- Hermina OPI Jakabaring<\/a><\/li>
- 27 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mencegah Osteoporosis: Langkah Sederhana Untuk Tulang yang Sehat dan Kuat<\/a><\/h3>
Osteoporosis adalah kondisi kesehatan di mana kepadatan dan kualitas tulang menurun. Tulang yang sehat memiliki kepadatan dan kekuatan yang cukup untuk menopang berat tubuh dan menahan tekanan. Namun, pada osteoporosis, tulang menjadi rapuh dan rentan terhadap patah. \n\n Proses normal tubuh melibatkan pembentukan tulang baru dan penghancuran tulang lama. Pada osteoporosis, keseimbangan antara pembentukan tulang baru dan penghancuran tulang lama terganggu, sehingga tulang kehilangan kepadatan dan kekuatannya. Tulang yang paling rentan terhadap osteoporosis adalah tulang panggul, tulang belakang, dan tulang pergelangan tangan. \n\n Meskipun faktor genetik memainkan peran penting dalam risiko osteoporosis, ada banyak langkah yang dapat diambil untuk mencegah atau mengurangi risikonya. Artikel ini akan membahas beberapa langkah praktis yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis. \n\n 1. Asupan Kalsium yang Cukup: \n\n Kalsium adalah blok bangunan utama tulang. Pastikan asupan kalsium harian yang cukup dengan mengonsumsi produk susu rendah lemak, sayuran berdaun hijau, dan makanan kaya kalsium lainnya. \n\n 2. Vitamin D: \n\n Vitamin D memainkan peran kunci dalam penyerapan kalsium. Dapatkan cukup sinar matahari, atau pertimbangkan suplemen vitamin D jika tinggal di daerah dengan sinar matahari yang kurang. \n\n 3. Aktivitas Fisik Teratur: \n\n Latihan beban dan aktivitas fisik membantu membangun dan mempertahankan kepadatan tulang. Aktivitas aerobik, seperti berjalan kaki atau berenang, juga bermanfaat untuk kesehatan tulang secara keseluruhan. \n\n 4. Hindari Rokok dan Konsumsi Alkohol Berlebihan: \n\n Rokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak tulang dan meningkatkan risiko osteoporosis. Berhenti merokok dan minum alkohol dengan bijak adalah langkah penting. \n\n 5. Pertimbangkan Hormon Pengganti: \n\n Wanita setelah menopause memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoporosis. Pembicarakan dengan dokter mengenai manfaat dan risiko penggunaan hormon pengganti untuk melindungi kesehatan tulang. \n\n 6. Pantau Kesehatan Tulang dengan Densitometri: \n\n Densitometri tulang adalah tes yang dapat membantu mengidentifikasi risiko osteoporosis. Pertimbangkan untuk melakukan tes ini, terutama jika ada riwayat keluarga atau faktor risiko lainnya. \n\n 7. Konsumsi Makanan yang Kaya Nutrisi: \n\n Makanan yang kaya nutrisi, termasuk buah-buahan, sayuran, dan protein berkualitas tinggi, dapat mendukung kesehatan tulang dan menyediakan nutrisi penting. \n \n8. Perhatikan Kesehatan Umum: \n\n Penyakit tertentu, seperti rheumatoid arthritis atau penyakit celiac, dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Kelola kondisi kesehatan umum dengan baik bersama dengan dokter. \n \n9. Konsultasikan dengan Profesional Kesehatan: \n\n Jika memiliki faktor risiko tertentu atau pertanyaan mengenai kesehatan tulang, berkonsultasilah dengan profesional kesehatan. Mereka dapat memberikan panduan spesifik sesuai kebutuhan individual. \n\n Mencegah osteoporosis melibatkan kombinasi pola hidup sehat, asupan nutrisi yang baik, dan perhatian kesehatan umum. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat membangun dan memelihara tulang yang kuat sepanjang hidup. Tetaplah aktif, makanlah seimbang, dan konsultasikan dengan dokter untuk strategi pencegahan yang sesuai. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 23 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
Awas! Osteoporosis Mengintai Perempuan Usia Menopause<\/a><\/h3>
Osteoporosis adalah kondisi dimana tulang menjadi rapuh atau keropos sehingga sangat berisiko untuk mengalami keretakan bahkan patah tulang. Masalahnya adalah, seseorang biasanya tidak mengetahui mengenai kondisi kerapuhan tulang tersebut sampai terjadi sesuatu yang menyebabkan patah tulang (fraktur). Osteoporosis bahkan tidak memiliki gejala yang jelas. Hal ini yang membuat osteoporosis disebut dengan silent disease. \n\n Sayangnya osteoporosis masih sering dianggap sepele dan pencegahannya diabaikan. Padahal jika sudah terjadi patah tulang, dapat menyebabkan cacat permanen, membatasi aktivitas dan mengurangi kualitas hidup. Perlu diketahui, bagian yang sering seringkali mengalami patah tulang pada penderita osteoporosis adalah di pergelangan tangan, tulang panggul, dan tulang belakang. Dimana mayoritas penderitanya berusia diatas 40 tahun dan berjenis kelamin perempuan. WHO bahkan memprediksi bahwa di tahun 2050 nanti akan terjadi kenaikan angka kejadian patah tulang pinggul 2-3x lipat pada perempuan. Dan sebanyak 20% orang dengan patah tulang osteoporosis,Os meninggal setelah satu tahun. \n\n \n\n Perempuan Lebih Rentan Terkena Osteoporosis \n\n Osteoporosis sering dianggap penyakit khas perempuan dan lansia walaupun faktanya osteoporosis dapat menyerang siapa saja dan dari berbagai usia, bahkan anak-anak. Alasan perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis karena karakteristik berikut ini : \n\n \n Tulang lebih kecil \n Kadar hormon estrogen yang berkurang \n \n\n Estrogen berperan penting dalam memproduksi massa tulang, mengontrol aktivitas pembentuk tulang dan penyerap tulang. Semua aktivitas ini akan mengalami penurunan drastis saat memasuki masa menopause seiring dengan berkurangnya kadar estrogen dalam tubuh. \n\n \n Asupan kalsium rendah \n \n\n Karena diet dan lainnya, asupan kalsium perempuan cenderung rendah. Ditambah dengan kenyataan bahwa kebanyakan perempuan Asia mengalami intoleransi laktosa sehingga tidak dapat mengkonsumsi susu hewani dan produk turunannya. \n\n \n Postur tubuh kecil \n \n\n Karena kerangka tulangnya lebih kecil maka postur tubuh pun kecil. Hal ini berlaku khusus untuk perempuan Asia. \n\n Faktor lain yang membuat seorang perempuan rentan terkena osteoporosis adalah : \n\n \n Siklus menstruasi yang tidak teratur. \n Fase menstruasi yang datang di usia muda. \n Memiliki riwayat pemindahan indung telur. \n Mengalami menopause lebih cepat. \n \n\n \n\n Faktor Risiko Osteoporosis \n\n Selain penyebab di atas, terdapat juga beberapa faktor risiko yang mempengaruhi seseorang terkena osteoporosis atau tidak. \n\n \n Proses degeneratif atau bertambahnya usia \n Mengalami penurunan kadar hormon \n Mengalami gangguan hormonal \n Pola makan yang kurang baik \n Menderita gangguan pencernaan yang menghambat penyerapan gizi \n Menderita penyakit yang menyerang kelenjar hormon atau mempunyai gangguan hormonal \n Mengonsumsi obat-obatan tertentu secara jangka panjang \n Merokok dan atau mengonsumsi alkohol \n Gaya hidup tidak aktif, kurang gerak dan jarang berolahraga \n Mempunyai riwayat keluarga pengidap osteoporosis \n \n\n Apakah osteoporosis bisa disembuhkan? Pada fase awal, ya bisa. Dengan menggunakan obat-obatan penguat tulang dan ditambah dengan suplemen kalsium dan vitamin, kepadatan tulang bisa diperbaiki dan dipertahankan. Dengan rekomendasi dokter tentunya. Namun walaupun begitu tetap selalu lebih baik mencegah daripada mengobati. Maka ada baiknya sejak dini mengambil langkah-langkah pencegahan untuk osteoporosis. \n\n \n\n Pencegahan Osteoporosis \n\n Puncak kepadatan tulang ada di sekitar usia 25 tahun. Dan kemudian kemampuan tubuh untuk meregenerasi massa tulang akan mulai berkurang saat sekitar usia 35 tahun. Pada perempuan akan terus berkurang setelah mengalami menopause. Oleh karena itu demi kesehatan tulang sepanjang usia, lakukan pencegahan osteoporosis sejak usia 30 tahun dengan cara : \n\n \n Memperbaiki pola makan : Mulai dengan mengonsumsi makanan kaya kalsium dalam menu sehari-hari dan menambahkan suplemen kalsium jika dirasa perlu. \n Memulai gaya hidup sehat : Hentikan kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol. \n Menerapkan gaya hidup aktif dan olahraga secara rutin : Tidak perlu langsung melakukan olahraga dengan intensitas tinggi. Cukup mulai dengan berjalan kaki minimal 30 menit setiap hari. Dan lebih aktif bergerak di keseharian. \n Cukup paparan sinar matahari. \n Lakukan tes kepadatan tulang. \n \n\n Untuk mengetahui kepadatan tulang dan berfungsi sebagai deteksi dini jika terjadi pengeroposan sehingga dapat cepat diberikan penanganan. Khusus bagi perempuan yang sudah mengalami menopause sebaiknya pencegahan ini ditambah dengan kontrol rutin ke RS Hermina terdekat dan mengikuti saran serta rekomendasi dokter. Bagi lansia (diatas 60 tahun) harap berhati-hati menghindari risiko terjatuh. Hindari jalan yang licin dan tidak rata, gunakan alas kaki, dan perhatikan penerangan ruangan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 19 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
JANGAN REMEHKAN NYERI TANGAN<\/a><\/h3>
Halo Sahabat Hermina, kamu mungkin pernah mengalami nyeri pada daerah tangan dan jari jari kamu. Nyeri di daerah tangan dan jari tangan ternyata gangguan kesehatan yang umum terjadi dan kerap mengganggu aktivitas penderitanya lho... Sensasi yang dirasakan bisa seperti rasa ngilu yang umum, rasa kesemutan dari daerah pergelangan tangan, hingga ujung jari, bahkan pada kondisi tertentu jari jari yang tidak bisa digerakkan. Kondisi ini bisa dipicu oleh gangguan ringan hingga serius, seperti cedera, rheumatoid arthritis, carpal tunnel syndrome, Trigger finger, de Quervain disease, kista ganglion, dan lain sebagainya. \n\n Mari kenali yuk berbagai penyebab nyeri pada tangan dan cara mengatasinya melalui ulasan di bawah ini. \n\n 1. Cedera \n\n Penyebab pergelangan tangan terasa nyeri yang pertama dan paling umum adalah cedera. Cedera atau rudapaksa dapat berefek pada struktur tulang seperti patah atau retak maupun non tulang seperti keseleo dan dislokasi (pergeseran tulang menjauh dari sendi) pada bagian pergelangan tangan. Kondisi ini biasanya terjadi karena beberapa hal, seperti: \n\n \n Benturan tiba-tiba karena menjadikan tangan sebagai tumpuan ketika terjatuh. \n Sering melakukan aktivitas yang melibatkan gerakan tangan berulang, seperti menyetir, memainkan alat musik, bermain olahraga voil, basket dan lain-lain. \n \n\n 2. Rheumatoid Arthritis \n\n Penyebab nyeri pergelangan tangan berikutnya adalah rheumatoid arthritis, yaitu penyakit autoimun yang membuat sistem imun tubuh menyerang cairan pelumas yang mengelilingi sendi (sinovium). Akibatnya, jaringan ikat dan tulang rawan di sekitar sendi akan mengalami kerusakan, termasuk sendi pada pergelangan tangan. Kondisi ini berbeda dengan penyakit osteoarthrtisis yang pada dasarnya adalah proses degenerative atau penuaan. \n\n 3. Carpal Tunnel Syndrome \n\n Sindrom lorong karpal atau carpal tunnel syndrome juga menjadi salah satu penyebab nyeri pergelangan tangan yang perlu diwaspadai. Selain nyeri, penderita carpal tunnel syndrome juga kerap mengeluhkan tangan sering kesemutan, tangan menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan, hingga pembengkakan dan perubahan warna pada kulit tangan. \n\n Kondisi ini dapat terjadi karena tertekannya saraf medianus di dalam lorong karpal (celah di antara tulang karpal dan ligamen pada pergelangan tangan). Adapun sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami carpal tunnel syndrome di antaranya: \n\n \n Kehamilan. \n Mengidap diabetes. \n Mengidap rheumatoid arthritis. \n Gangguan keseimbangan cairan tubuh. \n Mengidap obesitas. \n Memiliki pekerjaan yang melibatkan gerakan tangan berulang, seperti pekerja kantoran yang bekerja dengan mengetik dalam jangka panjang serta atlet olahraga yang aktivitas olahraganya didominasi dengan penggunaan tangan, yaitu atlet tenis, voli, bulu tangkis, dan lain-lain. \n \n\n 4. Kista Ganglion \n\n Kista ganglion merupakan salah satu penyebab nyeri pergelangan tangan yang terjadi akibat adanya kista atau jaringan lunak abnormal pada sisi atas pergelangan tangan. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa nyeri yang semakin parah terutama saat penderitanya menggerakkan pergelangan tangan. \n\n 5. Trigger Finger dan de Quervain disease \n\n Trigger finger adalah peradangan pada tendon atau jaringan pengikat tulang dan otot sehingga timbul sensasi nyeri ketika penderitanya menekuk atau meluruskan jari tangan, sedangakan de Quervain disease adalah peradangan tendon pada area pergelangan tanga ounggung sisi ibu jari. Trigger finger juga dapat menyebabkan jari terasa kaku sehingga tidak dapat digerakkan. Umumnya jari terasa kaku pada posisi tertekuk. \n\n \n\n Trigger finger dapat terjadi pada salah satu atau beberapa jari. Namun, biasanya kondisi ini paling sering mengenai tangan kanan, tepatnya di jari kelingking, jari manis, dan ibu jari. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah stenosing tenosynovitis atau jari pelatuk. \n\n \n\n Cara Mengatasi Nyeri Pergelangan Tangan \n\n Pengobatan nyeri pada pergelangan tangan cenderung bervariasi tergantung dengan tingkat keparahan serta penyebab yang mendasarinya. Namun, sejumlah tindakan medis yang umum dilakukan untuk menangani nyeri pergelangan tangan adalah sebagai berikut: \n\n \n\n 1. Konsumsi Obat-obatan \n\n Cara mengatasi nyeri pergelangan tangan yang pertama adalah dengan mengonsumsi obat analgesik untuk meredakan rasa nyeri yang timbul. Beberapa jenis obat analgesik yang kerap diresepkan dokter untuk menangani nyeri pada pergelangan tangan adalah ibuprofen, parasetamol, NSAID, dan. \n\n 2. Fisioterapi \n\n Fisioterapi merupakan terapi rehabilitasi untuk mengendalikan gejala, memulihkan kemampuan tubuh, memulihkan fungsi dan gerakan tubuh, serta meminimalkan keterbatasan fisik yang terjadi akibat cedera atau penyakit tertentu. \n\n 3. Intervensi Nyeri \n\n Manajemen intervensi nyeri atau Interventional Pain Management (IPM) adalah suatu tindakan minimal invasif yang dilakukan dengan panduan alat untuk mengobati nyeri akut dan kronik secara jangka panjang atau permanen. \n\n Prosedur tindakan dilakukan dengan cara memasukkan obat, zat, atau alat tertentu ke dalam struktur tubuh atau bagian tubuh tertentu yang menjadi sumber nyeri. Selanjutnya, memblok saraf yang merupakan bagian dari mekanisme perjalanan nyeri secara tepat sasaran menggunakan alat pemandu seperti ultrasonografi (USG), fluoroskopi, C-Arm, dan alat penunjang lainnya. \n\n 4. Operasi \n\n Tindakan operasi dapat dilakukan untuk menangani nyeri pergelangan tangan apabila dipicu oleh beberapa hal, seperti: \n\n \n Patah tulang dan dislokasi. \n Kasus kasus non trauma yang telah dilakukan intervensi nyeri USG guiding namun belum memberikan hasil optimal pada kasus Trigger finger, de Quervain diseasde, Carpal Tunnel Syndrome \n Kasus kista ganglion yang membesar prosgresif dan gejala tidak membaik dengan oabt obatan \n \n\n \n\n Itu dia penyebab, Gejala dan Pengobatan nyeri pada tangan, Jika sahabat Hermina memiliki gejala di atas bisa langsung konsultasikan dengan dokter orthopedi RS Hermina Mekarsari \n\n \n\n \n\n \n\n \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Purwokerto<\/a><\/li>
- 07 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
Sering Kram pada Otot, Apakah Berbahaya?<\/a><\/h3>
Pernahkah Anda merasakan perasaan tidak menyenangkan saat otot Anda tiba-tiba berkontraksi dengan keras dan tidak terkendali? Jika iya, kemungkinan besar Anda mengalami kram otot. Kram otot adalah kondisi yang umum terjadi dan dapat dialami oleh siapa saja, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Meskipun kram otot biasanya tidak berbahaya, namun dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan. Mari kita bahas lebih lanjut tentang kram otot, termasuk penyebab, gejala, pengobatan, dan pencegahannya. \n\n Apa itu Kram Otot? \n\n Kram otot, juga dikenal sebagai spasme otot, terjadi ketika otot-otot kita secara tiba-tiba berkontraksi dengan kuat dan tak terkendali. Kondisi ini seringkali terjadi pada otot kaki, betis, paha, kaki bagian depan, tangan, dan kaki. Kram otot dapat terjadi secara singkat, hanya beberapa detik, atau berlangsung lebih lama, mencapai beberapa menit. Meskipun umumnya tidak berbahaya, kram otot dapat menyebabkan rasa sakit dan membuat Anda tidak nyaman dalam beraktivitas. \n\n Penyebab Kram Otot \n\n Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan kram otot. Beberapa penyebab umum meliputi: \n\n \n \n Dehidrasi, Kurangnya asupan cairan atau kehilangan banyak cairan melalui keringat saat beraktivitas fisik atau dalam kondisi cuaca yang panas dapat menyebabkan kram otot. \n \n \n Kekurangan Elektrolit,Elektrolit seperti potasium, natrium, kalsium, dan magnesium penting untuk fungsi normal otot. Kekurangan salah satu dari elektrolit ini dapat menyebabkan terjadinya kram otot. \n \n \n Kekurangan Aliran Darah, Gangguan sirkulasi darah, terutama pada kaki dan tungkai, dapat menyebabkan otot-otot tersebut menjadi lebih rentan terhadap kram. \n \n \n Aktivitas Fisik Berlebihan, Olahraga atau aktivitas fisik berlebihan, terutama jika otot-otot tidak cukup terlatih atau dipanaskan sebelumnya, dapat menyebabkan kram otot. \n \n \n Kondisi Medis, Beberapa kondisi medis, seperti penyakit ginjal, diabetes, dan gangguan saraf, dapat meningkatkan risiko terjadinya kram otot. \n \n \n Kurangnya Peregangan, Jika Anda seringkali menghabiskan banyak waktu dalam posisi duduk atau berdiri, tanpa melakukan peregangan otot secara teratur, Anda lebih rentan mengalami kram otot. \n \n \n\n Gejala Kram Otot \n\n Gejala kram otot biasanya cukup jelas, dan beberapa di antaranya meliputi: \n\n \n \n Rasa sakit yang tajam, Kram otot biasanya disertai dengan rasa sakit yang tajam dan intens di area otot yang mengalami kontraksi. \n \n \n Perasaan keras dan tertarik, Ketika otot mengalami kram, Anda mungkin merasakan sensasi otot yang keras dan tertarik dengan sendirinya. \n \n \n Penglihatan atau perasaan benjolan, Beberapa orang melaporkan bahwa otot yang mengalami kram terlihat atau terasa seperti ada benjolan yang menonjol. \n \n \n Ketidakmampuan menggunakan otot, Pada kasus yang parah, kram otot dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk menggunakan otot yang terkena. \n \n \n Kram berulang, Beberapa orang mungkin mengalami kram otot berulang kali, terutama jika penyebab utama belum diatasi \n \n \n\n Pengobatan Kram Otot \n\n Jika Anda mengalami kram otot, ada beberapa langkah sederhana yang dapat Anda lakukan untuk meredakannya: \n\n \n \n Peregangan: Lakukan peregangan lembut pada otot yang mengalami kram. Peregangan dapat membantu mengendurkan otot yang tegang. \n \n \n Pemanasan dan Pendinginan: Pastikan untuk melakukan pemanasan sebelum melakukan aktivitas fisik dan pendinginan setelahnya. Hal ini membantu mencegah cedera otot dan kram. \n \n \n Kompress Hangat atau Dingin: Terapkan kompres hangat atau dingin pada area yang mengalami kram. Ini dapat membantu meredakan rasa sakit dan mengurangi peradangan. \n \n \n Asupan Cairan dan Elektrolit: Pastikan Anda cukup mengonsumsi cairan dan elektrolit, terutama jika Anda beraktivitas fisik dalam cuaca panas. \n \n \n Istirahat: Berikan istirahat yang cukup untuk otot yang mengalami kram. Hindari aktivitas berat yang melibatkan otot tersebut hingga pemulihan sempurna. \n \n \n\n Kram otot adalah kondisi umum yang dapat mempengaruhi siapa saja. Meskipun umumnya tidak berbahaya, kram otot dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan dalam aktivitas sehari-hari. Penting untuk mengetahui penyebab, gejala, pengobatan, dan pencegahan kram otot agar dapat mengatasi kondisi ini dengan lebih baik. Jika Anda mengalami kram otot berulang atau parah, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan evaluasi lebih lanjut dan penanganan yang tepat. Di RS Hermina Purwokerto tersedia spesialis Orthopaedi yang dapat sahabat Hermina konsultasikan. \n\n Untuk memudahkan mengakses pelayanan & pendaftaran di RS Hermina Purwokerto, berikut caranya: \n\n \n Download mobile aplikasi di Playstore (Ketik Halo Hermina) \n Hubungi Call Center 1500488 \n Melalui website -> www.herminahospitals.com \n Melalui aplikasi Halodoc \n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Banyumanik<\/a><\/li>
- 30 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
Manfaat Total Hip Replacement untuk Mengatasi Masalah Sendi<\/a><\/h3>
Hai Sahabat Hermina \n\n Sendi pinggul adalah bagian penting dari sistem gerak manusia yang menggerakkan panggul, melindungi organ panggul dan merupakan tempat perlekatan otot. Jika ada masalah atau kerusakan pada sendi panggul, fungsi tersebut terganggu. Saat sendi pinggul rusak, penggantian pinggul total (total hip replacement) adalah salah satu prosedur yang dapat mengatasi masalah tersebut \n\n Apa itu Total Hip Replacement? \n\n Total hip replacement adalah operasi penggantian sendi panggul yang mengalami kerusakan dengan prostesis atau sendi buatan. Secara umum, prosedur ini dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan sendi panggul karena penuaan, cedera, kelainan panggul sejak masa kanak-kanak, radang sendi, dan tidak bisa ditangani melalui pengobatan lainnya. \n\n Operasi penggantian sendi panggul total paling sering dilakukan pada orang tua berusia 60–80 tahun. Prosedur ini tergolong dalam operasi besar, sehingga hanya dianjurkan ketika pengobatan lain, seperti injeksi steroid atau fisioterapi tidak efektif untuk mengatasi gangguan sendi pasien. \n\n Total hip replacement diperkenalkan pertama kali pada tahun 1960. Hingga kini, operasi ini menjadi salah satu prosedur penanganan sendi panggul dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Seiring berkembangnya teknologi di dunia medis, teknik operasi ini pun dinilai semakin efektif dalam menangani permasalahan sendi panggul. \n\n Tujuan Operasi Total Hip Replacement \n\n Sejumlah kondisi yang dapat diatasi dengan total hip replacement adalah sebagai berikut: \n\n \n Rheumatoid arthritis (rematik): Peradangan sendi akibat penyakit autoimun. Kondisi ini berdampak terhadap sinovium (cairan pelumas sendi) dan bisa menimbulkan rasa nyeri hebat, pembengkakan, hingga kekakuan pada persendian. \n Osteoarthritis (peradangan kronis pada sendi): Kondisi yang terjadi akibat kerusakan kartilago (tulang rawan) atau bantalan sendi dan tulang-tulang di sekitar sendi. Osteoarthritis paling sering dialami oleh orang berusia paruh baya (lansia). \n Osteonekrosis: Kerusakan atau kematian dari sel-sel dan jaringan tulang karena tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup. \n Traumatic arthritis: Peradangan sendi akibat benturan dari cedera atau kecelakaan serius pada sendi. Kondisi ini dapat merusak tulang rawan di bagian pinggul, sehingga memerlukan operasi penggantian sendi panggul. \n Nyeri hebat di persendian yang menyebabkan aktivitas sehari-hari terganggu, kualitas tidur menurun, serta memicu gangguan psikis, misalnya depresi. \n Kelainan panggul yang sudah terjadi sejak kecil. \n Di samping mengatasi beberapa kondisi medis di atas, dokter biasanya juga mempertimbangkan prosedur ini untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang mengalami: \n Sulit berdiri setelah duduk. \n Kualitas tidur terganggu. \n Nyeri sendi bertambah parah saat berjalan, sekalipun sudah menggunakan alat bantu jalan atau tongkat. \n Kemampuan naik turun tangga menurun. \n \n\n Operasi total hip replacement biasanya menjadi pilihan terakhir apabila sejumlah terapi medis lainnya tidak efektif untuk menangani keluhan pasien terkait gangguan sendi. Adapun beberapa terapi medis tersebut adalah fisioterapi, pemberian alat bantu jalan, dan pemberian obat-obatan \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 30 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Mengenal Osteoporosis dan Tatalaksananya<\/a><\/h3>
Pengertian \nOsteoporosis adalah kondisi medis kronis yang ditandai dengan penurunan kepadatan tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan lebih rentan terhadap patah tulang (tulang pecah). Ini adalah masalah kesehatan yang umum, terutama di antara wanita pascamenopause dan lansia. \nDalam mendiagnosis seseorang mengidap osteoporosis biasanya dibuat melalui tes kepadatan tulang, yang mengukur jumlah mineral dalam tulang. \n\n Penyebab \nPenyebab osteoporosis meliputi perubahan hormonal, gaya hidup tidak aktif, asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, merokok, dan konsumsi alkohol yang berlebihan. \n\n Faktor Risiko \nAda beberapa faktor risiko yang terkait dengan osteoporosis, termasuk usia, jenis kelamin (wanita lebih rentan dibandingkan pria), riwayat keluarga penyakit, dan berat badan rendah. \n\n Pengobatan \nPengobatan untuk osteoporosis biasanya melibatkan kombinasi perubahan gaya hidup (seperti olahraga rutin dan diet sehat), obat, dan suplemen kalsium dan vitamin D. \n\n Cara Pencegahan \nPencegahan osteoporosis melibatkan mengadopsi gaya hidup sehat, seperti aktivitas fisik rutin, asupan kalsium dan vitamin D yang cukup, dan menghindari merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan. \n\n Sangat penting untuk mencari nasihat medis dan pengobatan awal jika Anda merasa mencurigai menderita osteoporosis, karena ini dapat membantu mencegah kehilangan tulang lebih lanjut dan mengurangi risiko patah tulang. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Ciruas<\/a><\/li>
- 27 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Patah tulang dan cara mengobatinya<\/a><\/h3>
Pengertian \n\n Patah tulang adalah cedera yang dapat terjadi pada seseorang ketika tulang di dalam tubuhnya patah atau retak. Ini bisa terjadi karena berbagai alasan, termasuk trauma fisik, osteoporosis, atau kondisi medis lainnya. \n\n \n\n Jenis Patah Tulang \n\n Ada beberapa tingkat kerusakan yang dapat terjadi pada tulang yang patah, termasuk patah tulang tertutup dan patah tulang terbuka. Patah tulang tertutup adalah ketika tulang patah tetapi kulit di atasnya tidak terluka. Patah tulang terbuka adalah ketika tulang yg patah kontak langsung dengan udara luar melalui kulit yg terbuka \n\n \n\n Gejala \n\n Gejala patah tulang biasanya termasuk nyeri, pembengkakan, dan kesulitan untuk bergerak. Jika Anda mencurigai bahwa Anda atau seseorang lain telah patah tulang, segera pergi ke dokter atau ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. \n\n \n\n Cara Perawatan \n\n Perawatan patah tulang dapat meliputi immobilisasi, seperti menggunakan gips atau perangkat lain untuk menjaga tulang tetap dalam posisi yang benar selama proses penyembuhan. Fisioterapi juga dapat digunakan untuk membantu pasien untuk kembali ke aktivitas sehari-hari mereka secepat mungkin. \n\n Dalam beberapa kasus, operasi mungkin diperlukan untuk menstabilkan tulang atau untuk memperbaiki kerusakan yang lebih serius. \n\n \n\n Cara Pencegahan \n\n Mencegah patah tulang adalah dengan menjaga kesehatan tulang dengan cara mengonsumsi makanan yang kaya kalsium dan vitamin D, melakukan olahraga secara teratur, dan menghindari merokok atau mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar. \n\n Patah tulang merupakan cedera serius yang dapat menyebabkan kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari. Namun dengan perawatan yang tepat dan pencegahan yang baik, pasien dapat pulih dan kembali ke aktivitas normal mereka. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Mekarsari<\/a><\/li>
- 26 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
ATASI NYERI KRONIS DENGAN TERAPI RADIOFREKUENSI<\/a><\/h3>
Hai Sahabat Hermina \n\n APA ITU RADIOFREKUENSI? \n\n Terapi radio frekuensi (RF) adalah prosedur untuk mengurangi nyeri pada berbagai area tubuh (nyeri tulang belakang, sendi lutut, sendi bahu, dan berbagai lokasi lain) dengan menggunakan gelombang radio. Tindakan ini dapat mengurangi rasa sakit secara efektif untuk jangka waktu 6-9 bulan. \n\n Gelombang radiolistrik diberikan kepada saraf target yang bertanggung jawab mebawa sinyal rasa sakit ke otak ketika area tubuh tersebut mengalami peradangan atau iritasi. Gelombang tersebut dihantarkan melalui jarum RF khusus yg tersambung dengan mesin radiofrekuensi. Aliran listrik radiofrekuensi akan menghasilkan gelombang khusus dan panas yang menumpulkan rasa nyeri di jaringan saraf sehingga mengurangi sinyal nyeri dari sumber penyebab nyeri. \n\n \n\n SIAPA YANG MEMBUTUHKAN TERAPI RADIOFREKUENSI? \n\n Pada saat kita mengalami gejala nyeri, Langkah pengobatan pertama yang dokter anda lakukan adalah memberikan edukasi mengenai modifiksi gaya hidup yang menjadi faktor resiko penyebab nyeri tersebut timbul dan memberikan obat penghilang rasa sakit. Pada kondisi tertentu diperlukan terapi penunjang lain seperti fisioterapi, kombinasi antara modikasi gaya hidup, obat obatan nyeri dan fisioterapi kita kenal sebagai pengobatan konservatif atau non operatif. Namun di saat bentuk pengobatan konservatif yang telah dilakukan setidaknya 3 bulan tidak memberikan hasil yang optimal, langkan pengobatan se;anjutnya diobutuhkan untuk mengatasi kondisi nyeri yang telah menjadi nyeri kronis tersebut. Pengobatan operatif menjadi pilihan berikutnya. Dengan kemajuan tekhnologi khususnya pada tindakan intervensi nyeri, terapi RF dapat menjadi terapi jembatan dan alternatif antara pengobatan konservatif yang gagal dengan pengobatan operatif. \n\n Terapi RF sangat efektif untuk mengurangi nyeri pada kasus-kasus nyeri kronis yang tidak membaik dengan terapi obat atau fisioterapi, misalnya nyeri pinggang bawah akibat saraf terjepit, arthritis sendi (lutut dan bahu) dan masih banyak lagi. Penelitian menunjukkan bahwa terapi RF terbukti aman dapat mengurangi nyeri kronis hingga 80%. Meskipun terapi radio frekuensi umumnya efektif dalam meredakan nyeri, efeknya berbeda-beda pada setiap orang. Prosedur ini mungkin lebih efektif untuk beberapa pasien, tapi kurang bagi orang lain. Perlu digarisbawahi, tidak ada dokter yang dapat memprediksi secara akurat tingkat penurunan nyeri bisa dicapai lewat prosedur ini. \n\n BAGAIMANA PROSEDUR MELAKUKAN TINDAKAN RF? \n\n Dokter Anda akan menentukan saraf mana yang perlu diterapi dan memastikan terapi tidak akan mempengaruhi fungsi otot dan gerak, sehingga pasien tidak perlu khawatir dengan kemungkinan efek samping terasa “lumpuh”. \n \nYang menjadi tantangan bagi dokter intervensi adalah menempatkan jarum RF secara presisi pada saraf yang dituju, dan untuk memastikan penempatan yang tepat digunakan media ultrasonografi (USG) atau fluoroskopi (semacam alat x-ray) sebagai alat bantu untuk visualisasi jarum RF ke target saraf. Penggunaan media bantu tersebut akan memastikan keamanan dan ketepatan terapi karena dapat menghindari struktur-struktur berbahaya, misalkan pembuluh darah atau jaringan saraf lainnya. \n\n Pada awal tindakan, pasien dapat merasakan nyeri berkurang secara dramatis, namun bukan efek langsung dari RF tetapi dari anestesi lokal yang diberikan. Dalam 1-2 minggu pertama rasa nyeri dapat berfluktuasi, namun umumnya setiap hari rasa nyeri akan berkurang. Hasil maksimal dari terapi RF ini dapat dirasakan setelah 4 minggu pasca terapi. Terapi RF memiliki angka keberhasilan sampai dengan 80% untuk mengurangi nyeri lebih dari 50%. Selain itu kabar baiknya adalah hasil terapi RF ini dapat bertahan cukup lama, yaitu selama 1-2 tahun. Bila efek RF berkurang dan rasa nyeri kembali dirasakan maka terapi ini dapat diulang kembali. Terapi RF ini dianggap lebih baik jika dibandingkan dengan injeksi steroid yang hanya bertahan sekitar 1 bulan. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Sukabumi<\/a><\/li>
- 25 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
Begini Penanganan Tepat Pada Patah Tulang<\/a><\/h3>
Patah tulang merupakan kondisi yang semua orang bisa memiliki risiko untuk mengalaminya. Pada umumnya penyebab terjadinya patah tulang dikarenakan oleh aktivitas fisik seperti cedera olahraga, kecelakaan kendaraan, jatuh dan lain sebagainya. \n\n Sebagai individu yang hidup berdampingan dengan orang lain maka tak ada salahnya jika Sahabat Hermina mengetahui bagaimana penanganan patah tulang tersebut. Ini sangat penting, supaya ketika menghadapi insiden patah tulang, Sahabat Hermina bisa melakukan pertolongan pertama sebelum mendapatkan penanganan dari dokter. \n\n Lalu bagaimana penanganan tepat untuk patah tulang sebagai tindakan pertolongan pertama? \n\n Penanganan Tepat Untuk Patah Tulang \n\n Patah tulang atau fraktur dalam bahasa medisnya merupakan suatu kondisi dimana tulang menjadi terputus. Entah itu sebagian, keseluruhan atau bahkan remuk. Kondisi ini biasanya karena trauma benturan yang keras. Gejala yang akan muncul pada saat patah tulang terjadi adalah nyeri serta bengkak, lebam, melengkung atau bengkok. \n\n Sebagai penanganan pertama untuk fraktur, Sahabat Hermina bisa mengikuti beberapa langkah sederhana seperti : \n\n 1. Hindari bergerak terlalu banyak \n\n Langkah pertama yang bisa Sahabat Hermina lakukan untuk menanganinya adalah tidak melakukan gerakan terlalu banyak. Agar cedera tak berlanjut sebaiknya stabilkan area yang mengalami luka. Hindari melakukan pijatan pada bagian tubuh yang dicurigai sebagai letak fraktur. \n\n 2. Segera hentikan pendarahan \n\n Sebagai pertolongan pertama apabila mengalami pendarahan pada area yang terluka yakni dengan menghentikan pendarahan segera. Caranya adalah dengan membungkus area tersebut menggunakan perban. Pastikan membungkus area luka dengan erat dan menggunakan kain steril. \n\n 3. Kurangi pembengkakan \n\n Apabila terjadi pembengkakan pada area yang mengalami luka maka hal yang harus Sahabat Hermina lakukan adalah mengurangi pembengkakannya. Untuk mengurangi pembengkakan bisa Sahabat Hermina lakukan dengan cara mengompres area yang bengkak dengan air es atau dingin. \n\n Yang perlu Sahabat Hermina ingat adalah gunakan alas berupa kain atau handuk untuk membungkus es. Dengan kata lain jangan meletakkan es secara langsung pada kulit yang mengalami pembengkakan. Pasalnya dapat menyebabkan radang beku dan kerusakan pada jaringan serta sistem saraf yang ada pada kulit. \n\n 4. Segera mengantar pasien patah tulang ke rumah sakit \n\n Penanganan tepat sebagai tindakan pertolongan pertama adalah mengantar pasien yang mengalami patah tulang ke rumah sakit atau UGD. Tujuannya agar segera mendapatkan penanganan secara medis lebih lanjut. \n\n Tindakan Dokter Untuk Menangani Patah Tulang \n\n Setelah pasien berada di rumah sakit biasanya dokter akan segera melakukan pemeriksaan dan pengobatan. Namun sebelum pengobatan, dokter akan melakukan beberapa tes seperti pemeriksaan fisik, sinar-X, scan CT atau scan MRI. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat bagaimana kondisi tulang yang patah tersebut. \n\n Selanjutnya dokter akan memastikan tulang sudah berada pada posisinya sebelum memasang gips. Akan tetapi dalam beberapa kasus, dokter juga akan melakukan tindakan operasi. Operasi ini berguna untuk memasang pelat atau batang logam guna menyambung atau menyatukan tulang yang patah tersebut. \n\n Tulang yang patah ini bisa tersambung kembali. Namun perlu waktu untuk proses penyembuhannya. Biasanya proses penyembuhan memerlukan waktu mulai 6 hingga 8 bulan tergantung usia dan kondisi kesehatan tubuh Sahabat Hermina. \n\n Penanganan Patah Tulang Setelah Mendapatkan Tindakan Dari Dokter \n\n Setelah mendapatkan tindakan medis yang tepat dari dokter, selanjutnya Sahabat Hermina juga perlu memahami bagaimana penanganan selanjutnya. Terutama yang berkaitan dengan merawat luka pada tulang yang patah. \n\n Untuk kebutuhan perawatan fraktur biasanya para dokter akan memeriksa apakah terjadi tanda-tanda infeksi atau tidak. Terutama untuk pasien yang mendapatkan penanganan berupa operasi. Guna meminimalisir dan menghilangkan rasa sakit, dokter akan memberikan obat penghilang rasa sakit juga pembengkakan. \n\n Lalu bagi Sahabat Hermina yang mendapatkan penanganan patah tulang dengan cara pemasangan gips maka langkah untuk perawatan adalah dengan banyak istirahat. Selain itu ada baiknya Sahabat Hermina tidak mengangkat beban yang berat terlebih dahulu dan hindari gips terkena air. Terapkan ini hingga dokter melepaskan gips dari area tulang yang patah tersebut. \n\n Begitu juga jika Sahabat Hermina mendapatkan penanganan dengan cara harus memakai penopang. Sahabat Hermina harus belajar dan membiasakan diri memakai kruk setidaknya sampai dokter melepaskan gips. \n\n Ada beberapa hal penting yang harus Sahabat Hermina ingat saat merawat diri setelah mengalami fraktur. Utamanya jika Sahabat Hermina mendapat penanganan dengan cara pemasangan gips. Sahabat Hermina tak boleh menusukkan apapun pada area antara gips dan anggota tubuh apabila terasa gatal pada area yang tertutup gips. \n\n Solusi terbaik untuk bisa menghilangkan rasa gatal yang muncul adalah dengan meniup udara dingin kedalam gips tersebut. \n\n Demikianlah penanganan tepat untuk patah tulang mulai dari pertolongan pertama, bagaimana tindakan medis dari dokter hingga penanganan setelah tindakan dokter. Bagi Sahabat Hermina yang menemani orang yang sedang mengalami fraktur maka pastikan orang tersebut tetap dalam kondisi sadar. Hingga tiba di rumah sakit dan mendapatkan penanganan dokter. \n\n Sahabat hermina dapat berkonsultasi seputar Fraktur atau Patah Tulang kepada dokter spesialis di RS. Hermina terdekat, atau sahabat hermina juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter spesialis RS. Hermina dengan aplikasi halo hermina \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Wonogiri<\/a><\/li>
- 19 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
Osteoporosis sebagai Silent Epidemic Disease, Jangan Anggap Sepele!<\/a><\/h3>
Pengertian Osteoporosis \n\n Osteoporosis secara harfiah berarti tulang keropos, adalah penyakit yang biasanya terjadi karena rusaknya jaringan tulang. Akibatnya, tulang menipis dan kehilangan massa. Secara umum, tulang manusia yang sehat terlihat seperti sarang lebah jika dilihat di bawah mikroskop. Namun tulang penderita osteoporosis terlihat berongga dan minim bagian padat. \n\n Seiring tulang menjadi lebih keropos dan rapuh. Hal ini berpengaruh pada hubungan antar tulang. Risiko patah tulang juga meningkat. Kerusakan tulang terjadi diam-diam dan seringkali tidak ada gejala sampai fraktur pertama terjadi. Kemenkes RI mencatat prevalensi osteoporosis di Indonesia sebesar 23% pada wanita berusia 50-80 tahun, dan 53% pada wanita berusia 80 tahun keatas. \n\n Fakta Osteoporosis \n\n Menurut International Osteoporosis Foundation (IOF), sebuah badan amal non-pemerintah yang berbasis di Nylon, Swiss, deteksi untuk osteoporosis masih jarang karena penyakit ini masih dianggap sepele. Menurut IOF, osteoporosis saat ini kurang terdiagnosis dan kurang diobati karena masih banyak orang yang meremehkan penyakit ini. \n\n Osteoporosis terjadi secara bertahap dalam beberapa tahun tanpa gejala yang jelas. Biasanya baru terdeteksi setelah mengalami kerusakan tulang. Tidak terasa sakit kecuali terjadi keretakan. \n\n Faktanya, sekitar 20% orang dengan patah tulang osteoporosis meninggal dalam waktu satu tahun. “Jutaan orang di seluruh dunia berisiko tinggi mengalami patah tulang (fraktur), tetapi (mereka) tidak menyadarinya,” tulis IOF di situs resminya. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan, setidaknya 1 dari 3 wanita serta 1 dari 5 pria berusia lebih dari 50 tahun di seluruh dunia akan mengalami fraktur (patah tulang) karena osteoporosis. \n\n Penyebab dan Faktor Risiko Osteoporosis \n\n Faktor risiko osteoporosis meliputi banyak kondisi, di antaranya bisa dimodifikasi dan sebagian lainnya tidak dapat dimodifikasi. \n\n Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: \n\n \n Hormon seks. Kadar estrogen yang rendah berkaitan dengan siklus menstruasi yang bolong-bolong maupun menopause dapat menyebabkan osteoporosis pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan osteoporosis. Hal ini dapat dimodifikasi dengan perubahan pola makan dan juga terapi hormonal. \n Anoreksia nervosa. Pada anoreksia nervosa, tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang seharusnya, sehingga kekurangan komponen yang dibutuhkan untuk menjaga kepadatan tulang \n Konsumsi kalsium dan vitamin D yang kurang dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh. \n Penggunaan obat-obatan tertentu \n Kurangnya aktivitas fisik \n Merokok \n Alkohol \n \n\n \n\n Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: \n\n \n Jenis kelamin. Perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis daripada pria \n Usia. Sebagai penyakit degeneratif, osteoporosis menyerang individu dengan usia lanjut sekitar 40 tahun ke atas \n Ukuran tubuh yang kecil dan kurus pada perempuan \n Perempuan dengan etnis Kaukasia dan Asia memiliki risiko paling tinggi dibanding perempuan Hispanik dan kulit hitam \n Riwayat keluarga dengan osteoporosis \n \n\n Gejala Osteoporosis \n\n Adapun gejala osteoporosis dikutip dari laman Kementrian Kesehatan : \n\n \n Postur Bungkuk \n \n\n Postur punggung bungkuk seperti sering terlihat pada orang lanjut usia \n\n \n Menurun tinggi badannya \n Sering mengalami cidera atau keretakan tulang \n \n\n Biasanya terjadi pada tulang belakang pergelangan tangan, lengan atau tulang pangkal paha. \n\n \n Sakit Punggung \n \n\n Merasakan sakit punggung yang berkelanjutan dalam jangka panjang. \n\n Tetapi Osteoporosis juga dijuluki sebagai Silent Epidemic Disease, karena menyerang secara diam-diam, tanpa adanya tanda-tanda khusus, sampai terjadi patah tulang. osteoporosis juga dapat terjadi pada anak-anak yang disebut Juvenile Idiopathic osteoporosis namun belum diketahui. Sembilan juta patah tulang setiap tahunnya jadi dapat disimpulkan bahwa satu patah tulang setiap 3 detik. \n\n Cara Mencegah Osteoporosis \n\n Dikutip dari laman Kementrian Kesehatan adapun beberapa cara pencegahan Osteoporosis : \n\n \n Lakukan diet seimbang. Kaya akan kandungan kalsium karena kalsium adalah salah satu zat pembentuk tulang. Makanan yang kaya kalsium antara lain: teri, brokoli, tempe dan tahu. \n Beraktivitas dan latihan fisik secara rutin dan teratur \n Haid teratur \n Cukup paparan sinar matahari (vitamin D). Pagi : Sebelum Jam 09.00 WIB & Sore : Sesudah Jam 16.00 WIB \n Hindari rokok dan minuman beralkohol, serta kafein berlebihan. \n Konsumsilah susu dan kacang-kacangan. \n \n\n Sahabat Hermina itulah informasi seputar osteoporosis, semoga dapat menambah pengetahuan sahabat Hermina seputar penyakit osteoporosis dan sahabat Hermina bisa melakukan pencegahan sedini mungkin. Salam sehat sahabat Hermina. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Periuk Tangerang<\/a><\/li>
- 05 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
Mari Ketahui dan Jaga Kesehatan Tulang Sejak Dini<\/a><\/h3>
\n\n Halo Sahabat Hermina, kesehatan tulang merupakan hal penting untuk dijaga, karena tulang merupakan organ yang keras sebagai penopang tubuh yang menggerakan anggota tubuh kita, tulang juga dapat melindungi organ penting, melindungi saraf, dan menghasilkan sel darah merah dan putih yang berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. Maka dari itu penting kita jaga tulang kita agar terjadi kerusakan pada tulang seperti penyakit osteoporosis, tulang keropos dan penyakit lainnya. Penting juga perlu diketahui saat di usia muda jika melakukan pola hidup sehat itu sama halnya menabung tulang yang bisa berdampak positif untuk kepadatan tulang, bisa dilakukan dengan cara beraktivitas yang bagus, makan-makanan yang bernutrisi, rutin berolahraga. Usia-usia penting seperti umur 20-30 tahun masih memiliki kepuncakan kepadatan tulang, memasuki usia 35 tahun berkurang massa kepadatannya, berkurang massa kepadatan tulang dapat menyebabkan penyakit osteoporosis dimana tulang akan menjadi lemah dan rapuh. \n\n Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan tulang: \n\n \n \n Berat badan kurang atau berlebih \n \n \n Makan tak seimbang atau makan tidak teratur \n \n \n Kurangnya asupan kalsium yang dikonsumsi \n \n \n Aktivitas fisik yang berlebih atau kurang \n \n \n Ras dan keturunan \n \n \n Olahraga yang dilakukan \n \n \n Suka merokok dan minum alkohol \n \n \n Kondisi kesehatan yang mengalami anoreksia akan berisiko terkena osteoporosis \n \n \n Hormon tertentu jika terlalu tinggi bisa menyebabkan hilangnya massa tulang, misalnya hormon tiroid. \n \n \n Penggunaan obat-obatan atau penyalahgunaan obat atau zat terlarang dapat menyebabkan osteoporosis, kerusakan kondisi tulang belakang, dan lainnya. \n \n \n\n Berikut ini beberapa cara menjaga kesehatan tulang yang dapat dilakukan sejak dini: \n\n \n \n Mengkonsumsi asupan nutrisi kalsium sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh. Sumber utama yang didapatkan pada makanan seperti dari susu, kacang almond, brokoli, dan yang terbuat dari kedelai. \n \n \n Merubah kebiasaan posisi duduk yang benar, dengan posisi tegak. \n \n \n Melakukan olahraga rutin di bawah sinar matahari pagi. \n \n \n Melakukan gerakan ringan, atau aktivitas yang dapat menjadi kebiasaan agar tidak terus duduk dan berdiam diri. \n \n \n Mengkonsumsi suplemen, vitamin diutamakan pada anak-anak usia muda yang tulangnya masih dalam masa pertumbuhan atau masa berkembang. \n \n \n\n Selain itu, banyak juga cara atau tips yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan dan mempertahankan kepadatan tulang, seperti dibawah ini: \n\n Mencoba mengangkat beban dan latihan kekuatan, kegiatan tersebut dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tulang baru dan mempertahankan struktur tulang yang ada. Manfaat latihan tersebut dapat meningkatkan kepadatan mineral tulang, ukuran tulang meningkat, perlindungan terhadap keropos tulang, mengurangi peradangan, meningkatkan massa otot. \n\n Untuk cara yang alami banyak juga caranya, dengan mengkonsumsi sayuran lebih banyak, seperti sayuran hijau dan kuning sayuran ini dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tulang pada orang dewasa dan anak-anak. Sayuran merupakan salah satu sumber vitamin c yang dapat merangsang produksi sel pembentuk tulang. Nutrisi sayuran pada anak-anak dapat mineralisasi tulang, pada dewasa dapat membantu pemulihan massa tulang. Ada penelitian pada sayuran brokoli, kubis atau lainnya yang kaya antioksidan. \n\n Konsumsi protein juga yang cukup, asupan protein yang kurang akan mempengaruhi pembentukan tulang dan kerusakan tulang. Ada studi menunjukkan bahwa wanita yang lebih tua, memiliki kepadatan tulang yang akan lebih baik jika masa muda nya mengkonsumsi protein dalam jumlah yang banyak. \n\n Menghindari diet rendah kalori yang berlebihan, karena itu tidaklah baik. Karena hal tersebut membuat metabolisme tubuh melambat, menyebabkan hilangnya massa otot, dan akan berbahaya bagi kesehatan tulang. \n\n Perlu sekali menerapkan cara diatas agar mengurangi risiko terkena masalah tulang seperti osteoporosis. Karena semakin bertambahnya usia, kepadatan tulang akan mengalami penurunan. Terapkan gaya hidup yang sehat sejak dini. Jika memiliki masalah kesehatan tulang dapat segera dikonsultasikan atau periksakan ke dokter spesialis orthopedi. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya dan menentukan penanganan sesuai dengan keluhan yang dialami. \n\n \n<\/p><\/div><\/div><\/div>
<\/a><\/div>- Hermina Padang<\/a><\/li>
- 28 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
Sering Sakit Tulang Belakang? Kamu harus baca ini!<\/a><\/h3>
Hallo Sahabat Hermina Tahukah Kamu sering sakit tulang belakang tidak bisa dianggap remeh loh. Sakit tulang belakang atau spinal pain adalah nyeri yang terjadi pada bagian dari ruas tulang belakang. Nyeri atau sakit ini dapat terjadi di ruas tulang belakang bagian leher (tulang servikal), punggung atas dan tengah (tulang toraks), punggung bawah atau pinggang (tulang lumbal), dan/atau tulang ekor (tulang sakral). \n\n Namun, dari seluruh bagian tulang tersebut, nyeri pada tulang lumbal (sakit punggung bawah) serta tulang servikal (sakit leher) lebih sering terjadi. Pasalnya, kedua tulang tersebut rentan mengalami cedera, gangguan, atau ketegangan karena fungsi utamanya yang menahan postur dan beban tubuh. Bagian tulang ini juga terlibat dalam pergerakan badan bagian atas, seperti memutar dan membungkuk. \n\n Tanda dan gejala sakit tulang belakang \n\n Nyeri bisa terjadi di salah satu area spesifik pada tulang belakang atau di sepanjang ruas punggung. Kebanyakan rasa sakit bersifat sementara, tetapi nyeri kronis dan berulang pun bisa terjadi. \n\n Secara umum, berikut adalah ciri-ciri dan gejala yang bisa dirasakan ketika tulang belakang sakit: \n\n \n Rasa sakit atau nyeri seperti tertusuk yang bisa bertahan hingga 10-14 hari. \n Rasa sakit dapat menjalar ke area tubuh lain, seperti kaki, tangan atau dada, atau memburuk dengan gerakan. \n Punggung bagian bawah terasa kaku sehingga sulit bergerak. \n Postur menjadi terlihat tidak normal. \n Terjadinya kejang otot saat beraktivitas atau beristirahat. \n Kehilangan fungsi motorik seperti berjinjit. \n Refleks yang melambat. \n Mati rasa atau kesemutan. \n \n\n \n\n Penyebab Sakit Tulang Belakang \n\n Tulang belakang terdiri dari 33 ruas tulang belakang, cakram, saraf tulang belakang, dan serabut saraf. Tulang belakang juga didukung oleh tiga jenis otot, yaitu extensor (otot punggung dan otot gluteal), fleksor (otot perut dan otot iliopsoas), dan oblique atau rotator (otot samping). \n\n Nyeri tulang belakang umum terjadi akibat trauma atau cedera mendadak maupun penggunaan berlebihan dalam jangka waktu panjang. Hal ini membuat serat-serat otot (ligamen) meregang secara abnormal sehingga mungkin kram, menegang, terpelintir, atau sobek. \n\n Nyeri tulang belakang juga dapat diakibatkan oleh masalah pada saraf, seperti nyeri sciatica. Saraf terjepit di bagian belakang dapat menyebabkan sakit yang menjalar dari tulang belakang ke ujung-ujung tubuh atau dinding dada. \n\n Penyebab sakit tulang belakang, baik bagian leher, punggung atas atau bawah, maupun ekor, juga bisa berasal dari beberapa kondisi lain, seperti: \n\n \n Kelainan Tulang Belakang \n Patah Tulang \n Degenerasi diskus cakram tulang belakang \n Hernia diskus \n Stenosis \n \n\n Kapan harus periksa ke dokter ? \n\n Anda perlu berkonsultasi ke dokter saat merasakan berbagai gejala yang mengacu pada nyeri di punggung atau tulang belakang, terutama jika sakitnya tidak juga mereda dalam beberapa hari atau hitungan minggu meski sudah mengonsumsi obat. \n\n Dokter dapat mendiagnosis dan mencarikan penanganan terbaik untuk mencegah sekaligus mengobati sakit yang Anda rasakan. \n\n \n\n Sahabat Hermina itulah informasi seputar penyakit tulang belakang yang sering di alami. Semoga informasi di atas dapat memberikan kita pengethuan dan kita bisa lebih peduli terhadap Kesehatan diri kita. Jangan lupa konsultasikan Kesehatan anada dan keluarga ke Rumah Sakit Hermina Padang secara rutin. Karena RS Hermina Padang memberikan pelayanan yang professional bagi anda dan keluarga. \n<\/p><\/div><\/div><\/div>"); $('#div_next_link').html(" <\/a><\/span>");
- 28 Juni 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 05 September 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Oktober 2022<\/li><\/ul><\/div>
- 25 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 26 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Januari 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 30 Juni 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 07 Agustus 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 19 Oktober 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 23 November 2023<\/li><\/ul><\/div>
- 27 Desember 2023<\/li><\/ul><\/div>