- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 19 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Kerusakan Saraf Optik Pada Mata (Glaukoma)<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, perlu kita sadari bahwa kesehatan mata sangatlah penting karena mata bagian dari panca indera yang perlu kita jaga. Salah satu masalah kesehatan mata yang sering timbul adalah Glaukoma. \n\n Glaukoma adalah penyakit yang menyerang saraf optik. Adapun fungsi saraf optik adalah mengirimkan informasi visual dari mata ke otak untuk memaksimalkan penglihatan. Kerusakan saraf optik terjadi karena tekanan bola mata yang tinggi, namun kondisi ini dapat terjadi bahkan dengan tekanan mata normal. Kondisi mata ini dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Glaukoma sendiri adalah salah satu penyebab utama kebutaan bagi orang berusia lebih dari 60 tahun. Seringkali glaukoma tidak menunjukkan adanya gejala. Penyakit ini bersifat progresif dimana pengidapnya mungkin tidak menyadari adanya perubahan penglihatan hingga mengalami kebutaan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan mata secara teratur yang mencakup pengukuran tekanan bola mata. Secara spesifik, penyebab glaukoma adalah peningkatan tekanan intraokular karena produksi cairan akuos humor pada bilik mata depan (cairan bening di dalam bola mata yang diproduksi oleh badan siliari secara terus-menerus). \n\n Glaukoma dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebabnya, yaitu: \n\n \n Glaukoma sudut terbuka: merupakan jenis glaukoma yang terjadi karena saluran trabecular meshwork (saluran pengalir aqueous humour) tersumbat sebagian. \n Glaukoma sudut tertutup: jenis glaukoma yang terjadi karena saluran trabecular meshwork tertutup atau tersumbat sepenuhnya. Jenis glaukoma ini sering ditemukan pada orang Asia. \n Glaukoma kongenital: disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada bayi baru lahir atau kondisi bawaan. \n Glaukoma tekanan normal: merupakan bagian dari glaukoma sudut terbuka dimana kerusakan saraf mata yang terjadi walaupun tekanan bola matanya dalam batas normal. Biasanya, jenis glaukoma ini dipengaruhi oleh abnormalitas hematologi atau aliran darah yang tidak baik. \n Glaukoma sekunder: disebabkan oleh komplikasi dari penyakit lain, seperti diabetes atau hipertensi. Atau, glaukoma sekunder juga bisa diakibatkan penggunaan obat-obatan tertentu seperti steroid. \n \n\n Gejala Glaukoma \n\n Gejala pada glaukoma dibedakan menjadi yang akut dan kronik. Gejala glaukoma akut yaitu mata merah, pandangan buram, nyeri pada mata dan kepala yang dapat disertai mual dan muntah. Pada glaukoma yang kronik didapatkan tekanan bola mata yang tinggi dengan lapang pandang menyempit seperti mengintip pada lubang atau mengerucut membentuk terowongan. \n\n \n\n Pengobatan glaukoma biasanya dilakukan berdasarkan 3 metode, antara lain: \n\n 1. Penggunaan obat-obatan \n\n Pasien biasanya akan diresepkan obat tertentu oleh dokter. Ada dua jenis obat yang dapat diberikan, yaitu obat tetes mata dan obat minum. \n\n 2. Laser mata \n\n Laser mata ini dilakukan untuk membantu meningkatkan pengeluaran cairan akuos humor pada bola mata. Dua jenis tindakan laser yang digunakan untuk mengobati glaukoma adalah trabekuloplasti dan iridotomi. \n\n 3. Operasi Pembedahan \n\n Operasi pembedahan akan dilakukan sebagai langkah terakhir jika penggunaan obat-obatan dan tindakan laser tidak dapat mengurangi tingkat keparahan glaukoma. Operasi ini bertujuan untuk membuat jalur lain agar cairan akuos lebih mudah keluar dari bilik mata depan. \n\n \n\n Pencegahan Glaukoma \n\n Perlu diketahui bahwa kita dapat melakukan beberapa pencegahan glaukoma diantaranya dengan menjaga kesehatan mata sedari awal dengan konsumsi makanan yang mengandung vitamin A. \n\n Rutin memeriksaan kesehatan mata agar masalah mata seperti glaukoma dapat terdiagnosis dan tertangani secepat mungkin. Adapun jangka waktu yang para ahli rekomendasikan untuk melakukan tes mata adalah setidaknya setiap 2 tahun. \n\n Gunakan obat tetes mata yang dokter resepkan secara teratur. Obat tetes mata glaukoma dapat secara signifikan mengurangi risiko tekanan mata tinggi berkembang menjadi glukoma. \n\n Cedera mata yang serius dapat menyebabkan glaukoma. Jadi, gunakanlah pelindung mata saat berolahraga atau saat bekerja dengan alat-alat berat. \n\n Segera konsultasikan kesehatan mata secara rutin kepada Dokter Spesialis Mata agar dapat terdeteksi sejak dini apabila ada masalah pada mata Anda. \n\n Salam Sehat \n\n \n\n Sumber :AAO, Buku Ajar FKUI \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 27 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Bahaya Mengucek Mata: Kenali Risiko dan Cegahannya<\/a><\/h3>
Mengucek mata adalah tindakan yang sering kali dilakukan secara refleks ketika mata terasa gatal atau ketika mata sedang merasa tidak nyaman. Dan tidak jarang juga kita mengucek mata dengan secara kasar dan berlebihan. Namun, tahukah Anda bahwa mengucek mata sebenarnya dapat membawa risiko serius bagi kesehatan mata Anda? Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa bahaya mengucek mata dan bagaimana cara mencegahnya. \n\n Penyebab Mata Gatal: \n\n Mata dapat terasa gatal karena berbagai alasan, seperti paparan debu, kotoran, atau alergen di udara. Selain itu, infeksi bakteri atau virus juga dapat menyebabkan mata gatal. Pada kondisi tertentu, seperti alergi atau sindrom mata kering, mata cenderung lebih rentan terhadap rasa gatal. \n\n Potensi Bahaya Mengucek Mata: \n\n \n Mengucek mata dengan keras atau tanpa kebersihan yang memadai dapat mengakibatkan beberapa masalah kesehatan mata, termasuk: \n Infeksi: Bakteri atau virus dari tangan dapat dengan mudah masuk ke mata dan menyebabkan infeksi. \n Kerusakan Kornea: Mengucek mata dengan keras dapat menyebabkan goresan atau kerusakan pada permukaan kornea, yang dapat mengganggu penglihatan. \n Peradangan: Mengucek mata secara berlebihan dapat menyebabkan peradangan pada kelopak mata dan membran yang melapisi mata. \n Pembengkakan: Mengucek mata dengan keras dapat menyebabkan pembengkakan kelopak mata dan area sekitarnya. \n \n\n Risiko Penularan Infeksi: \n\n Tangan manusia adalah media yang sempurna untuk berbagai mikroorganisme berbahaya. Mengucek mata dengan tangan yang kotor atau tidak dicuci dengan benar dapat menyebabkan penularan infeksi seperti konjungtivitis (peradangan selaput lendir mata) atau keratitis (peradangan kornea). \n\n Cara Mencegah Bahaya Mengucek Mata: \n\n \n Cuci Tangan Secara Teratur: Pastikan tangan Anda selalu bersih sebelum menyentuh mata atau area wajah lainnya. \n Hindari Mengucek Mata Secara Berlebihan: Jika mata terasa gatal, coba gunakan tetesan mata bebas konversi yang direkomendasikan oleh dokter. \n Gunakan Tisu Bersih: Jika perlu membersihkan mata atau mengusap mata, gunakan tisu bersih dan lembut. \n Konsultasikan dengan Dokter: Jika mata terasa tidak nyaman atau mengalami masalah penglihatan, segera berkonsultasi dengan dokter mata. \n \n\n \n\n Kesimpulan: Mengucek mata mungkin terasa sebagai tindakan yang tidak berbahaya, namun dapat memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan mata Anda. Penting untuk memahami bahaya ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk menjaga kesehatan mata Anda. Jika Anda mengalami masalah mata yang serius, segera hubungi dokter mata untuk konsultasi dan perawatan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekanbaru<\/a><\/li>
- 11 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kondisi yang menjadi penyebab Katarak<\/a><\/h3>
Dikutip dari Kementrian Kesehatan katarak adalah proses degeneratif berupa kekeruhan di lensa bola mata sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan penglihatan sampai kebutaan. Kekeruhan ini disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan koagulasi protein lensa.Katarak bisa terjadi secara kongenital (katarak sejak lahir) namun pada umumnya, katarak terjadi karena: \n\n \n Proses degenerasi yang berhubungan dengan penuaan, \n Atau bisa juga diakibatkan karena trauma dan induksi dari obat-obatan (steroid, klorpromazin, alupurinol, amiodaron) \n Ataupun komplikasi dari kondisi sistemik seperti diabetes mellitus atau penyakit mata seperti glukoma dengan uveitis. \n \n \n\n Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menjadi penyebab katarak: \n\n 1.Proses penuaan \n\n Saat mata menua, protein dan sel-sel mati yang ada pada lensa akan menumpuk dan membentuk gumpalan. Hal ini mengakibatkan lensa mata yang awalnya jernih secara perlahan menjadi berkabut, sehingga mengganggu penglihatan penderitanya. \n\n 2. Kongenital \n\n Katarak kongenital atau kongenital bawaan adalah katarak yang terbentuk sebelum kelahiran atau selama 1 tahun pertama kehidupan bayi. Umumnya, bayi dengan katarak tidak dapat melihat dengan normal dan memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan matanya secara benar. Katarak kongenital dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti kelahiran prematur, memiliki keluarga, atau infeksi yang diderita ibu selama masa kehamilan. \n\n 3. Paparan sinar matahari langsung \n\n Paparan sinar ultraviolet B, yang berasal dari sinar matahari langsung, dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan oksidasi pada lensa mata dan memicu terbentuknya katarak. Memperlambat timbulnya katarak bisa dihindari dengan pola hidup yang sehat. Dengan menjaga pola makan, memperbanyak konsumsi antioksidan, rutin berolahraga, dan tidak merokok, Anda bisa menghindari diabetes dan katarak sekaligus. \n\n Untuk mengurangi risiko terkena katarak, Sahabat Hermina bisa melakukan beberapa hal berikut: \n\n - Pola hidup sehat dengan makan buah dan sayuran yang mengandung antioksidan, berhenti merokok dan konsumsi alkohol \n\n - Hindari paparan ultraviolet dengan menggunakan kacamata \n\n - Mengontrol faktor risiko terkena Diabetes Melitus (DM), Hipertensi, Hiperlipidemia, dan lainnya \n\n - Melakukan pemeriksaan mata secara rutin ke fasilitas kesehatan. \n\n Jika Anda mengalami gejala seperti penglihatan kabur disertai berasap, silau atau sensitif terhadap cahaya, pandangan ganda atau kesulitan melihat pada malam hari, segera konsultasikan hal tersebut dengan dokter mata untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 20 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali Gejala Secara Dini Katarak & Cegah Kebutaan dari Katarak<\/a><\/h3>
Katarak adalah proses degenaratif berupa kekeruhan dilensa bola mata sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan penglihatan sampai kebutaan. Kekeruhan ini disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan koagulasi protein lensa. Katarak bisa terjadi karena kongenital (Katarak sejak lahir), namun pada umumnya katarak terjadi karena : \n\n \n Proses degenerasi yang berhubungan dengan penuaan. \n Bisa juga diakibatkan karena trauma dan induksi dari obat – obatan ( steroid, klorpromazin, alupurinol, amiodaron) \n Komplikasi dari kondisi sistemik seperti diabetes melitus atau penyakit mata seperti glukoma dengan uveitis \n \n\n Gejala dan Penyebab Penyakit Katarak \n\n Terdapat berbagai gejala awal yang menjadi petunjuk bahwa anda menderita penyakit katarak, gejala tersebut adalah : \n\n \n Pandangan mata menjadi buram pada saat melihat suatu objek atau membaca suatu tulisan. \n Sensitifitas terhadap cahaya atau sinar menjadi tinggi \n Pada saat melihat objek benda dan cahaya dengan menggunakan satu mata saja, objek dapat terlihat seperti ganda. \n Kesulitan melihat pada malam hari \n Pada saat memandang sinar akan muncul lingkaran cahaya pada penglihatan \n \n\n Apabila ada mengalami seperti gejala diatas segera periksakan kesehatan mata anda di RSU Hermina Medan dengan Dokter Spesialis Mata \n\n Pencegahan dan Pengobatan Katarak \n\n Secara umum penanganan katarak dapat dilakukan dengan dua terapi yang tujuannya untuk melakukan pencegahan dan pengobatan, caranya sebagai berikut : \n\n 1. Lindungi Mata dari Paparan Sinar Matahari \n\n Bila kamu ingin beraktivitas di alam terbuka dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya kenakan kacamat hitam untuk melindungi mata dari paparan sinar matahari. Terutama selama \n\n musim panas. Pilihlah kacamata hitam yang mempunyai proteksi 100 persen dari sinar ultraviolet, baik UVA maupun UVB. \n\n 2. Jaga Kadar Gula Darah Tetap Normal \n\n Mengurangi makanan manis, mengontrol porsi makan, dan berolahraga secara teratur adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal. Menjaga kadar gula darah sangat penting, apalagi untuk pengidap diabetes. Selain bisa memperbaiki kondisi diabetes, hal ini juga bisa mengurangi risiko terkena katarak, karena katarak lebih cepat berkembang saat kadar gula darahmu tinggi. \n\n 3. Kurangi Beban Kerja Mata \n\n Perbaiki pencahayaan di rumah yang akan memudahkan mata untuk melihat atau membaca dengan jelas. Bila ingin melihat atau membaca huruf-huruf kecil, sebaiknya gunakan kaca pembesar. \n\n 4. Hentikan Kebiasan yang Tidak Baik untuk Mata \n\n Bila kamu seorang perokok, berusahalah untuk mengurangi frekuensi merokok bahkan kalau bisa, berhentilah merokok sama sekali. Begitu juga dengan kamu yang punya kebiasaan minum-minuman beralkohol, sebaiknya mulai batasi dari sekarang. Kamu juga dianjurkan untuk membatasi kebiasaan menyetir di malam hari. \n\n 5. Periksa Mata Secara Rutin \n\n Bila kamu merasa penglihatanmu sudah mulai berkurang, sehingga mengganggu aktivitas harian kamu, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter mata. Periksakan mata juga secara rutin untuk menyesuaikan minus mata, bagi kamu yang adalah pengguna kacamata. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 11 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
CARA JITU MERAWAT MATA<\/a><\/h3>
Mata begitu Sangat penting bagi manusia. Oleh Sebab itu, kesehatannya harus selalu dijaga. Nah, ada beberapa cara menjaga kesehatan mata yang bisa dilakukan. Dengan kondisi mata yang sehat, Anda pun dapat melihat dengan jelas dan melakukan rutinitas sehari-hari dengan lebih nyaman. \n\n Setiap aktivitas yang dilakukan sehari-hari, tidak terlepas dari peran mata sebagai indra penglihatan. Meski fungsinya bisa menurun seiring pertambahan usia, tetapi Anda tetap dapat melakukan berbagai upaya untuk menjaga kesehatan mata dan mencegahnya dari berbagai penyakit mata. \n\n Berikut cara Menjaga Kesehatan Mata : \n\n 1. Periksakan mata secara rutin \n\n Setiap orang, sejak dari anak-anak hingga usia lanjut , sangat dianjurkan untuk memeriksakan mata secara rutin setidaknya 2 tahun sekali. Orang dewasa yang sudah berusia lebih dari 40 tahun, bahkan dianjurkan untuk memeriksakan mata setahun sekali. Mengingat peran mata sangatlah penting untuk kehidupan sehari hari \n\n Hal ini bertujuan untuk mencegah penyakit mata yang berkaitan dengan pertambahan usia, seperti degenerasi makula, glaukoma, dan katarak. \n\n Melalui pemeriksaan mata, dokter dapat memantau kondisi mata dan mendeteksi sejak dini masalah pada mata akibat penyakit tertentu, seperti diabetes dan tekanan darah tinggi. \n\n Selain itu, pemeriksaan mata juga penting dilakukan bila Anda memiliki riwayat penyakit mata yang diturunkan secara genetik dari orang tua ke anak. Dengan demikian, langkah penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Untuk pemeriksaan mata dapat dilkukan di RSU Hermina Medan dengan dokter Spesialis Mata yang sudah sangat berpengalaman dibidangnya. \n\n 2. Konsumsi makanan bergizi \n\n Untuk menjaga kesehatan mata, Anda dianjurkan untuk mengonsumsi makanan bernutrisi yang kaya akan kandungan vitamin A, vitamin C, vitamin E, lutein, selenium, dan asam lemak omega-3. \n\n Beberapa nutrisi di atasdapat menangkal masalah mata terkait usia, misalnya katarak dan degenerasi makula. Anda bisa memperoleh berbagai nutrisi tersebut dengan mengonsumsi sayuran hijau, salmon, tuna, telur, kacang-kacangan, dan jeruk. \n\n 3. Menggunakan Kaca Mata Anti UV \n\n Tips menjaga kesehatan mata merikutnya menggunakan kacamata anti-UV. Seperti kita ketahui, sinar UV dapat membuat kerusakan serius pada mata. Kacamata yang baik dapat mencegah hal ini. Ketika membeli kacamata, pastikan yang dapat memantulkan paling tidak 98% radiasi UV. \n\n 4. Hindari penggunaan HP, Komputer, Lapto dan TV terlalu lama \n\n Menatap layar komputer atau smartphone terlalu lama dapat mengakibatkan mata lelah. Gejalanya bisa berupa sakit kepala, nyeri leher, sakit pada bahu dan punggung, mata kering, serta pandangan menjadi kabur. \n\n Jika Anda bekerja di depan komputer sepanjang hari, istirahatkanlah mata dengan mengalihkan pandangan selama 20 detik, setiap 20 menit sekali. Anda juga bisa mengistirahatkan mata selama 15 menit setiap 2 jam sekali. \n\n Bila mata terasa kering, Anda bisa sering mengedipkan mata atau menggunakan obat tetes mata. \n\n 5. Olahraga secara rutin \n\n Beberapa penelitian menjelasakan bahwa olahraga dapat mengurangi risiko penyakit mata dan bahkan menurunkan risiko kehilangan penglihatan akibat tekanan darah tinggi, diabetes, dan kadar kolesterol yang tinggi. \n\n Selain berbagai cara di atas, Anda juga dianjurkan untuk menghindari kebiasaan membaca di tempat gelap. Saat membaca, jaga jarak antara mata dan buku atau objek bacaan sebanyak sekitar 25–30 cm, termasuk ketika Anda sedang membaca sambil berbaring. \n\n Cara menjaga kesehatan mata juga dapat dilakukan dengan tidak mengabaikan berbagai masalah pada mata. Namun, jika keluhan pada mata terus berlanjut atau mata terasa sakit, bengkak, dan menyebabkan penglihatan Anda terganggu, jangan ragu untuk segera memeriksakan mata ke dokter. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Wonogiri<\/a><\/li>
- 19 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mata Sehat Tanpa Katarak<\/a><\/h3>
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang biasanya jernih. Kekeruhan ini dikarenakan perubahan struktur protein di lensa mata, yg dipengaruhi oleh penuaan, paparan radiasi ultraviolet, maupun karena penyakit gula/diabetes melitus. Adapun penyebab lain seperti infeksi berulang pada mata, dan benturan. Karena faktor tersebut maka Mayoritas penderitanya adalah umur 50 tahun ke atas, 3 dari 100 orang di Indonesia akan mengalami, dan 80% merupakan lansia. \n\n \n\n Bagi orang yang menderita katarak, akan merasakan sensasi seperti pandangan kabus, berkabut, mendung, silau, bahkan sampai tidak dapat melihat sama sekali. Penderita akan mengalami kesulitan beraktifitas seperti membaca, berkendara (khususnya di malam hari), dan bersosialisasi. \n\n Pada stadium lebih lanjut, penderita akan kehilangan kemandirian melakukan aktifitas sehari-hari. \n\n \n\n Katarak merupakan penyakit mata yang sangat bisa disembuhkan, Diistilahkan dengan Avoidable Blindness (kebutaan yand dapat dihindari). Karena sifat lensa sudah berubah menjadi keras, kaku, dan keruh, maka terapi katarak melalui tindakan operasi. tidak dengan obat-obatan, karena dapat dipastikan tidak efektif. \n\n \n\n Sebagian orang masih merasa khawatir, takut, ragu, dengan tindakan operasi katarak. Tidak perlu khawatir bahwa saat ini teknologi operasi katarak sudah sangat cangih, dengan bantuan gelombang ultrasound, dan dengan minimal sayatan. Sehingga minim nyeri, tanpa jahitan, pemulihan cepat, dan hasil yang sangat baik mendekati mata normal. \n\n \n\n Sebaliknya penundaan terapi pada kasus katarak dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut. Semakin keras katarak, semakin tinggi tingkat kesulitan operasi. dan bila lensa katarak menggembung, atau mencair, lensa dapat menginduksi terjadinya Glaukoma. Sedangkan glaukoma sendiri dapat menyebabkan kematian syaraf mata, sehingga menjadi kebutaan permanen. \n\n \n\n Oleh karena itu, mari kita stop avoidable blindness, kebutaan yang dapat dihindari, pencegahan terjadinya buta permanen, yang diawali kasus katarak harus kita lakukan. \n\n \n\n Kapan Harus Ke Dokter? Jika Sahabat Hermina memiliki masalah yang telah dijelaskan di atas sebaiknya Konsultasikan dengan dokter Spesialis Mata \ndr. Nafis Mara, Sp.M di RS Hermina Wonogiri. \n \nJadwal Poliklinik Jantung dan Pembuluh Darah RS Hermina Wonogiri : \n◉ dr. Nafis Mara, Sp.M \nJumat : 09.00 - 21.00 WIB \nSabtu : 06.00 - 14.00 WIB \n\n \nNikmati kemudahan akses pendaftaran ke dokter spesialis di RS Hermina Wonogiri silahkan melalui : \n1. Halo Hermina (tersedia di Playstore/ Appstore) \n2. Situs web : www.herminahospitals.com \n3. Pusat Panggilan : 1500 488 \n4. WA : 0898 4800 008 \n\n Salam Sehat bersama @rsuherminawonogiri \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 30 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mata Minus Apakah Bisa Disembuhkan Dengan Obat ?<\/a><\/h3>
Rabun jauh atau mata minus dapat diderita oleh siapa saja baik itu laki-laki maupun perempuan. Rabun jauh atau mata minus atau dalam bahasa medisnya miopi adalah suatu kelainan atau gangguan pada mata di mana dia kesulitan untuk melihat benda-benda atau objek yang jaraknya jauh terlihatnya blur dikarenakan ada Power dari warna yang terlalu kuat atau karena memang panjangnya bola mata yang melebihi dari normal sehingga bayangan yang harusnya itu terlihat di retina titik fokus retina jatuh di depannya sehingga buram kelihatannya saat melihat jauh. \n\n \n\n Penyebab Mata Minus atau Rabun Jauh \n\n \n Genetik \n \n\n Bila salah satu orangtua Sahabat Hermina mengalami rabun jauh, peluang untuk mengalami hal yang sama akan lebih besar. \n\n Semakin besar lagi risikonya jika kedua orangtua Sahabat Hermina sama-sama memiliki mata minus, Selain itu ada faktor resiko juga anak yang lahir prematur. \n\n \n Lingkungan \n \n\n Segala aktivitas jarak dekat seperti membaca dalam waktu panjang atau menulis membaca dengan komputer, handphone atau device lainnya. \n\n \n Kurangnya Kegiatan Outdoor \n \n\n Selama pandemi kita selalu di dalam ruangan yang pencahayaannya kurang sehingga itu faktor-faktor yang bisa membuat minus lebih cepat muncul atau juga mengakibatkan progresivitas minus bagi orang-orang yang sudah punya minus sebelumnya. \n\n \n\n Mengobati Rabun Jauh atau Mata Minus \n\n Cara yang bisa dilakukan untuk mengobati mata minus adalah melalui prosedur operasi refraksi yang paling populer adalah Lasik (laser in situ keratomileusis) dengan teknologi laser dan menghilangkan minus dengan mengubah bentuk kornea sehingga bisa memfokuskan cahaya pada retina. \n\n Namun, penting juga untuk diketahui bahwa pengobatan melalui operasi memiliki persyaratan yang perlu dikonsultasikan dahulu dengan dokter spesialis mata. \n\n Pemakaian obat tetes yang sering atau obat minum yang diminum banyak lalu minus dapat sembuh tentu hal tersebut tidak tepat karena mata minus adalah mekanik optical jadi pengobatannya dengan menggunakan kacamata atau lensa kontak. \n\n \n\n Mencegah Mata Minus \n\n \n Lakukan pemeriksaan screening pada anak terutama yang mempunyai faktor resiko orang tua dengan mata minus. \n Lakukan peraturan 20-20-20. Peraturan ini menyarankan setiap orang yang berada di depan komputer/handphone selama 20 menit untuk beristirahat selama 20 detik dan melihat objek jauh yang berjarak 20 kaki (6 meter). \n Lakukan kegiatan outdoor. Dalam seminggu lakukan sampai 14 jam di luar rumah untuk mencegah pertambahan minusnya terutama untuk anak-anak jangan dibiarin main gadget saja. \n \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami gangguan penglihatan yang menunjukan tanda-tanda rabun jauh seperti sulit melihat dengan fokus, pandangan buram, dan sakit kepala, segera berkonsultasi dengan dokter spesialis mata di Rumah Sakit Hermina Bekasi. Dokter kami akan membantu menentukan pengobatan mata minus yang terbaik. Sahabat Hermina bisa datang ke Klinik Mata Subspesialistik Rumah Sakit Hermina Bekasi. Cek jadwal dr. Lasmida Ruth, Sp.M disini. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 22 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
Bekerja Di Depan Komputer Selama Berjam-jam? Perhatikan Kesehatan Matamu!<\/a><\/h3>
Apakah minus mata saya akan bertambah karena terlalu banyak melihat layar? \n\n Kenapa mata saya terasa lelah, pegal, bahkan sampai berair jika terlalu lama melihat layar? \n\n Apakah kacamata radiasi bisa membantu mengurangi bahaya yang disebabkan oleh melihat layar? \n\n Apakah kacamata yang saya punya harus selalu dipakai? \n\n Apa akibatnya jika saya jarang memakai kacamata yang diresepkan dokter? \n\n Bekerja di depan layar sepanjang hari memang tidak bisa dihindari. Namun, sangat penting bagi kita untuk menjaga mata kita. Mata adalah salah satu organ terpenting dan kesehatan mata yang buruk dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan lainnya. \n\n Beberapa tips untuk mencegah masalah tersebut. \n\n \n\n \n Sesuaikan Posisi Monitor Anda \n \n\n Penyebab terbesar masalah mata adalah menempatkan monitor terlalu tinggi. Mata kita bekerja lebih baik dan fokus lebih akurat saat melihat sedikit ke bawah daripada lurus ke depan. Selain melelahkan mata, membaca layar komputer sambil menatap lurus ke depan juga dapat membuat mata menjadi kering, karena kelopak mata harus lebih terbuka lebar. Jika Anda memakai lensa kontak, kekeringan mata akan semakin parah. \n\n \n Perhatikan Pencahayaan Sekitar \n \n\n Saat menghitung, jika biasanya melihat teks gelap pada latar belakang terang, lampu ruangan harus lebih terang daripada jika Anda biasanya melihat teks terang pada latar belakang gelap. Jika tidak dapat menyesuaikan pencahayaan, pertimbangkan untuk mengenakan pelindung mata untuk melindungi mata. Teks terang pada latar belakang gelap dapat membuat mata lebih nyaman. \n\n \n Istirahatkan Mata \n \n\n Mata kita tidak dirancang untuk melihat dari jarak dekat selama berjam-jam tanpa gangguan. Jika mata tetap terfokus pada satu titik tertentu untuk waktu yang lama, lensa mata akan tersangkut pada titik fokus tersebut, yang antara lain dapat menyebabkan mata juling dan kelelahan otot mata serta masalah membaca rambu-rambu lalu lintas di jalan. malam. \n\n “aturan 20/20/20.” Beristirahatlah selama 20 detik setiap 20 menit, fokuskan mata pada titik-titik setidaknya 20 kaki dari layar komputer. Jauhkan mata bergerak sambil melihat objek di berbagai jarak. \n\n \n Kenakan Kacamata yang Tepat \n \n\n Jika biasanya memakai kacamata atau lensa kontak dan berusia sekitar 45 tahun, mungkin memerlukan koreksi penglihatan khusus untuk pekerjaan komputer. Layar komputer bukanlah tipikal membaca jarak dekat atau jarak jauh tipikal mengemudi; melainkan mereka berada pada jarak menengah. \n\n \n\n Jika mengalami masalah dengan penglihatan, segeralah periksakan ke dokter mata, sesuai masalah penglihatan Anda. Salah satu gangguan kesehatan terkait penuaan yang cukup banyak dikeluhkan adalah masalah pada mata dan penglihatan. Penyakit-penyakit ini meliputi degenerasi makula, rabun senja, glaukoma, dan katarak. Jika terdapat gejala-gejala penyakit mata, atau riwayat penyakit mata di atas, maka perlu memeriksakan diri ke dokter mata secara rutin. Untuk memilih dokter mata yang tepat, Anda dapat meminta rekomendasi kerabat, keluarga, atau dokter Anda. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 26 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
Terlalu Muda Untuk Katarak, Mungkinkah?<\/a><\/h3>
Katarak pediatrik adalah penyebab utama kebutaan pada anak. Katarak yang tidak diobati pada anak menyebabkan beban sosial, ekonomi, dan emosional yang luar biasa bagi anak, keluarga, dan masyarakat. Kebutaan yang berhubungan dengan katarak pediatrik dapat diobati dengan identifikasi dini dan manajemen yang tepat. Sebagian besar kasus didiagnosis pada skrining rutin sedangkan beberapa mungkin didiagnosis setelah orang tua memperhatikan leukocoria atau strabismus. Etiologi katarak pediatrik bervariasi dan diagnosis etiologi spesifik membantu prognostik dan manajemen yang efektif. Operasi katarak pediatrik telah berkembang selama bertahun-tahun, dan dengan peningkatan pengetahuan tentang pergeseran miopia dan pertumbuhan panjang aksial, hasil dari pasien ini menjadi lebih dapat diprediksi. \n\n Katarak terbentuk ketika lensa bening alami di mata mulai berkabut dan menjadi berkabut. Awan ini membuat cahaya tidak mungkin masuk ke mata, yang menyebabkan kabur dan akhirnya kebutaan. Hal ini erat kaitannya dengan faktor genetik dan juga faktor lingkungan. \n\n Penyebab Katarak \n\n Meskipun katarak pada orang muda tidak umum, penting untuk mengetahui kemungkinan penyebabnya: \n\n \n Diabetes \n Hipertensi \n Cedera traumatis pada mata \n Miopia tinggi (rabun jauh) \n Penggunaan obat steroid \n Keturunan keluarga \n Kegemukan \n Merokok \n Konsumsi alkohol berlebihan \n Paparan sinar ultraviolet \n \n\n Meskipun anak-anak yang lahir dengan katarak dapat hidup penuh dan normal, beberapa akan memerlukan perawatan. Tergantung pada tingkat keparahan kekeruhan, ketajaman visual anak dan usia mereka, ada berbagai cara untuk menangani katarak. \n\n - Melakukan operasi katarak untuk menghilangkan lensa keruh dan menggantinya dengan lensa buatan \n\n - Kacamata \n\n - Lensa kontak \n\n - Kombinasi dari perawatan ini. \n\n Operasi katarak merupakan operasi rutin dan aman. Jika seorang anak lahir dengan katarak padat, yang terbaik adalah menghilangkannya dalam waktu 2 hingga 4 bulan. Menghapus katarak sesegera mungkin meningkatkan penglihatan jangka panjang yang baik pada anak. Untuk alasan ini, penting untuk menghadiri pemeriksaan bayi enam minggu untuk menilai refleks merah anak atau menemui dokter mata anak jika ada kekhawatiran. \n\n Jika memiliki cedera traumatis pada mata, hubungi dokter mata segera untuk perawatan dan untuk membantu mencegah kerusakan lebih lanjut. Pilihan makanan yang sehat dapat membantu mengurangi risiko katarak pada usia berapa pun. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 28 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
Computer Vision Syndrome, Masalah Mata Di Era Digital<\/a><\/h3>
Hallo Sahabat Hermina, Melihat layar digital menuntut mata kita untuk lebih fokus, bekerja lebih keras, dan membuat orang rentan mengalami masalah pada mata. Masalah yang paling sering terjadi akibat terlalu lama melihat layar digital adalah dry eye (DE) atau mata kering dan computer vision syndrome (CVS). Computer vision syndrome terjadi akibat penggunaan komputer, tablet, atau smartphone secara terus menerus. Manifestasi dari penyakit ini yakni sakit kepala, Pandangan Kabur, pegal-pegal pada leher, lelah, mata nyeri, mata kering, pandangan ganda, dan vertigo. \n\n Meningkatnya risiko mata kering dan computer eye syndrome \n\n Di era digital, masyarakat global semakin tergantung pada teknologi dalam kehidupan sehari-hari dan pekerjaan mereka dibandingkan generasi sebelumnya. \n\n Pengguna internet berusia 16-64 tahun di Indonesia rata-rata menghabiskan waktu 8 jam 36 menit per hari dalam menggunakan internet. Angka ini melampaui rata-rata waktu penggunaan internet global yang berada di kisaran 6 jam 43 menit per harinya. \n\n Lama waktu paparan layar digital setiap hari ini berkontribusi dalam meningkatnya keluhan mata dalam lingkup kasus dry eye dan computer vision syndrome. \n\n \n\n Dry eye atau mata kering adalah penyakit multifaktorial pada air mata dan permukaan mata yang menghasilkan gejala ketidaknyamanan, gangguan penglihatan, dan ketidakstabilan film air mata dengan potensi kerusakan pada permukaan mata. \n\n Sedangkan CVS mengacu pada spektrum gejala yang berhubungan dengan penglihatan dan otot yang terlihat akibat penggunaan layar (komputer, tablet, atau smartphone) secara terus menerus. Kedua penyakit ini, dry eyes dan CVS, dapat dan sering terjadi secara bersamaan serta berhubungan erat dengan satu sama lain. \n\n Gejala umum computer vision syndrome \n\n \n Kekeringan dan iritasi pada mata \n Sensasi terbakar pada mata \n Asthenopia atau mata lelah/tegang \n Epifora atau keluar air mata berlebihan \n Hiperemia yakni kondisi adanya volume darah berlebihan dalam pembuluh darah disertai pelebaran pembuluh darah. (mata menjadi merah) \n Penglihatan kabur \n Diplopia atau penglihatan berbayang (penglihatan ganda) \n Sensitivitas cahaya \n Ilusi/tipuan sementara dalam persepsi warna. \n \n\n Beberapa gejala ini diduga berasal dari robekan dan disfungsi permukaan mata, termasuk sensasi iritasi, rasa terbakar, dan kekeringan. Sedangkan gejala seperti asthenopia, penglihatan kabur dan ganda, selain berasal dari masalah permukaan bisa juga berasal dari disfungsi dalam sistem akomodatif dan gerakan bola mata. \n\n Keluhan ekstraokuler lain yang terkait dengan computer vision syndrome termasuk nyeri muskuloskeletal di leher, punggung, dan bahu. \n\n Diperkirakan 50-90% dari semua pengguna komputer mengalami gejala computer vision syndrome. Kerusakan mata terkait penggunaan komputer adalah multifaktor dan dapat bervariasi di antara jenis perangkat dan pola penggunaan. \n\n \n\n Penanganan dan pencegahan masalah mata karena layar digital \n\n \n\n Identifikasi dry eye merupakan tindakan yang diperlukan untuk meminimalkan konsekuensi negatif computer vision syndrome. \n\n \n Mengobati komponen yang mendasari DE untuk mencegah kerusakan \n Memperbaiki posisi perangkat VDT (visual display terminal) atau layar monitor \n Membatasi waktu layar dan modifikasi kedip \n Mengoptimalkan kelembaban tempat kerja \n \n\n Penanganan masalah mata terkait penggunaan layar digital ini harus dibuat secara individual dan sesuai dengan kondisi lingkungan kerja pasien. Namun, penanganan utama yang dianjurkan adalah dengan melakukan adaptasi gaya hidup. \n\n Cara menghindari computer vision syndrome \n\n Idealnya CVS dapat dihindari dengan mengurangi waktu dalam menatap layar digital. Namun, terkadang hal itu tidak memungkinkan karena situasi pekerjaan atau sekolah. \n\n Berikut kebiasaan tertentu untuk mengurangi ketegangan mata karena layar komputer: \n\n \n Pastikan postur tubuh dan layar komputer sejajar dengan lengan dan sedikit di bawah ketinggian mata. \n Ubah posisi layar untuk meminimalkan tatapan langsung dan kesilauan cahaya layar. Kemudian sesuaikan pula cahaya ruangan agar tidak bertabrakan dengan layar komputer. \n Gunakan kacamata khusus dengan lensa anti refleksi untuk memblokir dan menyerap blue light (cahaya biru) \n Setiap 20 menit menatap layar komputer, luangkan 20 detik untuk fokus pada objek yang berjarak kurang lebih 6 meter. \n Fokuslah untuk berkedip secara teratur untuk menjaga kelembaban mata \n \n\n \n\n Sahabat Hermina Mari kita dengan bijak mengunakan media sosial, dan berikan mata istirahat agar tidak terjadi dry eye (DE) atau mata kering. Konsultasikan Kesehatan mata dengan dokter jika memiliki gejala diatas. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 25 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
Hati Hati Computer Vision Syndrome, Masalah Mata Di Era Digital<\/a><\/h3>
Di era digital, masyarakat global semakin tergantung pada teknologi dalam kehidupan sehari-hari dan pekerjaan mereka dibandingkan generasi sebelumnya. Berdasarkan riset HootSuite dan We Are Social dalam Global Digital Reports 2020, Indonesia masuk ke dalam 10 besar negara paling lama mengakses internet setiap harinya. \n\n Pengguna internet berusia 16-64 tahun di Indonesia rata-rata menghabiskan waktu 8 jam 36 menit per hari dalam menggunakan internet. Angka ini melampaui rata-rata waktu penggunaan internet global yang berada di kisaran 6 jam 43 menit per harinya. \n\n Lama waktu paparan layar digital setiap hari ini berkontribusi dalam meningkatnya keluhan mata salah satunya computer vision syndrome. \n\n Computer Vision Syndrome (CVS), adalah sekumpulan gejala yang biasa terjadi akibat penggunaan layar computer dalam waktu yang lama. Disebut juga dengan digital eye strain. Terjadi pada 50-90% orang yang menggunakan computer. \n\n \n\n Siapa yang beresiko terkena Computer Vision Syndrome (CVS)? \n\n \n Menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer setiap hari \n Berjarak terlalu dekat dari layar komputer \n Menggunakan komputer dengan sudut yang tidak tepat \n Memiliki postur tubuh yang kurang ideal selama bekerja dengan komputer \n Memiliki masalah mata yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata \n Menggunakan kacamata dengan ukuran yang tidak ideal \n Tidak beristirahat cukup disela-sela waktu bekerja \n \n\n \n\n Apa saja gejalanya Computer Vision Syndrome (CVS)? \n\n Gejala mata kering \n\n \n Mata terasa mengganjal \n Mata merah \n Berair \n Mata terasa kering \n Mata terasa perih/panas \n \n\n Gejala penglihatan \n\n \n Pandangan buram \n Pandangan ganda \n Mata minus sementara \n Rabun dekat \n Sulit untuk focus \n \n\n Gejala di luar mata \n\n \n Nyeri leher \n Nyeri punggung \n Nyeri bahu \n Kaku leher \n Sakit kepala \n \n\n \n\n Apa yang menyebabkan Computer Vision Syndrome (CVS)? \n\n \n Glare pada layar \n Pencahayaan yang kurang baik \n Postur tubuh yang kurang baik \n Penempatan layar komputer dengan jarak dan sudut yang kurang tepat \n Penggunaan kacamata yang kurang tepat \n \n\n \n\n Bagaimana cara mengobati dan mencegah Computer Vision Syndrome (CVS)? \n\n \n Perbaiki posisi komputer dan postur tubuh \n \n\n \n Tinggi meja dan kursi yang tepat \n Jarak komputer dan mata 40-75 cm \n Kemiringan layar 10-20 derajat \n Posisi tangan dan siku yang baik \n Kaki menapak lantai, dengan bantuan footrest \n Pastikan sumber cahaya baik, kurangi pantulan cahaya pada monitor \n Jika membaca dokumen sebari mengetik, letakkan pada sandaran yang sejajar dengan posisi layar \n \n\n \n 20 - 20 - 20 rule \n \n\n \n Beristirahat dari layar setiap 20 menit \n Istirahat dari layar minimal selama 20 detik \n \n\n \n Gunakan waktu istirahat untuk melihat sejauh 20 kaki atau 6 meter \n Istirahat selama 15 menit tiap 2 jam \n Atur brightness, contrast dan besar font \n Gunakan filter pada layar \n Gunakan ukuran kacamata yang tepat \n Gunakan obat tetes air mata buatan jika dibutuhkan \n Sering berkedip \n \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami kondisi Computer Vision Syndrome (CVS) dan menyebabkan rasa tidak nyaman dan hambatan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari bahkan jika gejala yang Anda alami tetap berlanjut atau semakin berat. Sebaiknya, konsultasikan dengan dokter spesialis mata di Klinik Mata Spesialistik RS Hermina Bekasi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 22 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
Komplikasi dan Masalah Terkait Lensa Kontak<\/a><\/h3>
Lensa kontak merupakan salah satu alat bantu yang digunakan untuk mengoreksi kelainan refraksi. Pada awal perkembangannya, lensa kotak dibuat dari bahan kaca, dengan ukuran yang cukup besar, hingga menutupi sklera. Lensa kontak kornea kemudian mulai diperkenalkan pada tahun 1940-an, yang dibuat dengan bahan dasar plastik polymethylmethacrylate (PMMA). \n\n \n\n Lensa kontak ini mulai menjadi populer menggantikan kaca mata untuk mengoreksi gangguan refraksi. Lensa kontak dengan bahan dasar soft hydrogel mulai diperkenalkan di Amerika pada tahun 1950-an dan kemudian menjadi semakin populer pemakaiannya. Saat ini diperkirakan sekitar 51 persen dari penduduk Amerika menggunakan alat bantu refraksi, 25 persen dari jumlah tersebut adalah pengguna lensa kontak. \n\n \n\n Beberapa keuntungan pemakaian lensa kontak antara lain tampilan kosmetik yang lebih baik, lapang pandang yang lebih luas, perubahan ukuran bayangan minimal, kemampuannya dalam mengatasi kelainan anisometrop dan anisekonia, dapat mengoreksi astigmat kornea, serta masih banyak lagi. Namun, diperkirakan sekitar 4 persen pengguna lensa kontak, mengalami gangguan akibat pemakaian lensa kontak yang tidak sesuai. \n\n \n\n Komplikasi kronis dari pemakaian lensa kontak ini akan menyebabkan efek kerusakan jangka panjang, antara lain mikrotrauma pada kornea yang menginduksi respon inflamasi yang pada akhirnya akan menyebabkan kornea menjadi keruh. \n\n \n\n Diagnosa dan terapi pada pasien yang mengalami komplikasi akibat pemakaian lensa kontak sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Pada artikel kali ini, akan menjelaskan beberapa komplikasi yang berhubungan dengan pemakaian lensa kontak. \n\n \n\n Komplikasi berupa infeksi pada kornea akibat pemakaian lensa kontak sudah jarang didapati belakangan ini. Hal ini dikarenakan lensa kontak disposable atau sekali pakai mulai banyak digunakan, edukasi pasien, perawatan lensa kontak yang lebih baik, serta material lensa kontak yang lebih oxygen-permeable. Apabila kejadian infeksi kornea tersebut terjadi, umumnya bersifat serius dan mengancam penglihatan. \n\n \n\n Berikut ini beberapa komplikasi menurut anatomisnya, akibat pemakaian lensa kontak yang tidak sesuai, antara lain: \n\n \n\n Orbita \n\n - Globe luxation \n\n Kunesh dan Katz (2002) melaporkan kejadian luksasi bulbus okuli spontan setelah pemakaian lensa kontak. Penanganan segera, reposisi manual dibawah anestesi general memberikan hasil yang baik dan tidak didapatkan sekuel pada penglihatan. \n\n \n\n Palpebra dan konjungtiva \n\n - Ptosis \n\n Gangguan ini umumnya diakibatkan oleh kelemahan aponeurosis levator sebagai akibat penggunaan jangka panjang dari RGP. Korb dkk (2002) menemukan sekitar 80% pemakai lensa kontak lunak mengalami lid-wiper epitheliopathy, yaitu ketika terjadi kerusakan epithel pada area konjungtiva marginalis kelopak mata atas, akibat gesekan dengan permukaan lensa kontak. \n\n \n\n - Injeksi konjungtiva/mata merah \n\n Injeksi konjungtiva bisa disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: fitting lensa kontak yang tidak sesuai (terlalu tight ataupun loose); hipoksia; deposit pada lensa kontak; lensa kontak yang cacat bentuk; reaksi alergi/toksik dari cairan lensa kontak; riwayat gangguan mata yang sudah ada sebelumnya; dry-eye; dan infectious keratitits/corneal ulcer. \n\n \n\n - Contact Lens-induced Papillary Conjunctivitis (CLPC) \n\n Hal ini dapat diakibatkan oleh abrasi mekanis akibat bentuk tepi lensa yang kurang baik dan abrasi dari lapisan film protein pelindung. Pengukuran ulang lensa kontak dengan bentuk yang lebih baik, dapat membantu mengurangi keluhan ini. Terapi antihistamin tidak efektif dan tidak direkomendasikan. \n\n \n\n Sklera \n\n - Nocardia asteroides sclerokeratitis \n\n Shridar (2002) dkk melaporkan kejadian Nocardia asteroides sclerokeratitis di Wills Eye Hospital, Philadelphia yang mengenai seorang pria berusia 65 tahun. Penghentian pemakaian lensa kontak, terapi topikal amikasin dan sistemik dengan trimethoprim-sulfamethoxazole cukup efektif mengatasi keluhan ini. \n\n \n\n Kornea \n\n - Infectious keratitis/Corneal ulcer \n\n Umumnya berhubungan dengan ukuran lensa kontak yang kurang sesuai dan higienisitas lensa kontak yang buruk. Penelitian Morgan (2004) dkk, mendapati risiko keratitis meningkat pada pasien yang memakai lensa kontak saat tidur dibanding bila ia hanya menggunakannya saat bangun. Hasil lainnya menunjukkan lensa kontak berbahan silicone hydrogel menurunkan resiko infeksi lima kali lipat dibanding lensa kontak berbahan hydrogel. \n\n \n\n - Corneal abrasions \n\n Hal ini dapat diakibatkan oleh benda asing yang terjebak diatara lensa kontak dan kornea, pemasangan lensa kontak yang kurang tepat dan pemakaian lensa kontak rusak atau cacat bentuk. apabila disertai higienisitas yang jelek dapat meningkatkan risiko infeksi. Corneal abration umumnya diterapi menggunakan antibiotik topikal dan tidak perlu di patching. \n\n \n\n - Punctate keratitis \n\n Gangguan ini umumnya berhubungan dengan sindroma dry eye, ukuran lensa kontak yang tidak sesuai serta reaksi toksisitas dengan bahan solution lensa kontak. \n\n \n\n - Dellen / 3 o’clock dan 9 o’clock staining \n\n Pola staining seperti ini dapat dijumpai pada pemakai lensa kontak Rigid Gas-permeable (RGP) yang dihubungkan dengn buruknya pembasahan pada daerah sumbu horizontal. Umumnya dengan pengukuran ulang yang lebih sesuai dan pengunaan tetes mata dapat menguragi keluhan ini. \n\n \n\n - Sterile infiltrate \n\n Infiltrat ini khas didaerah tepi kornea, lebih dari satu area, dan epitel pada permukaan infiltrat tampak intak. Berdasarkan penelitian Donshik (1995) dkk, menemukan bahwa umumnya infiltrat pada kasus ini memiliki karakteristik berukuran kecil, soliter, lokasi pada midperifer, dan berada pada stroma daerah superficial. Pemakai Soft Contact Lens (SCL) lebih beresiko daripada pemakai RGP. Pengguna SCL jangka panjang lebih beresiko mengalami gangguan ini. Umumnya terapi antibiotik topikal atau antibiotik – kortikosteroid berespon baik. Terapi antibiotik tetap diberikan, meskipun dari hasil kultur, tidak didapatkan pertumbuhan bakteri. \n\n \n\n - Contact lens superior limbic keratoconjunctivitis (CLKC) \n\n Komplikasi ini umumnya menyerupai superior limbic keratoconjunctivitis, dengan gambaran injeksi konjungtiva bulbar daerah superior. Penghentian pemakaian lensa kontak, dapat membantu menyembuhkan gangguan ini. \n\n \n\n \n\n \n\n - Dendritic keratitis \n\n Bentuk keratitis ini menyerupai keratitis oleh Herpes Simplex Virus (HSV), namun pada pewarnaan floresin, tampak lebih tipis dibanding keratitis HSV. Keratitis ini umunya dapat sembuh sendiri setelah pemakaian lensa kontak dihentikan, dan tidak berhubungan dengan infeksi apapun. \n\n \n\n - Corneal neovascularization \n\n Neovaskularisasi adalah salah satu respon tubuh terhadap hipoksia. Gangguan ini dapat di minimalisir dengan cara: ukur ulang lensa kontak dengan nilai Dk yang lebih tinggi, ukuran yang lebih looser, durasi pemakaian lensa kontak dikurangi atau mengganti dengan jenis disposable. Bila neovaskularisasi ini terus berkembang, dapat mengakibatkan scar dan deposisi lemak ataupun perdarahan intrakornea. \n\n \n\n - Corneal distortion & warpage \n\n Terjadinya perubahan bentuk kornea setelah pemakaian lensa kontak dapat diakibatkan oleh pemakaian SCL dan RGP, namun umumnya lebih sering dihubungkan dengan pemakaian RGP. Umumnya corneal warpage dapat hilang beberapa waktu setelah pemakaian lensa kontak dihentikan. Pada SCL umumnya hilang setelah 2 minggu, RGP setelah 4 minggu dan jenis PMMA setelah 8 minggu. Pemeriksaan keratometri pada pemakai lensa kontak khususnya RGP, sebaiknya di dokumentasi dengan baik dan selalu dibandingkan dengan nilai keratometri sebelumnya. \n\n \n\n - Decrease of Central-corneal Thickness (CCT) \n\n Penelitian Myrowitz dkk (2002) menemukan bahwa terjadi penipisan kornea sentral skitar 37 mikrom, terutama pada pemakai lensa kontak jenis RGP dibandingkan pemakai SCL dan bukan pemakai lensa kontak. Hal ini penting untuk dipertimbangkan pada pasien yang akan menjalani prosedur excimer-laser photoablative correction. \n\n \n\n - Spectacle blur \n\n Kabur saat menggunakan kacamata kembali, umumnya diakibatkan oleh adanya corneal warpage. Namun apabila tetap didapatkan keluhan kabur yang menetap, maka perlu dilakukan evaluasi ulang terhadap lensa kontak yang dipakai, dan sebaiknya pemakaian lensa kontak dihentikan dulu. \n\n \n\n - Peningkatan konsentrasi obat topikal \n\n Penggunaan lensa kontak dan obat-obatan topikal secara bersamaan dapat meningkatkan konsentrasi obat pada kornea dan humor aquos. Tian (2001) dkk melaporkan penelitian mereka menggunakan lensa kontak 1-day Acuvue dan lomefloxacin topikal, didapatkan peningkatan konsentrasi obat pada kornea dan humor akuos, sehingga dokter harus lebih berhati-hati bila meresepkan obat topikal pada pasien yang memakai lensa kontak. \n\n \n\n Sebagian besar lensa kontak dapat dipakai lebih dari sekali. Setiap kali setelah dipakai, dapat dicuci, disimpan dan kemudian dipergunakan lagi. Saat ini umumnya pemakai lensa kontak menggunakan cairan pembersih lensa kontak yang multifungsi. Cairan ini dapat berfungsi untuk membilas deposit serta mikroorganisme yang melekat pada lensa kontak dan sekaligus sebagai media penyimpanan lensa kontak. \n\n \n\n Hydrogen peroxide solution umumnya tersedia dalam kemasan two-step dan one-step. Apabila menggunakan jenis two-step, harus dipastikan peroxide yang tersisa pada lensa kontak telah dibilas dengan sempurna menggunakan saline, sebelum digunakan. \n\n \n\n Enzymatic cleaner umumnya tersedia dalam bentuk tablet, digunakan untuk membersihkan deposit protein pada lensa kontak. Adanya deposit protein ini menyebabkan pemakai lensa kontak merasa tidak nyaman, dan dapat menyebabkan gangguan mata lainnya. Pada produk ini umumnya ditambahkan thiomersal, benzalkonium chloride, benzyl alcohol,dan bahan lain untuk mengeradikasi kontaminasi mikroorganisme. \n\n \n\n Pada tahun 1989, telah didapati bahwa thiomersal menyebabkan gangguan pada 10% populasi pemakai lensa kontak, sehingga akhirnya produk yang lebih baru, tidak lagi menggunakan thiomersal. Seiring perkembangan teknologi, saat ini beberapa jenis lensa kontak menggunakan bahan silicone-hydrogel polymers, dan terkadang dapat bereaksi dengan solution tertentu dan mengakibatkan corneal staining, sehingga perlu dilakukan pemilihan solution dengan lebih cermat. \n\n \n\n Penggunaan lensa kontak yang semakin luas saat ini sebagai salah satu alat bantu koreksi refraksi yang cukup baik, memberikan dampak peningkatan resiko efek samping lensa kontak itu sendiri. Efek samping lensa kontak dapat terjadi oleh karena bahan lensa kontak, bentuk lensa kontak dan cairan solution lensa kontak. \n\n \n\n Gangguan yang terjadi dapat bersifat infeksius dan non infeksius dan lokasi anatomis yang terkena dapat bervariasi, mulai dari kelopak mata sampai kornea. Umumnya penghentian pemakaian lensa kontak dan terapi topikal yang tepat, dapat memberikan hasil yang baik. Edukasi kepada pemakai lensa kontak perlu diberikan dengan baik, sehingga resiko komplikasi lensa kontak dapat diminalisir. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 22 Mei 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 25 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Maret 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Juli 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 22 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 30 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>