- Hermina Grand Wisata<\/a><\/li>
- 03 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Bagaimana Sih Prosedur Penggunaan EEG Untuk Mengetahui Aktifitas Listrik Pada Otak?<\/a><\/h3>
Kejang adalah gangguan listrik yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terkendali di otak. Ini dapat menyebabkan perubahan dalam perilaku, gerakan atau perasaan, dan tingkat kesadaran. Kejang yang tidak disebabkan oleh demam terjadi pada 1 dari setiap 250 anak. Jika terjadi berulang, anak dikatakan menderita epilepsi. \n\n Selama kejang (convulsion), seorang anak mungkin tidak sadarkan diri dan terjatuh, mata mungkin berguling ke belakang, tubuh menjadi kaku, serta lengan dan kaki bisa tersentak. Kebanyakan kejang berlangsung kurang dari 5 menit. \n\n Kejang \n\n Kejang adalah kondisi adanya gangguan aktivitas listrik di otak secara spontan baik itu Sebagian atau diseluruh area otak. Kejang dapat ditandai dengan gerakan tubuh yang tidak terkendali, gerakan mata mendelik, tatapan mata yang kosong, serta dapat disertai dengan penurunan kesadaran. Durasi kejang juga dapat berlangsung singkat dalam hitungan detik atau menit, atau bisa berlangsung lama serta berulang kali. Apabila muncul kejang, maka perlu segera diobati dan dicari tahu apakah penyebab dari kejang tersebut. \n\n Kejang pada anak \n\n Anak-anak dapat mengalami kejang. Kejang pada anak dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti kejang demam, epilepsi, meningitis, ensefalitis, cedera atau trauma kepala, kelainan bawaan lahir pada otak, atau tumor otak. \n\n Epilepsi. \n\n Jumlah kasus epilepsi pada anak dan usia dewasa muda relatif tinggi terutama di negara-negara berkembang salah satunya Indonesia. Epilepsi disebabkan oleh gangguan fungsi saraf diotak yang menyebabkan suatu kondisi “hipereksitabilitas”, yaitu suatu kondisi dimana saraf kekurangan faktor penghambatnya sehingga saraf terus-menerus menerima impuls/rangsangan yang muncul sebagai manifestasi kejang. \n\n Epilepsi dapat disebabkan oleh abnormalitas structural otak,genetic, infeksi, gangguan metabolic, penyakit autoimun, atau bahkan tidak dapat diketahui penyebabnya. Faktor resiko epilepsy banyak dikaitkan dengan proses perkembangan janin dalam kehamilan serta masalah saat persalinan dan setelah dilahirkan, beberapa diantaranya seperti riwayat sakit berat pada kehamilan, cedera otak, kejang demam, riwayat epilepsy pada keluarga, nilai apgar yang rendah saat lahir, stress, gangguan elektrolit, efek toksik akut, sepsis, infeksi system saraf pusat, atau autoimun \n\n Kejang demam berulang pada anak menjadi salah satu factor resiko terjadinya epilepsi pada anak. Sebanyak 3 % anak dengan kejang demam akan berkembang menjadi epilepsy dikemudian hari. Resiko epilepsy pada kejang demam kompleks 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kejang demam sederhana. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk segera membawa anaknya ke dokter apabila muncul kejang untuk mendapatkan penanganan serta tatalaksana yang sesuai. \n\n Gejala epilepsi dapat muncul dalam beberapa bentuk kejang seperti gerakan tubuh menyentak pada Sebagian atau seluruh tubuh, mata mendelik, tatapan kosong ke satu arah, mata berkedip cepat, atau kaku pada otot. Kejang juga dapat disertai dengan penurunan kesadaran, mulut berbusa, napas berhenti sementara, atau linglung. Durasi saat kejang juga dapat terjadi dalam hitungan detik maupun menit serta dapat terjadi lebih dari satu episode kejang. Untuk mengetahui apakah pasien mengalami epilepsy atau bukan maka perlu diperiksa ke dokter untuk melalui beberapa tahap diagnostic mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, sampai dengan peemeriksaan penunjang. \n\n Sampai saat ini, EEG masih menjadi salah satu pemeriksaan penunjang dan merupakan gold standard untuk menegakkan diagnose epilepsy. \n\n EEG \n\n Electroencephalography atau EEG merupakan tes merekam aktivitas listrik dalam otak. Biasanya dokter menganjurkan pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit di dalam otak salah satunya epilepsy. EEG mampu mendeteksi gelombang elektrik yang dihasilkan oleh aktivitas otak, yang kemudian muncul sebagai grafik pada layar komputer atau berupa rekaman yang dapat dicetak pada kertas. Sel otak selalu aktif meskipun saat seseorang tidur, selain itu sel otak melakukan komunikasi melalui impuls elektrik. \n\n Prosedur \n\n Sebelum EEG, perawat dan dokter biasanya akan menginformasikan berbagai macam hal-hal medis, seperti alergi, obat-obatan yang dikonsumsi, dan lain sebagainya. Termasuk persiapan apa saja yang perlu dilakukan sebelum EEG: \n\n \n \n Mencuci rambut pada malam hari sebelum hari pemeriksaan, sebaiknya tidak menggunakan kondisioner \n \n \n Tidak menggunakan spray atau gel rambut di hari pemeriksaan \n \n \n Tidak mengonsumsi obat-obatan jenis psikotropika, seperti chlorpromazine dan haloperidol, \n \n \n Tidak mengonsumsi kafein dalam 24 jam sebelum pelaksanaan EEG \n \n \n Sebaiknya, pasien tidur lebih sedikit dari biasanya pada malam sebelum pemeriksaan. \n \n \n Sebaiknya pasien tidak berpuasa sebelum melakukan pemeriksaan agar menghindari rendahnya kadar gula darah agar tidak memengaruhi hasil tes EEG \n \n \n\n Prosedur pada saat EEG yaitu: \n\n \n \n Posisi pasien yang disarankan adalah yang posisi yang rileks dan nyaman, seperti berbaring atau duduk bersandar pada tempat yang tersedia. Pasien harus merasa rileks untuk menghindari gangguan, diantaranya kontraksi otot kulit kepala maupun otot leher dapat menyebabkan artefak pada hasil pemeriksaan \n \n \n Pemasangan alat EEG berupa elektroda berujamlah 20-25 elektroda yang sudah terhubung dengan mesin pada kulit kepala atau topi yang dipasangkan dikepala pasien. \n \n \n Pada anak-anak dapat diberikan obat untuk memberikan efek sedasi pada anak, sehingga selama pemeriksaan pasien dapat tertidur dan kooperatif. \n \n \n Pemeriksaan akan berlangsung kurang lebih selama 20 sampai 40 menit. \n \n \n Saat pemeriksaan dimulai, pasien diminta untuk rileks dan menutup matanya. Di waktu tertentu, teknisi akan meminta pasien untuk menarik napas dalam-dalam, melihat lampu berkedip, membuka dan menutup mata, dan lain sebagainya. Hal tersebut bertujuan untuk melihat respon otak ketika tubuh melakukan aktivitas. \n \n \n Setelah selesai, teknisi akan melepaskan elektroda yang menempel pada kulit kepala pasien. \n \n \n Hasil dari pemeriksaan EEG nantinya akan diperiksa oleh dokter untuk menindaklanjuti kondisi pasien. \n \n \n\n Efek Samping Electroencephalogram \n\n Hampir tidak ada komplikasi yang disebabkan oleh pemeriksaan ini, karena EEG merupakan pemeriksaan penunjang non invasive yang relatif aman untuk pasien.Namun, elektroda yang ditempelkan pada kulit kepala terkadang dapat menimbulkan iritasi ringan, seperti terasa gatal atau muncul ruam merah di bagian tersebut. \n\n Electroencephalogram mungkin dapat memicu kejang bagi pasien epilepsi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kedipan lampu saat prosedur EEG berlangsung. Dan ini bisa dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi kondisi otak pada pasien dengan keluhan epilepsi. Maka dari itu, pasien sebaiknya menginformasikan kondisi tubuhnya secara menyeluruh kepada dokter sebelum akan melakukan prosedur electroencephalogram. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Grand Wisata<\/a><\/li>
- 21 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
Kondisi yang Bisa Sebabkan Benjolan di Leher<\/a><\/h3>
Benjolan di leher bisa besar dan terlihat, tetapi benjolan juga bisa berbentuk sangat kecil. Sebagian besar benjolan leher sebenarnya tidak berbahaya. Sebagian besar juga jinak, atau non-kanker. Namun, benjolan leher juga bisa menjadi tanda kondisi serius, seperti infeksi atau pertumbuhan kanker. \n\n Benjolan bisa mengkhawatirkan, terutama jika tidak terlihat. Namun, banyak kondisi berbeda yang dapat menyebabkan benjolan bengkak di bagian belakang leher, termasuk penyebab jinak, seperti jerawat dan iritasi. Satu penyebab terkadang mengarah ke penyebab lainnya. Misalnya, bisul di bagian belakang leher bisa menyebabkan kelenjar getah bening membengkak. \n\n Penyebab Benjolan di Leher \n\n Kelenjar getah bening adalah sistem drainase tubuh yang membantu sistem kekebalan menyingkirkan bakteri, virus, dan sel-sel mati. Kelenjar getah bening terkadang membengkak, terutama jika tubuh sedang melawan infeksi. \n\n Beberapa kelenjar getah bening berada di sepanjang bagian belakang leher di kedua sisi tulang belakang. Ada juga kelenjar getah bening di belakang setiap telinga. Benjolan lunak seukuran kelereng dan bergerak sedikit saat seseorang menyentuhnya mungkin merupakan pembengkakan kelenjar getah bening. \n\n Terkadang, kelenjar getah bening membengkak saat ada infeksi di dekatnya. Oleh karena itu, pembengkakan kelenjar getah bening di leher mungkin merupakan tanda infeksi telinga atau kista yang terinfeksi. \n\n Kelenjar getah bening juga bisa membengkak tanpa alasan yang jelas. Selama pembengkakan hilang, tidak ada alasan untuk khawatir. Meski jarang terjadi, pembengkakan kelenjar getah bening terkadang bisa menandakan masalah yang lebih serius, seperti kanker. \n\n Orang harus memeriksakan diri ke dokter jika pembengkakan tidak hilang setelah beberapa minggu. Berikut ini adalah penyebab benjolan di leher: \n\n 1. Infeksi Mononucleosis \n\n Mononukleosis menular biasanya disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV). Gejala berupa demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, sakit kepala, kelelahan, keringat malam, dan nyeri tubuh. Gejala bisa berlangsung hingga 2 bulan. \n\n 2. Nodul Tiroid \n\n Nodul tiroid adalah benjolan padat atau berisi cairan yang berkembang di kelenjar tiroid. Nodul tiroid biasanya tidak berbahaya, tetapi bisa jadi merupakan tanda penyakit seperti kanker atau disfungsi autoimun \n\n Kelenjar tiroid yang bengkak diiringi batuk, suara serak, nyeri di tenggorokan atau leher, kesulitan menelan atau bernapas adalah gejala yang mungkin terjadi. Gejala tersebut dapat mengindikasikan tiroid yang terlalu aktif (hipertiroid) atau tiroid yang kurang aktif (hipotiroid). \n\n 3. Kista Celah Brankial \n\n Kista celah brankial adalah jenis cacat lahir di mana benjolan berkembang di salah satu atau kedua sisi leher anak atau di bawah tulang selangka. Ini terjadi selama perkembangan embrio ketika jaringan di leher dan tulang selangka, atau celah cabang, tidak berkembang secara normal. \n\n Dalam kebanyakan kasus, kista ini tidak berbahaya, tetapi dapat menyebabkan iritasi atau infeksi kulit, dan dalam kasus yang jarang terjadi bisa menyebabkan kanker. Tanda-tandanya termasuk lesung pipit, benjolan, atau tanda kulit di leher anak, bahu bagian atas, atau sedikit di bawah tulang selangkanya. Tanda-tanda lain termasuk cairan mengalir dari leher anak, dan pembengkakan atau nyeri tekan yang biasanya terjadi dengan infeksi saluran pernapasan atas. \n\n Ini adalah sebagian dari kondisi yang bisa disebabkan benjolan di leher. Informasi selengkapnya mengenai isu kesehatan apapun bisa ditanyakan langsung ke dokter di Halo Hermina. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik. Caranya mudah, cukup download aplikasi Halo Hermina lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat. \n\n Referensi: \n\n Healthline. Diakses pada 2020. What’s Causing This Lump on My Neck? \n\n Medical News Today. Diakses pada 2020. Cause of a lump on the back of the neck \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 27 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
Influenza Like Illness<\/a><\/h3>
Influenza-Like Illness (ILI) secara klinis didefinisikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) oleh virus dengan gejala utama batuk kering, demam (sekitar 38,5°C), rasa lelah berlebihan dan mungkin pula disertai gejala lainnya, seperti nyeri otot (myalgia), meriang, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan. \n\n \n\n Manifestasi influenza sering kali tidak spesifik dan berupa kumpulan gejala yang dikenal sebagai ILI. Penelitian terbaru di negara Asia Tenggara menunjukkan influenza musiman menyebabkan penyakit yang berat dan memiliki beban penyakit atau bahkan lebih besar disbanding dengan negara dengan temperatur yang hangat atau lebih dingin. Kondisi ini secara umum diperparah dengan penyakit lainnya yang membuat pasien lebih rentan mengalami infeksi saluran napas yang berat. Kasus ILI baru yang lebih umum untuk anak pada segala usia. ILI didefinisikan sebagai kelainan respirasi akut dengan suhu tubuh lebih dari 38,5°C dan batuk dengan onset gejala dalam 10 hari terakhir. \n\n \n\n \n\n ETIOLOGI \n\n \n\n ILI disebabkan oleh infeksi virus influenza yang merupakan bagian dari family Orthomyxoviridae. Virus influenza terbagi dalam tiga tipe: A, B, dan C. Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dan penanganan yang berbeda pula. Untuk mengetahui tingkat bahaya dan cara penanganan yang tepat, Anda terlebih dahulu perlu mengenal lebih lanjut jenis-jenis dari virus influenza. Berikut ini penjelasan singkat dari setiap tipe virus influenza. \n\n \n\n - Tipe A \n\n Influenza tipe A merupakan virus yang mampu menyerang hewan. Akan tetapi, sering kali virus influenza tipe ini juga menyerang manusia dan bisa menyebabkan kerusakan serius pada sistem pernapasan. Hewan jenis unggas merupakan penyebar utama virus ini pada hewan lain maupun manusia. Influenza tipe A merupakan virus influenza yang sering kali menjadi wabah di negara-negara tropis karena mampu tersebar tidak hanya melalui hewan unggas, tetapi juga melalui kontak antar manusia. \n\n \n\n - Tipe B \n\n Virus influenza tipe B merupakan virus yang hanya ditemui pada manusia. Tipe B memiliki tingkat bahaya yang lebih rendah dibandingkan dengan A, akan tetapi masih memiliki kemungkinan untuk berkembang menjadi virus mematikan. Influenza tipe ini digolongkan tidak memiliki potensi untuk menjadi wabah. \n\n \n\n - Tipe C \n\n Virus influenza tipe C merupakan jenis yang paling ringan jika dibandingkan dengan tipe lainnya. Virus ini hanya menyerang manusia dan tidak dapat menimbulkan kerusakan serius pada sistem pernapasan. Sama halnya dengan tipe B, virus ini juga tidak menyebabkan wabah. \n\n \n\n Virus ini biasanya menyerang tubuh melalui membran dalam hidung, mata, atau mulut. Setiap kali Anda menyentuh bagian-bagian ini dengan tangan Anda, maka Anda memiliki risiko untuk terjangkit virus influenza. Cegah hal ini dengan kebiasaan selalu mencuci tangan. Mencuci tangan dapat membunuh bakteri dan kuman, serta melenyapkan virus yang menempel. Tanamkan kebiasaan mencuci tangan ini sejak dini agar tubuh selalu terjaga dari penyakit. \n\n \n\n \n\n EPIDEMIOLOGI \n\n \n\n Di negara tropis seperti Indonesia, kejadian inflluenza dapat berlangsung sepanjang tahun, insidensi influenza tertinggi di Indonesia pada usia 0–4 tahun (82–114 per 100.000 populasi) diikuti anak usia 5–14 tahun (22–36 per 100.000 populasi). \n\n \n\n \n\n MANIFESTASI KLINIS \n\n \n\n Sesuai dengan definisi kasus ILI, manifestasi klinis ILI merupakan tanda dan gejala yang cenderung tidak terlalu spesifik berupa demam, gejala infeksi saluran napas (batuk, pilek, nyeri menelan, suara serak, bersin-bersin, sampai gangguan napas), serta gejala umum lainnya seperti nyeri kepala, nyeri badan, nyeri sendi, serta lemah badan. \n\n \n\n Pada anak usia <5 tahun, gejala gastrointestinal seperti nyeri perut, diare, atau konstipasi mungkin muncul. Keluhan demam tidak prominen pada pasien muda (usia <5 tahun) dan lansia \n\n \n\n \n\n PENEGAKAN DIAGNOSIS \n\n \n\n Pemeriksaan laboratorium darah yang lebih sederhana, darah rutin dan hitung jenis dapat membantu diagnosis influenza. Pasien dengan influenza umumnya menunjukkan gambaran leukopenia ringan dari pemeriksaan darah rutin dan limfopenia relatif (<21%) dari pemeriksaan hitung jenis. \n\n \n\n \n\n TATA LAKSANA \n\n \n\n - Terapi Antiviral \n\n Antiviral merupakan terapi ILI yang sebaiknya diberikan. Antiviral akan berguna jika diberikan dalam 48 jam pertama sejak gejala ILI muncul karena manfaatnya tidak maksimal jika diberikan pada pasien yang telah mengalami ILI lebih dari 48 jam. Pemberian terapi antiviral dilakukan selama maksimal 5 hari. \n\n \n\n Obat antiviral yang dapat menjadi pilihan adalah golongan neuraminidase inhibitor, oseltamivir, dan zanamivir. \n\n \n\n - Terapi Simtomatik/Suportif \n\n Terapi simtomatik diberikan pada pasien ILI untuk membantu mengurangi gejala yang ada. \n\n \n\n - Terapi Antipiretik \n\n Terapi ini dapat menjadi pilihan antara lain: (1) ibuprofen 10 mg/kgBB/dosis pemberian setiap 6–8 jam dan (2) asetaminofen 10–15 mg/kgBB/dosis setiap 4–6 jam. \n\n \n\n - Terapi Batuk \n\n Keluhan batuk juga sering kali menjadi perhatian orangtua mengingat keluhan ini sering kali mengganggu waktu tidur anak dan orangtua. belum ada penelitian yang membuktikan efektivitas dan keamanan obat tersebut pada anak usia <6 tahun. \n\n \n\n \n\n PENCEGAHAN \n\n \n\n Untuk pencegahan, Sahabat Hermina dapat melakukan vaksinasi Influenza, menjaga kebersihan saluran pernapasan dan Etika Batuk, serta menjaga kebersihan tangan. \n\n \n\n Segera konsultasikan kesehatan Anda kepada dr.Riyadi, Sp.A(K) yang merupakan Dokter Spesialis Anak Sub Spesialis Infeksi dan Penyakit Tropis di RS Hermina Pasteur jika Si Kecil memiliki gejala ILI sebelum kondisinya semakin parah. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 15 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Waspadai Infeksi Saluran Kemih pada Wanita<\/a><\/h3>
Apakah Sahabat Hermina sering menahan buang air kecil? Jika demikian, sebaiknya Anda mulai menghentikan kebiasaan tersebut. Pasalnya, menahan buang air kecil berisiko menyebabkan infeksi saluran kemih. \n\n \n\n Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu kondisi organ dalam sistem saluran kemih termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra terinfeksi. Biasanya, infeksi terjadi di kandung kemih dan uretra. Berawal dari ginjal, zat sisa di dalam darah disaring dan dikeluarkan dalam bentuk urin. \n\n \n\n Fakta membuktikan bahwa dibandingkan dengan pria, wanita memiliki risiko ISK yang lebih besar. \n\n \n\n Mengapa wanita lebih rentan terhadap ISK? \n\n \n\n Mengutip dari artikel Organisasi Kesehatan Ginjal Australia, uretra wanita lebih pendek daripada pria dan berbentuk lurus. Uretra yang lebih pendek dan lurus ini memudahkan bakteri masuk ke kandung kemih. Selain itu, penyebab infeksi saluran kemih wanita lebih beragam. \n\n \n\n Dilansir dari Mayo Clinic, infeksi saluran kemih yang dialami wanita biasanya berkaitan dengan perubahan kadar hormon. Beberapa wanita berpeluang mengalami infeksi pada waktu-waktu tertentu dalam siklus menstruasi (misalnya, sebelum menstruasi). \n\n \n\n Selama kehamilan, sistem drainase dari ginjal ke kandung kemih melebar, sehingga urin tidak mengalir dengan cepat. Kondisi ini membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi, dan terkadang bakteri bahkan bisa berpindah dari kandung kemih ke ginjal. Akibatnya, ISK juga dapat menyebabkan infeksi ginjal. \n\n \n\n Pada wanita lanjut usia, jaringan uretra dan kandung kemih menjadi tipis dan kering akibat menopause atau histerektomi. Kondisi ini dapat menempatkan wanita pada risiko terbesar terkena infeksi saluran kemih. \n\n \n\n Infeksi saluran kemih tidak selalu menimbulkan tanda dan gejala. Bila hal ini terjadi, biasanya gejala yang muncul adalah: \n\n • Selalu merasa ingin buang air kecil \n\n • Sensasi terbakar saat buang air kecil \n\n • Sering buang air kecil \n\n • Urine tampak keruh \n\n • Urine berwarna merah dengan noda darah pada urin \n\n • Bau urin yang menyengat \n\n • Nyeri panggul, terutama di sekitar bagian tengah panggul dan area tulang kemaluan. \n\n \n\n Bagaimana mencegah infeksi saluran kemih wanita? Infeksi saluran kemih bisa dicegah dengan beberapa cara, di antaranya: \n\n • Perbanyak konsumsi air putih \n\n • Hindari minuman seperti alkohol dan kafein yang dapat mengiritasi kandung kemih \n\n • Buang air kecil segera setelah melakukan hubungan seksual \n\n • Setelah buang air kecil dan buang air besar, bersihkan dari depan (uretra) ke belakang (anus) \n\n • Menjaga kebersihan alat kelamin \n\n • Mengganti pembalut secara teratur selama menstruasi \n\n • Hindari menggunakan diafragma atau spermisida untuk kontrasepsi \n\n • Hindari penggunaan produk parfum di area genital \n\n • Kenakan celana dalam katun dan pakaian longgar untuk menjaga area di sekitar uretra tetap kering dan tidak basah. \n\n \n\n \n\n Apabila sudah mengalami gejala terjadinya ISK penggunaan antibiotik adalah pengobatan utama atau terpenting untuk infeksi saluran kemih. Obat apa yang diresepkan dan berapa lama Anda akan meminumnya tergantung pada kesehatan Anda dan jenis bakteri yang menginfeksi. Namun, jika Sahabat Hermina masih ragu dengan gejala gejala yang dialami, ada baiknya datang kerumah sakit untuk pengecekan lebih pasti oleh dokter. \n\n \n\n Hal yang juga harus Anda ingat adalah berusaha untuk tidak menahan buang air kecil. Bagaimanapun, yang terbaik adalah buang air kecil dulu. Tetap jaga kesehatan ya, Sahabat Hermina. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 01 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Penanganan Diare pada Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, tahukah bahwa diare adalah perubahan konsistensi dan frekuensi dari buang air besar (BAB)? Secara terminology, pada anak menjelang remaja dan dewasa, dikatakan diare jika BAB lebih dari 3 kali atau konsistensi tinja lunak. Namun, berbeda pada bayi, terutama dalam 6 bulan awal kehidupan, frekuensi normal BAB dapat mencapai 6-8 kali per hari dengan konsistensi lunak seperti pasta. Bayi tersebut dikatakan diare jika BAB terlihat lebih sering dan lebih encer daripada kondisi biasanya. \n\n \n\n Diare dapat disebabkan oleh dua hal, infeksi dan noninfeksi. Penyebab tersering diare pada anak adalah infeksi virus (misalnya rotavirus) pada 60-70% kasus. Diikuti oleh infeksi bakteri dan parasit. Penyebab noninfeksi misalnya alergi makanan, keracunan, atau efek samping obat-obatan. \n\n \n\n Diare masih merupakan salah satu penyebab kematian utama pada balita di Indonesia. Penyebab utamanya adalah penangan diare yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. \n\n \n\n Penanganan utama pada anak diare adalah memastikan kecukupan asupan cairan anak untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan gangguan elektrolit. Cairan yang paling ideal adalah cairan rehidrasi oral (CRO) atau oralit yang mengandung air, gula dan elektrolit. Berikan cairan tersebut sebanyak 10 ml/kg BB setiap kali diare. Pemberian dilakukan secara perlahan selama 30-60 menit. Jika bayi masih mendapatkan ASI, ASI diteruskan dengan frekuensi yang lebih sering. Anak yang sudah makan, diberikan makanan seperti biasa dengan tetap memperhatikan sanitasi dan kebersihan penyajian makanan. \n\n \n\n Orangtua perlu mengetahui tanda bahaya diare pada anak, yaitu dehidrasi. Anak dikatakan dehidrasi ringan-sedang jika anak tampak lebih lemas daripada biasanya, mata kelihatan lebih cowong, kulit terlihat kering dan frekuensi buang air kecil (BAK) lebih jarang dan air seni tampak lebih kuning pekat. Pada dehidrasi ringan-sedang anak masih mau diberikan minum dan tampak kehausan. \n\n \n\n Apabila anak sudah tidak mau minum sama sekali, maka harus curiga bahwa anak sudah jatuh ke dehidrasi berat. Tanda lain dehidrasi berat adalah sangat lemas hingga penurunan kesadaran, kejang, sesak napas, mata sangat cowong, bibir dan lidah sangat kering, elastisitas kulit sudah sangat berkurang dan tidak buang air kecil sama sekali. Segera bawa anak ke dokter jika didapatkan tanda bahaya tersebut. \n\n \n\n Antibiotik tidak rutin diberikan pada anak diare karena penyebab tersering adalah infeksi virus yang sifatnya akan sembuh sendiri. Pemberian antibiotik harus berdasarkan pertimbangan dokter dari pemeriksaan yang dilakukan pada anak. Obat stop diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang mengalami diare. \n\n \n\n Tablet zinc perlu diberikan pada anak diare karena akan menurunkan tingkat keparahan diare, mempercepat penyembuhan dan mengurangi risiko berulangnya diare pada masa yang akan datang. Pada anak berusia kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg, dan jika anak lebih dari 6 bulan 20 mg selama 10 hari. \n\n \n\n Oleh karena penyebab tersering diare adalah infeksi, maka kondisi yang dapat memicu terjadinya diare adalah higienitas dan sanitasi yang buruk. Menjaga kebersihan lingkungan, kebersihan diri, sanitasi makanan dan penyediaan air bersih merupakan cara untuk mencegah terjadinya diare. \n\n \n\n Pastikan anak memakan makanan yang dibersihkan dengan air bersih, dimasak dengan benar-benar matang dan disajikan dengan alat makan yang bersih. Selain itu, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan hingga 2 tahun bersama MPASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Memberikan vaksin rotavirus juga dapat mengurangi risiko terjadinya diare berat pada bayi dan anak. \n\n \n\n Apabila diare berlanjut dan tidak mengalami perbaikan atau terdapat tanda bahaya pada anak, segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. \n\n \n\n Nah Sahabat Hermina, untuk penanganan diare pada anak, yuk pastikan anak mendapatkan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Akan lebih baik jika diare dicegah dengan membiasakan hidup sehat dengan menjaga kebersihan diri serta lingkungan, menjaga kebersihan makanan dan menyediakan air bersih. Salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Manado<\/a><\/li>
- 08 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Bagaimana Penyakit Menyebar?<\/a><\/h3>
Penyakit infeksi disebarkan dari seseorang ke orang lain baik secara kontak langsung dan tak langsung. Beberapa tipe virus, bakteri, parasit, jamur semuanya dapat menyebabkan penyakit yang menular. Malaria, campak, dan penyakit sistem pernapasan merupakan contoh dari penyakit infeksi. \n\n \n\n Penyakit infeksi sering menyebar melalui kontak langsung. Tipe kontak langsung meliputi: \n\n 1. Kontak manusia-ke-manusia person-to-person \n\n Penyakit infeksi umumnya ditransmisikan melalui kontak langsung person-to-person. Transmisi terjadi disaat orang yang terinfeksi menyentuh atau bertukar cairan tubuh dengan orang lain. \n\n 2. Penyebaran droplet \n\n Semburan droplet selama batuk dan bersin dapat menyebarkan penyakit infeksi. Kita dapat menginfeksi orang lain melalui droplet yang terbentuk saat kita bicara. Karena droplet jatuh ke tanah dalam beberapa kaki/feet, tipe transmisi ini terjadi pada jarak yang dekat. \n\n \n\n Penyakit infeksi dapat juga disebarkan secara tidak langsung melalui udara dan mekanisme lain. Sebagai contoh: \n\n 1. Transmisi airborne \n\n Beberapa agen infeksi dapat menyebar pada jarak yang jauh dan tetap berada di udara untuk beberapa waktu. Kita dapat terjangkit penyakit seperti campak dengan memasuki suatu ruangan setelah ditinggalkan seseorang yang menderita campak. \n\n 2. Obyek terkontaminasi \n\n Beberapa organisme dapat hidup di suatu benda atau obyek untuk waktu singkat. Jika kita menyentuh suatu obyek, seperti gagang pintu, segera setelah seseorang yang terinfeksi menyentuhnya, kita mungkin dapat terpapar infeksi. Transmisi terjadi saat kita menyentuh mulut, hidung atau mata kita sebelum kita mencuci tangan dengan baik. \n\n 3. Makanan dan air minum \n\n Penyakit infeksi dapat ditransmisikan melalui makanan dan air yang terkontaminasi. E. coli sering ditransmisikan melalui produk yang tidak diproses dengan baik atau daging yang tidak terlalu masak. Makanan yang tidak dikalengkan dengan baik dapat menciptakan lingkungan yang siap untuk Clostridium botulinum, yang dapat menyebabkan penyakit botulism. \n\n 4. Kontak binatang-ke-manusia \n\n Beberapa penyakit infeksi dapat ditransmisikan dari binatang ke manusia. Ini dapat terjadi saat binatang yang terinfeksi menggigit atau mencakar kita atau saat kita menangani kotoran binatang. Parasit Toxoplasma gondii dapat ditemukan di kotoran kucing. Wanita hamil dan orang dengan sistem imun terganggu harus ekstra hati-hati (menggunakan sarung tangan sekali pakai dan mencuci tangan dengan baik) saat menangani kotoran kucing, atau kalau bisa menghindarinya sama sekali. \n\n 5. Sumber/reservoir binatang \n\n Transmisi binatang-ke-binatang kadang dapat menyebar ke manusia. Zoonosis terjadi disaat terjadi penyebaran dari binatang ke manusia. \n\n 6. Gigitan serangga (penyakit vector-borne) \n\n Beberapa agen penyakit zoonosis disebarkan oleh serangga, terutama serangga yang mengisap darah. Ini termasuk nyamuk, lalat dan kutu. Serangga menjadi terinfeksi saat mereka makan dari host, seperti burung, binatang dan manusia. Penyakitnya kemudian ditransmisikan melalui gigitan serangga tersebut ke host yg baru. Malaria, virus West Nile, dan penyakit Lyme semua menyebar dengan cara ini. \n\n 7. Sumber/reservoir lingkungan \n\n Tanah, air, dan tanaman yang mengandung organisme infeksius dapat juga menjangkiti manusia. Cacing tambang, misalnya, ditransmisikan melalui tanah yang terkontaminasi, penyakit Legionnaire adalah contoh penyakit yang dapat menyebar melalui air yang mensuplai pendingin dan menguap dari kondensor. \n\n \n\n Bagaimana Mencegah Penyebaran Penyakit \n\n Karena penyakit infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung atau tidak langsung, semua orang memiliki risiko. Kita mempunyai risiko yang lebih besar untuk menjadi sakit saat kita berada di sekitar orang yang sakit atau berada di area yg menjadi tempat kuman gampang berkembang biak. Jika kita bekerja atau mengunjungi tempat perawatan pasien, rumah sakit, atau praktek dokter, lindungilah diri kita dengan ekstra hati-hati. \n\n 1. Penyakit \n\n Sesuatu sesimpel menyentuh gagang pintu, tombol lift, tombol lampu atau tangan orang lain meningkatkan kemungkinan kontak dengan kuman yang dapat membuat kita menjadi sakit. Berita baiknya adalah dengan beberapa pencegahan yang sederhana dapat mencegah transmisi beberapa penyakit. Sebagai contoh, pastikan kita sering mencuci tangan dengan seksama. Gunakan sabun dan air hangat dan dengan seksama menggosok kedua tangan selama sedikitnya 20 detik. Jika kita tidak dapat mencuci tangan, gunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol. \n\n 2. Penyakit yang menular lewat makanan/foodborne \n\n Organisme berbahaya dapat berkembang biak di makanan yang tidak dipersiapkan dengan baik. Hindari kontaminasi silang atau cross-contamination dengan memisahkan bahan makanan dan daging yang mentah. Gunakan alat yang berbeda untuk mengolah daging mentah dan cucilah seksama alat-alat dan perlengkapan masak. \n\n Dinginkan atau bekukan makanan dan sisa makanan. Menurut Departemen Pertanian AS, kita baiknya mengatur pendingin pada 4°C atau kurang dan freezer pada -18°C atau kurang. Masaklah daging merah pada temperature internal minimal 63°C. Masaklah daging cincang/ground meat pada 71°C dan daging unggas/poultry pada 73°C. \n\n Waspadailah akan sumber makanan saat berkunjung ke luar negeri. \n\n 3. Binatang dan serangga \n\n Saat berkemah atau menikmati area berhutan, pakailah pakaian berlengan panjang dan celana panjang. Pakailah anti serangga dan jaring nyamuk. Jangan menyentuh binatang di alam liar. Jangan menyentuh binatang yang sakit atau mati. \n\n 4. Vaksinasi \n\n Ikutilah perkembangan terbaru dari vaksinasi, terutama saat bepergian. Jangan lupa untuk melakukan vaksinasi hewan peliharaan juga. \n\n Vaksinasi dapat secara drastis mengurangi risiko menjadi sakit dari beberapa penyakit menular. Jika kita bisa menghindari penyakit tertentu, demikian juga kita bisa mencegah penyebaran dari penyakit tersebut. \n\n \n\n Sahabat Hermina, yuk mulai menjaga diri dengan memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan agar terhindar dari penularan penyakit-penyakit yang mengintai di sekitar kita. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 15 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Mitos dan Fakta Penyakit Kusta<\/a><\/h3>
Kusta merupakan penyakit infeksi granulomatosa kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat yang menyerang saraf perifer sebagai afinitas pertama, tetapi dapat juga terjadi pada kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, dan organ-organ lain kecuali susunan saraf pusat (Wolff, 2007). \n\n \n\n Mitos yang banyak berkembang tentang penyakit kusta kerap kali membuat bingung. Tak jarang, hal ini justru memicu stigma dan diskriminasi pada penderitanya. Upaya penanggulangan kusta pun menjadi tidak optimal. Supaya Sahabat Hermina tidak keliru lagi, mari simak mitos dan fakta penyakit kusta berikut ini: \n\n Kusta Merupakan Penyakit Kutukan \n\n Faktanya, penyakit kusta bukan merupakan penyakit kutukan. Melainkan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. \n\n \n\n Kusta Sangat Menular \n\n Faktanya, kusta alias lepra atau yang di dunia medis disebut Morbus Hansen pada kenyataannya tidak mudah menular. Penyakit kusta sulit menular pada 95% orang dewasa karena sistem kekebalan tubuh mereka dapat melawan bakteri penyebab kusta. \n\n \n\n Kusta Bisa Menular Jika Ada Kontak Kulit \n\n Faktanya, Sahabat Hermina tidak akan tertular kusta melalui kontak biasa seperti berjabat tangan, duduk disebelah atau berbicara dengan seseorang yang menderita penyakit tersebut. \n\n \n\n Kusta Merupakan Penyakit Keturunan \n\n Faktanya, kusta bukan merupakan penyakit keturunan. Namun, apabila anggota keluarga ada yang mengidap penyakit kusta dan melakukan kontak secara terus menerus (kontak erat), maka anggota keluarga tersebut dapat tertular. \n\n \n\n Kusta Membuat Jari Tangan dan Kaki Terputus \n\n Faktanya, penyakit Kusta tidak membuat anggota tubuh terputus. Bakteri penyebabnya menyerang saraf-saraf jari tangan dan kaki sehingga mati rasa. Akibatnya, luka-luka pada area yang mati rasa bisa tidak disadari, yang kemudian dapat memicu infeksi dan kerusakan permanen. Selanjutnya, bagian tubuh yang telah rusak ini dapat memendek. Biasanya, ini terjadi pada stadium lanjut penyakit kusta yang tidak diobati. \n\n \n\n Kusta Tidak Dapat Disembuhkan \n\n Faktanya, kusta dapat disembuhkan melalui pengobatan dengan antibiotik. Pengobatan ini dijalani selama 6-24 bulan melalui Multidrug Therapy (MDT), yakni terapi yang menggunakan dua sampai tiga obat sekaligus. \n\n \n\n Kusta Hanya Menyerang Lansia \n\n Faktanya, penyakit kusta dapat dialami siapa saja dari rentang usia berapa pun. Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2015, sebesar 8,9% kasus baru penyakit Kusta diderita oleh anak-anak. Namun, masa inkubasinya yang lama membuat keluhan penyakit baru muncul di kemudian hari, sehingga tampaknya penyakit ini hanya diderita oleh mereka yang sudah dewasa atau berusia lanjut. \n\n \n\n Penderita Kusta Perlu Diisolasi \n\n Faktanya, penderita kusta yang sedang diobati dengan antibiotik (dalam masa pengobatan) dapat hidup normal diantara keluarga dan teman-teman, bahkan tetap dapat melakukan aktivitas rutin sehari-hari. \n\n \n\n Sahabat Hermina, itulah mitos dan fakta terkait penyakit kusta atau lepra. Jika di sekitar Anda ada penderita kusta, jangan dikucilkan dan tidak perlu takut tertular jika tidak ada kontak erat. Oleh karena itu, mari hentikan stigma negatif yang melekat pada penderita kusta. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Tangkuban Perahu<\/a><\/li>
- 04 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Infeksi yang Sering Dihubungkan dengan Kanker Serviks<\/a><\/h3>
Infeksi pada alat kelamin wanita adalah suatu keadaan ketika terdapat jasad renik berupa kuman, jamur, parasit, dan virus yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada sel-sel alat kelamin normal dan menghasilkan zat kimia tertentu, yang acapkali bersifat asam, dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap. Infeksi pada kewanitaan biasanya gejalanya yang tidak spesifik, tetapi ada beberapa jenis gejala yang dialami oleh penderita. Tanda awal yang dirasakan penderita kadang sering diabaikan karena dianggap sebagai keluhan normal, seperti tanda klasik dari kanker serviks yaitu perdarahan pasca berhubungan. \n\n \n\n Berikut adalah jenis infeksi pada kewanitaan yang sering dihubungkan dengan kanker leher rahim: \n\n \n\n - Human papilloma virus (HPV) \n\n Condyloma ditandai dengan tumbuhnya kutil-kutil yang kadang-kadang sangat banyak dan dapat bersatu membentuk jengger ayam yang bisa berukuran besar, apalagi pada wanita hamil, yang disebut dengan Condyloma akuminata. Penyebabnya adalah virus caplak pada manusia (Human papillomavirus). Ciri-cirinya adalah cairan dari liang senggama sering berbau dan tanpa rasa gatal, serta keputihan yang acapkali tidak kunjung sembuh dengan pengobatan biasa. Biasanya, dokter baru menyadari setelah dilakukan pemeriksaan ulang dengan teliti atau didapatkan hasil pemeriksaan Papsmear yang menunjukkan perubahan akibat infeksi virus ini. \n\n Penyakit ini ditularkan melalui senggama dengan gambaran secara klinik menjadi lebih buruk apabila disertai dengan gangguan sistem kekebalan tubuh seperti pada kehamilan, pemakaian obat steroid dalam jangka lama dan dosis besar seperti pada pasien dengan gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal, serta penderita AIDS. \n\n \n\n Jenis lain adalah condyloma datar yang tidak tampak dengan mata telanjang akan tetapi didapat dari pemeriksaan Pap smear atau kolposkopi. Condyloma datar ini sering tampak pada, leher rahim dan liang senggama yang dihubungkan dengan cikal bakal terjadinya kanker leher rahim. Kekerapannya sebesar 3,6 % dari pemeriksaan Papsmear rutin. \n\n \n\n - Herpes Simplex \n\n Virus lain yang menyebabkan keputihan adalah virus Herpes simplex tipe 2 yang merupakan juga penyakit yang ditularkan melalui senggama. Pada saat awal infeksi, tampak kelainan kulit berbentuk seperti melepuh terkena panas yang kemudian pecah dan menimbulkan luka sampai seperti borok, dan pasien merasakan sakit. Luka ini dapat terjadi pada leher rahim, liang senggama sampai bibir kemaluan. Pada pemeriksaan Papsmear adanya infeksi ini dapat terlihat. Virus ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker mulut rahim. \n\n \n\n Sahabat Hermina, agar terhindar dari infeksi pada kewanitaan, rajinlah merawat organ kewanitaan dan tidak perlu ragu untuk konsultasi ke dokter jika memiliki gejala-gejela infeksi sebelum gejalanya bertambah parah. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Palembang<\/a><\/li>
- 28 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
Mengatasi Infeksi Cacing Kremi pada Anak<\/a><\/h3>
Cacing kremi adalah cacing yang dapat masuk ke tubuh melalui makanan, pakaian, bantal, sprei serta inhalasi debu yang mengandung telur cacing, yang kemudian akan bersarang di usus. Telur ini akan dihancurkan oleh enzim usus, tetapi telur yang lolos akan berkembang menjadi larva dewasa. \n\n Penyakit ini dapat menulari siapapun, tetapi yang seringkali terinfeksi adalah anak kecil. Hal ini bisa disebabkan karena anak-anak masih belum bisa menjaga pola hidup bersih dan sehat, serta tubuhnya masih rentan terhadap penyakit. \n\n \n\n Apa saja gejala infeksi cacing kremi pada anak? \n\n Gejala lain yang akan dialami oleh penderita selain rasa gatal di sekitar anus adalah: \n\n a. Anak menjadi rewel (karena rasa gatal dan tidur malamnya terganggu) \n\n b. Kurang tidur (karenakan rasa gatal yang timbul) \n\n c. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun \n\n d. Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk kedalam vagina) \n\n e. Kulit di sekitar anus menjadi lecet atau infeksi (akibat penggarukan) \n\n \n\n Bagaimana cacing kremi dapat menginfeksi manusia? \n\n Ada berbagai cara mengapa cacing kremi dapat menular dan masuk ke dalam tubuh manusia, yaitu: \n\n 1. Telur cacing yang pindah dari sekitar anus ke pakaian, sprei, atau mainan. \n\n 2. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (auto infeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi. \n\n 3. Debu merupakan sumber infeksi karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan. \n\n 4. Retrofeksi melalui anus, yaitu ketika larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali ke usus. \n\n \n\n Bagaimana cara mengatasinya? \n\n Dianjurkan untuk minum obat cacing dalam satu tahun satu kali bagi orang-orang yang tidak tinggal di pemukiman kumuh dan memiliki kebiasaan bersih. Sebagai upaya pencegahan, bila ingin minum obat cacing 6 bulan sekali pun tidak ada efek sampingnya. Dosis obat cacing tergolong tunggal, sehingga tidak akan terjadi masalah berat setelah minum obat cacing meski tidak terdapat cacing di dalam tubuh. \n\n \n\n Bagaimana cara menghindari penularan cacing kremi pada anak? \n\n 1. Kebersihan tempat tidur anak. Tempat tidur merupakan salah satu tempat istirahat dan pemenuhan kebutuhan diri. Kebersihan tempat tidur dilakukan dengan cara rutin mengganti sprei. Frekuensi penggantian selimut anak, sprei, sarung bantal dan guling minimal seminggu sekali. Jangan lupa untuk menjemur kasur sebulan sekali. \n\n 2. Kebersihan diri anak. Kebersihan diri anak adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan anak untuk kesejahteraan fisik dan psikis, antara lain: \n\n \n Kebiasaan cuci tangan \n Kebersihan pakaian dalam \n Perawatan kuku tangan anak \n \n\n \n\n Sahabat Hermina, yuk ajak Si Kecil untuk lebih memerhatikan kebersihan diri dan lingkungannya agar tidak tertular dan terinfeksi cacing kremi. Bila Si Kecil memilki gejala terinfeksi cacing kremi seperti yang telah disebutkan, tidak perlu ragu untuk segera bawa ke rumah sakit agar dapat ditangani dengan cepat. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 28 Oktober 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 04 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 08 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 01 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 15 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Juli 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>