- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 25 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
Lahiran Normal Setelah Kehamilan Sebelumnya Caesar (VBAC)<\/a><\/h3>
Banyak ibu ingin mencoba persalinan normal setelah operasi caesar pada kehamilan sebelumnya karena berbagai alasan. Biasanya hal ini didasari oleh keinginan untuk merasakan nikmatnya persalinan normal setidaknya sekali seumur hidup. Dalam dunia medis, prosedur persalinan normal setelah operasi caesar adalah VBAC. \n\n \n\n Beberapa wanita mungkin memiliki kesempatan untuk melahirkan normal setelah operasi caesar. Namun, berbeda ceritanya untuk yang lain, karena VBAC merupakan proses penyampaian yang tidak bisa diselesaikan oleh siapapun. \n\n \n\n \n\n Apa itu VBAC? \n\n \n\n VBAC adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses persalinan normal setelah operasi caesar atau c-section. \n\n \n\n Selama ini, ibu yang menjalani operasi caesar akan direkomendasikan untuk operasi caesar lagi di kehamilan berikutnya. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengungkapkan bahwa hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah dan sang ibu mungkin saja bisa menjalani VBAC bila diinginkan. \n\n \n\n Selama ibu hamil memenuhi persyaratan dan disetujui oleh dokter, VBAC merupakan prosedur persalinan yang aman. \n\n \n\n Jika Anda tertarik, sebaiknya pertimbangkan manfaat dan risiko prosedur VBAC ini sebelum hari persalinan semakin dekat. Namun, jangan lupa untuk menyediakan berbagai persiapan persalinan dan perlengkapan persalinan mulai dari kehamilan trimester ketiga. Prosedur VBAC ini bisa dilakukan bila ibu hamil melahirkan di rumah sakit. Sementara bila ibu ingin melahirkan di rumah dengan prosedur ini, sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan dokter. \n\n \n\n \n\n Hal yang perlu diketahui sebelum melakukan VBAC \n\n \n\n Seperti disebutkan sebelumnya, VBAC adalah proses yang membutuhkan pertimbangan yang cermat. Tidak setiap ibu hamil yang menjalani pernah operasi caesar dapat melakukan prosedur persalinan normal, karena hal ini memerlukan pertimbangan berbagai faktor. \n\n \n\n Adapun syarat ibu hamil yang diperbolehkan melahirkan secara normal setelah operasi caesar atau VBAC adalah sebagai berikut: \n\n \n\n - Ibu yang memiliki bekas sayatan operasi caesar berbentuk garis horizontal yang terletak rendah di bawah perut. \n\n \n\n - Saat ini mengandung 1 bayi, dan hanya pernah 1 kali operasi caesar sebelumnya, tetapi bukan dengan sayatan vertikal. \n\n \n\n - Sedang mengandung bayi kembar dan pernah operasi caesar sebelumnya tapi bukan dengan sayatan vertikal. Namun, hal ini masih menjadi perdebatan. \n\n \n\n - Persalinan terjadi secara spontan dan alami. \n\n \n\n - Tulang panggul Anda berukuran cukup besar, sehingga memungkinkan bayi untuk keluar dengan mudah. Biasanya dokter yang dapat menentukan hal ini. \n\n \n\n - Belum pernah melakukan operasi berat pada rahim, seperti miomektomi untuk mengangkat tumor rahim jinak (fibroid). \n\n \n\n - Belum pernah mengalami rahim robek di kehamilan sebelumnya. \n\n \n\n - Tidak memiliki kondisi medis yang membuat persalinan melalui vagina menjadi berisiko, misalnya plasenta previa atau fibroid. \n\n \n\n - Melakukan persalinan VBAC di rumah sakit yang siap sedia melakukan operasi darurat. \n\n \n\n \n\n Siapa saja yang tidak dianjurkan melakukan VBAC? \n\n \n\n Kondisi ibu hamil yang tidak diperbolehkan melahirkan normal setelah caesar atau VBAC adalah sebagai berikut: \n\n \n\n - Pernah melakukan persalinan caesar dengan sayatan rahim vertikal. \n\n \n\n - Sayatan vertikal di bagian atas rahim atau sayatan klasik dengan bentuk huruf T akan menempatkan Anda pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami ruptur uterus (rahim robek) saat mengejan nanti. \n\n \n\n - Pernah melakukan persalinan caesar dengan jenis sayatan rahim yang tidak diketahui pasti, tetapi diduga merupakan sayatan vertikal (klasik). \n\n \n\n - Pernah mengalami rahim robek di kehamilan sebelumnya. \n\n \n\n - Pernah melakukan operasi berat pada rahim sebelumnya, seperti pengangkatan tumor rahim jinak. \n\n \n\n - Hamil di usia yang sudah terlalu tua. \n\n \n\n - Hamil dengan berat badan berlebih atau obesitas. \n\n \n\n - Berat bayi yang lahir lebih dari 4.000 gram (gr) alias bayi makrosomia. \n\n \n\n - Usia kehamilan sudah lebih dari 40 minggu. \n\n \n\n - Usia kehamilan terlalu singkat, sekitar kurang dari 18 bulan. \n\n \n\n - Sedang hamil bayi kembar tiga atau lebih. \n\n \n\n - Beberapa rumah sakit atau klinik bersalin biasanya tidak menganjurkan ibu untuk menjalani VBAC jika sudah pernah melahirkan caesar lebih dari dua kali. \n\n \n\n - Kondisi medis yang mengharuskan tindakan induksi persalinan karena khawatir dengan ada nya induksi persalinan meingkatkan resiko robekan saat persalinan. \n\n \n\n Jika Ibu sedang hamil anak kembar dan ingin melahirkan anak kembar dengan menggunakan prosedur VBAC, konsultasikan juga dengan dokter Anda. \n\n \n\n \n\n Manfaat VBAC \n\n \n\n VBAC adalah prosedur melahirkan yang aman, dan jika dilakukan dengan benar, tingkat keberhasilannya tinggi. \n\n \n\n Persalinan normal setelah operasi caesar juga dapat membawa banyak manfaat bagi ibu dan bayi, seperti: \n\n \n\n \n\n 1. Proses pemulihan lebih cepat \n\n Dibandingkan dengan operasi caesar, persalinan normal membutuhkan waktu pemulihan yang lebih singkat. Artinya Ibu tidak akan tinggal di rumah sakit terlalu lama. Ibu bisa langsung melanjutkan aktivitas sehari-hari lainnya seperti biasa. \n\n \n\n 2. Melibatkan rasa "perjuangan" yang lebih besar \n\n Operasi caesar melibatkan anestesi atau pemberian obat bius untuk menghilangkan rasa sakit. \n\n \n\n Inilah sebabnya mengapa upaya Ibu untuk mengeluarkan bayi dari perut biasanya tidak sehebat proses persalinan normal. \n\n \n\n Di sisi lain, persalinan normal mengharuskan Ibu bekerja semaksimal mungkin untuk mendorong bayi keluar. Alhasil, setelah proses melahirkan yang panjang, muncullah emosi khusus. \n\n \n\n Meski begitu, proses persalinan normal atau operasi caesar tetap akan membawa kebahagiaan yang tak ternilai. Sejak awal kehamilan, biasakan juga untuk berlatih teknik pernapasan saat melahirkan, seperti melalui latihan yoga prenatal. \n\n \n\n Ibu juga bisa mempelajari berbagai posisi persalinan untuk memudahkan proses persalinan normal setelah operasi caesar. \n\n \n\n 3. Mengurangi risiko komplikasi bedah \n\n Pada dasarnya, semua jenis operasi dapat menyebabkan komplikasi selama atau setelah operasi, begitu juga dengan operasi caesar. Operasi caesar yang gagal meningkatkan risiko komplikasi kelahiran yang serius. \n\n \n\n Keputusan melahirkan normal setelah caesar atau VBAC dapat membantu menekan risiko terjadinya perdarahan, infeksi, pembekuan darah, atau cedera organ selama persalinan. \n\n \n\n Tanda akan melahirkan lainnya juga meliputi kontraksi persalinan asli dan air ketuban pecah. \n\n \n\n Sementara bila proses persalinan normal mengalami hambatan, prosedur medis seperti penggunaan forceps, ekstraksi vakum, hingga episiotomi (gunting vagina) akan dipertimbangkan. \n\n \n\n 4. Mengurangi risiko reaksi merugikan kehamilan berikutnya \n\n Satu atau lebih operasi caesar akan semakin meningkatkan risiko potensi masalah kesehatan pada kehamilan berikutnya. \n\n \n\n Bagi mereka yang berencana memiliki banyak anak sejak awal, VBAC adalah prosedur yang tepat karena membantu mencegah risiko negatif dari prosedur operasi caesar. \n\n \n\n Risiko negatifnya, misalnya robekan rahim karena cedera dan plasenta bermasalah karena operasi caesar. \n\n \n\n Lebih penting lagi, risiko komplikasi ini biasanya meningkat dengan jumlah operasi caesar. \n\n \n\n \n\n Risiko kesehatan dari VBAC \n\n \n\n Meski berbagai manfaat bisa diperoleh melalui prosedur persalinan VBAC, namun tentunya masih ada kekurangan yang harus diperhatikan untuk persalinan pervaginam pasca operasi caesar. \n\n \n\n Hal terburuk yang mungkin terjadi tentang VBAC adalah kegagalan, karena tidak berhasil memberikan secara normal. \n\n \n\n Menutip dari American Pregnancy Association, kondisi ini bisa membuat rahim robek karena bekas sayatan dari operasi cesar sebelumnya terbuka. \n\n \n\n Jika ini masalahnya, operasi caesar darurat harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi persalinan, termasuk pendarahan besar, infeksi, dan cacat bayi. Dalam beberapa kasus perdarahan hebat, operasi pengangkatan rahim (histerektomi) mungkin diperlukan. Ini berarti bahwa jika Anda menjalani histerektomi, Anda mungkin tidak dapat hamil lagi. \n\n \n\n \n\n Persiapan penting menjelang VBAC \n\n \n\n Sebelum memutuskan melahirkan VBAC, langkah utama yang harus dilakukan adalah konsultasi dengan dokter spesialis kandungan Anda. \n\n \n\n Selama konsultasi dokter akan melihat kembali semua riwayat medis Anda terkait kehamilan dan persalinan yang pernah dilakukan sebelumnya. Jika memang memungkinkan, dokter dapat memberikan Anda lampu hijau untuk prosedur VBAC. \n\n \n\n Selain itu, persiapan beberapa hal terkait prosedur melahirkan normal setelah caesar atau VBAC adalah: \n\n \n Mempelajari semua hal mengenai VBAC. \n Pastikan Anda memilih pelayanan kesehatan atau rumah sakit dengan fasilitas melahirkan yang lengkap, termasuk untuk menangani operasi caesar darurat. \n Persiapkan kemungkinan terburuknya, misalnya ketika tiba-tiba terjadi komplikasi saat sedang melakukan persalinan normal. \n Ibu juga bisa mengikuti kelas persalinan yang turut membahas mengenai prosedur melahirkan normal setelah caesar atau VBAC. \n \n\n \n\n Ada baikmya mengenal lebih dalam mengenai prosedur melahirkan ini sebelum memustuskan untuk menjalaninya dan tanyakan pendapat dokter spesialis kandungan Anda. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Podomoro<\/a><\/li>
- 05 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Bibir Sumbing pada Anak<\/a><\/h3>
Melahirkan seorang anak merupakan anugerah dan dambaan setiap orangtua. Umumnya pasangan akan melakukan berbagai hal untuk mempersiapkan kelahiran bayi, dan mengharapkan bayi lahir sehat dan normal ke dunia ini, sehingga jarang ditemukan orangtua melakukan persiapan untuk kejadian yang tidak sesuai harapan. \n\n Sayangnya, tidak semua bayi lahir dengan keadaan “normal”. Ketika bayi lahir dengan sumbing atau anomaly wajah disebut kraniofasial, orangtua akan terkejut karena kelainan terdapat pada wajah bayinya yang sudah di nantikan. Akibatnya timbul rasa kekhawatiran akan kehidupan dan pergaulan sosial anak, kekhawatiran terhadap cara menyusui, dan juga perasaan bersalah sebagai orangtua. \n\n Sumbing pada bibir atau lelangit (Cleft lip or palate, CLP) adalah kelainan bawaan yang ditandai dengan adanya celah pada bibir atas yang sering disertai celah pada langit-langit mulut sehingga terdapat hubungan langsung antara hidung dan mulut. Kelainan ini dapat terjadi sebagai kelainan yang berdiri sendiri atau bagian dari suatu sindrom (kumpulan gejala). \n\n Bibir dan langit-langit sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan, karena tidak sempurnanya penyatuan jaringan di bibir pada usia kehamilan 4-7minggu dan langit-langit di antara minggu ke-6 hingga ke-9. Kelainan sumbing ini merupakan bawaan lahir nomor empat tersering di dunia dan merupakan kelainan bawaan lahir pada wajah yang tersering. \n\n Di Indonesia, insiden bibir sumbing terjadi sekitar 2 di setiap 1000 kelahiran bayi pada etnis asia. Separuh dari populasi bayi yang memiliki sumbing bibir juga memiliki kelainan wajah yang lebih luas. Kasus paling umum yaitu sumbing bibir dan palatum sebanyak 46%, diikuti sumbing palatum sebanyak 33%, dan sumbing bibir saja 21%. Sumbing satu sisi 9 kali lebih banyak dibandingkan sumbing dua sisi, dan sumbing pada sisi kiri dua kali lebih banyak daripada sisi kanan. Laki-laki lebih dominan mengalami sumbing bibir dan palatum, sedangkan wanita lebih sering mengalami sumbing palatum. \n\n Tidak kenal maka tidak sayang, peribahasa ini juga sesuai dengan kondisi anak dengan sumbing. Wajar bilamana ibu kaget cemas dan bingung saat mengetahui anak sumbing. Oleh karena itu dengan lebih mengenal bibir dan lelangit sumbing, kecemasan dapat mereda ditambah didampingi oleh pakar ahli di bidangnya yang berkaitan yaitu dokter kandungan, dokter spesialis anak, dokter gigi, dokter spesialis THT, dokter rehabilitasi medik, tenaga kesehatan seperti psikiater, dan dokter bedah plastik. \n\n \n\n Apa Penyebab dari Sumbing? \n\n Bibir dan lelangit sumbing dapat terjadi karena berbagai penyebab (multifaktorial). Walaupun secara pasti etiologi belum diketahui, tetapi adanya faktor yang diperkirakan berperan pada terjadinya bibir sumbing, yaitu: \n\n - Konsumsi obat-obatan zat teratogen seperti Fenitoin (obat epilepsi), Thalidomide, Isotretinoin (obat jerawat) selama kehamilan \n\n - Kekurangan gizi selama kehamilan asam folat, vitamin B6 dan Zinc selama kehamilan \n\n - Konsumsi alkohol dan merokok selama kehamilan (dapat meningkatkan risiko sebanyak 10 kali lipat) \n\n \n\n Sedangkan beberapa faktor risiko yang meningkatkan terjadi nya bibir sumbing dan lelangit: \n\n - Etnik/ras asia lebih sering terjadi dibanding kaukasia \n\n - Riwayat sumbing pada orang tua/keluarga. \n\n - Riwayat penyakit keluarga \n\n - Usia orang tua; risiko meningkat apalabila kedua orangtua berusia lebih dari 30 tahun \n\n \n\n Apa Saja Gangguan Penyertanya? \n\n - Adanya celah pada bibir maupun palatum dapat menimbulkan gangguan fungsi yang biasanya menyertai \n\n - Kesulitan asupan nutrisi (gangguan celah menyebabkan bayi sulit menghisap atau makan makanan cair, yang kemudian menimbulkan masalah lain yaitu kekurangan gizi) \n\n - Gangguan bicara, akibat penurunan fungsi otot bicara sehingga berpengaruh terhadap pola bicara \n\n - Gangguan pertumbuhan tulang muka dan gigi \n\n - Infeksi telinga berulang akibat pendeknya saluran tuba eustachius dan abnormalitas otot -otot langit mulut \n\n - Kondisi kelainan lain yang berhubungan misal pada sindrom pierre robin \n\n \n\n Bagaimana Tatalaksana Bibir Sumbing? \n\n Sahabat Hermina tidak perlu cemas. Kemajuan dunia kedokteran akan membantu anak tumbuh dan berkembang optimal, sehingga dapat menjadi manusia yang produktif. Semakin dini anak dengan sumbing di konsultasikan, makan semakin baik. Karena diperlukan proses tata laksana yang bertahap. Tatalaksana anak dengan sumbing berdasarkan pendekatan berbagai disiplin ilmu (multidisciplinary approach). \n\n \n\n Pemberian makan-minum (feeding) \n\n Bayi dengan sumbing bibir dan langit-langit memiliki celah antara rongga mulut dan rongga hidung, yang mengakibatkan bayi kesulitan menyedot susu dari botol atau ASI dari Ibu dengan baik. Maka dibutuhkan dot khusus yang dapat membantu bayi meminum susu/ASI dengan baik. \n\n Bayi dengan sumbing bibir saja masih dapat menyedot secara normal pada payudara dan dot. \n\n Bayi masih dapat mengendalikan aliran ASI dan posisi payudara dalam mulutnya. Semakin cepat proses menyusui dimulai, maka bayi dapat lebih menyesuaikan diri. Refleks menutup glottis-saluran napas pada bayi masih bergungsi normal jadi tidak khawatir akan tersedak. Bila ada ASI/susu masuk ke dalam hidung maka refleks akan memuntahkan susunya saat itu timbul, ibu dapat lepaskan dot dan miringkan posisi anak. \n\n Oleh karena itu, langkah-langkah menyusui bayi sumbing perlu diperhatikan adalah: \n\n - Pada saat menyusui, bayi dalam posisi duduk dengan badan sedikit tegak sekitar 45 derajat , untuk mencegah ASI/susu mengalir ke dalam hidung. \n\n - Menjaga posisi botol agar tetap terangkat, sehingga bagian puting botol tetap terus terisi oleh ASI/susu. \n\n - Pada saat bayi sedang menyusui, dapat terjadi keluarnya susu/ASI melalui hidung. Oleh karena itu, tidak perlu panik. Posisikan bayi lebih tegak lagi. Jumlah susu yang keluar melalui hidung akan berkurang. Bayi akan batuk untuk membersihkan hidung. \n\n - Pada saat menyusui, bayi perlu sering sendawa. Lakukan hal tersebut dengan menggendong bayi secara tegak dan menepukkan punggung bayi dengan pelan. Lakukan hal tersebut 2-3 kali setiap bayi menyusui. \n\n - Waktu yang dibutuhkan untuk menyusui adalah 30-45 menit setiap kalinya. Jumlah susu/ASI yang diberikan adalah sebanyak 60-90 ml tergantung kesanggupan anak setiap kali menyusui. \n\n - Menyusui yang baik adalah sebanyak 6-8 kali setiap harinya. \n\n \n\n Pemasangan Plester dan NAM (Nasoalveolar Molding) \n\n Nasoalveolar Molding (NAM) adalah metode pasif nonbedah yang digunakan untuk mendekatkan segmen gusi dari tulang rahang atas, mendekatkan celah bibir, membentuk cuping hidung sebelum operasi, dan secara signifikan akan membuat hasil operasi menjadi lebih baik. Pemasangan NAM dimulai secepatnya setelah lahir sekitar 1 minggu, bila terjadi kegagalan pembuatan atau pemasangan NAM, pemasangan plester untuk tujuan diatas dapat menolong mendekatkan gap dan mencuatnya premaksila-prolabium (bagian tengah bibir) pada sumbing bilateral. \n\n \n\n Masih banyak lagi edukasi mengenai bibir dan langit sumbing mulai dari tata laksana perawatan gigi geligi, perawatan dan komplikasi pasca operasi labioplasty dan palatoplasty, masalah dan tatalaksana telinga dan pendengaran, masalah berbicara ada anak sumbing. \n\n Namun, ayah dan bunda tidak perlu khawatir dengan ilmu yang telah berkembang saat ini. Konsultasi dan berobatlah ke tim ahli RS Hermina Podomoro, ayah bunda akan dapat mengembalikan senyuman anak yang lebar dan indah seperti keinginan bersama. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 05 Februari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>