- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 07 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Waspada! Infeksi Gigi dapat Menyebabkan Kematian<\/a><\/h3>
Halo Sahabat Hermina, Bulan Agustus tahun lalu, media sosial X dan Tiktok sempat dihebohkan dengan postingan viral tentang seorang pasien yang meninggal dunia akibat infeksi gigi setelah menjalani perawatan intensif di ICU selama 28 hari. Oleh akun @TrinityTraveler diceritakan, awalnya teman pengunggah (pasien) mengeluhkan nyeri pada gigi berlubang, kemudian muncul bengkak pada pipi yang meluas hingga ke leher dan dada. Pasien tersebut kemudian didiagnosis menderita penyakit Descending Necrotizing Medistinitis (DNM). Bagaimana penjelasan medis tentang penyakit ini? berikut pembahasannya. \n\n \n\n Infeksi gigi atau biasa disebut sebagai infeksi odontogenik merupakan suatu infeksi akibat bakteri yang menyebabkan terbentuknya kantung nanah (abses) di sekitar gigi. Infeksi odontogenik paling sering terjadi akibat gigi berlubang, penyakit periodontal (penyakit pada gusi dan tulang penyangga gigi), dan gigi yang tumbuh miring (impaksi). Pada gigi yang berlubang, bakteri dapat masuk hingga ke bawah akar gigi dan berkolonisasi hingga menyebabkan terbentuknya abses. Abses yang awalnya berukuran kecil, secara perlahan dapat membesar dan menyebabkan pembengkakan pada pipi dan leher. Selain itu, abses juga dapat menyebar turun hingga ke rongga dada dan menyebabkan Descending Necrotizing Mediastinitis (DNM). \n\n DNM merupakan infeksi yang sangat agresif dan mengancam jiwa. Pada DNM, terjadi peradangan masif dan pembusukan jaringan pada rongga dada (mediastinum), dimana daerah ini dekat dengan berbagai organ vital tubuh seperti jantung, paru-paru, pembuluh darah besar, dan juga saraf. Angka kematian akibat DNM dapat dikatakan cukup tinggi yaitu sekitar 40 persen dari seluruh kasus. Selain dari infeksi gigi, DNM juga dapat terjadi akibat infeksi pada area tenggorokan, sinusitis dan infeksi pada tulang servikal. Beberapa gejala DNM antara lain nyeri tenggorokan, sulit menelan, sesak nafas, suara serak, demam dan pembengkakan serta kemerahan pada pipi, leher, hingga dada,. Perawatan DNM biasanya dilakukan melalui tindakan bedah dengan membersihkan nanah yang berkumpul mulai dari rongga mulut, leher dan rongga dada. Selain itu, biasanya dilakukan pula pencabutan gigi untuk menghilangkan sumber infeksi. Pasien dengan DNM juga biasanya dirawat di ICU karena tindakan bedah yang dilakukan sangat masif dan butuh pemantauan secara intensif. \n\n \n\n Oleh karena DNM merupakan penyakit yang serius dan dapat mengakibatkan kematian, penting kiranya bagi kita untuk lebih aware terhadap penyakit ini. Salah satu cara mencegah terjadinya DNM yang disebabkan oleh infeksi odontogenik adalah dengan rutin menjaga kebersihan gigi dan mulut. Berikut merupakan tips menjaga kebersihan rongga mulut agar dapat terhindar dari DNM : \n\n \n Sikat gigi teratur, minimal 2x sehari pada pagi dan malam hari \n Rutin memeriksakan gigi dan mulut ke Dokter Gigi terdekat, minimal 6 bulan sekali \n Apabila terdapat gigi yang berlubang, tumbuh miring, dan goyang, segera periksakan diri ke Dokter Gigi untuk dilakukan penambalan, scaling atau pencabutan gigi \n Apabila terdapat tanda-tanda infeksi odontogenik seperti bengkak pada pipi, apalagi hingga menyebabkan sesak nafas, sulit menelan dan demam, segera periksakan diri ke Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial di Rumah Sakit Terdekat \n \n\n Demikian penjelasan singkat mengenai infeksi dari gigi yang dapat menyebabkan DNM. Infeksi gigi yang sering diremehkan ternyata dapat menyebabkan komplikasi serius hingga mengakibatkan kematian. Jadi, mulai sekarang, mari cek rutin kondisi gigi dan mulut ke Dokter Gigi, agar gigi dan mulut sehat serta terhindar dari komplikasi penyakit yang lebih serius. \n\n \n\n Drg. Arbi Wijaya, Sp.BMM \n\n Dokter Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial RS Hermina Mekarsari \n\n Staf Pengajar Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG UI \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 18 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Pemasangan Behel atau kawat gigi ke Dokter Gigi Apa ?<\/a><\/h3>
Halo Sahabat Hermina, Memiliki gigi yang rapi merupakan impian bagi banyak orang. Tingginya demand untuk perawatan merapikan gigi ini memunculkan berbagai pilihan perawatan yang sering ditemui di masyarakat. \n\n Mulai dari perawatan merapikan gigi atau pemasangan behel oleh dokter gigi spesialis, dokter gigi umum biasa, hingga tukang gigi abal-abal. Nah jadi seharusnya kita pasang behel ke dokter gigi mana sih ? \n\n Jawabanya adalah ke dokter gigi spesialis Orthodonti, Spesialis ortodonsia adalah dokter yang memiliki spesialisasi khusus di bidang kedokteran gigi. Spesialisasinya difokuskan secara khusus untuk perawatan ketidakteraturan gigi (keselarasan dan oklusi) dan masalah rahang. Tindakan penanganannya umumnya melibatkan penerapan kawat gigi. \n\n Selain memperbaiki kondisi yang sudah ada/terjadi, spesialis ortodonsia juga dilatih untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin berkembang di masa depan. Dokter ini dapat melakukan pemeriksaan bagi semua orang tanpa terpaut usia. \n\n Behel bukan sekedar fashion ya, Sahabat Hermina . Behel tetap saja perawatan medis yang harus ditangani oleh dokter gigi yang memiliki kompetensi yaitu dokter spesialis orthodonti . Apabila tidak dilakukan dengan benar, perawatan behel bisa menjadi sia-sia atau bahkan merusak kondisi gigi. \n\n Apa Saja Kondisi Gigi Yang Harus di Behel ? \n\n \n\n Perawatan gigi dengan behel atau kawat gigi kini sudah sangat umum dilakukan. Penggunaan behel bertujuan untuk merapikan susunan gigi. \n\n Meski begitu, tidak semua kasus kelainan gigitan atau kelainan hubungan rahang bisa diatasi dengan behel. Beberapa di antaranya memerlukan tindakan yang lebih besar, seperti operasi bedah rahang. \n\n Kondisi lainnya yang sebaiknya tidak menggunakan behel adalah gigi berlubang dan peradangan gusi. Penggunaan kawat gigi justru dapat memperparah kondisi tersebut. \n\n \n\n Apa Saja Kondisi Gigi Yang Harus di Behel ? \n\n \n\n Perawatan gigi dengan behel atau kawat gigi kini sudah sangat umum dilakukan. Penggunaan behel bertujuan untuk merapikan susunan gigi. \n\n Meski begitu, tidak semua kasus kelainan gigitan atau kelainan hubungan rahang bisa diatasi dengan behel. Beberapa di antaranya memerlukan tindakan yang lebih besar, seperti operasi bedah rahang. \n\n Kondisi lainnya yang sebaiknya tidak menggunakan behel adalah gigi berlubang dan peradangan gusi. Penggunaan kawat gigi justru dapat memperparah kondisi tersebut. \n\n Lalu, apa saja kondisi gigi yang harus dibehel? \n\n \n Gigi Terlalu Maju \n Gigi Bercelah \n Gigi Berjejal \n Gigi Gingsul \n Rotasi Gigi \n ukuran gigi dan rahang tidak sesuai \n Gigi Tertanam \n Gigitan Terbaik \n Gigitan Terbuka \n \n\n \n\n Kenapa Pasang Behel Harus ke Dokter Spesialis Orthodonti ? \n\n Pemasangan Behel dan perawatannya sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi yang kompeten, yaitu dokter gigi spesialis ortodonsia. Memang sampai saat ini, banyak sekali dokter gigi umum yang melakukan pemasangan kawat gigi. \n\n Apabila Anda perlu membenahi posisi gigi, sebaiknya konsultasi dengan ortodontis. Contohnya, bila mengalami masalah saat menggigit atau posisi gigi yang berantakan. \n\n Patut diingat bahwa ada jenis gigi yang tidak bisa dibehel, seperti gigi atas terlalu maju (tonggos), gigi bawah terlalu maju, gigi berjejal, gigi tidak rapat, gigitan terbuka, dan impaksi gigi. \n\n \n\n Sebelum memilih dan melakukan perawatan di atas, dokter akan melakukan prosedur rontgen gigi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi gigi dan tulang rahang di bawahnya. \n\n Kemudian, dokter ortodonti akan menangani gangguan dengan pemasangan kawat gigi, behel transparan atau Invisalign, hingga operasi. \n\n Sebenarnya, tidak masalah bila Anda merapikan gigi dengan datang ke dokter gigi atau dentist. \n\n Namun, mungkin penanganannya akan berbeda bila Anda berkunjung ke ortodontis. Entah itu teknik perawatan dan pilihan pengobatannya yang lebih terbatas. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 14 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Ketahui Dampak Kesehatan, Membiarkan Gigi Berlubang<\/a><\/h3>
Masih banyak masyarakat mengabaikan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan melakukan pemeriksaan secara rutin kesehatan gigi. Hal ini rentan berdampak mebuat kamu mengalami masalah gigi berlubang. Penanganan yang baru dilakukan jika rasa nyeri sudah menyerang dan mengganggu kenyamanan beraktivitas. Ya, sakit gigi memang sangat tidak menyenangkan, terlebih jika disebabkan karena masalah gigi berlubang. \n\n Gigi berlubang rentan terjadi pada anak. Namun, masalah kesehatan gigi dan mulut ini bisa terjadi pada orang dewasa yang tidak memberikan perhatian lebih terhadap kesehatan gigi mereka. Sayangnya, gigi berlubang yang tidak segera mendapatkan penanganan atau tidak ditangani dengan benar dapat memicu infeksi pada jaringan tubuh. Jangan abaikan gigi yang berlubang, karena ini dampak yang akan kamu dapatkan. \n\n \n Nyeri yang tidak tertahankan \n \n\n Nyeri yang kamu rasakan bergantung pada seberapa besar lubang yang ada pada gigi. Bisa jadi, rasa sakitnya datang dan bertahan selama beberapa detik, kemudian menghilang. Namun, rasa sakit ini akan kembali datang dan dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Bukan tidak mungkin, rasa sakit ini menyalur hingga ke bagian kepala anda. \n\n \n Abses Gigi \n \n\n Gigi berlubang yang tidak ditangani bisa mengakibatkan terjadinya infeksi yang menyebar ke bagian jaringan lunak dari pulp, rahang, atau mulut. Infeksi yang sangat parah bisa menyebabkan munculnya abses atau kantong berisi nanah yang terlihat di sekitar gigi maupun gusi. Munculnya abses ini lebih karena adanya bakteri yang terakumulasi di dalam mulut. \n\n \n Masalah Gusi \n \n\n Gingivitis atau penyakit gusi muncul dengan gejala peradangan pada gusi yang diikuti dengan rasa nyeri hebat. Bahkan, penyakit ini bisa menyerang gusi sehat lainnya. Hal ini membuat gusi terlihat membengkak dan berwarna kemerahan, bahkan bisa mengeluarkan darah ketika kamu menyentuh atau menyikatnya. Pada kasus gigi berlubang yang parah, kamu pun bisa mengalami kondisi yang disebut periodontitis. \n\n \n Penyakit Jantung dan Stroke \n \n\n Apa hubungan antara gigi berlubang dan masalah jantung hingga stroke ? wah Ternyata, gusi yang mengalami luka memicu masuknya bakteri dimulut kedalam aliran darah, sehingga bisa mengakibatkan infeksi pada otot jantung bagian dalam . Begitu pula dengan resiko terjadinya stroke. Baik masalah jantung maupun stroke bisa berujung pada kematian, jadi benar – benar tidak boleh kamu sepelekan. \n\n \n Berpengaruh pada struktur rahang \n \n\n Gigi berlubang yang didiamkan dan tidak diobati dalam jangka waktu yang lama akan membuat infeksi yang terjadi semakin menyebar. Tidak hanya menyerang gigi sehat lainnya, infeksi ini juga bisa menyerang gusi. Tanpa adanya pengobatan, risiko terjadinya kerusakan tulang rahang pun sangat mungkin. Ini dapat terjadi apabila ada gigi ompong karena pembusukan gigi berlubang yang membuat gigi lain bergeser. Pergeseran ini memengaruhi struktur gigi dan rahang. \n\n ternyata, dampak dari gigi berlubang yang tidak segera diobati sangat membahayakan, ya? Bahkan, sampai ada yang mengancam nyawa. Inilah alasan kamu harus rutin memeriksakan kesehatan gigi, minimal setiap 6 bulan sekali, sehingga infeksi bisa dideteksi dini dan penanganan bisa dilakukan. RSU Hermina Medan memiliki dokter gigi umum dan spesialistik yang cukup lengkap, denga alat alat juga yang memadai, jadi segera bersihkan dan periksakan kesehatan gigi anda serta keluarga anda di RSU Hermina Medan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 07 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Alami Gigi Berlubang, Perlukah Dicabut?<\/a><\/h3>
Gigi berlubang dapat menimbulkan rasa ngilu atau gigi nyeri yang mungkin tidak tertahankan. Selain itu, dalam beberapa kasus juga bisa mengakibatkan komplikasi, mulai dari infeksi, abses gigi, sepsis, hingga gigi tanggal. Karena itu, penting untuk mengobati sakit gigi berlubang yang paling tepat pada artikel berikut. \n\n Beragam cara mengatasi gigi berlubang dapat dilakukan agar lubang pada gigi tidak terus membesar dan gejala yang menyertainya dapat teratasi. Gigi berlubang sering ditandai dengan gigi sensitif dan noda putih atau coklat pada gigi. Lubang pada gigi terbentuk saat plak menempel pada lapisan terluar gigi atau enamel dan terjadi proses fermentasi setelah 4 jam. Plak merupakan lapisan lengket yang terbentuk dari sisa makanan dan bakteri. \n\n Gigi berlubang dapat terjadi karena kombinasi beberapa faktor, seperti terlalu banyak mengonsumsi asupan yang manis, ngemil yang berlebihan, atau tidak membersihkan gigi secara baik dan benar. Jika Sahabat Hermina mengalami gigi berlubang, sebaiknya dicabut atau ditambal, ya? Perawatan gigi berlubang yang utama adalah ditambal. Namun, keputusan akhir untuk menambal atau mencabut gigi akan bergantung pada evaluasi dan konsultasi dengan dokter gigi. \n\n \n\n Kondisi Gigi Berlubang yang Masih Dapat Ditambal \n\n Gigi yang berlubang yang dapat ditambal adalah yang memiliki kerusakan yang masih terbatas pada bagian luar atau email gigi (enamel) dan dentin. Biasanya, gigi yang memiliki kerusakan kecil hingga sedang dapat ditambal dan diperbaiki tanpa perlu dicabut. Berikut contoh kasus gigi berlubang yang dapat ditambal: \n\n 1. Gigi dengan Lubang Sebatas Email \n\n Penambalan bisa dilakukan pada gigi yang mengalami karies email. Kondisi ini terjadi ketika kerusakan gigi hanya sampai ke lapisan permukaan email gigi. Lapisan email merupakan lapisan terluar dari gigi. Pada tahap ini, gigi bisa langsung ditambal permanen. \n\n 2. Gigi dengan Lubang Sebatas Dentin \n\n Kondisi ini terjadi ketika kerusakan gigi sudah lebih dalam lagi sampai ke bagian dentin. Pada tahap ini, menambal gigi berlubang dengan tambalan permanen masih bisa dilakukan. \n\n Namun, jika bagian dentin yang rusak sudah terlalu dalam hingga mendekati ruang pulpa gigi, maka perlu diobati dahulu. Jika diidentifikasi lebih awal, kerusakan dentin dapat segera diatasi dengan tambalan. \n\n 3. Gigi dengan Lubang Sudah Menembus Pulpa \n\n Untuk mengetahui gigi berlubang yang sudah mencapai pulpa tersebut masih bisa dipertahankan atau dicabut, tergantung pada hasil pemeriksaan klinis dan penunjang setelah dilakukan konsultasi dengan dokter gigi. \n\n Pada gigi dengan lubang yang sudah menembus pulpa, artinya kerusakan gigi sudah sampai bagian saraf, pembuluh darah dan pembuluh limfa gigi, sehingga perlu dilakukan serangkaian perawatan saluran akar untuk mempertahankan gigi tersebut. \n\n Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengambil seluruh jaringan pulpa yang sudah terinfeksi. Selain itu, perawatan ini akan membentuk saluran akar gigi yang pada akhirnya akan diisi dengan bahan pengisian gigi. Setelahnya, gigi yang berlubang baru dapat ditambal secara permanen. \n\n 4. Abses \n\n Jika abses telah terbentuk, dokter gigi kemungkinan akan melakukan perawatan saluran akar untuk menghilangkan infeksi. Dalam kasus yang parah, gigi yang terkena kemungkinan perlu dicabut sepenuhnya. \n\n Pemberian medika mentosa seperti antibiotik juga dapat diresepkan untuk membantu proses penyembuhan. Obat ini berfungsi untuk mengurangi infeksi bakteri yang sudah terjadi. \n\n \n\n Kondisi Gigi Berlubang yang Harus Dicabut \n\n Gigi yang sebaiknya dicabut adalah gigi yang mengalami kerusakan yang sangat parah, seperti kerusakan hingga ke akar gigi, infeksi pada gusi dan tulang atau meliputi deformitas wajah, atau gigi yang tidak bisa lagi diperbaiki dengan penambalan. Berikut contoh kasus gigi berlubang yang harus dicabut agar kondisinya tidak semakin bertambah parah: \n\n 1. Gigi Berlubang Besar dan Dalam \n\n Tindakan pencabutan gigi diperlukan pada kondisi gigi yang lubangnya besar dan dalam sampai bagian pulpa gigi, lalu tembus lagi dari dasar kamar pulpa sampai ke percabangan akar gigi (bifurkasi). Pada kondisi tersebut, gigi tidak bisa dirawat lagi karena infeksi telah menyebar ke bagian bawah gigi. \n\n 2. Gigi Berlubang Disertai Goyang \n\n Pada kondisi ini, menambal gigi berlubang akan sia-sia. Pasalnya, gigi akan tetap sakit karena goyangnya gigi tersebut, kecuali dilakukan terapi splinting untuk menstabilkan gigi goyang. Namun, dengan catatan kerusakan tulang alveolar tidak terlalu berat dan gigi masih bisa ditambal. \n\n 3. Gigi Berlubang Tinggal Akar \n\n Untuk mengetahui apakah gigi berlubang Sahabat Hermina perlu dicabut atau cukup ditambal, bisa dilihat dari kondisi ini juga. Bila mengalami gigi berlubang dan menyebabkan gigi hanya tinggal sisa akar, tindakan mencabut lebih baik dilakukan supaya tidak menyebabkan infeksi. \n\n 4. Gigi Berlubang pada Geraham Bungsu yang Tumbuh Miring \n\n Tindakan pencabutan gigi perlu dilakukan pada kondisi gigi geraham bungsu yang berlubang, serta tumbuhnya miring. Hal ini penting untuk mencegah kerusakan pada gigi sebelahnya. \n\n Apabila gigi tidak segera dicabut dan hanya dilakukan penambalan saja pada kondisi-kondisi tersebut, maka gigi dapat mengalami infeksi lebih lanjut. Kondisi ini yang akan membahayakan kesehatan gigi maupun tubuh. \n\n 5. Gigi Berlubang Terletak di Dekat Jaringan Abnormal \n\n Pertumbuhan abnormal bisa terjadi di bagian manapun pada tubuh, termasuk bagian dalam mulut. Jika kamu mengalami gigi berlubang yang letaknya berdekatan dengan jaringan abnormal, kemungkinan gigi tersebut perlu dicabut. Dikhawatirkan gigi berlubang berisiko infeksi dan membahayakan kesehatan, terlebih ada jaringan yang tumbuh tidak normal. \n\n 6. Gigi Berlubang Terjadi Pada Gigi Bertumpuk \n\n Terkadang gigi bisa tumbuh di area yang tidak seharusnya, misalnya berdempetan dengan gigi lain. Kondisi ini menyebabkan kondisi gigi yang tidak rata alias berantakan. Selain mengurangi tampilan gigi, kondisi gigi ini juga bisa menyebabkan rasa tidak nyaman, misalnya bergesekan dengan bagian mulut dalam sehingga mudah sariawan. \n\n Bila gigi yang tumbuh pada lokasi yang tidak tepat ini juga berlubang, dokter mungkin merekomendasikan untuk mencabutnya. \n\n Penting bagi Sahabat Hermina untuk melakukan pemeriksaan ke dokter gigi setiap enam bulan sekali, agar adanya karies / lubang gigi dapat dideteksi sedini dan kerusakan gigi lebih lanjut bisa dicegah. RSU Hermina Pandanaran memiliki klinik gigi spesialistik dengan dokter yang ahli pada bidangnya. Dapatkan kemudahan informasi jadwal dan pendaftaran dokter melalui mobile aplikasi Hermina, Website www.herminahospitals.com, atau Call Center 1500 488. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 15 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cara Mengatasi Karies Gigi Pada Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina pernah melihat kondisi gigi anak yang berwarna kuning bahkan hitam? \n\n Atau sikecil di rumah pernah menangis karena ngilu sakit gigi? \n\n Tahukah sahabat Hermina jika kondisi-kondisi tersebut bisa disebabkan karena karies pada gigi anak? \n\n \n\n Apa itu karies gigi? \n\n Karies gigi atau lebih dikenal dengan gigi berlubang merupakan kerusakan pada enamel (lapisan luar gigi) oleh bakteri yang memproduksi asam. Bakteri yang berada di dalam rongga mulut akan berkembang biak dan menggerogoti sisa makanan yang menempel di permukaan gigi dan menghasilkan zat asam. Paparan zat asam disertai makanan dan minuman yang asam akan menyebabkan mineral gigi hilang, sehingga menyebabkan lubang pada gigi. \n\n Karies gigi ini merupakan masalah kesehatan gigi yang cukup umum terjadi pada banyak orang, baik anak-anak maupun orang dewasa. Karies gigi pada anak merupakan kondisi yang terjadi ketika gigi anak mengalami kerusakan dan menyebabkan gigi keropos, berlubang, dan tampak kehitaman. \n\n \n\n Penyebab Karies Gigi Pada Anak \n\n Karies gigi terjadi ketika bakteri pada gigi menumpuk dan menimbulkan pembentukan plak, sehingga menyebabkan demineralisasi atau hilangnya komposisi mineral pada gigi. Salah satu Faktor yang menjadi penyebab utama meningkatknya resiko karies gigi pada anak adalah Seringnya mengkonsumsi makanan manis. \n\n Makanan manis yang masuk ke dalam mulut bisa membuat bakteri memperoleh energi, Sehingga, ketika sering mengkonsumsi makanan manis, bakteri akan memiliki lebih banyak energi untuk menghasilkan asam yang menyebabkan mineral pada gigi hilang dan membuat gigi berlubang. Gula dari makanan manis yang menempel di gigi juga akan mempermudah pembentukan plak dari bakteri. \n\n Selain sering mengkonsumsi makanan manis atau makanan yang tinggi gula, karies pada anak juga bisa disebabkan karena, kurangnya menjaga kebersihan mulut dan gigi pada anak. \n\n \n\n Gejala Karies Gigi pada Anak \n\n Gejala karies gigi bisa saja berbeda pada setiap orang, tergantung pada tingkat keparahannya. \n\n Berikut gejala-gejala umum yang bisa terjadi pada anak: \n\n \n Gigi terasa nyeri saat mengonsumsi makanan dan minuman manis, dingin, atau panas. \n Munculnya bintik putih pada gigi yang menjadi tanda awal kerusakan enamel (lapisan paling luar gigi) \n Munculnya lubang kecil yang tampak jelas di gigi, biasanya berwarna coklat \n \n\n \n\n Cara Mengatasi Karies Gigi Pada Anak \n\n Sebelum terjadi lubang pada gigi sebaiknya kesehatan gigi pada anak tetap dijaga dengan melakukan pemeriksaan atau perawatan gigi ke dokter minimal satu kali enam bulan, tujuannya untuk mendeteksi adakah masalah pada gigi anak atau tidak. \n\n Namun apabila karies pada gigi anak sudah terjadi perawatan yang bisa dilakukan adalah melalui prosedur penambalan gigi. Prosedur ini biasanya dilakukan untuk kondisi karies gigi yang belum terlalu dalam dan parah. Tujuan tambal gigi adalah untuk menutup lobang pada gigi agar tidak semakin menyebar ke bagian gigi lainnya. \n\n Selain itu, untuk kondisi karies gigi yang sudah parah, biasanya dokter akan melakukan pencabutan pada gigi pasien. Tindakan ini merupakan solusi terakhir untuk perawatan karies gigi apabila pengobatan lainnya tidak efektif. Kemudian, dokter juga memberikan obat antibiotik untuk mencegah infeksi. \n\n \n\n Cara Mencegah Karies Gigi \n\n \n Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi pada anak adalah sebagai berikut: \n Membersihkan gigi dengan sikat dan benang gigi, setidaknya dua kali sehari. Pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur \n Melakukan pemeriksaan gigi secara rutin setidaknya 6 bulan sekali. \n Membatasi konsumsi makanan dan minuman manis yang banyak mengandung gula \n \n\n \n\n Jadi sahabat hermina itulah penyebab, gejala karies gigi dan cara mengatasinya. Bagi sahabat hermina yang mempunyai anak jangan lupa selalu perhatikan kondisi gigi anaknya ya dan lakukan perawatan pada gigi anak secara rutin minimal satu kali enam bulan, agar masalah kesehatan pada gigi anak dapat dicegah dan diatasi dengan tepat dan tidak menyebabkan masalah gigi yang lebih serius. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 24 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
Sakit Gigi tak Kunjung Henti, Ketahui Ciri Gigi Berlubang!<\/a><\/h3>
Sakit gigi merupakan kondisi sakit atau nyeri yang terjadi pada bagian dalam atau sekitar gigi. Sakit gigi dapat hilang timbul atau berlangsung secara terus menerus dan tingkat keparahan nyeri tersebut dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Umumnya, sakit gigi terjadi akibat penyakit pada gigi atau gusi, salah satunya adalah gigi berlubang. \n\n Gigi berlubang merupakan kondisi gigi yang rusak akibat terkikisnya lapisan terluar gigi (enamel). Kondisi ini terjadi karena penumpukan bakteri di mulut akibat sering mengonsumsi makanan manis dan tidak menjaga kebersihan mulut. \n\n Gigi berlubang dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak. Apabila tidak segera diatasi, lubang di gigi dapat semakin membesar dan mengganggu sehingga berpotensi untuk meningkatkan risiko terjadinya masalah gigi yang lain, seperti infeksi dan gigi tanggal atau copot. \n\n \n\n Faktor Penyebab Gigi Berlubang: \n\n -Jarang menyikat gigi/membersihkan gigi setelah makan \n\n -Tidak menggunakan pasta gigi atau obat kumur yang mengandung fluoride \n\n -Terlalu banyak konsumsi makanan dan minuman manis atau asam (soda, kopi, teh,dll) \n\n -Menderita anoreksia dan bulimia \n\n -Menderita GERD dan mulut kering \n\n -Berusia lanjut sehingga enamel mulai menipis dan berkurangnya produksi air liur \n\n -Rutin konsumsi obat-obatan, suplemen, vitamin, atau produk herba yang mengandung gula \n\n \n\n Gejala Gigi Berlubang: \n\n Apabila lubang pada gigi masih berukuran kecil, biasanya gejala belum terasa. Namun, ketika lubang pada gigi sudah membesar, dapat muncul beberapa gejala berikut: \n\n -Gigi sensitif \n\n -Sakit ketika menggigit \n\n -Nyeri spontan tanpa sebab yang jelas \n\n -Ngilu atau nyeri setelah konsumsi makanan/minuman yang manis, dingin, atau panas \n\n -Terdapat lubang yang jelas di gigi \n\n -Noda putih, coklat, atau hitam pada permukaan gigi \n\n \n\n Pencegahan Gigi Berlubang \n\n Gigi berlubang bisa terjadi pada siapa saja, terutama pada orang yang tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut. Untuk mencegah kondisi ini, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu: \n\n -Mengurangi kebiasaan ngemil \n\n -Mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang manis atau asam, seperti permen atau minuman ringan \n\n -Menyikat gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi yang mengandung fluoride \n\n -Membersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi setidaknya 1 kali sehari \n\n -Memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi, setidaknya 2 kali dalam setahun \n\n \n\n Sakit gigi akibat gigi berlubang juga dapat terjadi karena adanya plak yang sudah lama tidak dibersihkan. Plak adalah lapisan lunak dan lengket yang terdiri dari sisa makanan serta bakteri. Bila dibiarkan terus-menerus, plak tersebut bisa menyebabkan berbagai macam masalah mulut seperti karang gigi hingga gigi berlubang. \n\n Untuk mencegah terjadinya berbagai komplikasi lain pada gigi, periksalah ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk membersihkan plak yang membandel. Oleh karena itu Sahabat Hermina dapat mengunjungi RS Hermina Depok untuk mendapatkan perawatan gigi terbaik sebagai upaya mencegah gigi berlubang. \n\n Buat janji temu dengan dokter RS Hermina Depok melalui call center kami di 1500 488 atau gunakan fitur yang terdapat pada aplikasi Halo Hermina. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 16 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
Gigi Berlubang Bisa Menular, Kok Bisa?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, banyak orang mengira penyebab gigi berlubang selalu dikaitkan dengan mengonsumsi makanan manis atau kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Namun nyatanya tidak hanya kedua hal itu, ada penyebab lain yang sering tidak disadari banyak orang. Bahkan peneliti menemukan bahwa penyebab gigi berlubang ternyata bisa menular. \n\n Cara Penularan Gigi Berlubang \n\n Gigi berlubang merupakan kerusakan yang terjadi pada email gigi (lapisan terluar), dan dikatakan sebagai penyakit menular karena disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus mutans.1,2 Bakteri ini dapat berpindah melalui droplet atau air liur .Bakteri Sterptococcus mutans dalam kondisi normal didalam rogga mulut bersifat komensal(tidak merugikan /baik).3 \n\n Gigi berlubang terjadi karena adanya perubahan komposisi mikroorganisme di dalam rongga mulut yang menyebabkan bakteri komensal berubah menjadi patogen. Perubahan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu nutrisi, suhu, kelembaban, serta pH di dalam rongga mulut. Karena, gigi berlubang bukan disebabkan oleh patogen asing melainkan oleh bakteri normal yang berubah menjadi destruktif, penularannya berbeda dengan penyakit infeksius lainnya2, seperti: \n\n \n Lingkungan rongga mulut yang buruk menentukan kariogenitas bakteri. Bakteri penghasil asam (acidogenic dan aciduric) akan semakin adaptif di permukaan gigi-gigi host, sehingga karies bisa mengenai satu gigi dan gigi lainnya dalam rongga mulut host.5 \n Penularan gigi berlubang antar individu dapat terjadi akibat adanya pertukaran saliva yang memungkinkan adanya transmisi bakteri yang dapat terjadi secara vertikal maupun horizontal.3 \n \n\n Secara vertikal, transmisi bakteri terjadi antara ibu dan anak, bapak dan anak, serta antara pengasuh dan anak.3,4 Faktanya, bayi dan anak-anak sangat rentan tertular oleh bakteri Streptococcus mutans. Ibu yang berisiko menularkan bakteri Streptococcus mutans adalah ibu yang memiliki karies aktif serta OH yang buruk.5 Menurut penelitian oleh Damle et al, kebiasaan seperti meniup dan menjilat makanan, berbagi makanan, alat makan, sikat gigi dan perlengkapan mandi lainnya, serta melakukan kegiatan lain yang bersama dapat mengakibatkan perpindahan bakteri Streptococcus mutans dari orangtua ke anak.3-6 \n\n Untuk mencegah penularan penyebab gigi berlubang, sebaiknya untuk mencegah perpindahan bakteri Streptococcus mutans ke Si Kecil. mengipas makanan hingga suhu makanan menjadi hangat. Cara ini lebih efektif. Selain itu, kebiasaan mencium bayi atau anak oleh orangtua maupun dewasa lainnya dapat menjadi sarana perpindahan bakteri Streptococcus mutans ke rongga mulut Si Kecil.6 Itulah sebabnya, jangan sembarangan mencium bayi. apalagi jika pengasuh atau orang tua kurang menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. \n\n Secara horizontal, transmisi bakteri pada anak terjadi antar teman melalui berbagai cara, misalnya berbagi alat makan (piring, sendok, gelas), serta hal-hal yang memungkinkan adanya transfer saliva (memasukkan mainan ke mulut).3,4 \n\n Selain pada anak, dapat terjadi juga transmisi bakteri pada orang dewasa. Berciuman dengan orang yang kesehatan gigi dan mulutnya buruk berisiko terjadi transfer bakteri melalui saliva.8 Beberapa penelitian mengungkapkan jika seseorang berciuman dengan orang yang memiliki gigi berlubang akibat terinfeksi Streptococcus mutans, maka bakteri ini akan berpindah dan menyebabkan gigi berlubang pada orang tersebut. \n\n Namun perlu diketahui bahwa gigi berlubang merupakan penyakit multifaktorial yang artinya terjadi karena beberapa faktor yang berkesinambungan, sehingga terdapat banyak cara untuk merawat dan mencegah terjadinya gigi berlubang. \n\n Cara Mengatasi Gigi Berlubang \n\n Cara mengatasi gigi berlubang berbeda-beda, tergantung kondisi yang dialami meliputi: \n\n \n Perawatan Fluoride \n \n\n Perawatan fluoride dilakukan jika gigi dalam keadaan baik (tidak ada karies atau lubang atau gigi2 yang berlubang sudah dirawat) Perawatan fluoride akan membantu menguatkan gigi terhadap serangan bakteri. Pilihan perawatan fluoride dapat berupa gel, cairan, busa, atau obat yang dioleskan pada permukaan gigi. \n\n \n Tambal gigi \n \n\n Perawatan dengan melakukan tambal gigi dilakukan jika gigi telah berlubang. Selama proses tambal gigi, dokter akan membuang bagian gigi yang rusak dengan bor. Setelah gigi yang rusak dibuang, maka berikutnya adalah proses tambal gigi. Tambal gigi akan menggunakan bahan khusus seperti tambalan sewarna gigi, seperti tumpatan resin komposit, mahkota porselen, dan mahkota logam. \n\n \n Crown \n \n\n Pilihan pembuatan mahkota crown akan dipilih jika kerusakan gigi telah meluas dan kondisi gigi melemah. Tindakan crown dilakukan dengan cara memasang mahkota gigi palsu di atas gigi yang berlubang. Sebelum memasang mahkota gigi, dokter akan membuang bagian gigi yang telah rusak dan menyisakan sebagian kecil sebagai tumpuan. Jika sudah, maka mahkota gigi palsu akan dipasang diatasnya. Mahkota gigi palsu dibuat dengan bahan yang sama seperti membuat gigi palsu, yaitu porselen, komposit resin, atau emas. \n\n \n Perawatan saluran akar gigi \n \n\n Perawatan saluran akar gigi dilakukan jika kerusakan telah sampai ke akar gigi. Perawatan ini dilakukan untuk memperbaiki dan menyelamatkan gigi yang telah rusak parah tanpa harus mencabut gigi, agar bisa berfungsi kembali. \n\n \n Cabut gigi \n \n\n Cabut gigi biasanya dilakukan jika gigi bolong sudah mengalami kerusakan parah dan tidak dapat dipulihkan. Tindakan mencabut gigi bolong akan meninggalkan celah. Untuk mengatasinya, Anda bisa melakukan pemasangan gigi palsu atau implan gigi. \n\n Gigi berlubang juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Untuk mengatasinya, Anda bisa melakukannya dengan menghindari makanan dan minuman yang terlalu panas atau dingin. Selain itu, Anda juga bisa mengonsumsi obat pereda nyeri sebagai solusi darurat jika diperlukan. \n\n Cara Merawat Gigi Berlubang \n\n Cara merawat gigi berlubang memang tidak mudah. Namun, Anda tidak boleh mengabaikannya. Hal ini untuk mencegah kerusakan yang semakin parah pada gigi berlubang. Lakukan hal berikut: \n\n \n Tidak lupa untuk menyikat gigi dua kali sehari, yaitu pagi dan malam. \n Gunakan obat kumur setelah menyikat gigi. \n Kurangi konsumsi makanan yang manis atau asam. \n Kurangi kebiasaan untuk ngemil, terutama malam sebelum tidur. \n Perbanyak minum air putih. \n Konsumsi makanan kaya kalsium. \n Rutin konsumsi sayur dan buah untuk memenuhi kebutuhan gizi harian. \n Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride untuk mencegah gigi berlubang. \n Hindari konsumsi tembakau. \n Rutin melakukan pemeriksaan gigi. \n \n\n Nah Sahabat Hermina, jika gigi berlubang ini tidak ditangani dengan baik, maka akan memicu terjadinya kerusakan lebih parah yang dapat menyebabkan sakit gigi, infeksi, kehilangan gigi atau komplikasi lain. Maka dari itu, jagalah selalu kebersihan gigi dan mulut Anda. Salam sehat. \n\n \n\n Referensi \n\n \n Caufield PW, Griffen AL. Dental caries. An infectious and transmissible disease. Pediatr Clin North Am. 2000 Oct;47(5):1001-19, v. doi: 10.1016/s0031-3955(05)70255-8. PMID: 11059347. \n Caufield PW, Li Y, Dasanayake A. Dental caries: an infectious and transmissible disease. Compend Contin Educ Dent. 2005 May;26(5 Suppl 1):10-6. PMID: 17036539. \n Esra K, Nurhan O, Yilmaz AD, Berrin O. Vertical and Horizontal Transmission of Streptococcus Mutans and Effective Factors: An In Vivo Study. Journal of Advanced Oral Research. 2020;11(2):172-179. doi:10.1177/2320206820942694 \n Manchanda S, Sardana D, Liu P, Lee GHM, Lo ECM, Yiu CKY. Horizontal Transmission of Streptococcus mutans in Children and its Association with Dental Caries: A Systematic Review and Meta-Analysis. Pediatr Dent 2021;43(1):E1-E12. \n Mount, G. J., Hume, W. R., Ngo, H. C., & Wolff, M. S. (2016). Preservation and restoration of tooth structure. (3rd ed.) John Wiley & Sons. \n Sakai et al. Knowledge and attitude of parents or caretakers regarding transmissibility os caries disease. J Appl. Oral Sci 2008;16(2):150-154. \n Damle et al. Transmission of mutans streptococci in mother-child pairs. Indian J Med Res 2016;144(2):264-270. \n Kort R, Caspers M, van de Graaf A, van Egmond W, Keijser B, Roeselers G. Shaping the oral microbiota through intimate kissing. Microbiome. 2014 Nov 17;2:41. doi: 10.1186/2049-2618-2-41. PMID: 25408893; PMCID: PMC4233210. \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Daan Mogot<\/a><\/li>
- 17 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mitos dan Fakta tentang Kesehatan Gigi<\/a><\/h3>
Sakit gigi merupakan salah satu hal yang sering menghambat berbagai aktivitas, seperti pada saat tidur, bekerja, atau pun dapat menganggu saat makan. Seringkali, kita menyadari bahwa memiliki lubang pada gigi, namun karena belum terasa sakit maka tidak dilakukan penambalan, terlebih sering kali banyak yang takut untuk ke dokter gigi. \n\n Ketakutan untuk datang ke dokter gigi tidak dapat dipungkiri dengan adanya mitos-mitos kesehatan gigi. Oleh karena itu, kali ini kita akan bahas tentang mitos dan fakta kesehatan gigi apa aja sih yang sering ditakutkan. \n\n \n Mitos: Bau mulut muncul karena adanya masalah pencernaan \n \n\n Fakta: Bau mulut dapat muncul disebabkan oleh 2 factor yaitu internal dan external, yang dimaksud factor internal adalah yang berasal dari dalam tubuh (sistemik) contohnya pada pasien dengan GERD. Namun, pasien GERD jarang datang untuk mengeluhkan tentang bau mulutnya, keluhan bau mulut lebih sering ditemukan pada pasien-pasien dengan factor eksternal, seperti gigi berlubang, radang gusi, karang gigi, mulut kering, dll. \n\n Gigi berlubang bisa menyebabkan bau mulut, karena sisa-sisa makanan yang menyangkut pada gigi berlubang akan bertemu dengan bakteri-bakteri dalam mulut lalu membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap pada mulut. \n\n Radang gusi, yang paling sering ditemukan pasien mengeluhkan gusinya sering berdarah pada saat sikat gigi dan mulut berbau tidak enak. Hal ini dikarenakan adanya penumpukan karang gigi yang menimbulkan bau tidak sedap serta membuat gusi kita meradang yang efeknya lebih rentan untuk berdarah. \n\n Kenapa bisa meradang? Karena gusi tersebut tertekan oleh penumpukan karang gigi, apabila tidak dibersihkan maka akan semakin banyak dan makin menekan gusi, yang bisa berakibat ke gusi berdarah, jaringan penyangga gigi juga mengalami kerusakan seperti tulang penyangga gigi sehingga nantinya gigi akan goyang. Dan perlu diingat bahwa karang gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan menyikat gigi saja, karang gigi dapat dihilangkan dengan perawatan pembersihan karang gigi. Maka, jangan lupa untuk ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Produksi air liur yang berkurang juga dapat menyebabkan bau mulut. \n\n Contohnya pada saat berpuasa, terkadang kita sering merasa bahwa ada bau mulut, jika tidak ada berlubang dan karang gigi atau keluhan lain, itu menandakan suatu hal yang normal karena saat berpuasa produksi air liur berkurang. Sedangkan, air liur memiliki fungsi untuk membasuh, membantu membersihkan sisa-sisa makanan (self cleansing). Pada saat air liur berkurang maka flora dalam mulut berkembang yang menyebabkan bau mulut. \n\n pencegahannya untuk menghindari penyebab bau mulut, yakni dengan \n\n \n Sikat gigi 2x sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur malam \n Melakukan flossing dan penggunaan tongue scrapping (pembersih lidah) \n Konsumsi makanan berserat \n Minum 8 gelas air putih sehari \n Dan jangan lupa kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali \n \n\n \n\n \n Mitos: Gigi yang tinggal sisa akar tidak usah dicabut, toh sudah tidak sakit \n \n\n Fakta: Kasus sisa akar yang sering ditemukan biasanya berawal dari gigi berlubang, bila gigi berlubang dibiarkan dan tidak dirawat, lama kelamaan gigi tersebut dapat patah sedikit demi sedikit karena adanya tekanan kunyah. Pada akhirnya, mahkota gigi habis dan yang tersisa tinggal akarnya saja. Biasanya pasien tidak ada keluhan lagi terhadap giginya. Namun bukan berati masalah sudah selesai. Akar gigi yang masih berada di dalam mulut masih dapat menjadi sumber infeksi, selain itu pengunyahan pun akan terganggu. Meskipun sudah tidak terasa sakit, gigi tersebut harus dicabut dan dibuatkan gigi tiruan penggantinya. \n\n Mengapa perlu untuk dibuatkan gigi tiruan? \n\n Karena rongga mulut itu menjadi awal masuk nya makanan kedalam saluran percernaan. Jika ada gigi yang hilang dan tidak digantikan maka proses pengunyahan tidak sempurna dan berakibat ke kerja lambung menjadi semakin berat sehingga hal tersebut sebaiknya dihindari. Selain itu apabila ada ruang kosong akibat gigi yang hilang tidak diganti terutama gigi depan, hal itu akan berpengaruh terhadap estetik, pengucapan dan juga dapat mengakibatkan gigi tetangganya bergeser ke ruang yang kosong tersebut. Seperti misalnya pada kata-kata yang membutuhkan huruf f,v,ph (gigi depan atas bertemu dengan bibir bawah), th (lidah bertemu dengan bagian bekalang gigi atas depan). \n\n \n Mitos: Sakit gigi dapat sembuhkan hanya dengan minum obat penghilang rasa sakit (analgesik) \n \n\n Fakta: Obat penghilang rasa sakit hanya bersifat sementara saja biasanya sekitar 4-6 jam tapi tergantung juga pada tiap orang. Oleh karena itu, rasa sakit tersebut akan dapat muncul kembali setelah efek obatnya hilang, untuk benar-benar menghilangkan rasa sakit tersebut maka haruslah dicari penyebab rasa sakit tersebut dan dihilangkan. \n\n Dihilangkannya bagaimana? Apakah harus dicabut? \n\n Untuk terapi nya kita tidak langsung melakukan pencabutan, tetapi dengan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Apabila masih memungkinkan untuk dilakukan perawatan, maka akan dilakukan perawatan saluran akar. Apa beda nya dengan dilakukan penambalan langsung? Biasanya gigi yang sudah menimbulkan sakit spontan (tiba-tiba) menandakan bahwa infeksi bakterinya sudah mengenai syaraf gigi, oleh sebab itu perawatannya adalah dengan PSA (perawatan saluran akar), setelah sumber infeksinya dihilangkan barulah tidak akan timbul kembali rasa sakit. Jadi untuk tindakan pencabutan, itu merupakan pilihan terakhir apabila perawatan yang lain tidak dapat dilakukan. \n\n Dan, jangan lupa jangan sembarangan minum obat tanpa adanya instruksi dari dokter karena dapat mengakibatkan resistensi dosis obat. \n\n \n\n \n Mitos: Gigi bungsu harus selalu dicabut \n \n\n Fakta: Gigi bungsu atau yang sering diketahui sebagai gigi geraham paling belakang yang muncul paling terakhir pada saat dewasa memang sering impaksi (tumbuh miring, hanya sebagian muncul, maupun tidak terlihat sama sekali). Namun, fungsi dari gigi geraham sendiri adalah untuk menghaluskan makanan, semakin banyak dataran untuk mengunyah makanan maka semakin baik proses penghalusan makanannya. Jika, gigi bungsu tersebut impaksi, sering menimbulkan keluhan baik itu yang disertai infeksi maupun tidak, maka dianjurkan untuk dilakukan pencabutan. Namun, jika gigi bungsu tersebut erupsi (muncul) secara sempurna maka tidak perlu dilakukan pencabutan. \n\n \n Mitos: “Tidak usah ke dokter gigi selama gigi tidak sakit”. Benarkah? \n \n\n Fakta: “Sebaiknya tetap harus berkunjung ke dokter gigi secara rutin minimal setiap 6 bulan sekali”. Hal ini dikarenakan terkadang hanya dokter gigi yang bisa melihat masalah pada gigi yang mungkin ada tapi tidak kita sadari. Anda justru bisa mengetahui kondisi kesehatan gigi dan mulut mulai dari masalah bau mulut, kesehatan gusi, keberadaan plak dan karang gigi dan sebagainya sehingga perawatan pada tahap awal bisa dilakukan dengan segera. Jangan tunggu keadaan gigi menjadi parah baru datan ke dokter gigi. \n\n Tetapi, terdapat salah satu persepsi yang salah tentang kesehatan gigi dan mulut yaitu kalau tidak ada masalah, berarti semuanya sehat. Nah, ini yang membuat banyak orang malas memeriksakan gigi nya ke dokter gigi secara rutin. Tapi belum tentu ya, tidak ada keluhan sakit berarti tidak ada masalah. Akan lebih baik mencegah daripada mengobati. \n\n \n\n \n Mitos: Jika gigi anak berlubang, biarkan saja. Nantinya juga akan terganti dengan gigi tetap/permanen \n \n\n Fakta: Gigi anak yang berlubang harus tetap dilakukan perawatan. Kenapa? Karena jika tidak dilakukan perawatan maka infeksi bakteri yang ada pada gigi berlubang tersebut dapat menjalar ke jaringan pendukung gigi. Ini akan mempengaruhi gigi permanen yang sedang dalam proses tumbuh kembang. Selain itu, jika gigi anak berlubang juga berpengaruh terhadap menurunnya nafsu makan yang bisa membuat nutrisinya berkurang sedangkan anak sangat memperlukan nutrisi yang baik dan seimbang, selain itu juga dapat menyebabkan anak akan cenderung rewel. \n\n \n\n \n\n \n\n \n Mitos: Pada ibu hamil, gigi nya akan sering linu, mudah berlubang dan mudah keropos. \n \n\n Fakta: Keluhan ini muncul lebih disebabkan dari kebiasaan ibu hamil yang lebih sering mengonsumsi makanan manis dan merasa mudah mual sehingga malas menyikat gigi. Hal tersebut menyebabkan kondisi dalam rongga mulut menjadi asam dan gigi mudah berlubang. Oleh karena itu, disarankan pada ibu hamil untuk tetap rajin menyikat gigi dan kontrol ke dokter gigi selama masa kehamilan atau sebelum masa kehamilan. \n\n waktu yang dianjurkan apabila memang perlu kedokter gigi saat hamil, yaitu pada trisemester ke 2, karena pada saat itu pembentukan organ janin telah selesai. Kecuali pada kasus-kasus emergency. Kenapa tidak di trisemester 1 atau pun ke 3? Pada trimester 1 ini tidak disarankan untuk melakukan prosedur perawatan gigi karena dapat menimbulkan efek pada janin karena, pertumbuhan dan perkembangan janin masih sangat rentan. Pada trisemester ke 3 juga tidak disarankan karena menghindari terjadinya kontraksi dan mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan pada ibu hamil. \n\n \n\n Berikut fakta dan mitos seputar kesehatan gigi dan mulut yang perlu diketahui. Kalau sahabat punya keluhan gigi, jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter gigi di RS Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 17 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Desember 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 24 April 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 07 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 14 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 07 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>