- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 30 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gejala Covid-19 pada Si Kecil<\/a><\/h3>
Virus Covid-19 bisa menginfeksi siapa pun, tidak mengenal status, jabatan, jenis kelamin, dan usia. Bahkan anak-anak pun bisa terinveksi virus ini. Berdasarkan data Satgas Covid-19, jumlah anak-anak yang positif Covid-19 semakin meningkat. \n\n \n\n Oleh sebab itu, para orang tua wajib mengenali gejala Covid-19 pada anak dan mengetahui langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk menjaga anak-anak tetap aman selama pandemi. \n\n \n\n \n\n Gejala-Gejala Covid-19 Pada Anak \n\n \n\n Pada anak, gejala Covid-19 yang muncul tampak lebih ringan. Umumnya, gejala akan terlihat di hari ke 2–14 sejak terpapar virus. Namun ada beberapa kasus, anak yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Sedangkan, infeksi Covid-19 pada anak yang memiliki riwayat penyakit bawaan dan kondisi medis lainnya rentan mengalami gejala yang parah. \n\n \n\n Gejala Covid-19 yang umum terjadi pada anak-anak adalah mengalami demam dan batuk. Selain itu anak juga bisa mengalami gejala lainnya, seperti: \n\n \n Flu atau hidung tersumbat \n Kehilangan indra penciuman \n Sakit tenggorokan \n Sesak napas atau mengalami kesulitan bernafas \n Muntah dan mual-mual \n Sakit perut \n Diare \n Sakit kepala \n Mengalami kelelahan \n Nyeri pada otot atau tubuh \n Nafsu makan menurun \n \n\n \n\n \n\n Langkah Tepat Melindungi Anak dari Covid-19 \n\n \n\n Sudah menjadi kewajiban para orang tua mengawasi anak secara ketat dan menerapkan protokol kesehatan. Berikut ini langkah yang harus dilakukan oleh orang tua untuk melindungi anak dari virus corona: \n\n \n Awasi anak saat di rumah maupun di luar rumah. Namun cara paling aman adalah tidak mengizinkan anak bermain atau membawanya ke luar rumah \n Mengajarkan dan menerapkan disiplin pada anak mengenai protokol kesehatan, seperti rajin mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan masker berlapis, menjaga jarak aman dengan orang sekitar, dan menghindari kerumunan \n Menjaga kebersihan rumah \n Penuhi kebutuhan nutrisi anak agar imun tubuhnya tetap terjaga. \n \n\n \n\n Apabila anak terindikasi mengalami gejala Covid-19 segera temui layanan kesehatan dan jalani tes kesehatan yang diperlukan untuk memastikan apakah anak postif atau tidak. \n\n \n\n Sebelum memutuskan merawat anak, pastikan kondisi kesehatan orang tua. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memperbolehkan anak untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Dengan catatan kedua orang tua atau salah satu dalam kondisi sehat dan beresiko rendah terpapar virus. \n\n \n\n Orang tua harus tetap waspada karena anak yang positif Covid-19 juga dapat menularkan virus kepada orang lain. Pantau kondisi anak setiap hari dan beri dukungan psiklogis anak agar tidak ketakutan. Ajak anak untuk tetap beraktivitas yang menyenangkan selama Isoman dan beri obat dan vitamin yang direkomendasikan oleh dokter. Sahabat Hermina juga dapat melakukan konsultasi dengan dokter spesialis anak dengan layanan Halo Hermina. Apabila terjadi kondisi darurat, segera hubungi pusat layanan kesehatan terdekat. \n\n \n\n Demikian informasi singkat mengenai gejala Covid-19 pada anak dan langkah tepat menjaga buah hati tetap aman selama pandemi. Dengan mengetahui informasi ini, diharapkan orang tua dapat mengenali gejala Covid-19 pada anak lebih awal dan melakukan tindakan atau langkah yang tepat untuk mengatasinya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 12 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Katarak, Gejala, Penyebab dan Penanganannya<\/a><\/h3>
Katarak merupakan suatu kondisi ketika lensa mata berubah menjadi keruh dan penglihatan menjadi buram seperti kaca yang berembun atau seperti tertutup asap yang dapat menyebabkan kebutaan. Katarak menjadi penyebab kebutaan yang utama (70-80%) di Indonesia, menurut hasil survey yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia (PERDAMI) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) di tahun 2014-2016. \n\n \n\n \n\n JENIS-JENIS KATARAK \n\n\n \n \n \n JENIS KATARAK \n \n \n DESKRIPSI \n \n \n \n \n Katarak Senilis \n \n \n Jenis katarak ini tidak dapat dihindari, muncul karena proses penuaan. Layaknya rambut yang berubah menjadi putih (uban) saat usia makin bertambah, katarak jenis ini terjadi pada semua orang tanpa terkecuali. \n \n \n \n \n Katarak Sekunder \n \n \n Jenis katarak ini dapat terjadi karena komplikasi dari penyakit lain, contohnya penyakit metabolik seperti diabetes mellitus dan penyakit lain di mata seperti uveitis. \n \n \n \n \n Katarak Kongenital \n \n \n Kondisi ini dapat disebut “bawaan lahir”. Artinya, bayi dapat terlahir dengan lensa mata yang keruh (paling sering akibat infeksi saat kehamilan) ataupun adanya kelainan genetik. \n \n \n \n \n Katarak Traumatik \n \n \n Katarak dapat juga timbul sebagai efek dari cedera/trauma langsung maupun tidak langsung di mata, baik dalam waktu dekat, maupun bertahun-tahun kemudian. \n \n \n \n\n\n \n\n GEJALA KATARAK SECARA UMUM \n\n Katarak terjadi secara perlahan. Awalnya, kekeruhan pada lensa hanya tipis saja sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan penglihatan. \n\n Semakin lama, katarak akan semakin tebal dan menimbulkan berbagai keluhan seperti: \n\n \n Penglihatan kabur dan berkabut \n Mata silau jika melihat cahaya yang terang \n Sulit melihat jelas saat malam hari \n Warna menjadi pudar dan tidak cerah \n Ukuran kacamata sering berubah \n Melihat objek menjadi ganda \n Kesulitan saat menyetir \n \n\n Gejala-gejala di atas bersifat umum dan dapat terjadi pada katarak jenis apapun. Namun, jika katarak terjadi pada bayi yang belum bisa mengutarakan keluhan, gejala katarak kongenital juga dapat dilihat jika terdapat lingkaran putih atau abu-abu dalam mata anak. Bisa juga dengan memaparkan sinar senter ke mata anak. Biasanya katarak menyebabkan pupil jadi nampak keputihan. Jika ada tanda-tanda seperti ini, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. \n\n \n\n \n\n PENYEBAB KATARAK \n\n Katarak yang disebabkan oleh proses penuaan (katarak senilis) terjadi akibat perubahan protein pada lensa. Perubahan komposisi serta jumlah protein pada lensa inilah yang menyebabkan kekeruhan pada lensa dan mengurangi cahaya yang masuk ke retina. Katarak senilis umumnya dapat terjadi sejak usia 40 tahun. Namun, bila terdapat faktor lain, tidak menutup kemungkinan untuk terjadi katarak pada mereka yang umurnya lebih muda dari itu. Selain karena faktor trauma/cidera terhadap mata dan “bawaan lahir”, katarak dapat terjadi karena: \n\n \n Penggunaan obat-obatan jangka panjang (seringnya adalah kortikosteroid) \n Pernah menjalani operasi mata \n Penyakit metabolik seperti diabetes mellitus \n Kebiasaan merokok serta minum minuman keras \n Memiliki keluarga dengan riwayat katarak lebih muda \n Pola makan yang tidak sehat dan kurang gizi \n Berbagai penyakit mata lainnya \n \n\n Khusus untuk katarak kongenital (bawaan lahir), biasanya penyebabnya dikaitkan dengan ibu yang terinfeksi campak dan rubella saat mengandung. Namun, dapat juga disebabkan oleh keturunan, infeksi, masalah metabolik, diabetes, reaksi obat, dan lainnya. \n\n \n\n MENANGANI KATARAK \n\n Katarak hanya dapat diobati dengan cara dilakukan operasi. Lensa yang mengalami kekeruhan akan diambil dan diganti dengan lensa tanam. \n\n Hanya dokter yang dapat menyatakan adanya indikasi katarak terhadap seorang pasien, atau tidak. Dokter akan terlebih dahulu melakukan pemeriksaan mata lengkap dari depan sampai saraf mata. Pemeriksaan darah dan jantung pun dapat disarankan. \n\n Jika pasien merupakan kandidat operasi katarak, maka operasi dapat dijadwalkan segera sesuai dengan kebutuhan. Masing-masing pasien memiliki kebutuhan yang berbeda. Misalnya, katarak yang masih tipis atau sedikit mungkin belum mengganggu kebanyakan orang. Namun pasien yang memiliki pekerjaan yang sangat bergantung terhadap ketelitian yang tinggi, mungkin butuh operasi katarak sesegera mungkin agar aktivitasnya tak lagi terganggu. \n\n Ada juga operasi katarak yang memiliki urgensi sangat tinggi, karena terdapat kemungkinan komplikasi lebih lanjut bila tak segera dilakukan. Biasanya ini terjadi pada katarak yang dipercepat oleh penyakit tertentu atau katarak yang menyebabkan komplikasi seperti glaukoma. \n\n \n\n JENIS DAN BIAYA OPERASI KATARAK \n\n Operasi katarak ditanggung sepenuhnya oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) alias gratis. Teknik operasi katarak terkini yang paling banyak dipakai di seluruh dunia adalah FAKOEMULSIFIKASI. Dalam metode ini, sayatan yang sangat amat kecil dilakukan pada mata. Lalu lensa katarak yang keruh dihancurkan dan dikeluarkan menggunakan gelombang ultrasonik Kemudian, lensa buatan penggantinya dimasukkan lewat sayatan yang sama. Waktu yang dibutuhkan untuk operasi katarak dengan metode fakoemulsifikasi terhitung pendek, yakni 15 hingga 30 menit. Metode ini tidak membutuhkan jahitan dan risiko komplikasinya sangat kecil. Teknik operasi Fakoemulsifikasi sudah bisa dilakukan di RS Hermina Arcamanik. \n\n Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat operasi katarak semakin aman, cepat, dan meminimalisir terjadinya komplikasi. Semua tindakan bedah yang dilakukan tentu saja memiliki risiko. Namun dengan semakin ahlinya seorang dokter mata dan majunya teknologi serta alat yang digunakan untuk operasi katarak, tingkat komplikasi yang terjadi semakin rendah. Pasca operasi katarak, terdapat juga beberapa pantangan dan perawatan khusus yang akan dianjurkan oleh dokter terhadap pasiennya. Misalnya, memakai obat tetes mata yang sudah diresepkan dokter tiap hari, tidak beraktivitas berat, dan lainnya. \n\n \n\n PENCEGAHAN KATARAK \n\n Katarak terjadi seiring bertambahnya usia, sehingga katarak tidak dapat dicegah dan tak dapat dihindari. Namun memang, kemunculan katarak dapat ditunda lebih lama. Caranya adalah menghindari atau mengurangi gaya hidup yang kurang baik seperti merokok dan minum minuman keras. Studi juga menunjukkan bahwa asupan makanan yang kaya akan vitamin C dan E dapat membantu memperlambat terjadinya katarak. Makanan-makanan yang menyehatkan tubuh secara keseluruhan tentu juga dapat menguatkan kesehatan mata. \n\n Selain itu, para peneliti dan ilmuwan dunia juga sudah menemukan bahwa cahaya ultraviolet (UV) dapat merusak protein yang ada dalam lensa mata. Maka itu, biasakan memakai kacamata hitam ketika harus terpapar sinar matahari yang terik. \n\n Tips-tips tersebut di atas sifatnya bukan untuk mengobati. Kembali lagi, katarak tidak dapat dicegah. \n\n Fakta ini juga sepatutnya membantu masyarakat untuk tidak mempercayai informasi-informasi palsu mengenai katarak yang banyak beredar dengan bebas, terutama di internet. Terlebih, bila informasi tersebut mengklaim bahwa katarak dapat diobati tanpa operasi. \n\n Segera periksakan keluhan mata anda dan mata keluarga Anda pada dokter spesialis mata yang terpercaya yang memang sudah mendapat pendidikan dan pelatihan khusus dalam bidang ilmu kesehatan mata, check-up kesehatan mata anda secara regular minimal setiap 6 bulan sampai 1 tahun sekali dan kapan saja ada keluhan pada mata, segera periksa ke dokter spesialis mata terdekat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 12 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>