- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 19 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>
Menjaga Kesehatan Gigi Selama Ramadhan<\/a><\/h3>
Bulan Ramadhan adalah bulan suci bagi umat Islam di mana puasa dilaksanakan dari fajar hingga matahari terbenam. Selama bulan ini, perubahan pola makan dan minum yang drastis dapat berdampak pada kesehatan gigi dan mulut. Namun, dengan beberapa perhatian ekstra dan kebiasaan perawatan gigi yang baik, kesehatan gigi Anda dapat tetap terjaga. Berikut adalah beberapa tips penting untuk menjaga kesehatan gigi selama bulan Ramadhan: \n\n 1. Rutin Menyikat Gigi Setelah Sahur & Sebelum Tidur \n\n Setelah sahur dan sebelum tidur, segeralah menyikat gigi Anda. Ini membantu menghilangkan sisa makanan dan minuman yang menempel pada gigi dan mencegah pembentukan plak dan kerusakan gigi. \n\n 2. Hindari Makanan dan Minuman Manis Berlebihan \n\n Selama bulan Ramadhan, kecenderungan untuk mengonsumsi makanan dan minuman manis berlebihan meningkat. Hindari makanan dan minuman manis seperti minuman bersoda, permen, dan kue-kue yang dapat menyebabkan kerusakan gigi dan pembentukan karies. \n\n 3. Kurangi Konsumsi Makanan dan Minuman Asam \n\n Makanan dan minuman asam seperti jeruk, lemon, atau minuman berkarbonasi dapat melarutkan lapisan email gigi dan meningkatkan risiko terjadinya erosi gigi. Batasi konsumsi makanan dan minuman asam selama bulan Ramadhan. \n\n 4. Perbanyak Konsumsi Air Putih \n\n Pastikan untuk minum banyak air putih selama bulan Ramadhan, terutama saat sahur dan berbuka puasa. Air putih membantu membersihkan mulut dari sisa makanan dan minuman, serta membantu menjaga produksi air liur yang cukup untuk melindungi gigi. \n\n 5. Gunakan Obat Kumur Tanpa Alkohol \n\n Jika Anda menggunakan obat kumur, pilihlah produk tanpa alkohol. Obat kumur tanpa alkohol dapat membantu mengurangi risiko mulut kering dan membantu menjaga keseimbangan bakteri dalam mulut. \n\n 6. Rutin Periksa Kesehatan Gigi \n\n Meskipun sibuk dengan ibadah puasa, jangan lupakan pentingnya rutin memeriksa kesehatan gigi. Pastikan untuk menjadwalkan janji dengan dokter gigi untuk pemeriksaan rutin dan perawatan yang diperlukan. \n\n 7. Kurangi Konsumsi Produk Tembakau \n\n Hindari penggunaan produk tembakau seperti rokok dan shisha selama bulan Ramadhan. Produk tembakau dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mulut, termasuk penyakit gusi dan kanker mulut. \n\n Dengan menjaga kebiasaan perawatan gigi yang baik dan mengikuti tips di atas, Anda dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut Anda selama bulan Ramadhan. Jangan lupakan pentingnya kesehatan gigi sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan secara keseluruhan selama bulan suci ini. Selamat menjalankan ibadah puasa dan tetaplah menjaga kesehatan gigi yang optimal! \n\n Top of Form \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 18 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Pemasangan Behel atau kawat gigi ke Dokter Gigi Apa ?<\/a><\/h3>
Halo Sahabat Hermina, Memiliki gigi yang rapi merupakan impian bagi banyak orang. Tingginya demand untuk perawatan merapikan gigi ini memunculkan berbagai pilihan perawatan yang sering ditemui di masyarakat. \n\n Mulai dari perawatan merapikan gigi atau pemasangan behel oleh dokter gigi spesialis, dokter gigi umum biasa, hingga tukang gigi abal-abal. Nah jadi seharusnya kita pasang behel ke dokter gigi mana sih ? \n\n Jawabanya adalah ke dokter gigi spesialis Orthodonti, Spesialis ortodonsia adalah dokter yang memiliki spesialisasi khusus di bidang kedokteran gigi. Spesialisasinya difokuskan secara khusus untuk perawatan ketidakteraturan gigi (keselarasan dan oklusi) dan masalah rahang. Tindakan penanganannya umumnya melibatkan penerapan kawat gigi. \n\n Selain memperbaiki kondisi yang sudah ada/terjadi, spesialis ortodonsia juga dilatih untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin berkembang di masa depan. Dokter ini dapat melakukan pemeriksaan bagi semua orang tanpa terpaut usia. \n\n Behel bukan sekedar fashion ya, Sahabat Hermina . Behel tetap saja perawatan medis yang harus ditangani oleh dokter gigi yang memiliki kompetensi yaitu dokter spesialis orthodonti . Apabila tidak dilakukan dengan benar, perawatan behel bisa menjadi sia-sia atau bahkan merusak kondisi gigi. \n\n Apa Saja Kondisi Gigi Yang Harus di Behel ? \n\n \n\n Perawatan gigi dengan behel atau kawat gigi kini sudah sangat umum dilakukan. Penggunaan behel bertujuan untuk merapikan susunan gigi. \n\n Meski begitu, tidak semua kasus kelainan gigitan atau kelainan hubungan rahang bisa diatasi dengan behel. Beberapa di antaranya memerlukan tindakan yang lebih besar, seperti operasi bedah rahang. \n\n Kondisi lainnya yang sebaiknya tidak menggunakan behel adalah gigi berlubang dan peradangan gusi. Penggunaan kawat gigi justru dapat memperparah kondisi tersebut. \n\n \n\n Apa Saja Kondisi Gigi Yang Harus di Behel ? \n\n \n\n Perawatan gigi dengan behel atau kawat gigi kini sudah sangat umum dilakukan. Penggunaan behel bertujuan untuk merapikan susunan gigi. \n\n Meski begitu, tidak semua kasus kelainan gigitan atau kelainan hubungan rahang bisa diatasi dengan behel. Beberapa di antaranya memerlukan tindakan yang lebih besar, seperti operasi bedah rahang. \n\n Kondisi lainnya yang sebaiknya tidak menggunakan behel adalah gigi berlubang dan peradangan gusi. Penggunaan kawat gigi justru dapat memperparah kondisi tersebut. \n\n Lalu, apa saja kondisi gigi yang harus dibehel? \n\n \n Gigi Terlalu Maju \n Gigi Bercelah \n Gigi Berjejal \n Gigi Gingsul \n Rotasi Gigi \n ukuran gigi dan rahang tidak sesuai \n Gigi Tertanam \n Gigitan Terbaik \n Gigitan Terbuka \n \n\n \n\n Kenapa Pasang Behel Harus ke Dokter Spesialis Orthodonti ? \n\n Pemasangan Behel dan perawatannya sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi yang kompeten, yaitu dokter gigi spesialis ortodonsia. Memang sampai saat ini, banyak sekali dokter gigi umum yang melakukan pemasangan kawat gigi. \n\n Apabila Anda perlu membenahi posisi gigi, sebaiknya konsultasi dengan ortodontis. Contohnya, bila mengalami masalah saat menggigit atau posisi gigi yang berantakan. \n\n Patut diingat bahwa ada jenis gigi yang tidak bisa dibehel, seperti gigi atas terlalu maju (tonggos), gigi bawah terlalu maju, gigi berjejal, gigi tidak rapat, gigitan terbuka, dan impaksi gigi. \n\n \n\n Sebelum memilih dan melakukan perawatan di atas, dokter akan melakukan prosedur rontgen gigi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi gigi dan tulang rahang di bawahnya. \n\n Kemudian, dokter ortodonti akan menangani gangguan dengan pemasangan kawat gigi, behel transparan atau Invisalign, hingga operasi. \n\n Sebenarnya, tidak masalah bila Anda merapikan gigi dengan datang ke dokter gigi atau dentist. \n\n Namun, mungkin penanganannya akan berbeda bila Anda berkunjung ke ortodontis. Entah itu teknik perawatan dan pilihan pengobatannya yang lebih terbatas. \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Manado<\/a><\/li>
- 17 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
Nanah Pada Sekitar Gigi dan Gusi ? Awas Alami Abses Gigi<\/a><\/h3>
Abses gigi merupakan salah satu kondisi medis dimana pada sekitar gigi dan gusi terbentuk rongga yang didalamnya berisi nanah. Kondisi seperti ini biasanya terjadi akibat kurangnya perhatian pada kebersihan gigi dan mulut, sehingga menyebabkan terjadinya infeksi bakteri yang mengakibatkan timbulnya abses gigi. \n\n \n\n \n\n Perlu diketahui bawah abses gigi dapat terjadi pada siapa aja dewasa sampai pada anak-anak. Maka dari itu seseorang yang mengalami abses gigi harus segera mendapatkan penanganan dari dokter gigi, agar infeksi bakteri yang terjadi tidak menyebar sampai ke leher, kepala ataupun bagian tubuh lain. Nanah yang terkumpul pada sekitar gigi dan gusi seiring dengan waktu akan semakin memperburuk rasa nyeri yang ditimbulkan. \n\n \n\n Terdapat tiga jenis abses gigi, yaitu : \n\n \n Abses periodontal, jenis abses yang terjadi pada gusi yang tepatnya di sebelah akar gigi dan dapat menyebar hingga ke jaringan dan tulang di sekitarnya. \n \n Abses periapikal, jenis abses yang terjadi dan berkembang pada ujung akar gigi \n \n \n Abses gingiva, jenis abses yang terjadi pada gusi \n \n \n\n Penyebab Abses gigi, yaitu : \n\n Sampai saat ini penyebab utama seseorang terkena abses gigi adalah infeksi bakteri, seperti Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Bakteri-bakteri tersebut dapat masuk hingga ke dalam rongga gigi melalui lubang dan retakan yang terjadi pada gigi yang kemudian menyebabkan pembengkakan dan peradangan. \n\n Terdapat beberapa faktor kondisi yang membuat seseorang lebih rentan mengalami infeksi bakteri : \n\n \n \n Memiliki kebiasaan konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula, seperti minum ringan dan permen yang dapat menyebabkan gigi berlubang. \n \n \n Kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, kondisi seperti ini menyebabkan penumpukan plak yang dapat menyebabkan gigi berlubang. \n \n \n Sistem kekebalan tubuh yang tidak baik, sehingga rentan terinfeksi oleh berbagai penyakit. Biasanya diakibatkan oleh kondisi medis tertentu. \n \n \n\n Dari penyebab tersebut kita juga dapat memperhatikan gejala yang dapat ditimbulkan dari abses gigi, yaitu : \n\n \n \n Bau mulut yang tidak sedap \n \n \n Gusi bengkak dan nyeri \n \n \n Gigi akan terlihat berubah warna \n \n \n Demam \n \n \n Ngilu saat konsumsi makanan dan minuman \n \n \n Pembengkakan kelenjar getah bening \n \n \n Sesak nafas \n \n \n\n Lantas jika telah mengalami gejala tersebut, kapan sebaiknya seseorang harus ke dokter gigi ? Lebih baik rutin untuk melakukan pemeriksaan gigi minimal 6 bulan sekali, namun jika sudah bergejala dianjurkan untuk segera mungkin melakukan pemeriksaan ke dokter gigi agar gejala yang ditimbulkan tidak semakin parah. Karena dengan penanganan yang tepat oleh dokter gigi dapat meminimalisir efek buruk dari abses gigi. \n\n Untuk informasi bagi seluruh sahabat Hermina, di Rumah Sakit Hermina Manado, telah dilengkapi oleh dokter gigi, baik itu gigi umum dan gigi spesialistik. Dan jika ingin mengetahui jadwal praktek dan membuat janji bertemu dokter dapat melalui mobile aplikasi “Halo Hermina” dan website. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pekanbaru<\/a><\/li>
- 18 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
Ketahui Apa yang terjadi jika Menyimpan Karang Gigi<\/a><\/h3>
Apa Akibat Menyimpan Karang Gigi? \n\n \n Rongga Mulut Menjadi Tempat Sarang Bakteri \n Ketika bakteri membentuk koloni maka plak akan bertambah banyak, plak bisa menyebar sampai ke gusi. Ketika plak sudah sampai gusi, karang gigi atau plak menekan permukaan gusi sehingga terjadi peradangan atau ginggivitis. Ginggivitis adalah radang gusi dimana jaringan permukaan gusi sudah terinfeksi bakteri pembentuk karang gigi. Berikut tanda-tanda Ginggivitis\n \n Pada saat menyikat gigi gusi mudah berdarah \n Ketika bangun tidur gusi terasa berdarah \n Jika karang gigi sudah tebal sampai memenuhi gusi, ketika lidah menyentuh gusi, gusi gampang mengeluarkan darah2. Peradangan pada Jaringan Pendukung Gigi (Periodontitis) \n Apabila pada kondisi ginggivitis tidak segera dilakukan perawatan untuk pembersihan karang gigi, maka bakteri pada karang gigi akan terus berkembang lebih banyak, sehingga mencapai jaringan pendukung gigi lebih dalam yaitu tulang alveolar. \n Bakteri pada karang gigi akan merusak perlekatan antara tulang alveolar dengan lapisan permukaan gigi, yaitu Ligamen Periodontal. Pada kondisi ini, Anda akan merasakan:\n \n Gigi terasa ngilu, karena jaringan pendukung gigi dalam kondisi terlepas dari perlekatan, yang semestinya menyelimuti permukaan akar gigi \n Gigi mulai terasa goyang karena bakteri pada karang gigi yang lebih luas / banyak sehingga menerobos perlekatan antara jaringan pendukung gigi dan permukaan akar, lama kelamaan apabila tidak segera dilakukan perawatan, maka gigi akan lepas secara spontan karena makin meluas karang gigi maka derajat kegoyangan gigi semakin meningkat. \n \n \n \n \n Bau Mulut \n Walaupun sikat gigi secara teratur dan menggunakan obat kumur, bau mulut tetap ada karena bakteri masih tersimpan dikarang gigi. \n Gangguan Estetik \n Karang gigi atau plak dapat mengganggu penampilan atau membuat Anda tidak percaya diri, karena gigi cenderung terlihat tidak bersih, dan berwarna kekuningan \n \n\n Sahabat Hermina yuk periksakan kesehatan gigi minimal sekali 6 bulan, agar mulut tetap bersih dan terjaga. Jika Sahabat Hermina mengalami kondisi tersebut disarankan untuk ke dokter Gigi untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 22 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Menjaga Kesehatan Gigi Anak<\/a><\/h3>
Kesehatan gigi anak sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Perawatan gigi yang baik sejak dini dapat membantu mencegah masalah gigi dan mulut pada masa dewasa. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa menjaga kesehatan gigi anak sangat penting: \n\n \n Pencegahan kerusakan gigi: Menjaga kesehatan gigi anak melalui kebiasaan yang baik, seperti menyikat gigi dua kali sehari dan menghindari makanan manis atau asam berlebihan, dapat membantu mencegah kerusakan gigi. Mengajarkan anak tentang pentingnya kebersihan gigi sejak dini dapat membentuk kebiasaan yang baik dan mengurangi risiko timbulnya masalah gigi. \n Agar pertumbuhan dan perkembangan anak optimal : Anak-anak yang memiliki gigi susu perlu dirawat dengan baik. Gigi susu yang sehat dan kuat penting untuk mengunyah makanan dengan baik, memperoleh nutrisi yang cukup, dan membantu dalam perkembangan bicara yang baik. Sehingga tumbuh kembang anak optimal. Selain itu, gigi susu yang rusak atau hilang dapat memengaruhi pertumbuhan gigi permanen yang akan tumbuh setelahnya. \n Mencegah penyakit mulut: Kesehatan gigi yang buruk pada anak-anak dapat menyebabkan berbagai masalah mulut, termasuk infeksi, radang gusi, dan gigi berlubang. Infeksi gigi yang tidak diobati dapat menyebabkan rasa sakit, kesulitan makan, dan masalah dalam perkembangan wicara serta tulang rahang. Selain itu, penyakit gigi pada anak juga dapat memengaruhi kualitas tidur dan konsentrasi belajar. \n Mengajarkan kebiasaan hidup sehat: Menjaga kesehatan gigi anak merupakan bagian penting dari pendidikan tentang kebiasaan hidup sehat secara keseluruhan. Dengan mengajarkan anak untuk merawat gigi mereka secara teratur, mereka juga akan belajar tentang pentingnya menjaga kebersihan tubuh dan menjalani gaya hidup yang sehat secara umum. \n Penghematan biaya: Merawat gigi anak secara teratur dan mencegah masalah gigi akan membantu mengurangi biaya pengobatan gigi di masa depan. Tindakan pencegahan, seperti kunjungan rutin ke dokter gigi per 6 bulan sekali, sikat gigi secara teratur, dan pola makan yang sehat, dapat mengurangi risiko komplikasi dan biaya pengobatan yang lebih mahal di kemudian hari. \n \n\n Dalam menjaga kesehatan gigi anak, penting untuk melibatkan orang tua atau wali sebagai pemimpin dan contoh yang baik. Mengajarkan anak-anak untuk menyikat gigi dengan benar, menggunakan benang gigi, dan menjalani pola makan yang sehat adalah langkah awal yang penting. Selain itu, kunjungan rutin ke dokter gigi juga penting untuk memeriksa kesehatan gigi anak dan memberikan saran serta perawatan yang diperlukan. \n\n Dengan menjaga kesehatan gigi anak, kita dapat memberikan mereka fondasi yang kuat untuk memiliki gigi dan mulut yang sehat di masa depan. Investasi dalam perawatan gigi sejak dini akan membantu anak-anak tumbuh dengan gigi yang kuat dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 30 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Manfaat Menjaga Kesehatan Gigi Selama Puasa<\/a><\/h3>
Puasa merupakan bulan yang dinanti-nanti oleh umat Muslim di seluruh dunia sebagai bulan suci yang penuh berkah. Pada bulan puasa, umat Muslim diwajibkan untuk menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga matahari terbenam. Namun, menjaga kesehatan gigi selama bulan puasa juga penting dilakukan. \n\n Menjaga kesehatan gigi selama bulan puasa dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Berikut ini adalah beberapa manfaat menjaga kesehatan gigi selama puasa: \n\n \n Mencegah gigi berlubang \n \n\n Saat berbuka kita tidak akan terhindar dari mengkonsumsi makanan atau minuman yang serba manis. Dari makanan atau minuman manis yang kita konsumsi akan menyisakan debris yang menempel pada gigi. Sebelum debris ini bersatu dengan bakteri yang akan membentuk plak, maka harus dilakukan pembersihan agar tidak menimbulkan gigi berlubang. Plak adalah lapisan lengket yang terbentuk pada gigi dan mulut ketika sisa makanan dan minuman tidak dibersihkan dengan benar. \n\n \n Menjaga kesehatan gusi \n \n\n Kebiasaan menyikat gigi, akan mencegah plak menempel di gigi. Sehingga gusi akan tetap sehat dan terjaga dari bakteri yang akan menimbulkan peradangan pada gusi. \n\n Puasa dapat membantu mengurangi peradangan dan perdarahan gusi yang sering disebabkan oleh plak. Selama bulan puasa, kita juga dapat memperhatikan konsumsi makanan dan minuman yang mengandung banyak gula atau asam, yang dapat merusak gusi dan menyebabkan radang. \n\n \n Menjaga kesehatan jantung \n \n\n Menjaga kebersihan gigi selama puasa juga dapat membantu menjaga kesehatan jantung. Ada bukti bahwa terdapat hubungan antara kesehatan gigi dan risiko penyakit jantung. Jika gigi dan mulut tidak sehat, bakteri dapat masuk ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan peradangan yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung \n\n \n Membantu penyerapan nutrisi \n \n\n Kesehatan gigi yang baik dapat membantu meningkatkan penyerapan nutrisi oleh tubuh. Dengan gigi yang sehat, kita dapat mengunyah makanan dengan lebih baik sehingga memaksimalkan penyerapan nutrisi yang terkandung dalam makanan oleh tubuh. \n\n \n Meningkatkan kepercayaan diri \n \n\n Menjaga kesehatan gigi selama bulan puasa dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri. Dengan gigi yang bersih dan sehat, kita dapat tersenyum dengan lebih percaya diri dan merasa lebih baik tentang penampilan kita. \n\n \n Membuat nafas jadi lebih segar \n \n\n Bau mulut sering dihubungkan dengan keadaan mulut saat puasa. Kondisi ini terjadi karena saat puasa kondisi mulut kita cenderung kering. Saat kondisi kering, penumpukan sisa makanan dapat menimbulkan bau mulut. Dengan menyikat gigi secara rutin dapat membuat bau mulut berkurang dan nafas jauh lebih segar. \n\n Dalam rangka menjaga kesehatan gigi selama bulan puasa, pastikan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan rajin menyikat gigi setelah sahur dan sebelum tarawih, serta menggunakan benang gigi atau obat kumur. Selain itu, kurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung banyak gula atau asam, dan mengkonsumsi air putih yang banyak. Pastikan juga untuk mengunjungi dokter gigi secara rutin untuk pemeriksaan gigi dan mulut. Dengan menjaga kesehatan gigi selama bulan puasa, kita dapat merayakan bulan suci ini dengan kesehatan dan kebahagiaan yang optimal \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Daan Mogot<\/a><\/li>
- 17 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mitos dan Fakta tentang Kesehatan Gigi<\/a><\/h3>
Sakit gigi merupakan salah satu hal yang sering menghambat berbagai aktivitas, seperti pada saat tidur, bekerja, atau pun dapat menganggu saat makan. Seringkali, kita menyadari bahwa memiliki lubang pada gigi, namun karena belum terasa sakit maka tidak dilakukan penambalan, terlebih sering kali banyak yang takut untuk ke dokter gigi. \n\n Ketakutan untuk datang ke dokter gigi tidak dapat dipungkiri dengan adanya mitos-mitos kesehatan gigi. Oleh karena itu, kali ini kita akan bahas tentang mitos dan fakta kesehatan gigi apa aja sih yang sering ditakutkan. \n\n \n Mitos: Bau mulut muncul karena adanya masalah pencernaan \n \n\n Fakta: Bau mulut dapat muncul disebabkan oleh 2 factor yaitu internal dan external, yang dimaksud factor internal adalah yang berasal dari dalam tubuh (sistemik) contohnya pada pasien dengan GERD. Namun, pasien GERD jarang datang untuk mengeluhkan tentang bau mulutnya, keluhan bau mulut lebih sering ditemukan pada pasien-pasien dengan factor eksternal, seperti gigi berlubang, radang gusi, karang gigi, mulut kering, dll. \n\n Gigi berlubang bisa menyebabkan bau mulut, karena sisa-sisa makanan yang menyangkut pada gigi berlubang akan bertemu dengan bakteri-bakteri dalam mulut lalu membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap pada mulut. \n\n Radang gusi, yang paling sering ditemukan pasien mengeluhkan gusinya sering berdarah pada saat sikat gigi dan mulut berbau tidak enak. Hal ini dikarenakan adanya penumpukan karang gigi yang menimbulkan bau tidak sedap serta membuat gusi kita meradang yang efeknya lebih rentan untuk berdarah. \n\n Kenapa bisa meradang? Karena gusi tersebut tertekan oleh penumpukan karang gigi, apabila tidak dibersihkan maka akan semakin banyak dan makin menekan gusi, yang bisa berakibat ke gusi berdarah, jaringan penyangga gigi juga mengalami kerusakan seperti tulang penyangga gigi sehingga nantinya gigi akan goyang. Dan perlu diingat bahwa karang gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan menyikat gigi saja, karang gigi dapat dihilangkan dengan perawatan pembersihan karang gigi. Maka, jangan lupa untuk ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Produksi air liur yang berkurang juga dapat menyebabkan bau mulut. \n\n Contohnya pada saat berpuasa, terkadang kita sering merasa bahwa ada bau mulut, jika tidak ada berlubang dan karang gigi atau keluhan lain, itu menandakan suatu hal yang normal karena saat berpuasa produksi air liur berkurang. Sedangkan, air liur memiliki fungsi untuk membasuh, membantu membersihkan sisa-sisa makanan (self cleansing). Pada saat air liur berkurang maka flora dalam mulut berkembang yang menyebabkan bau mulut. \n\n pencegahannya untuk menghindari penyebab bau mulut, yakni dengan \n\n \n Sikat gigi 2x sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur malam \n Melakukan flossing dan penggunaan tongue scrapping (pembersih lidah) \n Konsumsi makanan berserat \n Minum 8 gelas air putih sehari \n Dan jangan lupa kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali \n \n\n \n\n \n Mitos: Gigi yang tinggal sisa akar tidak usah dicabut, toh sudah tidak sakit \n \n\n Fakta: Kasus sisa akar yang sering ditemukan biasanya berawal dari gigi berlubang, bila gigi berlubang dibiarkan dan tidak dirawat, lama kelamaan gigi tersebut dapat patah sedikit demi sedikit karena adanya tekanan kunyah. Pada akhirnya, mahkota gigi habis dan yang tersisa tinggal akarnya saja. Biasanya pasien tidak ada keluhan lagi terhadap giginya. Namun bukan berati masalah sudah selesai. Akar gigi yang masih berada di dalam mulut masih dapat menjadi sumber infeksi, selain itu pengunyahan pun akan terganggu. Meskipun sudah tidak terasa sakit, gigi tersebut harus dicabut dan dibuatkan gigi tiruan penggantinya. \n\n Mengapa perlu untuk dibuatkan gigi tiruan? \n\n Karena rongga mulut itu menjadi awal masuk nya makanan kedalam saluran percernaan. Jika ada gigi yang hilang dan tidak digantikan maka proses pengunyahan tidak sempurna dan berakibat ke kerja lambung menjadi semakin berat sehingga hal tersebut sebaiknya dihindari. Selain itu apabila ada ruang kosong akibat gigi yang hilang tidak diganti terutama gigi depan, hal itu akan berpengaruh terhadap estetik, pengucapan dan juga dapat mengakibatkan gigi tetangganya bergeser ke ruang yang kosong tersebut. Seperti misalnya pada kata-kata yang membutuhkan huruf f,v,ph (gigi depan atas bertemu dengan bibir bawah), th (lidah bertemu dengan bagian bekalang gigi atas depan). \n\n \n Mitos: Sakit gigi dapat sembuhkan hanya dengan minum obat penghilang rasa sakit (analgesik) \n \n\n Fakta: Obat penghilang rasa sakit hanya bersifat sementara saja biasanya sekitar 4-6 jam tapi tergantung juga pada tiap orang. Oleh karena itu, rasa sakit tersebut akan dapat muncul kembali setelah efek obatnya hilang, untuk benar-benar menghilangkan rasa sakit tersebut maka haruslah dicari penyebab rasa sakit tersebut dan dihilangkan. \n\n Dihilangkannya bagaimana? Apakah harus dicabut? \n\n Untuk terapi nya kita tidak langsung melakukan pencabutan, tetapi dengan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Apabila masih memungkinkan untuk dilakukan perawatan, maka akan dilakukan perawatan saluran akar. Apa beda nya dengan dilakukan penambalan langsung? Biasanya gigi yang sudah menimbulkan sakit spontan (tiba-tiba) menandakan bahwa infeksi bakterinya sudah mengenai syaraf gigi, oleh sebab itu perawatannya adalah dengan PSA (perawatan saluran akar), setelah sumber infeksinya dihilangkan barulah tidak akan timbul kembali rasa sakit. Jadi untuk tindakan pencabutan, itu merupakan pilihan terakhir apabila perawatan yang lain tidak dapat dilakukan. \n\n Dan, jangan lupa jangan sembarangan minum obat tanpa adanya instruksi dari dokter karena dapat mengakibatkan resistensi dosis obat. \n\n \n\n \n Mitos: Gigi bungsu harus selalu dicabut \n \n\n Fakta: Gigi bungsu atau yang sering diketahui sebagai gigi geraham paling belakang yang muncul paling terakhir pada saat dewasa memang sering impaksi (tumbuh miring, hanya sebagian muncul, maupun tidak terlihat sama sekali). Namun, fungsi dari gigi geraham sendiri adalah untuk menghaluskan makanan, semakin banyak dataran untuk mengunyah makanan maka semakin baik proses penghalusan makanannya. Jika, gigi bungsu tersebut impaksi, sering menimbulkan keluhan baik itu yang disertai infeksi maupun tidak, maka dianjurkan untuk dilakukan pencabutan. Namun, jika gigi bungsu tersebut erupsi (muncul) secara sempurna maka tidak perlu dilakukan pencabutan. \n\n \n Mitos: “Tidak usah ke dokter gigi selama gigi tidak sakit”. Benarkah? \n \n\n Fakta: “Sebaiknya tetap harus berkunjung ke dokter gigi secara rutin minimal setiap 6 bulan sekali”. Hal ini dikarenakan terkadang hanya dokter gigi yang bisa melihat masalah pada gigi yang mungkin ada tapi tidak kita sadari. Anda justru bisa mengetahui kondisi kesehatan gigi dan mulut mulai dari masalah bau mulut, kesehatan gusi, keberadaan plak dan karang gigi dan sebagainya sehingga perawatan pada tahap awal bisa dilakukan dengan segera. Jangan tunggu keadaan gigi menjadi parah baru datan ke dokter gigi. \n\n Tetapi, terdapat salah satu persepsi yang salah tentang kesehatan gigi dan mulut yaitu kalau tidak ada masalah, berarti semuanya sehat. Nah, ini yang membuat banyak orang malas memeriksakan gigi nya ke dokter gigi secara rutin. Tapi belum tentu ya, tidak ada keluhan sakit berarti tidak ada masalah. Akan lebih baik mencegah daripada mengobati. \n\n \n\n \n Mitos: Jika gigi anak berlubang, biarkan saja. Nantinya juga akan terganti dengan gigi tetap/permanen \n \n\n Fakta: Gigi anak yang berlubang harus tetap dilakukan perawatan. Kenapa? Karena jika tidak dilakukan perawatan maka infeksi bakteri yang ada pada gigi berlubang tersebut dapat menjalar ke jaringan pendukung gigi. Ini akan mempengaruhi gigi permanen yang sedang dalam proses tumbuh kembang. Selain itu, jika gigi anak berlubang juga berpengaruh terhadap menurunnya nafsu makan yang bisa membuat nutrisinya berkurang sedangkan anak sangat memperlukan nutrisi yang baik dan seimbang, selain itu juga dapat menyebabkan anak akan cenderung rewel. \n\n \n\n \n\n \n\n \n Mitos: Pada ibu hamil, gigi nya akan sering linu, mudah berlubang dan mudah keropos. \n \n\n Fakta: Keluhan ini muncul lebih disebabkan dari kebiasaan ibu hamil yang lebih sering mengonsumsi makanan manis dan merasa mudah mual sehingga malas menyikat gigi. Hal tersebut menyebabkan kondisi dalam rongga mulut menjadi asam dan gigi mudah berlubang. Oleh karena itu, disarankan pada ibu hamil untuk tetap rajin menyikat gigi dan kontrol ke dokter gigi selama masa kehamilan atau sebelum masa kehamilan. \n\n waktu yang dianjurkan apabila memang perlu kedokter gigi saat hamil, yaitu pada trisemester ke 2, karena pada saat itu pembentukan organ janin telah selesai. Kecuali pada kasus-kasus emergency. Kenapa tidak di trisemester 1 atau pun ke 3? Pada trimester 1 ini tidak disarankan untuk melakukan prosedur perawatan gigi karena dapat menimbulkan efek pada janin karena, pertumbuhan dan perkembangan janin masih sangat rentan. Pada trisemester ke 3 juga tidak disarankan karena menghindari terjadinya kontraksi dan mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan pada ibu hamil. \n\n \n\n Berikut fakta dan mitos seputar kesehatan gigi dan mulut yang perlu diketahui. Kalau sahabat punya keluhan gigi, jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter gigi di RS Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 30 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Dampak Buruk Mengisap Ibu Jari<\/a><\/h3>
\n\n Halo sahabat Hermina, Hampir semua anak anak menghisap ibu jari (non-nutritive sucking habits). Hal ini masih dapat dikatakan normal apabila terjadi pada fase oral, yaitu sampai usia 24 bulan. Namun hanya sekitar 40 % anak melakukan kebiasaan ini sampai usia 36 bulan. Kebiasaan ini berkurang seiring dengan berjalannya waktu dengan adanya interaksi sosial anak terutama saat bersekolah. Konsekuensi dari kebiasaan buruk menghisap ibu jari dipengaruhi oleh durasi (lamanya kebiasaan ini terjadi beberapa bulan/tahun) dan intensitas (sering atau tidaknya menghisap ibu jari), dan frekuensi (beberapa jam per hari). Apabila kebiasaan ini terus menerus terjadi sampai periode gigi bercampur ataupun periode gigi permanen dapat menyebabkan maloklusi dan proporsi wajah anak menjadi tidak seimbang. Hal lain yang mungkin dapat terjadi adalah berimplikasi terhadap psikologis, mempengaruhi keadaan bibir, pipi, lidah, dan gusi. \n\n Maloklusi merupakan gambaran hubungan gigi dan rahang antara rahang atas dan bawah saat menggigit tidak harmonis. Keadaan maloklusi pada anak yang memiliki kebiasaan buruk menghisap ibu jari hingga usia periode gigi bercampur (biasanya di atas 6 tahun) memiliki ciri khas terhadap susunan gigi geliginya. Hal tersebut dapat menyebabkan beberapa keadaan dalam rongga mulut, meliputi: \n\n \n Gigitan terbuka pada gigi seri. Hal ini terjadi dikarenakan terhambatnya pertumbuhan gigi seri bagian atas dan bawah yang dipengaruhi menghisap ibu jari. \n Gigitan silang pada gigi geraham. Hal ini secara tidak langsung terjadi karena adanya tekanan dari pipi dan posisi lidah lebih ke bawah saat menghisap ibu jari sehingga menyebabkan bentuk rahang atas lebih kecil dari rahang bawah dan posisi gigi geraham bersilangan. Selain itu bentuk dari lengkung gigi atas anak berbentuk huruf “V’. \n Proporsi wajah tidak seimbang. Terutama pada bagian rahang atas dan bawah lebih panjang daripada bagian atas wajah. \n Sulit berbicara. Gigitan terbuka gigi seri dapat menyebabkan anak kesulitan dalam mengucapkan huruf “S” dan “Z”. \n Gangguan psikologis. Kondisi gigitan terbuka gigi seri dapat mempengaruhi kepercayaan diri anak di usia remaja-dewasa nanti. \n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n Gambar 1. Kondisi susunan gigi pada anak dengan kebiasaan buruk \n\n menghisap ibu jari (Littlewood S, 2019) \n\n \n\n \n\n Pendekatan dalam menghentikan kebiasaan menghisab ibu jari dapat dilakukan dengan pendekatan melalui terapi dokter gigi dan non dokter gigi. Dokter gigi umum dan dokter gigi spesialis ortodonti sangat berperan dalam mengintervensi dini kebiasaan anak mengisap ibu jari. Alat yang digunakan berfungsi sebagai habit breaker. Namun dalam penanganannya apabila anak masih terasa sulit menghentikan kebiasaannya dapat juga berkolaborasi dengan psikolog. Hal ini menjadi fokus utama sebelum dirapikannya susunan gigi geligi. Setelah kebiasaan ini dapat dihentikan maka dokter gigi spesialis ortodonti berperan dalam merapikan gigi anak terhadap maloklusi yang terjadi. \n\n \n\n Gambar 2. Melakukan perban pada area ibu jari dapat berfungsi untuk mengingatkan anak untuk tidak menghisap ibu jari dan mengurangi rasa nikmatnya. Sebaiknya dipilih perban yang dapat tahan air (Proffit W, 2019) \n\n \n\n \n\n Gambar 3. Tongue Crib. Alat yang dapat digunakan untuk menghentikan kebiasaan anak meghisap ibu jari. Perawatan dilakukan oleh dokter gigi sepsialis ortodonti. Alat ini berfungsi untuk menghentikan kebiasaan anak menempatkan ibu jari di antara gigi seri (Proffit W, 2019) \n\n \n\n . Apabila kebiasaan menghisap ibu jari masih terjadi pada anak anda disaat masa periode gigi bercampur (di atas 6 tahun) segera konsultasikan ke dokter gigi umum atau dokter gigi spesialis ortodonti agar mendapatkan penanganan yang terbaik sehingga dapat meningkatkan kualitas dari fungsi pengunyahan, berbicara, penampilan, dan kepercayaan diri. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Serpong<\/a><\/li>
- 14 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Gigi berlubang hingga sakit berdenyut?<\/a><\/h3>
Lubang pada gigi bisa sangat menyakitkan, jika diikuti dengan rasa senut-senut atau berdenyut. Sakit gigi yang berdenyut-denyut biasanya menandakan adanya gigi yang berlubang atau infeksi pada mulut. \nKebanyakan kasus yang terjadi, sakit gigi berdenyut ini disebabkan lubang gigi yang terlalu dalam atau abses. Diagnosis penyebab sakit gigi berdenyut tidak dapat dilakukan apabila hanya berdasarkan gejalanya saja. \nOleh sebab itu, penting untuk memeriksakan keluhan sakit gigi yang terasa senut-senut ini ke dokter untuk dapat mengatasinya segera mungkin. \n\n Karies atau gigi berlubang. \nGigi memiliki 3 lapisan \nYaitu \n- email (lapisan terluar) \n- Dentin (tengah) \n- Pulpa/syaraf (bagian dalam) \n\n Karies gigi mengacu pada kerusakan pada lapisan tersebut. Kerusakan yang terjadi pada lapisan dentin biasanya akan menyebabkan gigi ngilu bila terkena air es atau makanan manis. Sedangkan Lubang gigi yang berdenyut-denyut atau terasa senut-senut, juga mungkin tanda kerusakan gigi yang mungkin telah mulai melukai saraf (pulpa) dan menyebabkan rasa sakit berdenyut spontan. \nDokter gigi dapat merawat karies dan gigi berlubang, tingkat kerusakan akan menentukan jenis perawatan yang tepat. \nJika sudah cukup dengan ditambal, maka dokter tidak akan melakukan perawatan lainnya. Namun, jika kerusakan sudah mencapai pulpa/syaraf mungkin akan membutuhkan prosedur perawatan saluran akar/endodontic treatment. \n\n Infeksi gigi \nSakit gigi senut-senut atau berdenyut juga bisa diakibatkan karena infeksi pada gigi yang berlubang , sehingga menimbulkan gejala lain termasuk bengkak pada wajah. \nInfeksi ini muncul saat Anda mungkin tidak segera mencari pengobatan untuk keluhan gigi berlubang yang parah. \nDalam kebanyakan kasus, biasanya dokter akan meresepkan antibiotik, serta pengobatan untuk penyebab yang mendasari. Bila perlu dilakukan tindakan atau prosedur medis lainnya seperti pencabutan gigi. \n\n Agar gigi tetap sehat \nJadi apa yang perlu anda lakukan untuk mencegah gigi berlubang? \nJaga kebersihan gigi dan mulut: \n- sikat gigi minimal 2x sehari saat bangun pagi dan sebelum tidur malam. \n- Berkumur air putih setelah makan/minum yang manis. \n- Pakai benang gigi untuk membersihkan sela-sela gigi. \n- Kontrol rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. \n\n Nah bagi sahabat hermina jangan ragu untuk konsultasikan segra kesehatan giginya di rs hermina serpong untuk mempermudah layanan sahabat hermina bisa daftar online terlebih dahulu melalui \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 08 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Menjaga Kesehatan Gigi di Masa Kehamilan<\/a><\/h3>
Kesehatan mulut dan gigi ibu hamil sebaiknya mendapat perhatian yang serius, bahkan sejak sebelum menikah. Hal ini mengingat bahwa dampak yang ditimbulkan dapat berpengaruh terhadap kehamilan. Salah satu bentuk kepedulian tentang kesehatan gigi ibu hamil adalah dengan menyebarluaskan informasi cara yang benar dalam merawat gigi, sejak sebelum hamil dan saat kehamilan. Menjaga kesehatan janin dan bayi sering menjadi fokus dan prioritas ibu hamil (bumil). Padahal, menjaga kesehatan gigi bumil tak kalah penting untuk diperhatikan. \n\n Ini disebabkan oleh perubahan hormon selama kehamilan sangat rentan terhadap timbulnya berbagai masalah gigi dan mulut. Jika dibiarkan, tentu dapat membahayakan kesehatan mereka sendiri dan juga bayi. Sebab, kerusakan gigi atau masalah mulut lainnya yang dialami wanita hamil dapat menyebabkan berbagai keadaan seperti kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, dan preeklampsia. Menjaga kesehatan mulut secara tepat dan teratur dapat dianggap sebagai bagian penting dari perawatan prenatal agar kesehatan gigi dapat terjaga dengan baik. \n\n \n\n Mengapa kesehatan gigi dan mulut penting bagi ibu hamil? \n\n 1. Selama kehamilan, ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi. \n\n Bila ibu hamil mengalami gangguan pada mulut dan gigi, maka kebutuhan pemenuhan makanan tersebut akan terganggu, terutama jika ibu hamil mengalami karies atau gigi keropos dan berlubang. Si ibu tidak dapat mengunyah makanan dengan baik sehingga gizi janin kurang, dan bayi mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. \n\n 2. Ibu hamil mengalami perubahan hormon, baik itu progesteron maupun estrogen. \n\n Dampak dari perubahan hormon kehamilan itu dapat memengaruhi kesehatan mulut dan gigi. Contohnya, ibu hamil trimester pertama sering muntah dan kelebihan air liur, dan rasanya ingin meludah terus-menerus. Bila tidak rajin kumur dan menggosok gigi, maka kuman dan bakteri penyakit mudah tumbuh, serta muncul bau mulut (halitosis) dan jamur atau sariawan pada rongga mulut. \n\n 3. Peningkatan risiko terjadinya pembengkakan gusi ataupun perdarahan pada gusi. \n\n Hal ini terjadi akibat pelunakan dari jaringan daerah gusi akibat peningkatan hormon. Kadang timbul benjolan-benjolan berwarna bengkak kemerahan pada gusi, dan gusi mudah berdarah. \n\n 4. Ibu Hamil Berisiko Mengalami Kelahiran Prematur \n\n \n\n Jangan menyepelekan masalah mulut dan gigi selama masa kehamilan, jika infeksi parah terjadi, kuman akan masuk ke dalam tubuh maka dapat meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur. Bukan itu saja, gigi berlubang yang dialami oleh ibu hamil dapat berujung pada radang gusi dan memicu infeksi bakteri. Nah, racun dari bakteri ini kemudian akan merusak gusi yang menyebabkan bakteri masuk ke dalam tubuh, dan menyebar melalui aliran darah. \n\n 5. Memicu Terjadinya Infeksi pada Janin \n\n Ibu hamil yang mengidap infeksi pada gusi akan berdampak pada kesehatan janin dalam kandungan. Berkaitan dengan hal tersebut, infeksi bisa saja menular pada janin melalui aliran darah plasenta. Bakteri yang menyebar ke seluruh tubuh akan memicu gangguan jantung pada ibu. Lebih dari itu, infeksi dapat berakibat fatal pada janin, seperti keguguran. \n\n \n\n Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi pada ibu hamil? \n\n Bunda Sahabat Hermina dapat menjaga kesehatan gigi dimulai dimasa sebelum kehamilan seperti: \n\n \n Melakukan penyikatan gigi secara benar serta gerakan sikat melingkar dengan hati-hati di sela–sela gigi. Sikat gigi arah atas ke bawah dan sebaliknya, arah bawah ke atas. \n Sikatlah gigi secara teratur dengan pasta gigi yang sesuai, dua kali sehari dan pada malam saat menjelang tidur. \n Hindari makanan terlalu panas, dingin, dan asam serta menggigit makanan yang terlalu keras. \n Hindari kebiasaan menusuk lubang pada gigi, terlebih dengan alat yang tidak bersih. Bila terdapat lubang di gigi, lakukan perawatan ke dokter. \n Bersihkan plak atau karang gigi secara teratur ke dokter gigi. Enam bulan sebelum menikah, cek kesehatan gigi dan mulut ke dokter. \n \n\n Pada masa kehamilan, Sahabat Hermina dapat melakukan tips perawatan gigi sebagai berikut: \n\n \n Gunakan sikat gigi yang lembut dan ukuran yang sesuai. \n Pada waktu ibu hamil muntah atau sering mengeluarkan air liur, jangan lupa untuk berkumur. Berkumur bisa dilakukan dengan air hangat yang dibubuhi garam. Berkumur dengan air hangat juga bermanfaat untuk membersihkan sisa-sisa lemak pada rongga mulut dan sela gigi. \n Pilih pasta gigi yang tidak merangsang alergi, terutama untuk gusi sensitif. \n Lakukan penyikatan gigi secara benar dan gerakan sikat melingkar dengan hati-hati di sela–sela gigi. Sikat gigi arah atas ke bawah; dan sebaliknya, arah bawah ke atas. \n Bila ada gangguan kesehatan pada mulut yang perlu menggunakan obat kumur, sebaiknya memperhatikan label pada kemasan tentang keterangan kontra indikasi untuk ibu hamil. Ibu hamil perlu berkonsultasi dengan dokter gigi dalam penggunaan obat kumur, terutama untuk mengatasi bakteri penyebab bau mulut ataupun membersihkan keasaman pada rongga mulut. \n Konsumsi buah-buahan berserat yang banyak mengandung vitamin C. \n Penuhi kebutuhan kalsium sesuai dengan anjuran dokter atau bidan, terutama dari sumber zat makanan alami. \n \n\n Sahabat Hermina yang memiliki keluhan seputar permasalahan gigi, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan di RS Hermina Pandanaran. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 21 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
Pentingnya Menjaga Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini<\/a><\/h3>
Menjaga kesehatan anak secara keseluruhan adalah hal yang penting dilakukan, termasuk kesehatan gigi dan mulut. Menjaga kesehatan mulut dan gigi adalah salah satu kebiasaan baik yang harus diajarkan sejak kecil. Dengan begitu, hal ini bisa menjadi kebiasaan dan membuat anak memiliki kesadaran yang tinggi untuk melakukan hal tersebut seumur hidupnya. Nyatanya, kebiasaan ini membantu mencegah karies dan penyakit periodontal seiring bertambahnya usia. \n\n \n\n \n\n Bahaya Tidak Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut \n\n \n\n Rutin menyikat gigi bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Namun perlu diketahui, hal itu saja mungkin tidak cukup, apalagi pada anak-anak. Rutinitas menggosok gigi, membersihkan rongga mulut menggunakan obat kumur, dan menggunakan benang gigi ternyata masih belum efektif untuk menghindari gangguan yang terjadi pada gigi dan mulut. \n\n \n\n Kondisi ini tidak boleh disepelekan begitu saja. Sebab, masalah pada gigi dan mulut bisa berakibat fatal dan memengaruhi kondisi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Infeksi pada gigi atau gusi dapat menyebar ke dalam jaringan tubuh lain. Dalam kondisi yang parah, infeksi bisa meningkatkan risiko penyakit atau gangguan pada organ lain. \n\n \n\n Ada beragam gangguan kesehatan gigi dan mulut yang bisa muncul jika Si Kecil tidak terbiasa menjaga kebersihan area tersebut. Risiko penyakit meningkat pada anak yang jarang menyikat gigi, mengunyah permen karet atau makanan manis secara berlebihan, serta kurang minum air putih. Nyatanya, kebiasaan-kebiasaan tersebut rentan membuat gigi dan gusi rusak. Gigi yang rusak bisa menimbulkan nyeri, pembengkakan pada gusi, gigi berlubang, bahkan pembusukan gigi pada anak. Ada beragam jenis sakit gigi yang mungkin muncul, di antaranya: \n\n \n\n 1. Karies Gigi \n\n Jenis sakit ini bersifat umum dan sering terjadi pada anak. Karies gigi muncul karena ada penumpukan plak pada area gigi dan mulut. Plak merupakan bakteri atau kotoran yang menempel dan hidup di rongga mulut. Seringnya, plak muncul karena sisa makanan yang tidak dibersihkan atau tidak menyikat gigi sebelum tidur. \n\n \n\n 2. Radang Gusi (Gingivitis) \n\n Gingivitis alias radang gusi juga bisa muncul akibat kebersihan gigi dan mulut yang tidak terjaga. Tidak berbeda jauh dengan karies gigi, radang gusi juga disebabkan oleh penumpukan plak pada gigi. Infeksi ini menyebabkan gusi meradang dan membuat gusi mudah berdarah. \n\n \n\n 3. Periodontitis \n\n Gangguan pada gusi bisa semakin parah, terutama jika anak tidak memiliki kebiasaan menyikat gigi dengan benar. Kondisi yang lebih berbahaya bisa terjadi, yaitu periodontitis. Kondisi ini merupakan infeksi gusi serius yang bisa merusak jaringan lunak dan tulang yang menyangga gigi. Gejala yang timbul sebagai tanda penyakit ini adalah bau mulut, perubahan warna gusi menjadi merah terang atau keunguan, pembengkakan dan perdarahan pada gusi. \n\n \n\n \n\n Lakukan Ini Untuk Jaga Kesehatan Mulut Anak \n\n \n\n Ada banyak yang hal dapat orangtua lakukan untuk menjaga kesehatan mulut anak, di antaranya: \n\n 1. Bantu dan ajari anak saat sedang menyikat gigi. Bila orangtua bersama-sama anak melakukan pembersihan gigi, anak akan lebih termotivasi dan meniru contoh dari orangtuanya. \n\n 2. Selain itu, orangtua dapat memerhatikan apakah cara sikat gigi anak sudah benar. Jangan biarkan anak sendirian atau hanya ditemani pengasuhnya. \n\n 3. Gunakan pasta gigi dengan aneka rasa dan warna menarik yang formulanya sudah dirancang agar aman bila tertelan. Berikan pasta gigi yang mengandung fluor setelah anak berusia 3 tahun ketika ia sudah mampu berkumur. \n\n 4. Awasi jenis jajanan anak. Permen, cokelat, atau makanan manis lain tetap dapat diberikan, namun tetap tekankan pentingnya menyikat dan membersihkan gigi sebelum tidur. \n\n 5. Luangkan waktu untuk melihat dan memeriksa gigi anak. Bila hal ini sering dilakukan, anak tidak akan terlalu merasa asing saat harus dibawa ke dokter gigi. Bila ada kelainan dalam rongga mulut anak, maka dapat ditemukan sedini mungkin. \n\n \n\n \n\n Pentingnya Memeriksakan Gigi Anak Sejak Dini \n\n \n\n Ada banyak manfaat dari merawat gigi anak sejak dini. Semakin cepat anak-anak memulai pemeriksaan gigi, semakin besar pula keuntungan yang akan didapat sepanjang hidup mereka. Beberapa di antaranya, yaitu: \n\n \n\n 1. Anak Lebih Tenang Saat ke Dokter Gigi \n\n Memulai kunjungan gigi lebih awal akan meningkatkan kemungkinan anak melihat praktik dokter gigi sebagai bagian rutin dari kehidupan mereka. Hal ini tentu akan membantu mereka dengan pengalamannya, agar tetap tenang saat memeriksakan gigi ke dokter gigi. Karena jika anak tidak terbiasa ke dokter gigi, mereka bisa saja merasa takut atau cemas berlebih saat harus ke dokter gigi. \n\n \n\n 2. Mengedukasi Orangtua \n\n Selain itu, pemeriksaan gigi sedari dini juga bermanfaat untuk para orangtua. Sahabat Hermina bisa tahu lebih banyak tentang cara menyikat gigi yang benar, rekomendasi perawatan mulut, serta dapat berdiskusi langsung dengan dokter gigi mengenai kebutuhan diet serta fluoride untuk anak. \n\n \n\n 3. Mengatasi Masalah Gigi Sedini Mungkin \n\n Anak kecil umumnya sangat rentan terhadap kerusakan gigi. Dengan kunjungan ke dokter gigi yang dimulai sejak awal kehidupan mereka, tentu akan meningkatkan peluang dalam mendeteksi masalah gigi yang dapat berkembang. Kerusakan gigi seperti gigi berlubang adalah penyakit kronis yang paling umum dialami oleh anak-anak. Dengan melakukan pemeriksaan secara rutin, adanya gigi berlubang atau masalah lainnya dapat diatasi sedini mungkin. \n\n \n\n 4. Mencegah Kerusakan Gigi \n\n Selain merawat gigi yang membusuk, anak mungkin juga memerlukan tindakan pencegahan seperti pemberian sealant atau aplikasi fluoride tambahan. Hal ini penting, terutama jika mereka berisiko lebih tinggi terhadap kerusakan gigi. \n\n \n\n \n\n Pemeriksaan yang dilakukan sejak dini akan membantu melindungi gigi dan mencegah kerusakan gigi pada anak. Hal ini harus diperhatikan oleh para orangtua, karena masalah gigi dan mulut bisa sangat mengganggu. Pasalnya, jika anak terkena masalah gigi, nafsu makannya bisa berkurang hingga sulit berkonsentrasi. \n\n \n\n Selain itu, perawatan di rumah juga tak kalah penting guna menjaga kesehatan gigi dan mulut anak. Biasakan anak untuk menggosok gigi dua kali sehari, yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. Tak lupa, ganti sikat gigi anak setiap 3-4 bulan sekali. Karena sikat gigi bisa penuh dengan kuman, yang tentunya dapat merusak gigi anak. \n\n \n\n Oleh karena itu, agar gigi Si Kecil tetap sehat dan kuat sepanjang hidupnya, orang tua memiliki peranan penting dalam melakukan kunjungan sedini mungkin ke dokter gigi. Jadi, jangan lupa untuk lakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi setiap enam bulan sekali. RS Hermina Pandanaran memiliki dokter gigi anak, lakukan kontrol rutin dan periksakan segera jika buah hati sahabat hermina memiliki keluhan seputar kesehatan gigi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 19 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
Karang Gigi<\/a><\/h3>
Masalah kesehatan gigi yang sangat umum dan sering diabaikan adalah karang gigi. Padahal, apabila karang gigi dibiarkan, dapat menyebabkan penyakit gigi dan mulut yang serius. Untuk mencegah hal ini terjadi, Sahabat Hermina harus terlebih dahulu memahami apa penyebab karang gigi dan cara mencegahnya. \n\n \n\n Karang gigi atau kalkulus biasanya tidak menimbulkan gejala fisik atau rasa ketidaknyamanan, sehingga banyak orang yang tidak menyadari adanya karang gigi di dalam mulutnya. \n\n \n\n Meski tidak menimbulkan gejala, karang gigi yang tidak dibersihkan dan dirawat tepat waktu dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi dan gusi, seperti gingivitis (radang gusi), kerusakan gigi, bahkan kehilangan gigi. \n\n \n\n \n\n Penyebab Karang Gigi dan Bahayanya \n\n \n\n Terbentuknya karang gigi disebabkan karena penumpukan plak pada gigi yang terlalu lama dan tidak dibersihkan. Plak gigi adalah lapisan tipis sisa makanan yang tertinggal di dalam mulut. \n\n \n\n Pembentukan karang gigi dapat disebabkan oleh berbagai alasan, antara lain: \n\n \n\n 1. Kebersihan gigi dan mulut yang tidak dijaga, misalnya jarang menyikat gigi atau tidak menggunakan benang gigi untuk membersihkan gigi \n\n \n\n 2. Kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman yang banyak mengandung gula, seperti permen, susu, minuman kemasan, dan kue \n\n \n\n 3. Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol \n\n \n\n 4. Mulut kering, seperti efek samping obat, penyakit autoimun, atau penyakit tiroid \n\n \n\n \n\n Penumpukan karang gigi ini tidak bisa dihilangkan dengan menyikat gigi seperti biasa. Hal ini membuat bakteri di karang gigi mengiritasi dan merusak gusi dan gigi. \n\n \n\n Seiring berjalannya waktu, iritasi tersebut bisa memicu penyakit gusi, seperti gingivitis dan periodontitis, yang bisa berdampak serius jika tidak diobati. \n\n \n\n Periodontitis ini kemudian dapat meningkatkan risiko terjadinya gigi tanggal serta kerusakan pada tulang dan jaringan di sekitar gigi. Selain itu, periodontitis yang tidak diobati juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit lain, seperti penyakit jantung dan stroke. \n\n \n\n \n\n Pencegahan Karang Gigi \n\n \n\n Karang gigi dapat kita cegah sedini mungkin dengan melakukan perawatan gigi dirumah. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah: \n\n \n Sikat gigi setidaknya 2 kali sehari \n Bersihkan gigi dengan benang gigi setidaknya sekali sehari \n Gunakan pembersih mulut antibakteri \n Lakukan pemeriksaan dan perawatan gigi di dokter gigi tiap 6 bulan sekali \n Makan makanan dengan gizi yang seimbang \n Hindari merokok \n \n\n \n\n \n\n Cara Mengatasi Karang Gigi \n\n \n\n Untuk mengatasi pembentukan plak dan karang gigi, Sahabat Hermina bisa melakukan cara-cara berikut ini: \n\n \n\n 1. Sikat gigi secara teratur \n\n Menyikat gigi dengan benar, gosok gigi secara teratur 2 kali sehari selama 2 menit setiap kali. Saat menyikat, pastikan untuk menyentuh bagian belakang gigi dan geraham. \n\n \n\n Saat menyikat gigi, gunakan pasta gigi berfluoride dan sikat gigi yang lembut. Cobalah untuk menjangkau semua area antara gigi dan mulut. \n\n \n\n 2. Gunakan benang gigi dan obat kumur \n\n Floss gigi Anda setidaknya sekali sehari setelah menyikat gigi. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan plak dan sisa makanan yang mungkin masih tertinggal di antara gigi karena sulit dijangkau dengan sikat gigi. \n\n \n\n Setelah itu, bilas mulut Anda dengan obat kumur untuk membersihkan gigi dan mulut, serta membasmi bakteri penyebab plak dan karang gigi. Untuk menghindari iritasi pada gusi dan mulut, Anda bisa menggunakan obat kumur non-alkohol atau obat kumur yang mengandung minyak esensial. \n\n \n\n 3. Kurangi konsumsi gula \n\n Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bakteri penyebab plak gigi berkembang karena mengonsumsi makanan atau minuman yang banyak mengandung gula. Untuk mengontrol penumpukan plak, batasi asupan makanan manis dan tingkatkan asupan makanan bergizi seimbang. \n\n \n\n 4. Minum air putih yang cukup \n\n Dianjurkan agar minum 8 gelas atau sekitar 2 liter air sehari. Air dapat menghilangkan bakteri dan kotoran dari mulut, yang dapat menyebabkan plak menumpuk, yang menyebabkan karang gigi. Selain itu, minum air putih yang cukup setiap hari juga dapat mencegah mulut kering yang dapat merusak gigi. \n\n \n\n 5. Hindari merokok dan minuman beralkohol \n\n Jauhilah rokok dan minuman beralkohol sebisa munkin. Karena kebiasaan buruk tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan gigi dan mulut, termasuk pembentukan karang gigi. \n\n \n\n \n\n Bagaimana Cara Menghilangkan Karang Gigi? \n\n \n\n Menyikat gigi saja tidak cukup efektif untuk menghilangkan karang gigi yang sudah terbentuk. Sahabat Hermina perlu bantuan dokter gigi untuk menghilangkan karang gigi. \n\n \n\n Scaling gigi adalah metode paling umum yang digunakan dokter untuk mengatasi karang gigi. Prosedur ini terbagi menjadi dua teknik, yaitu secara manual dan menggunakan mesin ultrasonik. \n\n \n\n Untuk mengatasi karang gigi yang masih tipis atau jumlahnya sedikit dokter gigi akan melakukan prosedur scaling gigi secara manual. Jika jumlah karang gigi sudah terlalu banyak, scaling gigi bisa dilakukan dengan menggunakan mesin ultrasonik. \n\n \n\n Pada dasarnya, karang gigi harus segera dibersihkan walau jumlahnya hanya sedikit dan tidak menimbulkan keluhan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa penyakit gigi dan mulut yang lebih serius. \n\n \n\n Oleh karena itu, Sahabat disarankan untuk rutin melakukan pemeriksaan gigi ke dokter gigi setidaknya 6 bulan sekali. Saat pemeriksaan gigi, dokter akan mengevaluasi kondisi kesehatan gigi dan mulut Anda, serta membersihkan gigi Anda jika sudah terbentuk plak dan karang gigi. Periksakan kesehatan gigi dan mulut Sahabat Hermina di Rumah Sakit Hermina Ciruas. Dokter gigi kami siap melayani Anda. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 19 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Juni 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 08 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 14 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 30 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 17 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 22 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 18 September 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 17 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 18 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Maret 2024<\/li><\/ul><\/div>