- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 27 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Dampak Gadget Terhadap Kesehatan Mata<\/a><\/h3>
Gadget baik itu handphone (HP), tablet, hingga laptop merupakan barang yang sulit dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Alat ini juga tidak asing lagi untuk anak-anak dari anak Sekolah Dasar (SD), hingga taman kanak-kanak (TK) sekalipun sudah banyak yang memiliki gadget sendiri. Tak bisa dipungkiri, teknologi menjadi satu hal yang sangat erat dengan manusia sekarang ini. Melalui teknologi, jendela informasi terbuka lebar hingga manusia bisa berkembang dalam hal pendidikan, perekonomian, kreativitas, maupun bidang lain. \n\n Pada dasarnya, mata anak-anak masih tergolong sensitif terutama pada cahaya dan akan masih terus berkembang hingga ia mencapai usia dewasa. Anak-anak usia 3-7 tahun tentu senang bermain gadget dalam waktu lama, karena selain penasaran, ada banyak hal menarik secara visual bagi mereka. Jika sejak dini anak-anak telah ‘dibiasakan’ menatap sinar atau cahaya secara berlebihan, maka ada kemungkinan daya penglihatan mereka jadi lebih cepat rusak dan terganggu secara permanen jika tidak ditangani segera. \n\n Menurut American Optometric Association, definisi penggunaan berlebihan adalah saat anak berusia diatas dua tahun yang menggunakan gadget lebih dari dua jam sehari. Layar gadget mengeluarkan cahaya yang disebut high energy visible atau biasa dikenal sebagai blue light yang berbahaya bagi mata. Resiko terjadi suatu masalah seperti computer vision syndrome, sebuah gejala yang timbul karena mata terlalu fokus pada layar sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman jika dilakukan dalam periode yang terlalu lama. Selain itu, penggunaan gadget yang berkepanjangan juga bisa menyebabkan rabuh jauh (myopia). \n\n Beberapa gangguan kesehatan mata yang seringkali terjadi pada anak yang mengalami radiasi sinar dari layar gadget: \n\n \n Mata lelah (astenopia) \n Otot-otot mata menjadi cepat lelah dan membuat penglihatan menjadi buram. \n Mata kering \n Frekuensi berkedip akan berkurang, sehingga mereka akan sering mengeluh matanya perih atau nyeri, mengalami mata kering. \n Mata juling (strabismus) \n Paparan sinar biru dari layar gadget yang terlalu intens dan dekat dapat meningkatkan risiko mata anak menjadi juling. \n Rabun jauh (myopia) \n Bola mata menjadi lebih lentur atau memanjang yang menyebabkan anak rentan menderita rabun jauh (myopia). \n \n\n Tips untuk menghindari gangguan kesehatan mata karena penggunaan gadget: \n\n \n Terapkanlah 20-20-20. Luangkan waktu setiap 20 menit sekali untuk melihat ke kejauhan atau area selain layar gadget sepanjang 20 inch ke depan (atau sejauh mata memandang dan tidak memforsir mata untuk fokus) selama 20 detik. Cara ini dapat membantu melemaskan otot-otot fokus dalam dan luar mata. \n Sesuaikan pengaturan cahaya layar dengan pencahayaan ruangan, jangan sampai terlalu terang maupun terlalu redup atau gelap. Atur level pencahayaan layar seminimal mungkin agar tidak terjadi kontraksi berlebihan pada mata. \n Batasi waktu penggunaan gadget pada anak maksimal satu jam per hari. Usahakan beri jeda setiap 20-30 menit untuk anak beristirahat selama setidaknya 5 menit. Ingatkan anak untuk berkedip untuk membasahi matanya, agar matanya tidak kering. \n Gunakan tetes mata yang mengandung bahan aktif guna mengatasi kekeringan pada mata. \n Makan makanan bergizi yang membantu menjaga kesehatan mata. \n Hentikan segera penggunaan gadget jika anak mengalami gejala gangguan penglihatan. Konsultasikan ke dokter spesialis mata untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat. \n \n\n RS Hermina Pandanaran memiliki dokter spesialis mata. Sahabat Hermina dapat melakukan pengecekan kesehatan mata secara berkala. Informasi lengkap seputar RS Hermina Pandanaran dapat menghubungi hotline 024-8442525. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Serpong<\/a><\/li>
- 11 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mendekatkan Anak Dengan Gadget, Apakah akan Pinter?<\/a><\/h3>
Sebagian besar orangtua menghabiskan masa kecilnya dulu dengan melakukan berbagai macam permainan tradisional yang sederhana. \nBerbeda dengan masa sekarang, anak-anak sudah sangat pandai menggunakan teknologi smartphone, dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menggunakannya. \nSebuah riset terbaru mengklaim, penggunaan smartphone dan teknologi lainnya tidak membuat orang "bodoh". \n\n Smartphone sebenarnya bekerja dengan cara lain, yang mungkin membuat anak-anak lebih pintar. \nMereka mengungkapkan, smartphone membantu orang membebaskan otak mereka untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks, dan mengembangkan pembelajaran untuk mempelajari berbagai hal. \n \nNamun kebanyakan anak, menghabiskan waktu untuk bermain gadget berjam-jam lamanya sehingga mengorbankan waktu untuk melakukan eksplorasi khas anak-anak, misalnya bergerak, berlari, dan berinteraksi dengan orang sekitar. \n \nAnak-anak yang main gadget secara intens berjam-jam umumnya tidak memperhatikan orang lain di sekitarnya, padahal ini sangat penting untuk perkembangannya. \nKerugian lain dengan bermain gadget tanpa terkontrol adalah waktu istirahat anak berkurang yang berdampak pada perkembangan fisik, dan menurunkan kesempatan anak mengembangkan kemampuan berpikir. Pada akhirnya anak tidak tumbuh menjadi orang-orang yang dapat merefleksikan dan mengekspresikan diri. \n \nTerkait persepsi orangtua yang beranggapan bahwa anak menjadi lebih pintar karena terbiasa menggunakan gadget. \n \nJadi intinya orangtua harus mengikuti aturan main. Penggunaan waktu layar elektronik (termasuk komputer dan televisi) yang disarankan adalah 30 sampai 60 menit per hari. Bahkan untuk anak usia 0 - 2 tahun, dilarang sama sekali \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 23 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Bijak Gunakan Earphone di Masa Pandemi Covid-19<\/a><\/h3>
Pada era pandemi seperti saat ini, sebagian besar pengguna komputer atau laptop menggunakan earphone pada saat bekerja, belajar, atau beraktivitas secara keseluruhan untuk memudahkan mendengarkan percakapan saat belajar atau rapat virtual, ataupun untuk mendengarkan musik. \n\n \n\n Meskipun begitu, terlalu sering memakai earphone juga berdampak negatif pada kesehatan karena dapat memengaruhi indra pendengaran. Oleh karena itu lebih baik gunakan earphone dengan frekuensi suara yang tidak terlalu keras dan mengurangi durasi pemakaiannya. \n\n \n\n Mendengarkan musik, menerima telepon, atau melakukan hal apapun dengan gadget memang lebih asik dengan menggunakan earphone, karena menggunakan earphone lebih praktis dan memudahkan Sahabat Hermina saat berkomunikasi atau mendengarkan musik dengan suara jernih. \n\n \n\n Akan tetapi, risiko dari penurunan pendengaran akibat mendengarkan musik lewat earphone ini juga akan semakin meningkat terutama bila kita terbiasa menggunakannya di tempat bising. Pasalnya, volume lagu yang diputar tanpa disadari akan sangat kencang untuk menutupi kebisingan tersebut. Tak hanya itu, ternyata risiko penurunan pendengaran juga akan meningkat ketika kita mendengarkan menggunakan earphone saat sedang melakukan aktivitas berat, misalnya berolahraga sambil mendengarkan musik, dibandingkan saat sedang berisitirahat. Kebiasaan cara pakai earphone yang salah juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada telinga, seperti rasa nyeri serta telinga terasa penuh dan berdenging. \n\n \n\n Volume suara musik rata-rata dari penggunaan earphone normalnya bisa sebesar 95-105 desibel. Semakin kita naikkan volumenya, semakin besar desibel suaranya. Lebih dari 105 desibel sudah dianggap sebagai polusi suara yang berbahaya bagi pendengaran. Jika mau dibandingkan, suara asli kita saat mengobrol dengan teman bangku sebelah adalah 60 desibel, sementara suara sambaran petir bisa mencapai 120 desibel yang bisa merusak pendengaran hanya setelah 9 detik. Ketika terus-terusan didera oleh volume kencang, sel-sel sensorik di dalam telinga yang seharusnya bekerja menangkap sinyal suara tersebut akan kelelahan. \n\n \n\n Bagian dalam earphone juga harus rajin dibersihkan, karena earphone yang kotor adalah ladang tumbuh kembang bakteri. Earphone yang kotor setidaknya menjadi rumah bagi 68% bakteri. Selain itu, kebiasaan meminjamkan earphone ke orang lain juga dapat meningkatkan risiko pertumbuhan bakteri. \n\n \n\n Bahkan di masa pandemi COVID-19 ini, virus tersebut dapat menempel di earphone yang tidak bersihkan secara rutin. Minimal, bershikan earphone 2 kali dalam sebulan. \n\n \n\n Bila merasa jenuh saat sedang olahraga atau melakukan aktivitas berat lainnya dan ingin mendengarkan musik, Sahabat Hermina dapat mencoba tips berikut ini: \n\n - Cobalah dengarkan musik dengan volume setengah dari volume kebisingan \n\n - Jangan gunakan earphone melebihi 1,5 jam dalam satu kali sesi; beri waktu telinga untuk sesekali beristirahat sebelum lanjut mendengarkan musik lagi dan batasi volume suaranya maksimal 85 dB \n\n - Rutinlah membersihkan earphone dan jangan membiasakan diri berbagi earphone dengan orang lain \n\n - Bila Anda akan melakukan suatu aktivitas di tempat bising, cobalah luangkan waktu untuk berhenti sejenak dan pergi ke tempat sepi untuk mengistirahatkan telinga sebelum kembali ke tempat tersebut \n\n \n\n Terlalu sering menggunakan earphone akan merusak pendengaran. Menurut dr. Doddy sumahardika,SpTHT-KL (Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher), menggunakan earphone terlalu lama bahkan dapat membuat tuli saraf, khususnya NIHL (Noice Induced Hearing Loss). Jika terjadi tuli syaraf maka tidak dapat diobati. \n\n \n\n Gejala awal NIHL yang harus Sahabat Hermina perhatikan, yaitu: \n\n \n Gangguan pendengaran temporer seperti suara denging \n Sulit mendengar kala suasana ramai \n Nyeri telinga yang sangat tajam dan terjadinya mendadak \n Di saluran telinga berisi nanah atau darah \n Penurunan atau kehilangan pendengaran di satu telinga atau di semua bagian yang terkena \n Terasa berdering di telinga (tinitus) \n Ada sensasi berputar (vertigo) \n Mual atau muntah akibat vertigo \n Pusing \n \n\n \n\n Faktor resiko juga dapat dlihat dari kebiasaan pengguna seperti: \n\n \n Merokok \n Mempunyai riwayat jantung \n DM (Diabetes Melitus) \n Hiperdemia \n Obat-obatan ototksik \n \n\n \n\n Penggunaan earphone yang berlebihan juga mengalami efek lain yaitu nyeri, iritasi dan infeksi. Cara agar tetap baik menggunakan earphone adalah: \n\n \n\n - Lakukan Trik 60/60 \n\n Ketika menggunakan earphone, jangan mendengarkan musik lebih dari 60 menit per hari, dan 60 persen dari volume maksimal. Kekuatan suara lebih dari 85 dB (setara dengan suara buldoser) dapat memengaruhi pendengaran. \n\n \n\n Jika didengarkan selama 8 jam nonstop, telinga bisa rusak secara permanen. Berikan waktu istirahat untuk telinga Anda. Bila Anda adalah tipe orang yang harus mendengarkan musik kapan pun dan di mana pun, beralihlah ke speaker ketika Anda sedang menyetir atau di rumah. \n\n \n\n - Tidak Lebih dari Satu Jam dalam Sehari \n\n Seperti anjuran dari WHO, batasi penggunaan earphone dan headset tidak lebih dari 1 jam dalam sehari. Oleh karena itu, pastikan untuk tidak menggunakan alat tersebut ketika hendak tidur guna menghindari pemakaian lebih dari durasi yang dianjurkan. \n\n \n\n Perlu Anda ketahui, saat tertidur, telinga semakin tertekan karena menerima gelombang suara yang besar dari pemakaian earphone, apalagi kondisi koklea (rumah siput) cukup sensitif terhadap gelombang suara. \n\n \n\n Saat mendengarkan musik semalaman hingga tertidur, telinga sudah tak lagi ‘mendengarkan’. Ada pula dugaan bahwa mendengarkan lagu saat tidur dengan earphone atau headset membuat otak jadi kurang beristirahat. \n\n \n\n Parahnya, gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh alat tersebut juga dapat merusak sel-sel pada otak \n\n \n\n - Jaga Kebersihan Telinga \n\n Penggunaan earphone atau headset bisa saja membuat telinga tersumbat oleh kotoran. Jika Anda tidak membersihkan telinga dengan benar, kotoran tersebut bisa terus menumpuk dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi. \n\n \n\n Bagaimana cara membersihkan telinga yang benar? Untuk hal ini, Anda bisa menyeka bagian luar telinga menggunakan cotton bud. \n\n Pastikan untuk tidak menggunakan cotton bud untuk mengorek telinga bagian dalam, karena justru membuat kotoran makin terdorong masuk. \n\n \n\n Nah, untuk mengeluarkan kotoran yang ada di dalam telinga, Anda bisa mengandalkan obat tetes telinga yang dijual bebas di apotek. Teteskan obat tersebut ke liang telinga Anda dan tunggu hingga dua atau tiga hari. \n\n \n\n Setelahnya, miringkan kepala Anda dan teteskan air hangat ke dalam saluran telinga yang sebelumnya telah diberikan obat. Setelah beberapa saat, miringkan kepala Anda ke arah berlawanan agar kotoran mengalir keluar dengan sendirinya. \n\n \n\n Jika kotoran telinga sudah berhasil keluar, telinga Anda menggunakan handuk bersih. Seka secara perlahan, agar tidak terjadi iritasi. \n\n \n\n \n\n - Pilih Earphone yang Tepat \n\n Sebagian orang menggunakan earphone atau headset untuk meredam suara bising yang ada di sekitar. Sebetulnya baik earphone maupun headphone, jika standar kualitasnya bagus, maka keluaran suara yang dihasilkan pun akan baik. \n\n \n\n Supaya tidak menimbulkan efek samping yang merugikan, Anda bisa menggunakan earphone atau headset yang memiliki fitur peredam bising (noise limiter). Tetap ingat untuk membatasi volume suara agar tidak lebih tinggi dari ukuran yang dianjurkan, ya! \n\n \n\n - Perhatikan Higienitas Earphone atau Headset \n\n Layaknya telinga, earphone atau headset juga perlu dibersihkan secara berkala. Hal ini dilakukan untuk mencegah perkembangan kuman pada benda kesayangan Anda. \n\n \n\n Cara membersihkan earphone dan headset cukup dengan melepaskan bagian silikonnya, dan redam menggunakan air yang dicampur sabun. Setelah beberapa menit, angkat dan seka menggunakan handuk bersih hingga benar-benar kering. \n\n \n\n Untuk bagian yang tidak boleh kena air, Anda bisa membersihkannya menggunakan sikat gigi kering secara perlahan-lahan. \n\n \n\n - Jangan memakai earphone lebih dari satu jam. \n\n - Jangan mendengarkan musik terlalu keras. \n\n - Melindungi indera pendengaran ketika berada di tempat yang bising \n\n - Pertimbangkan untuk memakai earplug \n\n \n\n \n\n Bila terjadi keluhan pendengaran dapat diperiksakan ke dokter spesialis THT-KL agar mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Yang terpenting jaga kesehatan telinga dengan mengurangi mendengarkan suara yang terlalu keras atau bising dalam waktu lama agar kesehatan pendengaran tetap terjaga. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 08 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tips Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, dewasa ini, gadget dan intenet bukanlah benda asing lagi bagi semua orang. Peran gadget saat ini menjadi salah satu alat komunikasi yang ada karena majunya teknologi. Kini, hampir semua orang mulai menggunakan gadget. \n\n Gadget ini ada banyak macamnya, bisa menggunakan smartphone, laptop, tablet, dan lainnya. Keberadaan gadget ini dianggap sangat bermanfaat bagi para penggunanya sehingga tidak salah jika semua orang memilikinya, termasuk anak-anak. Dan, kegiatan belajar mengajar saat ini juga tidak luput dari pemakaian gadget. \n\n Selama era pandemi, kegiatan belajar mengajar untuk anak dilakukan di rumah, sehingga membuat anak bosan. Hal ini membuat pemakaian gadget meningkat hingga sampai 50% di luar pembelajaran jarak jauh. \n\n Peningkatan pemakaian gadget tentu memiliki dampak positif dan negatif bagi anak. \n\n \n\n Dampat positif gadget pada anak meliputi: \n\n - Penelitian sekitar 70%, orangtua terbantu untuk membantu anak belajar \n\n - Penelitian sekitar 80% membantu anak untuk berprilaku lebih baik \n\n - Anak dapat informasi dengan lebih baik. Untuk anak yg sudah bicara dapat mempelajari content yang baik dengan program yang tepat untuk melatih kosa kata mereka. \n\n \n\n Meskipun demikian, penggunaan gadget memiliki dampak negatifnya, yaitu; \n\n - Anak lebih sedikit waktu dengan keluarga \n\n - Anak lebih sedikit membaca dan kurang berimajinasi \n\n - Bisa memberikan efek trauma dan terpapar materi kekerasan \n\n - Bisa mengganggu kemampuan bicara anak (bagi anak yang belum bisa bicara) \n\n \n\n Dampak positif dan negatif tentu memengaruhi durasi pemakaian gadget pada anak, sehingga durasi pemakaiannya harus diperhatikan oleh orangtua. Orangtua dapat menggunakan panduan berikut untuk memberikan durasi penggunaan gadget pada anak: \n\n - Anak usia kurang dari 1 tahun tidak disarankan menggunakan gadget \n\n - Anak usia 1-2 tahun beri screentime dengan videocall atau videochat \n\n - Anak usia 2-6 tahun boleh menggunakan gadget selamat 1 jam dan pastikan dengan tontonan yang mendidik \n\n - Anak usia 6-12 tahun beri pemakaian gadget dengan durasi 1,5-2 jam dan pastikan dengan tontonan yang mendidik \n\n - Untuk anak usia 12-18 tahun pemakaian gadget dengan durasi 2 jam dan pastikan dengan tontonan yang mendidik. \n\n \n\n Adanya dampak-dampak dan durasi pemakaian gadget, tentu sebagai orangtua harus memiliki tips-tips agar anak tidak kecanduan gadget: \n\n - Membatasi screentime dan pentingnya pengaturan jadwal pemakaian gadget yang konsisten \n\n - Awasi penggunaan screentime anak, jangn biarkan sendiri \n\n - Beri perhatian lebih banyak pada anak dan ajak bicara anak \n\n - Mendengarkan keluhan dan pendapat anak \n\n - Melibatkan anak dalam setiap kegiatan \n\n - Jangan gunakan gadget untuk menenangkan anak yang rewel \n\n - Jangan main gadget 1 jam sebelum tidur. \n\n \n\n Sahabat Hermina, pentingnya tips-tips mengatasi kecanduan gadget pada anak guna menambah kedekatan hubungan orangtua dengan anak. Jangan biarkan anak ketergantungan gadget, batasi penggunannnya, dan tetap lakukan pengawasan saat anak mengakses screentime gadgetnya. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 14 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tanda Bahaya (Red Flag) pada Perkembangan Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, bagaimana rasanya saat pertama kali mendengar celotehan Si Kecil? Tentunya sangat senang sekali mendengarnya mengucapkan kata-kata baru yang tak terduga sebelumnya. Tetapi, tahukah Sahabat Hermina bahwa pertumbuhan dan perkembangan buah hati menjadi salah satu prioritas utama orangtua? \n\n Pada masa perkembangan dan pertumbuhan anak, peran orangtua sangat besar. Harus Sahabat Hermina pahami bahwa perkembangan setiap anak berbeda. Mereka memiliki keunikan tersendiri dan kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda diantara anak seusianya. \n\n Dalam menilai perkembangan anak, Sahabat Hermina dapat merujuk pada tahap perkembangan anak atau yang sering kita kenal dengan istilah milestone. Salah satu tahap perkembangan adalah perkembangan bahasa atau kognisi. Untuk itu, orangtua perlu mengenal tanda bahaya (red flag) pada perkembangan anak, di antaranya: \n\n Usia neonatal: Pada usia neonatal 0- 28 hari bayi tidak berespon pada suara keras \n\n Usia 2 bulan: Pada usia bayi 2 bulan bayi tidak bangun dengan rangsangan suara \n\n Usia 4 bulan: Pada usia bayi 4 bulan tidak terdengar suara ocehan (cooing), pada masa ini bunda harus sudah mulai waspada \n\n Usia 6 bulan: Pada usia bayi 6 bulan bayi tidak merespon atau menoleh terhadap sumber suara \n\n Usia 9 bulan: Pada usia bayi 9 bulan bayi kurang dalam ocehan (babbling) yang disertai konsonan \n\n Usia 12 bulan: Pada usia bayi 12 bulan tidak merespon ketidak dipanggil, lebih cuek dan tidak mengerti jika dikatakan “tidak” \n\n Usia 15 bulan: Pada usia bayi 15 bulan bayi tidak mampu mengucapkan 1 katapun seperti “mama, papa, dada” \n\n Usia 18 bulan: Pada usia bayi sudah menginjak 18 bulan bayi tidak mampu menggunakan minimal 6 kata \n\n Usia 24 bulan: Kurang kosakata, kurang dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2 kata yang memiliki makna. Tidak mampu mengikuti instruksi sederhana. \n\n Usia 36 bulan: Tidak dapat mengucapkan kalimat yang terdiri dari 3 kata \n\n \n\n Bagaimana jika buah hati masuk dalam fase keterlambatan perkembangan? Sahabat Hermina bisa segera konsultasikan dengan dokter spesialis tumbuh kembang anak untuk mengetahui terapi yang tepat. Semakin cepat orangtua menyadari keterlambatan perkembangan pada anak, semakin cepat pula penanganan yang dapat diberikan sehingga Si Kecil dapat tumbuh dengan optimal. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Sumber: Scharf R.J, Scharf G.J, Stroustrup A. 2016. Developmental Milestone. Pediatric in \n\n \n\n Review : Vol 37(1), 25-38. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Podomoro<\/a><\/li>
- 12 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
Screentime Gawai untuk Anak<\/a><\/h3>
Hampir 6 bulan kita menghadapi pandemi COVID-19 yang menyebabkan perubahan pola asuh anak, yang salah satunya adalah perubahan aktivitas fisik serta bertambahnya screentime atau waktu penggunaan gadget atau gawai di rumah. \n\n Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan gadget saat ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari karena sangat membantu mendapatkan informasi dengan mudah. Meskipun demikian, menggunakan gawai secara berlebihan juga memiliki efek negatif yang tidak sedikit. \n\n \n\n Memberikan akses gawai pada anak tidak dilarang, tetapi berikan batasan waktu pada anak agar anak tidak ketagihan bermain gawai. Berdasarkan American Academy of Pediatrics (AAP) terkait screentime pada anak, berikut adalah rekomendasi waktu screentime gawai pada anak: \n\n \n\n 1. Anak usia <18 bulan tidak direkomendasikan penggunaan gadget kecuali video chatting \n\n \n\n 2. Usia 18-24 bulan harus ditemani oleh orangtua ketika menggunakan media interaksi yang memiliki kualitas yang baik khusus anak \n\n \n\n 3. Anak usia >2 tahun batasi waktu pemakaian gadget maksimal 1 jam perhari \n\n \n\n Namun, selama pandemi dan pembelajaran jarak jauh, waktu paparan anak terhadap gawai tentunya sangat meningkat. Hal ini tidak dapat dihindari meskipun sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. \n\n \n\n Meskipun demikian, Sahabat Hermina tidak perlu khawatir. Berikut ini, ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orangtua selama pandemic, yaitu: \n\n \n\n 1. Dampingi anak ketika menggunakan gawai, pilih media atau aplikasi seusai usia anak \n\n \n\n 2. Ciptakan area bebas gawai seperti di meja makan atau di kamar tidur \n\n \n\n 3. Batasi penggunaan ketika malam, terutama 2 jam sebelum tidur agar anak lebih mudah tidur \n\n \n\n 4. Berikan hadiah kepada anak bila dapat mengurangi screentime \n\n \n\n 5. Perbanyak permainan yang melibatkan aktivitas fisik \n\n \n\n Jika tidak memungkinkan menghindari penggunaan gawai berlebih, maka pastikan posisi duduk anak dan pencahayaan ruangan agar mata anak tidak terpengaruh, serta kurangi camilan ketika sedang menggunakan gawai. \n\n \n\n Yang terpenting, pastikan anak memiliki 8-12 jam tidur berkualitas setiap hari sesuai usianya. \n\n \n\n Mari tetap semangat menghadapi pandemi ini dengan terus berada di rumah, menjalankan pola hidup sehat, dan mengikuti protokol kesehatan yang berlaku. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 12 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 14 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 08 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>