- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 13 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kontrol Gula Perhari Untuk Hidup Yang Lebih Sehat<\/a><\/h3>
Hallo sahabat Hermina, Sering makan yang manis-manis? Seperti Minuman kekinian, Donut dan makanan lainya yang tinggi akan kadar gulanya? Waspada timbulnya penyakit. Jadi sahabat Hermina, Gula yang tinggi ternyata bisa menyebabkan penyakit, karena terlalu banyak gula di dalam darah tubuh tidak cukup menghasilkan insulin. Jika dialami dalam jangka panjang dan tidak ditangani dengan cepat, kondisi ini dapat mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh, seperti mata, saraf, ginjal, dan pembuluh darah. \n\n Gula merupakan bahan makanan yang memiliki rasa manis, dan lazim digunakan pada beragam makanan dan minuman yang kita santap sehari-hari. Tetapi anda perlu tahu satu hal yaitu mengonsumsi gula dengan berlebihan dapat meningkatkan risiko beragam permasalahan kesehatan penyakit tidak menular mulai dari obesitas hingga diabetes. Untuk mencegahnya tidak perlu sampai berhenti mengonsumsi makanan dengan gula, tetapi cukup membatasinya saja. Kontrol gula perhari sangat baik untuk tubuh kita. \n\n Bagaimana Cara Mengontrol Gula Perhari? \n\n Sahabat Hermina asupan gula setiap hari sesuai dengan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan adalah maksimal 50 gram atau takaran 4 sendok makan perhari. Meski penggunaan gula dibatasi, tetapi dalam penggunaan gula sebagai bumbu masih diperbolehkan asalkan tidak berlebihan. \n\n Selain itu ada beberapa cara untuk mengurangi asupan gula setiap hari dengan cara sebagai berikut. : \n\n \n Kurangi konsumsi makanan olahan yang mengandung gula, garam, dan lemak yang tinggi seperti contohnya adalah cemilan berupa biskuit, kue dan camilan lainnya. \n Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang memiliki gula tambahan dalam sajiannya seperti yang bisa kita temukan pada minuman, Seperti minuman bersoda, minuman kemasan. \n Baca nilai informasi gizi dari setiap makanan atau bahan makanan yang anda beli, sehingga anda bisa menakarnya sesuai dengan anjuran di atas; \n Perbanyak konsumsi sayur, buah-buahan, susu rendah lemak. \n Perbanyak aktivitas fisik ringan seperti jogging, jalan santai atau bersepeda santai; \n Rutin mengontrol asupan gula per hari dengan rutin melakukan pengecekan gula darah, hal ini juga dapat membantu anda untuk mengetahui reaksi tubuh \n saat mengonsumsi makanan sehingga tubuh bisa menyesuaikan diri dengan makanan yang dikonsumsi. \n \n\n Mengontol gula bisa dimulai dengan pola hidup sehat, seperti beraktivitas fisik secara rutin, mengontrol porsi makan, beristirahat yang cukup, mengelola stres \n\n Bila ingin konsultasi harian gula atau pola gizi yang baik silahkan Konsultasikan Ke Rumah Sakit Hermina Bitung Ke Dokter Spesialis Gizi Klinik dr. Patricia FC Halim Puteri, SpGK \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 18 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Makan Enak dan Sehat bagi Penderita Diabetes Mellitus<\/a><\/h3>
Diabetes mellitus merupakan salah satu gangguan kesehatan yang ditandai dengan kadar gula darah yang lebih dari normal. Dikatakan diabetes jika kadar gula darahnya >126 mg/dL dalam kondisi puasa, atau >200 mg/dL dalam kondisi tidak puasa. Ini merupakan penyakit kronis (berlangsung lama) dan dapat menyebabkan komplikasi berupa gangguan penglihatan, gagal ginjal, penyakit jantung, dan gangguan saraf. Pada 2017, Indonesia menduduki peringkat ke-6 untuk negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia, dan jumlahnya terus meningkat. \n\n \n\n Banyak orang menganggap penderita diabetes tidak bisa makan enak. Padahal, ada beragam makanan yang aman untuk penderita diabetes dan rasanya pun enak. Pola makan seorang penderita diabetes memang perlu dijaga. Jika salah asupan, kadar gula darah bisa tidak terkontrol sehingga dan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi diabetes. Maka dari itu, penting bagi penderita diabetes untuk memperhatikan kandungan gizi dari makanan yang ingin dikonsumsi. \n\n \n\n \n\n Jumlah Asupan dan Jadwal Makan untuk Penderita Diabetes \n\n Jumlah asupan yang dimaksud adalah jumlah kalori yang dikonsumsi. Jumlah kalori yang dianjurkan adalah 25-30 kalori per kilogram berat badan ideal, setiap harinya. Misalnya, seseorang dengan berat badan ideal 50 kg, memerlukan 1.250-1.500 kalori dalam sehari. Setidaknya bagi pasien diabetes mellitus berkonsultasi dengan dokter gizi minimal 1 kali, agar pasien dapat mengerti tentang makanan apa saja yang boleh dan tidak untuk dikonsumsi, kemudian jumlah asupan yang harus dipenuhi maka dokter gizi akan menghitung berdasarkan berat badan, tinggi badan serta aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien setiap harinya. Selain jumlah, jadwal makan yang sudah ditentukan oleh dokter gizi juga harus dipatuhi, untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan stabil dan tidak fluktuatif maka penderita diabetes dianjurkan untuk makan besar tiga kali sehari, dan makan kecil atau selingan 2-3 kali sehari. Jarak antara waktu makan besar dan selingan berkisar 2,5 sampai 3 jam. \n\n \n\n \n\n Makan Enak yang Aman Bagi Penderita Diabetes \n\n Beberapa makanan yang aman untuk penderita diabetes berdasarkan kandungan gizinya: \n\n 1. Karbohidrat Kompleks \n\n Secara umum, karbohidrat terbagi menjadi 2 jenis, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Meski keduanya sama-sama diperlukan tubuh, karbohidrat kompleks dinilai lebih sehat, bergizi, serta lebih aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Oleh karena itu, penderita diabetes disarankan untuk lebih fokus pada sumber karbohidrat yang lebih sehat, beberapa di antaranya adalah: \n\n - Umbi-umbian, seperti kentang dan ubi jalar \n\n - Buah-buahan, seperti tomat, pisang, dan beri \n\n - Biji-bijian utuh, seperti beras merah dan oat \n\n - Legum, seperti buncis dan kacang polong \n\n - Produk gandum utuh, seperti roti gandum \n\n \n\n Selain itu, penderita diabetes dianjurkan untuk mengurangi konsumsi karbohidrat rafinasi, seperti roti putih dan nasi putih, karena dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat. Konsumsi madu, sirup, gula pasir tidak dianjurkan pada penderita diabetes. Jika ingin mengkonsumsi gula, dapat menggunakan gula pengganti khusus diabetes, namun hanya 1 sachet saja tiap hari. \n\n \n\n 2. Serat \n\n Makanan yang kaya akan serat dapat membantu mengendalikan kadar gula darah sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Ada beberapa pilihan jenis makanan tinggi serat yang baik untuk dikonsumsi, di antaranya: \n\n - Buah-buahan, seperti buah pepaya, apel, dan pir \n\n - Sayur-sayuran, seperti bayam, brokoli, dan selada \n\n - Kacang-kacangan, seperti kacang tanah dan almond \n\n - Biji-bijian, seperti artichoke, chia seed dan biji rami. \n\n \n\n Dianjurkan tiap makan, selalu dilengkapi dengan sayuran dan buah. Asupan sayur dianjurkan 3-4 kali per/hari, masing-masing sekitar 100 gram sayuran. \n\n \n\n 3. Protein \n\n Protein adalah zat gizi yang termasuk dalam 3 makronutrien esensial selain lemak dan karbohidrat. Protein sangat diperlukan tubuh untuk sumber energi, membangun dan memperbaiki jaringan, serta mendukung sistem kekebalan tubuh. Hanya saja, penderita diabetes harus bijak dalam memilih makanan berprotein, karena mereka juga perlu memperhatikan kandungan lemak jenuh di dalamnya. Untuk memudahkan, berikut adalah daftar pilihan makanan berprotein yang sehat dan baik dikonsumsi oleh penderita diabetes: \n\n - Protein hewani, seperti daging sapi has dalam atau paha belakang, dada ayam tanpa kulit, ikan berdaging putih, dan telur \n\n - Protein nabati, seperti kacang merah, kacang hitam, kacang polong, edamame, dan tahu \n\n \n\n 4. Lemak sehat \n\n Penderita diabetes juga perlu mengonsumsi makanan berlemak, tetapi lemak yang sehat. Makanan yang mengandung lemak tak jenuh dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi diabetes, termasuk serangan jantung. Beberapa pilihan lemak sehat yang bisa dikonsumsi oleh penderita diabetes antara lain: \n\n - Lemak tak jenuh tunggal, seperti minyak zaitun, minyak kanola, alpukat, kacang almond, hazelnut, serta biji labu, dan wijen \n\n - Lemak tak jenuh ganda, seperti minyak bunga matahari, minyak jagung, kenari, biji rami, dan ikan. Mengonsumsi ikan sangat dianjurkan, karena ikan termasuk protein, dan lemak yang terkandung didalam ikan adalah omega 3, yang sangat dianjurkan untuk dikonsumsi. \n\n \n\n 5. Vitamin, mineral, dan antioksidan \n\n Untuk memenuhi gizi seimbang dan membantu menjaga kesehatan tubuh, penderita diabetes juga perlu mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin dan mineral. Berikut adalah beberapa makanan tinggi vitamin dan mineral yang baik dikonsumsi penderita diabetes: \n\n - Sayuran hijau yang kaya akan vitamin A, C, E, dan K, serta kalsium, seng, dan potassium \n\n - Stroberi yang kaya akan vitamin C dan antioksidan, seperti antosianin dan polifenol \n\n - Buah sitrus (jeruk) yang tinggi akan serat, vitamin C, folat, dan potassium \n\n - Buah beri yang mengandung vitamin C dan K, serta mangan, serat, dan potassium \n\n \n\n \n\n Pengolahan Makanan yang Tepat Bagi Penderita Diabetes Mellitus \n\n Selain jenis makanan, proses pengolahan makanan pun harus diperhatikan. Pada umumnya, penderita diabetes juga mengalami gangguan lemak darah. Kolesterol tinggi, trigliserida tinggi sering terjadi. Oleh karena itu, pengolahan masakan dengan cara digoreng tidak dianjurkan. Apalagi menggoreng makanan yang dilapisi tepung, pasti akan meningkatkan kadar lemak jenuh didalam darah. Pengolahan makanan yang dianjurkan adalah dengan bentuk dipepes, dikukus, dibuat sup/makanan berkuah. \n\n \n\n Setelah Sahabat Hermina mengetahui penjelasan di atas, penderita diabetes tak perlu sedih lagi karena tidak bisa makan enak. Selama Sahabat Hermina mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, serta mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter, diharapkan kadar gula darah dapat terkontrol dengan baik. Meski begitu, diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama dan masing-masing penderita diabetes memiliki kondisi yang berbeda. Jangan lupa untuk tetap kontrol sesuai dengan jadwal yang telah diberikan oleh dokter. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekalongan<\/a><\/li>
- 13 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Diabetes; Penyebab, Gejala dan Pengobatannya<\/a><\/h3>
Banyak orang Indonesia yang sakit diabetes dan tidak dapat menikmati usia senja dengan produktif bersama keluarga. Faktanya, berdasarkan penelitian Nielsen tahun 2008, 44% orang indonesia mempunyai kebiasaan makan diluar 1-3 kali seminggu, dari hanya sekedar ngopi, makan malam bersama keluarga atau kantor. \n\n \n\n Kebiasaan tersebut menghasilkan tambahan kalori hingga 43% perhari, berdasarkan Obesity Research, volume 12, issue 3, halaman 562-568, Maret 2004. Apalagi, dewasa ini, siapa saja bisa memesan makanan menggunakan aplikasi pemesanan makanan secara daring yang berpotensi menumpuk kalori. \n\n \n\n Apa itu Diabates? \n\n Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri berupa tingginya kadar gula (glukosa) darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. \n\n \n\n Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita. \n\n \n\n Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi. \n\n \n\n Jenis-Jenis Diabetes \n\n Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun. Pemicu timbulnya keadaan autoimun ini masih belum diketahui dengan pasti. Dugaan paling kuat adalah disebabkan oleh faktor genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan. \n\n \n\n Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini. \n\n \n\n Selain kedua jenis diabetes tersebut, terdapat jenis diabetes khusus pada ibu hamil yang dinamakan diabetes gestasional. Diabetes pada kehamilan disebabkan oleh perubahan hormon, dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan. \n\n \n\n Gejala Diabetes \n\n Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi: \n\n \n Sering merasa haus \n Sering buang air kecil, terutama di malam hari \n Sering merasa sangat lapar \n Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas \n Berkurangnya massa otot \n Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi \n Lemas \n Pandangan kabur \n Luka yang sulit sembuh \n Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih. \n \n\n \n\n Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri bahwa seseorang mengalami diabetes, antara lain: \n\n \n Mulut kering \n Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki \n Gatal-gatal \n Disfungsi ereksi atau impotensi \n Mudah tersinggung \n Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemi yang terjadi beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan \n Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan, (akantosis nigrikans) sebagai tanda terjadinya resistensi insulin \n \n\n \n\n Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa dalam darah di atas normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. Seseorang yang menderita prediabetes dapat menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani dengan baik. \n\n \n\n Faktor risiko diabetes \n\n Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti: \n\n \n Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1 \n Menderita infeksi virus \n Orang berkulit putih diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras lain \n Bepergian ke daerah yang jauh dari khatulistiwa (ekuator) \n \n\n \n\n Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun diabetes tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun. \n\n \n\n Sedangkan pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti: \n\n \n Kelebihan berat badan \n Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2 \n Kurang aktif. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif beraktivitas fisik menyebabkan seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe 2 \n Usia. Risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia \n Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi) \n Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol baik atau HDL (high-density lipoportein) yang rendah dan kadar trigliserida yang tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2 \n Khusus pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat lebih mudah mengalami diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat penyakit Polycystic ovarian syndrome (PCOS) juga lebih mudah mengalami diabetes tipe 2. \n \n\n \n\n Diagnosis Diabetes \n\n Gejala diabetes biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1 yang gejalanya dapat muncul secara tiba-tiba. Dikarenakan diabetes seringkali tidak terdiagnosis pada awal kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko terkena penyakit ini dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin. Beberapa cara mendiagnosanya di antaranya adalah: \n\n \n Orang yang berusia di atas 45 tahun \n Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional saat hamil \n Orang yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25 \n Orang yang sudah didiagnosis menderita prediabetes \n \n\n \n\n Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain: \n\n - Tes gula darah sewaktu \n\n Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita diabetes. \n\n \n\n - Tes gula darah puasa \n\n Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah untuk diukur kadar gula darahnya. Hasil tes gula darah puasa yang menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL menunjukkan pasien menderita prediabetes. Sedangkan hasil tes gula darah puasa 126 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes. \n\n \n\n - Tes toleransi glukosa \n\n Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien kemudian akan menjalani pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut dilakukan, pasien akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian sampel gula darah akan diambil kembali setelah 2 jam minum larutan gula. Hasil tes toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes tes toleransi glukosa dengan kadar gula antara 140-199 mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes. \n\n \n\n - Tes HbA1C (glycated haemoglobin test) \n\n Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang. Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin, yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes HbA1C di bawah 5,7% merupakan kondisi normal. Hasil tes HbA1C di antara 5,7-6,4% menunjukkan pasien mengalami kondisi prediabetes. Hasil tes HbA1C di atas 6,5% menunjukkan pasien menderita diabetes. \n\n \n\n Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan langkah-langkah pengobatan yang akan dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai menderita diabetes tipe 1, dokter akan merekomendasikan tes autoantibodi untuk memastikan apakah pasien memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh, termasuk pankreas. \n\n \n\n Pengobatan Diabetes \n\n Pasien diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah, sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan lemak. Bila perlu, pasien diabetes juga dapat mengganti asupan gula dengan pemanis yang lebih aman untuk penderita diabetes, sorbitol. Pasien diabetes dan keluarganya dapat berkonsultasi dengan dokter atau dokter gizi untuk mengatur pola makan sehari-hari. \n\n \n\n Untuk membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin, pasien diabetes dianjurkan untuk berolahraga secara rutin, setidaknya 10-30 menit tiap hari. Pasien dapat berkonsultasi dengan dokter untuk memilih olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai. \n\n \n\n Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur gula darah sehari-hari. Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan untuk menjalani terapi insulin untuk mengatur gula darah. Insulin tambahan tersebut akan diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat minum. Dokter akan mengatur jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu cara menyuntiknya. \n\n \n\n Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi pencangkokan (transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang mengalami kerusakan. Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani operasi tersebut tidak lagi memerlukan terapi insulin, tetapi harus mengonsumsi obat imunosupresif secara rutin. \n\n \n\n Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya adalah metformin, obat minum yang berfungsi untuk menurunkan produksi glukosa dari hati. Selain itu, obat diabetes lain yang bekerja dengan cara menjaga kadar glukosa dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah pasien makan, juga dapat diberikan. \n\n \n\n Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola makan sehat agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal. Selain mengontrol kadar glukosa, pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan jadwal untuk menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir. \n\n \n\n Komplikasi Diabetes \n\n Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabtes tipe 1 dan tipe 2 adalah: \n\n \n Penyakit jantung \n Stroke \n Gagal ginjal kronis \n Neuropati Diabetik \n Gangguan penglihatan \n Katarak \n Depresi \n Demensia \n Gangguan pendengaran \n Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh \n Kerusakan kulit akibat infeksi bakteri dan jamur, termasuk bakteri pemakan daging. \n \n\n \n\n Diabetes akibat kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi. Contoh komplikasi pada ibu hamil adalah preeklamsia. Sedangkan contoh komplikasi yang dapat muncul pada bayi adalah: \n\n \n Kelebihan berat badan saat lahir \n Kelahiran prematur \n Gula darah rendah (hipoglikemia) \n Keguguran \n Penyakit kuning \n Meningkatnya risiko menderita diabetes tipe 2 pada saat bayi sudah menjadi dewasa \n \n\n \n\n Pencegahan Diabetes \n\n Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui. Sedangkan, diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan pola hidup sehat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes, di antaranya adalah: \n\n \n Mengatur frekuensi dan menu makanan menjadi lebih sehat \n Menjaga berat badan ideal \n Rutin berolahraga \n Rutin menjalani pengecekan gula darah, setidaknya sekali dalam setahun \n \n\n \n\n Sahabat Hermina, diabetes sulit disembuhkan, tetapi dapat dicegah. Mari mulai terapkan pola hidup sehat dan perhatikan terus protokol kesehatan agar terhindar dari penyakit berbahaya lainnya. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Grand Wisata<\/a><\/li>
- 23 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
6 Makanan yang Sebaiknya Dikonsumsi Pengidap Diabetes Melitus<\/a><\/h3>
Memilih jenis makanan yang baik untuk dikonsumsi sangat penting bagi pengidap diabetes melitus. Tidak hanya dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap terkontrol dengan baik, makanan sehat juga dapat mencegah terjadinya komplikasi diabetes seperti penyakit jantung. Berikut jenis-jenis makanan yang baik dikonsumsi bagi penderita diabetes melitus: \n\n 1. Ikan Berlemak \n\n Ikan berlemak adalah salah satu makanan tersehat yang sangat baik untuk dikonsumsi siapa saja. Ikan, seperti salmon, sarden, herring, anchovies, dan mackerel adalah sumber asam lemak Omega-3 DHA dan EPA yang memiliki manfaat besar bagi kesehatan jantung. Karena itulah, pengidap diabetes yang memiliki risiko penyakit jantung dan stroke dianjurkan untuk mendapatkan asupan asam lemak tersebut secara teratur. \n\n DHA dan EPA dapat melindungi sel-sel yang melapisi pembuluh darah, mengurangi tanda-tanda peradangan dan meningkatkan fungsi arteri. Sejumlah studi observasi menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi ikan berlemak secara teratur memiliki risiko gagal jantung yang lebih rendah dan kecil kemungkinannya meninggal akibat penyakit jantung. \n\n \n\n 2. Sayuran Hijau \n\n Sayuran hijau mengandung gizi yang tinggi dan rendah kalori. Jenis makanan ini juga sangat rendah karbohidrat yang dapat menyebabkan meningkatnya kadar gula darah. \n\n Bayam, kale, dan sayuran hijau lainnya merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik, termasuk vitamin C. Dalam sebuah studi, memperbanyak konsumsi asupan vitamin C dapat mengurangi tanda-tanda inflamasi dan kadar gula darah puasa untuk orang dengan diabetes tipe 2 atau tekanan darah tinggi. \n\n Selain itu, sayuran hijau juga adalah sumber antioksidan lutein dan zeaxanthin yang baik. Antioksidan ini dapat melindungi mata dari degenerasi makula dan katarak yang merupakan komplikasi umum diabetes. \n\n \n\n 3. Kayu Manis \n\n Kayu Manis adalah rempah yang lezat yang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Beberapa penelitian sudah menunjukkan bahwa kayu manis dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin. \n\n Kontrol diabetes jangka panjang biasanya ditentukan dengan mengukur haemoglobin A1c, yang menggambarkan kadar gula darah Anda selama 2–3 bulan. Dalam sebuah studi, pengidap diabetes tipe 2 yang mengonsumsi kayu manis selama 90 hari ditemukan mengalami penurunan haemoglobin A1c lebih dari dua kali lipat, dibandingkan mereka yang hanya menerima perawatan standar. \n\n \n\n 4. Telur \n\n Telur adalah salah satu makanan yang dapat memberikan manfaat yang besar untuk kesehatan dan juga dapat membuat Anda kenyang lebih lama. Mengonsumsi telur secara teratur juga dapat mengurangi risiko penyakit jantung dengan beberapa cara. Telur mengurangi peradangan, meningkatkan sensitivitas insulin, mengontrol kadar kolesterol “baik” atau HDL, serta memodifikasi ukuran dan bentuk dari kolesterol “buruk” LDL. \n\n Dalam sebuah penelitian, orang yang mengidap diabetes tipe 2 yang mengonsumsi dua butir telur setiap hari sebagai bagian dari diet tinggi protein, mengalami perbaikan dalam kadar kolesterol dan gula darah dalam tubuhnya. \n\n \n\n 5. Chia Seeds \n\n Chia seeds juga adalah salah satu makanan yang sangat direkomendasikan bagi pengidap diabetes. Makanan ini tinggi serat, tetapi rendah karbohidrat yang mudah dicerna. Faktanya, 11 dari 12 gram karbohidrat dalam porsi 28 gram (10 ons) chia seeds adalah serat yang tidak meningkatkan gula darah. Serat dalam chia seeds malah dapat menurunkan kadar gula darah dengan memperlambat laju makanan yang bergerak melewati usus dan diserap. \n\n Chia seeds yang kaya akan serat juga dapat mengurangi rasa lapar dan membuat Anda kenyang lebih lama, sehingga dapat membantu Anda memiliki berat badan yang sehat. Selain itu, chia seeds telah terbukti dapat mengurangi tekanan darah dan tanda-tanda inflamasi. \n\n \n\n 6. Kunyit \n\n Kunyit juga adalah rempah dengan manfaat kesehatan yang luar biasa. Bahan aktifnya yaitu curcumin, dapat menurunkan peradangan dan kadar gula darah, sekaligus mengurangi risiko penyakit jantung. \n\n Selain itu, curcumin juga dipercaya bermanfaat bagi kesehatan ginjal pada pengidap diabetes. Hal ini penting karena diabetes adalah salah satu penyebab utama penyakit ginjal. \n\n Sayangnya, curcumin sulit diserap dengan baik oleh tubuh. Jadi, pastikan Anda mengonsumsi kunyit dengan piperin (yang biasa ditemukan dalam lada hitam) untuk meningkatkan penyerapannya. \n\n \n\n Jangan ragu untuk bertanya pada dokter apabila Anda memiliki pertanyaan penting seputar 6 makanan yang sebaiknya dikonsumsi pengidap diabetes melitus. Tidak harus menunggu jadwal dokter, Anda bisa langsung bertanya kapan saja denganm enggunakan aplikasi Halo Hermina. Aplikasi ini bisa segera Anda download di ponsel. Yuk, sehat bersama Hermina. \n\n \n\n \n\n Referensi: \n\n Healthline. Diakses pada 2020. The 16 Best Foods to Control Diabetes. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 11 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
Pola Makan Bagi Penderita Obesitas<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, kegemukan (overweight) seringkali disamakan dengan obesitas. Padahal kedua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda, kegemukan adalah kondisi berat tubuh melebihi berat tubuh normal, sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak. \n\n Kegemukan dan obesitas bisa terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin. Juvenil obesity adalah obesitas yang terjadi pada usia muda (anak-anak). Obesitas merupakan keadaan indeks massa tubuh (IMT) anak yang berada di atas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai jenis kelaminnya yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan. \n\n Di Indonesia, Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas pada penduduk berusia >18 tahun dari 11,7% (2010) menjadi 15,4% (2013). Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan disparitas prevalensi obesitas dari nilai prevalensi nasional pada beberapa provinsi di Indonesia. Peningkatan obesitas akan berdampak pada terjadinya peningkatan pembiayaan kesehatan. Obesitas tidak hanya berdampak terhadap masalah kesehatan secara fisik, tetapi juga pada masalah sosial dan ekonomi \n\n Penyebab obesitas belum diketahui pasti. Obesitas terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan dan minuman tinggi kalori tanpa melakukan aktivitas fisik untuk membakar kalori berlebih tersebut. Kalori yang tidak digunakan itu selanjutnya diubah menjadi lemak di dalam tubuh, sehingga membuat seseorang mengalami pertambahan berat badan hingga akhirnya obesitas. Faktor-faktor lain penyebab obesitas adalah: \n\n \n Faktor keturunan atau genetik \n Efek samping obat-obatan \n Kehamilan \n Kurang tidur \n Pertambahan usia \n Penyakit atau masalah medis tertentu \n \n\n Berdasarkan data Riskesdas tentang analis survei konsumsi makanan individu, sebesar 40,7% masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan berlemak, 53,1% mengonsumsi makanan manis, 93,5% kurang konsumsi sayur dan buah, dan 26,1% aktivitas fisik yang kurang. \n\n Adapun aturan pola makan untuk menghindari obesitas yaitu: \n\n 1. Menggunakan piring makan model T yaitu jumlah sayur 2 kali lipat dari bahan makanan sumber karbohidrat (nasi, roti, pasta, dan lain–lain) \n\n 2. Jumlah makanan sumber protein setara dengan jumlah makanan sumber karbohidrat \n\n 3. Buah minimal harus sama dengan jumlah karbohidrat atau protein. Pilihlah makanan yang disenangi namun tetap memperhatikan jumlah, jenis, dan jadwal \n\n 4. Kurangi konsumsi refined carbohydrates. Refined carbohydrates adalah karbohidrat yang memiliki struktur glukosa tunggal, dan telah mengalami proses pengolahan makanan berulang kali atau proses pabrik. Contoh makanan yang tergolong refined carbohydrates adalah nasi putih dan golongan makanan yang mengalami pengolahan berulang \n\n \n\n Atur pola makan dengan menggunakan piring makan model T sebagai berikut: \n\n 1. Konsumsi sayur dua kali lipat dari jumlah bahan makanan sumber karbohidrat \n\n 2. Konsumsi bahan makanan sumber protein sama dengan jumlah bahan makanan sumber karbohidrat \n\n 3. Konsumsi sayur dan atau buah minimal harus sama dengan jumlah karbohidrat ditambah dengan protein \n\n 4. Minyak sebagai bahan makanan sumber lemak dapat digunakan untuk mengolah bahan makanan. Jumlah yang dianjurkan adalah 3–4 porsi atau setara dengan 3–4 sendok the \n\n \n\n Sahabat Hermina, mari jaga asupan makan Si Kecil dan ajak Si Kecil untuk ikut berolahraga untuk mencegah obesitas. Karena berat badan yang berlebih dapat meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit berbahaya. Ingat, mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 10 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
Mencegah Komplikasi COVID-19 bagi Penderita Diabetes<\/a><\/h3>
Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah penyakit ketika kadar gula didalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin. \n\n \n\n Insulin adalah hormon yang yang dibuat oleh penkreas, merupakan zat utama yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah. Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel tubuh sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. \n\n \n\n Jenis-jenis Diabetes \n\n Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. \n\n \n\n Diabetes tipe 1 \n\n Terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun. Pemicu timbulnya keadaan autoimun ini masih belum diketahui dengan pasti. Dugaan paling kuat adalah disebabkan oleh faktor genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan. \n\n \n\n Diabetes tipe 2 \n\n Merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini. \n\n \n\n Selain kedua jenis diabetes tersebut, terdapat jenis diabetes khusus pada ibu hamil yang dinamakan diabetes gestasional. Diabetes pada kehamilan disebabkan oleh perubahan hormon, dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan. \n\n \n\n Gejala Diabetes \n\n Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi: \n\n \n Sering merasa haus. \n Sering buang air kecil, terutama di malam hari. \n Sering merasa sangat lapar. \n Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas. \n Berkurangnya massa otot. \n Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi. \n Lemas. \n Pandangan kabur. \n Luka yang sulit sembuh. \n Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih. \n \n\n \n\n Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri bahwa seseorang mengalami diabetes, antara lain: \n\n \n Mulut kering. \n Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki. \n Gatal-gatal. \n Disfungsi ereksi atau impotensi. \n Mudah tersinggung. \n Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan. \n Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan, (akantosis nigrikans) sebagai tanda terjadinya resistensi insulin. \n \n\n \n\n \n\n Risiko Komplikasi COVID-19 pada Penderita Diabetes \n\n \n\n Orang yang memiliki diabetes memang tidak akan meningkatkan risiko untuk terkena COVID-19. Namun, jika terinfeksi COVID-19, akan berisiko mengalami gejala berat dan membutuhkan perawatan khusus di rumah sakit. \n\n \n\n Penderita diabetes harus lebih waspada terhadap infeksi COVID-19. Berikut cara yang dapat dilakukan penderita agar terhindar dari infeksi virus corona serta komplikasinya. \n\n \n\n \n\n Cara Mencegah Komplikasi COVID-19 pada Penderita Diabetes \n\n \n\n Diabetes termasuk penyakit komorbid. Jika Anda memiliki penyakit ini dan terinfeksi COVID-19, Anda akan berisiko untuk mengalami gejala berat. Oleh karena itu, lakukanlah strategi pencegahan sedini mungkin. \n\n \n\n Ada dua hal penting yang dapat dilakukan, yaitu: \n\n \n Sebisa mungkin menghindarkan diri dari infeksi COVID-19. \n Mengontrol gula darah. \n Untuk mencegah diri agar tidak terpapar COVID-19, cobalah untuk tidak keluar rumah kecuali untuk hal-hal yang sangat penting dan menjalankan berbagai protokol kesehatan. Misalnya, jika terpaksa harus keluar rumah, gunakanlah masker, cuci tangan secara rutin, dan jaga jarak. \n \n\n \n\n Sedangkan untuk mengontrol gula darah, ada empat hal yang dapat Anda lakukan. Empat hal ini biasa dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan diabetes melitus, yaitu: \n\n \n\n 1. Edukasi \n\n Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah dengan mempelajari berbagai hal terkait diabetes. Makanan apa yang dapat meningkatkan gula darah dan apa yang tidak, olahraga apa yang harus Anda lakukan dan berapa durasi kebutuhan olahraga Anda, dan lain-lain. \n\n \n\n 2. Diet \n\n Penyesuaian diet ditujukan untuk membantu menjaga kadar gula darah agar tidak meningkat. \n\n \n\n Pada dasarnya, kebutuhan makanan bagi penderita diabetes hampir sama dengan kebutuhan masyarakat umum, yaitu gizi seimbang dan sesuai zat gizi. Anda hanya harus terus disiplin dalam menjaga makanan dan menghitung kualitas dan kuantitas kalori yang telah dikonsumsi. \n\n \n\n Kurangi makanan-makanan yang memiliki indeks glikemik tinggi, seperti roti, nasi, kentang, dan utamanya minuman-minuman soda dan manis karena asupan tersebut dapat meningkatkan kadar gula darah secara drastis dan mempercepat munculnya rasa lapar. \n\n \n\n Pastikan juga Anda mengonsumsi cukup sayur, buah, dan berbagai sumber protein setiap harinya. Untuk minuman, Anda juga harus lebih memperhatikannya. \n\n \n\n 3. Olahraga \n\n Lakukan olahraga rutin setiap harinya, minimal 30 menit setiap hari. Rutin berolahraga dapat membantu menstabilkan kadar gula darah dan meningkatkan kekebalan tubuh Anda. \n\n \n\n 4. Terapi \n\n Jika Anda telah mendapatkan terapi diabetes dari dokter, maka lanjutkan konsumsi obat tersebut. Jangan lupa untuk memeriksa gula darah Anda untuk memastikan bahwa terapi yang Anda lakukan sudah sesuai. \n\n \n\n Jika anda punya keluhan dengan kesehatan Anda, rutinlah periksakan kesehatan Anda ke rumah sakit karena mencegah lebih baik daripada mengobati. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 10 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 13 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 13 November 2023<\/li><\/ul><\/div>