- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 26 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>
Ingat, Imun Tubuh Sangat Penting Untuk Melawan Virus Covid-19, Terutama Lansia..<\/a><\/h3>
Hallo Sahabat Hermina, tahukah Sahabat virus COVID-19 banyak terjadi pada lansia? Hal ini menunjukan pentingnya menjaga imunitas tubuh pada lansia dalam mencegah atau melawan virus corona. Imunitas akan melindungi tubuh dari serangan kuman yang dapat menyebabkan penyakit atau virus. \n\n \n\n Mengapa Lansia Rentan Terkena Virus Covid-19 ? \n\n Seiring pertambahan usia, tubuh akan mengalami berbagai penurunan akibat proses penuaan. Sistem imun sebagai pelindung tubuh pun tidak bekerja sekuat ketika masih muda. Inilah alasan mengapa lansia rentan terserang berbagai penyakit, termasuk COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona. Selain itu, tidak sedikit lansia yang memiliki penyakit kronis atau komorbid seperti penyakit jantung, diabetes, asma, atau kanker. Hal ini bisa meningkatkan risiko atau bahaya infeksi virus corona. Komplikasi yang timbul akibat COVID-19 juga akan lebih parah bila penderitanya sudah memiliki penyakit-penyakit tersebut. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan imunitas tubuh, termasuk menerapkan pola hidup sehat, menghindari stres, hingga konsumsi suplemen agar sistem kekebalan tubuh tetap prima. \n\n \n\n Cara Meningkatkan ImunTubuh pada Lansia. \n\n Sahabat Hermina, perlunya menjaga agar imunitas tubuh dapat bekerja dengan optimal sehingga tubuh tidak mudah terserang penyakit, penting untuk menerapkan pola hidup sehat. Berikut beberapa langkah yang bisa digunakan untuk menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh bagi lansia, yaitu: \n\n \n Konsumsi Makan Sayur dan Buah \n \n\n Perbanyak makan sayur dan buah untuk menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh. \n\n \n Cukupi istirahat \n \n\n Kurang tidur dapat menurunkan imunitas tubuh. Penting untuk mencukupi kebutuhan tidur sesuai dengan usia. Umumnya, orang dewasa membutuhkan waktu tidur sekitar 7-8 jam, dan remaja membutuhkan waktu tidur sekitar 9-10 jam. \n\n \n Hindari stres \n \n\n Stres yang tidak terkendali bisa meningkatkan produksi hormon kortisol. Dalam jangka panjang, peningkatan hormon kortisol dapat mengakibatkan penurunan fungsi kekebalan tubuh. Anda perlu mengelola stres dengan baik untuk menghindari penurunan fungsi kekebalan tubuh. \n\n \n Rutin berolahraga \n \n\n Disarankan untuk rutin berolahraga selama 30 menit setiap hari, untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi. Salah satu olahraga yang murah dan mudah untuk dilakukan adalah berjalan kaki. Tak hanya di luar rumah, olahraga atau aktivitas fisik juga bisa dilakukan didalam rumah. \n\n \n Hindari rokok dan alkohol \n \n\n Paparan asap rokok dan alkohol secara berlebih dapat merusak sistem kekebalan tubuh. Perokok memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi paru, seperti bronkitis dan pneumonia. Sementara untuk perokok yang juga pecandu alkohol, risiko untuk terkena infeksi paru akan semakin besar. \n\n \n Tetap Bersosialisasi \n \n\n Menyendiri dan merasa kesepian dapat berbahaya bagi kesehatan. Jika merasa kesepian, lansia lebih mungkin terserang demensia ataupun depresi. Penelitian menemukan bahwa orang yang kesepian memiliki hormon stres lebih tinggi, sehingga menyebabkan peradangan atau pembengkakan, terkait dengan radang sendi dan diabetes. Jadi, tetaplah jalin pertemanan dan bersosialisasi dengan teman-teman lama. \n\n \n\n Apakah Pola Makan dan Pola Istirahat dapat Meningkatkan Imunitas Tubuh? \n\n Yang perlu di terapkan oleh Sahabat Hermina, Khususnya untuk lansia selalu menjaga pola makan dan pola istirahat yang baik agar kekebalan tubuh tetap terjaga. Untuk Sahabat Hermina, yang tinggal bersama lansia pun harus menjaga kebersihan diri dan tetap menjaga protokol kesehatan agar lansia tidak tertular penyakit berbahaya khususnya tertular pandemi COVID-19. \n\n Bila Sahabat Hermina, memiliki gejala COVID-19 Berat disertakan sesak napas segera dibawa ke Rumah Sakit Hermina terdekat. \n\n Untuk keluhan lainya penyakit dalam lainya dapat berkonsultasi oleh dr. Ismulat,SpP (Spesialis Paru) di RS Hermina Bitung \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 16 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
Perlu diketahui, HIV Tidak Menular Melalui Udara Simak selengkapnya !<\/a><\/h3>
\n\n HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, maka daya tahan tubuh akan semakin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit. HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik. \n\n HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. meski belum ada metode pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, terdapat lebih dari 50.000 kasus infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah tersebut, kasus HIV paling sering terjadi pada heteroseksual, diikuti lelaki seks lelaki (LSL) atau homoseksual, pengguna NAPZA suntik (penasun), dan pekerja seks. \n\n Sementara itu, jumlah penderita AIDS di Indonesia cenderung meningkat. Di tahun 2019, tercatat ada lebih dari 7.000 penderita AIDS dengan angka kematian mencapai lebih dari 600 orang. \n\n Akan tetapi, dari tahun 2005 hingga 2019, angka kematian akibat AIDS di Indonesia terus mengalami penurunan. Hal ini menandakan pengobatan di Indonesia berhasil menurunkan angka kematian akibat AIDS. \n\n Gejala yang dialami oleh penderita HIV kebanyakan mengalami flu ringan pada 2–6 minggu setelah terinfeksi HIV. Flu bisa disertai dengan gejala lain dan dapat bertahan selama 1–2 minggu. Setelah flu membaik, gejala lain mungkin tidak akan terlihat selama bertahun-tahun meski virus HIV terus merusak kekebalan tubuh penderitanya, sampai HIV berkembang ke stadium lanjut menjadi AIDS. Pada kebanyakan kasus, seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terserang HIV setelah memeriksakan diri ke dokter akibat terkena penyakit parah yang disebabkan oleh melemahnya daya tahan tubuh. Penyakit parah yang dimaksud antara lain diare kronis, pneumonia, atau toksoplasmosis otak. \n\n Penyakit HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus atau HIV, sesuai dengan nama penyakitnya. Bila tidak diobati, HIV dapat makin memburuk dan berkembang menjadi AIDS. Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan jarum suntik, dan transfusi darah. Meskipun jarang, HIV juga dapat menular dari ibu ke anak selama masa kehamilan, melahirkan, dan menyusui. \n\n Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan adalah sebagai berikut: \n\n Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan pengaman, menggunakan jarum suntik bersama-sama, melakukan pekerjaan yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh manusia tanpa menggunakan alat pengaman diri yang cukup. Lakukan konsultasi ke dokter bila Anda menduga telah terpapar HIV melalui cara-cara di atas, terutama jika mengalami gejala flu dalam kurun waktu 2–6 minggu setelahnya. \n\n Penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa terapi antiretroviral (ARV). ARV bekerja mencegah virus HIV bertambah banyak sehingga tidak menyerang sistem kekebalan tubuh. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari dan meminimalkan penularan HIV, tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, tidak berganti-ganti pasangan seksual, menggunakan kondom saat berhubungan seksual, menghindari penggunaan narkoba, terutama jenis suntik, mendapatkan informasi yang benar terkait HIV, cara penularan, pencegahan, dan pengobatannya, terutama bagi anak remaja \n\n \n\n Di buat oleh : dr. Ulky Nur Mulkia Prio \n\n Di tinjau oleh : dr. Adam Iskandar, Sp.PD \n\n Referensi: \n\n World Health Organization (2021). Fact Sheets. HIV/AIDS. \nCenters for Disease Control and Prevention (2020). HIV Basics. About HIV. \nKementerian Kesehatan RI (2020). InfoDATIN. HIV dan AIDS 2020. \nKemenkes RI. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (2019). Laporan Perkembangan HIV-AIDS & Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan 4 Tahun 2019. \nNational Health Services UK (2021). Health A to Z. HIV and AIDS. \nU.S. Department of Health & Human Services (2020). HIV Basics. What Are HIV and AIDS? \nMayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. HIV/AIDS. \nEllis, R.R. WebMD (2020). Types and Strain of HIV. \nPietrangelo, Ann. Healthline (2021). A Comprehensive Guide to HIV and AIDS. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 30 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gejala Covid-19 pada Si Kecil<\/a><\/h3>
Virus Covid-19 bisa menginfeksi siapa pun, tidak mengenal status, jabatan, jenis kelamin, dan usia. Bahkan anak-anak pun bisa terinveksi virus ini. Berdasarkan data Satgas Covid-19, jumlah anak-anak yang positif Covid-19 semakin meningkat. \n\n \n\n Oleh sebab itu, para orang tua wajib mengenali gejala Covid-19 pada anak dan mengetahui langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk menjaga anak-anak tetap aman selama pandemi. \n\n \n\n \n\n Gejala-Gejala Covid-19 Pada Anak \n\n \n\n Pada anak, gejala Covid-19 yang muncul tampak lebih ringan. Umumnya, gejala akan terlihat di hari ke 2–14 sejak terpapar virus. Namun ada beberapa kasus, anak yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Sedangkan, infeksi Covid-19 pada anak yang memiliki riwayat penyakit bawaan dan kondisi medis lainnya rentan mengalami gejala yang parah. \n\n \n\n Gejala Covid-19 yang umum terjadi pada anak-anak adalah mengalami demam dan batuk. Selain itu anak juga bisa mengalami gejala lainnya, seperti: \n\n \n Flu atau hidung tersumbat \n Kehilangan indra penciuman \n Sakit tenggorokan \n Sesak napas atau mengalami kesulitan bernafas \n Muntah dan mual-mual \n Sakit perut \n Diare \n Sakit kepala \n Mengalami kelelahan \n Nyeri pada otot atau tubuh \n Nafsu makan menurun \n \n\n \n\n \n\n Langkah Tepat Melindungi Anak dari Covid-19 \n\n \n\n Sudah menjadi kewajiban para orang tua mengawasi anak secara ketat dan menerapkan protokol kesehatan. Berikut ini langkah yang harus dilakukan oleh orang tua untuk melindungi anak dari virus corona: \n\n \n Awasi anak saat di rumah maupun di luar rumah. Namun cara paling aman adalah tidak mengizinkan anak bermain atau membawanya ke luar rumah \n Mengajarkan dan menerapkan disiplin pada anak mengenai protokol kesehatan, seperti rajin mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan masker berlapis, menjaga jarak aman dengan orang sekitar, dan menghindari kerumunan \n Menjaga kebersihan rumah \n Penuhi kebutuhan nutrisi anak agar imun tubuhnya tetap terjaga. \n \n\n \n\n Apabila anak terindikasi mengalami gejala Covid-19 segera temui layanan kesehatan dan jalani tes kesehatan yang diperlukan untuk memastikan apakah anak postif atau tidak. \n\n \n\n Sebelum memutuskan merawat anak, pastikan kondisi kesehatan orang tua. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memperbolehkan anak untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Dengan catatan kedua orang tua atau salah satu dalam kondisi sehat dan beresiko rendah terpapar virus. \n\n \n\n Orang tua harus tetap waspada karena anak yang positif Covid-19 juga dapat menularkan virus kepada orang lain. Pantau kondisi anak setiap hari dan beri dukungan psiklogis anak agar tidak ketakutan. Ajak anak untuk tetap beraktivitas yang menyenangkan selama Isoman dan beri obat dan vitamin yang direkomendasikan oleh dokter. Sahabat Hermina juga dapat melakukan konsultasi dengan dokter spesialis anak dengan layanan Halo Hermina. Apabila terjadi kondisi darurat, segera hubungi pusat layanan kesehatan terdekat. \n\n \n\n Demikian informasi singkat mengenai gejala Covid-19 pada anak dan langkah tepat menjaga buah hati tetap aman selama pandemi. Dengan mengetahui informasi ini, diharapkan orang tua dapat mengenali gejala Covid-19 pada anak lebih awal dan melakukan tindakan atau langkah yang tepat untuk mengatasinya. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 20 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
Beda Pola Demam Dengue dengan Demam Covid-19<\/a><\/h3>
Pandemi Covid-19 telah berlangsung sekitar 1,5 tahun. Seiring dengan berjalannya waktu, pemahaman para dokter dan ilmuwan kesehatan terhadap penyakit tersebut juga bertambah luas. Gejala-gejala yang muncul akibat infeksi Covid-19 pun semakin dipahami, baik dari segi jenis sakit yang dialami pasien maupun polanya. \n\n \n\n Salah satu gejala Covid-19 yang umum terjadi pada pasien ialah demam, selain batuk kering dan kelelahan. Masih ada banyak jenis gejala Covid-19 lainnya yang dialami oleh sebagian pasien, termasuk di kasus serius yang dapat berujung pada kematian. \n\n \n\n Dengue dan COVID-19 harus diwaspadai, pasalnya kedua penyakit tersebut memiliki salah satu gejala yang sama, yakni demam. Walaupun gejala demam terjadi di antara kedua penyakit tersebut namun polanya berbeda. \n\n \n\n Mengingat Covid-19 dan demam dengue sama-sama berpotensi memicu kematian, mengetahui perbedaan gejala demam di kedua kasus penyakit itu penting bagi masyarakat. \n\n \n\n \n\n Perbedaan Demam Dengue Dengan Demam Covid-19 \n\n \n\n Perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, KPTI menjelaskan, pola demam antara dengue dan COVID-19 berbeda. Pada demam dengue fase demam itu terjadi akibat diremia, diremia artinya di dalam darah ada virus yang beredar. demam seperti ini sulit diturunkan oleh obat karena penyebab demamnya itu ada terus dalam darah sampai biasanya kurang lebih 3 hari. \n\n \n\n Jika pasien minum obat penurun panas, maka demam akan turun namun tidak lama kemudian demam akan naik lagi. Jadi demam pada demam berdarah itu sulit diturunkan dengan obat turun panas. Pasien akan banyak berkeringat karena efek samping dari obat turun panas tersebut dia berusaha menurunkan panas tapi di satu sisi penyebab demamnya terus ada di dalam darah. \n\n \n\n Berbeda dengan demam COVID-19, demam ini bisa disertai dengan gejala respirasi yang lebih dominan seperti sesak napas, batuk, susah menelan anosmia (kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau). \n\n \n\n Bedanya dengan COVID-19 adalah pada dengue pola demamnya mendadak dan langsung tinggi. \n\n \n\n Perlu dipahami juga bahwa sebelum seseorang mengalami demam dengue, akan melalui masa inkubasi terlebih dahulu. Jadi penularan dengue tidak terjadi seketika tetapi ada masa inkubasinya selama 5-10 hari. \n\n \n\n Masa inkubasi adalah fase saat virus masuk ke dalam darah, namun belum menimbulkan gejala sampai kemudian jumlah virus cukup banyak dan beredar di dalam darah kemudian menimbulkan penyakit atau demam. \n\n \n\n Pada pasien demam dengue biasanya mengalami sakit kepala yang khas yaitu sakit kepala di bagian depan kepala atau di belakang bola mata. \n\n \n\n Bagi anak-anak, demam dengue biasanya terjadi akut mendadak dan muka mengalami merah khas, tetapi pada COVID-19 gejala tidak membuat muka merah. yang dominan pada demam dengue adalah demam kemudian sakit kepala dan batuk pilek nya lebih ringan dibanding pada COVID-19. \n\n \n\n Demam dengue di hari ketiga setelah gigitan nyamuk harus menjadi perhatian penting, karena secara umum demam dengue itu infeksi terjadi di hari ke-3 sampai hari ke-6, itu masuk fase kritis yang bisa rawan karena dapat mengakibatkan kematian jika tidak diberikan cairan obat yang cukup. \n\n \n\n \n\n Masa Inkubasi \n\n \n\n Kemudian pada COVID-19, penyakit yang biasa dikeluhkan berupa demam, itu bisa sampai 5 sampai 7 hari disertai batuk pilek yang lebih dominan dan makin tambah sesak, serta saturasi oksigen nya menurun. Hal inilah yang dianggap berat untuk kasus COVID-19 pada anak. \n\n \n\n Lebih lanjut fase demam dengue antara lain dari hari kesatu sampai hari ketiga adalah fase demam, kemudian fase kritis antara hari ke-3 sampai ke-6, kemudian fase penyembuhan dari fase setelah hari ke-6. \n\n \n\n Pada fase demam ini anak demam tinggi dan biasanya menjadi malas minum sehingga yang harus diperhatikan adalah harus dipantau minumnya jangan sampai anak dehidrasi. \n\n Pada fase kritis di antara hari ke-3 sampai hari ke-6 terjadi kebocoran dari pembuluh darah yang bisa menyebabkan syok hipovolemik yang menyebabkan kan pembuluh darah bocor. Kalau cairan obat yang diberikan kurang maka kemungkinan akan menyebabkan kematian. Setelah hari ke-6 masuk ke fase penyembuhan. \n\n \n\n Berbeda pada kasus COVID-19, pada minggu pertama terjadi demam, kemudian menjelang akhir minggu pertama ini antara hari ke-5 sampai hari ke-7 mulai ada gejala gejala respiratorik seperti sesak, batuk pilek. Di sinilah tanda-tanda biasanya makin berat. \n\n \n\n Pada infeksi dengue biasanya demam terjadi mendadak tinggi, namun setelah hari ketiga pada saat memasuki fase kritis yang harus diperhatikan adalah jangan sampai anak kekurangan cairan obat karena di fase inilah terjadi kebocoran pembuluh darah yang bisa menyebabkan kematian. Sedangkan pada COVID-19 demam bisa tinggi tapi bisa disertai dengan batuk pilek dan bertambah sesak. Terutama masa kritisnya adalah pada akhir minggu pertama, di sinilah saturasi oksigen bisa menurun. \n\n \n\n COVID-19 dan demam berdarah dengue sama-sama berbahaya. Mengetahui perbedaannya akan membantu kita lebih cepat dalam mengambil tindakan sehingga penderitanya dapat segera diberi bantuan medis sebelum gejala semakin bertambah parah dan lebih cepat pulih. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 14 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
Apa itu Herd Immunity?<\/a><\/h3>
\n\n Herd berarti sekumpulan atau kelompok, dan immunity artinya imunitas atau kekebalan. Jadi dapat diartikan, herd immunity adalah kekebalan komunitas. Dalam satu komunitas, harus ada cukup banyak orang yang imun atau kebal terhadap suatu penyakit sehingga komunitas tersebut tidak lagi bisa diserang oleh suatu virus. \n\n \n\n Virus apapun butuh inang atau tempat tinggal untuk bertahan hidup. Manusia maupun hewan bisa menjadi inangnya. Termasuk SARS-COV-2 yang merupakan virus penyebab COVID-19. Jika virus ini tidak bisa memasuki tubuh manusia, maka ia lama-kelamaan akan mati karena tidak bisa bertahan lama berada di udara terbuka. \n\n \n\n Bagaimana caranya agar orang-orang bisa kebal terhadap virus ini? Ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu: \n\n \n\n - Vaksin \n\n Dengan vaksin, maka dapat terbentuk kekebalan terhadap penyakit tertentu di dalam tubuh orang yang telah divaksin. Pada penyakit campak, misalnya, sudah banyak orang yang menerima vaksin campak sehingga penyebaran penyakit ini sudah tidak sebanyak dulu. Ini bukti bahwa herd immunity terhadap campak, sudah terbentuk. \n\n \n\n - Dengan cara alami \n\n Selain dengan vaksin, agar seseorang bisa kebal terhadap suatu penyakit, maka orang tersebut perlu terinfeksi terlebih dahulu. Setelah infeksi sembuh, tubuh akan membentuk antibodi atau pertahanan yang mencegah virus tersebut kembali menginfeksi. Jika meniru cara alami ini, maka semakin banyak orang yang terinfeksi dan sembuh, maka semakin banyak juga orang yang kebal. Lama-kelamaan, herd immunity akan terbentuk. \n\n \n\n Lalu, ada penyakit-penyakit penyerta yang dapat memperparah infeksi korona. Penyakit tersebut antara lain: \n\n \n Penyakit jantung \n Diabetes \n Penyakit paru kronis \n Hipertensi \n Kanker \n Penyakit autoimun \n \n\n \n\n Cara yang bisa kita lakukan untuk meredakan pandemi adalah dengan memperlambat penyebaran virus ini dengan cara rutin menjaga kebersihan dan secara menjalani physical distancing atau jaga jarak fisik dengan orang lain saat berada di tempat ramai, sering mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer, menutup mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu, dan tetap berada di rumah jika tidak ada keperluan mendesak. \n\n \n\n Terkadang, tetap berada di rumah tentu membuat Sahabat Hermina merasa bosan. Berikut beberapa tips untuk menghilangkan rasa bosan selama masa pandemi ini: \n\n \n Jangan lupakan jadwal rutinitas normal \n Tetap mencari tahu informasi terbaru \n Jangan malas-malasan \n Tetap bersosialisasi \n Mencari sumber kenyamanan \n \n\n \n\n \n\n Nah, Sahabat Hermina, yuk tetap patuhi protokol kesehatan agar pandemi ini dapat segera berakhir dan aktivitas dapat berjalan kembali seperti biasa. Jangan lupa terapkan pola hidup sehat dan jangan takut untuk vaksin COVID-19. Salam sehat. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Sumber: \n\n American Heart Association: https://www.heart.org/en/news/2020/03/25/covid-19-science-understanding-the-basics-of-herd-immunity \n\n Science Media Centre: https://www.sciencemediacentre.org/expert-comments-about-herd-immunity/ \n\n Hopkins Medicine: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/coronavirus/coronavirus-social-distancing-and-self-quarantine \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 16 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Varian Baru Virus Corona B117<\/a><\/h3>
\n Virus dapat dengan mudah bermutasi dalam rangka beradaptasi. Mutasi virus terjadi bila ada perubahan urutan genetiknya. Ini menciptakan variasi dan mendorong evolusi virus, termasuk virus corona. \n\n Corona B117 adalah bentuk mutasi dari virus Covid-19. Total ada 23 jenis mutasi dari virus ini dan akan terus berkembang. Virus corona B117 pertama kali muncul di Inggris pada September 2020. \n\n Menurut WHO sudah ada 60 negara yang sudah terdampak wabah Corona B117, termasuk Indonesia. \n\n Virus corona B117 memiliki karakteristik yang lebih kuat dibanding dengan Covid-19. Kemampuan berkembang biaknya pun terbilang lebih cepat. hal ini dibuktikan dengan cepatnya virus ini menyebar. \n\n Apakah virus ini kebal terhadap vaksin? Hasil dari penelitian, varian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efikasi vaksin. Untuk itu, masyarakat tidak perlu khawatir secara berlebihan dengan varian baru tersebut. \n\n Varian baru tersebut telah menimbulkan sejumlah gejala baru kepada pasien-pasien yang terinfeksi. Dalam sebuah riset yang dilakukan di Inggris, seseorang yang terinfeksi Covid-19 akan mengalami gejala dalam waktu 2-14 hari. \n\n Berikut gejala terbaru COVID-19 dan ciri-ciri orang yang terpapar dan perlu diwaspadai dikutip dari Times of India: \n\n 1. Demam \n\n Menurut data terbaru ONS, terdapat sekitar 19 persen pasien COVID-19 yang melaporkan mengalami demam karena varian asli virus corona. Namun, terdapat 22 persen pasien yang dikaitkan dengan varian baru virus tersebut. \n\n 2. Batuk \n\n Sebanyak 35 persen pasien mengalami gejala batuk setelah terinfeksi varian baru COVID-19. Di sisi lain, pasien yang mengalami gejala batuk akibat varian virus asli hanya sebanyak 28 persen saja. \n\n 3. Sesak Napas \n\n Sesak napas merupakan gejala umum yang kerap dialami oleh pasien terinfeksi COVID-19. Gejala ini kerap dialami oleh orang-orang terinfeksi varian virus asli dan juga varian baru corona. \n\n 4. Nyeri Otot \n\n Sebanyak 21 persen pasien terinfeksi virus corona mengalami nyeri otot. Pada varian baru COVID-19, diketahui terdapat sebanyak 24 pasien yang juga mengalami hal yang sama. \n\n 5. Kehilangan Indra Penciuman dan Perasa \n\n Menurut data, terdapat sekitar 18-19 persen pasien yang terinfeksi strain asli corona yang mengeluhkan kehilangan indera penciuman dan perasa, sedangkan pada varian baru corona, sebanyak 15 persen pasien yang mengeluh mengalami hilangnya indra perasa. \n\n 6. Sakit Kepala \n\n Sakit kepala juga merupakan gejala lain yang turut dialami oleh pasien-pasien yang terlibat dalam penelitian tersebut. \n\n 7. Sakit Tenggorokan \n\n Pada pasien terinfeksi varian baru corona, terdapat sebanyak 22 persen pasien yang mengalami gejala sakit tenggorokan. Sementara itu, pasien terinfeksi strain asli corona yang mengalami sakit tenggorokan hanya sebanyak 19 persen. \n\n 8. Gejala gastrointesnial \n\n Studi yang dilakukan oleh ONS tersebut juga menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan persentase gejala gastrointesnial yang dialami pasien terinfeksi kedua kelompok varian corona tersebut. \n\n \n\n Sementara itu, menurut United Kingdom NHS dan Express, selain ke-8 gejala di atas, terdapat beberapa gejala lainnya dari varian baru corona ini, yakni diare, konjungtivitis (mata merah), ruam pada kulit, perubahan warna pada jari tangan serta kaki, kelelahan, pilek, dan muntah-muntah. \n\n \n\n Penerapan protokol kesehatan menjadi kunci penting pencegahan penyebaran COVID-19. Cara itu bisa dimulai dari kedisiplinan di dalam rumah, terutama jika salah satu anggota keluarga aktif beraktifitas di luar rumah. Kesadaran dan peran seluruh anggota keluarga untuk saling melindungi satu sama lain dengan menerapkan protokol pencegahan penyebaran COVID-19 sangatlah penting. \n\n \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bogor<\/a><\/li>
- 28 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Waspadai Penyakit yang Sering Terjadi pada Musim Hujan<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, memasuki musim penghujan seperti saat ini kita harus siaga akan terjadinya banjir. Beberapa kota besar turut terdampak banjir tahunan. Datangnya banjir berarti akan datang penyakit yang mengintai manusia. Waspada terhadap beberapa penyakit yang sering terjadi timbul di antaranya: \n\n 1. Penyakit Kulit \n\n Penyakit kulit sering terjadi karena kotornya air banjir yang membawa banyak bakteri. Gejala yang muncul yaitu bercak merah, bentol-bentol yang menumpuk dan sangat terasa gatal. Jika mengalami gejala seperti ini, harus secepatnya ditangani dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan jenis penyakit yang timbul jika tidak akan melebar ke bagian lain. \n\n 2. Diare \n\n Setelah banjir, lingkungan pasti tidak bersih, banyak lumpur dan air tergenang yang kotor. Jika bakteri dari tempat kotor tersebut masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan atau tangan yang kotor dapat menjadi penyebab diare. Gejala diare biasanya dari sakit perut dengan disertai Buang Air Besar (BAB) yang tidak terlalu encer. Kram perut disertai seringnya BAB dan keluarnya lendir dan darah juga merupakan gejala diare. Meskipun terdengar sepele, tetapi menurut WHO, hampir 2 juta anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia dapat meninggal akibat diare, dengan 8,5% adalah anak-anak dari Asia Tenggara, yang di dalamnya termasuk Indonesia. \n\n 3. Leptospirosis \n\n Apa itu Leptospirosis? Leptospirosis merupakan bawaan dari bakteri leptospira biasanya ditularkan melalui hewan. Bakteri ini masuk lewat kulit, yang lukanya terbakar ataupun memar. Penyakit ini juga bisa masuk melalui mata dengan kondisi jika air tersebut masuk ke mata apalgi jika air tersebut sangat kotor. \n\n Gejala yang timbul dari penyakit ini adalah nyeri otot, sakit kepala, demam dan paru-paru mengalami pendarahan jika tidak segera di tangani penyakit ini akan menyebabkan meningitis yaitu (radang selaput otak dan sumsum tulang belakang). Ginjal mengalami kerusakan, gangguan pernapasan hingga menyebabkan kematian. \n\n 4. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) \n\n Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau yang biasa disingkat ISPA adalah infeksi yang menyerang menyerang saluran pernapasan yaitu hidung, tenggorokan dan paru-paru. Jika diperhatikan gejalanya tidak berbeda dengan flu pada umumnya, yaitu batuk dan demam juga disertai sesak napas. Namun, hati-hati karena penyakit ini mudah menular yaitu melalui air liur, darah dan udara, jadi harus menjaga jarak terhadap penderita penyakit ini. \n\n 5. Malaria \n\n Karena menggenangnya air menjadi sarang nyamuk, maka penyakit malaria bisa terjangkit lebih cepat. Penyebab malaria adalah parasit yang berjenis plasmodium, Parasit ini masuk melalui aliran darah dari nyamuk anopheles betina. Gejala penyakit ini adalah demam tinggi disertai rasa lemas, penyakit ini harus segera diobati jika tidak akan berakibat fatal karena parasit masuk ke dalam tubuh penderita yang mengganggu pasokan darah ke organ vital. \n\n 6. Demam Thypoid (Tipes) \n\n Demam Thypoid adalah infeksi usus halus penyebabnya dari bakteri salmonella dalam kotoran hewan. Masuk melalui air dan makanan yang terkontaminasi dari lingkungan banjir yang kotor. Gejala penyakit ini yaitu sakit kepala, mual, demam, diare dan nafsu makan hilang. \n\n \n\n Demikianlah penyakit akibat banjir yang harus diwaspadai. Jika Sahabat Hermina merasakan gejala-gejala yang disebutkan di atas, segera hubungi kami, Rumah Sakit Hermina Bogor siap melayani Anda dan IGD kami buka 24 Jam (0251 - 8310124) kami akan segera melakukan penanganan terbaik untuk Anda. \n\n \n\n Sehat Bersama RS Hermina Bogor \n\n #TenangDiHermina \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bekasi<\/a><\/li>
- 20 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
HIV/AIDS: Cegah dan Jauhi Penyakitnya Bukan Penderitanya<\/a><\/h3>
AIDS merupakan penyakit mematikan yang dibawa oleh virus bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus). Memiliki kepanjangan Acquired Immunodeficiency Syndrome, kondisi ini terjadi apabila virus penyebabnya terus berkembang dan memasuki stadium akhir. AIDS menyumbang kerusakan lebih serius pada sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak ada satupun orang yang mampu bertahan melawannya. Ketika mendengar HIV/AIDS, banyak orang langsung berpikir untuk menjauhi orang yang terkena penyakit tersebut. \n\n \n\n Hal tersebut salah, karena yang seharusnya kita jauhi adalah penyakitnya bukan penderitanya. Gaya hidup yang tidak baik bisa yang menyebabkan orang terkena HIV/AIDS. Penyakit HIV/AIDS merupakan virus yang melemahkan sistem kekebalan atau perlindungan tubuh dan kumpulan beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. \n\n \n\n Penularan AIDS disebabkan oleh beragam hal, antara lain: \n\n 1. Berbagi alat suntik \n\n HIV dapat sangat mudah ditularkan lewat jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi \n\n 2. Berganti ganti pasangan \n\n Hindari seks dengan bergonta-ganti pasangan. Jadilah pribadi setia \n\n 3. Terkena cairan tubuh pengidap \n\n Cara ini tak berarti menjauhi pengidapnya. Namun, sebisa mungkin hindari kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang dapat menyebarkan HIV. Terutama jika Anda memiliki luka terbuka di bagian tubuh manapun. Cairan tubuh yang bisa membawa virus HIV meliputi ASI, cairan vagina, pelumas alami anus, air mani (cairan praejakulasi), cairan ketuban \n\n \n\n 4. Melakukan Seks Sesama Jenis \n\n \n\n Banyak orang berpikir penderita HIV/AIDS ini sengaja menularkan ke orang lain atau penyakit ini mudah menular sehingga orang cenderung menjauhi penderitanya dan merasa itu adalah keputusan yang benar. Padahal HIV itu tidak dapat ditularkan hanya dengan melakukan makan bersama, berenang, berjabat tangan, hidup serumah, bahkan berpelukan. \n\n \n\n Terapi antiretroviral (ARV) mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat. HIV adalah retrovirus, obat ini biasa disebut ARV. ARV tidak membunuh virus, tetapi memperlambat pertumbuhan virus. Adapun manfaat terapi ARV: \n\n \n Meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang harapan hidup ODHA \n Memulihkan dan memelihata fungsi kekebalan tubuh \n Mengurangi terjadinya infeksi oportunistik dan menghentikan progesifitas HIV \n Menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) infeksi HIV \n \n\n \n\n Prinsipnya pencegahannya HIV/AIDS antara lain: \n\n A: Abstinence (Pantang) \n\n B: Be Faithfull (Setia terhadap pasangannya) \n\n C: Condom (Menggunakan kondom saat berhubungan seksual) \n\n D: No Drugs (Tidak menggunakan obat-obatan terlarang) \n\n E: Education (Memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS) \n\n \n\n Jika Sahabat Hermina memiliki keluarga atau sahabat atau kerabat yang menderita HIV/AIDS, janganlah dijauhi. Sahabat Hermina bisa melakukan hal berikut: \n\n \n Perlakukan mereka secara wajar \n Jangan kucilkan ODHA dan keluarganya \n Bersikaplah objektif dan manusiawi \n Bantu menghilangkan beban penderitaannya \n Beri dukungan terhadap ODHA dan keluarganya \n Tetap menjaga kerahasiaan \n Beri informasi kepada ODHA kemana dia harus berkonsultasi atau berobat \n \n\n \n\n Yang terpenting, jaga selalu diri Anda dan keluarga dari bahaya HIV/AIDS dengan prinsip pencegahan yang telah dibagikan di atas. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 07 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Meningkatkan Sistem Kekebalan untuk Melawan Penyakit dan Virus COVID-19<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, menjaga kekebalan tubuh sangat penting untuk melawan penyakit di dalam tubuh, apalagi dalam kondisi pandemi COVID-19. Secara keseluruhan, sistem kekebalan tubuh Anda melakukan pekerjaan yang luar biasa membela Anda dari mikroorganisme penyebab penyakit. Namun, kadang-kadang gagal, sebuah kuman menyerang berhasil dan membuat Anda sakit. \n\n Apakah mungkin untuk campur tangan dalam proses ini dan membuat sistem kekebalan tubuh Anda lebih kuat? Bagaimana jika Anda memperbaiki pola makan? Mengonsumsi vitamin tertentu atau obat herbal? Membuat perubahan gaya hidup lainnya dengan harapan menghasilkan respon imun yang hampir sempurna? \n\n Ide untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh memang menarik, tetapi kemampuan untuk melakukannya telah terbukti sulit dipahami karena beberapa alasan. Sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem. Untuk berfungsi dengan baik, membutuhkan keseimbangan dan harmoni. Masih banyak yang peneliti tidak tahu tentang seluk-beluk dan keterkaitan respon imun. \n\n Peneliti mengeksplorasi efek dari diet, olahraga, usia, stres psikologis, dan faktor lainnya pada respon kekebalan tubuh, baik pada hewan dan manusia. Sementara itu, secara umum strategi hidup sehat adalah cara yang baik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh Anda. \n\n \n\n Mengadopsi Strategi Hidup Sehat \n\n Baris pertama pertahanan adalah memilih gaya hidup sehat. Mengikuti pedoman menjaga kesehatan yang baik adalah langkah terbaik yang dapat diambil untuk menjaga sistem kekebalan tubuh yang kuat dan sehat. Setiap bagian tubuh Anda, termasuk sistem kekebalan tubuh, akan berfungsi lebih baik ketika terlindung dari serangan lingkungan dan didukung oleh strategi hidup sehat seperti: \n\n \n Tidak merokok \n Konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, dan rendah lemak jenuh \n Berolahraga secara teratur \n Menjaga berat badan yang sehat \n Kontrol tekanan darah \n Kurangi atau minum sedikit saja alkohol \n Dapatkan tidur yang cukup \n \n\n \n\n Ikuti juga protokol kesehatan untuk menghindari penyebaran penyakit, seperti rajin mencuci tangan dengan sabun pada air bersih yang mengalir dan memasak daging secara menyeluruh sampai benar-benar matang. \n\n Sahabat Hermina juga bisa melakukan tes skrining medis yang rutin secara berkala sesuai kategori risiko yang dimiliki. Tidak perlu ragu untuk datang ke rumah sakit dan konsultasikan masalah kesehatan Anda. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Bitung<\/a><\/li>
- 12 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh <\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, dalam kondisi pandemi seperti saat ini, kita harus lebih meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Secara keseluruhan, sistem kekebalan tubuh melakukan pekerjaan yang luar biasa melindungi tubuh dari mikroorganisme penyebab penyakit. Namun, meskipun demikian, sistem kekebalan tubuh tidak selalu berhasil melindungi tubuh dari serangan penyakit. \n\n Ide untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh memang menarik, tetapi kemampuan untuk melakukannya telah terbukti sulit dipahami karena beberapa alasan. Sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem. Untuk berfungsi dengan baik, membutuhkan keseimbangan dan harmoni. Masih banyak yang peneliti tidak tahu tentang seluk-beluk dan keterkaitan respon imun. \n\n Peneliti mengeksplorasi efek dari diet, olahraga, usia, stres psikologis, dan faktor lainnya pada respon kekebalan tubuh, baik pada hewan dan manusia. Sementara itu, secara umum strategi hidup sehat adalah cara yang baik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. \n\n \n\n Mengadopsi Strategi Hidup Sehat \n\n Baris pertama pertahanan adalah memilih gaya hidup sehat. Mengikuti pedoman menjaga kesehatan yang baik adalah langkah terbaik yang dapat diambil untuk menjaga sistem kekebalan tubuh yang kuat dan sehat. Setiap bagian tubuh, termasuk sistem kekebalan tubuh, akan berfungsi lebih baik ketika terlindung dari serangan lingkungan dan didukung oleh strategi hidup sehat seperti: \n\n \n Tidak merokok \n Konsumsi diet tinggi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan makanan rendah lemak jenuh \n Berolahraga secara teratur \n Menjaga berat badan yang sehat \n Kontrol tekanan darah \n Kurangi, atau hentikan, asupan alkohol \n Dapatkan tidur yang cukup \n Mengambil langkah-langkah untuk menghindari infeksi, seperti sering mencuci tangan dan memasak daging secara menyeluruh \n Lakukan tes skrining medis yang teratur sesuai kategori risiko yang dimiliki \n Menjadi Skeptis \n \n\n \n\n Banyak produk di rak-rak toko mengklaim dapat meningkatkan atau mendukung sistem kekebalan tubuh. Konsep meningkatkan kekebalan tubuh sebenarnya masuk akal secara ilmiah. Namun, faktanya, meningkatkan jumlah sel-sel imun dalam tubuh tidak selalu baik. Misalnya, atlet yang terlibat dalam "doping darah" (memompa darah ke dalam sistem mereka untuk meningkatkan jumlah sel-sel darah dan meningkatkan kinerja sel-sel darah) dapat meningkatkan risiko terkena stroke. \n\n Mencoba untuk meningkatkan sel-sel sistem kekebalan tubuh sangat rumit, karena ada begitu banyak jenis sel dalam sistem kekebalan tubuh yang akan berespon terhadap begitu banyak mikroba yang berbeda-beda jenis dengan cara yang berbeda-beda. Sel apa yang harus ditingkatkan, dan ke jumlah berapa? Sejauh ini, para ilmuwan tidak tahu jawabannya. \n\n Apa yang diketahui adalah bahwa tubuh terus menghasilkan sel-sel kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh menghasilkan jumlah sel limfosit (salah satu jenis sel antibodi) dari yang mungkin dapat digunakan. Sel-sel ekstra tersebut menghilangkan diri mereka sendiri melalui proses alami kematian sel yang disebut apoptosis. Beberapa sel limfosit ini hilang sebelum melakukan kerja apapun, dan beberapa sel limfosit hilang setelah memenangi pertempuran melawan kuman. Tidak ada yang tahu berapa banyak sel atau apa campuran terbaik dari sel sistem kekebalan tubuh yang dibutuhkan untuk berfungsi pada tingkat optimal. \n\n \n\n Usia dan Kekebalan Tubuh \n\n Proses penuaan entah bagaimana mengarah pada penurunan kemampuan respon imun, yang pada gilirannya memberikan kontribusi untuk infeksi yang lebih, lebih banyak penyakit inflamasi, dan kanker. Untungnya saat ini, penelitian proses penuaan dapat bermanfaat bagi kita semua, tidak peduli berapa usia kita. \n\n Kesimpulan dari banyak penelitian adalah, jika dibandingkan dengan orang yang lebih muda, orang tua lebih mungkin untuk kontak dengan penyakit menular dan, yang lebih penting, dan mempunyai kemungkinan meninggal lebih besar dari kontak dengan penyakit menular. Tidak ada yang tahu pasti mengapa hal ini terjadi, tapi beberapa ilmuwan mengamati bahwa peningkatan risiko ini berkorelasi dengan penurunan sel T (salah jatu jenis sel antibodi). \n\n Tampaknya ada hubungan antara gizi dan kekebalan tubuh pada orang tua. Suatu bentuk gizi buruk yang mengejutkan bahkan umum di negara-negara makmur dikenal sebagai "kekurangan gizi mikronutrien." \n\n Mikronutrien gizi buruk, yaitu ketika seseorang kekurangan beberapa vitamin dan mineral yang diperoleh dari makanan yang dimakan, dapat menjadi penyakit umum pada orang tua. Orang tua cenderung makan lebih sedikit dan sering kurang variasi dalam diet makanan mereka. \n\n Satu pertanyaan penting adalah apakah suplemen makanan dapat membantu orang tua menjaga sistem kekebalan tubuh lebih sehat. Orang tua harus mendiskusikan pertanyaan ini dengan dokter yang berpengalaman di bidang nutrisi geriatri, karena ada beberapa suplemen makanan mungkin bermanfaat bagi orang-orang yang lebih tua. Namun, ada juga perubahan kecil (dari penambahan suplemen makanan) dapat berakibat serius pada orang tua yang laindalm kelompok usia yang sama. \n\n \n\n Bagaimana dengan diet (pola makan)? \n\n Seperti kekuatan tempur, pasukan sistem kekebalan tubuh bermukim di perut. Sistem kekebalan tubuh yang sehat membutuhkan makanan sehari-hari yang sehat. Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa orang-orang yang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan gizi lebih rentan terhadap penyakit menular. Apakah tingkat keburukan penyakit ini disebabkan oleh efek gizi buruk pada sistem kekebalan tubuh, masih belum dapat dipastikan. \n\n Ada beberapa bukti ilmiah bahwa berbagai kekurangan mikronutrien, misalnya, kekurangan zinc, selenium, zat besi, tembaga, asam folat, dan vitamin A, B6, C, dan E, mengubah respon imun pada hewan. Saat ini, para peneliti sedang menyelidiki potensi meningkatkan kekebalan tubuh dari sejumlah nutrisi yang berbeda. \n\n \n\n Herbal dan suplemen lainnya \n\n Beragam obat herbal mengklaim "mendukung kekebalan" atau meningkatkan kesehatan sistem kekebalan tubuh. Meskipun beberapa persiapan telah ditemukan untuk mengubah beberapa komponen dari fungsi kekebalan tubuh, sejauh ini belum ada bukti bahwa mereka benar-benar meningkatkan kekebalan ke titik di mana tubuh lebih terlindungi terhadap infeksi dan penyakit. \n\n Menunjukkan apakah ramuan - atau zat apapun, dalam hal ini - dapat meningkatkan imunitas atau tidak adalah masalah yang sangat rumit. Para ilmuwan tidak tahu, misalnya, apakah ramuan yang tampaknya meningkatkan kadar antibodi dalam darah benar-benar melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk kekebalan tubuh secara keseluruhan. \n\n \n\n Olahraga: Baik atau buruk untuk kekebalan tubuh? \n\n Olahraga teratur adalah salah satu pilar hidup sehat. Hal ini meningkatkan kesehatan jantung, menurunkan tekanan darah, membantu mengontrol berat badan, dan melindungi terhadap berbagai penyakit. Namun, apakah itu semua membantu menjaga sistem kekebalan tubuh yang sehat? Sama seperti diet sehat, olahraga dapat memberikan kontribusi untuk kesehatan umum yang baik dan oleh karena itu untuk sistem kekebalan tubuh yang sehat. Hal ini dapat berkontribusi lebih langsung dengan meningkatkan sirkulasi yang baik, yang memungkinkan sel-sel dan zat dari sistem kekebalan tubuh untuk bergerak melalui tubuh bebas dan melakukan pekerjaan mereka secara efisien. \n\n \n\n Menjaga kekebalan tubuh sangatlah penting, apalagi di masa pandemi seperti saat ini. Melaksanakan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi dan melakukan olahraga teratur bisa membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh sehingga tidak mudah tertular penyakit. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 12 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 07 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 14 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 20 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 16 Desember 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Agustus 2022<\/li><\/ul><\/div>