- Hermina Wonogiri<\/a><\/li>
- 20 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Melawan Keluhan Sinusitis: Tips dan Trik untuk Bernapas Bebas<\/a><\/h3>
Sinusitis adalah kondisi umum yang dapat memengaruhi siapa pun, dari anak-anak hingga orang dewasa. Kondisi ini dapat mengganggu kualitas hidup seseorang dengan gejala seperti hidung tersumbat, sakit kepala, tekanan di daerah wajah, dan demam. Artikel ini akan memberikan wawasan tentang apa itu sinusitis, gejala yang harus diwaspadai, serta tips dan trik untuk mengatasi keluhan sinusitis. \n\n \n\n Apa Itu Sinusitis? \n\n Sinusitis adalah peradangan pada sinus, rongga udara yang terletak di tengkorak. Ada beberapa jenis sinusitis, tetapi yang paling umum adalah sinusitis akut, kronis, dan subakut. Sinusitis akut biasanya berlangsung kurang dari 4 minggu, sementara sinusitis kronis dapat bertahan lebih dari 12 minggu. \n\n Gejala Sinusitis \n\n Gejala sinusitis dapat bervariasi, tetapi yang paling umum termasuk: \n\n \n Hidung tersumbat \n Sekret lendir berwarna kuning atau hijau \n Sakit kepala \n Demam \n Batuk \n Rasa sakit atau tekanan di area wajah \n \n\n \nTips dan Trik untuk Mengatasi Sinusitis \n\n \n Jaga Kebersihan Hidung Anda \n \n\n Membersihkan hidung secara teratur adalah langkah pertama untuk meredakan sinusitis. Anda dapat menggunakan larutan saline (garam dan air) untuk membersihkan hidung Anda. Ini membantu membersihkan lendir dan kotoran dari rongga hidung Anda. \n\n \n Perbanyak Minum Air \n \n\n Minum air yang cukup sangat penting. Cairan membantu melarutkan lendir dalam saluran sinus Anda dan membuatnya lebih mudah dikeluarkan. Hindari minuman beralkohol dan kafein yang dapat mengeringkan tubuh Anda. \n\n \n Pakai Kompres Hangat \n \n\n Mengompres daerah sekitar hidung dan wajah dengan handuk hangat dapat membantu meredakan nyeri dan tekanan yang disebabkan oleh sinusitis. Lakukan ini beberapa kali sehari. \n\n \n Istirahat yang Cukup \n \n\n Tubuh Anda memerlukan istirahat yang cukup untuk melawan infeksi. Pastikan Anda tidur cukup untuk membantu sistem kekebalan tubuh Anda berfungsi dengan baik. \n\n \n Gunakan Humidifier \n \n\n Menggunakan humidifier di kamar tidur Anda dapat membantu menjaga kelembapan udara. Ini membantu mencegah saluran sinus Anda menjadi terlalu kering, yang dapat memperparah gejala sinusitis. \n\n \n Konsultasikan dengan Dokter \n \n\n Jika gejala sinusitis Anda tidak membaik dalam beberapa hari atau jika Anda memiliki demam tinggi, berkonsultasilah dengan dokter. Mereka dapat memberikan perawatan lebih lanjut, termasuk pemberian antibiotik jika infeksi bakteri menjadi penyebabnya. \n\n \n\n Ingatlah bahwa tindakan pencegahan juga penting. Hindari paparan alergen dan polusi udara, seperti asap rokok, yang dapat memperburuk gejala sinusitis. Dengan menjaga pola hidup sehat dan mengikuti tips di atas, Anda dapat membantu mengatasi sinusitis dan merasa lebih baik. \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina mengalami gejala sinusitis yang parah atau berulang, dokter mungkin akan merujuk Anda ke spesialis. Tindakan medis, seperti antibiotik atau tindakan pembedahan, mungkin diperlukan dalam kasus-kasus tertentu. Sinusitis bisa sangat mengganggu, tetapi dengan pengelolaan yang tepat dan perawatan yang baik, Anda dapat mengatasi keluhan ini dan kembali bernapas dengan bebas. Ingatlah untuk selalu berkonsultasi dengan profesional kesehatan jika Anda memiliki gejala yang merisaukan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 05 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Seberapa Penting Tidur Bagi Kesehatan?<\/a><\/h3>
Tidur sering kali kita anggap remeh, padahal tidur merupakan periode yang sangat penting dalam keseharian kita yaitu periode untuk istirahat. Tidur merupakan kondisi dimana badan kita mengalami penurunan aktivitas fisik, penurunan aktivitas mental, dan penurunan aktivitas sensori yang bersifat reversibel atau bisa kembali bangun lagi. \n\n Seberapa penting tidur bagi tubuh kita? \n\n Tidur sangatlah penting bagi tubuh kita, pada saat tidur yang kita anggap tubuh tidak melakukan apa-apa, ternyata tubuh kita berada dalam keadaan aktif. Pada saat tidur terjadi proses penyimpanan energi, terjadi proses perbaikan dan recovery tubuh, bahkan terjadi proses maintenance otak pada saat kita tidur. Pada saat tidur, semua kejadian yang kita alami, apa yang kita lihat dan dengar dan kita pelajari pada hari itu akan diatur oleh otak untuk menjadi memori dalam otak kita. Selain itu pada saat kita tidur tubuh juga akan membuang toksin dan juga merefresh kembali tubuh untuk siap beraktifitas kembali. \n\n Tipe fase tidur manusia \n\n Tidur dibagi menjadi dua fase, yaitu fase rapid eye movement (REM) dan non rapid eye movement (Non-REM). Pada saat kita tidur kita akan memejamkan mata dan merilekskan tubuh dan masuk ke fase Non-REM yang pada bagian tidur dangkal. Pada fase ini otot mulai relaksasi, pernafasan mulai melambat, tekanan darah menurun dan mulai rileks. Selanjutnya kita akan masuk ke fase deep sleep dimana tekanan darah semakin menurun, pernafasan semakin teratur, otot semakin lemas dan tubuh akan semakin rileks. \n\n Fase selanjutnya adalah fase rapid eye movement (REM). Pada fase ini ini sudah memasuki tidur yang dalam namun ternyata otak kita aktivitasnya naik pada fase ini. Pada fase ini otak mulai bekerja, membuang toksin, memasukkan memori ke dalam otak. Atau istilahnya, pada fase ini otak kita sedang “housekeeping”. Pada fase ini juga biasanya detak jantung semakin naik, nafas mulai tidak teratur dan tekanan darah mulai naik. Selain itu apabila diperhatikan, mata kita sedang aktif bergerak meskipun dalam keadaan tidur yang dalam. Pada fase ini juga muncul mimpi. \n\n Pada saat kita tidur fase ini akan berulang kali kita alami antara Non-REM ke REM balik lagi sampai ke 6 siklus. Apabila pada saat tidur kita berhasil menjalani ke 6 siklus ini maka tidur akan berkualitas dan bangun dalam keadaan yang segar. Tidur yang tidak berkualitas akan mempengaruhi kesehatan kita dan juga suasana hati. Kita tidak akan dapat menjalankan aktifitas dengan baik seperti sulit berkonsentrasi, mengantuk sepanjang hari dan tidak ada semangat dalam menjalankan aktifitas. \n\n Sahabat Hermina, nonton Hermina Podcast episode “Apakah Tidur Ngorok Berbahaya?” yang membahas tentang bahaya mengorok dan pentingnya tidur berkualitas (klik disini). \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 23 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Benarkah Makan Gorengan Dapat Memicu Amandel ?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, siapa yang tidak suka makan gorengan? Hampir setiap orang menyukai makan gorengan ya. Namun apakah benar makan gorengan dapat memicu penyakit amandel atau tonsilitis? \n\n Tonsilitis atau radang amandel adalah peradangan pada amandel yang ada di langit-langit mulut bagian cincin Waldeyer, dan biasanya disebabkan oleh virus Epstein Barr. Penyebaran infeksinya melalui udara (droplet) melalui tangan dan ciuman. Tonsilitis dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu timbulnya, yaitu tonsilitis akut dan tonsilitis kronis. Tonsilitis akut adalah peradangan pada amandel yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang terjadi dalam waktu 3 minggu. Tonsilitis kronis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pembesaran amandel disertai episode infeksi berulang \n\n \nPenyebab dan Gejala Radang Amandel atau Tonsilitis \n\n Peradangan pada tonsil disebabkan oleh bakteri disertai juga dengan gejala nyeri tenggorokan dan suhu tubuh meningkat. Tenggorokan akan terasa nyeri sehingga penderita sulit untuk menelan dan keadaan umumnya lemah. Tonsil tampak memerah dan bengkak dan kriptanya biasanya tertutup oleh lapisan fibrosa atau purulen, yang tampak sebagai titik-titik putih atau garis putih. Kelenjar leher biasanya membesar sehingga dirasakan nyeri. \n\n Prevalensi Kasus Radang Amandel atau Tonsilitis \n\n WHO memperkirakan 287.000 anak di bawah usia 15 tahun mengalami radang amandel, dimana 248.000 (86,4%) akan menjalani pengangkatan amandel dan 39.000 anak lainnya (13,6%) hanya akan menjalani operasi amandel. \n\n Sedangkan berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi Indonesia pada bulan September 2012, angka kejadian tonsilitis kronis setelah rinosinusitis akut tertinggi sebesar 3,8% selama periode 2012-2013. Di Indonesia, jumlah kunjungan rawat jalan untuk radang amandel sebanyak ± 55.383 orang, sedangkan jumlah pasien rawat inap untuk radang amandel sebanyak ± 37.835 orang. \n\n Beberapa Faktor Pemicu Terjadinya Tonsilitis \n\n \n Usia \n \n\n Usia merupakan salah satu faktor terjadinya tonsilitis karena fungsi tonsil akan meningkat pada umur 3 tahun kemudian menurun dan akan mengalami peningkatan lagi pada umur 10 tahun, kemudian ukuran tonsil yang membesar akan meningkat lagi pada umur 11-20 tahun dan kemudian akan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia anak-anak lebih rentan untuk terjadinya infeksi. \n\n \n Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Mengandung MSG \n \n\n MSG adalah bentuk garam dari asam glutamate, yang juga termasuk bahan tambahan pangan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai penyedap rasa, penggunaan glutamat dosis tinggi dikaitkan dengan berbagai variasi kelainan neuroendokrin dan sistem kekebalan tubuh. Reseptor glutamat memainkan peran penting dalam patogenesis gangguan yang diinduksi oleh MSG. Limfosit T dapat mengekspresikan beberapa jenis reseptor glutamat yang mengontrol respon imun, aktivasi, maturasi, dan apoptosis atau kematian sel. MSG juga menyebabkan cedera endotel yang menyebabkan kurangnya penyerapan sel darah dan trombosit, penurunan sirkulasi dan pembentukan thrombus. Mengonsumsi MSG secara berlebihan dapat menimbulkan gejala rasa gatal dan sakit pada tenggorokan. \n\n \n Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Berminyak \n \n\n Selain mengonsumsi makanan yang mengandung penyedap rasa, mengonsumsi makanan yang berminyak secara terus menerus juga dapat menimbulkan gejala tonsilitis. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan, akrolein inilah yang dapat menyebabkan timbulnya rasa gatal pada tenggorokan. \n\n \n Terlalu Banyak Mengonsumsi Air Dingin \n \n\n Terlalu banyak mengonsumsi air dingin juga dapat memicu meradangnya tonsil, karena air dingin dapat merangsang dan meregangkan sel epitel pada tonsil sehingga lama kelamaan akan mengakibatkan tonsil hipertrofi (Wahyuni & Yuliawati, 2017). Minuman dingin juga dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi sehingga pembuluh darah mengecil dan jumlah sel darah putih berkurang sehingga memperberat kerja imun tonsil. \n\n Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan berminyak seperti gorengan dapat menjadi salahsatu pemicu Tonsilitis atau Amandel. Apabila Sahabat Hermina memiliki keluhan dan ingin berkonsultasi dengan Dokter Spesialis THT dapat menghubungi Admin kami 0821-3552-2454. \n\n \n\n \n\n Referensi : \n\n Mita, Devi Nendes. (2017). Analisis faktor risiko tonsilitis kronik. UNIMUS. \n\n Nizar, Muhammad, Qamariah, Nur, & Muthmainnah, Noor. (2016). Identifikasi Bakteri Penyebab Tonsilitis Kronik Pada Pasien Anak Di Bagian Tht Rsud Ulin Banjarmasin. Berkala Kedokteran, 12(2), 197–204. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20527/j bk.v12i2.1867 \n\n P. Van den Broek, L. Feenstra. Debruyne, F. Marres, H. A. .. (2011). Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan Telinga, 12th edn, Editited by N. In Iskandar. \n\n Ramadhan, Febri, Sahrudin, Sahrudin, & Ibrahim, Karma. (2017). Analisis faktor risiko kejadian tonsilitis kronis pada anak usia 5-11 tahun di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017. Haluoleo University. \n\n Rusli, Malahayati, Miralza Diza, and Alda Rizky. "Hubungan Usia dan Konsumsi Makanan dengan Gejala Tonsilitis Pada Pasien Poli THT RSUD H. Hanafie Muara Bungo." Zona Kedokteran: Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam 12.1 (2022): 36-43. \n\n Sari, Layla Tunjung, Yuli Kusumawati, S. K. M., & Ambarwati, S. Pd. (2014). Faktor pencetus tonsilitis pada anak usia 5-6 tahun di wilayah kerja puskesmas bayat kabupaten klaten. Universitas Muhammadiyah Surakarta. \n\n Siregar, Anggita Rahma Agusli. (2019). Hubungan Faktor Risiko dengan Gejala Tonsilitis pada Anak di SDS Islam Annizam Medan. \n\n Wahyuni, Sri, & Yuliawati, Ratna. (2017). Hubungan Usia, Konsumsi Makan dan Hygiene Mulut dengan Gejala Tonsilitis Pada Anak di SDN 005 Sungai Pinang Kota Samarinda. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 22 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Menguap dapat Mengeluarkan Kotoran Telinga, benarkah ?<\/a><\/h3>
Telinga adalah salah satu organ penting yang wajib dijaga kesehatannya, namun tidak semua orang tau bagaimana cara membersihkan telinga dengan baik dan benar, jika kesehatan dan kebersihan telinga tidak dijaga dengan baik dapat menimbulkan gangguan pada pendengaran dan keseimbangan. \nMerawat kebersihan dan kesehatan telinga penting dilakukan untuk mencegah berbagai masalah pada telinga, seperti infeksi telinga, telinga berdenging, hingga gangguan pendengaran atau bahkan tuli mendadak. \nSerumen atau kotoran telinga adalah gumpalan lunak yang dihasilkan secara alami dari kelenjar minyak di bagian luar liang telinga. Serumen tersebut berfungsi sebagai pelindung, mulai dari melindungi telinga dari debu, pertumbuhan kuman patogen, dan menjaga agar binatang tidak masuk dalam telinga. Pada dasarnya, serumen tidak berbahaya jika jumlahnya tidak berlebihan. \nNamun, produksi serumen yang terlalu banyak dapat berdampak pada kualitas pendengaran seseorang. Keluhan yang dapat timbul akibat kotoran yang memenuhi liang telinga antara lain telinga terasa penuh dan kadang disertai gangguan komunikasi dengan lawan bicara. Maka itu, penting untuk membersihkan kotoran telinga sebelum timbul keluhan lebih parah. \n\n \nBolehkah membersihkan telinga dengan cotton bud ? \nTelinga otomatis membersihkan dirinya ketika kita berbicara, mengunyah atau kegiatan menggerakan rahang. Biasanya, jika sudah kotor, kotoran telinga keluar dengan sendirinya bersama dengan gerakan rahang yang membuat otot pipi bergerak. Lalu, apakah masih perlu membersihkan telinga dengan cotton bud ? Faktanya, membersihkan telinga dengan cotton bud adalah tindakan yang kurang tepat. Sahabat Hermina boleh menggunakan cotton bud, namun hanya untuk bagian daun telinga saja, hindari menggunakan cotton bud untuk bersihkan telinga bagian dalam. \nMengorek telinga dengan cotton bud membuat kotoran semakin masuk ke dalam dan menyebabkan kotoran malah mengendap pada bagian dalam telinga yang panjangnya 2,5-3 cm saja. Kotoran yang mengendap dapat menjadi keras dan menghambat sirkulasi dalam telinga. Kondisi ini menyebabkan seseorang mengalami gangguan pendengaran. Pada dasarnya telinga memiliki mekanisme untuk membersihkan dirinya sendiri, sehingga kita tak perlu membersihkan sendiri bagian dalamnya. Sahabat Hermina hanya perlu mengusap bagian luar telinga dengan sabun dan air, lalu keringkan dengan kain atau handuk. \n \nCara menjaga kesehatan telinga yang tepat \nMenjaga kebersihan tubuh dengan cara mandi setiap hari, terutama setelah bepergian ke luar rumah. Cara ini membantu melunakkan kotoran telinga akibat air yang mengalir dari kepala saat mandi atau mencuci rambut. \nSahabat Hermina juga dapat menghindari membersihkan telinga secara mandiri dengan cotton bud karena hal ini berpotensi mendorong kotoran telinga masuk lebih dalam. \n \nHindari mengorek telinga dengan alat yang tidak bersih serta benda tajam dan runcing karena dapat mengakibatkan luka pada liang telinga bahkan gendang telinga. Kerusakan yang ditimbulkan dapat bersifat sementara atau permanen. \nLalu, hindari juga memasukkan cairan atau obat tetes telinga tanpa rekomendasi dari dokter. Kesalahan dalam terapi dapat merusak pendengaran. \nSahabat Hermina bisa mengkonsultasikan masalah kesehatan telinga pada Dokter Spesialis THT di RS Hermina terdekat, bisa juga berkonsultasi secara online melalui aplikasi Halo Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Wonogiri<\/a><\/li>
- 25 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
Operasi Amandel: Apakah Benar-benar Diperlukan ?<\/a><\/h3>
Operasi amandel atau amigdalectomy adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat amandel yang terinfeksi atau membengkak. Amandel adalah jaringan kecil yang terletak di tenggorokan dan berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi. Namun, dalam beberapa kasus, amandel bisa menjadi terinfeksi dan menyebabkan gejala seperti sakit tenggorokan, demam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan sulit menelan. \n\n \n\n Tidak semua kasus amandel perlu dioperasi. Sebagian besar kasus amandel dapat diatasi dengan perawatan mandiri dan pengobatan non-bedah. Namun, ada beberapa situasi di mana operasi amandel diperlukan. Beberapa indikasi operasi amandel antara lain: \n\n \n\n \n Infeksi amandel kronis atau berulang: Jika amandel terus-menerus mengalami infeksi atau radang, dan perawatan non-bedah tidak membantu, maka operasi amandel mungkin diperlukan. \n Obstruksi saluran napas: Pada beberapa kasus, amandel yang membesar bisa menghalangi saluran napas, menyebabkan sulit bernapas, tidur terganggu, dan sleep apnea. Jika hal ini terjadi, maka operasi amandel diperlukan untuk mengurangi ukuran amandel dan memperbaiki saluran napas. \n Abses amandel: Abses amandel adalah infeksi serius yang terjadi ketika bakteri berkembang biak di dalam amandel, menyebabkan kantung nanah. Jika abses amandel tidak diobati, bisa menyebabkan komplikasi yang lebih serius seperti pembengkakan leher dan kesulitan bernapas. Operasi amandel biasanya diperlukan untuk mengangkat abses dan mencegah infeksi menyebar ke bagian tubuh lainnya. \n \n\n \n\n Prosedur operasi amandel biasanya dilakukan di bawah anestesi umum. Dokter THT akan menggunakan alat khusus untuk mengangkat amandel dari tenggorokan. Setelah operasi, pasien mungkin merasakan sakit tenggorokan dan sulit menelan. Hal ini normal dan bisa diatasi dengan obat pereda nyeri dan istirahat yang cukup. \n\n \n\n Meskipun operasi amandel biasanya aman, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan. Beberapa risiko yang mungkin terjadi antara lain perdarahan, infeksi, reaksi terhadap obat anestesi, dan komplikasi jangka panjang seperti perubahan suara dan kesulitan menelan. \n\n \n\n Keputusan untuk menjalani operasi amandel harus dibuat setelah pertimbangan yang matang antara pasien, dokter THT, dan tim medis yang terlibat. Pertimbangan faktor-faktor seperti keparahan gejala, frekuensi infeksi, dampak pada kualitas hidup, dan potensi manfaat dan risiko dari operasi harus menjadi dasar bagi keputusan tersebut. \n\n \n\n Selain itu, penting bagi pasien yang mempertimbangkan operasi amandel untuk mendapatkan penjelasan yang jelas mengenai prosedur tersebut, risiko yang terkait, periode pemulihan, serta perubahan yang mungkin terjadi dalam kondisi kesehatan pasca-operasi. \n\n \n\n Dalam beberapa kasus, ada pilihan alternatif untuk mengatasi masalah amandel tanpa perlu menjalani operasi, seperti terapi laser atau terapi ultrasonik. Namun, penggunaan metode alternatif ini harus didiskusikan secara mendalam dengan dokter spesialis THT untuk memastikan keefektifan dan keamanannya dalam kasus spesifik. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 25 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Gendang Telinga Pecah, Apa Penyebabnya?<\/a><\/h3>
Gendang telinga pecah adalah kondisi saat membran timpani (gendang telinga) terdapat robekan atau lubang. Membran timpani atau gendang telinga yaitu lapisan di daerah bagian tengah saluran telinga yang berfungsi untuk menyalurkan gelombang suara dari telinga luar. Kemudian gelombang suara ini diterima oleh membran timpani dalam bentuk getaran lalu diteruskan ke telinga tengah dan telinga dalam. \n\n Getaran tersebut diubah menjadi sinyal di telinga bagian dalam. Kemudian sinyak tersebut akan dikirim ke otak lalu diterjemahkan sebagai suara. Sehingga, pendengaran bisa terganggu bila membran timpani rusak atau pecah. \n\n Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gendang telinga pecah, antara lain: \n\n 1. Infeksi \n\n Infeksi telinga merupakan penyebab umum yang sering ditemukan pada gendang telinga pecah, seperti otitis media kerap menjadi penyebab dari gendang telinga pecah. Infeksi telinga bisa menyebabkan penumpukan cairan di telinga bagian tengah. Kemudian penumpukan cairan tersebut menimbulkan tekanan sehingga dapat merobek gendang telinga. \n\n 2. Cedera \n\n Mengalami cedera pada telinga atau cedera di sisi kepala juga bisa menjadi penyebab pecahnya gendang telinga. Tidak hanya itu saja, cedera langsung juga bisa terjadi akibat adanya benda yang masuk ke dalam daerah telinga, seperti cutton bud ataupun alat korek telinga lainnya juga bisa mengakibatkan gendang telinga pecah. \n\n 3. Suara yang keras \n\n Acoustic trauma salah satu kondisi ketika mendengar suara yang sangat keras seperti suara tembakan atau suara ledakan yang berpotensi mengakibatkan pencahnya gendang telinga. Walaupun demikian kondisi ini jarang tejadi, namun patut untuk diwaspadai. \n\n 4. Tekanan \n\n Barotrauma yaitu kondisi ketika adanya perbedaan yang drastis antara telinga luar dan telinga tengah. Kondisi ini dapat terjadi ketika naik pesawat, berkendara ke dataran tinggi, menyelam ataupun mendaki gunung yang bisa mengakibatkan robeknya gendang telinga. \n\n Meskipun gendang telinga pecah bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau beberapa bulan. Namun terdapat beberapa kasus yang membutuhkan penanganan medis lebih lanjut seperti penambalan atau operasi telinga. \n\n Pengobatan Gendang Telinga Pecah \n\n Umumnya, gendang telinga yang pecah akan sembuh dengan sendirinya dalam 6–8 minggu. Namun, jika terdapat tanda infeksi atau gendang telinga yang pecah tidak kunjung sembuh dengan sendirinya, maka diperlukan penanganan medis. \n\n Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani gendang telinga pecah adalah: \n\n Penanganan medis \n\n Penanganan medis pada gendang telinga bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit serta mengatasi atau mencegah terjadinya infeksi. Tindakan medis yang dilakukan dokter antara lain: \n\n \n Pemberian obat-obatan \n Dokter akan memberikan antibiotik dalam bentuk obat tetes atau obat minum untuk mencegah atau mengobati infeksi telinga. Dokter juga akan memberikan obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau paracetamol, jika nyeri akibat gendang telinga pecah tidak kunjung reda. \n \n\n \n Penambalan robekan atau lubang \n Jika robekan atau lubang pada gendang telinga tidak dapat pulih dengan sendirinya, dokter akan mengoleskan bahan kimia pada tepi robekan dan memasang kertas khusus sebagai tambalan. Penambalan ini akan merangsang proses penyembuhan gendang telinga sampai tertutup sepenuhnya. \n \n\n \n Pembedahan atau operasi \n Jika penambalan robekan atau lubang pada gendang telinga tidak berhasil, dokter akan melakukan operasi gendang telinga atau timpanoplasti. Operasi ini dilakukan dengan cara mencangkok jaringan lain ke gendang telinga yang pecah. \n \n\n Perawatan mandiri di rumah \n\n Untuk membantu proses pemulihan gendang telinga yang pecah, pasien juga dapat melakukan perawatan sendiri di rumah. Perawatan yang dapat dilakukan antara lain: \n\n \n Menjaga telinga agar tetap kering dengan menggunakan penutup telinga atau alat khusus untuk menghindari masuknya air ketika mandi \n Menghindari aktivitas yang berisiko, seperti berenang, bepergian ke dataran tinggi, dan melakukan olahraga yang berat \n Tidak menahan napas di hidung saat bersin karena dapat meningkatkan tekanan pada telinga dan memperburuk kondisi \n Menahan keinginan untuk membersihkan telinga untuk sementara waktu hingga gendang telinga yang pecah pulih kembali \n Mengompres telinga dengan handuk kering yang hangat \n \n\n Jika kondisi tidak kunjung membaik segera periksakan ke dokter spesialis THT RSU Hermina Medan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Balikpapan<\/a><\/li>
- 24 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Apa itu Serumen Telinga?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, tahukah bahwa serumen atau kotoran telinga ternyata bukan hanya sebatas kotoran telinga, tapi serumen memiliki manfaat untuk telinga kita. Serumen adalah produksi dari kelenjar lemak dan kelenjar keringat yang ada di sepertiga depan telinga kita. Serumen memiliki berbagai konsistensi, ada yang lunak, lengket, kering ataupun keras, warnanya pun bervariasi dari kuning hingga kecoklatan. \n\n Serumen berfungsi sebagai penyaring/pembersih liang telinga. Serumen akan menangkap partikel atau benda asing dalam ukuran mikro sehingga tidak masuk lebih dalam yang selanjutnya secara alami partikel tersebut akan dikeluarkan dengan bantuan gerakan rahang bawah saat mengunyah. Serumen juga berfungsi sebagai pelembab/lubrikasi yang dapat mencegah liang telinga menjadi kering dan gatal. Zat lubrikasi ini diperoleh dari kandungan lemak yang tinggi dari produksi kelenjar keringat. Fungsi lain dari serumen yaitu sebagai antibakteri dan antijamur. Terdapatnya lisosim dalam serumen dan pH rendah akan membuat suasana yang sukar untuk pertumbuhan kuman. Dan yang terakhir, serumen memiliki bau yang khas yang tidak disukai serangga sehingga mencegah serangga masuk ke dalam liang telinga. \n\n Pada kondisi normal, serumen tidak akan menyebabkan gangguan atau keluhan. Pada dasarnya, telinga memiliki cara membersihkan diri yang dibantu gerak rahang saat mengunyah, dan terbilas air pada saat mandi. Sahabat hermina tidak perlu mengorek-ngoreknya menggunakan cottonbud (kapas lidi) atau ear candling, tindakan mengorek-ngorek ini justru bisa menyebabkan telinga menjadi iritasi atau bengkak bahkan hingga mengalami infeksi, serta dapat melukai gendang telinga. \n\n Cara membersihkan telinga, sahabat hermina cukup mengeringkan bagian luar telinga saja dengan handuk kering atau tisu kering karena biasanya serumen bisa berpindah dengan sendirinya dari liang telinga ke luar telinga. Namun, terkadang serumen tersebut tidak bisa keluar dan justru mengendap di dalam liang telinga. \n\n Pada kondisi tertentu, serumen dapat menyebabkan gangguan yaitu bila terjadi penumpukan serumen yang berlebihan sehingga terjadi penyumbatan pada liang telinga yang disebut sebagai serumen obsturan atau impacted cerumen. Keadaan ini dapat menimbulkan keluhan telinga berdenging, rasa tidak nyaman di telinga bahkan sampai terasa nyeri dan juga kurang pendengaran. \n\n Jika sahabat hermina gemar mendengarkan musik menggunakan earphone, ada baiknya hindari untuk menggunakan dalam jangka waktu yang lama untuk menjaga kesehatan telinga. Pemakaian earphone juga sangat berisiko untuk mendorong serumen masuk ke dalam, kemudian serumen menjadi keras dan sulit untuk dibersihkan. \n\n Faktor lain yang menyebabkan penumpukan serumen di liang telinga yaitu bentuk liang telinga yang bervariasi terutama dalam hal ini liang telinga yang sempit, produksi serumen yang berlebihan, melakukan tindakan mengorek telinga sehingga serumen terdorong ke bagian dalam liang telinga kemudian terjadi penumpukan. \n\n Bila terjadi penumpukan serumen, dapat dilakukan pembersihan dengan pemilin kapas. Pada kasus tipe serumen yang keras, serumen akan diambil dengan cara dikait, atau bisa mengunakan tetes telinga pelunak kotoran seperti fenol gliserol untuk melunakkan dan selanjutnya dilakukan pembersihan/ penyemprotan (irigasi) serumen yang ada di liang telinga. \n\n Setiap telinga memiliki bentuk dan konsistensi serumen yang berbeda-beda. Untuk pembersihan serumen di liang telinga yang aman, sebaiknya dilakukan oleh dokter/spesialis THT sehingga tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. \n\n Bila sahabat Hermina memiliki keluhan telinga ada baiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu ke dokter THT di RS Hermina Balikpapan. Mari kita jaga kesehatan telinga dengan cara menghindari mengorek telinga dengan cotton bud serta menghindari penggunaan earphone yang terlalu lama. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 23 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Telinga Berdenging Tanda Sedang Digosipkan Orang Lain, Tetapi Karena...<\/a><\/h3>
Meskipun tinnitus sering dikaitkan dengan gangguan pendengaran, hal itu tidak menyebabkan gangguan tersebut, dan gangguan pendengaran juga tidak menyebabkan tinnitus. Faktanya, beberapa orang dengan tinnitus tidak mengalami kesulitan mendengar, dan dalam beberapa kasus mereka bahkan menjadi sangat sensitif terhadap suara (hiperakusis) sehingga mereka harus mengambil langkah untuk meredam atau menutupi suara dari luar. Paparan suara keras dalam waktu lama adalah penyebab paling umum dari tinnitus. Hingga 90% orang dengan tinnitus memiliki beberapa tingkat gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan. Kebisingan menyebabkan kerusakan permanen pada saraf pendengaran di koklea, organ berbentuk spiral di telinga bagian dalam atau sering disebut rumah siput. Tukang kayu, pilot, musisi rock, pekerja perbaikan jalan, dan penata taman termasuk di antara mereka yang pekerjaannya berisiko, seperti halnya orang yang bekerja dengan gergaji mesin, senjata api, atau perangkat keras lainnya atau yang berulang kali mendengarkan musik keras. Paparan tunggal terhadap suara yang sangat keras tiba-tiba juga dapat menyebabkan tinnitus. \n\n Kebanyakan orang yang mencari bantuan medis untuk tinnitus mengalaminya sebagai subjektif, suara konstan seperti dering konstan di telinga atau suara berdengung di telinga, dan sebagian besar memiliki beberapa derajat gangguan pendengaran. Hal-hal yang menyebabkan gangguan pendengaran (dan tinnitus) termasuk suara keras, obat-obatan yang merusak saraf di telinga (obat ototoksik), kotoran telinga, masalah telinga tengah (seperti infeksi dan tumor pembuluh darah), dan penuaan. Tinnitus juga bisa menjadi gejala penyakit Meniere, yaitu gangguan mekanisme keseimbangan di telinga bagian dalam. Tinnitus dapat muncul di mana saja di sepanjang jalur pendengaran, dari telinga luar melalui telinga tengah dan dalam ke korteks pendengaran otak, di mana ia diterjemahkan (dalam arti tertentu, dicetak). Salah satu penyebab paling umum dari tinitus adalah kerusakan sel-sel rambut di koklea (lihat "Jalur pendengaran dan tinnitus"). Sel-sel ini membantu mengubah gelombang suara menjadi gelombang listrik pada saraf. Jika jalur atau sirkuit pendengaran di otak tidak menerima sinyal yang mereka harapkan dari koklea, otak pada dasarnya mengkompensasi pada jalur tersebut untuk mendeteksi sinyal - dengan cara yang sama seperti Anda menaikkan volume radio mobil ketika Sahabat Hermina mencoba mencari sinyal stasiun. Kebisingan listrik yang dihasilkan berupa tinnitus — suara bernada tinggi jika gangguan pendengaran berada dalam rentang frekuensi tinggi dan bernada rendah jika berada dalam rentang frekuensi rendah. Tinnitus semacam ini menyerupai ilusi nyeri tungkai pada orang yang diamputasi - otak memproduksi sinyal saraf abnormal untuk mengkompensasi input yang hilang. \n\n Kebanyakan tinnitus adalah "sensorineural," yang berarti bahwa itu disebabkan oleh gangguan pendengaran pada tingkat koklea atau saraf koklea. Tapi tinnitus mungkin berasal dari tempat lain. Tubuh kita biasanya menghasilkan suara (disebut suara somatik) yang biasanya tidak kita sadari karena kita mendengarkan suara eksternal. Apa pun yang menghalangi pendengaran normal dapat membawa suara somatik ke perhatian kita. Misalnya, Sahabat Hermina mungkin mendapatkan suara bising saat kotoran telinga menyumbat telinga luar. Tinnitus yang lama dapatdampak emosional negatif pada Sahabat Hermina, sehingga tidak akan mempengaruhi hidup Sahabat Hermina. Deteksi tinitus sejak dini dapat meningkatkan angka kesembuhan. Sahabat Hermina akan melihat peningkatan dalam tidur Sahabat Hermina, kemampuan untuk berkonsentrasi, depresi dan kecemasan. \n\n Gangguan pada telinga merupakan masalah kesehatan yang serius karena dapat menimbulkan gangguan pendengaran dan komplikasi lainnya, seperti meningitis. Oleh karena itu, Anda perlu segera memeriksakan diri ke dokter THT untuk mendapatkan pengobatan yang tepat jika Anda mengalami gejala gangguan pada telinga. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 30 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
Benarkah Operasi Amandel Mempengaruhi Imunitas Anak?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, seperti kita ketahui, penyakit radang amandel sering dijumpai pada anak-anak. Orangtua tentu merasa khawatir jika anak mengalami radang amandel. Apalagi jika setelah memeriksakan anak ke dokter THT, anak harus disarankan untuk operasi pengangkatan amandel. Umumnya penyebab amandel harus diangkat adalah ketika amandel mengalami radang dan sudah berisiko terhadap kesehatan. \n\n \n\n Operasi pengangkatan amandel merupakan salah satu cara penyembuhan radang amandel. Pada saat dokter spesialis THT menyarankan untuk operasi pengangkatan amandel, biasanya orangtua merasa bingung. Apalagi, ada beberapa mitos tentang operasi amandel yang beredar di tengah masyarakat. Masih ada sebagian yang ragu melakukan operasi amandel karena diyakini dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat orang tua menjadi keberatan jika anaknya harus menjalani operasi pengangkatan amandel. Salah satu mitos yang beredar adalah, anak akan gampang sakit setelah amandelnya diangkat. Benarkah? \n\n \n\n Tahukah Sahabat Hermina? Anak mudah sakit setelah operasi pengangkatan amandel adalah mitos. Memang, amandel berfungsi sebagai salah satu penyaring kuman dan penyakit, tetapi sebetulnya amandel bukan satu-satunya pelindung imunitas. \n\n \n\n Pada rongga tenggorokan juga ada benteng pertahanan tubuh lainnya yang bernama adenoid yang terletak di langit-langit atas rongga tenggorok berdekatan dengan saluran hidung. Sudah ada penelitian bahwa setelah dilakukan operasi amandel, seluruh sistem imun di dalam tubuh kita tidak terpengaruh. Justru, pengangkatan amandel bertujuan membuang sumber infeksi. Justru akan lebih baik jika amandel segera diangkat karena dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. \n\n \n\n Amandel memang memiliki peran yang sangat penting dalam kaitannya dengan imunitas tubuh, tetapi gangguan kesehatan yang menyerang organ di tenggorokan satu ini juga terbilang berbahaya. Pastikan Anda memeriksakan kesehatan tubuh secara rutin untuk bisa mendeteksi adanya kelainan pada tubuh. \n\n \n\n Nah, Sahabat Hermina bisa berdiskusi terlebih dahulu jika memiliki pertanyaan atau masalah seputar amandel dengan Dokter Spesialis THT. RS Hermina Ciputat bisa menjadi pilihan Sahabat Hermina untuk memeriksakan radang amandel sampai dengan tindakan operasi jika diperlukan nanti. Selain memiliki dokter Spesialis THT yang handal dan profesional, RS Hermina Ciputat juga memiliki peralatan penunjang yang lengkap. Sehingga tidak perlu khawatir jika Si Kecil disarankan untuk melakukan operasi pengangkatan amandel. Klik disini untuk bikin janji dengan dokter spesialis THT. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciputat<\/a><\/li>
- 30 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Deteksi Dini Gangguan Pendengaran dengan OAE (Oto Acoustic Emissions)<\/a><\/h3>
Tahukan Sahabat Hermina? Risiko ketulian yang terjadi pada bayi baru lahir berada pada angka 2%. Berdasarkan data WHO, 1 dari 1.000 kelahiran bayi di Indonesia mengalami gangguan pendengaran. Berkaitan dengan kasus ini, tes atau skrining pendengaran harus dilakukan tidak hanya untuk mendeteksi namun juga menghindari terjadinya risiko gangguan pendengaran. Saat bayi baru lahir sebaiknya langsung memeriksakakan kesehatan pendengarannya dengan OAE (Oto Accoustic Emission). Apa itu OAE (Oto Acoustic Emission)? \n\n Pengertian OAE (Oto Acoustic Emission) \n\n OAE (Oto Accoustic Emission) merupakan skrining untuk menilai sela rambut yang terdapat dirumah siput (koklea). Tes yang menggunakan alat berbentuk headset ini dapat megukur getaran suara dalam liang telinga \n\n Mengapa Butuh Tes Oto Acoustic Emission (OAE)? \n\n Pemeriksaan dengan OAE dapat dilakukan pada bayi baru lahir, sehingga orang tua dapat melakukan penanganan selanjutnya sedini mungkin untuk masa depan Si Kecil. \n\n Apa yang terjadi jika anak terlambat mendapatkan penanganan karena tidak terdeteksi memiliki gangguan pendengaran? \n\n \n Kesulitan Berkominikasi \n Kesulitan berinteraksi \n Performa belajar anak akan tertinggal \n Membutuhkan sekolah atau Pendidikan yang khusus \n Kesulitan bersaing bahkan sampai ke dunia kerja \n \n\n \n\n Bagi ibu yang melahirkan di hermina ciputat dapat langsung memeriksakakan kesehatan pendengaran bayinya dengan OAE (Oto Accoustic Emission). Tes ini menjadi penting, karena apabila bayi dibiarkan tumbuh dengan gangguan pendengaran yang tidak dapat terdeteksi, risiko gangguan kemampuan bicara pada anak juga semakin tinggi. Pada pasien dengan umur di bawah satu tahun, rehabilitasi pendengaran masih sangat mungkin dilakukan apabila orangtua secara sigap melakukan tes pendengaran sejak dini. Jika tidak ditemukan masalah pada pendengarannya maka bayi tanpa resiko dapat dipantau Kembali perkembangan bicaranya sampai dengan usianya 2 tahun. Sedangkan untuk bayi dengan factor resiko wajib evaluasi audiologi minimal 6 bulan sekali sampai dengan usia anak 3 tahun. Untuk bayi yang terdeteksi memili gangguan saat pemeriksaan pertama maka di usia 1 bulan harus dilakukan evaluasi Kembali dengan pemeriksaan pendengaran selanjutnya. \n\n Sahabat Hermina, periksakan segera kemampuan pendengaran Si Kecil dengan OAE di hermina ciputat. Selain itu sahabat hermina juga bisa mengkonsultasikan langsung dengan dokter spesialis THT. Klik link disini untuk update jadwal dan buat janji dengan dokter! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 23 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
SINUSITIS DAN PENANGANANNYA<\/a><\/h3>
Sinusitis dan penanganya \n\n Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasal. peradangan ini dapat terjadi pada salah satu sinus paranasal atau pada beberapa berapa sinus paranasal. American Academy of Otolaryngology- Head and Neck surgery yang mengusulkan pergantian pergantian terminologi sinusitis menjadi rinosinusitis. Hal ini mendukung konsep “one air way one disease”. Kejadian ini menunjukkan bahwa rinosinusitis merupakan manifestasi atas respon peradangan mukosa sinus paranasal. \n\n Gejala dan tanda \n\n Menurut Task force dari American Academy of Otolaringologic Allergic (AAOA), dan American Rhinologic Society (ARS), gejala klinik Rinosinusitis (RS) pada penderita dewasa dibagi menjadi: 1). Kriteria mayor: sakit pada daerah pipi, hidung buntu, ingus purulent, gangguan penciuman, sekcret purulent pada rongga hidung, demam ( untuk fase akut ). 2). Batuk, demam (untuk non akut), tenggorok berlendir, nyeri geraham, halitosis. \n\n Klasifikasi Rinosinusitis \n\n Klasifikasi RS pada anak, berbeda dengan klasifikasi pada dewasa. Klasifikasi pada penderita dewasa, antara lain: \n\n \n Rinosinusitis Akut (RSA), berlangsung dengan gejala sampai 4 minggu. Gejala bersifat mendadak, biasanya akibat virus dan akan sembuh sebelum 4 minggu. Setelah itu gejala akan menghilang. \n Rinosinusitis akut berulang (recurrent acute rhinosinusitis), gejalanya mirip dengan RSA, berlangsung selama 7-10 hari, yang terjadi 4 atau lebih selama 1 tahun. \n Rinosinusitis sub akut (RSSA), adalah RS dengan gejala yang berlangsung antara 4-12 minggu. Diduga dalam tahap ini belum ada perubahan secara histopatologi pada mukosa sinus. \n Rinosinusitis kronik (RSK), merupakan RS dengaan gejala yang berlangsung selama lebih dari 12 minggu. \n Rinosinustis kronik dengan eksaserbasi akut, adalah RSK pada umumnya dengan gejala yang menetap, tetapi dengan perburukan gejala, akibat infeksi berulang. \n \n\n \n\n Penatalaksanaan Rinosinusitis \n\n Penatalaksanaan rinosinusitis tergantung dari jenis, derajat serta lama penyakit pada masing-masing penderita. Pada RSA terapi medikamentosa merupakan terapi utama. Pada RSK terapi bedah mungkin menjadi pilihan yang lebih baik dari pada medikamentosa. \n\n Terapi medikamentosa merupakan terapi yang penting karena lebih sederhana, mudah dilaksanakan serta relatif lebih murah dari terapi pembedahan. \n\n 1.Terapi Medikamentosa. \n\n a. Dekongestan. \n\n b. Kortikosteroid. \n\n c. Antihistamin. \n\n d. Antibiotik. \n\n 2.Terapi Bedah. \n\n \n\n Narasumber : dr. Rajiman, Sp. THT-KL \n\n \n\n Untuk membuat janji silahkan klik link berikut ini: \n\n https://herminahospitals.com/doctors/dr-rajiman-sp-tht-kl-m-kes \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 23 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 24 November 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Mei 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 22 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 23 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 05 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>