- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 30 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>
Benarkah Operasi Amandel Mempengaruhi Imunitas Anak?<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, seperti kita ketahui, penyakit radang amandel sering dijumpai pada anak-anak. Orangtua tentu merasa khawatir jika anak mengalami radang amandel. Apalagi jika setelah memeriksakan anak ke dokter THT, anak harus disarankan untuk operasi pengangkatan amandel. Umumnya penyebab amandel harus diangkat adalah ketika amandel mengalami radang dan sudah berisiko terhadap kesehatan. \n\n \n\n Operasi pengangkatan amandel merupakan salah satu cara penyembuhan radang amandel. Pada saat dokter spesialis THT menyarankan untuk operasi pengangkatan amandel, biasanya orangtua merasa bingung. Apalagi, ada beberapa mitos tentang operasi amandel yang beredar di tengah masyarakat. Masih ada sebagian yang ragu melakukan operasi amandel karena diyakini dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat orang tua menjadi keberatan jika anaknya harus menjalani operasi pengangkatan amandel. Salah satu mitos yang beredar adalah, anak akan gampang sakit setelah amandelnya diangkat. Benarkah? \n\n \n\n Tahukah Sahabat Hermina? Anak mudah sakit setelah operasi pengangkatan amandel adalah mitos. Memang, amandel berfungsi sebagai salah satu penyaring kuman dan penyakit, tetapi sebetulnya amandel bukan satu-satunya pelindung imunitas. \n\n \n\n Pada rongga tenggorokan juga ada benteng pertahanan tubuh lainnya yang bernama adenoid yang terletak di langit-langit atas rongga tenggorok berdekatan dengan saluran hidung. Sudah ada penelitian bahwa setelah dilakukan operasi amandel, seluruh sistem imun di dalam tubuh kita tidak terpengaruh. Justru, pengangkatan amandel bertujuan membuang sumber infeksi. Justru akan lebih baik jika amandel segera diangkat karena dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. \n\n \n\n Amandel memang memiliki peran yang sangat penting dalam kaitannya dengan imunitas tubuh, tetapi gangguan kesehatan yang menyerang organ di tenggorokan satu ini juga terbilang berbahaya. Pastikan Anda memeriksakan kesehatan tubuh secara rutin untuk bisa mendeteksi adanya kelainan pada tubuh. \n\n \n\n Nah, Sahabat Hermina bisa berdiskusi terlebih dahulu jika memiliki pertanyaan atau masalah seputar amandel dengan Dokter Spesialis THT. RS Hermina Ciputat bisa menjadi pilihan Sahabat Hermina untuk memeriksakan radang amandel sampai dengan tindakan operasi jika diperlukan nanti. Selain memiliki dokter Spesialis THT yang handal dan profesional, RS Hermina Ciputat juga memiliki peralatan penunjang yang lengkap. Sehingga tidak perlu khawatir jika Si Kecil disarankan untuk melakukan operasi pengangkatan amandel. Klik disini untuk bikin janji dengan dokter spesialis THT. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 14 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
ASI Ibu Hamil dan COVID-19<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, saat ini kita sedang mengalami kondisi pandemi COVID-19. Virus ini menular dengan sangat mudah dan cepat. Bagi ibu hamil yang akan melahirkan dan ibu menyusui yang terkonfirmasi COVID-19 mengalami kebingungan. Bagaimana pemberian ASI pada bayi disaat kita terkonfirmasi COVID-19? Apakah ASI dapat menularkan virus kepada Si Kecil? Atau justru malah tetap harus diberikan? Berikut penjelasannya. \n\n \n\n ASI atau Air Susu Ibu merupakan pijakan awal sang buah hati untuk mendapatkan nutrisi. Pemberian ASI kepada bayi sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. WHO telah merekomendasikan pemberian ASI secara ekslusif kepada bayi selama 6 bulan, selanjutnya bayi diberikan makanan tambahan, tetapi tetap diberikan ASI sampai dengan 2 tahun. ASI juga dikenal sebagai air yang hidup, mengandung banyak nutrisi, sel darah putih, antibodi dari sang ibu. Bahkan jika ibu sedang sakit, justru antibodi ibu yang terkandung dalam ASI akan memberikan proteksi kepada Si Kecil. Dengan menyusui, ibu memberikan antibodi sendiri kepada anaknya. \n\n \n\n Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), hingga saat ini belum ditemukan bukti bahwa virus COVID-19 dapat ditularkan melalui ASI kepada bayi. ASI bukanlah media penularan bagi virus COVID-19. Bahkan di masa pandemi seperti ini justru bayi harus diberi ASI eksklusif, supaya terhindar dari infeksi apapun. Pemberian ASI sangat bermanfaat untuk membangun sistem kekebalan tubuh bayi. Sehingga bagi ibu yang terinfeksi COVID-19, direkomendasikan untuk tetap menyusui menimbang manfaat diperoleh dari ASI. \n\n \n\n Meskipun ASI bukanlah media penularan virus COVID-19, tetapi ibu menyusui juga harus melindungi Si Kecil dari resiko penularan virus COVID-19 lainnya seperti melalui kontak erat bayi dengan ibunya, percikan air liur dan kontaminasi dari tangan yang merupakan cara penularan utama COVID-19. \n\n \n\n Untuk melindungi Si Kecil dari penularan virus COVID-19, beberapa hal yang harus diperhatikan dan disiapkan oleh Ibu sebelum menyusui seperti: \n\n • Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui \n\n • Membersihkan diri dan payudara jika menyusui langsung \n\n • Menggunakan masker \n\n • Membersihkan permukaan benda dan peralatan menyusui jika menggunakan ASI perah. \n\n \n\n Nah Sahabat Hermina, bagi ibu menyusui tidak perlu ragu lagi jika ingin memberikan ASI kepada sang buah hati, terutama bagi bayi yang masih berusia 0-6 bulan. Asalkan ibu menjaga kebersihan, seperti cuci tangan sebelum pegang anaknya, pakai masker saat menyusui. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 15 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Imunisasi untuk Si Kecil <\/a><\/h3>
Kesehatan buah hati sangatlah penting. Khususnya disaat pandemi seperti saat ini, banyak orang tua khawatir akan kondisi sibuah hati. Maka dari itu vaksinasi atau imunisasi sangat dianjurkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh Si Kecil. \n\n Imunisasi atau vaksinasi merupakan suatu upaya dari pemerintah yang bertujuan untuk mencegah meningkatnya angka kesakitan pada penyakit tertentu yang beresiko pada bayi. Tujuan pemberian vaksin adalah membentuk kekebalan tubuh agar tidak mudah terinfeksi virus penyebab penyakit. Pemberian vaksin pada bayi menjadi hal yang penting, sebab tubuh bayi memiliki tingkat imunitas yang rendah sehingga harus segera mendapatkan perlindungan dari infeksi penyakit menular. \n\n Imunisasi penting dan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, termasuk saat anak baru lahir. Saat imunisasi, anak akan diberikan vaksin untuk membantu mencegah atau menurunkan risiko infeksi atau pada penyakit tertentu sehingga akan meminimalisir angka kejadian kesakitan dan komplikasi. Untuk itu jangan takut untuk tetap melanjutkan vaksin atau imunisasi ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya. \n\n Imunisasi sendiri menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) terbagi atas imunisasi dasar lengkap dan tambahan. \n\n Imunisasi dasar lengkap terdiri dari: \n\n \n Hepatitis B Haemovirus Influenza B, \n Difteri \n Pertusis \n Tetanus (DPT) atau biasa disebut pentavalent, \n Polio, \n BCG, \n Campak. \n \n \n\n Sedangkan, untuk imunisasi tambahan terdiri dari : \n\n \n Rota virus \n Pneumokokkus \n Influenza \n MMR \n Varisela \n Human Papilloma Virus (HPV) \n Vaksin Dengue. \n \n \n\n Penjadwalan pemberian imunisasi pada anak telah diatur oleh IDAI sesuai bagan berikut. \n\n Nah, Sahabat Hermina, yuk ikuti jadwal pemberian imunisasi di atas dan berikan imunisasi pada Si Kecil tepat waktu sehingga Si Kecil terhindar dari ancaman penyakit berbahaya dan tumbuh kuat dan sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 15 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
Tips Atasi Morning Sickness dan Jaga Kesehatan Kandungan<\/a><\/h3>
Morning sickness sering dialami oleh ibu hamil. Setengah dari seluruh ibu hamil pasti pernah mengalami morning sickness. Hal tersebut terjadi akibat peningkatan kuantitas hormon secara drastis sehingga menyebabkan tubuh mengalami perubahan fungsi. Tubuh mengeluarkan estrogen dan progesteron 15 sampai 40 kali lipat dari biasanya. \n\n Bagaimana cara untuk mengatasi morning sickness? \n\n \n\n \n Siasati dengan makanan yang tinggi protein seperti daging, keju, atau tempe \n Makan dengan prosi kecil, tetapi sering \n Minum sari buah-buahan atau jahe untuk mengurangi rasa mual \n \n\n Saat sedang hamil, calon ibu juga perlu memperhatikan hal berikut agar janin tumbuh dengan baik dan sehat, yaitu: \n\n 1. Menjaga pola hidup sehat. \n\n Menjaga pola hidup sehat, bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti: \n\n - Makan Makanan Bergizi. \n Makanan ibu hamil harus mencukupi kebutuhan gizi dan kalori. Kebutuhan kalori ibu hamil lebih tinggi dibandingan wanita normal, oleh karena itu seharusnya porsi makan ibu hamil lebih banyak dibanding ibu yang tidak hamil. Mudahnya, ibu hamil harus makan 3x sehari dengan menu yg seimbang ditambah snack berat 2 kali. \n Pada awal kehamilan, kebutuhan kalori belum terlalu tinggi. Oleh karena itu, porsi makan seperti biasa seperti sebelum hamil masih wajar, hanya saja kadang ibu hamil muda merasa mual. Namun hal tersebut dapat disiasati dengan makan sedikit tapi sering. \n - Konsumsi vitamin secara teratur. \n Untuk mencukupi kebutuhan ibu hamil, terutama untuk janin, dan untuk meningkatkan kekebalan ibu hamil agar tidak mudah terserang penyakit harus mengonsumsi tambahan asupan vitamin. \n - Tidak merokok dan minum minuman beralkolhol \n Rokok dan alkohol dapat membahayakan kesehatan dan perkembangan janin. \n - Belajar tenang dan cukup istirahat. \n Atur emosi agar selalu tenang dan sabar. Ubah pikiran atau kecemasan yang akan membawa pengaruh negatif ke janin, dan usahakan untuk selalu berpikiran positif. Jangan lupa berdoa agar selalu diberi kesehatan untuk ibu dan janin. Jangan memaksan diri dalam beraktivitas, saat tubuh merasa lelah cobalah untuk beristirahat guna memulihkan kondisi. \n\n 2. Lakukan Olahraga Ringan \n\n 3. Berhati-hati Dalam Konsumsi Obat \n Tidak semua obat aman untuk janin, apalagi obat yang dijual bebas. Agar lebih aman, konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi obat agar kesehatan dan pertumbuhan janin terjaga. \n\n 4. Rajin Membaca Artikel atau Buku \n Sempatkan membaca artikel atau buku tentang kehamilan dan seputar persiapan persalinan di waktu senggang agar memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas tentang kehamilan dan beberapa permasalahan tentang kehamilan. \n\n Morning Sickness memang tidak menyenangkan, tetapi dengan mengonsumsi makanan tinggi protein, makan dengan porsi kecil namun sering, dan minum sari buah, dapat membantu mengurangi morning sickness. Jangan lupa untuk selalu menjaga pola makan, berolahraga ringan, dan konsultasi dengan dokter selama kehamilan agar kesehatan ibu dan bayi tetap terjaga. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 14 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
kejang demam pada anak<\/a><\/h3>
Kejang demam adalah kejang-kejang yang terjadi pada anak-anak akibat kenaikan suhu tubuh secara drastis dan mendadak. Kondisi ini biasanya terjadi ketika anak menderita sebuah infeksi. Kejang demam umumnya terjadi pada anak usia enam bulan hingga tiga tahun. \n\n Kejang demam merupakan respon dari otak anak terhadap demam, dan biasanya terjadi di hari pertama demam. Namun setelah demam mencapai tingkat suhu yang tinggi, risiko kejang biasanya akan menurun. Kejang demam memang terlihat mengerikan, namun umumnya tidak berbahaya bagi anak yang mengalaminya. \n\n Beberapa faktor yang dapat memperbesar risiko terjadinya kejang demam adalah: \n\n \n Keturunan. Risiko seorang anak mengalami kejang demam akan lebih besar jika ada anggota keluarganya yang juga mengalami hal sama. \n Usia. Anak usia enam bulan hingga lima tahun lebih berisiko terkena kejang demam dibandingkan anak yang berusia di luar itu \n \n\n Gejala kejang demam \n\n Gejala kejang demam berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahannya. Dalam tingkatan yang masih tergolong ringan hingga menengah, gejala yang muncul biasanya berupa mata yang tampak terbuka lebar (terbelalak). Sedangkan pada tingkat keparahan yang lebih tinggi, gejala bisa berupa tubuh yang mengejang atau otot-otot menegang. \n\n Kejang demam seringkali terjadi dalam kurun 24 jam setelah terjadinya infeksi pada tubuh anak. Saat mengalami kejang demam, anak juga bisa menunjukkan beberapa gejala lain, seperti: \n\n \n Lengan dan kaki bergerak tidak terkontrol. \n Bola mata tampak menatap ke atas. \n Kehilangan kesadaran. \n Muntah \n Mulut berbusa. \n \n\n Kejang demam dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu kejang demam seederhana dan kejang demam kompleks. Pada kasus kejang demam sederhana, kejang biasanya hanya berdurasi beberapa detik hingga 15 menit. Meskipun terjadi pada seluruh tubuh, kejang tidak akan berulang dalam waktu 24 jam. Sedangkan pada kejang demam kompleks, durasi kejang berlangsung lebih dari 15 menit, serta bisa terjadi lebih dari satu kali dalam sehari. Kejang demam kompleks bisa terjadi pada sebagian tubuh anak saja. \n\n Penyebab Kejang Demam \n\n Kejang demam terjadi akibat lonjakan atau kenaikan suhu tubuh anak secara drastis ketika mengalami demam. Ada dua hal yang bisa menjadi pemicunya, yaitu: \n\n \n Imunisasi. Pada beberapa anak, pemberian imunisasi dapat menimbulkan demam yang bisa memicu kejang demam. \n Infeksi, baik itu akibat virus atau bakteri. \n \n\n Pengobatan dan Pencegahan Kejang Demam \n\n Pada banyak kasus, kejang demam akan berhenti dengan sendirinya setelah beberapa menit Namun untuk melindungi anak dari cedera selama mengalami kejang, orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut: \n\n \n Baringkan anak di lantai. Pada bayi, rebahkan di pangkuan dengan posisi wajah bayi menghadap ke bawah. Jangan menahan tubuh anak. \n Miringkan posisi tubuh anak agar muntah atau air liur dapat keluar dari rongga mulut, serta agar mencegah lidah menyumbat saluran pernapasan. \n Longgarkan pakaian anak. \n Jangan menaruh apa pun pada mulut anak untuk mencegah tergigitnya lidah. \n Hitunglah durasi terjadinya kejang demam dan perhatikan tingkah laku anak saat kejang-kejang. Beritahukan kedua hal ini saat berkonsultasi ke dokter. \n \n\n Jika kejang demam sudah mereda dan anak dirasa tidak perlu dibawa ke dokter RSIA HERMINA Mutiara Bunda Salatiga, tidurkan anak dalam ruangan yang sejuk. Mengantuk adalah hal yang wajar terjadi pada anak setelah mengalami kejang demam. Jika anak mengalami kesulitan bernapas, rebahkan anak dan miringkan tubuh dan kepala. Kemudian bersihkan rongga mulut dari bekas muntah atau air liur dengan perlahan menggunakan jari. \n\n Segera temui dokter jika kejang demam berlangsung selama lebih dari 10 menit atau terjadi berulang kali. Dokter akan meresepkan obat untuk menghentikan kejang-kejang jika kejang demam berlangsung lebih dari 15 menit. \n\n Pemberian paracetamol atau ibuprofen ketika anak baru saja demam tidak dapat mencegah kejang. Dokter dapat meresepkan obat antikejang (antikonvulsan) untuk mencegah kejang demam. Namun hal ini jarang dilakukan karena risiko efek sampingnya lebih besar daripada manfaatnya. \n\n \n \n\n Komplikasi Kejang Demam \n\n \n\n Kejang demam sederhana tidak mengakibatkan kerusakan otak ataupun kecacatan mental. Kondisi ini juga bukan merupakan tanda-tanda epilepsi. Pada anak yang pernah mengalami kejang demam, risiko untuk mengalami kejang demam lagi akan lebih besar jika: \n\n \n \n\n \n\n \n Jeda antara awal demam dengan terjadinya kejang demam cukup singkat. \n Kejang demam pertama terjadi akibat demam ringan. \n Usia penderita di bawah 15 bulan ketika mengalami kejang demam pertama. \n Salah satu anggota keluarga pernah mengalami kejang demam. \n \n\n \n\n \n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 23 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
Radang usus buntu<\/a><\/h3>
Usus buntu atau Appendix adalah sebuah kantong pada usus besar yang letaknya di bagian perut kanan bawah, besarnya sekitar jari kelingking dan terhubung dengan usus besar. \n\n Usus buntu dapat mengalami infeksi ketika adanya bakteri yang berkembang biak sehingga membuat usus buntu meradang, bengkak hingga bernanah yang disebut sebagai Appendicitis / peradangan pada usus buntu. \n\n Radang usus buntu / appendicitis dibagi menjadi 2 tipe yaitu Appendicitis akut dan appendicitis kronis. Appendicitis kronis terjadi ketika usus buntu meradang dalam waktu lama >14 hari. \n\n Faktor yang diduga membuat terjadinya radang usus buntu antara lain : hambatan pada pintu rongga usus buntu, penebalan / pembengkakan jaringan dinding usus buntu karena infeksi di bagian tubuh lain, tinja / pertumbuhan parasite, cedera perut, kondisi medis seperti tumor pada perut. Namun penyebab utama terjadinya radang usus buntu sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. \n\n \n\n Tanda dan gejala usus buntu: \n\n Area nyeri: daerah perut, perut kanan bawah atau perut tengah \n\n Seluruh tubuh: demam, kehilangan selera makan, malaise atau panas dingin \n\n Gastrointestinal: diare, mual atau muntah \n\n Juga umum: sakit perut yang berpindah-pindah \n\n \n\n Diagnostik penyakut usus buntu : \n\n \n Tes darah, untuk memeriksa jumlah sel darah putih yang menandakan adanya infeksi \n Tes urine, untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit infeksi saluran kemih dan batu ginjal \n USG dan CT Scan, untuk memastikan rasa nyeri pada perut disebabkan penyakit usus buntu. \n Tes Kehamilan pada wanita usia produktif, untuk memastikan rasa nyeri bukan disebabkan dari kehamilan di luar kandungan. \n \n\n Pengobatan Penyakit Usus buntu secara utama adalah dengan prosedur operasi pengangkatan usus buntu atau dikenal dengan appendiktomi. Namun ketika usus buntu tersebut sudah pecah/perforasi dan terjadi penyebaran infeksi ke luar usus buntu maka dilakukan operasi laparotomy, dengan membuka rongga perut. \n\n Segera konsultasikan kepada dokter apabila mengalami nyeri perut yang perlahan-lahan semakin memberat dan meluas ke seluruh daerah perut. Kondisi tersebut dapat menjadi tanda usus buntu telah pecah dan mengakibatkan infeksi rongga perut atau peritonitis. Pada Wanita, gejala usus buntu terkadang mirip dengan nyeri menstruasi (dismenorea) dan kehamilan ektopik terganggu (kehamilan diluar kandungan). \n\n Komplikasi Penyakit Usus Buntu \n\n Penyakit usus buntu yang tidak diobati dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan, seperti: \n\n \n Abses \n \n\n Abses adalah kantong berisi nanah, komplikasi ini muncul sebagai usaha alami tubuh untuk megatasi infeksi pada usus buntu. Penangannannya dilakukan dengan penyedotan nanah dari abses atau dengan antibiotik. \n\n \n Peritonitis \n \n\n Peritonitis adalah infeksi pada lapisan dalam perut atau peritoneum. Peritonitis ini bisa terjadi ketika usus buntu pecah dan infeksi menyebar hingga ke seluruh rongga perut. Penanganan peritonitis dengan tindakan bedah terbuka secepatnya, untuk mengangkat usus buntu dan membersihkan rongga perut. Peritonitis ditandai dengan nyeri seluruh perut yang hebat dan terus menerus, demam, dan peningkatan detak jantung. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 18 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
ANEMIA PADA KEHAMILAN<\/a><\/h3>
\n\n Anemia pada kehamilan sudah menjadi trand nasional yang memberikan dampak bagi penerus bangsa. Menurut data riset kesehatan dasar, 37% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia. Ketika seorang wanita hamil, akan terjadi perubahan dalam tubuh yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatan. Secara alami, tubuh ibu hamil akan membentuk lebih banyak sel darah merah untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrisi janin. Produksi sel darah merah dan hemoglobin membutuhkan berbagai komponen, seperti zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Jika tubuh kekurangan salah satu zat ini, maka dapat terjadi anemia (kekurangan sel darah merah). Anemia pada ibu hamil tidak boleh diabaikan karena bisa membahayakan diri sendiri dan juga janin dalam kandungan. \n\n Gejala Anemia \n\n Beberapa ibu hamil dengan anemia tidak menimbulkan gejala, sehingga tak jarang diabaikan begitu saja. Namun dengan bertambahnya usia kehamilan, gejala bisa terlihat atau bahkan semakin memburuk. \n\n Gejala-gejala anemia pada ibu hamil adalah: \n\n \n Tubuh terasa lemas, letih, dan lesu terus menerus \n Pusing \n Sesak nafas \n Detak jantung cepat \n Nyeri dada \n Warna kulit, bibir dan kuku memucat \n Tangan dan kaki dingin \n Sulit berkonsentrasi \n \n\n Penyebab Anemia dalam Kehamilan \n\n Penyebab anemia pada ibu hamil bermacam-macam, salah satunya adalah kekurangan zat besi dan vitamin b12. Hal ini dipengaruhi oleh pola makan yang tidak sehat. Selain itu kondisi medis lain seperti perdarahan, pernyakit ginjal, dan gangguan sistem imun tubuh juga menyebabkan anemia. \n\n Faktor Risiko Anemia dalam Kehamilan \n\n Semua ibu hamil berisiko mengalami anemia. Faktor yang meningkatkan ibu hamil mengalami anemia adalah: \n\n \n Hamil kembar \n Jarak kehamilan yang terlalu dekat \n Muntah dan mual saat kehamilan \n Hamil usia remaja \n Kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi dan asam folat \n Memiliki riwayat anemia sebelum kehamilan \n \n\n Bahaya Anemia dalam Kehamilan \n\n Anemia merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada ibu hamil, tetapi tidak boleh disepelekan. Berikut ini adalah beberapa bahaya anemia: \n\n \n Perdarahan saat persalinan \n Depresi setelah melahirkan \n Bayi lahir dengan berat badan rendah \n Bayi lahir prematur \n Bayi lahir dengan anemia \n Kematian Janin \n \n\n Cara Mengatasi Anemia dalam Kehamilan \n\n Untuk mengatasi anemia dalam kehamilan, berikut beberapa hal yang perlu dilakukan: \n\n \n Makan makanan bernutrisi \n \n\n Makanan yang dianjurkan adalah makanan mengandung zat besi dan asam folat yang tinggi. Contoh makanan yang mengandung zat besi yang tinggi yaitu: \n\n \n Daging rendah lemak yang dimasak matang \n Makanan laut seperti ikan, cumi, dan udang yang dimasak matang \n Telur yang dimasak matang \n Sayuran hijau, seperti bayam dan kangkung \n Kacang polong \n Produk susu yang terpasteurisasi \n Kentang \n Gandum \n \n\n Sementara makanan mengandung asam folat yang tinngi, yaitu: \n\n \n Sayuran hijau seperti bayam, brokoli \n Buah-buahan seperti jeruk, alpukat, pepaya, pisang \n Kacang-kacangan seperti kacang polong, kacang merah, kacang kedelai \n Gandum \n Kuning telur \n Kuaci \n \n\n \n Mengonsumsi Vitamin C \n \n\n Vitamin C membantu proses penyerapan zat besi dari makanan secara lebih efektif. Konsumsi sayuran dan buah tinggi vitamin C seperti jeruk, brokoli, tomat dapat membantu mengatasi anemia pada ibu hamil. \n\n \n Minum Suplemen \n \n\n Asupan suplemen seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat dapat membantu mengatasi anemia dalam kehamilan. \n\n Cara Mencegah Anemia dalam Kehamilan \n\n Salah satu cara mencegah anemia selama kehamilan adalah dengan mengonsumsi suplemen zat besi. Selain itu mengatur pola makan yang baik juga dapat membantu terjadinya anemia selama kehamilan. Konsumsi makanan yang tinggi zat besi, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C. \n\n \n\n Setelah mengetahui gejala dan bahaya yang timbul dari anemia selama kehamilan, diharapkan ibu hamil dapat segera berkonsultasi ke dokter jika mengalami gejala anemia. Selain itu ibu hamil juga diharapkan dapat menjaga pola makan yang sehat agar tehindar dari anemia selama kehamilan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mutiara Bunda Salatiga<\/a><\/li>
- 18 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Atasi ketakutan anak pada jarum suntik<\/a><\/h3>
Atasi ketakutan anak pada jarum suntik \n\n \n\n Fobia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami rasa takut yang berlebihan terhadap suatu objek tertentu sehingga menimbulkan ketakutan tidak rasional yang dapat mengancam keselamatan diri. Terutama pada anak-anak, memiliki ketakutan berlebih terhadap jarum suntik. \n\n \n\n 1. Apa yang membuat anak kerap takut ketika hendak disuntik? \n\n \n Takut akan rasa sakit yang disebabkan oleh jarum suntik \n Pengalaman tidak menyenangkan dengan suntikan sebelumnya \n Pengalaman masa kecil dimana orang tua menakut-nakuti anak untuk disuntik ketika melakukan perilaku yang tidak diinginkan orang tua \n \n\n \n\n 2. Bisa kasih tips, bagaimana cara-cara supaya anak tidak ketakutan saat hendak disuntik? \n\n \n Berikan gambaran \n \n\n Anak-anak merasa takut pada jarum suntik karena belum memahaminya. Berikan informasi tentang alasan dilakukannya vaksinasi, sekaligus ceritakan proses berlangsungnya vaksinasi. Selain itu, berikan gambaran bentuk dan ukuran jarum suntik yang digunakan. Kalau bisa, biarkan anak melihat teman-temannya yang sudah berani dan akhirnya berhasil melakukan vaksinasi. \n\n \n Beri tahu anak waktu penyuntikan \n \n\n Sebelum dilakukan vaksinasi, beri tahu anak bahwa hari itu dia akan diimunisasi dengan cara disuntik menggunakan jarum suntik. Di satu sisi, mungkin anak akan merasa cemas, tapi hal ini dianggap lebih baik daripada langsung datang ke dokter tanpa memberitahunya terlebih dahulu. \n\n \n Kejujuran \n \n\n Hindari mengatakan bahwa tusukan jarum pada proses vaksinasi tidak menyakitkan. Jika anak menyadari bahwa rasanya sakit, Anda akan dicap sebagai pembohong. Lebih baik mengatakan dengan jujur bahwa proses vaksinasi mungkin terasa sakit, tetapi hanya sebentar dan rasa sakitnya dapat ditahan. \n\n \n Jangan menunda \n \n\n Makin dini pemberian imunisasi, maka makin mudah pula prosesnya, sebab bayi tidak bisa mengingat rasa sakit ketika diimunisasi. Sebaliknya, balita dan anak-anak prasekolah akan lebih sulit karena mereka sudah tahu bahwa jarum suntik menyakitkan. Jika anak Anda masih bayi, jangan menunda pemberian imunisasi bila usianya sudah cukup untuk mendapatkannya. Selain memastikan pemberian imunisasinya tepat waktu, juga mempermudah prosesnya. \n\n \n\n \n Berikan senyuman \n \n\n Penelitian menunjukkan, orang tua yang berkata ‘jangan khawatir’ atau ‘ tidak apa-apa’ justru membuat anak stres karena mereka menangkap ada sesuatu yang mengkhawatirkan. Sebaliknya, jika Anda memperlihatkan senyum dan sikap yang tenang, bisa membuat anak juga merasa tenang. \n\n \n Berikan dukungan moral \n \n\n Usahakan Anda menunggu anak selama proses vaksinasi. Bawakan mainan atau boneka kesayangannya. Dukungan moral seperti ini membantu menjadikan anak merasa nyaman. \n\n \n Mengurangi rasa sakit \n \n\n Anda dapat menempelkan es pada kulit anak. Lakukan sesaat sebelum vaksinasi, selama satu menit. Hal ini akan mengurangi rasa sakit ketika jarum suntik menembus kulit. \n\n \n\n 3. Apa yang perlu diperhatikan orangtua sebelum anaknya disuntik? \n\n \n Pastikan anak istirahat cukup \n Beri anak makan 2 jam sebelum disuntik \n Kenakan pakaian yang mudah dibuka ssat anak akan disuntik \n Buat anak merasa tenang, tapi jangan membohongi anak dengan megatakan disuntik tidak sakit. \n Bawa mainan atau benda yang bisa mengalihkan perhatiannya \n Buat jadwal kegiatan lain setelah disuntik \n \n\n \n\n 4. Kenapa sebagian orang takut bahkan enggan untuk disuntik? Mengingat, masih banyaknya orang dewasa yang juga takut disuntik \n\n Penyebab orang takut dengan jarum suntik paling dasar adalah rasa sakit yang ditimbulkan ketika jarum masuk menembus kulit dan daging. Selain itu, takut disuntik juga bisa disebabkan oleh trauma, misalnya trauma saat disuntik dokter sewaktu kecil. Saat disuntik, dokter mungkin melakukan dengan tidak lembut dan pelan-pelan sehingga menimbulkan rasa sakit. Alhasil, seseorang jadi trauma atau takut disuntik hingga dewasa. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 18 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Oktober 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 14 November 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 14 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Mei 2022<\/li><\/ul><\/div>