- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 22 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Menjaga Kesehatan Jantung Saat Puasa: Tips dan Strategi Lengkap<\/a><\/h3>
Bulan Ramadhan merupakan momen istimewa bagi umat Islam untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Namun, bagi orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti penyakit jantung, berpuasa dapat menimbulkan kekhawatiran. \n\n Kesehatan jantung merupakan aspek vital yang perlu dijaga, terutama saat berpuasa. Berikut tips dan strategi lengkap untuk menjaga kesehatan jantung selama bulan Ramadhan: \n\n Sebelum Puasa: \n\n \n Konsultasi dengan Dokter: Kunjungi dokter untuk pemeriksaan kesehatan dan mendiskusikan rencana puasa. Dokter akan memberikan saran terkait keamanan berpuasa dan penyesuaian obat-obatan. \n Menyesuaikan Pengobatan: Dokter mungkin perlu menyesuaikan dosis atau waktu minum obat untuk menjaga kesehatan jantung selama berpuasa. \n Menjaga Pola Makan Sehat: Konsumsi makanan bergizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Perbanyak konsumsi buah, sayur, dan protein tanpa lemak. Batasi makanan berlemak tinggi, gorengan, dan makanan manis. \n Mengelola Stres: Stres dapat memperburuk kondisi jantung. Lakukan aktivitas yang membantu mengelola stres, seperti meditasi, yoga, atau mendengarkan musik. \n Olahraga Teratur: Lakukan olahraga ringan secara teratur, seperti berjalan kaki atau berenang, untuk menjaga kesehatan jantung dan kebugaran tubuh. \n \n\n Selama Puasa: \n\n Sahur: \n\n \n Konsumsi makanan sahur yang bergizi seimbang dan kaya serat: Pilihlah makanan yang mudah dicerna dan membantu tubuh merasa kenyang lebih lama. Contohnya, roti gandum, telur, oatmeal, yogurt, dan buah-buahan. \n Perbanyak minum air putih: Hindari dehidrasi dengan minum air putih minimal 8 gelas per hari. \n \n\n Berbuka Puasa: \n\n \n Hindari makan berlebihan: Mulailah dengan makanan ringan dan kurma, kemudian lanjutkan dengan makanan berat yang bergizi seimbang. Pilihlah makanan yang mudah dicerna dan tidak terlalu tinggi lemak. Contohnya, sup ayam, bubur kacang hijau, atau salad buah. \n Minum air putih yang cukup: Teruskan kebiasaan minum air putih yang cukup untuk menjaga tubuh terhidrasi. \n \n\n Aktivitas: \n\n \n Tetap aktif: Lakukan aktivitas fisik ringan, seperti berjalan kaki, setelah berbuka puasa. Hindari aktivitas fisik yang berat. \n Istirahat yang cukup: Tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan jantung. Pastikan tidur 7-8 jam per hari. \n \n\n Pemantauan: \n\n \n Monitor kondisi kesehatan: Pantau tekanan darah dan gula darah secara rutin selama berpuasa. Segera hubungi dokter jika terdapat perubahan yang signifikan. \n \n\n Tips Tambahan: \n\n \n Hindari merokok dan konsumsi alkohol. \n Hindari begadang. \n Kelola stres dengan baik. \n Segera hubungi dokter jika merasakan gejala seperti nyeri dada, sesak napas, atau pusing. \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 20 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Di Balik Kegagalan Ginjal: Memahami Penyebab dan Tindakan Pencegahan<\/a><\/h3>
Ginjal, meskipun kecil, memegang peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh manusia. Organ ini berfungsi sebagai filter untuk menghilangkan racun dan kelebihan cairan dari darah, serta mengatur tekanan darah dan memproduksi hormon-hormon vital. Namun, ketika ginjal mengalami gangguan, hal ini dapat menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai gagal ginjal, yang dapat memiliki dampak serius pada kesehatan seseorang. \n\n Memahami Kegagalan Ginjal \n\n Gagal ginjal adalah kondisi di mana ginjal kehilangan kemampuannya untuk berfungsi secara normal, baik secara mendadak (akut) maupun dalam jangka panjang (kronis). Penyebab kondisi ini bisa bervariasi, tetapi beberapa faktor yang umum meliputi: \n\n \n Diabetes: Gula darah tinggi dalam jangka panjang dapat merusak pembuluh darah di ginjal, mengganggu kemampuannya untuk menyaring darah. \n Hipertensi: Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah ginjal dan mengurangi aliran darah ke organ tersebut. \n Penyakit Ginjal Polikistik (PKD): Ini adalah kondisi bawaan yang menyebabkan pembentukan kista berisi cairan pada ginjal, yang bisa mengganggu fungsinya. \n Glomerulonefritis: Ini adalah peradangan pada glomerulus, unit penyaring di ginjal, yang bisa disebabkan oleh infeksi atau penyakit autoimun. \n Obstruksi Saluran Kemih: Batu ginjal atau pembesaran prostat bisa menghalangi aliran urine, merusak ginjal seiring waktu. \n \n\n Gejala dan Tindakan Pencegahan \n\n Gejala kegagalan ginjal bisa bervariasi, mulai dari frekuensi buang air kecil yang meningkat hingga kelelahan yang kronis. Meskipun tidak semua kasus dapat dicegah, ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk menurunkan risikonya, termasuk: \n\n \n Menerapkan Pola Hidup Sehat: Mengonsumsi makanan sehat dengan membatasi garam, gula, dan lemak jenuh, serta meningkatkan asupan buah, sayur, dan whole grains. \n Mempertahankan Berat Badan Ideal: Obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes dan hipertensi, yang merupakan faktor risiko utama kegagalan ginjal. \n Mengelola Diabetes dan Hipertensi: Kontrol ketat terhadap kondisi ini melalui diet, olahraga, dan pengobatan adalah kunci untuk mencegah kerusakan ginjal. \n Minum Air Putih yang Cukup: Asupan cairan yang mencukupi membantu ginjal membuang racun dan menjaga fungsinya. \n Menghindari Merokok dan Konsumsi Alkohol Berlebihan: Kedua kebiasaan ini dapat merusak ginjal dan meningkatkan risiko kegagalan ginjal. \n Berkonsultasi dengan Dokter tentang Penggunaan Obat-obatan: Beberapa obat, terutama penghilang rasa sakit, dapat merusak ginjal jika digunakan secara berlebihan atau dalam jangka panjang. \n Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Rutin: Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan fungsi ginjal secara berkala sangat penting, terutama bagi individu dengan faktor risiko tertentu. \n \n\n Ginjal merupakan organ vital yang harus kita jaga kesehatannya. Dengan mengenali penyebab dan tindakan pencegahan kegagalan ginjal, kita dapat mengambil langkah proaktif untuk melindungi organ penting ini dan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Jika Anda mengalami gejala-gejala yang dicurigai sebagai kegagalan ginjal, segeralah konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 20 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Penyakit Berbahaya yang Terlalu Sering Diabaikan<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, dalam kehidupan yang serba cepat seperti saat ini, seringkali kita cenderung mengabaikan tanda-tanda kesehatan yang muncul dalam tubuh kita. Bahkan, beberapa penyakit berbahaya seringkali diabaikan atau dianggap enteng oleh banyak orang, padahal mereka dapat menjadi ancaman serius bagi kesejahteraan kita. Penyakit berbahaya ini dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya, namun seiring dengan kemajuan teknologi dunia kedokteran maka penyakit berbahaya ini dapat diketahui lebih cepat . Di bawah ini, kita akan menjelajahi beberapa penyakit berbahaya yang terlalu sering diabaikan oleh masyarakat, dengan harapan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan dan deteksi dini. \n\n \n Kanker \n \n\n Kanker merupakan penyakit yang menakutkan bagi semua orang karena terjadinya mutase sel dan berkembang secara tidak terkendali. Tetapi sayangnya, seringkali tanda-tanda awalnya diabaikan atau dianggap sebagai masalah kecil. Kanker dapat muncul dalam berbagai bentuk dan gejala, mulai dari perubahan kulit yang tidak normal hingga rasa sakit yang berkepanjangan. Deteksi dini melalui pemeriksaan rutin dan kesadaran akan gejala-gejala kanker sangat penting untuk meningkatkan peluang penyembuhan. Contoh jenis kanker yang banyak diderita adalah kanker payudara, otak, usus. Kanker payudara merupakan salah satu penyumbang kematian cukup tinggi \n\n \n Diabetes \n \n\n Diabetes adalah penyakit nomor tiga terbanyak yang ada di Indonesia setelah penyakit jantung dan kanker. Diabetes merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk gangguan ginjal, kebutaan, dan amputasi anggota tubuh. Namun, banyak orang mengabaikan gejala-gejala diabetes seperti kehausan yang berlebihan, sering buang air kecil, dan kelelahan yang terus-menerus. Pencegahan diabetes melalui gaya hidup sehat dan pemeriksaan rutin adalah kunci untuk mengurangi risiko terkena penyakit ini. \n\n \n Penyakit Jantung Koroner \n \n\n Penyakit jantung koroner adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia, yang disebabkan oleh penyempitan dan penyumbatan yang terjadi pada pembuluh darah yang memberikan suplai darah dan oksigen ke jantung. Tetapi masih banyak orang yang mengabaikan faktor risiko dan gejala awalnya. Gejala seperti nyeri dada, sesak napas, dan detak jantung tidak teratur seringkali diabaikan atau dianggap sebagai masalah kecil. Menjaga pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari kebiasaan merokok dapat membantu mengurangi risiko terkena penyakit jantung. \n\n \n Hipertensi \n \n\n Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut sebagai "pembunuh diam-diam" karena seringkali tidak menimbulkan gejala yang nyata. Namun, jika dibiarkan tidak terkendali, hipertensi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius seperti serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal. Memantau tekanan darah secara teratur dan mengadopsi gaya hidup sehat adalah langkah-langkah penting untuk mencegah dan mengelola hipertensi. \n\n \n Penyakit Menular Seksual (PMS) \n \n\n Penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/AIDS, sifilis, dan gonore merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, tetapi masih banyak orang yang enggan untuk menghadapi kenyataan ini. Edukasi tentang pendidikan seks dapat dimulai dari usia dini, sehingga anak-anak dapat mengetahui perilaku seksual yang sehat. Penggunaan kondom saat berhubungan seks, mengurangi jumlah pasangan seksual, dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mencegah penyebaran PMS. \n\n Nah Sahabat Hermina, pentingnya kesadaran akan penyakit-penyakit berbahaya yang terlalu sering diabaikan tidak dapat diabaikan. Dengan memahami gejala-gejala awal dan faktor risiko, serta mengadopsi gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, kita dapat mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit ini dan meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan. Ingatlah, kesehatan adalah aset yang paling berharga, dan merawatnya harus menjadi prioritas utama dalam kehidupan kita. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 19 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Yuk Kenali Golden Period dalam Penanganan Stroke<\/a><\/h3>
Stroke merupakan bisa menjadi penyebab kematian serta dapat menjadi cacat seumur hidup. Bisa saja Stroke juga dapat mengakibatkan beberapa dampak jangka panjang pada kesehatan dan kehidupan. Cara yang baik untuk dapat menolong meminimalkan risiko yang terjadinya cacat jangka panjang atau kematian yaitu memberikan pengobatan pada momen golden hour atau golden period. Namun yang sangat disayangkan, tak semua orang mengetahui hal ini. Inilah sebabnya tak sedikit penderita stroke yang akhirnya mengalami cacat permanen atau bahkan dapat kehilangan nyawa. Lantas, apa sih pengertian golden hour atau golden period dalam melakukan penanganan stroke? \n\n Arti Golden Period atau Golden Hour dalam Penanganan Stroke \n\n Stroke timbul saat pembuluh darah yang mengalir di daerah otak pecah atau tersumbat. Mengakibatkan, aliran darah terhambat dan otak tidak mendapatkan lagi oksigen serta nutrisi penting untuk bekerja secara normal. Ini diibarat mesin pada tubuh, kelainan fungsi yang terjadi pada otak dapat berdampak buruk pada kesehatan serta membahayakan nyawa. Keadaan ini bisa mempengaruhi berbicara, pendengaran, bergerak, makan, dan hampir semua proses vital. Inilah mengapa perlunya melakukan perawatan stroke secara tepat selama golden hour sangat krusial bagi nyawa pengidap stroke. Golden Hour atau Golden Period merupakan istilah yang digunakan untuk rentang waktu kehidupan penderita stroke melalui pengobatan dengan sesegera mungkin dilakukan. Apabila penderita stroke mendapatkan bantuan medis dalam periode tersebut, besar kemungkinan ia bisa bertahan dari komplikasi stroke. Pada penderita penyakit stroke, periode golden hour yaitu empat setengah jam (4,5 jam) setelah seseorang mengalami gejala stroke. Tanpa adanya penanganan cepat pada rentang waktu itu, penderita stroke sangat mungkin mengalami kerusakan otak secara permanen. \n\n Ciri - Ciri Stroke \n\n Untuk dapat lebih memahami dan mempelajari gejala serta tindakan pencegahan, hal utama yang perlu diketahui bahwa stroke terbagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik disebabkan karena terjadinya penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah yang berujung pada penyumbatan aliran darah. Penyumbatan ini bisa bertambah karena pembentukan gumpalan atau timbunan lemak yang semakin menumpuk di pembuluh darah. Sementara itu, stroke hemoragik yaitu jenis stroke yang disebabkan karena pecah atau bocornya pembuluh darah otak. Kondisi ini disebabkan oleh banyak hal seperti trauma, konsumsi obat pengencer darah yang berlebihan, stroke iskemik, tekanan darah tinggi yang tidak terkendali, dan faktor lainnya. Supaya bisa lebih mudah mendapatkan diagnosis untuk stroke, dokter menentukan metode untuk mengidentifikasi kelainan ini yang dikenal dengan metode FAST, yaitu: \n\n \n F : Facial Dropping atau wajah yang tidak simetris \n A : Arm Weakness atau Tangan melemah atau tidak bisa digerakkan \n S : Speech difficulties atau Sulit Berbicara \n T : Times yang menunjukkan kedatangan penderita ke rumah sakit tepat waktu atau maksimal 4,5 jam setelah gejala muncul. \n \n\n Setelah stroke dapat diidentifikasi, langkah yang sangat penting adalah segera melakukan pemindaian otak dengan bantuan alat penunjang medis CT scan. Jika pemeriksaan CT scan tidak menunjukkan adanya perdarahan, obat penghancur bekuan darah bisa diberikan untuk melarutkan bekuan darah. \n\n Cara Mencegah Stroke \n\n Rata rata Sebagian besar stroke terjadi karena riwayat atau keturunan kesehatan keluarga. Meski begitu, bukan berarti masalah kesehatan ini tidak bisa dicegah. Berikut caranya: \n\n \n Tetap bergerak secara Fisik dengan rutin minimal 30 menit berolahraga \n Hindari atau tidak merokok sama sekali dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol \n Faktor risiko penyebab seperti kolesterol tinggi, hipertensi dan diabetes harus diidentifikasi dan diobati pada tahap awal dan segera mungkin karena ini bisa menjadi tanda awal stroke \n Gaya hidup sehat membantu menjaga tubuh tetap bugar dan sehat. Ini termasuk melakukan pola makan sehat. Tidur yang cukup dan dapat mengendalikan stres dengan baik. \n \n\n Lakukan Medical Check Up berkala guna untuk melakukan antisipasi gejala gejala stroke. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 30 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Penderita Hipertensi Dalam Mengkonsumsi Obat<\/a><\/h3>
Bolehkah penderita hipertensi menghentikan obat darah tingginya bila tekanan darah sudah normal? \n\n Hipertensi (HTN) adalah nilai tekanan darah sistolik (SBP) 130 mmHg atau lebih dan/atau tekanan darah diastolik (DBP) lebih dari 80 mmHg. Keputusan untuk memulai pengobatan antihipertensi bergantung pada berbagai faktor, termasuk tingkat tekanan darah pasien, faktor risiko, dan status kesehatan secara keseluruhan. Umumnya, pengobatan direkomendasikan untuk pasien dengan hipertensi stadium 1 atau stadium 2, seperti yang didefinisikan oleh pedoman Joint National Committee (JNC). Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit kardiovaskular, stroke, dan gagal ginjal. Efek samping obat hipertensi biasanya ringan dan akan segera sembuh dengan mengurangi dosis atau menghentikan penggunaan obat dalam waktu singkat. Efek samping terdiri dari hipotensi atau tekanan darah terlalu rendah, gangguan keseimbangan elektrolit, bengkak pada kaki dan gangguan fungsi ginjal. \n\n Menghentikan obat hipertensi secara tiba-tiba dapat menimbulkan dampak yang serius, antara lain peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba, yang dapat menyebabkan stroke, serangan jantung, atau komplikasi lainnya. Sebuah penelitian menegaskan perlunya pengobatan yang berkelanjutan untuk mencegah perkembangan penyakit pembuluh darah dan penyakit ginjal yang berhubungan dengan hipertensi. Modifikasi gaya hidup, memainkan peran penting dalam mengendalikan tekanan darah dan mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular. Pendekatan ini berfokus pada perubahan kebiasaan dan rutinitas sehari-hari untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. \n\n Aktivitas fisik yang teratur, seperti jalan cepat, jogging, atau bersepeda, dapat membantu menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesehatan jantung. Menurunkan berat badan, terutama jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, dapat secara signifikan mengurangi tekanan darah dan meningkatkan kesehatan jantung. Menerapkan pola makan yang sehat, yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan produk susu rendah lemak, dapat membantu menurunkan tekanan darah. Selain itu, membatasi asupan natrium dan mengurangi konsumsi alkohol juga dapat berkontribusi pada kontrol tekanan darah yang lebih baik. Berhenti merokok dapat meperbaiki tekanan darah dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Teknik seperti meditasi, pernapasan dalam, dan yoga dapat membantu mengurangi stres dan memperbaiki tekanan darah. \n\n Untuk para Sahabat Hermina bila ada keluhan lebih lanjut bisa langsung segera lakukan konsultasi dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RS Hermina Periuk Tangerang atau bisa juga online melalu layanan Mobile Apps Hermina tentang masalah yang di alami oleh sahabat hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 23 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
7 Fakta Penyakit Hipertensi<\/a><\/h3>
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, bukanlah kondisi yang dapat diabaikan. Lebih dari sekadar angka pada alat pengukur tekanan darah, hipertensi memiliki potensi untuk menjadi ancaman serius terhadap kesehatan dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Artikel ini akan membahas risiko terkait hipertensi yang perlu diwaspadai. \n\n Berikut ini adalah macam-macam penyakit yang berasal dari Hipertensi : \n\n \n Penyakit Jantung. \n Hipertensi dapat merusak dinding arteri, membuka pintu gerbang bagi pembentukan plak aterosklerotik. Plak ini dapat menyumbat arteri koroner, menyebabkan penyakit arteri koroner, dan meningkatkan risiko serangan jantung fatal. \n Stroke. \n Hipertensi dapat merusak pembuluh darah di otak, meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah, dan dapat menyebabkan stroke. Bahkan, stroke yang diakibatkan oleh hipertensi dapat memiliki konsekuensi fatal atau menyebabkan kecacatan permanen. \n Gagal Jantung. \n Tekanan darah tinggi memberikan beban kerja berlebih pada jantung, memicu risiko gagal jantung. Gagal jantung dapat menyebabkan akumulasi cairan di paru-paru atau organ tubuh lainnya dan berpotensi berujung pada kematian. \n Penyakit Ginjal Kronik. \n Hipertensi yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah di ginjal, menyebabkan kerusakan ginjal dan meningkatkan risiko gagal ginjal. Gagal ginjal dapat menjadi kondisi yang mengancam nyawa jika tidak diobati dengan serius. \n Aneurisma. \n Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah atau aneurisma. Jika aneurisma ini pecah, dapat menyebabkan pendarahan internal yang serius dan bahkan berakibat fatal. \n Komplikasi Mata. \n Kerusakan pada pembuluh darah di mata, yang dikenal sebagai retinopati hipertensi, dapat menyebabkan masalah penglihatan hingga pada kasus yang ekstrem, kebutaan. \n Penyakit Pembuluh Darah Perifer. \n Hipertensi dapat merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk di kaki dan tangan. Gangguan sirkulasi yang diakibatkannya dapat mengakibatkan infeksi atau bahkan amputasi jika tidak diatasi. \n \n\n Hipertensi bukanlah sekadar angka pada pengukur tekanan darah namun merupakan ancaman serius terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Mengatasi risiko terkait hipertensi memerlukan pendekatan holistik, termasuk perubahan gaya hidup, pengelolaan stres, dan perawatan medis yang tepat. Tindakan pencegahan dan perawatan yang dini dapat menjadi kunci untuk mengurangi risiko kematian yang diakibatkan oleh hipertensi. Penting untuk selalu berkonsultasi dengan profesional medis untuk pemantauan dan perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing. Untuk Sahabat Hermina yang mengalami Hipertensi bisa kontrol rutin di RS Hermina Purwokerto dengan dokter sub spesialis ginjal - hipertensi. \n\n Akses pendaftaran bisa melalui 4 cara berikut ini: \n1. Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n2. Hubungi Call Center 1500488 \n3. Melalui website -> www.herminahospitals.com \n4. Melalui aplikasi Halodoc \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 15 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
Serangkaian tanda bahwa serangan jantung akan datang, yang sering dianggap 'hanya' sebagai gejala GERD<\/a><\/h3>
Bersantai di rumah setelah makan yang lezat, merasa tidak enak badan, mengalami sakit peru dan ada sensasi terbakar di area dada. \n\n Apakah mulas akibat gangguan pencernaan? Mungkinkah itu serangan jantung? \n\n Ketidaknyamanan dada adalah gejala yang paling umum dari serangan jantung, yang dapat mengancam jiwa. Tetapi, ini juga dapat merupakan tanda nyeri ulu hati, yang tidak ada hubungannya dengan jantung dan merupakan gejala umum gangguan pencernaan. \n\n Gejala GERD yang paling umum adalah nyeri ulu hati yang menetap, yang dapat berupa: \n\n \n Rasa terbakar di perut yang dapat naik ke dada, leher, dan tenggorokan \n Rasa asam atau pahit di bagian belakang mulut \n Regurgitasi makanan atau cairan dari perut ke dalam mulut \n \n\n Gejala GERD lainnya yang mungkin terjadi meliputi: \n\n \n Perasaan penuh atau ada benjolan di bagian belakang tenggorokan Anda (sensasi globus) \n Batuk kronis \n Suara serak \n Bau mulut \n \n\n Dalam beberapa kasus, mungkin mengalami gejala yang mengkhawatirkan yang terkait dengan GERD. Gejala ini biasanya menetap dan dapat semakin memburuk meskipun telah mendapatkan perawatan medis. Gejala alarm juga dapat mengindikasikan kondisi yang mendasarinya. \n\n Gejala-gejala alarm dapat meliputi: \n\n \n Kesulitan menelan (disfagia) \n Rasa sakit saat menelan (odynophagia) \n Mual atau muntah \n Penurunan berat badan \n Anemia \n Pendarahan \n \n\n Nyeri ulu hati dan serangan jantung adalah dua penyebab umum nyeri dada. Namun demikian, penyebab dan sensasinya biasanya berbeda: \n\n \n Nyeri ulu hati dapat terjadi ketika kandungan asam lambung bergerak kembali ke kerongkongan. Hal ini dapat menyebabkan sensasi terbakar yang naik dari perut dan menjalar ke dada. \n Serangan jantung terjadi ketika jantung tidak mendapatkan cukup darah dan oksigen karena berkurangnya aliran darah dalam satu atau lebih arteri utama. Hal ini dapat menyebabkan rasa sakit yang tiba-tiba, tidak nyaman, atau tajam di bagian tengah atau sisi kiri dada yang terasa seperti tertekan atau diremas. Nyeri ini dapat menyebar ke leher, rahang, dan bahu. \n \n\n Diagnosis dan penanganan dini dapat membantu mengurangi atau bahkan menghentikan gejala GERD yang tidak nyaman. GERD yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kerongkongan. \n\n Mungkin akan menemukan bahwa salah satu cara termudah untuk membuat hidup dengan GERD menjadi lebih mudah adalah dengan menghindari hal-hal yang memicu gejala. Beberapa orang harus membatasi makanan tertentu; yang lain mungkin harus berhenti sama sekali. Itu semua tergantung pada gejala yang dirasakan. \n\n Mungkin sulit untuk berhenti minum soda atau makanan favorit pada awalnya. Tetapi setelah beberapa saat, banyak orang menemukan bahwa mereka merasa jauh lebih baik sehingga mereka tidak merindukan makanan yang bermasalah seperti yang mereka pikirkan. \n\n Jika merasakan gejala serangan jantung, seperti sesak napas atau pingsan, segera dapatkan bantuan dari dokter spesialis jantung kesayangan Sahabat Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 27 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cuaca Dingin dan Penyakit Kardiovaskular: Mengenali Angina dan Faktor Risikonya<\/a><\/h3>
Cuaca dingin sering kali menjadi pemicu masalah kesehatan, terutama bagi mereka yang rentan terhadap penyakit kardiovaskular. Pada kondisi cuaca dingin, risiko angina, suatu kondisi yang melibatkan nyeri dada akibat kekurangan oksigen ke otot jantung, dapat meningkat. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan apa itu angina, gejala-gejalanya, serta faktor risiko yang perlu diperhatikan. \n\n Mengenali Angina: Kapan Nyeri Dada Menjadi Serius? \n\n Angina adalah bentuk nyeri dada atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kurangnya pasokan darah kaya oksigen ke otot jantung. Gejalanya bisa bervariasi, mulai dari tekanan di dada hingga ketidaknyamanan di bahu, lengan, leher, rahang, perut, atau punggung. Penting untuk memahami bahwa nyeri dada tidak selalu berarti serangan jantung. Angina dapat muncul sebagai beban berat atau sesak, dan beberapa orang bahkan tidak merasakan nyeri, melainkan mengalami sesak napas atau kelelahan. \n\n Jenis Angina dan Gejalanya \n\n Angina Stabil: Terjadi selama aktivitas fisik dan dapat mereda dengan istirahat atau obat angina. Gejalanya mungkin muncul saat beraktivitas atau dalam cuaca dingin. \n\n Angina Tidak Stabil (Keadaan Darurat Medis): Terjadi tanpa prediksi, bahkan saat istirahat. Gejalanya lebih parah dan berlangsung lebih lama, memerlukan perawatan darurat. \n\n Angina Varian (Prinzmetal Angina): Disebabkan oleh spasme arteri jantung, bukan penyakit arteri koroner. Nyeri dada parah terjadi secara periodik, terutama saat istirahat atau malam hari. \n\n Angina Refrakter: Terjadi meskipun telah dilakukan pengobatan dan perubahan gaya hidup. \n\n Faktor Risiko Angina \n\n Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terkena penyakit arteri koroner dan angina: \n\n Diabetes: Meningkatkan risiko dengan meningkatkan kadar kolesterol dan mempercepat aterosklerosis. \n\n Riwayat Keluarga: Jika ada riwayat penyakit jantung atau angina dalam keluarga, risiko terkena angina juga meningkat. \n\n Kolesterol Tinggi: Pola makan tidak sehat dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol "jahat" dan trigliserida dalam darah. \n\n Tekanan Darah Tinggi: Mempercepat pengerasan arteri. \n\n Kurang Olahraga: Gaya hidup kurang gerak dapat meningkatkan risiko kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes. \n\n Usia Tua: Risiko angina cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. \n\n Obesitas: Terkait dengan kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes. \n\n Stres dan Merokok: Faktor-faktor ini dapat merusak dinding arteri dan meningkatkan risiko angina. \n\n Tindakan yang Perlu Diambil \n\n Jika mengalami nyeri dada yang tidak dapat dijelaskan, segera cari pertolongan medis. Dokter spesialis jantung dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah itu angina atau gejala kondisi lain. Untuk angina tidak stabil, perawatan darurat diperlukan. \n\n Kesimpulan \n\n Cuaca dingin dapat memperburuk gejala angina, dan penting untuk memahami tanda-tanda serta faktor risiko yang terkait dengan kondisi ini. Konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut jika mengalami gejala nyeri dada yang mencurigakan. Dengan pemahaman yang baik tentang angina dan faktor risikonya, langkah-langkah pencegahan dapat diambil untuk menjaga kesehatan jantung, terutama dalam kondisi cuaca dingin. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Medan<\/a><\/li>
- 09 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Kenali dan Ketahui Masalah Tekanan Darah Pada Lansia<\/a><\/h3>
Hipertensi atau yang sering disebut tekanan darah tinggi adalah masalah kesehatan yang perlu sangat diwaspadai, termasuk pada lanjut usia(lansia). Kelompok lansia terkadang sering mengeluhkan hipertensi karena salah satu penyebab yang tidak bisa dikendalikan seiring bertambahnya usia. \n\n Tekanan darah tinggi yang terjadi pada lansia yang tidak ditangani bisa menyebabkan stroke, penyakit jantung dan sakit ginjal. Karena itu perlu mengenali secara dini penyebab hipertensi yang terjadi pada lansia sekaligus bagaimana cara pencegahannya yang tepat. \n\n Dilansir beberapa sumber kesehatan, umumnya penyebab hipertensi pada lansia berasal dari perubahan kondisi pembuluh darah pada usia lanjut, termasuk pada jantung. Pembuluh darah arteri menjadi semakin keras dan tidak lagi elastis Seiring dengan bertambahnya usia. \n\n Kondisi ini dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi semakin kaku sehingga kinerja jantung dalam memompa darah semakin berat. Akibatnya,akan terjadu tekanan darah yang meningkat. \n\n Penyebab lain hipertensi pada lansia terutama wanita yaitu adalah perubahan hormon setelah menopause. Penurunan kadar hormon estrogen dapat menyebabkan pembuluh darah arteri menjadi mengeras dan tegang sehingga tekanan darah rentan mengalami peningkatan yang kadang sampai tak terkontrol. \n\n Masih banyak lagi faktor penyebab lain hipertensi pada lansia selain bertambahnya usia diantaranya faktor keturunan, penyakit ginjal, gangguan tidur apnea, pola makan tidak sehat, makanan kurang serat, tinggi lemak dan garam. \n\n Selain itu mengkonsumsi alkohol berlebihan, merokok, kurang gerak dan jarang olah raga, obesitas, kurang tidur dan stres berlebihan. Kombinasi beberapa faktor ini berpotensi bisa sangat meningkatkan peluang lansia terkena hipertensi. \n\n Mencegah hipertensi pada lansia \n\n Faktor usia dapat menjadi penyebab hipertensi pada lansia namun bisa dilakukan upaya beberapa pencegahaannya. Caranya bisa dimulai sejak usia masih berusia muda. \n\n Berikut beberapa cara mencegah hipertensi pada lansia seperti dilansir Johns Hopkins Medicine: \n\n 1. Menurunkan berat badan jika masih di atas ideal \n\n 2. Jika berat badan sudah ideal tapi perut buncit, kecilkan dengan cara alami dan gaya hidup sehat. \n\n 3. Hindari minum alkohol \n\n 4. Harus aktif bergerak \n\n 5. Rutin melakukan olahraga minimal 30 menit sepekan lima kali \n\n 6. Konsumsi makanan tinggi kalsium, magnesium dan kalium tapi minim lemak jahat seperti susu dan yogurt rendah lemak, kacang panggang tanpa perasa dan tambahan garam. \n\n 7. Hindari gorengan, keju, mentega, daging berlemak, aneka saus, makanan olahan, makanan berpengawet, makanan instan, makanan cepat saji karena tinggi garam, natrium dan lemak jahat \n\n 8. Berhenti merokok dan hindari paparan asapnya \n\n 9. Kelola stres \n\n 10. Tidur cukup dan berkualitas minimal enam jam setiap malam. \n\n Hipertensi tidak memiliki ciri-ciri spesifik dan seringkali mirip penyakit lain sehingga banyak orang tidak dapat merasakan gejalanya. Cara mengurangi risiko hipertensi pada lansia dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, termasuk mengukur tekanan darah. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 01 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Hipertensi Pada Karyawan<\/a><\/h3>
Menjadi seorang workaholic mungkin tidak hanya mempengaruhi kehidupan sosial. Orang yang bekerja berjam-jam di kantor lebih mungkin menderita tekanan darah tinggi Komplikasi lainnya, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan serius pada jantung, mengakibatkan nyeri dada, serangan jantung, gagal jantung, detak jantung tidak teratur, atau stroke. Selain itu, hipertensi juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal hingga berujung pada gagal ginjal. \n\n Program di tempat kerja mempunyai potensi sebagai sarana sosialisasi. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi efektivitas program manajemen stres terstandar yang diberikan secara berkelompok di tempat kerja dalam mengurangi tekanan darah dibandingkan dengan peningkatan perawatan biasa. Stres kerja telah berulang kali dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. \n\n Pekerjaan yang kita lakukan mempengaruhi risiko hipertensi. Tiga faktor penentu hipertensi dalam pekerjaan telah diteliti secara ekstensif dalam beberapa dekade terakhir: Ketidakamanan kerja, Kehilangan pekerjaan, dan lingkungan kerja psikososial. Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena sebagian besar penyakitnya tidak menunjukkan gejala apa pun. Karyawan biasanya tidak melihat atau merasakan hipertensi sehingga perusahaan menggunakan strategi untuk melakukan skrining lebih banyak pada karyawan, mengidentifikasi mereka yang berisiko lebih baik, dan mendorong hasil yang lebih sehat dengan memotivasi karyawan berisiko tinggi untuk mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. \n\n Bagaimana Pekerjaan Mempengaruhi Hipertensi \n\n \n Stres kerja dapat mengakibatkan ketegangan sehingga menyebabkan kenaikan tekanan darah \n Kebutuhan fisik – metabolisme akan meningkat ketika beban kerja berat dan pekerjaan menuntut fisik, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah \n Lingkungan kerja yang panas dan lembab – pekerjaan manual dapat menyebabkan keringat berlebih dan pelebaran pembuluh darah \n Penderita hipertensi mungkin lupa minum obat karena jadwal kerjanya yang padat, sehingga berdampak buruk pada efektivitas pengobatan. \n \n\n Tekanan darah tinggi merupakan kekhawatiran utama di tempat kerja. Memahami faktor risiko dalam pola makan, keturunan, dan gaya hidup, akan membantu karyawan mengambil langkah awal untuk memperbaiki kondisinya. Menjaga tekanan darah mereka akan meningkatkan kualitas hidup mereka di rumah dan di tempat kerja. Walaupun sudah melakukan berbagai cara mengobati hipertensi, Anda tetap melakukan tindakan pencegahan hipertensi agar gejala tekanan darah tinggi tidak muncul lagi di kemudian hari. \n\n Cara mencegah hipertensi yang bisa dilakukan, yakni: \n\n \n Kurangi konsumsi garam dan menjalani diet sehat \n Kurangi konsumsi alkohol dan kafein \n Kurangi berat badan jika diperlukan \n Olahraga secara teratur \n Istirahat yang cukup \n Kelola stres dengan baik \n \n\n Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi serius yang dapat menjurus ke berbagai masalah medis lainnya, seperti stroke dan penyakit jantung. Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk segera berkonsultasi ke dokter seraya menjalani pola hidup yang tepat, bila Anda atau orang-orang terdekat Anda memiliki tekanan darah tinggi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 06 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Natrium, Sahabat Yang Disalahgunakan! <\/a><\/h3>
\n\n Salah satu anjuran dokter pada penderita tekanan darah tinggi adalah hindari penggunaan garam yang berlebihan. Pada dasarnya yang dimaksudkan adalah salah satu unsur dari garam meja yaitu natrium, karena kelebihan natrium pada seseorang akan dapat memicu atau menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi. Tetapi yang menjadi masalah yaitu: apakah benar bahwa natrium hanya ditemukan pada garam meja? Penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang berkontribusi terhadap terjadinya peningkatan asupan natrium ternyata bukan dari asupan garam meja rumahan, tetapi pada makanan-makanan olahan walaupun rasanya tidak asin. Artikel saat ini semoga dapat memberikan panduan kepada pembaca agar dapat dengan bijaksana memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dalam hal ini tidak akan menyebabkan peningkatan natrium dari diet. \n\n Natrium adalah salah satu unsur nutrisi yang pada dasarnya vital untuk berbagai fungsi tubuh manusia. Tetapi kelebihan asupan natrium ternyata dapat memberikan efek yang berbeda dari yang seharusnya. Itulah sebabnya natrium merupakan unsur nutrisi yang sering dibatasi penggunaannya terutama pada penderita hipertensi. Namun demikian, kelebihan asupan natrium dalam bahan makanan sehari-hari sebenarnya tidak hanya terkait dengan hipertensi pada manusia, tetapi juga telah dikaitkan oleh para ahli dengan beberapa jenis penyakit kronis yang lain. \n\n Strand dkk dalam artikel ilmiah mereka yang dipublikasi pada tahun 2010, mengulas bahwa selain terkait penyakit jantung dan pembuluh darah, kelebihan natrium juga dikaitkan dengan beberapa jenis kanker terutama kanker nasofaring dan lambung, obesitas, penyakit Meniere, perburukan penyakit ginjal, memicu serangan asma, osteoporosis, pembentukan batu ginjal dan penyakit-penyakit yang lain. \n\n Kebutuhan natrium dalam keadaan sehat adalah sekitar 1500 mg saja per harinya, sementara batas paling tinggi yang dapat dioleransi oleh tubuh manusia adalah 2300 mg dan hal ini langsung dapat dipenuhi apabila manusia mengonsumsi sampai 1 sendok teh garam meja per hari, karena untuk setiap 1 sendok teh garam meja (6 gram garam meja) sudah mengandung 2300 mg natrium. Artinya untuk kebutuhan 1500 sebenarnya sudah dapat dicapai dengan mengonsumsi tidak lebih dari 2/3 sendok teh garam meja per hari. Tetapi rata-rata kita mengonsumsi lebih dari jumlah tersebut per harinya sehingga masalah kelebihan natrium menjadi ancaman serius untuk kesehatan kita. \n\n Selain itu, penelitian-penelitian terkait makanan juga menemukan bahwa makanan yang tidak alamiah atau makanan-makanan olahan cenderung memiliki kadar natrium yang cukup tinggi per porsinya. Tabel berikut ini adalah contoh-contoh bahan makanan dengan kadar natrium per 100 gram bahan makanan. Dapat dilihat bahwa dengan menggabungkan beberapa bahan makanan yang tidak alamiah atau memakan bahan makanan tidak alamiah beberapa porsi per hari akan meningkatkan risiko kita dengan asupan natrium yang berlebihan. \n\n Tabel 1. Jumlah natrium dalam beberapa bahan makanan per 100 gram \n\n\n \n \n \n Bahan/Jenis Makanan \n \n \n Natrium (mg) \n \n \n \n \n Popcorn \n \n \n 300 \n \n \n \n \n Roti tawar \n \n \n 530 \n \n \n \n \n Saos botol \n \n \n 600 \n \n \n \n \n Mentega \n \n \n 780 \n \n \n \n \n Ayam goreng \n \n \n 800 \n \n \n \n \n Hamburger \n \n \n 800 \n \n \n \n \n Kentang goreng \n \n \n 900 \n \n \n \n \n Sup daging \n \n \n 1060 \n \n \n \n \n Sosis \n \n \n 1100 \n \n \n \n \n Kornet \n \n \n 1750 \n \n \n \n \n Telur asin \n \n \n 2200 \n \n \n \n \n Kecap asin \n \n \n 4000 \n \n \n \n \n Ikan asin \n \n \n 6000 \n \n \n \n\n\n Bila dibandingkan dengan makanan-makanan olahan dan kemasan maka makanan yang alamiah sebenarnya memiliki kandungan natrium sangat sedikit per 100 gram bahan makanan. Dan tampaknya ini memang didesain oleh Pencipta kita bahwa dalam bahan makanan alamiah kandungan natrium hanya sedikit saja dan justru mengandung kalium dalam jumlah yang cukup besar. Penelitian menemukan bahwa pada populasi yang mengonsumsi kalium jauh lebih banyak dari natrium maka angka kejadian hipertensi di populasi itu sangat sedikit. Kebutuhan kalium orang Indonesia sesuai dengan angka kecukupan gizi tahun 2013 adalah 4700 mg per hari sedangkan kebutuhan natrium rata-rata 1500 mg per hari. Beberapa ahli fisiologi menemukan bahwa tubuh kita dalam keadaan sehat memiliki kemampuan alamiah untuk mengeluarkan banyak kalium melalui ginjal dan menahan natrium, dan hal ini sesuai dengan jenis diet alamiah yaitu tinggi kalium dan rendah natrium. Kemampuan alamiah ini menjadi tidak cocok dengan diet modern saat ini di mana kalium sedikit dan natriumnya tinggi sehingga hasil akhirnya adalah kadar natrium dalam tubuh menjadi relatif lebih tinggi dan muncullah penyakit-penyakit terkait kelebihan natrium dalam tubuh. Tabel berikut ini memperlihatkan perbandingan natrium dan kalium dalam bahan makanan alamiah dan olahan. \n\n Tabel 2. Perbandingan jumlah natrium dan kalium pada bahan makanan alamiah dan olahan per 100 gram. \n\n\n \n \n \n Kategori \n \n \n Bahan/jenis makanan \n \n \n Natrium (mg) \n \n \n Kalium (mg) \n \n \n \n \n Alamiah \n \n \n Apel \n \n \n 87 \n \n \n 450 \n \n \n \n \n Alamiah \n \n \n Kurma \n \n \n 10 \n \n \n 680 \n \n \n \n \n Alamiah \n \n \n Pir \n \n \n 6 \n \n \n 533 \n \n \n \n \n Alamiah \n \n \n Kismis \n \n \n 11 \n \n \n 728 \n \n \n \n \n Alamiah \n \n \n Almond \n \n \n 1 \n \n \n 728 \n \n \n \n \n Alamiah \n \n \n Mete \n \n \n 12 \n \n \n 660 \n \n \n \n \n Alamiah \n \n \n Kacang tanah \n \n \n 18 \n \n \n 705 \n \n \n \n \n Alamiah \n \n \n Pisang \n \n \n 1 \n \n \n 403 \n \n \n \n \n Alamiah \n \n \n Singkong \n \n \n 29 \n \n \n 558 \n \n \n \n \n Olahan \n \n \n Ayam goreng \n \n \n 508 \n \n \n 247 \n \n \n \n \n Olahan \n \n \n Donat \n \n \n 204 \n \n \n 64 \n \n \n \n \n Olahan \n \n \n Cake \n \n \n 93 \n \n \n 38 \n \n \n \n \n Olahan \n \n \n Cracker/biskuit \n \n \n 35 \n \n \n 4 \n \n \n \n \n Olahan \n \n \n Tart, rendah lemak \n \n \n 71 \n \n \n 19 \n \n \n \n \n Olahan \n \n \n Roti coklat \n \n \n 579 \n \n \n 126 \n \n \n \n \n Olahan \n \n \n Roti strawberry \n \n \n 518 \n \n \n 96 \n \n \n \n \n Olahan \n \n \n Roti keju \n \n \n 610 \n \n \n 112 \n \n \n \n \n Olahan \n \n \n Roti tawar \n \n \n 609 \n \n \n 113 \n \n \n \n\n\n Kandungan natrium pada bahan makanan alamiah sudah dirancang oleh Pencipta kita: “akan mencukupi kebutuhan dan tidak akan menyebabkan kelebihan”. Selain itu rancangan Pencipta kita dengan memberikan kalium yang lebih banyak pada makanan alamiah ternyata menjadi pelindung terhadap terjadinya penyakit termasuk hipertensi. Sementara itu pada bahan makanan olahan kandungan natrium lebih tinggi dibanding kandungan kaliumnya. Dengan memilih lebih banyak makan makanan alamiah ternyata dapat mengurangi jumlah asupan natrium dari diet dan dapat meningkatkan jumlah kalium sehingga diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit-penyakit kronis akibat kelebihan natrium dalam tubuh manusia. Salam sehat! \n\n Jangan ragu untuk konsultasikan kesehatan Sahabat Hermina bersama Dokter Spesialis Gizi Klinik kami di RS Hermina Galaxy. Caritahu informasi seputar kesehatan bersama Rumah Sakit Hermina Galaxy dengan follow akun instagram dan tiktok kami di @rsuherminagalaxy. Buat janji dokter jadi lebih mudah melalui aplikasi Halo Hermina dan melalui call center kami di 1500488. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Grand Wisata<\/a><\/li>
- 02 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Berikut Cara Mengatasi Hipertensi dengan Diet DASH, Apasih Diet DASH itu?<\/a><\/h3>
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah sistolik meningkat lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik meningkat lebih dari 90 mmHg pada 2 kali pengukuran berbeda di klinik atau rumah sakit, dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Hipertensi mengakibatkan seseorang lebih berisiko terkena penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Republik Indonesia tahun 2018, angka kejadian hipertensi di Indonesia mencapai 34,1%. Salah satu terapi hipertensi yaitu perubahan pola hidup termasuk pola makan dan aktivitas fisik. Pola makan yang dapat diterapkan pada pasien hipertensi adalah dengan diet DASH. \n\n \n\n Diet DASH, diet yang seperti apa? \n\n \n\n Diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) pertama kali dikembangkan pada tahun 1990-an. Penelitian oleh National Institute of Health (NIH) mendapatkan intervensi diet saja dapat menurunkan tekanan darah sistolik sekitar 6-11 mmHg. Efek ini terlihat pada pasien dengan hipertensi maupun tekanan darah normal. \n\n \n\n Diet DASH mengutamakan konsumsi sayur dan buah, daging tanpa lemak (lean meat) dan produk dairy/susu, serta mikronutrien dalam menu makan sehari-hari. Diet DASH juga menganjurkan mengurangi asupan natrium menjadi 1500 mg/hari atau setara ¾ sendok teh garam. Terdapat bukti kuat hubungan antara asupan tinggi garam/natrium dengan peningkatan tekanan darah. Hindari konsumsi makanan tinggi garam, seperti kecap, makanan siap saji, dan makanan olahan, seperti roti dan sereal tinggi garam, serta kurangi penambahan garam ketika mempersiapkan makanan atau saat makan. Diet DASH menekankan konsumsi makanan yang segar dan diproses minimal. \n\n \n\n Mari lihat lebih dekat rekomendasi nutrien berdasarkan diet DASH: \n\n \n\n Karbohidrat dalam diet DASH meliputi sayur-sayuran berdaun hijau (kale, brokoli, bayam, sawi), biji-bijian utuh (oat, gandum), buah dengan indeks glikemik rendah, dan kacang-kacangan. Lemak dibagi menjadi lemak baik dan lemak jahat. Lemak baik berperan mencegah inflamasi, sumber asam lemak esensial, dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Lemak baik dapat meningkatkan HDL dan menurunkan LDL jika dikonsumsi dalam jumlah sedang. Sumber lemak baik meliputi minyak zaitun (olive oil), alpukat, kacang, flax seeds, ikan kaya asam lemak omega-3 (contoh: ikan kembung, ikan salmon). Sumber lemak jahat meliputi margarin, mentega nabati, minyak nabati terhidrogenasi parsial, yang umum ditemukan dalam ultra-processed food (biskuit, es krim, makanan kemasan), yang dapat meningkatkan kadar LDL yang memicu pembentukan plak dalam pembuluh darah arteri. Lemak yang dianjurkan dalam diet DASH adalah lemak baik. Protein dalam diet DASH meliputi protein nabati seperti kacang-kacangan, produk kedelai, dan biji-bijian, dan protein hewani meliputi daging tanpa lemak, produk susu rendah lemak, telur, dan ikan. Daging olahan atau yang diawetkan tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan hipertensi dan juga mengandung zat karsinogen. \n\n \n\n Diet DASH juga mengikutsertakan makanan tertentu yang kaya kalium, kalsium, dan magnesium karena nutrien tersebut mencegah disfungsi endotel, dan meningkatkan relaksasi otot polos pembuluh darah. Makanan sumber kalium meliputi pisang, jeruk, alpukat, dan bayam. Kalsium dapat ditemukan dalam produk susu dan sayuran berdaun hijau. Magnesium didapatkan dari gandum utuh, sayuran berdaun, kacang dan biji-bijian. \n\n \n\n Panduan penyajian/porsi makan pada diet DASH sebagai berikut: \n\n 1. Sayuran: sekitar 5 saji per hari \n\n 2. Buah: sekitar 5 saji per hari \n\n 3. Karbohidrat: sekitar 7 saji per hari \n\n 4. Produk susu rendah lemak: sekitar 2 saji per hari \n\n 5. Produk daging tanpa lemak: sekitar 2 saji atau kurang per hari \n\n 6. Kacang-kacangan dan biji-bijian 2-3 kali per minggu \n\n \n\n Diet DASH merupakan pendekatan berbasis nutrisi untuk mencegah dan kontrol hipertensi. Namun, tidak terbatas hanya untuk penderita hipertensi, diet DASH juga sudah diteliti memiliki manfaat dalam membantu menurunkan kadar gula darah, trigliserida, LDL, dan resistensi insulin. Diet DASH juga berhubungan dengan pencegahan dan penanganan gagal jantung kronis. Hal terpenting dari diet DASH adalah memerlukan perubahan gaya hidup dan menerapkan pola makan sehat. Penerapan diet DASH perlu dipantau oleh tenaga kesehatan untuk mengoptimalkan manfaat dari pola makan ini. \n\n \n\n Sumber: \n\n 1. Challa HJ, Ameer MA, Uppaluri KR. DASH diet to stop hypertension. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. Tersedia pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482514/ \n\n 2. Kemenkes RI. Tekanan darah tinggi (Hipertensi). [internet]. [diakses 16 September 2023]. Tersedia pada: https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Tekanan-Darah-Tinggi-Hipertensi.pdf \n\n 3. Unger T, Borghi C, Charchar F, Khan NA, Poulter NR, Prabhakaran D, et al. 2020 International Society of Hypertension Global Hypertension Practice Guidelines. Hypertension. 2020;75:1334-57. \n\n 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. 2020. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 02 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 06 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 01 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 09 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 23 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Januari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Februari 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
- 22 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>