- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 30 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
Penyebab, Ciri, Dan Cara Pencegahan Stunting Pada Anak<\/a><\/h3>
Stunting pada anak adalah kondisi dimana anak mengalami gangguan tubuh kembang. Anak yang mengalami masalah ini tubuhnya lebih pendek dibandingkan anak seusianya dan mengalami keterlambatan dalam konsentrasi dan berpikir. \n\n Ada banyak hal yang menjadi penyebab stunting, umumnya disebabkan oleh asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan nutisi dan gizi anak. Hal ini bisa disebabkan karena aspek minimnya pengetahuan hingga masalah ekonomi. \n\n Bagi para orang tua penting untuk mengetahui, mewaspadai, dan melakukan pencegahan. Karena tidak hanya membuat tubuh anak pendek, stunting bisa berdampak buruk pada kondisi anak. Untuk lebih jelasnya, simak ulasan stunting pada anak berikut ini! \n\n Penyebab dan Ciri-Ciri Stunting \n\n Penyebab utama stunting bisa karena gizi buruk sejak anak masih dalam kandungan hingga berumur 2 tahun. Ada banyak hal mengapa bisa terjadi gizi buruk, seperti: \n\n \n Ibu tidak memiliki pengetahuan mengenai nutrisi yang baik untuk kesehatan janin. \n Terjadi infeksi yang berulang atau kronis yang dialami anak sejak bayi. \n Sanitasi dan air bersih yang juga buruk. \n Ketersediaan kakus yang menjadi penyebab terjadi infeksi. Sehingga beresiko anak terserang diare dan cacingan. \n Terbatasnya layanan kesehatan. \n \n\n Selain tubuh yang pendek, di bawah rata-rata usianya, ada juga ciri-ciri lainnya yang menandakan anak masuk dalam stunting, yaitu: \n\n \n Pertumbuhannya lambat, \n Wajah terlihat lebih muda dibandingkan dengan anak-anak seusianya, \n Performa buruk, terutama kemampuan konsentrasi, fokus dan memori, \n Pertumbuhan gigi lambat, \n Di saat usia anak 8 – 10 tahun jadi lebih pendiam, tidak mau atau tidak banyak melakukan kontak mata ke orang di sekitarnya, \n Berat badan menurun atau tidak naik, \n Untuk anak perempuan mengalami perkembangan yang terhambat, seperti: menstruasi yang terlambat, \n Anak mudah terkena penyakit dan berbagai masalah infeksi. \n \n\n Dampak Stunting Terhadap Kesehatan Anak \n\n Masalah stunting dapat mempengaruhi anak dari ia masih kecil hingga dewasa. Dampak dalam jangka pendek bisa menyebabkan metabolisme, perkembangan otak, dan perkembangan fisiknya terganggu. \n\n Jika dlihat sekilas, mungkin proporsi tubuh anak terlihat normal. Namun jika diperhatikan dengan saksama ia lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak seusianya. \n\n Semakin anak bertambah usia, stunting bisa menimbulkan berbagai masalah, seperti: \n\n \n Kecerdasan anak menurun, bahkan bisa berada di bawah rata-rata, sehingga prestasi belajar di sekolah tidak maksimal. \n Anak mudah sakit karena sistem imun tubuhnya tidak baik. \n \n\n Sedangkan dampak dalam jangka panjang, anak beresiko terkena penyakit stroke, diabetes, jantung, obesitas, hipertensi, dan kanker. \n\n Cara Mencegah Stunting Pada Anak \n\n Dampak gangguan akibat stunting bisa menghantui anak hingga ia dewasa. Oleh sebab itu perlu dilakukan pencegahan. Asupan makanan bergizi dan bernutrisi merupakan kunci penting untuk pencegahan. \n\n Berikut ini beberapa hal penting yang harus diketahui untuk mencegah terjadinya stunting: \n\n \n Ibu hamil memperhatikan asupan makanan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan selama masa kehamilan dan saat menyusui. \n Rutin memeriksa kesehatan kehamilan dan pertumbuhan anak setelah lahir. \n Memberikan makanan yang bergizi pada anak, seperti memberikan ASI saat ia masih bayi sampai usia maksimal 2 tahun. \n Mencukupi kebutuhan nutrisi seiring bertambah usianya. \n Menerapkan gaya hidup sehat dan bersih, seperti: mencuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar, dsb. \n Mengikuti program imunisasi, khususnya imunisasi dasar. \n \n\n Mencegah terjadinya stunting pada anak perlu dukungan semua pihak, bukan hanya tanggung jawab ibu. Apabila anak memperlihatkan gejala stunting, alangkah baiknya segera konsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. \n\n Sahabat hermina dapat berkonsultasi seputar stunting anak kepada dokter spesialis anak di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 28 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
Mengapa Anak Harus Imunisasi?<\/a><\/h3>
Sebagai orangtua, memberikan imunisasi secara lengkap merupakan salah satu langkah penting untuk melindungi dan menjaga agar buah hati tumbuh dengan aman dan sehat. Manfaat dari vaksin atau imunisasi dapat menekan risiko terjadinya wabah penyakit, sakit berat, cacat, dan kematian. Pemberian imunisasi idealnya diberikan sesuai jadwal untuk memastikan bahwa buah hati mendapat perlindungan secara maksimal. Namun, jika memang terlewat, maka Sahabat Hermina dapat segera melakukan konsultasi dengan dokter spesialis anak sehingga imunisasi bisa dilengkapi. \n\n \n\n Mengapa vaksin penting dilakukan? \n\n \n\n Bayi sangat rentan terhadap penyakit karena di dalam tubuhnya belum terbentuk sistem kekebalan tubuh yang kuat. Dengan melakukan imunisasi tepat waktu pada bayi, berarti Sahabat Hermina sudah melindungi buah hati dari berbagai penyakit. \n\n \n\n Vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh bayi akan membatu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi yang berfungsi untuk melawan virus atau bakteri yang masuk kedalam tubuh buah hati. \n\n \n\n Alasan lain pentingnya dilakukan imunisasi adalah dapat menyelamatkan kehidupan buah hati. Pada zaman dahulu, banyak bayi yang menderita polio, yang menyebabkan banyak bayi meninggal dunia. \n\n \n\n Walau terdapat dampak yang ditimbulkan setelah imunisasi diberikan kepada bayi, seperti demam, nyeri atau kemerahan di tempat suntikan, tidak ingin makan, dan lainnya, tetapi hal ini normal terjadi dan tidak akan berlangsung lama, ini merupakan respon tubuh terhadap zat baru yang masuk ke dalam tubuh. \n\n \n\n Rasa sakit yang ditimbulkan ini jauh lebih baik ketimbang rasa sakit yang dirasakan bayi jika tidak diberi imunisasi. Bayi bisa menderita penyakit yang lebih berbahaya, bahkan dapat menyebabkan kematian, jika ia tidak mendapatkan imunisasi. \n\n \n\n Bagaimana jika telat mengimunisasi bayi? \n\n \n\n Sahabat Hermina mungkin sempat lupa untuk membawa buah hati melakukan vaksin imunisaasi atau mungkin buah hati sedang batuk, pilek, demam, atau diare saat jadwal imunisasi sehingga Sahabat Hermina tidak berani memberikan imunisasi pada buah hati. Sebenarnya dengan berkonsultasi dengan dokter spesialis anak, bayi masih dapat diberikan imunisasi walaupun ia sedang sakit pilek, batuk, atau demam. \n\n \n\n Namun, jika imunisasi terlanjur terlewat atau telat diberikan, sebaiknya segera bawa bayi untuk imunisasi. \n\n \n\n Pemberian vaksin yang tidak sesuai jadwal tidak masalah, asalkan pemberian kelima vaksin tersebut (imunisasi dasar lengkap) dilakukan pada saat buah hati masih berusia di bawah 1 tahun. Segera minta imunisasi yang telat tersebut agar buah hati tidak berisiko tertular penyakit yang berbahaya. \n\n \n\n Bagaimana jika bayi tidak diimunisasi sama sekali? \n\n \n\n Sebagian kecil dari Sabahat Hermina mungkin meragukan imunisasi. Beberapa asumsi menyebutkan bahwa imunisasi justru menyebabkan bayi sakit. Namun, imunisasi dijamin aman dilakukan. \n\n \n\n Sejumlah ilmuwan terus bekerja untuk membuat vaksin lebih aman dari waktu ke waktu. Sebelum mendapat lisensi dan diedarkan, vaksin pasti mengalami sejumlah pengujian untuk menjamin keamanannya. \n\n \n\n Jika bayi tidak mendapatkan imunisasi sama sekali, bayi akan berisiko terkena penyakit-penyakit yang telah disebutkan di atas. Parahnya lagi, penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian. \n\n \n\n Ada 3 alasan mengapa imunisasi penting dilakukan sebagai investasi kesehatan bayi: \n\n \n\n 1. Bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya.Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh buah hati sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. \n\n \n\n 2. Melakukan imunisasi, tidak hanya akan melindungi dan mencegah bayi dari berbagai macam penyakit. Bayi juga tidak akan menularkan penyakit ke lingkungan sekitarnya. Artinya, imunisasi tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tetapi juga bermanfaat untuk mencegah penyebaran penyakit pada orang lain. \n\n \n\n 3. Bayi yang sudah diberikan imunisasi bukan berarti menjadi kebal atas penyakit. Artinya, bayi masih berisiko terkena atau terinfeksi kuman penyakit, tetapi dengan imunisasi kondisi penyakit tersebut akan jauh lebih ringan dan tidak berbahaya dibandingkan dengan buah hati yang tidak atau belum diimunisasi. Pada dasarnya perlindungan imunisasi memang sekitar 80 - 95 %. \n\n \n\n Tidak sedikit orangtua yang masih khawatir dengan efek samping yang ditimbulkan lewat pemberian imunisasi. Namun perlu diketahui bahwa imunisasi atau vaksin terbukti aman, bahkan efektif digunakan oleh lebih dari 100 negara. \n\n \n\n WHO sudah mengawasi dan menyatakan bahwa kualitas vaksin yang digunakan di Indonesia aman serta efektif digunakan di seluruh dunia. Jadi, tidak perlu khawatir untuk memberikan vaksin imunisasi untuk buah hati Sahabat Hermina. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekanbaru<\/a><\/li>
- 21 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Penting Mengenal Vaksin untuk Anak<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, jika Anda seperti kebanyakan orang tua yang berusaha menghindari praktek dokter untuk apa pun kecuali untuk mendapatkan perawatan medis yang darurat selama pandemi COVID19. Kami memahami kekhawatiran anda, tetapi sangat penting bagi anak anda untuk menerima vaksinasi sesuai jadwal untuk melindungi mereka dari penyakit yang serius. Kami di sini untuk membantu menjawab beberapa pertanyaan umum dan membantu anda kembali ke jalur yang benar. \n\n Pada awal tahun 2017, Ikatan Dokter Anak Indonesia melalui Satuan Tugas Imunisasi mengeluarkan rekomendasi Imunisasi IDAI tahun 2017 untuk menggantikan jadwal imunisasi sebelumnya. Jadwal imunisasi 2017 ini dibuat dengan tujuan, pertama menyeragamkan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan RI khususnya untuk imunisasi rutin, sehingga mempermudah tenaga kesehatan dalam melaksanakan imunisasi. Kedua, jadwal imunisasi 2017 ini juga dibuat berdasarkan ketersediaan kombinasi vaksin DTP dengan hepatitis B seperti DTPw-HB- Hib, DTPa-HB-Hib-IPV, dan ketiga dalam situasi keterbatasan atau kelangkaan vaksin tertentu seperti vaksin DTPa atau DTPw tanpa kombinasi dengan vaksin lainnya. \n\n \n\n Seperti jadwal imunisasi yang lalu, jadwal 2017 juga mencantumkan warna berbeda untuk imunisasi yang diberikan. \n\n \n Kolom hijau menandakan imunisasi optimal, yaitu imunisasi diberikan sesuai usia yang dianjurkan. \n Kolom kuning menandakan imunisasi kejar (catch- up immunization), yaitu imunisasi yang diberikan di luar waktu yang direkomendasikan. \n Kolom biru menandakan imunisasi penguat atau booster. \n Kolom warna merah muda menandakan imunisasi yang direkomendasikan untuk daerah endemis. \n \n\n \n\n Mengapa vaksinasi penting bagi anak-anak dan komunitas \n\n Vaksinasi selama masa kanak-kanak sangat penting untuk melindungi kehidupan muda, membantu memberikan kekebalan pada anak-anak sebelum mereka terkena penyakit yang berpotensi membahayakan seperti hepatitis B, campak, gondongan, polio dan banyak lagi. Semua vaksin diuji secara ekstensif dan disetujui untuk digunakan. Para peneliti di seluruh dunia telah berulang kali membuktikan bahwa vaksin aman dan efektif untuk anak-anak dan masyarakat. Semakin banyak orang yang menerima vaksin tertentu, semakin besar kemungkinan mengembangkan "kekebalan kelompok," yang melindungi semua orang di komunitas - bahkan orang dengan imunodefisiensi. \n\n \n\n Vaksin apa yang dibutuhkan anak-anak? \n\n Jadwal vaksinasi khusus untuk anak-anak dan remaja akan mencakup vaksin yang direkomendasikan untuk berbagai kelompok usia. Sebagian besar sekolah, tempat penitipan anak, dan perguruan tinggi saat ini memerlukan bukti imunisasi. \nUsia 0-2 tahun \n\n \n Hepatitis B \n Rotavirus \n Difteri, tetanus dan pertusis (Vaksin DTP dosis pertama dapat berupa vaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain) \n Haemophilus influenzae tipe B \n Pneumococcus conjugated (PCV) \n IPV (inactivated polio vaccine), paling sedikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan (simultan) dengan OPV-3 saat pemberian DTP-3. \n Influenza \n measles, mumps, rubella (MMR/MR) \n Varicella (cacar air) \n Hepatitis A 11. Tifoid 12. Japanese encephalitis (daerah endemis) \n \n\n Usia 4-6 tahun \n\n \n Difteri, tetanus dan pertusis (booster) \n Influenza (tiap setahun sekali) \n Measles, Mumps, rubella (MMR/MR) \n Varicella (cacar air) (catch up, jika sebelumnya belum pernah mendapat vaksin varicella) \n \n\n Remaja \n\n \n Tetanus, difteri & pertusis aseluler (Tdap/Td) \n Human papillomavirus (HPV) \n Dengue \n \n\n \n\n Jika vaksinasi terlewat? Mengapa Anda harus mengejar \n\n Jika anak Anda melewatkan salah satu vaksin yang direkomendasikan - atau jika Anda tidak yakin - bicarakan dengan dokter anak atau penyedia layanan kesehatan anak Anda sesegera mungkin. Kemudian, jadwalkan janji temu untuk anak Anda untuk menerima vaksin tepat waktu atau mengejar ketertinggalan yang diperlukan. Meskipun setiap vaksin memiliki jadwal pemberian yang disarankan, dalam banyak kasus, Anda dapat melanjutkan dari bagian akhir yg tertinggal atau menggunakan jadwal vaksinasi "menyusul/catch up" untuk menjaga anak Anda tetap terlindungi. Anak-anak dalam kelompok berisiko tinggi tertentu mungkin memerlukan jadwal vaksin yang disesuaikan. Bicaralah dengan dokter anak Anda tentang cara terbaik untuk melanjutkan vaksinasi anak Anda dan bagaimana membantu keluarga Anda tetap sesuai target di masa depan. \n\n \n\n Sahabata Hermina, pandemi COVID19 membuat banyak keluarga merasa ragu untuk mengunjungi Rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Namun, pemberian vaskin pada anak secara tepat waktu merupakan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan buruk yang dapat terjadi pada anak Anda. Karena kesehatan Anda dan Keluarga merupakan prioritas kami, maka kami memastikan kesehatan dan keselamatan para pasien dengan memberlakukan protokol kesehatan secara ketat. salam sehat. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 21 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 28 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>