- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 30 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Waspadai Tanda dan Gejala Stroke<\/a><\/h3>
Stroke, menurut WHO, adalah adanya defisit neurologi fokal atau global akibat gangguan fungsi otak yang terjadi secara mendadak, berlangsung > 24 jam atau meninggal, disebabkan semata-mata karena kelainan pembuluh darah otak, termasuk stroke mata dan medulla spinalis. Secara garis besar stroke dapat dibedakan menjadi stroke sumbatan dan stroke perdarahan. Setiap tahunnya di Indonesia diperkirakan terdapat 550.000 kasus stroke baru, dan menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia setelah kardiovaskular dan kanker, dan menjadi penyebab utama kecacatan. \n\n Stroke disebabkan oleh banyak faktor risiko yang terbagi faktor resiko yang dapat dimodifikasi (hipertensi, kencing manis, gangguan irama jantung dan penyakit katup jantung, kelainan darah, kolesterol berlebih, pil kontrasepsi, merokok, alkohol, obesitas) dan yang tidak dapat dimodifikasi (usia, ras, jenis kelamin, stroke sebelumnya). \n\n Kejadian stroke sangat penting untuk diketahui tanda dan gejala nya oleh pasien, keluarga, teman, dan masyarakat sekitar karena kejadian stroke adalah kejadian gawat darurat yang harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera guna mencegah kematian dan kecacatan pada pasien. Tanda dan gejala stroke yang dapat dikenali oleh masyarakat awam disingkat menjadi "F.A.S.T warning sign". \n\n F.A.S.T warning sign terdiri dari : \n\n • F = Face Drooping – Apakah satu sisi wajah tidak simetris atau terasa baal? Minta pasien untuk tersenyum, apakah senyum nya tidak simetris / mencong? \n\n • A = Arm Weakness – Apakah satu sisi lengan mengalami kelebihan atau baal? Minta pasien untuk mengangkat kedua lengan, apakah satu sisi lengan terlihat jatuh ke arah bawah? \n\n • S = Speech Difficulty – Apakah pasien terlihat kesulitan bicara / bicara rero? \n\n • T = Time to call 911 – Jika salah 1 di atas ya, maka pasien harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat. \n\n Tanda dan gejala stroke lain yang harus diperhatikan selain yang disebut di atas adalah : \n\n • Kelemahan atau baal dari wajah, lengan, tungkai pada 1 sisi tubuh yang terjadi secara mendadak. \n\n • Penurunan kesadaran mendadak, kesulitan berbicara atau kesulitan memahami pembicaran dan perintah. \n\n • Kesulitan melihat pada 1 atau kedua mata secara mendadak. \n\n • Pandangan ganda, gelap sesaat, baal sekitar mulut, telinga berdenging, sulit menelan, tersedak, suara sengau yang terjadi secara mendadak. \n\n • Kesulitan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan yang terjadi mendadak. \n\n • Nyeri kepala yang terjadi secara mendadak. \n\n • Muntah menyemprot mendadak. \n\n • Kejang. \n\n Jika ada gejala dan tanda seperti yang disebutkan di atas, hendaklah keluarga, teman, rekan kerja, masyarakat di sekitar segera membawa pasien ke Rumah Sakit tanpa ada penundaan, dan pasien segera ditangani / dikonsulkan ke dokter spesialis saraf agar angka kematian dan angka kecacatan dapat ditekan dan diturunkan. \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 21 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Waspada! Apabila Sering Mengalami Kesemutan<\/a><\/h3>
Kesemutan adalah sensasi yang umumnya dialami oleh hampir semua orang . Namun, ketika kesemutan terjadi terlalu sering atau berlangsung dalam jangka waktu yang lama, bisa menjadi pertanda adanya masalah kesehatan yang lebih serius. Kesemutan terjadi ketika ada gangguan pada sistem saraf, khususnya saraf perifer yang mengirimkan sinyal dari tubuh ke otak. Dalam artikel ini, kita akan membahas bahaya terlalu sering kesemutan, penyebabnya, serta langkah-langkah yang bisa diambil untuk mencegahnya. \n\n Penyebab Kesemutan yang Terlalu Sering \n\n \n \n Sindrom Terowongan Karpal, ini adalah kondisi di mana saraf median yang melewati pergelangan tangan terjepit atau terganggu. Gejala termasuk kesemutan, rasa sakit, dan kelemahan pada tangan. Orang yang banyak menggunakan tangan dalam pekerjaan sehari-hari atau berulang kali melibatkan gerakan pergelangan tangan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan sindrom ini. \n \n \n Sindrom Piriformis, adalah otot di panggul yang bisa menekan saraf ischiadicus (saraf besar di panggul) dan menyebabkan kesemutan di bagian belakang, pinggul, atau kaki. Orang dengan gaya hidup tidak aktif atau yang sering duduk dalam waktu lama memiliki risiko lebih tinggi terkena sindrom ini. \n \n \n Diabetes, diabetes dapat merusak saraf perifer, yang dapat menyebabkan sensasi kesemutan pada kaki dan tangan. Gangguan ini dikenal sebagai neuropati diabetik. \n \n \n Cedera Fisik, cedera fisik pada saraf atau tulang belakang dapat mengganggu aliran sinyal saraf, menyebabkan sensasi kesemutan. \n \n \n Defisiensi Vitamin B12, vitamin B12 penting untuk kesehatan saraf. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan masalah neurologis, termasuk kesemutan. \n \n \n\n Bahaya Kesemutan yang Berkelanjutan \n\n \n \n Kerusakan Saraf Jangka Panjang, jika kesemutan tidak diatasi dan kondisi yang mendasarinya tidak diobati, hal ini dapat menyebabkan kerusakan saraf jangka panjang. Ini bisa mengakibatkan penurunan sensitivitas, kelemahan otot, dan masalah kesehatan lainnya. \n \n \n Gangguan Kehidupan Sehari-hari, kesemutan yang terus-menerus dapat mengganggu kualitas hidup. Penderita mungkin kesulitan beraktivitas, tidur nyenyak, atau melakukan pekerjaan dengan efisien. \n \n \n Ketidakmampuan untuk Mendeteksi Masalah Serius, jika kesemutan diabaikan dan tidak ditangani dengan serius, kondisi yang mendasarinya, seperti diabetes atau cedera saraf, mungkin tidak terdeteksi dengan cepat. Ini bisa mengakibatkan komplikasi yang lebih serius di masa depan. \n \n \n\n Langkah-langkah Pencegahan dan Penanganan \n\n \n \n Konsultasikan dengan Dokter, jka anda mengalami kesemutan yang terlalu sering atau berlangsung dalam jangka waktu yang lama, penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan pemeriksaan dan tes untuk mendiagnosis penyebabnya. \n \n \n Perubahan Gaya Hidup, jika kesemutan disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik atau posisi duduk yang salah, penting untuk melakukan perubahan. Peregangan dan latihan fisik teratur dapat membantu menjaga kesehatan saraf. \n \n \n Pengelolaan Penyakit Penyebab, jika kesemutan disebabkan oleh penyakit seperti diabetes atau sindrom terowongan karpal, pengelolaan penyakit ini dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup sangat penting. \n \n \n Suplemen Nutrisi, jika kesemutan disebabkan oleh defisiensi nutrisi, seperti vitamin B12, dokter dapat merekomendasikan suplemen yang sesuai. \n \n \n\n Kesemutan yang terjadi terlalu sering atau berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menjadi pertanda adanya masalah kesehatan yang lebih serius. Mengabaikan gejala ini dapat mengakibatkan kerusakan saraf jangka panjang dan mengganggu kualitas hidup. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab kesemutan dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan pengelolaan yang sesuai guna mencegah komplikasi lebih lanjut. RSU Hermina Purwokerto tersedia layanan konsultasi dengan dokter spesialis saraf bagi sahabat hermina yang mengalami gangguan tersebut. \n\n Untuk memudahkan mengakses pelayanan & pendaftaran di RS Hermina Purwokerto, berikut caranya: \n\n \n Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n Hubungi Call Center 1500488 \n Melalui website -> www.herminahospitals.com \n Melalui aplikasi Halodoc \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 06 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
Sering Dianggap Sama, Berikut Perbedaan Sakit Kepala dan Pusing<\/a><\/h3>
Perbedaan antara sakit kepala dan pusing adalah dua kondisi yang seringkali disalah artikan karena gejalanya yang serupa. Meskipun kedua kondisi ini terjadi di kepala, sakit kepala dan pusing sebenarnya memiliki penyebab dan karakteristik yang berbeda. Kali ini akan membahas tentang perbedaan antara sakit kepala dan pusing, termasuk gejala yang mungkin dialami dan penyebab yang mendasarinya. \n\n 1. Sakit kepala adalah kondisi yang umum terjadi dan biasanya terasa seperti sensasi rasa nyeri atau ketidaknyamanan di sekitar kepala. Sakit kepala dapat berkisar dari ringan hingga parah, dan bisa bersifat kronis atau episodik. Berikut ini adalah beberapa tipe sakit kepala yang umum: \n\n \n Sakit Kepala Tegang (Tension Headache): Sakit kepala tegang adalah tipe yang paling umum dari sakit kepala. Gejala yang biasa dialami termasuk rasa tegang atau nyeri yang melingkar di sekitar kepala, sensasi berat di dahi, serta nyeri leher dan bahu. \n Sakit Kepala Migrain: Sakit kepala migrain adalah tipe yang lebih intens dan seringkali disertai dengan gejala lain seperti mual, muntah, dan sensitivitas terhadap cahaya dan suara. Biasanya, migrain terjadi pada satu sisi kepala dan dapat berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. \n Sakit Kepala Klaster (Cluster Headache): Sakit kepala klaster adalah tipe sakit kepala yang jarang terjadi tetapi sangat parah. Sakit kepala ini biasanya terjadi pada satu sisi kepala dan disertai dengan gejala lain seperti mata merah, hidung tersumbat atau berair, serta keringat berlebih. \n \n\n 2. Pusing adalah sensasi perasaan tidak stabil atau hilangnya keseimbangan yang sering kali disertai dengan sensasi seperti berputar atau lingkaran di sekitar kepala. Pusing dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk: \n\n \n Vertigo: Vertigo adalah jenis pusing yang disebabkan oleh masalah pada sistem keseimbangan dalam tubuh. Seseorang yang mengalami vertigo mungkin merasa seperti segalanya berputar atau bergerak, dan ini dapat disertai dengan mual, muntah, dan kesulitan berjalan. \n Penurunan Tekanan Darah: Pusing juga dapat terjadi sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah secara tiba-tiba, yang dapat disebabkan oleh faktor seperti perubahan posisi tubuh yang cepat atau dehidrasi. Pusing akibat penurunan tekanan darah seringkali berlangsung sesaat dan hilang dengan sendirinya. \n Efek Samping Obat: Beberapa obat, terutama yang digunakan untuk pengobatan tekanan darah atau kondisi jantung, dapat menyebabkan pusing sebagai efek samping. Jika seseorang mengalami pusing setelah mengonsumsi obat baru, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mengevaluasi pengobatan yang tepat. \n \n\n Penting untuk diingat untuk memberikan gambaran umum tentang perbedaan antara sakit kepala dan pusing. Jika sahabat hermina mengalami sakit kepala atau pusing yang parah, berkepanjangan, atau disertai gejala lain yang mengkhawatirkan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan untuk diagnosis dan penanganan yang tepat. RS Hermina Purwokerto tersedia dokter spesialis saraf yang bisa sahabat hermina konsultasikan. \n\n Untuk memudahkan mengakses pelayanan & pendaftaran di RS Hermina Purwokerto, berikut caranya: \n\n \n Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n Hubungi Call Center 1500488 \n Melalui website -> www.herminahospitals.com \n Melalui aplikasi Halodoc \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 30 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Penyakit Epilepsi, Jenis Kejang dan Pengobatannya<\/a><\/h3>
Epilepsi adalah penyakit pada saraf. Terdapat sekitar 65 juta orang di dunia yang mengalami epilepsi. Gejala khasnya berupa kejang-kejang dan dapat timbul pada usia berapa saja yang menyebabkan seseorang mengalami kejang berulang tanpa adanya faktor yang memprovokasi kejang disebabkan oleh karena adanya aktivitas listrik abnormal di otak. \n\n Tidak semua kejang adalah epilepsi misalnya pada kasus seseorang yang mengalami kejang akibat rendahnya kadar gula darah, pingsan, gangguan metabolik bukan epilepsi karena itu kejang memang gejala utama dari epilepsi. Tetapi, bukan berarti setiap orang yang mengalami kejang menderita epilepsi. Pada pengidap epilepsi, kejang akan berlangsung lebih dari sekali alias berulang dalam waktu yang sama atau berbeda. pada beberapa kasus, epilepsi dapat terjadi ketika seseorang tidur. Kemungkinan besar penyebabnya adalah adanya perubahan fase tubuh dari sadar ke tidur yang memicu aktivitas otak menjadi abnormal. \n\n Mengenali beberapa bentuk kejang \n\n \n Kejang umum : Melibatkan motorik seperti gerakan ritmis, otot menjadi kaku, adanya kedutan singkat otot. Tidak melibatkan motorik, contoh : kejang absence \n Kejang fokal : \n \n\n \n Melibatkan motorik : gerakan menyentak, kaku otot, kedutan otot. \n Dapat juga ditemukan adanya gerakan automatisasi seperti : bertepuk tangan, mengusap-usap tangan, mengecap-ngecap, gerakan mengunyah. \n Gejala non-motor : tidak melibatkan motorik, dapat berupa adanya perubahan sensasi, emosi, berpikir, gangguan otonom. \n Kadang seseorang dapat menceritakan apa yang mereka rasakan, misalnya mereka dapat mencium bau-bauan tertentu, hal ini dinamakan“aura” \n \n\n \n Kejang tonik klonik: Pada tipe kejang ini, seseorang mengalami kekakuan dan kelojotan pada badan, lidah tergigit, mulut berbuih,mata mendelik. \n Kejang Absence: Pada tipe kejang ini, seseorang tidak menyadari keadaan sekitar, atau ketika sedang bicara tiba-tiba terhenti di tengah pembicaraan. Umumnya berlangsung singkat Pemulihannya cepat atau segera. Seringkali didapatkan pada anak usia 4 sampai 14 tahun. Kejang ini perlu dicurigai bila anak mengalami masalah di sekolah . \n Kejang atonik: Otot mendadak lunglai, kepala jatuh menunduk ke depan, menjatuhkan barang yang dipegang, bila dalam posisi berdiri, pasien bisa terjatuh ke depa, kejang lebih dari 15 detik. \n Kejang klonik: Pada tipe kejang ini, terjadi gerakan otot kaku lalu rileks, berlangsung berkali-kali . Gerakan tidak dapat ditahan \n Spasme infantile: Ditandai dengan adanya gerakan singkat (1-3 detik) pada lengan, tungkai dan gerakan kepala menunduk. Sering terjadi sesaat setelah bangun tidur, dan bisa terjadi beberapa kali dalam sehari. Bayi menjadi lebih irritable dan bisa menangis saat sedang serangan. \n Kejang fokal tanpa gangguan kesadaran Pasien sadar, sebagian tidak dapat berespon selama kejangKejang singkat, umumnya kurang dari 2 menit. Pasien dapat mengingat kejadian \n Kejang fokal dengan gangguan kesadaran Kejang fokal berupa gerakan involunter, contoh : gerakan menggosok tangan, mengecap-ngecap, mengunyah Terjadi gangguan kesadaran. Pasien melakukan gerakan-gerakan tapi sesungguhnya tidak menyadarinya. Beberapa pasien bisa merasakan adanya aura \n \n\n Apa yang dirasakan setelah kejang? \n\n Pada kebanyakan tipe kejang, pasien tidak sadar selama kejang, dan tidak menyadari atau mengetahui kondisi yang telah dialami (orang lain yang bisa menceritakan). \n\n Setelah kejang, pasien dapat mengalami keadaan seperti bingung, lelah, sakit kepala. \n\n Ada pula kondisi post kejang yang mengalami kelemahan pada tangan atau lengan atau tungkai, kesulitan berbicara, dan lain-lain. \n\n Penyebab Kejang Ada beberapa kategori penyebab kejang : \n\n Kejang yang diprovokasi : misalnya oleh karena pemakaian beberapa obat, gangguan metabolik. Kejang yang demikian ini umumnya tidak akan berulang bila penyebabnya teratasi. Kejang nonepileptic : contohnya pingsan, kondisi psikologis. \n\n Pada diagnosis kejang, dokter memerlukan informasi mengenai apa yang dialami secara detil, sangat diperlukan informasi dari orang yang menyaksikan kejadian kejang. \n\n Apakah anda memerlukan test? Tentu iya, pemeriksaan laboratorium darah EEG – untuk melihat aktivitas gelombang listrik otak dan CT or MRI scan – untuk melihat gambaran struktural otak. \n\n Bagaimana pengobatan kejang? Pengobatan kejang ialah berdasarkan penyebab kejang tersebut. Bila mengalami kejang berulang oleh karena Epilepsi , maka diperlukan pengobatan dengan obat anti epilepsi. \n\n Sahabat Hermina jika mengalami ciri-ciri seperti kejang berlangsung 5 menit atau lebih, kejang berulang tanpa adanya pemulihan kesadaran di antara kejang, terlihat adanya kesulitan bernafas, kejang terjadi di dalam air, terjadi luka ataupun kejang pertama kali. Segera bawa ke rumah sakit untuk diperiksakan ke Dokter Spesialis Saraf. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 27 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Neuropati Diabetik atau Penyakit Saraf pada Tubuh<\/a><\/h3>
Neuropati atau dikenal dengan penyakit saraf pada tubuh yang menimbulkan gejala gangguan seperti kesemutan, kebas, nyeri seperti terbakar, nyeri seperti tertusuk, sensitif bila disentuh, gangguan koordinasi, lemah otot dan gangguan buang air kecil. \n\n Neuropati ini bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, namun penyebab neuropati ini tergantung pada jenis dan lokasi saraf yang terganggu, yaitu: \n\n \n \n Metabolik: Diabetes, Defisiensi Vitamin B1 atau B12, gangguan ginjal \n \n \n Infeksi pada virus atau bakteri: Penyakit HIV, CMV, Lepra \n \n \n Saraf terjepit pada tangan: Seperti Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau Sindrom Lorong Kapal \n \n \n Keracunan: Alkohol \n \n \n Efek samping obat: Isoniazid \n \n \n Peradangan saraf: Guillain Barre Syndrome (GBS) \n \n \n\n Jenis neuropati yang sering terjadi yaitu neuropati diabetik, yang merupakan gangguan saraf yang terjadi akibat diabetes dengan ditandai kesemutan, nyeri atau mati rasa. \n\n Penyebab neuropati diabetik ini yaitu kadar gula darah tinggi yang tidak terkontrol, seiring waktu kondisi ini akan merusak saraf dan mengganggu fungsi atau kemampuan tubuh untuk mengirimkan sinyal. \n\n Penyakit ini beresiko pada orang yang memiliki penyakit diabetes gestasional saat hamil, orang yang memiliki diabetes dengan masalah pada ginjal, orang berpenyakit diabetes yang tetap merokok, dan memiliki berat badan yang tidak ideal, orang penyakit diabates yang tidak mengontrol kadar gula darah dalam tubuhnya dengan baik, seperti pola makan yang buruk atau tidak mengikuti pengobatan sesuai anjuran dokter. \n\n Pencegahan neuropati diabetik ini sangat penting karena mengelola glukosa darah, dan kadar kolestrol. Jika kamu memiliki penyakit ini perlu mengambil langkah-langkah untuk membantu mencegah kerusakan saraf terkait diabetes: \n\n \n \n Berhenti merokok \n \n \n Mengikuti pola makan sehat yang dianjurkan \n \n \n Aktif secara fisik \n \n \n Membatasi konsumsi minuman beralkohol \n \n \n Minum obat diabetes dan obat lain yang diresepkan dokter \n \n \n\n Perlu mengelola kondisi diabetes dengan cara mengelola glukosa darah, tekanan darah, kadar kolestrol, dan berat badan agar kerusakan saraf tidak bertambah parah. \n\n Perawatan kaki juga penting untuk semua diabetes, terutama bagi penderita neuropati diabetik, seperti; bersihkan kaki setiap hari, berikan pelembab/lotion (body lotion) pada daerah kaki yang kering, gunting kuku kaki lurus mengikuti berbentuk normal jari-jari kaki, pakai alas kaki, gunakan sepatu atau sandal yang baik, periksa sepatu sebelum dipakai, bila ada luka kecil obati luka dan tutup dengan kain atau kasa yang bersih, periksa apakah ada tanda-tanda radang. \n\n Sahabat hermina, jika butuh informasi lebih detail untuk pencegahan penyakit ini bisa dikonsultasikan ke dokter spesialis saraf/neurologi di rumah sakit hermina periuk tangerang. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Kemayoran<\/a><\/li>
- 19 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Apakah nyeri pergelangan tangan tanda Sindrom Carpal Tunnel? Jangan menunda pengobatan untuk carpal tunnel syndrome<\/a><\/h3>
Carpal tunnel syndrome adalah nama untuk sekelompok masalah yang meliputi mati rasa, kesemutan, lemah, atau nyeri di pergelangan tangan atau tangan. Ini adalah kondisi yang sangat umum terjadi ketika saraf di pergelangan tangan Anda terjepit.Carpal tunnel syndrome terjadi ketika pembengkakan di pergelangan tangan menyebabkan tekanan pada saraf median. Sahabat Hermina bisa merasakan mati rasa, kelemahan, atau kesemutan. Itu bisa terjadi karena trauma, gerakan berulang, atau kondisi yang mendasarinya. \n\n Apa yang menyebabkan carpal tunnel syndrome? \n\n Peradangan dapat menyebabkan pembengkakan. Penyebab paling umum dari peradangan ini adalah kondisi medis yang menyebabkan pembengkakan di pergelangan tangan, dan terkadang menghambat aliran darah. Beberapa kondisi yang paling sering dikaitkan dengan carpal tunnel syndrome adalah: \n\n \n diabetes \n disfungsi tiroid \n retensi cairan dari kehamilan atau menopause \n tekanan darah tinggi \n gangguan autoimun seperti rheumatoid arthritis \n patah tulang atau trauma pada pergelangan tangan \n \n\n Carpal tunnel syndrome dapat menjadi lebih buruk jika pergelangan tangan diregangkan secara berlebihan berulang kali. Gerakan berulang pergelangan tangan Anda berkontribusi pada pembengkakan dan kompresi saraf median. Ini mungkin akibat dari: \n\n \n Posisi pergelangan tangan saat menggunakan keyboard atau mouse \n Kontak yang terlalu lama dengan getaran dari penggunaan perkakas tangan atau perkakas listrik \n Setiap gerakan berulang yang meregangkan pergelangan tangan, seperti memainkan piano atau mengetik \n \n\n Apa saja gejala sindrom terowongan karpal? \n\n Anda mungkin merasakan mati rasa, kesemutan atau terbakar di jari-jari, terutama di ibu jari, telunjuk, dan jari tengah. Gejala sering mempengaruhi kedua tangan. \n\n Pada tahap awal, gejala biasanya: \n\n \n Mulai perlahan di tangan dominan (yang digunakan untuk menulis) \n Terjadi pada malam hari jika tidur dengan pergelangan tangan ditekuk \n \n\n Saat gejala memburuk, mulai perhatikan: \n\n \n Kesemutan, nyeri, atau kelemahan dengan aktivitas tertentu, seperti mengemudi atau memegang telepon \n Kesulitan menggenggam atau memegang benda-benda kecil \n Merasa seperti jari-jari Anda bengkak padahal sebenarnya tidak \n \n\n Yuk, lakukan konsultasi dengan Neurologistyang berpengalaman menangani pasien sesuai dengan kondisinya di RSU Hermina Kemayoran. Lakukan medical check up rutin serta melakukan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, istirahat yang cukup, dan olahraga secara rutin untuk menjaga jantung tetap sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 29 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
9 Tips Mengatasi Sakit Pinggang di Rumah<\/a><\/h3>
\n\n \n\n Sakit pinggang memang ditandai dengan kemunculan rasa sakit di bagian punggung bawah atau samping. Kondisi tersebut dapat dipicu oleh banyak faktor mulai dari usia yang bertambah, terlalu lama duduk, kehamilan, kelebihan berat badan, jarang berolahraga atau kebiasaan mengangkat beban berat. \n\n Di samping itu, sakit pinggang juga dapat terjadi karena adanya kondisi kesehatan atau penyakit tertentu. Contohnya stenosis spinal, saraf kejepit, skoliosis, radang sendi, dismenore, cedera tulang belakang, dan infeksi ginjal atau saluran kemih. \n\n Gejala sakit pinggang juga umumnya disertai dengan keluhan lain mulai dari pinggang yang terasa kaku bahkan sulit untuk digerakkan. Pada kasus ringan, sakit pinggang dapat ditangani di rumah dengan cara sederhana. \n\n \n\n Cara Mengatasi Sakit Pinggang di Rumah Dengan Ampuh \n\n Supaya sakit pinggang yang dirasakan tidak berlarut-larut, lebih parah sampai mengganggu aktivitas, ada beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan. Berikut diantaranya: \n\n 1. Mengompres dengan Air Dingin Atau Hangat \n\n Mengkompres area pinggang yang sakit dengan air dingin bisa membantu mengurangi peradangan atau cedera ringan. Caranya sendiri cukup sederhana. Anda bisa membungkus es dengan plastik. Kemudian, bisa menempelkannya di bagian pinggang yang sakit kurang lebih 20 menit. Lakukan hal ini secara rutin 2-3 hari. \n\n Kalau rasa nyeri masih hilang timbul lebih dari 3 hari, Anda dapat mengganti kompresnya dengan air hangat supaya meredakan otot yang tegang serta melancarkan aliran darah. Di samping itu, dianjurkan juga untuk mandi dengan air hangat agar memberikan efek relaksasi. \n\n 2. Berolahraga Secara Teratur \n\n Cara mengatasi sakit pinggang berikutnya adalah dengan berolahraga secara teratur. Aktivitas fisik bisa memperkuat otot serta meningkatkan kelenturan tubuh di area pinggang. Nantinya, gejala sakit pinggang akan reda dan mencegahnya timbul kembali. \n\n Jika sakit pinggang tidak terlalu terasa berat lagi, bisa mencoba olahraga ringan lainnya seperti renang, yoga, atau jalan santai. Jenis olahraga ini baik dan aman dilakukan saat mengalami sakit pinggang, karena tidak terlalu banyak membebani persendian. \n\n 3. Memperhatikan Posisi Tidur \n\n Dalam mengatasi sakit pinggang, Anda juga sebaiknya mengatur posisi tidur. Upayakan untuk tidur dengan posisi terlentang dan menaruh bantal di bagian bawah lutut. Di samping itu, tidur dengan posisi menyamping juga dapat meringankan otot yang tegang dan sakit pinggang. Letakkan juga bantal atau guling di bagian belakang tubuh Anda. \n\n 4. Menjaga Postur Tubuh Supaya Tetap Baik \n\n Penyebab umum sakit pinggang salah satunya yaitu kebiasaan duduk membungkuk ketika bekerja di depan komputer. Ada baiknya untuk menjaga postur tubuh supaya tetap bagus dengan cara duduk tegak dan memastikan tetap rileks. Cobalah untuk menaruh bantal di belakang tubuh sebagai penyangga pinggang. \n\n Duduk di alas yang memiliki cekungan bagian belakang, juga bisa meringankan rasa sakit di area pinggang. Hindari duduk terlalu lama karena bisa membuat rasa sakit semakin parah. Jika memang pekerjaan menuntut posisi statis dalam waktu panjang, ada baiknya melakukan stretching atau peregangan dalam waktu tertentu. \n\n 5. Mengkonsumsi Obat Pereda Nyeri \n\n Untuk meredakan sakit pinggang, Anda juga dapat mengkonsumsi pereda nyeri yang umumnya dijual di apotik. Contoh obatnya Paracetamol atau ibuprofen. Untuk petunjuk penggunaannya, sebaiknya dibaca terlebih dahulu sebelum Anda meminum obatnya. \n\n 6. Latih Bagian Inti Tubuh \n\n Jika posisi tubuh terlalu tegang, maka bisa menyebabkan sakit punggung. Usahakan Anda meningkatkan fleksibilitas karena ini bisa meredakan rasa ketegangan di bagian pinggang dan punggung. Anda dapat melatih fleksibilitas dengan cara melakukan gerakan-gerakan peregangan. \n\n 7. Berhenti Merokok \n\n Ternyata, merokok tidak hanya dapat mengganggu fungsi paru-paru tapi juga memberikan tekanan pada bagian punggung. Penelitian yang dilakukan dan diterbitkan di American Journal of Medicine menemukan hasil bahwa para perokok dan mantan perokok cenderung lebih mudah mengalami sakit punggung daripada mereka yang tidak merokok. \n\n Nikotin akan membuat pembuluh darah kecil mengkerut serta mengurangi distribusi darah ke jaringan lunak. Hal inilah yang lama kelamaan bisa memicu rasa sakit pinggang. \n\n 8. Merangsang Hormon Endorfin \n\n Cara lainnya untuk mengatasi sakit pinggang yaitu dengan meningkatkan hormon endorfin. Ini merupakan hormon yang akan membantu menghalangi sinyal rasa sakit yang menuju otak. Cara untuk merangsang peningkatan hormon endorfin ini bisa dengan pijat, meditasi, olahraga, atau bercinta. Selain bisa mengurangi sakit pinggang, hormon ini juga dapat mengurangi kecemasan, stress, serta depresi. \n\n 9. Menggunakan Koyo \n\n Jika mengalami sakit pinggang di sebelah kiri atau kanan, Anda dapat meredakannya dengan menempel koyo. Tentunya, Anda sudah tidak asing lagi dan mungkin parah menempelkan koyo ketika sakit kepala atau sakit gigi. Jika mengalami sakit pinggang, cobalah untuk juga menerapkannya ke area yang terasa nyeri. \n\n Cara meredakan sakit pinggang yang telah dijelaskan, bisa Anda terapkan di rumah. Diharapkan nantinya, rasa nyeri akan mereda dan Anda bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. \n\n Sahabat hermina dapat berkonsultasi seputar sakit pinggang kepada dokter spesialis saraf di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 11 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Stroke dan Pencegahannya<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, menurut WHO, stroke adalah defisit neurologi fokal atau global akibat gangguan fungsi serebral yang terjadi secara mendadak, berlangsung > 24 jam atau meninggal, disebabkan semata-mat karena kelainan pembuluh darah otak, termasuk stroke mata dan medulla spinalis. Stroke muncul ketika terjadi penyumbatan atau pecah pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi yang menuju ke otak. Penyumbatan dapat disebabkan adanya plak yang menempel pada dinding bagian dalam pembuluh darah sehingga bagian otak yang berhubungan dengan pembuluh darah tersebut tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi, yang berakibat sel-sel yang berada pada bagian tersebut akan mati. Sedangkan pecah pembuluh darah terjadi akibat dari tingginya tekanan darah yang terjadi terus menerus. \n\n Berdasarkan penyebabnya, stroke dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: \n• Stroke Iskemik \nTerjadi sebesar 85% dari rata-rata penderita stroke. Stroke iskemik terjadi akibat pembuluh darah arteri pada otak mengalami penyempitan atau penyumbatan (pembekuan darah) sehingga menyebabkan aliran darah berkurang. \n\n • Stroke Hemoragik \nTerjadi sebesar 15% dari rata-rata penderita stroke. Terjadi apabila pembuluh darah diotak mengalami kebocoran atau pecah (pendarahan). Pendarahan otak dapat terjadi karena banyak hal termasuk tekanan darah yang cenderung selalu tinggi, penggunaan obat golongan antikoagulan, dan titik-titik lemah pada pembuluh darah (aneurisma). Perdarahan dapat terjadi intraserebral atau di lapisan subaraknoid. \n\n Tanda dan Gejala Stroke \nSaat terjadi stroke akan muncul defisit neurologis yang terjadi berupa fokal dan global. Tanda-tanda defisit neurologis fokal berupa defisit fungsi motorik (hemiparesis, hemiplegia), defisit fungsi sensorik (hemihipestesi), defisit fungsi saraf kranial, ganggaun fungsi luhur (afasia, agnosia), keluhan ke arah vertebrobasilar (pandangan ganda, gelap sesaat, baal sekitar mulut, telinga berdenging, sulit menelan, tersedak, suara sengau) . Tanda-tanda defisit neurologi global berupa penurunan kesadaran, nyeri kepala, muntah, kejang yang disebabkan peningkatan TTIK. \n\n Secara umum tanda dan gejala stroke yaitu: \n• Lengan, kaki atau keduanya mengalami kelemahan. Hal ini dapat menjadi kelumpuhan total dari satu sisi tubuh. \n• Wajah mengalami kelemahan dan salah satu sisi wajah mengalami kemiringan. Hal ini dapat menyebabkan seseorang mengeluarkan air liur. \n• Mengalami masalah pada keseimbangan, koordinasi, penglihatan, berbicara/ berkomunikasi, atau menelan. \n• Pusing. \n• Mati rasa pada bagian tubuh. \n• Sakit kepala. \n• Kebingungan. \n• Kehilangan kesadaran. \n• Gangguan berbahasa. \n• Pandangan dobel / gelap. \n• Baal seputur mulut. \n• Telinga berdenging. \n• Mual muntah. \n\n Cara cepat mengetahui terjadinya stroke dengan menggunakan metode FAST: \n• F- facial weakness (kelemahan pada wajah) : meminta seseorang untuk tersenyum atau melihat pada kaca untuk melihat apakah mulut atau mata mengalami kemiringan. \n• A- arm weakness (kelemahan pada lengan) : meminta seseorang untuk mengangkat tangan, lihat apabila lengan mampu menahan. \n• S- speech disturbance (kesusahan berbicara) : meminta seseorang untuk mengulang pengucapan Anda. \n• T- time (waktu) : mengitung waktu mulai gejala timbul. \n\n Faktor Risiko Stroke \nStroke disebabkan oleh banyak faktor risiko yang terbagi faktor resiko modifiable (hipetensi, diabetes melitus, atrial fibrilasi dan penyakit katup jantung, hematokrit, fibrinogen, polisitemia, hiperkolesterolemia, pil kontrasepsi, merokok, alkohol, obesitas) dan nonmodifiable (usia, ras, jenis kelamin, riwayat keluarga, stroke sebelumnya). \n\n \n Usia \n Risiko stroke meningkat dua kali lipat setiap pertambahan usia 10 tahun dari usia 55 tahun. \n Riwayat keluarga \n Anda akan memiliki risiko stroke lebih besar jika memiliki orang tua, kakek-nenek, saudara yang juga mengalami stroke. \n Jenis kelamin \n Setiap tahunnya kejadian stroke pada wanita lebih banyak daripada pria, dan stroke lebih banyak menyebabkan kematian pada wanita daripada pria. Beberapa kondisi berikut membuat wanita memiliki risiko stroke semakin besar yaitu\n \n Penggunaan pil KB \n Kehamilan \n Riwayat pre-eklamsia/ eklamsia \n Diabetes gestasional/ diabetes saat kehamilan \n Merokok \n Menjalani terapi hormon pasca menopause. \n \n \n Tekanan darah tinggi \n Tingginya tekanan darah merupakan penyebab utama terjadinya stroke, dan hal ini merupakan faktor risiko yang paling penting untuk dikontrol. \n Merokok \n Dalam beberapa tahun belakangan menunjukkan bahwa merokok merupakan factor risiko yang sangat penting diperhatikan karena nikotin dan karbonmonoksida yang terkandung di dalam rokok dapat merusak sistim kardiovaskular dalam berbagai cara. \n Diabetes mellitus \n Diabetes merupakan faktor resiko independen untuk timbulnya stroke. Sebagian besar orang dengan diabetes juga memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan kelebihan berat badan. Kesemua hal ini semakin meningkatkan risiko terjadinya stroke. Meskipun diabetes diobati, namun keberadaan 3 kondisi lainnya tetap akan meningkatkan risiko stroke. \n Kolesterol tinggi \n Kadar kolesterol yang tinggi dapat meningkatkan risiko stroke. \n Pola makan \n Pola makan tinggi lemak jenuh,lemak trans dan kolesterol meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Makanan yang tinggi garam akan meningkatkan tekanan darah. Sedangkan makanan yang tinggi karbohidrat berkontribusi untuk meningkatkan kadar gula dalam darah. \n Kurangnya aktifitas fisik \n Kurangnya aktifitas olah tubuh dan obesitas atau keduanya dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, penyakit jantung dan tentu stroke. Lakukan olah tubuh minimal 30 menit setiap hari secara rutin. \n \n\n Pencegahan Stroke \n• Berhenti merokok \n• Mengontrol tekanan darah \n• Memiliki berat badan ideal. \n• Memiliki kadar kolesterol dalam darah tinggi. \n• Melakukan kegiatan fisik seperti berolahraga minimal 30 menit setiap hari. \n• Mengubah pola makan menjadi lebih sehat dengan memperbanyak buah dan sayuran dan mengurangi konsumsi kolesterol. \n• Membatasi konsumsi alkohol. \n• Mengontrol kadar gula darah agar tetap terkontrol. \n• Cukup tidur. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Solo<\/a><\/li>
- 16 November 2020<\/li><\/ul><\/div>
Stroke dan Gangguan Fungsi Kognitif <\/a><\/h3>
Stroke adalah suatu keadaan ketika terdapat tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 2006). Stroke dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu stroke perdarahan dan stroke iskemik. Dua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berlawanan. \n\n Pada stroke hemoragik, kranium yang tertutup mengandung darah terlalu banyak, sedangkan pada stroke iskemik terjadinya gangguan ketersediaan darah pada suatu area di otak dengan kebutuhan oksigen dan nutrisi area tersebut. Setiap kategori dari stroke dapat dibagi menjadi beberapa subtipe, yang masing-masing mempunyai strategi penanganan yang berbeda (Gofir, 2011). \n\n Stroke merupakan salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar dalam menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. Stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Data dunia yang banyak dipublikasikan adalah data dari studi Framingham, yang merupakan pengamatan setiap 2 tahun selama 36 tahun (mulai 1950) pada 5.070 pria dan wanita yang tidak berpenyakit kardiovaskuler, berusia 30-62 tahun. Selama pengamatan tersebut didapatkan kasus stroke dan transient ischemic attack (TIA) sebanyak 693 orang (Misbach, 2011). \n\n Stroke merupakan masalah kesehatan utama di dunia karena menjadi penyebab kematian ketiga di dunia dan menjadi penyebab pertama kecacatan (Gofir, 2011). Kemajuan teknologi kedokteran telah berhasil menurunkan angka kematian akibat stroke. Namun, angka kecacatan pasca stroke tetap bahkan cenderung meningkat. Kecacatan pasca stroke dapat berupa gangguan motorik, sensorik, otonom, maupun kognitif (Misbach, 2011). \n\n Stroke menjadi penyebab utama kecacatan fisik, neuropsikiatri, dan neuropsikologi jangka panjang dan memiliki dampak besar terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari. Delapan puluh lima persen orang yang selamat dari stroke akan kembali ke rumah. Stroke dapat mengakibatkan berbagai defisit yang mempengaruhi fungsi kognitif, tidak hanya pada fase akut tetapi juga dalam jangka panjang. Bila defisit kognitif tidak diidentifikasi dan dikompensasi, hal tersebut dapat menyebabkan pembatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Oros RI, et al, 2016). \n\n Gangguan kognitif pasca stroke seringkali kurang diperhatikan pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol atau kurang bisa dikenali dibandingkan dengan defisit neurologis lainnya. Namun demikian, gangguan kognitif secara signifikan menurunkan kualitas hidup penderita stroke (Legge S D, et al, 2010). \n\n Pasca stroke, sebanyak 55% orang mengalami defisit memori episodik, 40% menunjukkan defisit fungsi eksekutif dan 23% dengan defisit bahasa. Selain itu, defisit dalam memori episodik, fungsi eksekutif, perhatian visual dan bahasa dikaitkan dengan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari/ ADL (activities of daily living) dan IADL (instrumental activities of daily living). Dengan demikian stroke menyebabkan sejumlah defisit kognitif yang memiliki dampak signifikan pada kemampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Oros RI, et al, 2016). \n\n Kejadian defisit kognitif meningkat tiga kali lipat setelah stroke dan sekitar 25% pasien stroke berkembang menjadi demensia. Beberapa pasien sembuh total dari cacat fisik setelah stroke namun seringkali tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena penurunan nilai kognitif. \n\n Penurunan angka kematian akibat stroke mengakibatkan peningkatan gangguan kognitif pasca stroke, sehingga meningkatkan secara signifikan biaya perawatan kesehatan. Presentasi klinis kelainan kognitif pasca stroke bervariasi dari defisit neurologis fokal sampai keseluruhan disfungsi kognitif. Pengujian dan penilaian fungsi kognitif seringkali cukup sulit karena secara umum kurang menerima definisi gangguan kognitif dan kurang informasi tentang keadaan kognitif pasien sebelum stroke. \n\n Memahami hubungan kompleks antara stroke dan defisit kognitif secara lebih baik mungkin memberikan pilihan tambahan pencegahan terhadap gangguan kognitif pasca stroke. Identifikasi faktor risiko penurunan kognitif pada fase akut stroke adalah pendekatan yang baik dalam deteksi dini pasien dengan peningkatan risiko kerusakan kognitif dan merupakan usaha dalam pencegahan perkembangan gangguan kognitif pasca stroke (Danovska M, et al, 2012). \n\n Gangguan kognitif pasca stroke termasuk dalam satu kelompok gangguan kognitif yang disebut dengan Vascular Cognitive Impairment (VCI) yang meliputi gangguan kognitif ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari (Vascular Cognitive Impairment No Dementia = VCIND) sampai paling berat berupa demensia vaskular. \n\n Gangguan kognitif dapat mengenai satu atau lebih domain kognitif seperti atensi, bahasa, memori, visuospasial dan fungsi eksekutif (Legge S D, et al, 2010). Perkembangan menjadi demensia vaskular mencapai 20% dalam 1 tahun pertama setelah stroke (Pendlebury ST, et al, 2009). \n\n Ada banyak faktor risiko yang memengaruhi terjadinya gangguan kognitif pasca stroke. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi keparahan gangguan kognitif pada pasien stroke. Faktor risiko tersebut meliputi faktor demografi dan faktor risiko yang bisa dimodifikasi. Faktor demografi meliputi usia lanjut, sifat genetik, pendidikan yang rendah, karakteristik dari stroke (meliputi: TIA, stroke berulang, multipel infark, lokasi infark yang strategis, keparahan stroke) serta neuroimaging lesi otak (meliputi: infark otak silent, lesi white matter, atrofi lobus temporal, dan cerebral microbleeds). Adapun faktor risiko yang bisa dimodifikasi yang mempengaruhi gangguan kognitif pasca stroke meliputi hipertensi, atrial fibrilasi, DM tipe 2, dislipidemia, cardiac and carotid artery diseases, high homocysteine, obesitas, dan sindrom metabolik (Kalaria RN, et al, 2016). \n\n Skrining fungsi kognitif pasca stroke sangat diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan kognitif yang akan berpengaruh pada kemampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Dengan mengetahui gangguan kognitif pada pasien pasca stroke lebih dini, maka dapat dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya perburukan kondisi kognitif pasien dan akhirnya dapat memperbaiki kualitas hidup pasien pasca stroke. \n\n Montreal Cognitive Assessment Indonesia (MoCA-INA) adalah salah satu alat skrining singkat yang dirancang secara original untuk mengidentifikasi gangguan kognitif pada pasien di klinik memori. MoCA terdiri dari satu lembar halaman pemeriksaan, 30 point tes, dilakukan kurang lebih 10 menit, dan item yang dievaluasi adalah: kemampuan visuospasial, fungsi eksekutif, recall memori jangka pendek, atensi, konsentrasi, memori kerja, bahasa, dan orientasi waktu serta tempat. Pemeriksaan MoCA-INA ini sangat mudah dilakukan di poliklinik dan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui adanya gangguan kognitif pada pasien pasca stroke. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan tersebut dapat mengetahui apakah fungsi kognitif pada pasien normal atau terdapat gangguan yang ringan hingga berat. Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara berkala setiap 6 bulan untuk mengevaluasi fungsi kognitif pasien pasca stroke. \n\n Berdasarkan hasil pemeriksaan MoCA-INA dokter dapat memberikan edukasi mengenai langkah-langkah pencegahan perburukan fungsi kognitif dan dapat memberikan terapi medikamentosa yang sesuai apabila sudah dirasa perlu. Adapun cara yang paling mudah dilakukan di rumah pada pasien pasca stroke untuk mencegah perburukan fungsi kognitif yaitu dengan tetap membiarkan pasien bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, memberikan dorongan semangat kepada pasien agar selalu optimis dalam menjalani hidup, serta melakukan aktivitas yang dapat menstimulasi kognitif. \n\n Aktivitas yang dapat menstimulasi kognitif tersebut antara lain adalah kegiatan berupa: \n\n - Permainan halma, catur, teka-teki silang, kartu, atau sudoku secara teratur \n\n - Kegiatan memasak mandiri \n\n - Mengerjakan hobi \n\n - Membaca buku, majalah, koran, menonton siaran berita, atau menonton siaran televisi/ bioskop \n\n Selain itu asupan nutrisi yang bergizi, berolah raga secara rutin, serta menjaga tekanan darah agar tetap normal dan berhenti merokok juga harus dilakukan. Dan yang tidak kalah penting yaitu jangan lupa untuk kontrol rutin dan mengonsumsi obat stroke secara teratur sesuai anjuran dari dokter spesialis saraf. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 16 November 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 11 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 29 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Maret 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 06 Juli 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 21 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 November 2023<\/li><\/ul><\/div>