- Hermina Pandanaran<\/a><\/li>
- 14 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Cegah Komplikasi, Ketahui Penanganan Luka Pada Penderita Diabetes!<\/a><\/h3>
Diabetes merupakan penyakit dengan kondisi gula darah dalam tubuh tinggi yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi masalah kesehatan, salah satunya adalah luka kaki diabetes atau ulkus diabetikum. Seperti diketahui, gula darah tinggi pada penderita diabetes karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin, atau insulin tidak dapat berkerja secara optimal (resistensi insulin). Padahal insulin sangat dibutuhkan untuk menyerap glukosa atau gula dari makanan untuk dijadikan energi pada tubuh. Glukosa yang menumpuk dalam darah menyebabkan kadar gula darah tinggi. \n\n Luka pada pengidap diabetes memiliki waktu penyembuhan lebih lama dibandingkan dengan luka pada orang sehat. Kondisi ini disebabkan oleh kadar gula darah yang terlalu tinggi. Hal tersebut memicu kerusakan saraf, menurunkan kekebalan tubuh, dan menurunkan sirkulasi darah ke area luka. Dampaknya, luka jadi sulit mengering dan susah disembuhkan. Perawatan luka diabetes dibutuhkan guna mencegah penyebaran luka dan meningkatkan resiko amputasi. Beberapa caranya, yakni membersihkan luka, mengurangi tekanan pada luka, menutup luka dengan perban, dan mengontrol kadar gula darah secara rutin. \n\n \n\n Langkah Perawatan Luka Diabetes \n\n Beberapa langkah yang dapat dilakukan, antara lain: \n\n 1. Membersihkan luka \n\n Perawatan luka diabetes yang utama dapat dilakukan dengan membersihkan luka setiap hari. Caranya dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Setelah itu, keringkan dan oleskan salep rekomendasi dari dokter. Jangan merendam bagian luka karena dapat memicu infeksi. \n\n 2. Mengurangi tekanan pada luka \n\n Tekanan pada luka dapat dikurangi dengan cara mengenakan pakaian longgar. Jika lukanya terletak di bagian kaki, sebaiknya gunakan sepatu yang dirancang khusus guna mencegah perburukan luka akibat diabetes. Langkah ini bisa mempercepat proses penyembuhannya. \n\n 3. Menutup luka dengan perban \n\n Menutup luka bertujuan untuk mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhannya. Namun, pastikan untuk memilih perban atau kasa khusus untuk diabetes, sesuai dengan rekomendasi dari dokter. \n\n 4. Mengontrol kadar gula darah \n\n Perawatan luka diabetes selanjutnya dapat dilakukan dengan mengontrol kadar gula darah. Sebab, kadar gula yang tak terkendali bisa mempersulit proses penyembuhan, bahkan memperburuk luka yang sudah ada. Selain itu, pengidap juga disarankan untuk menjalani pola hidup sehat dan terapi insulin jika dibutuhkan. \n\n 5. Perhatikan tanda infeksi \n\n Infeksi pada luka diabetes ditandai dengan kemerahan, rasa sakit, nanah, pembengkakan, dan sensasi hangat di area sekitarnya. Terkadang, muncul luka dari dalam luka disertai dengan bau menyengat. Jika kondisi tersebut terjadi, perawatan luka diabetes dapat dilakukan dengan membersihkan darah, air, dan nanah. Selanjutnya, hilangkan kulit mati di area sekitar dan mengoleskan salep rekomendasi dari dokter. \n\n 6. Memenuhi asupan nutrisi \n\n Salah satu asupan yang direkomendasikan guna mempercepat proses penyembuhan luka adalah protein. Nutrisi tersebut dapat diperoleh dari telur, dada ayam, ikan salmon, udang, tuna, susu, dan kacang kedelai. Protein dapat membantu memperbaiki jaringan kulit yang mengalami kerusakan. Selain protein, pastikan untuk memenuhi asupan kalori, lemak, serat, zink, dan vitamin C guna mempercepat proses penyembuhan luka. \n\n \n\n Jika perawatan luka diabetes tidak dilakukan dengan tepat, dampaknya bisa berupa kematian jaringan yang berujung pada amputasi. Semakin cepat melakukan penanganan, maka semakin kecil risiko terjadinya komplikasi. Sahabat Hermina lakukan kontrol kesehatan secara rutin di RSU Hermina Pandanaran, dapatkan kemudahan pendaftaran dokter melalui mobile aplikasi Halo Hermina, Call Center 1500488 dan website www.herminahospitals.com. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 22 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
Tips Perawatan Luka Pada Pasien Diabetes<\/a><\/h3>
Tahukah sahabat hermina ? \n\n Luka pada penderita diabetes memiliki masa penyembuhan yang lebih lama dibanding dengan luka pada orang yang tidak memiliki diabetes, hal ini disebabkan karena kadar gula darah pada penderita diabetes terlalu tinggi, sehingga hal tersebut dapat merusak saraf, menyebabkan sirkulasi darah memburuk sehingga menghambat proses perbaikan jaringan tubuh yang mengalami kerusakan sehingga luka akan tetap terbuka, basah dan sulit untuk sembuh. Oleh karena itu pada penderita diabetes luka yang tidak kunjung sembuh menyebabkan penderita diabetes akan lebih rentan terinfeksi jamur dan bakteri serta gangrene. Tingginya kadar gula darah juga dapat menjadi pemicu menurunnya sistem kekebalan tubuh. Sehingga jika tidak ditangani dengan benar luka akan terus menyebar dan bisa menimbulkan resiko amputasi pada bagian tubuh yang sudah mengalami luka yang lama. \n\n Bagaimana Perawatan Luka diabetes yang tepat ? \n\n \n\n Cepat dan tepatnya penanganan pada luka yang terjadi pada penderita diabetes akan memperkecil resiko amputasi. Berikut beberapa hal yang dapat sahabat hermina lakukan selama merawat luka pada pasien diabetes : \n\n \n Kontrol kadar gula darah \n \n\n Gula darah yang tidak terkontrol menjadi salah satu faktor penyulit proses penyembuhan pada luka diabetes. Karena itu sahabat hermina penting sekali untuk mengontrol gula darah dengan rutin. Menjaga pola makan yang baik dan sehat, teratur dalam mengkonsumsi obat atau insulin, serta melakukan konsultasi dengan dokter spesialis untuk mengontrol kadar gula darah. \n\n \n\n \n Bersihkan luka setiap hari \n \n\n Memelihara kebersihan luka adalah hal yang paling penting dilakukan, langkah pertama yang dapat sahabat hermina lakukan adalah dengan membersihkan luka setiap hari. Gunakan air yang mengalir dan sabun lalu keringkan dengan benar. Sahabat hermina dapat mengoleskan salep pada daerah sekitar luka yang sudah diresepkan oleh dokter. Sahabat hermina tidak disarankan untuk merendam bagian yang luka karena akan meningkatkan resiko infeksi. \n\n \n Hindari melakukan tekanan pada luka \n \n\n Tekanan yang terlalu keras pada area yang luka akan menambah parah pada luka, oleh karena itu Sahabat Hermina disarankan untuk menghindari tekanan pada daerah luka, jangan gunakan pakaian yang terlalu ketat. Jika luka terjadi diarea sekitar kaki sebaiknya gunakan alas kaki yang memang dirancang untuk pasien diabetes. \n\n \n Tutup luka diabetes dengan perban \n \n\n Untuk mencegah terjadinya resiko infeksi maka disarankan untuk menutup luka diabetes dengan baik, konsultasikan terlebih dahulu untuk pemilihan perban dengan tenaga medis agar sahabat hermina dapat memilih perban yang sesuai dengan kebutuhan. \n\n \n Cek tanda terjadinya infeksi pada luka \n \n\n Gejala infeksi biasanya dapat kita kenali dengan beberapa ciri khas, diantaranya : hangat disekitar area luka, muncul rasa sakit, kemerahan, bengkak, luka yang berair, bernanah dan disertai dengan bau tidak sedap. \n\n Jika sahabat hermina mengalami kondisi seperti diatas, pastikan sahabat hermina membersihkan luka dengan benar. Jangan sungkan untuk melakukan konsultasi dengan dokter jika sahabat hermina mengalami kesulitan dalam menangani kondisi ini. \n\n \n\n Dalam proses penyembuhan luka sahabat hermina disarankan untuk tetap memperhatikan asupan nutrisi yang cukup. Salah satu nutrisi yang harus terpenuhi adalah protein. Oleh karena itu selain saran dari dokter sahabat hermina juga disarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter gizi atau ahli gizi di RS. Hermina terdekat. \n\n Jika ternyata cara yang sudah dilakukan tidak membantu sahabat hermina dalam perawatan luka diabetes, segeralah melakukan konsultasi dengan dokter di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 26 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Jangan Gunakan Pasta Gigi untuk Mengobati Luka Bakar<\/a><\/h3>
Luka bakar biasanya terjadi akibat pekerjaan sehari-hari, seperti memasak, menyetrika pakaian, membakar sampah, atau mengganti air radiator. Seperti sudah menjadi tradisi di masyarakat, bahwa jika terkena luka bakar, oleskan pasta gigi di daerah yang terkena luka bakar. Alih-alih menghilangkan panas yang mungkin disebabkan oleh efek dingin, pemberian pasta gigi ini justru memperparah luka bakar yang terjadi. \n\n \n\n Oleh karena itu, yang terbaik adalah mengetahui mengapa Sahabat Hermina harus menghentikan kebiasaan menggunakan pasta gigi untuk mengatasi luka bakar. Sebelum membahas lebih lanjut larangan menggunakan pasta gigi pada luka bakar, mari kita bahas dahulu apa itu luka bakar. \n\n \n\n LUKA BAKAR \n\n Luka bakar adalah luka pada kulit yang disebabkan oleh panas, seperti kebakaran, cairan panas (air atau minyak), listrik, bahan kimia, gesekan atau radiasi matahari, yang dapat menyebabkan kerusakan pada otot, selaput lendir, atau bagian tubuh lainnya. \n\n Berikut ini adalah diskusi tentang luka bakar dan derajat keparahannya: \n\n - Luka Bakar Level 1 \n\n Pada tingkat ini, luka bakar hanya mengenai lapisan atas kulit (epidermis). Pada luka bakar derajat satu, luka bakar tersebut membuat kulit menjadi merah dan bengkak, menyebabkan penderita merasakan nyeri yang sangat parah. Rasa nyeri tersebut disebabkan oleh nyeri saraf pada kulit yang terkena rangsangan panas. \n\n - Luka Bakar Level 2 \n\n Pada tingkat ini, luka bakar terjadi di lapisan kulit yang lebih dalam dari pada Tingkat 1. Kulit yang terkena luka bakar ini akan melepuh dan mengelupas. Tepi kulit yang terkena luka bakar terlihat kemerahan dan bisa menimbulkan rasa sakit. \n\n - Luka Bakar Level 3 \n\n Pada level ini, luka bakar akan merusak lapisan kulit lebih dalam. Pasalnya, kerusakan terjadi pada lapisan lemak, otot, dan tendon. Pada tingkat ini luka bakar tidak akan menimbulkan rasa nyeri, karena luka bakar tersebut akan merusak saraf pada kulit. Dalam hal ini sering terjadi komplikasi yaitu infeksi dan dehidrasi. Dehidrasi bisa terjadi karena tubuh kehilangan lapisan pelindung kulitnya. Akibatnya, sejumlah besar cairan tubuh dilepaskan, terutama melalui mekanisme penguapan. Jika area kulit yang terluka besar, dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan segera dan tepat. \n\n - Luka Bakar Level 4 \n\n Lukanya lebih berat dari level 3 dan dasar lukanya berwarna hitam. Luka bakar ini dapat merusak lapisan di bawah kulit dan bahkan tulang. Umumnya luka bakar yang terjadi di level 1 dan 2 tergolong luka bakar ringan, jika cakupannya tidak luas, bisa dirawat di rumah. Namun, pada luka bakar level 3 dan 4, pasien luka bakar harus segera dibawa ke rumah sakit. Pasalnya, luka bakar level 3 dan 4 bisa mengancam jiwa. \n\n \n\n Perawatan luka bakar ringan dapat dirawat secara terpisah di rumah. Namun, pemrosesannya harus benar. Karena jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan infeksi dan komplikasi yang serius. \n\n \n\n PASTA GIGI DAN LUKA BAKAR \n\n Sudah sejak lama masyarakat mengenal kebiasaan menggunakan pasta gigi untuk luka bakar. Para penggunanya menyebutkan bahwa rasa pasta gigi yang dingin dapat memberikan efek mendinginkan dan menghilangkan rasa sakit. \n\n \n\n Namun, tahukah Anda bahwa kebiasaan ini tidak benar? Tidak disarankan menggunakan pasta gigi untuk luka bakar karena akan memperburuk kondisinya. \n\n \n\n Untuk mengetahui mengapa pasta gigi tidak dianjurkan untuk luka bakar, berikut penjelasannya: \n\n Kandungan mentol, zat pemutih, perasa dan bahan kimia lainnya pada pasta gigi dapat menyebabkan peradangan dan infeksi. Selain itu, kandungan tersebut juga dapat menyebabkan penyembuhan luka yang kurang baik yang terjadi. \n\n Pasta gigi akan menyebabkan kulit terbakar dari luar, sehingga udara di bawah kulit tidak akan keluar dari udara luar. Akibatnya suhu di bawah kulit masih sangat panas, dan proses luka akibat panas yang tidak dikeluarkan akan terus berlanjut, dan akhirnya luka bakar akan semakin dalam dan berat. \n\n \n\n Lantas, bagaimana jika kita tidak sengaja terbakar pada saat sedang aktivitas sehari-hari? \n\n Letakkan area yang terbakar di bawah air mengalir selama 15 menit. Tujuannya untuk mendinginkan suhu di sekitar luka. Dengan ini, proses perusakan akibat panas lebih lanjut akan terhenti. Dinginnya air bisa menghilangkan rasa sakit akibat panas. Selain itu, bisa juga dicuci dengan sabun untuk menghilangkan sumber panas yang menempel di kulit, seperti minyak goreng. Namun, harus dibersihkan secara perlahan dan hati-hati agar tidak semakin merusak jaringan yang terkena benda panas. Jika kita terkena bahan kimia, kita juga bisa menggunakan cara ini. \n\n Jika gelembung luka bakar penuh dengan cairan, jangan dipecahkan. Karena lubang-lubang yang disebabkan oleh pecahnya gelembung berisi cairan tersebut dapat menjadi jalan masuk bakteri penyebab infeksi. Jika gelembungnya terlalu besar, segera temui dokter untuk penanganan lebih lanjut. \n\n Jangan gunakan es batu di area yang terkena. Suhu es yang bisa mencapai -4 ° Celsius akan menyebabkan pembuluh darah kita mengerut (vasokonstriksi). Kondisi ini menyebabkan aliran darah tidak lancar, sehingga daerah yang terpapar panas tidak bisa mendapatkan asupan darah yang baik. Akhirnya, hal ini akan memperparah luka dan menyebabkan kematian jaringan. \n\n Gunakan analgesik (seperti parasetamol) untuk mengurangi nyeri. \n\n Perlu Sahabat Hermina ingat bahwa selain pasta gigi, sebaiknya hindari juga penggunaan margarin, kecap atau zat lain yang tidak kondusif untuk luka bakar. \n\n \n\n Singkatnya, pengobatan yang baik pada tahap awal luka bakar dapat menghindari komplikasi dan pembentukan bekas luka yang parah. Alangkah baiknya jika Sahabat Hermina dapat menerapkan langkah-langkah penanganan awal apabila terjadi luka bakar di tubuh Sahabat. Setelah itu, segera temui dokter untuk mencegah kemungkinan komplikasi. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Yogya<\/a><\/li>
- 03 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Sekitar Kita<\/a><\/h3>
Setiap aktivitas atau proses pekerjaan yang dilakakukan di tempat kerja mengandung resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja mulai dari level ringan, sedang, hingga berat. Berbagai upaya pencegahan dilakukan supaya kecelakaan kerja tidak terjadi dengan cara memberikan keterampilan melakukan tindakan pertolongan pertama untuk menghadapi kemungkinan terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, di setiap tempat kerja harus memiliki petugas P3K (First Aider) atau setidaknya setiap karyawan dibekali dengan keterampilan dalam melakukan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan maupun kegawatan medik. \n\n \n\n Tujuan FIRST AID di tempat kerja adalah: \n\n \n Menyelamatkan jiwa di tempat kerja \n Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan \n Mencegah terjadinya hal yang lebih buruk pada korban \n Menenangkan penderita atau korban yang terluka di tempat kerja \n \n\n \n\n Prinsip-Prinsip Dasar Pertolongan Pertama: \n\n 1. Jangan pindahkan atau ubah posisi orang yang terluka, terutama bila luka-lukanya terjadi karena jatuh, jatuh dari ketinggian dengan keras atau kekerasan lain. Pindahkan atau ubah posisi penderita hanya apabila tindakan anda adalah untuk menyelamatkan dari bahaya lain. \n\n 2. Bertindaklah dengan cepat apabila penderita mengalami perdarahan, kesulitan bernapas, luka bakar, atau terkejut (syok). \n\n 3. Jangan berikan cairan apapun kepada penderita yang pingsan atau setengah pingsan. Cairan dapat memasuki saluran pernapasan dan mengakibatkan kesulitan bernapas bagi penderita. \n\n 4. Jangan berikan alkohol pada penderita yang mengalami luka parah. \n\n \n\n Penderita Syok/Terkejut \n\n Seseorang mengalami syok, wajahnya akan tampak pucat, tubuhnya dingin dan berkeringat, nafas cepat, jantung berdegup kencang. Cara penanganannya: \n\n 1. Usahakan untuk membaringkan dan menempatkan kakinya pada posisi yang lebih tinggi daripada kepala, kecuali terdapat luka di kepalanya \n\n 2. Selimuti tubuhnya agar hangat, tetapi jangan sampai terlalu panas \n\n 3. Berikan minuman gula kepada penderita apabila penderita dalam keadaan benar-benar sadar \n\n \n\n Tersedak Makanan \n\n 1. Berdirilah di belakang penderita peluklah pinggangnya dengan kedua tangan \n\n 2. Kepalkan tangan Anda dan tekan kepalan tangan pada perut bagian atas tepat dibawah tulang iga, dan diatas pusar \n\n 3. Tarik kuat-kuat kepalan tangan Anda ke arah atas ulangi beberapa kali hingga makanan keluar dari tenggorokan penderita. \n\n \n\n Bahan Kimia atau Serangga Mengenai Mata \n\n Baringkan korban dan tuangkan air steril ke dalam matanya untuk menghilangkan bahan kimianya, kemudian kompreslah dengan kain kassa steril dan segera kunjungi atau panggil dokter terdekat. \n\n \n\n Jika serangga yang mengenai mata, ambillah dengan ujung saputangan bersih, jangan sekali - kali mengusap dengan tangan telanjang, segeralah kunjungi dokter apabila mata masih dirasa tidak nyaman. \n\n \n\n Sengatan Serangga \n\n Apabila tersengat lebah dan muncul bengkak, kompreslah segera dengan es, tidak sedikit dari orang yang tersengat lebah akan timbul alergi, segerlah ke dokter agar diberikan pertolongan. \n\n \n\n Keracunan \n\n Berilah minum (air putih, susu tawar, air kelapa) sampai penderita bisa memuntahkan makanannya, akan tetapi tidak semua orang bisa memuntahkan makanannya. Segeralah dibawa ke rumah sakit agar ditolong oleh dokter. \n\n \n\n Luka Bakar \n\n Alirkan/siram dengan air biasa/air mengalir di tempat yang terbakar, jika lukanya masih di tahap pertama hingga rasa sakit hilang, Jika luka bakar sudah melepuh sebaiknya langsung dibawa ke dokter. \n\n \n\n Luka lecet/Gores/Tersayat \n\n Cucilah dengan air, dan tutuplh luka dengan plester, band aid. Namun, jika luka terlalu besar dan dalam segeralah dibawa ke dokter. \n\n \n\n Perdarahan \n\n Hentikan perdarahan dengan cara menekan luka atau secara luka. Tekan terus-menerus, jangan melepas tekanan tiap sebentar hanya untuk melihat perdarahan sudah berhenti. Apabila setelah dilakukan tekanan tetapi perdarahan tidak berhenti, memungkinkan nadi atau pembuluh darah balik akan teputus, tekan nadi yang di dekat luka untuk menghentikan alirah darah dari jantung ke tempat lain. Segeralah ke dokter. \n\n \n\n Patah Tulang \n\n Jangan mencoba mengangkat atau memindahkan badan korban jika belum mahir melakukannya, jika tulang belakang yang patah, korban hanya boleh diusung dengan hati-hati dengan posisi berbaring di atas alas keras. Untuk patah tulang rahang, angkatlah rahang bawah hingga gigi atas dan bawah bersatu, lalu diikat dan dibawa ke dokter. Untuk patah tulang tangan dan kaki gunakan tongkat atau setumpuk koran untuk menyangga lalu balutlah sebagai penyangga sebelum bertemu dengan dokter. \n\n \n\n Terkilir \n\n Letakkan bagian tubuh yang terkilir lebih tinggi dari bagian tubuh yang lain untuk mencegah pembengkakan, segeralah ke dokter agar tidak terjadi perburukan di kemudian hari. \n\n \n\n Hal-hal diatas merupakan langkah yang bisa dilakukan apabila mendapati hal tersebut terjadi di perusahaan atau di sekitar kita. Tindakan cepat dan tepat akan mengurangi resiko dan kemungkinan terburuk terjadi bagi penderita. Membawa korban ke Dokter Spesialis Orthopedi menjadi langkah yang tepat untuk mengatasi dan menangani kecelakaan yang terjadi pada tempat kerja. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Pasteur<\/a><\/li>
- 01 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
Apakah Bekas Luka Dapat Hilang?<\/a><\/h3>
Setiap pasien dengan luka atau dengan rencana operasi biasanya bertanya-tanya, “Apakah luka ini akan meninggalkan bekas?” atau “Apakah bekas lukanya nanti bisa hilang?” \n\n \n\n Bekas luka atau parut atau scar adalah hasil akhir dari proses penyembuhan luka. Luka sendiri dapat disebabkan oleh berbagai jenis trauma seperti luka bakar, infeksi, suntikan, tindik, gigitan serangga, atau tindakan operasi. Luka akan mengalami tiga fase penyembuhan yaitu peradangan, pembelahan jaringan, dan maturasi, dengan hasil akhir berupa tertutupnya luka oleh jaringan parut. \n\n \n\n Untuk memperbaiki luka yang dalam, kulit tubuh kita tidak mengalami regenerasi membentuk jaringan yang serupa 100% dengan kondisi semula, tetapi menutup defek luka dengan jaringan ikat dalam bentuk parut. Dibandingkan jaringan normal, parut berbeda dalam hal penampilan, fungsi pendinginan suhu tubuh, dan kekuatan jaringan. Bahkan parut dapat menarik dan mengganggu fungsi organ sekitarnya. \n\n \n\n Gejala dan tanda parut berbeda-beda tergantung tahapan maturasinya. Parut yang baru terbentuk setelah luka menutup disebut parut imatur, dan masih menjalani tahap maturasi. Parut imatur berwarna kemerahan, tidak elastis, meninggi dibandingkan kulit sekitarnya, dan dapat disertai gatal atau nyeri. \n\n \n\n Setelah melalui tahap maturasi selama 6 bulan-1 tahun, parut disebut parut matur. Pada tahap ini, parut dapat bersifat normal atau abnormal. Parut matur disebut normal bila bersifat samar, yaitu berwarna pucat, lunak, rata (tidak meninggi ataupun cekung dibandingkan kulit sekitarnya), dan tidak disertai gatal atau nyeri. Parut inilah yang disebut parut favorable, dan merupakan target optimal dari terapi luka. \n\n \n\n Parut dikategorikan abnormal bila memiliki salah satu karakteristik berikut: \n\n \n Perbedaan warna. Dibandingkan kulit sekitar, parut abnormal tampak lebih gelap, bahkan dapat berwarna kemerahan atau kecoklatan. \n Menonjol. Terdapat 2 jenis parut demikian, yaitu parut hipertrofik (parut meninggi tetapi tidak melebar melebihi batas luka awal) dan keloid (parut meninggi dan melebar melebihi batas luka awal). \n Cekung, yang disebut parut atrofik \n Konsistensi keras \n Disertai keluhan gatal/nyeri \n Menarik organ sekitar, dapat menimbulkan gangguan gerak. Parut demikian disebut kontraktur. \n \n\n \n\n Untuk mengenal cara mencegah parut abnormal, kita perlu mengetahui penyebabnya, yang biasanya bersifat multifaktorial. Faktor-faktor ini dapat bersifat tidak dapat dirubah (nonmodifiable) atau dapat diupayakan (modifiable.) \n\n \n\n Faktor nonmodifiable adalah faktor yang tidak dapat diubah, antara lain: \n\n \n Usia. Pasien lanjut usia memiliki karakteristik kulit yang mengurangi risiko parut hipertrofik, sementara pasien muda dan anak-anak memiliki risiko lebih tinggi. \n Ras. Kulit ras Asia dan Afrika lebih berisiko menderita parut hipertrofik dan keloid. \n Riwayat sebelumya. Pasien dengan riwayat parut abnormal sebelumnya lebih berisiko menghasilkan parut abnormal pada luka selanjutnya. \n Riwayat keluarga. Karena faktor genetik dalam pembentukan parut abnormal, pasien yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat parut abnormal akan lebih berisiko. \n Karakteristik luka: lokasi, arah, kedalaman dan luas luka. \n \n\n \n\n Beberapa area tubuh lebih berisiko menghasilkan parut abnormal. Luka pada area anggota gerak dengan kulit yang lebih tegang lebih berisiko menjadi parut hipertrofik. Sementara area telinga, bahu, dan dada rentan menimbulkan keloid. \n\n Tubuh manusia memiliki garis-garis alami yang menggambarkan ketegangan kulit. Luka yang sejajar garis tersebut akan tampak lebih samar, dan sebaliknya. \n\n Semakin dalam dan luas luka, semakin berisiko menjadi parut yang abnormal. \n\n \n\n Faktor modifiable. Faktor-faktor ini dapat diupayakan oleh dokter untuk menghasilkan parut yang optimal, di antaranya: \n\n \n Teknik bedah. Perawatan dan penutupan luka dapat dilakukan seoptimal mungkin untuk menghasilkan parut yang samar. Hal ini diterapkan dengan pembersihan luka, kontrol perdarahan, dan teknik penjahitan luka yang adekuat. Khusus untuk luka yang disengaja (luka operasi), desain sayatan dapat dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan lokasi, arah, dan panjang luka yang lebih samar. Pada kasus demikian, upaya mencapai parut yang samar dapat dimulai bahkan sebelum luka terbentuk. \n Perawatan parut. Optimalisasi pematangan parut dilakukan selama fase maturasi, yaitu sejak luka menutup hingga 6 bulan–1 tahun setelahnya. Perawatan parut dapat dilakukan dengan silikon, taping, pressure garment, dan masase parut. \n \n\n \n\n \n\n Berbagai metode/cara penanganan: \n\n \n Dressing silikon \n Taping \n Pressure garment \n Masase (pemijatan) parut \n Laser \n Injeksi obat (kortikosteroid, kemoterapi, toksin botulinum) \n Cryoterapi \n Pembedahan \n Radiasi \n Fat graft \n \n\n \n\n Pilihan metode yang dilakukan tergantung pada tahapan maturasi dan karakteristik parut. Parut matur yang abnormal mungkin memerlukan tata laksana yang lebih invasif. Untuk kasus keloid, beberapa metode dapat dilakukan sekaligus untuk mengurangi risiko kekambuhan. \n\n \n\n Dengan demikian, target terapi yang realistis dari setiap luka adalah parut yang samar (favorable), bukan tidak adanya parut sama sekali. Mengupayakan hasil akhir parut yang samar dimulai dari perencanaan luka (bila memungkinkan), teknik penutupan luka, hingga perawatan parut luka selama proses maturasi. Konsultasi dengan dokter bedah plastik dianjurkan untuk menentukan metode penanganan yang sesuai. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Galaxy<\/a><\/li>
- 06 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
Penanganan Tepat pada Keloid<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, pada dasarnya penyembuhan luka itu adalah baik, tapi bila pertumbuhannya menjadi berlebih itu yang akan menjadi masalah, salah satunya adalah keloid. \n\n Keloid adalah pertumbuhan jaringan parut abnormal yang timbul sebagai akibat dari proses penyembuhan luka. Jaringan parut abnormal ini terbentuk terutama akibat dari sintesis dan degradasi kolagen yang tidak seimbang. \n\n Keloid dapat terjadi saat adanya luka terinfeksi, luka dalam yang tidak diobati dengan baik, luka bakar dalam, luka operasi yang dijahit secara tegang, dan penggunaan jenis benang yang kurang tepat. Selain itu, ada pula kecenderungan terjadinya keloid diantaranya adalah karena bawaan genetik, kulit berwarna gelap, serta penanganan luka yang tidak tepat. \n\n Biasanya tempat yang sering timbul keloid adalah pada daerah dada, punggung, bahu/lengan atas, telinga, serta daerah sendi yang akan menyebabkan gangguan estetik ataupun fungsi. Gangguan yang bisa terjadi bila timbul keloid adalah rasa gatal di daerah keloid dan benjolan, serta adanya infeksi jika tidak ditangani dengan baik yang akan menimbulkan masalah baru tentunya. Akan tetapi, tidak selalu setiap bekas luka akan menjadi keloid. \n\n \n\n Bagaimana Jika Sudah Terjadi Keloid? \n\n Tidak perlu khawatir jika timbul keloid, karena masih dapat diatasi dengan cara berikut: \n\n \n Pembedahan yaitu pengambilan semua jaringan keloid dan melakukan penutupan, baik dengan menggeser jaringan ataupun dengan tanam kulit, dan sebagainya \n Penekanan/pressure garment yaitu pemakaian korset yang menekan daerah timbulnya keloid \n Silicon gel sheet/silicon gel yaitu pemakaian lembar silicon gel atau salep silicon gel \n Injeksi kortikosteroid intralesi yaitu dengan melakukan suntikan kortikosteroid intralesi ke jaringan keloid \n Injeksi flourouracyl yaitu dengan melakukan suntikan kortikosteroid intralesi ke jaringan keloid \n Cryotherapy yaitu dengan melakukan pendinginan di daerah keloid \n Laser \n \n\n Perlu diperhatikan, penanganan keloid tidak bisa dengan 1 (satu) terapi saja tapi membutuhkan kombinasi untuk penanganan keloid menjadi optimal. Salah satu contohnya adalah kombinasi antara pemakaian salep silicon dan injeksi kortikosteroid intralesi. \n\n \n\n Bagaimana Cara Mencegah Keloid? \n\n Keloid dapat dicegah, yaitu dengan cara: \n\n \n Hindari terjadinya luka, karena jika terjadi luka tubuh akan mengaami proses penyembuhan luka dan jika proses penyembuhan luka tidak baik, maka akan timbul keloid \n Obati luka dengan baik \n Pada jahitan kulit luka operasi, gunakanlah benang yang tidak dapat diserap \n Pada saat menjahit luka usahakan tidak terlalu tegang merapatkan tepi luka \n \n\n \n\n Meski tidak berbahaya, keloid dapat menimbulkan masalah hingga memengaruhi kualitas hidup penderitanya yaitu dapat menyebabkan gangguan estetik yang akan membuat penderitanya tidak merasa percaya diri maupun gangguan fungsi. Oleh karena itu, keloid perlu dicegah dan ditangani dengan tepat. Jika berisiko mengalami keloid, berkonsultasilah dengan dokter spesialis bedah plastik saat mengalami cedera yang menimbulkan luka di kulit. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 06 September 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 01 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 03 Desember 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 22 Februari 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 14 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>