- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 06 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Yuk Kenali Apa Itu Henti Jantung Mendadak dan Faktor Resikonya<\/a><\/h3>
Jantung adalah organ yang penting bagi manusia. Ketika jantung mengalami gangguan maka dapat menimbulkan penyakit hingga kematian. Salah satu ancaman kematian karena masalah jantung yaitu Henti Jantung Mendadak. Henti jantung mendadak adalah berhentinya secara tiba-tiba dari aktifitas normal jantung yang disertai dengan kolaps hemodinamik yang berasal dari masalah jantung. Apabila jantung berhenti berdetak, itu artinya jantung tidak bekerja dengan baik. Darah akan berhenti dipompa dari jantung menuju organ vital lainnya, seperti otak, hati, dan paru-paru. Akibatnya, kondisi ini membuat penderitanya tidak bernapas normal, tidak sadarkan diri, atau bahkan berhenti bernapas. Hal ini juga dapat diartikan dengan, dalam hitungan detik, aktifitas listrik dan pompa jantung berhenti medadak dan menyebabkan seluruh sistem sirkulasi manusia kolaps atau berhenti berjalan. \n\n Orang yang mengalami Henti Jantung Mendadak tentu akan mengalami hilang kesadaran mendadak dan jatuh. Apabila jantung berhenti berdetak, itu artinya jantung tidak bekerja dengan baik. Darah akan berhenti dipompa dari jantung menuju organ vital lainnya, seperti otak, hati, dan paru-paru. Akibatnya, kondisi ini membuat penderitanya tidak bernapas normal, tidak sadarkan diri, atau bahkan berhenti bernapas. Hal ini biasanya yang menjadi penyebab seseorang terjatuh tiba-tiba di tempat umum dan membutuhkan pertolongan dengan segera. \n\n Tanda & Gejala Henti Jantung Mendadak \n\n \n Tiba-tiba tubuh ambruk. \n Tidak ada denyut nadi. \n Tidak bernapas. \n Hilang kesadaran. \n \n\n Pada beberapa kasus sebelum terjadinya henti Jantung, ada beberapa gejala yang dirasakan oleh penderitanya. Gejala tersebut adalah: \n\n \n Rasa tidak nyaman pada dada (angina). \n Sesak napas. \n Palpitasi jantung (sensasi jantung berdegup kencang). \n Tubuh melemah \n \n\n \n\n Penyebab henti jantung bisa karena adanya irama jantung yang tidak normal. Hal ini bisa terjadi akibat sistem kelistrikan jantung yang tidak bekerja secara tepat. Sistem kelistrikan jantung berfungsi untuk mengontrol laju dan ritme detak jantung. Jika mengalami gangguan, maka detak jantung bisa terjadi lebih cepat atau lebih lambat. Selain itu, ada beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan terjadinya henti jantung, seperti: \n\n \n Riwayat Penyakit Jantung seperti Arteri coroner, Serangan jantung, Pembesaran jantung, Penyakit katup jantung dan Penyakit jantung bawaan \n Kebiasaan Merokok. Rokok merupakan salah satu yang menjadi faktor berbagai jenis penyakit. Asap rokok yang dihirup dapat menjadi penyebab berbagai penyakit, mulai dari kanker paru, gangguan kehamilan dan janin, hingga penyakit jantung. Hal ini karena di dalam tembakau yang terdapat pada rokok, terkandung berbagai zat berbahaya bagi tubuh, seperti kandungan nikotin yang bisa membuat jantung berdetak lebih kencang lebih dari normal. Selain itu, karbon monoksida yang merupakan gas beracun yang dapat menghalangi pasokan oksigen ke jantung. \n Diabetes, Diabetes dapat menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah sehingga dapat menghambat aliran darah. Oleh karena itu penderita diabetes berisiko lebih tinggi mengidap penyakit jantung. \n Hipertensi. Hipertensi dapat melukai dinding arteri dan menurunkan fungsi dinding pembuluh darah sehingga mempermudah kolesterol LDL juga dapat menempel di dinding pembuluh darah dan meningkatkan penimbunan plak. \n Obesitas. Ketika seseorang mengalami obesitas, maka risiko penyakit jantung koroner akan meningkat hingga empat kali lebih tinggi jika dibandingkan pemilik berat badan ideal. \n Pola hidup tidak sehat seperti kurangnya olah raga dan aktifitas fisik, serta banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak \n \n\n \n\n Jadi sahabat hermina penting untuk kita selalu menghindari resiko-resiko yang bisa menjadi penyebab meningkatnya kejadian henti jantung padi diri kita dan orang-orang sekitar kita terutama keluarga. Dan jangan lupa untuk segera konsultasi dan periksakan ke dokter jika sahabat hermina merasakan ada gangguan atau masalah kesehatan pada tubuh terutama jantung, tujuannya supaya penyakit atau masalah kesehatan tersebut dapat di deyeksi dengan cepat dan ditangani dengan tepat. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Independent RS UBAYA Managed by Hermina<\/a><\/li>
- 16 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Penyebab Kematian Jantung Mendadak Saat Olahraga<\/a><\/h3>
Olahraga adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, manfaat olahraga bagi kesehatan kardiovaskular telah diketahui sangat baik, namun di sisi lain, olahraga dapat meningkatkan risiko kematian jantung mendadak atau sudden cardiac death (SCD) pada individu dengan penyakit kardiovaskular yang sudah maupun belum terdiagnosis. SCD jarang terjadi namun masih merupakan isu yang meresahkan. Ada banyak contoh yang dialami beberapa atlet profesional terkenal, tetapi hal itu hanya menunjukkan permukaan dari fenomena sebenarnya, yang cukup luas meliputi atlet amatir. \n\n \n\n SCD saat olahraga didefinisikan sebagai kematian yang terjadi selama atau dalam satu jam setelah berhenti olahraga. Terdapat 92% kasus terjadi selama aktivitas olahraga, 7,4% dalam 30 menit setelah berhenti olahraga, dan hanya sedikit dalam 30-60 menit setelah berhenti olahraga. \n\n \n\n Perbandingan Atlet dan Non-atlet \n\n Atlet memiliki risiko 2,8 kali lebih tinggi mengalami SCD dibandingkan dengan non-atlet, yang sebagian besar penyebabnya adalah penyakit kardiovaskular yang tidak terdeteksi. Namun, perlu diperhatikan bahwa olahraga bukan merupakan penyebab tunggal dari resiko terjadinya SCD yang lebih tinggi, melainkan kombinasi dari aktivitas fisik yang intens pada atlet dengan penyakit kardiovaskular yang mendasari, yang dapat menimbulkan aritmia atau gangguan irama detak jantung, sehingga menyebabkan henti jantung. \n\n \n\n Penyebab SCD pada Atlet <35 tahun \n\n Setiap tahun, SCD terjadi pada 1–3/100.000 atlet kompetitif usia <35 tahun di seluruh dunia. Pada atlet yang berusia <35 tahun, penyebab utamanya antara lain kardiomiopati hipertrofik atau penebalan otot jantung, dan penyakit jantung aritmogenik bilik kanan. \n\n \n\n Penyebab lain terjadinya SCD saat berolahraga antara lain: kelainan bawaan pada anatomi atau bentuk pembuluh darah koroner; commotio cordis yang disebabkan adanya pukulan tumpul pada dada, misalnya terkena lemparan bola; infeksi atau radang otot jantung atau miokarditis; fungsi pompa jantung tidak normal pada kardiomiopati diastolik; kebocoran atau kebuntuan katup jantung seperti prolaps katup mitral dan stenosis aorta; pecahnya pembuluh darah besar pada ruptur aorta, dll. \n\n \n\n Penyebab SCD pada Atlet >35 tahun \n\n Sedangkan penyebab utama kematian jantung mendadak pada atlet yang berusia >35 tahun adalah penyakit jantung koroner. Frekuensi terjadinya kematian jantung mendadak pada populasi ini berkisar dari 1/15.000 hingga 1/50.000, terutama dialami oleh laki-laki. Pada sebagian besar kasus, sebelumnya penderita menunjukkan gejala. Sebaliknya, pada atlet <35 tahun, hanya 30% yang melaporkan gejala sebelumnya. Terdapat penurunan jumlah mortalitas atau kematian sebanyak 40-60% pada kasus yang disebabkan penyakit kardiovaskular dengan olahraga intensitas sedang tiga kali atau lebih dalam seminggu. Perlu diperhatikan pula bahwa manfaat olahraga teratur lebih besar daripada risiko SCD pada lansia. \n\n \n\n Patofisiologi terjadinya SCD \n\n Dari sudut pandang patofisiologi, kematian jantung mendadak dapat terjadi secara mekanis atau elektrik (aritmik). Secara mekanis dapat berupa fungsi jantung yang menurun karena penyumbatan akut pada sirkulasi darah atau tamponade jantung yaitu adanya air yang berlebihan pada selaput pembungkus jantung, syok akibat perdarahan masif seperti ruptur atau pecahnya aorta ekstraperikardial, perdarahan saluran pencernaan atau gastrointestinal, atau karena adrenal septic apoplexy. Namun, pada lebih dari 90% kasus, mekanismenya bersifat elektrik (aritmik), dengan gangguan pompa jantung akut yang disebabkan oleh asistol (tidak ada aktivitas elektrik pada elektrokardiogram atau EKG) atau fibrilasi ventrikel (detak jantung cepat dan tidak beraturan). \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 28 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Serangan Jantung, Henti Jantung. Lalu, Apa Bedanya?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, pasti di antara kita sering mendengar istilah mengenai henti jantung dan serangan jantung. Namun, apakah kita mengetahui bahwa henti jantung dan serangan jantung adalah hal yang berbeda. Bagi sahabat Hermina yang udah penasaran nih pengen tahu apa beda kedua penyakit, di atas yuk simak artikel berikut : \n\n Serangan Jantungan \n\n Serangan jantung adalah kondisi darurat medis dimana aliran darah ke otot jantung terhambat akibat adanya plak atau penyumbatan di pembuluh darah jantung.. Gangguan aliran darah ke jantung bisa merusak atau bahkan menghancurkan otot jantung yang berakibat fatal. Oleh sebab itu, seseorang yang mengalami serangan jantung harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat. \n\n Ada beberapa pemicu yang dapat menyebabkan seseorang berisiko mengalami penyakit arteri koroner yang mengakibatkan serangan jantung. Misalnya: \n\n 1. Memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol. \n\n 2. Sering mengonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh. \n\n 3. Mengidap penyakit kronis, seperti hipertensi dan diabetes. \n\n 4. Mengalami kondisi obesitas. \n\n 5. Memiliki kebiasaan merokok. \n\n 6. Memiliki riwayat keluarga dengan serangan jantung. \n\n 7. Kurang melakukan olahraga atau aktivitas fisik. \n\n 8. Memiliki tingkat stres yang tinggi. \n\n 9. Mengidap gangguan autoimun. \n\n 10. Memiliki riwayat preeklamsia. \n\n Henti Jantung \n\n Henti jantung mendadak atau sudden cardiac arrest adalah kondisi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba. Kondisi ini dapat ditandai dengan hilangnya kesadaran dan napas yang berhenti. Kondisi ini terjadi karena gangguan listrik di jantung, yang mengakibatkan pompa jantung terhenti. Akibatnya, aliran darah ke seluruh tubuh juga terhenti. \n\n Henti jantung mendadak lebih berisiko terjadi pada orang-orang yang sudah memiliki penyakit jantung sebelumnya, seperti: \n\n \n Penyakit jantung koroner \n Penyakit otot jantung (kardiomiopati) \n Gangguan katup jantung \n Penyakit jantung bawaan \n Sindrom Marfan \n \n\n Selain menderita penyakit jantung, seseorang akan lebih berisiko terkena henti jantung mendadak jika: \n\n \n Berusia di atas 45 tahun (pria) atau di atas 55 tahun (wanita). \n Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung. \n Jarang berolahraga dan tidak aktif bergerak. \n Memiliki kebiasaan merokok. \n Menyalahgunakan NAPZA seperti kokain atau amfetamin. \n Mengalami obesitas. \n Mempunyai kadar kolestrol yang tinggi. \n Memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi). \n Menderita diabetes. \n Mengalami sleep apnea. \n Menderita gagal ginjal kronis. \n \n\n Untuk lebih lengkapnya mengenai perbedaan antara kedua penyakit di atas dapat kita lihat pada table berikut ini : \n\n \n\n\n \n \n \n Indikator \n \n \n Henti Jantung \n \n \n Serangan Jantung \n \n \n \n \n Pengertian \n \n \n kondisi gangguan yang fatal dimana jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba karena gangguan gaya listrik pada otot jantung. \n \n \n kondisi fatal yang terjadi saat jantung tidak menerima cukup aliran oksigen dari aliran darah yang menuju jantung. \n \n \n \n \n Gejala yang ditimbulkan \n \n \n \n Tubuh roboh dan hilang kesadaran. \n Denyut nadi tidak ada dan tidak bernapas. \n Sebelum gejala di atas terjadi, beberapa di antaranya kadang mengalami tanda seperti rasa tidak nyaman atau nyeri dada, sesak napas, dan jantung berdebar atau palpitasi. \n \n \n \n \n Sesak napas disertai tubuh kelelahan dan mengeluarkan keringat dingin. \n Dada nyeri seperti ditekan atau diremas yang menyebar hingga ke leher, rahang, dan punggung. Gejala ini terjadi secara berulang sebagai tanda peringatan. \n Sakit kepala ringan atau pusing mendadak. \n Perut terasa mual atau mulas. \n \n \n \n \n \n Penyebab atau masalah Kesehatan yang mendasari \n \n \n Henti jantung lebih mungkin dialami seseorang yang lahir dengan cacat jantung bawaan. Beberapa kejadian trauma juga dapat menyebabkan henti jantung secara mendadak seperti saat tersetrum, overdosis obat, aktivitas fisik terlalu berat, kehilangan banyak darah, penyumbatan saluran pernapasan, mengalami kecelakaan, tenggelam, dan hipotermia. \n \n \n disebabkan oleh penyumbatan arteri jantung oleh plak dari kolesterol dan kalsium secara progresif, seperti aterosklerosis. Penyumbatan tersebut mempersempit pembuluh darah sehingga aliran darah tidak bersirkulasi dengan lancar. \n \n \n \n \n Tindakan Penangananya \n \n \n henti jantung, ahli medis akan memberikan CPR (CPR/Cardiopulmonary Resuscitation) atau resusitasi jantung dan paru. Tujuannya untuk menjaga darah yang mengandung oksigen tetap mengalir ke otak dan organ vital lainnya. \n \n \n pasien serangan jantung, dokter akan memberikan obat seperti beta-blocker, aspirin, obat pengencer darah, dan obat antiplatelet. \n\n \n\n Di samping pemberian obat-obatan, dokter spesialis jantung juga merekomendasikan prosedur angioplasti koroner dan operasi bypass koroner. Perawatan akan disempurnakan dengan rehabilitasi jantung untuk membantu pasien kembali ke aktivitas normal. \n \n \n \n\n\n \n\n Meskipun berbeda, Kedunya merupakan kondisi darurat \n\n Sahabat Hermina, walaupun henti jantung dan serangan jantung itu memiliki perbedaan, namun keduanya merupakan kondisi darurat yang butuh penanganan medis segera. Pasalnya, dalam beberapa menit henti jantung terjadi, otak bisa mengalami kerusakan bahkan kematian.Begitu juga dengan serangan jantung yang bisa merusak jaringan sehat di jantung dan menimbulkan kematian. Jika Anda mengalami gejala yang umumnya menyebabkan nyeri dada dan sesak napas, segera lakukan pemeriksaan ke dokter. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 28 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 06 November 2023<\/li><\/ul><\/div>