupan yang lebih banyak sebesar 1.300 mg. \n\n Sayangnya, kalsium tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia, sehingga harus dipenuhi dari asupan sehari-hari. Mencukupi asupan vitamin D juga penting untuk memaksimalkan penyerapan kalsium di tubuh anak. \n\n Apabila Si Kecil menunjukkan tanda-tanda kekurangan kalsium seperti di atas, jangan tunda untuk memeriksakan Si Kecil ke dokter spesialis anak kami untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 21 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
7 Cara Atasi Kecanduan Gadget pada Anak<\/a><\/h3>
Gadget atau gawai menjadi suguhan Generasi Z dan Alfa saat ini. Tumbuh dengan berbagai macam gawai yang canggih membuat anak-anak akhirnya tertarik untuk memiliki interaksi yang intens dengan gawai. \n\n \n\n Salah satu efek negatif yang perlu diwaspadai dari interaksi berlebihan antara anak dan gawai adalah munculnya masalah perkembangan motorik pada anak. Terlebih pada anak-anak usia di bawah lima tahun yang masih mengalami pertumbuhan signifikan. Selain itu, masalah sosial dan interaksi dengan lingkungannya pun jelas akan bermasalah. \n\n \n\n Lalu bagaimana agar interaksi yang begitu dekat tersebut tidak menyebabkan kecanduan gawai pada anak? Sahabat Hermina bisa menyimak 7 tips berikut ini: \n\n \n\n 1. Orangtua Membuat Aturan \n\n Hal pertama yang perlu Sahabat Hermina lakukan adalah sadar akan bahaya gawai pada anak. Selain gangguan motorik, gangguan sosial, yang paling pasti adalah gangguan kesehatan pada organ mata yang dapat mengalami kerusakan fatal. Apakah Sahabat Hermina rela anak-anak tersayang dirusak oleh gawai? \n\n \n\n Tentunya tidak. Karena itu, buatlah aturan sejak dini. Buat kesepakatan dengan anak berapa lama boleh main gawai dan kapan waktunya. Perjanjian ini harus disiplin dikontrol dan ditegakkan orangtua agar anak-anak ikut disiplin. Orangtua harus konsisten dengan aturannya. \n\n \n\n 2. Mengalihkan Perhatian Anak \n\n Mungkin Sahabat Hermina sedikit sedih melihat anak yang sehari-hari sibuk dengan gawai di tangannya sehingga jadi malas bermain bersama teman-temannya. Nah, cobalah Anda mengambil peran dengan membuat sesuatu hal yang dapat mengalihkan perhatian anak pada perangkat layar bergeraknya. \n\n \n\n Misalnya dengan membuat kegiatan menyenangkan di luar rumah, bermain, berkebun, berolahraga bersama dan sejenisnya. Aktivitas yang melibatkan anggota keluarga di luar ruangan akan membuat anak sedikit bisa melupakan gawainya. Ajak anak beraktivitas seru, berhenti sejenak dari ponselnya. \n\n \n\n 3. Batasi Akses Penggunaan \n\n Jangan biarkan anak bisa mengakses semua menu dan fitur yang ada di gadget. Misalnya, untuk media sosial, batasi penggunaannya yang menurut Sahabat Hermina paling aman untuk Si Kecil. Jika ingin bermain game, pilihkan jenis game yang aman dan edukatif. Awasi anak dalam memnggunakan aplikasi Play Store. Tujuan pembatasan ini agar anak tidak semakin larut dalam aktivitas dunia mayanya. Semakin anak menemukan hal baru, maka akan semakin asyik dalam permainan gawai. Selain itu, cara ini juga untuk mencegah efek buruk pornografi pada gawai. \n\n \n\n 4. Sediakan Permainan Alternatif \n\n Saat ini banyak Sahabat Hermina yang memberikan gawai pada anak sebagai mainan. Padahal masih banyak mainan edukatif yang lebih bermanfaat dan sesuai dengan usia perkembangan anak. \n\n \n\n Sebagai alternatif, jika Anda tak ingin anak terus menerus kecanduan gadget, carilah jenis permainan menarik yang edukatif dan membuat anak tertarik. \n\n \n\n Saat ini ada banyak jenis mainan edukatif di pasaran. Pilih jenis mainan yang juga bisa membuat anak fokus dengan mainan tersebut, membuat anak berkreasi membuat sesuatu sehingga ia tidak cepat bosan saat menggunakannya. \n\n \n\n 5. Contoh yang Baik dari Orangtua \n\n Tahukah Sahabat Hermina bahwa semua bahwa anak akan lebih mudah meniru apa yang dilihat dibandingkan apa yang didengar. Inilah mengapa contoh orangtua dalam penggunaan gadget sangat penting. Kebutuhan aktivitas kerja, bisnis atau hanya sekadar berhibur terkadang membuat banyak orangtua abai akan hal ini. \n\n \n\n Anda mengatakan jangan bermain gadget, berhenti dan matikan ponsel pintar, tetapi orang tua sendiri masih terus menggunakannya. Buatlah waktu satu jam tanpa gadget untuk seluruh anggota keluarga. \n\n \n\n Temukan kembali kebersamaan yang hilang antara orangtua dan anak. Cara ini akan membuat anak lebih senang dan merasa diperlakukan adil. \n\n \n\n 6. Disiplin, Konsisten, dan Tegas \n\n Tips agar anak tidak kecanduan gawai yang juga penting dilakukan Sahabat Hermina semua adalah bagaimana bisa disiplin, tegas dan konsisten dalam membuat aturan, membatasi penggunaan dan mengajak anak bermain. \n\n \n\n Jangan sampai ada perbedaan pendapat antara ibu dan ayah yang akan membuat anak akhirnya membantah aturan yang ada. \n\n \n\n Sebelum disosialisasikan pada anak, Sahabat Hermina harus membuat kesepakatan dulu dan berjanji untuk komitmen dengan aturan yang ada. Tegas juga dibutuhkan agar anak tidak menganggap orang tuanya plin-plan, bisa dinego soal aturan. \n\n \n\n 7. Perbanyak Waktu Bersama Anak \n\n Terkadang hal yang membuat anak akhirnya sibuk bermain gawai adalah karena orangtua tak ada bersama mereka karena sibuk kerja, sibuk bisnis, atau sibuk aktivitas yang lain. Apalagi jika anak tinggal bersama pengasuh, maka mainan sehari-hari sudah pasti gawai. Tingkatkan intensitas waktu bersama anak agar anak merasa diperhatikan. \n\n \n\n Arahkan penggunaan gawai pada anak untuk kebutuhan pendidikan yang lebih efektif. Dukung anak untuk sukses sekolah dengan memanfaatkan teknologi yang ada di perangkat gawai. \n\n \n\n \n\n Apabila Sahabat Hermina memiliki keluhan seperti diatas, konsultasikan ke dokter spesialis anak kami. Jangan sampai anak kecanduan gawai dan abai pada lingkungan sekitarnya. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 12 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
5 Cara untuk Meningkatkan Daya Ingat Anak<\/a><\/h3>
Agar bisa mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik, anak tentunya harus memiliki daya ingat yang tinggi. Namun sayangnya, daya ingat setiap anak berbeda-beda. Ada yang mudah mengingat segala hal dalam waktu cepat, tetapi ada juga butuh waktu lama untuk mengingat. Namun, daya ingat anak sebenarnya bisa ditingkatkan bila orangtua mengasahnya secara tepat. Sahabat Hermina, mari kita simak beberapa cara sederhana berikut untuk meningkatkan daya ingat Si Kecil. \n\n \n\n 1. Bermain Permainan Daya Ingat \n\n Salah satu kegiatan yang paling disukai anak-anak adalah bermain. Beberapa permainan yang baik untuk meningkatkan daya ingat, antara lain puzzle, mencari gambar yang sama, flash card, serta menempelkan angka, huruf, ataupun gambar. \n\n \n\n 2. Bercerita Bersama \n\n Cara selanjutnya yang bisa Sahabat Hermina lakukan untuk meningkatkan daya ingat anak adalah dengan membacakan buku cerita sebelum tidur dan di waktu senggang. Lalu ajaklah untuk mengingat kembali ceritanya, seperti nama tokoh, nama tempat, dan lain-lain. Dengan begitu, Si Kecil akan terbiasa mendengarkan cerita ibu dengan baik dan mengingatnya. \n\n \n\n 3. Bernyanyi \n\n Musik dapat menstimulasi perkembangan otak anak. Ritme, pengulangan, irama, dan melodi yang ada dalam sebuah lagu bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat. Ajaklah Si Kecil bernyanyi sambil berjoget. Anak pasti akan tertarik untuk mengingat liriknya serta mencoba menirukan gerakannya. Lama kelamaan, anak bisa menghafal lirik lagu tersebut, bahkan secara otomatis menyanyikannya sendiri ketika lagu tersebut diputar. \n\n \n\n 4. Aktivitas Fisik \n\n Membiasakan Si Kecil untuk aktif secara fisik juga dapat mengasah keterampilan gerak, kemampuan bersosialisasinya dengan orang lain, serta perkembangan otaknya. Anak-anak yang sering berolahraga atau bermain di luar rumah juga akan terhindar dari obesitas dini. Jadi, jangan biarkan anak bermain gadget melulu di rumah, ajaklah Si Kecil melakukan aktivitas yang menyenangkan yang sesuai dengan usianya. \n\n \n\n 5. Berikan Makanan Bergizi \n\n Selain mencoba beberapa cara di atas, Sahabat Hermina juga perlu memerhatikan asupan nutrisi Si Kecil. Daya ingat anak bisa berkembang dengan memberikan asupan nutrisi yang baik untuk otak, seperti Omega 3, Folat, Vitamin B dan vitamin B12. \n\n \n\n Apabila Sahabat Hermina ingin berkonsultasi lebih lanjut terkait kesehatan anak, segera konsultasikan ke Dokter Spesialis Anak kami agar tumbuh kembang anak dapat optimal dan anak tumbuh dengan baik. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 12 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 22 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Januari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>