- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 22 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Persiapan Operasi BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, kelenjar prostat merupakan salah satu bagian dari alat reproduksi pada pria yang terletak di bawah kandung kemih pria dan seiring dengan bertambahnya umur, akan membesar. Benign prostatic hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak dianggap sebagai bagian dari proses pertambahan usia, seperti halnya rambut menjadi putih. Oleh karena itulah, dengan meningkatnya usia harapan hidup, meningkat pula prevalensi BPH. Angka kejadian BPH yang simptomatik (bergejala) pada pria umur 40-49 tahun mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25% pada usia 60 tahun 43% dan hingga 90% pada pria diatas 80 tahun. \n\n Dalam penatalaksanaannya, selain menggunakan obat-obatan, terdapat pula pilihan pembedahan sebagai opsi terapi. Terdapat dua jenis operasi prostat yang dapat direkomendasikan oleh dokter, yaitu TURP (transurethral resection of the prostate) dan prostatektomi radikal. Berikut penjelasannya: \n\n \n TURP (transurethral resection of the prostate) \n \n\n TURP umumnya dilakukan pada pasien-pasien dengan gangguan berkemih akibat dari pembesaran prostat jinak/benign prostatic hyperplasia (BPH), yang menyebabkan lumen saluran kencing menjadi sempit sehingga mengganggu aliran kencing. Pada TURP, dilakukan pengerokan bagian dalam prostat yang menyumbat aliran urine, dengan harapan urine bisa mengalir lancar kembali. \n\n \n Prostatektomi Radikal \n \n\n Prostatektomi radikal, ditujukan untuk terapi pada kanker prostat, dimana proses pembedahan meliputi pengangkatan seluruh jaringan prostat, vesikula seminalis, dan kelenjar getah bening di sekitarnya. \n\n Persiapan Operasi Prostat \n\n Untuk persiapan operasi, pasien akan dilakukan tes darah, tes pancaran kencing (uroflowmetry), dan pemeriksaan imaging (baik USG maupun MRI). Pasien akan dipersiapkan secara optimal dengan mengkonsultasikan pasien ke bagian jantung, paru, penyakit dalam, dan anestesi. Pasien akan dipuasakan 6 jam sebelum operasi untuk syarat pembiusan, dan diberikan antibiotik sebagai upaya pencegahan infeksi. \n\n Prosedur Operasi Prostat \n\n Pembiusan dapat berupa bius umum (general anesthesia) atau spinal (setengah badan) tergantung pada jenis operasi dan arahan dari Dokter Anestesi. \n\n Operasi TURP dilakukan tanpa sayatan pada luar tubuh. Pada TURP, alat yang dilengkapi dengan kamera akan dimasukkan melalui lubang kencing untuk mengevaluasi kondisi bagian dalam saluran kencing hingga ke kandung kemih. Lalu, setelah menilai pembesaran prostat, bagian dalam prostat akan dikerok hingga lumen saluran menjadi terbuka kembali dan aliran urin bisa keluar lancar. Potong jaringan prostat yang sudah dikerok, akan diperiksakan ke Patologi Anatomi, untuk menilai jaringan apakah jinak atau ganas. \n\n Pada prostatektomi radikal, setelah dilakukan pengangkatan prostat, vesikula seminalis, dan kelenjar getah bening di sekitarnya, saluran kencing akan dijahitkan kembali ke kandung kemih. Jaringan prostat yang sudah diangkat, akan diperiksakan juga ke Patologi Anatomi. \n\n Setelah Operasi Prostat \n\n Secara umum, setelah menjalani operasi, Dokter akan mengevaluasi keluhan subjektif pasien setiap hari, seperti demam/mual/muntah/nyeri, dan apakah aliran kateter lancar/disertai darah. Pasien yang sudah menjalani operasi prostat akan diberikan obat penahan rasa sakit, antibiotik, serta obat tambahan lainnya (seperti obat mual). \n\n Pasien post TURP, akan dievaluasi selama beberapa hari dan akan dicoba lepas kateter pada hari ke-3 untuk tes kencing spontan. Diharapkan jika pasien dapat kencing spontan setelah operasi, pasien diperbolehkan rawat jalan, dan akan dievaluasi kembali melalui poli rawat jalan 1 minggu setelah operasi. Pada pasien yang tidak berhasil kencing spontan, akan dipasang kateter kembali, dan akan dievaluasi melalui poli rawat jalan mengenai kemungkinan adanya faktor selain prostat yang mengganggu fungsi berkemih, seperti gangguan persarafan. \n\n Pada pasien post prostatektomi radikal, pasien akan dipasang kateter selama masa penyembuhan, yaitu perkiraan 2 minggu, dan pulang dari perawatan dengan membawa pulang kateter. Selanjutnya, kateter akan dilepas bersamaan dengan evaluasi sambungan luka operasi dengan menggunakan studi kontras dan x-ray. \n\n Nah Sahabat Hermina, penting sekali untuk memeriksakan diri ke Dokter jika mengalami gangguan berkemih untuk mengevaluasi prostat. Dengan mengenali gejala-gejala gangguan prostat, Dokter dapat melakukan evaluasi dan perencanaan dan pentalaksaan yang tepat. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 13 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Operasi Tulang Belakang<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, operasi tulang belakang merupakan prosedur pembedahan tulang belakang yang bertujuan untuk mengobati nyeri tulang belakang, serta keluhan lain seperti nyeri menjalar pada lengan atau tungkai akibat masalah saraf tulang belakang. \n\n Pada umumnya, operasi tulang belakang dilakukan sesuai dengan indikasi. Jika pengobatan konservatif (tanpa operasi) gagal maka operasi tulang belakang adalah prosedur yang harus dilakukan. \n\n Persiapan Operasi Tulang Belakang \n\n Persiapan operasi merupakan prosedur yang harus dilakukan sebelum operasi. Beberapa prosedur yang harus dilakukan antara lain adalah pemeriksaan laboratorium, rontgen thorax (dada), konsultasi dokter lain jika terdapat morbiditas atau penyakit sebelum nya (jantung, penyakit dalam dan anestesi). \n\n Beritahu dokter atau tenaga medis lainnya bila pasien memiliki kondisi berikut: \n\n \n Sedang mengonsumsi obat-obatan, vitamin, atau suplemen. \n Sedang hamil \n Memiliki alergi terhadap obat-obatan, anestesi (obat bius), lateks, atau plester. \n \n\n Sebelum operasi, dokter mungkin akan meminta pasien untuk: \n\n \n Stop obat pengencer darah seperti aspirin. \n Puasa selama 8 jam sebelum operasi. \n \n\n Prosedur Operasi Tulang Belakang \n\n \n Pasien berganti pakaian dengan pakaian khusus operasi serta melepaskan perhiasan yang dipakai. \n Saat dikamar operasi dilakukan pembiusan total sehingga pasien tidak sadar selama operasi tulang belakang dilakukan, dan diposisikan sesuai dengan jenis operasi. \n Insisi atau irisan kulit pada tulang belakang sesuai dengan lokasi penyakit (leher, punggung, atau pinggang) dan ukuran insisis sesuai dengan kebutuhan. \n Setelan insisi, beberapa prosedur operasi tulang belakang dilakukan diantaranya adalah dekompresi, stabilisasi tulang belakang dan fusi tulang belakang. \n \n\n \n Dekompresi adalah prosedur yang bertujuan untuk menghilangkan tekanan atau jepitan (kompresi) saraf, dengan cara membuang segmen tulang/laminectomy ataupun ligamentum flavum sehingga saraf terbebas dari tekanan/jepitan. \n Stabilasi adalah prosedur pemasangan implant pada tulang belakang yang bertujuan menstabilkan tulang setelah dilakukan dekompresi atau terdapat kerusakan tulang belakang yang menyebabkan nyeri tulang belakang. \n Fusi tulang belakang adalah prosedur penggabungan satu atau dua segmen tulang belakang dengan memberikan donor tulang (bone graft) pada tulang belakang. \n \n\n \n Setelah prosedur operasi selesai, luka operasi ditutup dengan jahitan dan perban steril. \n \n\n Setelah Operasi Tulang Belakang \n\n Beberapa hal yang dilakukan antara lain: \n\n \n Pasien akan dibawa ke ruang pemulihan pasca-operasi, sampai keadaan stabil. \n Jika sudah stabil akan dilakukan perawatan di ruang rawat inap dan fisioterapi. \n Pasien dapat pulang pada beberapa hari pasca-operasi dan kondisi pasien baik. \n Konsultasikan kepada dokter terkait aktivitas yang harus dihindari pasca-operasi. \n Konsumsi obat-obatan paska operasi antara lain antibiotik, antinyeri, dan vitamin. \n Awasi tanda-tanda infeksi luka operasi seperti kemerahan, bengkak, nyeri, bernanah, demam. \n Kontrol pasca-operasi. \n \n\n Hal yang terpenting, selalu konsultasikan ke dokter untuk mengetahui pengobatan yang sesuai dan tepat untuk mengatasi nyeri pada tulang belakang. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 13 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
Persiapan Operasi Batu Saluran Kemih (Batu Ginjal)<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, tanda-tanda keberadaan batu saluran kemih baru dapat dirasakan saat batu berukuran besar dan tertahan dalam ginjal, berpindah ke dalam ureter, atau saat terjadi infeksi. Kondisi ini dapat menimbulkan nyeri hebat yang disebut kolik ginjal. Pembentukan materi keras ini diakibatkan oleh makanan atau masalah kesehatan lain yang membuat mineral dan garam mengendap di dalam ginjal. Batu saluran kemih bisa terbuat dari mineral seperti kalsium atau produk limbah seperti asam urat. Batu saluran kemih bisa muncul pada berbagai lokasi sepanjang saluran kemih, mulai dari ginjal, ureter, kandung kemih, hingga uretra. Jika batu tidak dapat keluar dengan sendirinya, maka dibutuhkan prosedur operasi. \n\n Operasi batu saluran kemih adalah prosedur yang dilakukan untuk mengeluarkan batu atau endapan dari ginjal dan saluran kemih. Terdapat berbagai macam tindakan operasi untuk batu saluran kemih, yang pilihannya bergantung terutama pada ukuran dan lokasi batu. \n\n Persiapan Operasi Batu Saluran Kemih \n\n Setelah didiagnosis mengalami batu ginjal dan harus menjalani operasi, ada baiknya Anda berkonsultasi dengan dokter. \n\n Pastikan Anda memahami risiko dan manfaat dari setiap pilihan operasi yang ada. Ajukan beberapa pertanyaan ini kepada dokter kamu: \n\n \n Apa efek samping operasi ini? \n Seberapa besar kemungkinan itu akan mengobati batu saluran kemih saya? \n Berapa lama saya harus tinggal di rumah sakit sesudahnya? \n Apa yang akan dokter berikan kepada saya untuk mengendalikan rasa sakit setelah operasi? \n Apakah ada kemungkinan saya harus mengulang operasi? \n \n\n Setelah Operasi batu Ginjal \n\n Proses pemulihan tergantung dari prosedur mana yang dilakukan. Penentuan prosedur didasarkan pada ukuran dan lokasi batu dan kondisi kesehatan pasien. Untuk prosedur minimal invasif seperti Lithotripsy umumnya pasien dapat bangun dan berjalan satu hari setelah operasi. Banyak orang dapat sepenuhnya melanjutkan aktivitas sehari-hari dalam satu hingga dua hari. \n\n Sementara untuk prosedur bedah terbuka biasanya butuh waktu lebih lama hingga 6 minggu sampai benar-benar pulih. Oleh karena itu, prosedur bedah terbuka hanya dilakukan pada batu berukuran besar yang sulit dihancurkan dengan prosedur minimal invasif. \n\n Nah Sahabat Hermina, operasi batu ginjal harus segera dilakukan sebelum ukuran batu bertambah besar dan mengganggu kesehatan tubuh Anda. Salam sehat. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Jatinegara<\/a><\/li>
- 27 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Operasi Cimino<\/a><\/h3>
Sahabat Hermina, cimino adalah operasi kecil untuk menghubungkan pembuluh darah arteri dengan pembuluh darah vena. Arteri bertugas membawa darah dari jantung ke tubuh, sedangkan vena mengedarkan darah dari tubuh kembali ke jantung. Pada proses ini biasanya dokter bedah membuat akses atau koneksi dari arteri menuju vena dan ditempatkan di bagian lengan bawah atau lengan atas pasien. \n\n Jika vena membesar, jalur masuk untuk proses cuci darah pun lebih mudah. Tanpa cimino, hemodialisis mungkin tidak dapat dilakukan. Pasalnya, vena yang tidak dapat dikendalikan tidak dapat menahan masuknya jarum berulang kali. Hal ini tentu dapat menyebabkan kerusakan pada vena. Terlebih lagi, dokter merekomendasikan cimino karena beberapa keunggulan di bawah ini. \n\n \n Mengalirkan darah dengan baik. \n Bertahan lebih lama. \n Minim risiko terjadi infeksi atau penggumpalan darah. \n \n\n Meski begitu, cimino tidak terbebas dari beragam masalah yang mungkin timbul, seperti infeksi atau aliran darah rendah. Bila hal ini terjadi, dokter mungkin akan menyarankan pengobatan lainnya untuk mengatasi masalah ini. \n\n Persiapan sebelum Operasi Cimino \n\n Saat Anda akan melalui operasi cimino, maka seperti jenis operasi lain Anda perlu melakukan berbagai persiapan. Persiapan ini dilakukan untuk memastikan bahwa Anda dapat melalui proses operasi nantinya dengan sukses dan tanpa hambatan. Pastinya berbagai persiapan ini berkaitan dengan memastikan bahwa tubuh Anda secara fisik dan mental siap untuk melalui operasi. Walaupun hanya operasi kecil, tetap saja cimino memerlukan persiapan sebelum dilakukan. \n\n Dokter akan memetakan pembuluh darah pasien dengan bantuan alat ultrasonografi (USG) Doppler. USG dilakukan untuk mengetahui kondisi aliran darah serta pembuluh darah vena dan arteri yang akan disatukan. Melalui USG Doppler, dokter dapat memilih lokasi pembuluh darah yang tepat untuk prosedur cimino. \n\n Prosedur Operasi Cimino \n\n Selain melakukan persiapan sebelum operasi, Anda penting mengetahui apa prosedur yang harus dilalui dalam pelaksanaan operasi cimino. Salah satu bentuk persiapan adalah mengetahui apa saja prosedurnya. Ternyata prosedur operasi cimino yang tergolong kecil ini, juga melalui berbagai prosedur yang cukup banyak. \n\n Prosedur cimino dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan bius lokal atau bius total, tergantung kondisi pasien. Khusus pada pasien anak-anak, bius yang diberikan adalah bius total, sehingga anak akan tertidur selama operasi. Setelah bius bekerja, dokter akan membuat sayatan di pergelangan tangan atau di siku bagian dalam sepanjang 2–4 sentimeter. \n\n Selanjutnya, dokter akan menghubungkan pembuluh vena dengan pembuluh arteri di dekatnya. Saluran yang terbentuk dari pembuluh vena dan arteri ini disebut dengan fistula. Setelah fistula terbentuk, dokter akan menjahit bekas sayatan, kemudian menutupnya dengan perban. Biasanya, keseluruhan prosedur operasi cimino berlangsung selama 2 jam. \n\n Setelah Operasi Cimino \n\n Penjelasan yang terakhir adalah penjelasan mengenai apa saja yang harus Anda lakukan setelah melalui operasi cimino ini. Perawatan dibutuhkan untuk membantu Anda dapat melalui pemulihan dengan baik. Jadi pastikan Anda mengetahui terlebih dahulu apa saja cara merawat kesehatan setelah melakukan operasi cimino ini. \n\n Pasien dibolehkan pulang ke rumah setelah prosedur Cimino selesai, tetapi hindari mengangkat beban berat menggunakan tangan yang baru menjalani operasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah perdarahan pada fistula. Penting untuk diingat, tangan yang menjalani prosedur cimino tidak boleh menerima suntikan, pengambilan darah, dan pengukuran tekanan darah. Area fistula juga harus dijaga agar tetap kering sampai sembuh. \n\n Nah Sahabat Hermina, prosedur cimino biasanya berlangsung selama 2 jam dan pasien bisa pulang di hari yang sama. Pasien disarankan untuk beristirahat cukup serta menjaga luka bekas operasi cimino agar tetap kering dan bersih. Salam sehat! \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 08 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
Operasi Estetik Kelopak Mata<\/a><\/h3>
Blefaroplasti, yang juga disebut sebagai operasi kosmetik kelopak mata, adalah prosedur yang umum yang dilakukan oleh banyak ahli bedah plastik di Indonesia. Blefaroplasti adalah prosedur invasif minimal yang mengembalikan tampilan awet muda dan energik. Pembedahan dapat dilakukan dengan bius minimal atau suntikan anestesi lokal. Walaupun blefaroplasti adalah prosedur yang relatif mudah, namun dianggap operasi yang rumit yang membutuhkan ahli bedah plastik untuk mencapai hasil yang diinginkan. \n\n \n\n Blefaroplasti adalah prosedur yang secara luas dianggap sebagai eksisi sederhana kulit dan lemak dari kelopak mata atas dan/atau bawah, dalam lingkup pengerjaan oleh ahli bedah plastik. Operasi blefaroplasti membutuhkan pemahaman yang unik tentang arsitektur kelopak mata. Eksisi yang berlebihan pada kulit, otot atau lemak bisa sangat merusak. Seorang ahli bedah bedah plastik harus mampu mempertahankan lemak kelopak mata (dengan reposisi lemak tersebut untuk mengisi area sekitar kelopak yang kosong), membentuk lipatan kelopak mata alami (lipatan), mengangkat otot kelopak mata yang melemah (perbaikan ptosis), mengencangkan sudut luar kelopak mata (kantoplasti), dan memiliki pemahaman menyeluruh tentang seperti apa mata indah itu. Konsultasi dengan ahli bedah plastik akan memberi Anda informasi yang diperlukan untuk memahami prosedur apa yang sesuai untuk Anda. \n\n \n\n Metode blefaroplasti disesuaikan dengan kebutuhan pasien, sehingga rencana pembedahan setiap pasien unik sesuai kebutuhan kelopak mata mereka. Tidak ada dua pasang kelopak mata yang sama atau simetris mutlak sehingga ahli bedah plastik menggunakan pengalaman dan keahliannya untuk memberikan prosedur blefaroplasti yang disesuaikan untuk setiap pasiennya untuk mencapai hasil yang awet muda dan harmonis. \n\n \n\n Kelopak mata yang menua adalah konsekuensi dari faktor-faktor berikut: \n\n • Kehilangan kekencangan kulit kelopak mata \n\n • Kehilangan elastisitas dan kolagen \n\n • Berkurangnya suport atau pondasi berupa tulang wajah \n\n • Kehilangan lemak wajah \n\n • Kehilangan kekuatan selaput lemak kelopak mata (kantung mata) \n\n \n\n Faktor-faktor ini dapat menyebabkan kelopak mata menumpuk atau bengkak, serta cekungan di bawah mata atau kantung tebal. Bergantung pada faktor penuaan mana yang memengaruhi penampilan kelopak mata, ahli bedah plastik akan menentukan perawatan mana yang paling membantu mencapai hasil akhir tujuan yang memuaskan. \n\n \n\n Blefaroplasti Atas \n\n Tujuan blepharoplasty atas, atau operasi kosmetik kelopak mata bagian atas, adalah untuk mengangkat kelopak mata bagian atas sehingga mata Anda tampak lebih cerah dan awet muda. Dalam kasus yang lebih parah, blefaroplasti atas diperlukan untuk meningkatkan lapang penglihatan saat kelopak mata mulai terkulai sedemikian rupa sehingga menghalangi bidang pandang Anda. \n\n \n\n Blepharoplasty Bawah \n\n Tujuan blepharoplasty bagian bawah, atau operasi kantung mata, adalah untuk mengurangi menonjolnya kantung kelopak mata, sekaligus mengisi cekungan di sekitar mata (yaitu lingkaran hitam). Cekungan ini umumnya disebut sebagai "cekungan periorbital". Lemak kelopak mata yang berlebih, seringkali dimanfaatkan oleh ahli bedah plastik untuk mengisi cekungan kelopak mata. Teknik ini bertujuan menghaluskan kontur yang tidak rata dan menciptakan kembali kontur alami awet muda. \n\n \n\n Pemulihan Setelah Blepharoplasty \n\n Penyembuhan awal dapat berupa beberapa mata bengkak, memar, iritasi atau kering, dan sedikit ketidaknyamanan. Selama 48 jam pertama setelah operasi, aplikasi kompres dingin ke area kelopak mata selama 10 menit setiap jam dibutuhkan untuk membantu mengatasi dan meminimalkan pembengkakan, memar, dan rasa tidak nyaman pasca operasi. \n\n \n\n Anda biasanya dapat kembali ke aktivitas harian Anda sehari setelah operasi, namun Anda harus menghindari olahraga dan aktivitas berat sampai setelah pemeriksaan lanjutan. Konsultasi pra-operasi pada ahli bedah plastik sangat disarankan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Arcamanik<\/a><\/li>
- 09 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
Neurofibroma<\/a><\/h3>
Neurofibroma adalah jenis tumor jinak yang tumbuh pada saraf di tubuh. Kasus neurofibroma cukup sering ditangani oleh ahli bedah plastik di Indonesia. Meskipun sebagian besar neurofibroma bersifat jinak, tetapi tumor ini menghasilkan benjolan yang tidak sedap dipandang (seringkali benjolan pada wajah, anggota gerak), terkadang neurofibroma dapat mengenai saraf dan otot di sekitarnya, menyebabkan nyeri atau gejala lain yang tidak diinginkan. \n\n Neurofibromatosis adalah kelainan keturunan akibat mutasi gen. Penderita neurofibroma yang tampak pada kulit dan terasa nyeri adalah kandidat dilakukan pengangkatan neurofibroma. Karena prosedur ini sangat aman dan efektif, kebanyakan orang dapat mengalami pengangkatan neurofibroma dengan sedikit komplikasi. \n\n \n\n Bagaimana neurofibroma diangkat? \n\n Kasus neurofibroma cukup sering ditangani oleh ahli bedah plastik oleh karena menyangkut perbaikan penampilan (wajah) penderita. Neurofibroma tidak akan hilang dengan sendirinya dan sering bertambah besar seiring waktu. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menghilangkan tumor ini dari tubuh adalah melalui operasi pembedahan. Metode pengangkatan neurofibroma yang paling umum adalah dengan membuat sayatan dan membuang tumor tersebut di bawahnya. Setelah neurofibroma diangkat, sayatan ditutup dengan jahitan. Pada konsultasi dengan ahli bedah plastik pasien akan dinilai bentuk neurofibroma serta mengevaluasi riwayat kesehatan dan kesehatan Anda secara keseluruhan. \n\n Penting untuk pasien menceritakan ke pada ahli bedah plastik bahwa neurofibroma yang diderita menyebabkan gejala yang merugikan. Pasien Juga diharapkan menceritakan apakah pasien merokok konsumsi obat pengencer darah jangka panjang, vitamin, atau obat-obatan lainnya. Pengangkatan satu neurofibroma biasanya membutuhkan waktu sekitar satu jam, meskipun itu tergantung pada ukuran, kedalaman, dan lokasi. \n\n Pengangkatan neurofibroma biasanya sangat aman, semua operasi melibatkan beberapa tingkat risiko dan potensi komplikasi. Komplikasi yang paling umum termasuk perdarahan, infeksi, dan reaksi yang merugikan terhadap anestesi. \n\n Operasi pengangkatan neurofibroma biasanya dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal, tetapi, dalam kasus tertentu, bius umum diperlukan untuk memastikan pasien nyaman dan tanpa rasa sakit. \n\n Perawatan pengangkatan neurofibroma yang besar membutuhkan pasien untuk dirawat selama semalam. Bila ukuran neurofibroma kecil, pasien dapat langsung rawat jalan (one day service). \n\n Sebagian besar neurofibroma dapat diangkat dengan anestesi lokal, yang berarti Anda dapat datang sendiri, menjalani prosedur, dan pulang tanpa pengawalan. Tempat sayatan biasanya akan ditutup dengan pembalut kecil dan steril yang akan bertahan selama satu hari hingga satu minggu. \n\n Sampel jaringan neurofibroma dikirim ke laboratorium untuk diuji guna memastikan diagnosis neurofibroma. Kunjungan kontrol pasca operasi biasanya akan dijadwalkan selama satu minggu setelah operasi ahli bedah plastik dapat mengamati proses penyembuhan dan melepas jahitan jika perlu. \n\n Pasien dapat segera kembali ke aktivitas normal sehari-hari, tetapi biasanya diminta untuk menahan diri dari olahraga berat selama 2-3 hari. \n\n Pasca operasi neurofibroma, kebanyakan pasien mengalami perbaikan estetika, serta kelegaan dari gejala tidak menyenangkan yang disebabkan oleh neurofibroma. Aktivitas pasien akan jauh membaik bila lokasi neurofibroma terdapat pada anggota gerak badan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 19 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Haruskah Operasi di Saat Pandemi Covid-19?<\/a><\/h3>
Pandemi Covid-19 sudah menjadi keseharian kita selama kurang lebih satu tahun terakhir. Virus yang awalnya katanya “akan sembuh sendiri” dan “lebih kurang mematikan dibandingkan difteri atau demam berdarah” ini faktanya menelan korban jiwa yang tidak sedikit, bahkan dari sisi tenaga Kesehatan turut menjadi korban. Kurva kasus baru setiap hari meningkat seiring dengan banyaknya dilakukan tes skrining Covid-19. Jadi, dapat ditarik kesimpulan Covid-19 ini belum jelas kapan berakhirnya. \n\n Di satu sisi, Covid-19 adalah suatu ancaman yang nyata. Di sisi lain, selain Covid-19 masih banyak kasus-kasus yang perlu menanganan operasi atau pembedahan. Saat ini, belum ada protokol resmi dari WHO selaku badan kesehatan dunia mengenai protokol pembedahan. Namun, semua kembali kepada dokter bedah ataupun rumah sakit yang berkepentingan. \n\n Ada banyak rumah sakit yang memang menunda tindakan pembedahan. Dari segi kasus bedah, ada operasi yang memang bisa ditunda, tetapi tidak sedikit operasi yang harus tetap berjalan. Operasi gawat darurat yang mengancam nyawa tetap dilakukan ada atau tidak ada Covid-19. Contoh lainnya adalah kasus-kasus tumor atau kanker, yang apabila ditunda akan menyebabkan kanker menyebar lebih luas. Beberapa protokol pembedahan pun mulai dibuat oleh berbagai rumah sakit di dunia. Namun, pada kenyataannya tidak semua protokol bisa dilaksanakan. \n\n Mayoritas pasien di Indonesia menggunakan BPJS Kesehatan atau asuransi kesehatan yang di”miliki” oleh negara. Problema paling besar adalah saat penyaringan pasien atau skrining. Pasien BPJS yang biasanya tidak mengeluarkan uang sama sekali untuk berobat (pasien yang ditanggung pemerintah) atau mengeluarkan uang dengan jumlah minim (Rp160.000 per orang per bulan, bandingkan dengan asuransi swasta yang polis per bulannya mayoritas minimal Rp1.000.000 per bulan), harus mengeluarkan uang untuk skrining karena skrining awal tidak ditanggung oleh BPJS. Lain halnya jika pasien tersebut memang bergejala mengarah Covid-19. \n\n Idealnya, semua pasien dilakukan swab PCR untuk penyaringan sebelum tindakan operasi. Namun, hal ini sulit dilakukan terutama untuk kasus-kasus emergensi atau gawat darurat. Tidak semua rumah sakit memiliki lab PCR di rumah sakitnya yang menyebabkan waktu perolehan hasil PCR menjadi lama. Banyak rumah sakit dan dokter yang berkompromi, dengan hanya melakukan skrining menggunakan swab antigen yang harganya lebih terjangkau maupun rapid antibodi yang sensitivitasnya paling rendah atau memilih prosedur bius lokal atau regional. Namun, semua hal di atas tetap beresiko terhadap penularan Covid-19 dan tidak semua kasus dapat dilakukan bius lokal atau regional. \n\n Rumah sakit mulai melengkapi kamar bedah dan kamar perawatannya dengan alat-alat filter yang minimal menurunkan resiko penularan Covid-19. Alat pelindung diri level 3, yang awalnya hanya dipakai untuk kasus-kasus bedah pasien positif Covid-19, mulai dipakai untuk semua tindakan bedah yang pada akhirnya meningkatkan biaya operasi. \n\n Penularan Covid-19 dalam rumah sakit merupakan suatu ancaman yang nyata. Manajemen rumah sakit perlu memikirkan kontak antara pekerja medis, staff nonmedis, dan pasien. Alat pelindung diri yang semakin hari semakin terbatas juga merupakan hal yang perlu dipikirkan baik-baik Namun, pasien yang memang perlu berobat ke rumah sakit tidak perlu terlalu khawatir. Dengan disiplin protokol kesehatan yang baik dan saling menjaga diri masing-masing, penularan Covid-19 dapat diminimalkan di lingkungan rumah sakit. \n\n Pada akhirnya semua bergantung terhadap individu masing-masing. Dokter, pasien, maupun rumah sakit yang berkepentingan berdasarkan data yang ada. Pekerja medis dituntut untuk fleksibel. Jika memang ada kasus emergensi atau gawat darurat, maka operasi harus tetap dilakukan. Untuk kasus-kasus urgensi yang mengganggu atau bergejala, pasien dapat memilih atau menunda pembedahan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Samarinda<\/a><\/li>
- 04 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
Operasi Hernia<\/a><\/h3>
Hernia adalah penyakit yang sering ditemukan di masyarakat. Hernia terjadi ketika bagian dari organ dalam menonjol melalui area lemah dari otot. Kebanyakan hernia terjadi di daerah perut. Ada beberapa jenis hernia. Jenis yang sering ditemukan adalah hernia lipat paha. \n\n \n\n Hernia dapat diterjadi pada laki-laki, wanita dan anak- anak. Penyebab hernia adalah adanya kelemahan dinding perut. Keadaan ini dapat diperberat oleh berbagai penyakit, misalnya pada pasien dengan batuk-batuk lama dapat meningkatkan tekanan dalam rongga perut yang dapat menyebabkan hernia. Pasien dengan kesulitan buang air kecil dan buang air besar juga dapat menyebabkan timbulnya hernia. \n\n \n\n Pada pasien hernia lipat paha, gejala yang dirasakan adanya benjolan yang timbul pada waktu berdiri, benjolan dapat hilang jika pasien berada pada posisi tidur. \n\n \n\n Hernia lipat paha pada orang dewasa tidak dapat sembuh dengan sendirinya dan ada kemungkinan dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah bila usus terjepit pada lubang. \n\n \n\n Hal ini dapat menyebabkan pasien tidak dapat buang air besar atau bila jepitan kencang dapat menghambat aliran darah ke usus. Jika jepitan tersebut cukup lama dapat menyebabkan kerusukan usus. Biasanya dokter bedah merekomendasikan operasi untuk mencegah hal-hal tersebut. Tujuan operasi hernia adalah melepaskan jepitan usus, mengikat kantung hernia, dan meutup lubang pada dinding perut supaya usus tidak turun melalui lubang tersebut. \n\n \n\n Operasi perbaikan hernia adalah operasi yang sering dilakukan. Cara operasi hernia dapat dilakukan dengan jahitan langsung pada lubang hernia atau lubang tersebut dapat tertutup dengan mesh. Operasi dengan mesh dapat memperkecil tingkat kekambuhan setelah operasi hernia. \n\n \n\n Sahabat Hermina, tidak perlu takut atau khawatir jika dokter menyarankan untuk operasi hernia. Semakin cepat dilaksanakan tindakan, maka hernia tidak akan menjadi parah dan membahayakan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Depok<\/a><\/li>
- 09 November 2020<\/li><\/ul><\/div>
Hernia Inguinalis<\/a><\/h3>
Hernia adalah kondisi medis yang terjadi ketika bagian internal atau organ dalam tubuh mendorong keluar melalui titik lemah pada otot atau jaringan lain di sekitarnya. Biasanya, otot dan jaringan dalam tubuh memiliki kondisi yang cukup kuat untuk menahan organ-organ dalam tubuh agar tetap berada di posisi yang seharusnya. Akan tetapi, hernia berkembang saat terdapat titik lemah pada otot. Salah satu kondisi hernia yang umum terjadi adalah hernia inguinalis, yaitu kondisi saat sebagian usus keluar dari rongga perut bagian bawah ke sekitar alat kelamin. Hernia inguinalis muncul dalam bentuk pembengkakan dan benjolan di sekitar selangkangan. \n\n Dalam banyak kasus, penyakit hernia tidak menimbulkan gejala dan ciri-ciri khusus, hanya menimbulkan benjolan. Tidak ada rasa sakit dan tidak menimbulkan masalah yang memerlukan tindakan medis sesegera mungkin. Namun, lama-kelamaan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Hingga timbul rasa sakit. Biasanya rasa sakit akan semakin parah ketika mengejan atau mengangkat benda berat. Saat itu biasanya tonjolan juga terliat semakin membesar. Di tahap itu seseorang biasanya baru menemui dokter. Namun, ada juga kasus yang membutuhkan penanganan sesegera mungkin. Misalnya terjadi komplikasi saat bagian usus yang menonjol tercekik, sehingga menghambat fungsinya. \n\n Hernia inguinalis biasanya terjadi ketika jaringan lemak atau bagian dari usus masuk ke selangkangan di bagian atas paha bagian dalam. Kondisi ini umumnya terjadi pada pria, disebabkan oleh penuaan. Seiring bertambahnya usia, otot-otot yang mengelilingi perut melemah. Akibatnya, usus bisa mendorong keluar melalui bagian otot yang lemah tersebut. \n\n Meski umumnya hernia inguinalis menyerang generasi tua, ada pula penderita yang mengalami gejala hernia inguinalis bukan karena melemahnya otot akibat pertambahan usia. Beberapa kegiatan juga bisa menyebabkan otot melemah dan hernia berkembang, seperti mengejan terlalu lama di toilet, mendorong barang-barang berat, dan batuk berat yang berlangsung terus menerus. Pada wanita, hernia inguinalis bisa terjadi karena dampak dari kehamilan. Saat hamil, lemak atau lengkungan usus masuk ke pangkal paha melalui titik lemah di perut bagian bawah. \n\n Pengobatan hernia inguinalis tidak selalu langsung dilakukan. Hernia inguinalis umumnya disembuhkan dengan operasi untuk mendorong kembali bagian usus yang keluar dan menguatkan otot-otot serta jaringan yang melemah. Ada dua jenis operasi yang biasanya dilakukan untuk menyembuhkan hernia inguinalis, yaitu: \n\n 1. Bedah terbuka, dokter membuat sayatan pada bagian tertentu untuk mendorong benjolan kembali ke posisi yang seharusnya. \n\n 2. Bedah laparoskopi, proses bedah yang lebih tidak menimbulkan luka, tetapi lebih sulit untuk dilakukan. Dokter akan membuat sayatan kecil di beberapa area lalu memasukan alat berupa laparoskop, yaitu selang kecil dengan kamera di bagian ujungnya. Kondisi bagian dalam perut akan diperhatikan melalui monitor dan alat bedah khusus dimasukan melalui lubang sayutan untuk mengembalikan hernia ke posisi semula. \n\n Operasi hernia inguinalis merupakan salah satu tindak operasi yang memiliki resiko kecil. Beberapa komplikasi mungkin akan terjadi, karena itu pasien dianjurkan untuk rutin melakukan pemeriksaan usai operasi. Perawatan di rumah umumnya dilakukan setelah pasien menjalani operasi. Pasca operasi, pasien diperbolehkan untuk langsung pulang ke rumah, tetapi harus tetap beristirahat dalam jangka waktu 24 jam. Apabila rasa nyeri sehabis operasi muncul, konsumsi obat pereda nyeri. Saat hendak batuk, bersin, duduk, atau berdiri, tekan bagian luka sehabis operasi secara perlahan dengan tangan atau bantal. Hal ini bisa membantu mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Hindari berkendara sehabis operasi. Pastikan untuk konsultasikan kepada dokter terlebih dahulu sebelum menjalankan aktivitas seperti berkendara, olahraga, dan lain sebagainya. \n\n Jika Anda mengalami tanda-tanda seperti di atas atau ada keluhan setelah melakukan operasi hernia, konsultasikan segera dengan ahlinya atau segera ke rumah sakit untuk segera ditangani oleh dokter. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/span>");
- 09 November 2020<\/li><\/ul><\/div>
- 04 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Januari 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 09 Maret 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 08 April 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Agustus 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 13 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 13 September 2021<\/li><\/ul><\/div>
- 22 September 2021<\/li><\/ul><\/div>